• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARTA RAHARJA 2(1) (2021); HAL KARTA RAHARDJA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARTA RAHARJA 2(1) (2021); HAL KARTA RAHARDJA."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KARTA RAHARJA 2(1) (2021); HAL 45-57

KARTA RAHARDJA

http://ejurnal.malangkab.go.id/index.php/kr

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN UMKM YANG TERDAMPAK COVID-19

Nungky Wanodyatama Islami

1

, Fajar Supanto

2

, Arisanto Soeroyo

3

1,3Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kab Malang Jl Panji No. 158 Kepanjen, Kab Malang

2Universitas Merdeka Malang Jl Terusan Dieng 62-64 Kota Malang

Dikirim: 05/01/2021; Direvisi: 30/06/2021; Disetujui: 07/07/2021

Abstrak

Pandemi Covid-19 memberikan dampak negatif bagi UMKM dan menuntut UMKM menyusun ulang strategi bisnisnya untuk mengakomodasi efek pandemi. Kajian ini mengidentifikasi permasalahan, dampak pandemi, upaya penyelamatan dan strategi pemulihan kinerja yang dilakukan UMKM, mengidentfikasi efektivitas dukungan kebijakan pemerintah serta merumuskan strategi kebijakan pemerintah daerah yang tepat dalam penyelamatan UMKM terdampak pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain analisis deskriptif. Populasi penelitian ini adalah UMKM di Kabupaten Malang dan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan mengirim link survei kepada jaringan asosiasi, gabungan, himpunan, perkumpulan, paguyuban, dan bentuk persatuan pelaku usaha lainnya. Pada akhir periode pengumpulan data, 130 respon diterima dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi UMKM seperti penurunan penjualan, masalah permodalan, distribusi yang terhambat, kesulitan bahan baku dan masalah produksi. Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan dalam rangka memperdayakan UMKM dalam situasi pandemi Covid-19. Pemerintah Kabupaten Malang juga meluncurkan berbagai kebijakan antara lain: Bantuan sarana prasarana (sarana produksi); expo produk;

pelatihan; fasilitasi promosi produk UMKM; program inkubator kecil; temu usaha; meningkatkan peran PLUT dengan memberikan layanan online; Pelaksanaan bimbingan teknis untuk peningkatan SDM UMKM;

meningkatkan akses UMKM ke pembiayaan KUR dan membuka kembali tempat wisata. Untuk mendukung kebijakan pemerintah, beberapa strategi jangka pendek yang perlu dilakukan adalah dengan perluasan stimulus fiskal dan non fiskal/keuangan serta pengembangan UMKM melalui penerapan memberi peluang dan dorongan layanan digital sebagai pendukung UMKM, penyederhanaan proses administrasi melalui pembentukan satgas permodalan, bantuan distribusi logistik, korporatisasi UMKM, sosialisasi asosiasi pelaku usaha, upaya mendorong perubahan strategi bisnis dan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Strategi jangka panjang yang dirumuskan berkaitan dengan upaya menyiapkan peta jalan pengembangan UMKM, membangun teknologi digital sebagai platform bisnis UMKM, pengembangan model bisnis UMKM yang modern dengan model bisnis canvas, serta mendorong kolaborasi pemerintah dengan korporasi dalam memberdayakan UMKM melalui program CSR.

Keyword: Perluasan Stimulus, Road Map UMKM, Platform digital, Model Bisnis Canvas

(2)

I. PENDAHULUAN

Kekhawatiran timbulnya krisis ekonomi karena pelemahan ekonomi global akibat imbas pandemi Covid-19 memberikan ancaman besar bagi keberlangsungan ekonomi. Para ahli membahas tentang ancaman “guncangan masyarakat global” karena tidak hanya terkait dengan tantangan pasokan modal, tetapi juga rantai pasokan dan gangguan upstream- downstream (Papadopoulos et al., 2020). Laporan dampak pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa di Zona Euro PDB turun 3,8% dan Uni Eropa turun 3.5% pada kuartal pertama (Eurostat, 2020). PDB AS menyusut pada kuartal kedua sebesar 25,6% (PWS, 2020). Di Indonesia pertumbuhan Triwulan II-2020 terkontraksi 5,32% (BPS, 2020).

Kementerian Keuangan menguraikan empat sektor yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 yaitu sektor rumah tangga, sektor keuangan, sektor korporasi, dan sektor usaha mikro dan kecil menengah (UMKM). Dari ke empat sektor tersebut, sektor UMKM merupakan sektor yang paling terdampak (OECD, 2020). Pandemi Covid-19 memberikan dampak pada sektor ekonomi dan bisnis, serta menghancurkan aspek penting dari perekonomian yaitu supply dan demand.

Dari sisi demand, kebijakan pembatasan interaksi fisik berdampak pada kecenderungan masyarakat meminimalkan kegiatan outdoor dan interaksi langsung yang menyebabkan masyarakat membuat pilihan untuk tetap di rumah. Kondisi ini membawa pengaruh pada penurunan penjualan sehingga menurunkan pendapatan UMKM. Penurunan permintaan membuat UMKM tidak dapat meningkatkan laba, sehingga menurunkan likuiditas. Dari sisi supply, banyak UMKM mengurangi aktivitasnya karena kebijakan pembatasan interaksi sosial. Kondisi ini mendorong UMKM menurunkan produksinya akibat penurunan permintaan dan modal yang didapatkan. Distribusi barang juga terhambat.

Penurunan produktivitas ini lambat laun menyebabkan keterpurukan ekonomi.

Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan 98% usaha mikro atau sekitar 63 juta, 783 ribu usaha kecil, 60 ribuan usaha menengah dan 5 ribuan usaha besar terkena dampak pandemi Covid-19 sehingga penjualan turun dan pasokan bahan baku terganggu (Putra, 2020). Bahkan, catatan Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) menunjukkan hampir separuh UMKM di Indonesia akan mengalami kebangkrutan pada Desember 2020 (OECD, 2020).

Pemerintahpun telah mengeluarkan lima skema untuk membantu UMKM dari terpaan

pandemi Covid-19. Pertama, Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kartu Prakerja untuk UMKM yang masuk kategori rentan dan miskin. Kedua, memberikan insentif perpajakan bagi UMKM yang omzetnya kurang dari Rp 4,8 miliar per tahun. Ketiga, memberikan relaksasi dan restrukturisasi kredit UMKM seperti penundaan angsuran dan subsidi bunga penerima KUR, kredit ultra mikro, dan lainnya. Keempat, stimulus bantuan modal kerja darurat bagi 23 juta UMKM, dan kelima, menjadikan Kementerian/

Lembaga/BUMN dan pemda sebagai penopang ekosistem usaha UMKM.

Bagi Kabupaten Malang, itikad baik dan kerja keras pemerintah dalam membantu UMKM keluar dari dampak pandemi dengan berbagai kebijakan tersebut sangat diperlukan bagi UMKM yang pada tahun 2017 menyumbang Rp 49 triliun (lebih dari 50%) dari PDRB sebesar Rp 82 triliun. Hasil Sensus Ekonomi (Susenas) 2016 dan Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018, menunjukkan bahwa jumlah UMKM di Kabupaten Malang sebanyak 600.054 UMKM dan menyerap tenaga kerja sebanyak 646.448 tenaga kerja.

