• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PERINDUSTRIAN DIBIDANG SNI WAJIB OLEH DITRESKRIMSUS POLDA JATENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PERINDUSTRIAN DIBIDANG SNI WAJIB OLEH DITRESKRIMSUS POLDA JATENG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No. 1 September 2017

Implementasi Penyidikan Tindak Pidana Perindustrian…

(Teguh Wahyono)

IMPLEMENTASI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PERINDUSTRIAN DIBIDANG SNI WAJIB OLEH DITRESKRIMSUS POLDA JATENG

Teguh Wahyono*, Umar Ma’ruf **

*Mahasiswa Magister (S-2) Ilmu Hukum UNISSULA Semarang, email: [email protected]

** Dosen Fakultas Hukum UNISSULA Semarang

ABSTRACT

This study aims to examine how the implementation of industrial crime investigation in the field of SNI (Indonesian National Standard) is obliged by the Directorate of Special Criminal Investigation of Central Java Police. This research is focused on the implementation of industrial crime handling conducted by the Directorate of Special Criminal Investigation of Central Java Police, barriers experienced by the Police in handling industrial crime in Directorate of Special Criminal Investigation of Central Java Police and how the judges consideration in imposing criminal punishment against perpetrators of Criminal Act of Industry. Implementation of the investigation of industrial crime in the field of SNI (Indonesian National Standard) shall be obliged by the Directorate of Special Criminal Investigation of the Central Java Regional Police is to carry out investigation and investigation activities until the suspect and the evidence or stage II has been deleted. Obstacles faced by the Police in the handling of Industrial Crime at the Directorate of Special Criminal Investigation of Central Java Police, which consists of internal factors that are factors that come from within the Police and external factors that are factors coming from outside the Police. Judge consideration in imposing criminal sanction against perpetrator of Crime of Industry namely: Consideration based on Evidence, Consideration based on testimony of witnesses and defendant, Consideration based on expert statement, Consideration based on elements in the demands letter letter by the Prosecutor. And Consideration based on incriminating and mitigating things.

Keywords: Investigator, Industry, SNI

PENDAHULUAN

Dalam era perdagangan bebas, aliran barang dan/atau jasa tidak lagi dapat dibatasi oleh letak geografis suatu negara. Di sisi lain dengan pemenuhan standar, produk kita juga diharapkan bisa menembus pasar luar negeri dengan tingkat daya saing yang lebih tingi. Secara umum, kondisi yang demikian pada satu sisi akan menguntungkan konsumen dalam hal kebebasan untuk memilih jenis, kualitas dan harga barang sesuai dengan kebutuhan.1 Indonesia saat ini relatif memadai, namun dari sisi penyebarannya masih terkonsentrasi di pulau Jawa, khususnya di Jakarta dan sekitarnya. Dibandingkan

1 Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian Dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan R,2013, Analisis Pengembangan SNI Dalam Rangka Pengawasan Barang Beredar,Jakarta.

Hal. i

(2)

dengan negara-negara lain di lingkungan ASEAN, infrastruktur teknis penilaian kesesuaian yang dimiliki Indonesia tidak ketinggalan.2 Apabila fungsi penilaian kesesuaian terhadap SNI yang bersifat sukarela merupakan pengakuan, maka bagi SNI yang bersifat wajib penilaian kesesuaian merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh semua pihak yang terkait. Dengan demikian penilaian kesesuaian berfungsi sebagai bagian dari pengawasan pra pasar yang dilakukan oleh regulator.3

Berdasar uraian latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi penanganan Tindak Pidana Perindustrian yang dilaksanakan oleh Ditreskrimsus Polda Jateng ?

2. Hambatan-hambatan apa yang dialami Kepolisian dalam penanganan Tindak Pidana perindustrian di Ditreskrimsus Polda Jateng dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut ?

3. Bagaimana pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perindustrian ?

PEMBAHASAN

Implementasi Penanganan Tindak Pidana Perindustrian Yang Dilaksanakan Oleh Ditreskrimsus Polda Jateng.

Di Ditreskrimsus Polda Jateng Penanganan Tindak Pidana Perindustrian dibidang SNI wajib yaitu dengan cara Penyelidikan dan Penyidikan sampai dengan penyelesaian perkara meliputi:

1. Penyelidikan

Penyelidikan dalam pengungkapan Tindak Pidana Perindustrian merupakan langkah awal kegiatan dalam mencari dan menemukan alat bukti dalam hal ini adalah bukti yang cukup untuk ditingkatkan ke tahap penyidikan. Menurut KUHAP, Dasar dilaksanakan suatu Penyelidikan yaitu:

a. Laporan Informasi b. Pengaduan

c. Surat dari Instansi Pemerintah dan Non Pemerintah. dan d. Laporan Polisi Model B.

2. Penyidikan

Dalam melaksanakan Kegiatan Penyidikan diperlukan upaya paksa yang dilakukan Oleh Penyidik dan/atau penyidik Pembantu yaitu:

a. Penangkapan

Dalam penanganan tindak pidana perindustrian tertangkap tangan dimungkinkan yaitu saat dilakukannya penyelidikan yang mana penyelidik telah berkeyakinan terdapat suatu tindak pidana

2 Masagus M. Ridwan dkk,2015,Analisis Daya Saing Dan Strategi Industri Nasional Di Era Masyarakat Ekonomi Asean Dan Perdagangan Bebas,Bank Indonesia, Jakarta. Hal. 4

3Ary Budi Mulyono dan Bendjamin B. Louhenapessy.2014.Penerapan Dan Kebutuhan SNI Produk Prioritas Untuk Mendukung Program MP3EI. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Hal. 161.

(3)

Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No. 1 September 2017

Implementasi Penyidikan Tindak Pidana Perindustrian…

(Teguh Wahyono)

yang sedang dilakukan baik itu memproduksi barang maupun memperdagangkan barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis dan/atau tanpa SNI yang diberlakukan wajib dengan pertimbangan tersangka akan menghilangkan barang bukti.

b. Penahanan

Dalam implementasi di dalam penyidikan oleh Penyidik Ditreskrimsus Polda Jateng, terhadap tersangka tidak dilakukan penahanan karena dengan harapan tersangka dapat mengurus legalitas SNI yang dikategorikan wajib tersebut, sehingga diharapkan tersangka nanti mendapatkan putusan yang lebih ringan dari hakim.

c. Penggeledahan

Menurut wawancara dengan Kompol Dr. Rudi Hartono, S.I.K.,M.H.,M.Si. sebagai Penyidik di Ditreskrimsus Polda Jateng yang menangani tindak pidana Perindustrian di bidang SNI Wajib dalam implementasi Penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik atau Penyidik pembantu Ditreskrimsus Polda Jateng telah sesuai dengan prosedur dan atau sesuai dengan KUHAP.

Penggeledahan tersebut dilaksanakan untuk menemukan barang bukti yang berkaitan dengan tindak pidana yang terjadi.

d. Penyitaan

Berdasarkan wawancara dengan Kompol Dr. Rudi Hartono, S.I.K., M.H., M.Si. sebagai Penyidik di Ditreskrimsus Polda Jateng yang menangani tindak pidana Perindustrian di bidang SNI Wajib mengungkapkan bahwa penyitaan merupakaan salah satu upaya paksa penyidik sebagai upaya dalam mempermudah dalam pembuktian. Jika tersangka dalam perkara tindak pidana perindustrian adalah Pedagang atau distributor maka barang bukti utama adalah barang-barang yang dijual tersebut yang diduga tidak memiliki SNI padahal barang tersebut telah ditetapkan wajib memiliki SPPT SNI.4