Di masa pandemi Covid-19, jumlah UMKM Kabupaten Malang per 31 Juli 2020 berkurang menjadi 425 ribu. Penurunan jumlah UMKM ini memberikan dampak besar bagi perekonomian masyarakat terutama di desa (Fizriyani, 2020).

Hasil kajian Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Malang terhadap 686 UMKM selama pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa permasalahan mendasar yang dialami UMKM di Kabupaten Malang akibat pandemi Covid-19 adalah: Penjualan turun (44%); permodalan (27%); distribusi terhambat (12%); kesulitan bahan baku (9%) dan mengalami masalah produksi (8%) penurunan omzet penjualan UMKM mencapai 77,6%, penurunan aset mencapai 42,7% dan pengurangan tenaga kerja mencapai 46,1% (Dinkop-Usaha Mikro Kab.

Malang, 2020).

Dampak negatif Covid-19 menuntut UMKM menyusun ulang strategi bisnisnya untuk mengakomodasi efek pandemi (Kraus et al., 2020; Rapaccini et al., 2020). Pemerintah sudah seharusnya berperan menjaga UMKM dari keterpurukan yang semakin dalam, dengan membuat kebijakan agar UMKM dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan menghindari terjadinya PHK dalam usahanya.

Saatnya UMKM mendapatkan prioritas penanganan karena menjadi penopang perekonomian nasional dan berperan penting memperluas serapan tenaga kerja. Bantuan yang diberikan terhadap UMKM juga akan mendorong perbaikan ekonomi nasional dan pengurangan pengangguran.

(3)

Langkah penyelamatan ini menjadi salah satu wujud program strategis dan dukungan pemerintah dalam pemberdayaan UMKM.

Implementasi dukungan pemerintah di lapangan perlu mendapat perhatian agar tepat sasaran dan sesuai harapan. Oleh karena itu, tujuan dilaksanakannya kegiatan penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam mengembangkan UMKM yang terdampak Covid-19 adalah: 1) Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi UMKM akibat pandemi Covid-19 dan dampaknya bagi keberlangsungan UMKM, 2) Mengidentifikasi dan menganalisis upaya penyelamatan dan strategi pemulihan kinerja yang dilakukan UMKM menghadapi pandemi Covid-19, 3) Mengidentifikasi efektivitas dukungan kebijakan yang digulirkan pemerintah untuk membantu UMKM dalam masa pandemi Covid-19, dan 4) Merumuskan strategi kebijakan pemerintah daerah yang tepat dalam penyelamatan UMKM yang terdampak pandemi Covid-19.

II. METODE

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan desain analisis deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Malang dengan subyek kegiatan adalah UMKM di Kabupaten Malang.

Populasi penelitian ini adalah UMKM di Kabupaten Malang. Ukuran sampel untuk analisis data statistik yang direkomendasikan adalah dalam kisaran 30-500 (Sekaran dan Bougie, 2013), atau 100 atau lebih (Hair et al., 2017).

Dengan demikian, ukuran sampel minimal 100 dianggap cukup untuk penelitian ini. Metode pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengiriman link survei kepada jaringan asosiasi, gabungan, himpunan, perkumpulan, paguyuban, dan bentuk persatuan pelaku usaha lainnya.

Pada akhir periode pengumpulan data, 130 respon diterima. Sampel untuk informan kunci terkait dengan kebijakan dilakukan dengan memilih beberapa orang dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Metode analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif guna memberikan deskripsi serta mendapatkan gambaran yang jelas mengenai karakteristik responden dan variabel penelitian. Data yang dianalisis diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan dengan variasi kriteria yang berbeda-beda. Beberapa pertanyaan membutuhkan jawaban ya- tidak, menggunakan skala Likert 5 poin dan membutuhkan jawaban lebih dari satu serta pertanyaan terbuka. Nilai variabel tertentu yang digunakan didasarkan pada persentase

masing-masing item. Beberapa hal penting untuk dideskripsikan adalah profil UMKM, permasalahan UMKM, strategi UMKM, kebijakan pemerintah, persepsi UMKM terhadap kebijakan pemerintah dalam penyelamatan UMKM akibat pandemi Covid-19 untuk kemudian merumuskan strategi yang tepat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi dan Profil Usaha Responden Tabel 1 menunjukkan bahwa responden terdiri dari 20,8% laki-laki dan 79,2%

perempuan. Sekitar 70,6% memiliki usia 30-49 tahun. Pelaku usaha < 30 tahun relatif sedikit karena pada rentang tersebut cenderung berkeinginan menuntut ilmu.

Tabel 1.

Profil Responden

Profil Responden Jumlah Dalam Persen Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

27

103 20,8%

79,2%

Umur Responden

< 30 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun 50-59 tahun

≥ 60 tahun

20 42 49 16 3

15,4%

32,3%

37,7%

12,3%

2,3%

Ditinjau dari tingkat pendidikan, 58,5%

memiliki tingkat pendidikan SMA dan sederajat, 14,7% berpendidikan SMP dan sederajat dan hanya 13,1% yang tingkat pendidikannya S1. Pendidikan dan pengalaman usaha mencerminkan kemampuan dalam mengambil keputusan strategis untuk pengembangan UMKM.

Gambar 1. Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar UMKM (67,7%) berdiri ≤ 5 tahun, 10,8%

berusia 6-10 tahun dan 10,0% berusia 11-15 tahun. Deskripsi lama usaha menunjukkan UMKM selama 10 tahun terakhir mengalami pertumbuhan signifikan yang dibuktikan dengan persentase lama usaha sampai dengan 10 tahun mencapai 78,5%. Hal ini berarti dalam 10 tahun terakhir UMKM telah menjadi pilihan masyarakat di Kabupaten Malang.

(4)

Tabel 2.

Profil Usaha

Profil Usaha Jumlah Dalam Persen Lama Usaha

≤ 5 tahun 6 - 10 tahun 11 -15 tahun 16 - 20 tahun

>20 tahun

88 14 13 7 8

67,7%

10,8%

10,0%

5,4%

6,2%

Klasifikasi Usaha (omzet/tahun) Mikro ( s/d 300 Juta)

Kecil (300 juta – < 2,5 M) Menengah (2,5 M – 50 M)

122 7 1

93,8%

5,4%0,8%

Jumlah tenaga kerja Mikro: 1 - 3 Orang Kecil: 4 - 19 Orang

95 35

73,1%

26,9%

Dari aspek omzet penjualan per tahun, 93,8% termasuk usaha mikro, 5,4% usaha kecil dan 0,8% perusahaan menengah. Dari aspek ketenagakerjaan, 72,9% termasuk kategori usaha mikro dengan jumlah tenaga kerja antara 1-3 tenga kerja dan 27,1% merupakan usaha kecil yang mempunyai 4-19 tenaga kerja.

Gambar 2. Jenis Produk yang Dijual UMKM

Jenis produk yang dijual kebanyakan produk massa dan pesanan dan sebaran asal responden terbanyak berasal dari Singosari, Kepanjen dan Karangploso. Dari total responden UMKM, sebagian besar termasuk usaha mikro dan bidang usaha terbanyak berasal dari industri pangan dan kuliner, fashion/konveksi dan perdagangan.

B. Permasalahan UMKM di Masa Pandemi Covid-19

Lahirnya PP Nomor 21 tahun 2020 mengenai PSBB untuk memberikan batasan pergerakan manusia dan barang mengharuskan masyarakat untuk berdiam diri di rumah jika tidak ada keperluan mendesak. Hal ini berdampak pada berkurangya operasional dan konsumen yang belanja langsung dibanding hari biasa.

Gambar 3. Permasalahan yang Dihadapi UMKM di Masa Pandemi Covid-19

Hasil analisis menunjukkan 94,62%

UMKM menghadapi kesulitan keuangan. 92,31%

menyatakan bahwa akibat berbagai kebijakan yang membatasi ruang gerak pengusaha maupun konsumen serta PHK, membuat permintaan pasar turun. Permasalahan lainnya adalah banyaknya rekan bisnis yang mengalami nasib yang sama serta keterbatasan dan mahalnya harga bahan baku.

C. Dampak Pandemi Covid-19 bagi Kelangsungan Hidup UMKM

Menurunnya permintaan pasar dan susutnya operasi usaha menyebabkan omzet penjualan 92,31% UMKM turun. Omzet penjualan 17% UMKM turun 21-40%, 31% turun 41-80%, bahkan 11% mengalami penurunan tajam 81- 100% yang berakibat pada penurunan produksi.

Sekitar 19% UMKM produksinya turun 21-40%, 31% turun 41-60% dan 27% turun 61-80%, bahkan 13% mengalami penurunan tajam antara 81-100%. Namun, di saat permintaan konsumen turun tajam, beberapa UMKM permintaannya meningkat. 2,3% UMKM permintaan dan produksinya meningkat dibanding sebelumnya sebagai respon permintaan produk baru seperti masker.

Gambar 4. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Omzet Penjualan UMKM

Penurunan permintaan pasar berdampak pada penurunan omzet penjualan membawa implikasi pada pendapatan UMKM. Sekitar 92% UMKM pendapatannya berkurang. 38%

berkurang 41-60% dan 27% 61-80%, bahkan 5% mengalami penurunan tajam 81-100%.

Gambar 5. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Penurunan/Kenaikan Pendapatan UMKM

Faktor utama penyebab penurunan pendapatan UMKM adalah penurunan daya beli konsumen, sanksi pelanggaran PSBB, ketakutan konsumen untuk transaksi tatap muka, penghentian pelayanan publik dan aturan lain.

(5)

Wabah pandemi Covid-19 ini juga berdampak terhadap tenaga kerja. 51,5% UMKM mengurangi angkatan kerja dan lainnya juga merencanakan hal yang sama.

Gambar 6. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Jumlah Tenaga Kerja UMKM

Hasil survei menunjukkan 12,31%

UMKM operasinya berhenti sementara atau permanen. Hasil Kajian ILO (2020) menunjukkan 2 dari 3 perusahaan yang disurvei menghentikan operasinya baik secara sementara maupun permanen. 3% UMKM berhenti permanen karena menanggung beban krisis yang lebih tinggi dibandingkan usaha besar.

Gambar 7. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Operasionalisasi UMKM

Berbagai dampak pandemi Covid-19 seperti penurunan produksi, omzet penjualan dan pendapatan tidak serta merta membuat UMKM melakukan PHK. 36,9% UMKM tidak melakukan apapun terhadap tenaga kerjanya. Namun sebagian besar UMKM melakukan beberapa hal terkait dengan tenaga kerja yang mereka pekerjakan antara lain: 32,3% memberhentikan sementara, 24,6% mengurangi jam kerja, 17,7% merumahkan tanpa dibayar dan 5,4%

meningkatkan jam kerja.

Gambar 8. Perlakuan UMKM terhadap Tenaga Kerja di Masa Pandemi Covid-19

D. Upaya penyelamatan dan strategi pemulihan kinerja UMKM

Pandemi Covid-19 berimplikasi pada kerentanan UMKM dalam bertahan hidup. Hasil analisis kemampuan UMKM bertahan tanpa ada perubahaan operasi atau bantuan pemerintah menunjukkan 41,5% UMKM mampu bertahan lebih dari 3 bulan, 29,2% 1-3 bulan, dan 14,6%

kurang dari 1 bulan. Rentang waktu yang pendek dalam kriteria kemampuan bertahan dari pandemi Covid-19, membuat UMKM harus mengambil langkah strategis agar tidak terjerumus lebih dalam.

Gambar 9. Daya Tahan UMKM di Masa Pandemi Covid-19

tanpa adanya Perubahan Operasi atau Bantuan

Hasil analisis mengenai upaya UMKM untuk mengatasi pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa 58,5% UMKM tetap bergerak pada bidang yang sama. Pelaku UMKM lainnya 26,2%

mengambil inisiatif melakukan diversifikasi usaha baik menambah usaha baru maupun lokasi baru dan 15,4% beralih ke bidang yang berbeda.

Gambar 10. Upaya UMKM Mengatasi Dampak Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 telah menggeser dan merubah pola transaksi. Di masa sebelum pandemi, meskipun ada penjualan online, namun masih banyak yang membeli produk langsung ke toko atau pusat perbelanjaan. Saat pandemi Covid-19, adanya pembatasan dan peraturan pemerintah agar tidak keluar rumah, mendorong konsumen untuk tidak berlama-lama di luar rumah.

Gambar 11. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Kebiasaan Konsumen dalam Melakukan Transaksi

(6)

Hasil analisis terhadap profil pelanggan UMKM menunjukkan 69,2% pelanggan lebih senang melakukan interaksi langsung dalam melakukan transaksi, 52,3% meminta jasa pengantaran dan 26,9% kurang terbiasa membeli secara online. Aturan untuk menjaga jarak dan menghindari interaksi secara langsung memaksa UMKM untuk mengkondisikan dan melakukan penyesuaian dalam penjualan produk dan jasanya.

Dalam konteks ini, pelaku UMKM dapat melakukan penyesuaian dengan berjualan melalui e-commerce. E-commerce adalah sistem transaksi dan pemasaran produk dengan menggunakan elektronik (Kotler dan Amstrong, 2012). Pelaku UMKM juga harus mampu mengkomunikasikan produk lebih intensif dengan memasarkan produk melalui digital marketing sosial untuk menjangkau konsumen dan menurunkan biaya promosi.

Gambar 12. Implementasi Strategi Penjualan Online UMKM

Digital marketing adalah pemasaran dengan memanfaatkan akses internet, social media atau perangkat digital lainnya.

Digital marketing membantu UMKM untuk mempromosikan dan memasarkan produk/

jasa dan memperluas pasar yang sebelumnya tertutup karena keterbatasan jarak, waktu dan cara berkomunikasi (Prabowo, 2018). Temuan Hendrawan et al. (2019) menunjukkan bahwa digital marketing berdampak signifikan terhadap peningkatan penjualan UMKM.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pelaku UMKM yang menjalankan strategi penjualan online sejak sebelum Covid-19 sampai sekarang jumlahnya 49,2%. Kesadaran akan pentingnya digital marketing di masa pandemi mendorong 23,1% pelaku UMKM yang sebelum pandemi tidak menerapkan strategi pemasaran melalui digital marketing memutuskan untuk menggunakannya.