3. Penyelesaian Perkara

Dalam hal penyidikan Tindak pidana telah dinyatakan cukup yaitu penyidik telah mendapatkan minimal 2 alat bukti dan keterangan saksi maka penyidik melaksanakan penyelesaian berkas perkara yaitu meliputi tahapan Pembuatan Resume berkas perkara dan pemberkasan. Setelah berkas tersebut dinyatakan lengkap maka penyidik wajib melaksanakan Penyerahan 2 Berkas perkara kepada penuntut umum atau tahap I. Setelah penuntut umum menerima hasil penyidikan yang lengkap dari penyidik, ia segera, menentukan apakah berkas perkara itu sudah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak dilimpahkan ke pengadilan. Jika Jaksa menyatakan Berkas sudah lengkap baik itu Persyaratan formil dan materil maka jaksa menerbitkan P21 yang artinya berkas perkara dinyatakan lengkap dan meminta penyidik untuk melimpahkan tanggung jawab Tersangka dan barang Bukti ke Penuntut umum. Setelah Penyidik menerima P21 dari penuntut umum maka Penyidik sesegera

4 Wawancara dengan Kompol Dr. Rudi Hartono, S.I.K.,M.H.,M.Si. sebagai Penyidik di Ditreskrimsus Polda Jateng, pada hari Rabu tanggal 21 Juni 2017.

(4)

mungkin melimpahkan Tersangka dan barang bukti Ke Kejaksaan Tinggi disertai dengan berita acara serah terima tersangka dan barang bukti yang ditandatangani oleh penyidik dan penuntut umum. Setelah pelimpahan tersebut penyidikan Perkara pidana oleh Penyidik dinyatakan selesai.

Menurut penulis kegiatan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan oleh Penyidik Ditreskimsus Polda Jateng telah sesuai dengan peraturan yang berlaku yang telah digunakan sebagai pedoman oleh penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu KUHAP, PERKAP, PERKABA dan peraturan lain yang telah digunakan seperti keputusan Mahkamah Konstitusi mengenai sifat segera dan penerbitan SPDP yang harus disampaikan kepada pelapor dan terlapor serta peraturan-peraturan lain yang tidak bertentang dengan Undang-undang.

Hambatan-hambatan yang dialami Kepolisian dalam penanganan Tindak Pidana perindustrian di Ditreskrimsus Polda Jateng dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut.

Sesuai wawancara dengan Kompol Dr. Rudi Hartono, S.I.K., M.H., M.Si. sebagai Penyidik di Ditreskrimsus Polda Jateng yang menangani tindak pidana Perindustrian di bidang SNI Wajib, menyatakan bahwa hambatan yang dialami Penyidik dalam melaksanakan Penyidikan tindak pidana perindustrian terdapat dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal

Faktor internal sendiri merupakan faktor yang berasal dari dalam institusi Kepolisian dalam hal ini adalah Ditreskrimsus Polda Jateng yaitu:

a. Sumber Daya Manusia

Dalam melaksanakan penyidikan Tindak Pidana Perindustrian, Penyidik dan Penyidik Pembantu Ditreskrimsus Polda Jateng memiliki hambatan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu Penyidik atau penyidik pembantu yang ada belum mendapatkan pendidikan kejuruan fungsi Reserse ataupun pendidikan pengembangan khusus mengenai tindak pidana dibidang perindustrian, bahkan sampai dengan saat ini materi tersebut belum masuk dalam bahan ajaran di lembaga pendidikan Polri.

b. Sarana dan Prasarana

Salah satu yang masih kurang mengenai sarana dan prasarana ini yaitu kendaraan khusus Lidik- Sidik, dalam hal ini Penyidik tidak memiliki mobil yang khusus untuk mendukung kegiatan penyelidikan dan penyidikan akan tetapi hal itu dapat ditutupi dengan adanya biaya operasional yang digunakan untuk menyewa kendaraan sehingga tidak mengganggu tugas dan fungsi penyidik dalam mendukung pengungkapan Tindak pidana.

c. Kewajiban melaksanakan kegiatan lainnya

Banyaknya kasus yang menjadi atensi pimpinan Polri membuat perkara tindak pidana perindustrian yang ditangani penyidik seakan terabaikan. Dikarenakan kasus yang menjadi atensi dianggap sebagai pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh Penyidik karena terkadang

(5)

Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No. 1 September 2017

Implementasi Penyidikan Tindak Pidana Perindustrian…

(Teguh Wahyono)

sebuah perkara bersentuhan langsung dengan masyarakat dan menjadi perhatian publik contohnya adalah perkara Penimbunan bahan atau barang kebutuhan Pokok.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu penghambat yang berasal dari luar institusi Kepolisian meliputi:

a. Belum adanya database SPPT SNI.

Selama ini yang menjadi hambatan penyelidikan tersebut adalah tidak adanya database mengenai SPPT SNI yang dapat diakses oleh penyidik, bahkan Kementerian Perindustrian dalam hal ini merupakan stakeholder yang membidangi serta memiliki regulasi serta sebagai penangampu penerapan undang-undang mengenai perindustrian juga belum memiliki data base tersebut.

b. Sulitnya Berkoordinasi dengan pihak terkait

Dalam melaksanakan penyidikan tindak pidana Perindustrian Penyidik melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait yaitu Kementerian bahkan Lembaga lain yang berada di luar wilayah Jawa Tengah yang terkadang penyidik kesulitan karena diharuskan datang ke kantor Ahli maupun Analis SNI secara langsung sehingga biaya untuk penyidikan Tindak pidana tersebut menghabiskan biaya penyidikan yang cukup besar.

c. Keterbukaan Saksi

Hal yang menjadi hambatan dalam penyidikan yaitu saksi yang belum mau terbuka dan masih menutupi suatu perkara yang mereka ketahui. Padahal keterangan saksi merupakan hal yang sangat penting dan Keterangan saksi merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutus perkara pidana.

d. Masyarakat

Faktor penghambat dari masyarakat yaitu kurang terbuka terhadap lingkungan disekitarnya dan serta bersikap apatis dengan tidak peduli serta tidak mau tahu dengan aktifitas yang terjadi di lingkungannya itu sendiri. Sehingga pada saat masyarakat dimintai keterangan oleh penyelidik, masyarakat tersebut kurang tanggap dan tidak menegtahui jika ada Tindak Pidana Perindustrian di sekitarnya.

e. Wilayah dan Geografis

Wilayah Hukum Ditreskrimsus Polda Jateng adalah seluruh wilayah di Provinsi Jawa Tengah.

Hal ini merupakan salah satu hambatan yang dialami oleh Penyidik di Ditreskrimsus Polda Jateng dalam menangani tindak pidana Perindustrian. Karena dengan sarana transportasi yang masih menggunakan transportasi darat, Ditreskrimsus Polda Jateng harus menjangkau wilayah-wilayah yang jauh dari Kota Semarang yang merupakan kantor Penyidik Ditreskrimsus Polda Jateng dengan kondisi jalan yang berbeda-beda.

Hal yang yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dialami oleh penyidik Ditreskrimsus Polda Jateng dalam melakukan penyidikan tindak Pidana Perindustrian tersebut yaitu:

(6)

1. Perlu adanya kerja sama, baik di kalangan pemerintah, penegak hukum maupun masyarakat 2. Perlunya meningkatkan Sumber Daya Manusia bagi para penyidik

3. Perlu penambahan personel

4. Pemenuhan sarana dan prasarana dari pemerintah Kepada Polri

Selain hambatan penyidikan tindak pidana perindustrian yang diungkapkan Oleh Penyidik Ditreskrimsus Polda Jateng, menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto, S.H.,M.A. faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas Hukum yaitu:5

1. Faktor hukumnya sendiri 2. Faktor penegak hukumnya 3. Faktor masyarakat

4. Faktor kebudayaan

Menurut Penulis Faktor utama yang mempengaruhi efektifitas penegakan hukum tindak pidana perindustrian yaitu Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, dikarenakan Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan perangkat keras.

Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku Tindak Pidana Perindustrian Berdasarkan Pasal 1 butir 8 KUHAP Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Putusan hakim merupakan puncak klimaks dari suatu perkara yang sedang diperiksa dan diadili oleh seorang hakim.6Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana perindustrian adalah sebagai berikut:

1. Pertimbangan berdasarkan Barang bukti.

Barang bukti adalah benda yang digunakan untuk meyakinkan Hakim akan kesalahan terdakwa terhadap perkara pidana yang dituduhkan kepadanya.7 Barang bukti dalam sidang di pengadilan selalu menjadi pertimbangan hakim karena Barang bukti adalah benda atau barang yang digunakan untuk meyakinkan Hakim akan kesalahan Terdakwa terhadap perkara pidana yang dituntutkan kepadanya.8

2. Pertimbangan berdasarkan keterangan saksi-saksi dan terdakwa.

Tidak setiap kejadian atau keadaan dapat disaksikan oleh seorang Saksi secara lengkap, akan tetapi Pasal 185 ayat (4) KUHAP menyebutkan bahwa keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri sendiri dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah, jika keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa hingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian.9

5 Soerjono Soekanto,2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hal. 17

6 Sudarto.1986. Hukum dan Hukum Pidana. Alumni. Bandung. Hal 74

7Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, PT. Gramedia, Jakarta, hal. 140

8 Sudarsono, 2007, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 47.

9 Martiman Prodjohamidjojo, 2001. Penerapan Pembuktian Terbalik dalam Delik Korupsi (UU No. 31 Tahun 1999).

Mandar Maju. Bandung. hal. 22

(7)

Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No. 1 September 2017

Implementasi Penyidikan Tindak Pidana Perindustrian…

(Teguh Wahyono)

Keterangan saksi dapat dikategorikan sebagai alat bukti sepanjang keterangan itu mengenai sesuatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, alami sendiri, dan harus disampaikan di dalam sidang pengadilan dengan mengangkat sumpah. Keterangan saksi menjadi pertimbangan utama dan selalu dipertimbangkan oleh hakim dalam putusannya.10

3. Pertimbangan berdasarkan keterangan ahli

Merujuk pada ketentuan dalam KUHAP, keahlian dari seseorang yang memberikan keterangan ahli tidak hanya berdasarkan pengetahuan yang ia miliki melalui pendidikan formal, namun keahlian itu juga dapat diperoleh berdasarkan pengalamannya. Patut diperhatikan KUHAP membedakan keterangan seorang ahli di persidangan dan keterangan ahli secara tertulis yang disampaikan di depan sidang pengadilan.11

Jika seorang ahli memberikan keterangan lisan di depan sidang pengadilan dan dicatat dalam berita acara oleh panitera dan di bawah sumpah disebut keterangan ahli, sedangkan jika seorang ahli di bawah sumpah telah memberikan keterangan tertulis di luar persidangan dan keterangan tersebut dibacakan di depan sidang pengadilan, keterangan ahli tersebut merupakan alat bukti surat.12

4. Pertimbangan berdasarkan unsur-unsur dalam pasal-pasal surat tuntutan oleh Jaksa.

Dakwaan merupakan dasar hukum acara pidana karena berdasar itulah pemeriksaan di persidangan dilakukan. Dakwaan selain berisikan identitas terdakwa, juga memuat uraian tindak pidana yang didakwakan dengan menyebut waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. Dakwaan yang dijadikan pertimbangan hakim adalah dakwaan yang telah dibacakan di depan sidang pengadilan.