Sedangkan sisanya 27,7% tidak menggunakan strategi tersebut karena kemampuan untuk mengoperasionalkan masih rendah.

Gambar 13. Dampak Strategi Digital Marketing terhadap Peningkatan Pendapatan UMKM

Pemanfaatan sarana digital marketing membawa dampak pada peningkatan omzet dan pendapatan perusahaan. 75,4% pelaku UMKM mendapatkan manfaat peningkatan pendapatan bahkan 26,2% pendapatannya meningkat lebih dari 30%. Hal ini sesuai dengan temuan yang menyimpulkan bahwa digital marketing berdampak positif terhadap kinerja pemasaran dan pendapatan UMKM (Hardilawati, 2019;

Setyorini et al., 2019)

Oleh karena itu, Kementerian Koperasi dan UKM terus meningkatkan koordinasi dengan K/L terkait, BUMN, Perguruan Tinggi, Swasta, dan Start-up. Kegiatan yang dilakukan, yakni pengadaan akses/infrastruktur digital, akses pembiayaan, pelatihan, pendampingan, inkubator, dan sistem informasi digital UMKM.

Output yang diharapkan yaitu peningkatan pada aspek produksi, omzet, skala usaha, dan manajemen.

E. Efektivitas dukungan pemerintah dalam membantu UMKM pada masa pandemi Covid-19

UMKM perlu mendapatkan prioritas karena dominasi dan perannya dalam perekonomian nasional cukup besar (Pakpahan, 2020). Tiga peran penting UMKM dalam perekonomian yaitu sarana untuk pengentasan kemiskinan, sarana pemerataan ekonomi rakyat kecil, berkontribusi dalam perolehan devisa negara (Prasetyo &

Huda, 2019).

UMKM menjadi salah satu sektor yang terdampak cukup parah. Akibat pandemi Covid-19, 8,76% perusahaan berhenti beroperasi, 24,31% mengurangi kapasitas usaha.

Pendapatan dunia usaha menurun 82,85%

dengan penurunan 82,29% (UMB) dan 84,20%

(UMK). Pengurangan pegawai terbesar pada industri manufaktur 52,23%, konstruksi 51,37%

serta akomodasi dan makan minum 50,52%

(BPS, 2020).

Setiawan (2020) mengungkapkan sampai dengan 17 April 2020, 37.000 UMKM terdampak pandemi Covid-19. Rilis data tersebut, menjelaskan kesulitan UMKM selama pandemi yaitu: 1) Turunnya penjualan karena menurunnya aktifitas masyarakat di luar rumah, 2) Keterbatasan modal karena rendahnya perputaran modal karena penjualan turun, 3) Distribusi produk terhambat karena pembatasan distribusi produk, 4) kesulitan bahan baku karena ketergantungan bahan baku pada industri lain (Febrantara, 2020).

Skema perlindungan dan pemulihan UMKM yang dilakukan pemerintah berupa stimulus fiskal dan moneter meliputi:

1. Bantuan Sosial bagi UMKM yang masuk dalam kategori miskin dan rentan

(7)

terdampak Covid-19. Pelaku UMKM dalam skema ini masuk sebagai penerima bantuan sosial dari pemerintah. Skema bantuan sosial juga temasuk penurunan tarif listrik 50% untuk pelanggan listrik 450 watt (Arifin, 2020).

2. Insentif Perpajakan dengan pengenaan tarif PPh nol%. bagi UMKM dengan omzet kurang dari Rp 4,8 miliar per tahun Fasilitas ini belum banyak dimanfaatkan UMKM.

Setiawan (2020),

3. BLT UMKM atau Banpres Produktif atau Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) untuk UMKM yang belum pernah mendapat pembiayaan dari lembaga keuangan atau simpanan di bank atau di lembaga keuangan di bawah Rp 2 juta, Bantuan yang diberikan sebesar Rp 600 ribu/bln selama 4 bulan.

4. Perluasan Pembiayaan investasi dan modal kerja UMKM dengan memberikan kredit lunak. Kebijakan ini diperlukan untuk menjaga likuiditas UMKM (Pakpahan, 2020). Program ini untuk 23 juta UMKM yang belum pernah mendapatkan pembiayaan baik yang “bankable” maupun

“unbankable (Setiawan, 2020b).

5. Penyediaan Penyangga Produk dalam ekosistem UMKM. Produk bidang pertanian, perikanan, kuliner dan industri rumah tangga perlu dukungan penyangga untuk memastikan serapan produk, sehingga menjamin perputaran persediaan produk.

Kebijakan ini lebih bermanfaat jika diiringi dengan menyediakan layanan e-commerce di daerah penyangga.

6. Kebijakan Relaksasi dan Restrukturisasi Kredit bagi UMKM sebagai respon non- fiskal. Pemerintah memberikan keringanan kredit khususnya pekerja informal (ojek online, sopir taksi, pelaku UMKM, nelayan, penduduk dengan penghasilan harian) (Maftuchan, 2020).

Pemerintah melalui K/L juga melakukan program intervensi guna membantu UMKM bangkit melawan pandemi Covid-19 melalui:

1. Pelatihan E-learning yang bersifat skilling dan re-skilling bagi 5,6 juta tenaga kerja terdampak khususnya di sektor usaha kecil dan mikro.

2. Penerapan Protokol Kesehatan sebagai tindak lanjut ketentuan Kemenkes (2020) tentang protokol pencegahan Covid-19 di area publik khususnya untuk sektor jasa dan perdagangan.

3. Program UMKM Go Online yang Per 26 November 2020, Jumlah UMKM yang telah memasuki ekosistem digital telah mencapai 10,25 juta melampaui target program 10

juta UMKM Go Digital pada Tahun 2020.

4. Pelatihan Online yang menyasar 4 juta UMKM dengan tujuan: 1) memberikan solusi sekaligus medium belajar dan pelatihan yang praktis, aplikatif, dan menyenangkan; 2) menuntun UMKM mengambil keputusan jitu; 3) memberikan kemudahan akses terhadap sumber materi peningkatan ketrampilan dan wawasan;

4) memonitor kinerja UMKM secara lebih mudah dan terukur; 5) meningkatkan SDM UMKM; 6) Pelaku KUKM dapat bertahan, berinovasi, dan memperbaharui strategi pemasaran di masa pandemi Covid-19 5. Program Belanja di Warung Tetangga

untuk menjamin pasokan kebutuhan pokok masyarakat di warung tradisional dengan harga yang stabil. Program ini bertujuan untuk memastikan stok kebutuhan masyarakat tersedia dan memperkuat ekonomi serta menghubungkan warung tradisional dengan online platform untuk mengurangi mobilitas fisik, pemesanan dan pengantaran via jasa antar.

6. Perkenalan sistem QRIS sebagai terobosan ketika belanja daring menjadi pilihan di tengah masa darurat Covid-19.

Para pelaku UMKM yang “go online” perlu terobosan cara pembayaran yang aman dan mudah. Sistem standar QR Nasional “QRIS”

diresmikan oleh Bank Indonesia dan efektif berlaku per 1 Januari 2020. UMKM dapat menggunakan QRIS untuk pembayaran non tunai ketika bisnis melalui e-commerce menjadi primadona di masa pandemi Covid-19.