5. Pertimbangan berdasarkan hal yang memberatkan dan yang meringankan.

Keadilan tidak berbentuk dan tidak dapat dilihat namun pelaksanaannya dapat kita lihat dalam perspektif pencarian keadilan. Dalam memberikan putusan terhadap suatu perkara pidana, seharusnya putusan hakim tersebut berisi alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangan yang bisa memberikan rasa keadilan bagi terdakwa. 13

PENUTUP Kesimpulan

1. Implementasi Penanganan Tindak Pidana Perindustrian Yang Dilaksanakan Oleh Ditreskrimsus Polda Jateng

Di Ditreskrimsus Polda Jateng Penanganan Tindak Pidana Perindustrian dibidang SNI wajib yaitu dengan cara Penyelidikan, Penyidikan, serta penyelesaian perkara meliputi:

a. Penyelidikan

10 Eddy O.S. Hiariej, 2010. Pengadilan atas bebrapa kejahatanserius terhadap HAM. Erlangga. Surabaya. hal. 114

11 Eddy O.S. Hiariej, Op. Cit. hal. 106-107

12 Ibid

13 Nanda Agung Dewantara,1987, Masalah Kebebasan Hakim Dalam Menangani Suatu Masalah Perkara Pidana, Aksara Persada Indonesia. Jakarta. hlm 50.

(8)

Dasar dilaksanakan suatu Penyelidikan yaitu:

1) Laporan Informasi 2) Pengaduan

3) Surat dari Instansi Pemerintah dan Non Pemerintah.

4) Laporan Polisi Model B b. Penyidikan

Dalam melaksanakan Kegiatan Penyidikan diperlukan upaya paksa yang dilaksanakan Oleh Penyidik yaitu:

1) Penangkapan 2) Penahanan 3) Penggeledahan 4) Penyitaan

Selain upaya paksa tersebut dalam penanganan tindak pidana perindustrian diperlukan juga keterangan Ahli untuk menguatkan pembuktian karena dalam perkara perindustrian pendapat ahli merupakan salah satu alat bukti karena keterangan tersebut dapat membuat terang suatu perkara pidana

c. Penyelesaian perkara

Dalam hal penyidikan Tindak pidana telah dinyatakan cukup yaitu penyidik telah mendapatkan minimal 2 alat bukti dan keterangan saksi maka penyidik melaksanakan penyelesaian berkas perkara dan dilimpahkan ke JPU (Tahap I) Jika Jaksa menyatakan Berkas sudah lengkap baik itu Persyaratan formil dan materil maka jaksa menerbitkan P21 yaitu berkas dinyatakan lengkap dan meminta penyidik untuk melimpahkan Tersangka dan barang Bukti ke Penuntut umum. Setelah Penyidik menerima P21 dari penuntut umum maka Penyidik sesegera mungkin melimpahkan Tersangka dan barang bukti Ke kejaksaan Tinggi (Tahap II), Setelah pelimpahan tersebut penyidikan Perkara pidana dinyatakan selesai.

2. Hambatan-hambatan yang dialami Kepolisian dalam penanganan Tindak Pidana perindustrian di Ditreskrimsus Polda Jateng yaitu:

a. Faktor internal yaitu:

1) Sumber Daya Manusia 2) Sarana dan Prasarana

3) Kewajiban melaksanakan kegiatan lainnya b. Faktor eksternal yaitu:

1) Belum adanya database SPPT SNI

2) Sulitnya Berkoordinasi dengan pihak terkait 3) Keterbukaan Saksi

4) Masyarakat

5) Wilayah dan Geografis

(9)

Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No. 1 September 2017

Implementasi Penyidikan Tindak Pidana Perindustrian…

(Teguh Wahyono)

Hal yang yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dialami oleh Ditreskrimsus Polda Jateng dalam melakukan penyidikan tindak Pidana Perindustrian tersebut yaitu:

a. Perlu adanya kerja sama baik di kalangan pemerintah, penegak hukum maupun masyarakat dalam upaya menangani Tindak Pidana Perindustrian .

b. Perlunya meningkatkan Sumber Daya Manusia bagi para penyidik dan Penyidik Pembantu.

c. Perlu penambahan personel

d. Pemenuhan sarana dan prasarana dari pemerintah Kepada Polri

3. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku Tindak Pidana Perindustrian yaitu:

a. Pertimbangan berdasarkan Barang bukti.

b. Pertimbangan berdasarkan keterangan saksi-saksi dan terdakwa.

c. Pertimbangan berdasarkan keterangan ahli

d. Pertimbangan berdasarkan unsur-unsur dalam pasal-pasal surat tuntutan oleh Jaksa.

e. Pertimbangan berdasarkan hal yang memberatkan dan yang meringankan.