7. Program KUMKM Hub Bersama Blibli.

com yang diluncurkan Kementerian Koperasi dan UKM untuk menggerakkan ekonomi KUMKM dengan digitalisasi.

Pandemi merubah pola konsumsi masyarakat dari offline ke online.

Pemanfaatan Platform e-commerce ini diharapkan mampu memperluas jaringan pemasaran dan kesempatan UMKM.

8. Penyediaan Kanal Konsultasi Hukum Gratis oleh Kementerian Koperasi dan UKM bekerjasama dengan Hukumonline Group melalui platform digital Justika.com bagi UMKM Terdampak Covid-19 yang memiliki akses layanan hukum yang terbatas.

Selain mengawal kebijakan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Kabupaten Malang juga meluncurkan berbagai kebijakan antara lain:

a) Bantuan sarana prasarana produksi kepada 50 kelompok UKM sebesar 15 juta/kelompok;

b) Mengikut expo produk;

(8)

c) Pelatihan yang menjangkau 200 UKM tentang layanan branchless melalui https://swapasar.id dan Pelatihan lainnya oleh dinas terkait;

d) Fokus ke promosi produk UMKM;

e) Menjalankan program inkubator kecil;

f) Digitalisasi marketing pada pelaku UMKM usia 30-50 tahun;

g) Digitalisasi/market place yang melibatkan 500 UKM untuk kegiatan packaging dan desain;

h) Fasilitasi temu usaha;

i) Meningkatkan peran PLUT dengan memberikan layanan online;

j) Bimbingan teknis untuk peningkatan SDM UMKM;

k) Meningkatkan akses UMKM ke pembiayaan KUR dengan target 200 UMKM per tahun

l) Membuka kembali tempat wisata.

Gambar 14. Layanan PLUT Online Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Malang

F. Persepsi terhadap Dukungan Kebijakan Pemerintah

a. Pemahaman dan sosialisasi kebijakan Pemerintah di Masa Pandemi

Untuk membantu UMKM dari pandemi Covid-19, pemerintah mengeluarkan lima skema yaitu: 1) Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Kartu Prakerja, 2) insentif perpajakan, 3) relaksasi dan restrukturisasi kredit UMKM, 4) stimulus bantuan modal kerja darurat, 5) menjadikan K/L/BUMN dan pemda sebagai penyangga ekosistem UMKM.

Pengetahuan tentang

Kebijakan Pemerintah Sosialisasi Kebijakan Pemerintah oleh Pemda

Gambar 15. Pengetahuan UMKM tentang Kebijakan Pemerintah untuk Mengatasi Pandemi Covid-19 dan Pelaksanaan Sosialisasinya.

Sebagai calon penerima manfaat dari berbagai program tersebut, pemahaman UMKM tentang informasi program menjadi sangat penting guna mempercepat akses terhadap program. Hasil survei menunjukkan bahwa 78,5% pelaku UMKM mengetahui kebijakan tersebut.

b. Akses terhadap dukungan dan kebijakan pemerintah dan dampaknya bagi UMKM Hasil analisis mengenai pemanfaatan program BLT oleh pelaku UMKM menunjukkan hanya 14,6% yang mendapatkan akses ke program tersebut. 47,4% penerima manfaat menjelaskan bahwa program BLT memberikan dampak yang signifikan dalam pengembangan usaha

Penerima Manfaat

Program Dampak Program

Gambar 16. Jumlah UMKM Penerima Manfaat BLT dan Dampaknya dalam Pengembangan Usaha di Masa Pandemi Covid-19

Dari aspek pemanfaatan program Kartu Prakerja oleh pelaku UMKM, hasil analisis menunjukkan hanya 11,5% yang mendapatkan akses ke program tersebut. 46,7% penerima manfaat menjelaskan bahwa program ini memberikan dampak yang signifikan dalam memulai dan pengembangan usaha.

Penerima manfaat

Program Dampak Program

Gambar 17. Jumlah UMKM Penerima Manfaat Kartu Prakerja dan Dampaknya dalam Memulai dan Mengembangkan Usaha di Masa Pandemi Covid-19

(9)

Dari aspek pemanfaatan kebijakan relaksasi/penundaan pembayaran pinjaman (cicilan dan bunga) oleh pelaku UMKM menunjukkan bahwa 30% menggunakan program tersebut. 46,4% penerima manfaat program ini menjelaskan bahwa program ini memberikan dampak signifikan dalam pengembangan usaha.

Penerima manfaat

Program Dampak Program

Gambar 18. Jumlah UMKM Penerima Manfaat kebijakan Relaksasi/penundaan pembayaran pinjaman (cicilan dan bunga) dan Dampaknya dalam Pengembangan Usaha di Masa Pandemi Covid-19

Berdasarkan aspek pemanfaatan kebijakan penundaan pembayaran pajak oleh pelaku UMKM, hasil analisis menunjukkan 31,5%

yang memanfaatkan program tersebut. 61%

penerima manfaat menjelaskan bahwa kebijakan Penundaan pembayaran pajak memberikan dampak yang signifikan dalam pengembangan usaha.

Penerima manfaat

Program Dampak Program

Gambar 19. Jumlah UMKM Penerima Manfaat kebijakan Penundaan Pembayaran Pajak dan Dampaknya dalam Pengembangan Usaha di Masa Pandemi Covid-19

Berdasarkan aspek pemanfaatan kebijakan bantuan modal usaha di masa pandemi oleh pelaku UMKM, hasil analisis menunjukkan 13,1% yang memanfaatkan program tersebut.

82,3% penerima manfaat menjelaskan bahwa kebijakan bantuan modal usaha di masa pandemi memberikan dampak yang signifikan dalam pengembangan usaha

Penerima manfaat

Program Dampak Program

Gambar 20. Jumlah UMKM Penerima Manfaat Bantuan Modal Usaha dan Dampaknya dalam Pengembangan Usaha di Masa Pandemi Covid-19

Dilihat dari aspek pemanfaatan kebijakan keringanan tagihan listrik untuk usaha (tidak ada batas pemakaian) oleh pelaku UMKM, hasil analisis menunjukkan 38,5% memanfaatkan program tersebut. 75% penerima manfaat menjelaskan bahwa kebijakan ini memberikan dampak yang signifikan dalam pengembangan usaha.

Penerima manfaat

Program Dampak Program

Gambar 21. Jumlah UMKM Penerima Manfaat Keringanan Tagihan Listrik dan Dampaknya dalam Pengembangan Usaha di Masa Pandemi Covid-19

G. Rumusan Dukungan Kebijakan Pemerintah dalam penyelamatan UMKM yang terdampak pandemi Covid-19 Hasil analisis tentang perubahan yang mempengaruhi keberlangsungan UMKM menunjukkan 45% dipengaruhi oleh kondisi pasar, 35% dipengaruhi kondisi ekonomi dan 8%

dipengaruhi oleh teknologi dan kebijakan.

Gambar 22. Jenis Perubahan dan Hambatan yang Mempengaruhi Keberlangsungan Usaha UMKM

Dari aspek hambatan dalam pengembangan usaha, 78,5% dipengaruhi oleh permodalan, disusul kondisi ekonomi 63,8% dan pemasaran 63,1%. Hasil analisis tentang akses terhadap dukungan dan kebijakan pemerintah sebelum pandemi Covid-19 yang diberikan kepada UMKM memberikan informasi bahwa sebagian besar (68%) UMKM belum pernah mendapatkannya.