Saran

Beberapa saran dapat diberikan berkaitan dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Pemenuhan sarana dan prasarana dari pemerintah Kepada Polri untuk kelancaran proses penyidikan Tindak Pidana Perindustrian.

2. Sanksi Administasi dengan asas ultimum remedium harus dilaksanakan dalam penyidikan Tindak Pidana Perindustrian.untuk mewujudkan hukum yang berkeadilan.

3. Pemerintah untuk senantiasa memberikan sosialisasi mengenai Standar nasional Indonesia sehingga masyarakat mengetahui tentang bagaimana melakukan pengurusan sertifikat SNI tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku:

Bachtiar, Harsja W.,1994,Ilmu Kepolisian Sebagai Cabang Ilmu Pengetahuan Yang Baru, PT.

Grasindo, Jakarta;

Basah, Syachran, 1986, Tiga Tulisan Tentang Hukum, Armico, Bandung;

Hartanti, Evi, 2005, Tindak Pidana, Sinar Grafika, Jakarta;

Hamzah, Andi, 1999, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika. Jakarta.

Lamintang, P.A.F..1996. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Adityta Bakti. Bandung;

Marzuki, Peter Mahmud,2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta;

(10)

Moeljatno, 2002, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta;

Peodjawiyatna,2003, Etika Filsafat Tingkah Laku, Rineka Cipta, Jakarta;

Prodjodikromo,Wirjono,1999, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Eresco, Jakarta;

Riduan Syahrani,1999,Rangkuman Intisari Ilmu Hukum,Citra Aditya Bakti,Bandung;

Samidjo, 1985, Ringkasan dan Tanya jawab Pidana,Armico, Bandung;

Saleh, Roeslan, 1993, Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Pidana, Aksara Baru, Jakarta;

Sudarsono, 2007, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta;

Sudarto,1990, Hukum Pidana I, FH Universitas Diponegoro, Semarang;

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, PT.

Gramedia, Jakarta;

Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

A. PERUNDANG-UNDANGAN:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana;

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian.

B. SUMBER LAIN:

http://www.bsn.go.id/main/sni/isi_sni/24, di akses tanggal 9 Mei 2017;

http://bisnis.liputan6.com/read/2193201/menperin-pendaur-ulang-monitor-bekas-jadi-tv-perlu-dibina diakses tanggal 19 Juli 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari sisi ini, latar belakang kegiatan majlis ta’lim ini yang merupakan langkah meneruskan program kepengurusan sebelumnya dan untuk memberikan ruang belajar bagi mahasiswa

Berdasarkan nilai indeks bagian terbesar (IP) makanan, diperoleh bahwa ikan lidah jantan dan betina memiliki kesamaan makanan utama adalah kelompok Crustacea

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa, lubb merupa- kan inti dari segala hati yang terkait dengannya cahaya tauhid, di mana cahaya-cahaya seperti Islam, iman, dan makrifat

Tujuan penyampaian materi ini adalah agar mitra memiliki wawasan dan pengetahuan tentang prosedur dan syarat pengajuan sertifikat halal dan sertifikat kesesuaian syariah serta

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hendratmo (2016) yang menitikberatkan pada peran kepuasan kerja sebagai perantara karakteristik individu,

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 48 anakan alam ulin terdiri dari individu dengan kedekatan genetik tinggi dan beberapa individu klon.. Hal ini dapat menjadi salah satu

Grafik 1 Diagram Batang Strategi Koping Siswa Kelas XII SMAN Jatinangor yang akan Menghadapi Ujian Nasional 2012 secara keseluruhan Dari grafik 1 di atas maka dapat

Menurut Sugyono (2008:1) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, sebagai lawannya adalah