Akses terbesar yang diperoleh UMKM berbentuk Bimtek dan pelatihan. Sementara itu, faktor- faktor yang dibutuhkan dan diharapkan dari pemerintah di masa pandemi ini 73,8% berupa bantuan permodalan, bantuan pemasaran dan peralatan.

Diluar hasil kajian yang menunjukkan permasalahan mendasar UMKM, Setiawan (2020) merangkum permasalahan yang umum dihadapi UMKM yaitu: 1) Produk belum standar;

2) Kurang fokus pada produk/layanan tertentu;

(10)

3) Pemasaran masih sederhana; 4) Administrasi usaha masih seadanya; 5) Pengelolaan keuangan masih sederhana; 6) Banyak yang mengandalkan pasar lokal dan kenalan serta banyak yang belum memanfaatkan teknologi informasi (Online);

7) Cenderung cepat puas, belum banyak yang berfikir strategis; 8) Banyak yang belum memiliki perizinan; 9) Banyak yang tidak bankable, meskipun feasible.

Guna melengkapi aneka kebijakan yang telah diluncurkan, diperlukan beberapa langkah cepat dan strategis guna mengatasi permasalahan UMKM meliputi:

1. Strategi Jangka Pendek

• Program perlindungan sosial

Ditinjau dari aspek kerentanan UMKM yang terdampak Covid-19 menunjukkan kemampuan bertahan yang semakin kecil dan sangat rentan terutama usaha mikro dan kecil. Target penerima manfaat bantuan sosial seperti PKH, Kartu Sembako, Diskon Listrik, Bantuan Tunai, BLT Dana Desa dan Kartu Pra Kerja perlu diperluas cakupan dan waktunya.

• Insentif Perpajakan

Pemberian insentif pajak berupa pengenaan tarif PPh nol % belum banyak dimanfaatkan UMKM. Hal ini disebabkan banyak UMKM yang tidak mendapatkan informasi. Diperlukan kebijakan untuk memberikan insentif ini tanpa melalui prosedur, pencarian informasi dan lainnya melainkan seluruh UMKM yang memenuhi kriteria langsung mendapatkan insentif.

• BLT UMKM atau Banpres Produktif atau Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM).

Salah satu program pemerintah untuk memastikan UMKM tetap berjalan di masa pandemi Covid-19 adalah BLT sebesar Rp 2,4 juta. Hambatan implementasi program ini karena masih banyak pengusaha mikro yang belum terdaftar. Selain itu, pengusaha mikro belum terhubung ke lembaga perbankan. Hal ini yang membuat pemerintah kesulitan untuk mendata peserta penerima BLT. Oleh karena itu, sistem database yang terpadu antar K/L yang membidani UMKM perlu dibangun untuk memperoleh informasi secara efektif dan efisien.

• Perluasan Pembiayaan investasi dan modal kerja UMKM

Program ini dilakukan untuk mendorong perbankan agar memberi kredit lunak bagi UMKM. Program ini diberikan kepada UMKM yang belum pernah mendapatkan pembiayaan dari perbankan dan lembaga keuangan baik UMKM yang bankable maupun unbankable dengan target 23 juta UMKM. Target tersebut

perlu diperluas mengingat jumlah UMKM di Indonesia sebanyak 64 juta.

• Penyediaan Penyangga Produk

Pemerintah melalui K/L, BUMN dan Pemda menjadi penopang ekosistem UMKM. Produk sektor perikanan, pertanian, industri rumah tangga dan kuliner perlu penopang untuk memastikan serapannya. Langkah-langkah seperti menjadikan UMKM prioritas dalam pengadaan barang/jasa dan optimalisasi peran platform belanja digital pemerintah/BUMN (Laman UKM, Bela Pengadaan, Pasar Digital-PaDi UMKM) untuk menyerap produk UMKM dengan melibatkan sebanyak mungkin BUMN perlu diperluas dan ditingkatkan.

• Pembentukan Satgas Permodalan Penyerapan modal untuk UMKM selama ini belum maksimal karena terkendala administrasi yang membuat pelaku UMKM enggan mengajukan pinjaman. Seperti dikatakan Situmorang (2020) pemerintah bisa membentuk Satgas Permodalan UMKM untuk membuat rumusan penyaluran modal dengan syarat yang bisa dipenuhi seperti prospek, lama usaha dan jenis usaha. Untuk menggerakkan UMKM sangat mudah jika pemerintah memberi modal kerja dengan syarat yang mudah dan terjangkau.

Penanganan UMKM perlu menggunakan manajemen krisis dengan memprioritaskan UMKM.

• Perluasan Program UMKM Go Digital Pemerintah dapat memperluas program UMKM Go Digital guna melibatkan lebih banyak lagi UMKM yang memanfaatkan platform digital.

UMKM perlu mengenal digital marketing untuk melakukan strategi pemasaran dan promosi yang efisien.

• Bantuan distribusi Logistik Produk UMKM

Burhan (2020) menjelaskan pengguna jasa layanan antar makanan naik 30% di masa pandemi. Pemerintah dapat melibatkan BUMD, BUMN atau perusahan ekspedisi untuk mengantarkan produk UMKM. Perusahaan tersebut perlu diberi insentif untuk mengurangi biaya pengiriman.

• Korporatisasi UMKM

Pemerintah perlu mengimplementasikan konsep korporatisasi UMKM agar kontribusi UMKM semakin luas. Konsep ini mengelompokkan usaha kecil sejenis dalam satu koperasi, dan selanjutnya koperasi-koperasi tersebut membuat Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR) dalam bentuk Perseroan Terbatas. Jika konsep ini berhasil akan memberikan kemudahan perbankan karena mempunyai nasabah yang sizeable sehingga bisa dikomparasikan dan mengangkat UMKM yang berpotensi (Asikin, 2020).

(11)

• Peningkatan peran Asosiasi UMKM Asosiasi para pelaku UMKM seperti IPMI Kadin, Apindo, dan Komunitas lainnya perlu berperan serta dalam sosialisasi kebijakan pemerintah, dan memberikan dorongan bagi semua stakeholder UMKM mengambil peran terbaik.

Peningkatan fungsi Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM (LLP- KUKM)

LLP-KUKM mempunyai tugas pokok dan fungsi seperti pelaksana layanan informasi pasar, promosi produk, sarana dan jaringan pemasaran serta distribusi produk, konsultasi, inkubasi, dan peningkatan kemampuan manajemen. Lembaga ini dapat meningkatkan layanannya sebagai wadah klinik bagi UMKM dengan mengembangkan layanan konsultasi, seminar, coaching, pendampingan, penguatan satgas dan sentra produksi dengan mendatangkan ahli dan orang-orang terbaik untuk melakukan pendampingan online atau tatap muka bergantung kebutuhan, baik dari segi manajemen, pemasaran, SDM, keuangan dan produksi. Di masa pandemi Covid-19, LLP-KUKM dapat melakukan pembinaan UMKM dengan merubah strategi bisnis dan mendorong inovasi sesuai dengan kondisi.

• Penguatan sinergi dan kerjasama antar lembaga

Guna memberdayakan dan menguatkan UMKM, perlu disusun kebijakan dan strategi pemberdayaan yang menyeluruh dan terpadu untuk memperkuat koordinasi lintas instansi.

Kebijakan pemberdayaan UMKM untuk mendukung efektivitas program agar tidak tumpang tindih sehingga setiap instansi dapat mengambil peran optimal sekaligus melakukan penguatan proses monitoring pelaksanaan program pemberdayaan UMKM di masa pandemi Covid-19.

• Pelaksanaan Protokol Kesehatan.

UMKM harus menjalankan protokol kesehatan ketat dalam menjalankan aktivitasnya.

Pakpahan (2020) memberikan saran untuk menjadikan protokol kesehatan yang ketat sebagai sarat pemberian izin operasi bagi UMKM untuk meminimalkan penyebarluasan Covid-19.

2. Strategi Jangka Panjang

• Penyusunan Road Map Pengembangan UMKM

Pemerintah perlu membuat peta jalan pengembangan UMKM untuk menghadapi pandemi Covid-19. Masing-masing perangkat daerah yang terkait dengan pengembangan UMKM melakukan langkah koordinatif dan duduk bersama untuk membuat program secara terpadu dan tidak tumpang tindih.

• Pemanfaatan platform Digital/Market Place

Dalam jangka panjang, teknologi digital harus menjadi platform utama bisnis UMKM.

Pakpahan (2020) menyebutkan pemanfaatan teknologi digital dalam proses produksi, promosi, menentukan pasar potensial. menjalankan bisnis dan terhubung ke ekosistem digital untuk meningkatkan keberlanjutan usaha. Beberapa manfaat penggunaan teknologi digital adalah peningkatan pendapatan hingga 80%, 1,5 kali lebih memungkinkan untuk memperluas kesempatan kerja, 17 kali lebih mungkin menjadi lebih inovatif dan UMKM lebih kompetitif (Delloite, 2015).

• Pengembangan Model Bisnis UMKM Hadi (2020) menunjukkan penggunaan Business Model Canvas dapat dipakai untuk merumuskan strategi terbaik dalam pengembangan UMKM sebagai percepatan revitalisasi UMKM.

• Peningkatan dan Pemanfaatan Program Corporate Social Responsibility

Pemerintah dapat menggandeng usaha besar dan korporasi baik swasta maupun BUMN untuk menyalurkan dana Corporate Social Responsibililty (CSR). Perusahaan-perusahaan tersebut dapat menjadikan UMKM mitra binaan dalam lini bisnisnya, sehingga secara tidak langsung berdampak positif terhadap keberlanjutan perusahaan itu sendiri sebagai pemberi CSR.

IV. KESIMPULAN

Permasalahan mendasar yang dihadapi UMKM akibat pandemi Covid-19 adalah penurunan penjualan, kesulitan permodalan, hambatan distribusi produk, serta kesulitan bahan baku. Pemerintah telah mengeluarkan stimulus fiskal dan moneter dalam rangka membantu UMKM. Dukungan tambahan seperti:

menjadikan UMKM sebagai prioritas dalam perluasan program perlindungan sosial dan PEN, percepatan akses UMKM terhadap dana tunai dan keuangan jangka pendek serta dukungan pemerintah untuk pengembangan saluran dan penyelarasan program antar instansi diperlukan guna mendukung ketahanan dan reaktivasi UMKM.

Bagi pelaku UMKM penting untuk tetap fokus dan menjalankan protokol kesehatan.

UMKM juga perlu menyusun model bisnis canvas di masa pandemi melalui beberapa langkah strategi seperti 1) menentukan dan memperluas mitra utama untuk diversifikasi usaha dengan meningkatkan Competition, menciptakan cross- promotion/selling serta berkolaborasi dengan UMKM lain dalam menciptakan produk baru. 2)

(12)

menyesuaikan aktivitas utama baik menambah produk baru atau berpindah haluan ke aktivitas usaha sesuai kebutuhan saat ini. 3) menciptakan nilai pembeda dengan usaha lainnya melaui inovasi dan kreativitas. 4) menciptakan pola hubungan baru dengan pelanggan melalui penyertaan produk pendamping atau membuat promo donasi. 5) Menyusun Segmenting, Targeting dan Positioning (STP) sesuai kondisi saat ini. 6) memaksimalkan platform digital sebagai cara mengelola bisnis dan berkomunikasi dengan pelanggan. 7) merubah struktur biaya dan aliran pendapatan dengan mengubah strategi margin, fokus pada cash flow yang sehat, memangkas anggaran tidak penting, membuat strategi harga bundling dan fleksibel.

V. UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta para pelaku UMKM di Kabupaten Malang yang dengan sukarela memberikan informasi dan data serta masukan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi UMKM dan pengambil kebijakan.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Arifin, D. (2020). Jaringan Pengaman Sosial Kurangi Dampak Ekonomi Masyarakat di Tengah Pandemi COVID-19. Retrieved from https://bnpb.go.id/berita/jaring- pengaman-sosial-kurangi-dampak- ekonomi-masyarakatdi-tengah-pandemi- Covid-19

Asikin, M. N. (2020). BRI Tegaskan Komitmen Penyelamatan UMKM di Masa Pandemi.

Retrieved from https://today.line.me/id/

v2/article/BRI+Tegaskan+Komitmen+Pe nyelamatan+UMKM+di+Masa+Pandemi- Qe06aj

BPS, (2020). Berita Resmi Statistik. Badan Pusat Statistik, Jakarta - Indonesia.

BPS, (2020a). Analisis Hasil Survey Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha. Badan Pusat Statistik, Jakarta - Indonesia.

Burhan. F. (2020). Bisnis Anjlok Akibat Pandemi Corona. UMKM Bisa Ubah Strategi Usaha.

Retrieved from https://katadata.co.id/

berita/2020/04/15/bisnis-anjlok-akibat- pandemi-corona-umkm-bisa-ubah- strategi-usaha

Delloite. (2015). UKM Pemicu kemajuan Indonesia : Instrumen pertumbuhan bangsa [Online].

Retrieved from http://www2.deloitte.com/

content/dam/Deloitte/id/Documents/

finance/id-fas-sme-powering-indonesia-

success-report-bahasa-noexp.pdf

Eurostat. (2020). Eurostat new release. Retrieved from https://ec.europa.eu/eurostat/

documents/2995521/11529239/4- 19112020-AP-EN.pdf/eff0563b-91b4- 4b30-051c-e494cb46d7cd

Febrantara. D. (2020). Bagaimana Penanganan UKM di Berbagai Negara Saat Ada Pandemi Covid-19? DDTC Fiscal Research.

Retrieved from https://drive.google.

com/drive/folders/1MY31IOC3gWq- EgzNkuJzqJnB9PV6qA2D

Fizriyani, W. (2020). Bupati: Kabupaten Malang Berpotensi Jadi Penggerak UMKM https://

republika.co.id/berita/qenc80380/bupati- kabupaten-malang-berpotensi-jadi-penggerak- umkm

Hadi. S. (2020). Revitalization Strategy for Small and Medium Enterprises after Corona Virus Disease Pandemi (Covid-19) in Yogyakarta.

Journal Of Xi’an University Of Architecture &

Technology.Vol 12 No 4, 4068-4075

Hair, J.F., Hult, G.T.M., Ringle, C.M. and Sarstedt, M. (2017). A Primer on Partial Least Squares Structural Equation Modelling (PLS-SEM), 2nd ed., SAGE Publications, Thousand Oaks, California

Hardilawati, W. L. (2019). Model Pemasaran Hubungan Pelanggan, Inovasi Dan E-Commerce Dalam Meningkatkan Kinerja Pemasaran UKM Di Pekanbaru. Jurnal Akuntansi Dan Ekonomika, 9(2), 213–222 Hendrawan, A., Sucahyowati, H., Cahyandi,

K., Indriyani, & Rayendra, A. (2019).

Pengaruh Marketing Digital Terhadap Kinerja Penjualan Produk UMKM Asti Gauri di Kecamatan Bantasari Cilacap. Jurnal Administrasi Dan Kesekretarisan, 4(1), 53–

60.

ILO. (2020). Ketahanan hidup perusahaan hampir habis, pekerjaan semakin terancam Temuan- temuan utama survei usaha terdampak COVID-19 dari program ILO SCORE Indonesia. Retrieved from https://www.

ilo.org/jakarta/whatwedo/publications/

WCMS_745054/lang--en/index.htm Kemenkes. (2020). Surat Edaran No. HK.02.01/

MENKES/335/2020 tentang Protokol Pencegahan Penularan COVID-19 di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan (Area Publik) dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha. Jakarta

Kementerian Koperasi dan UKM (2020). Rencana strategis kementerian koperasi dan usaha kecil dan menengah tahun 2020 - 2024.

Kotler, P. dan Amstrong, G. (2012). Principles of Marketing (15th ed.). Pearson Education

(13)

Limited.

Kraus, S., Clauss, T., Breier, M., Gast, J., Zardini, A., & Tiberius, V. (2020). The economics of COVID-19 : initial empirical evidence on how family firms in five European countries cope with the corona crisis. International Journal of Entrepreneurial Behavior &

Research, 26(5), 1067–1092.

Maftuchan. A. (2020). Policy Brief 21-Program Tunai di Era COVID-19: Bantuan Tunai Korona atau Jaminan Penghasilan Semesta.

Retrieved from http://theprakarsa.org/

policy-brief-21-program-tunai-di-era- covid-19-bantuan-tunai-korona-atau- jaminan-penghasilan-semesta/

OECD (2020). Coronavirus ( COVID-19 ): SME Policy Responses.

Pakpahan, A. K. (2020). COVID-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 20(April).

Papadopoulos, T., Baltas, K. N., & Balta, M. E.

(2020). The use of digital technologies by small and medium enterprises during COVID-19 : Implications for theory and practice. International Journal of Information Management, 55(Desember), 1–4.

Prabowo, W. A. (2018). Pengaruh Digital Marketing terhadap Organizational Performance Dengan intellectual Capital Dan Perceived Quality sebagai Variabel Intervening Pada Industri Hotel Bintang Tiga Di Jawa Timur. Jurnal Manajemen Pemasaran, 12(2), 101–112.

Prasetyo. A.. & Huda. M. (2019). Analisis Peranan Usaha Kecil dan Menengah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Kebumen. Fokus Bisnis: Media Pengkajian Manajemen dan Akuntansi. 18(1). 26-35 Putra, D. A. (2020). Pulihkan Ekonomi, Pemerintah

Terus Berupaya Bangkitkan Sektor UMKM.

Retrieved from https://www.merdeka.

com/uang/pulihkan-ekonomi-pemerintah- terus-berupaya-bangkitkan-sektor-umkm.

html

PWS. (2020). UK economic update Covid-19.

Retrived from https://www.pwc.co.uk/

premium/covid-19/uk-economic-update- covid-19.pdf.

Rapaccini, M., Saccani, N., Kowalkowski, C., Paiola, M., & Adrodegari, F. (2020). Navigating disruptive crises through service-led growth : The impact of COVID-19 on Italian manufacturing firms. Industrial Marketing Management, 88(May), 225–237.

Sekaran, U. and Bougie, R. (2013). Research Methods for Business: A Skill-Building Approach, 6th ed., John Wiley & Sons, West Sussex.

Setiawan. (2020). Sebanyak 37.000 UMKM Terdampak Virus Corona. Retrieved from https://money.kompas.com/

read/2020/04/17/051200426/sebanyak- 37.000-umkm-terdampak-virus-corona Setiawan. D. (2020a). DJP: Insentif Pajak

Ditanggung Pemerintah Belum Banyak Dipakai UMKM. DDTC News. Retrieved from https://news.ddtc.co.id/djp-insentif-pajak- ditanggung-pemerintah-belum-banyak- dipakai-umkm-21190?page_y=0

Setiawan. (2020b). Jokowi Minta 23 Juta UMKM Diberi Bantuan Pembiayaan Modal Kerja.

Retrieved from https://bisnis.tempo.co/

read/1336881/jokowi-minta-23-juta- umkm-diberi-bantuan-pembiayaan-modal- kerja/full&view=ok

Setyorini, D., Nurhayati, E., & Rosmita. (2019).

Pengaruh Transaksi Online (e-Commerce) Terhadap Peningkatan Laba UMKM (Studi Kasus UMKM Pengolahan Besi Ciampea Bogor Jawa Barat). Jurnal Mitra Manajemen, 3(5), 501–509.

Situmorang, A. P. (2020). Pengusaha Minta Pemerintah Bentuk Satgas Permodalan UMKM Retrieved from https://www.

merdeka.com/uang/pengusaha-minta- pemerintah-bentuk-satgas-permodalan- umkm.html

Referensi

Dokumen terkait

(Susanti et al. Pada Tabel 1.1 dijelaskan bahwa terdapat beberapa permasalahan UMKM pada masa pandemi Covid-19. Pengetahuan produsen yang sempit dapat menghambat

Hasil penelitian berdasarkan uji di Laboratorium Farmasi FMIPA Universitas Sam Ratulangi, kandungan formalin pada tahu di Pasar Bersehati Kota Manado terdapat 13

Green &amp; Schlairet, 2017; Hew &amp; Lo, 2018; Li et al., 2020; Youhasan et al., 2021), dua artikel menyebutkan pendekatan flipped classroom dan pembelajaran berbasis tim

Destabilisasi plak dan ketidakseimbangan pasokan-kebutuhan adalah mekanisme di mana COVID-19 dapat memicu sindrom koroner akut (SKA) (Giustino et al., 2020)

• Zoom digunakan untuk telemedicine kesehatan dalam menanggapi pandemi COVID-19 2020 (Gadzinski et al., 2020).. Palembang, 15 April 2020 Leon Abdillah, Zoom TeleConference/Meetings

Kajian yang dijalankan dalam populasi di Malaysia berhubung impak wabak COVID-19 terhadap kesihatan mental telah dijalankan oleh Hemavathi et al., (2020) pula

Hasil dan pembahasan menunjukkan bahwa kompetensi pendidik yang dibutuhkan menyesuaikan persoalan yang diantaranya adalah ketidakmampuan siswa memahami materi yang diberikan

Bagi responden yang menerima bantuan, merasakan bantuan tersebut sangat bermanfaat dan dapat dijadikan penopang hidup keluarga di saat responden tidak memiliki sumber mata