• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Regresi 2. Pokok Bahasan : Asumsi sisaan dan penanganannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis Regresi 2. Pokok Bahasan : Asumsi sisaan dan penanganannya"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Regresi 2

Pokok Bahasan :

Asumsi sisaan dan penanganannya

Tujuan Instruksional Khusus :

Mahasiswa dapat menjelaskan asumsi-asumsi yang melandasi analisis regresi linier sederhana dan berganda, efek pelanggarannya, cara

pemeriksaan keterpenuhannya, serta prosedur penanganannya.

(2)

Sisaan

Sisaan adalah menyimpangnya nilai amatan yi terhadap dugaan nilai harapannya

Sisaan untuk suatu amatan ke-i:

Sisaan baku

i

y

i

b b x ]

x

| [Y E

] x

| [Y

E 

i

 

i

  

0

1

i i

i

y y

e   

 

s

e s

y

r y i

y y

i i

i

i i

ˆ

ˆ Bisa digunakan untuk

memeriksa kebenaran menyebar N(0,1)

i

Kurang tepat sebab

ragam (ei) = s2 (1-hii)

 

 

i ii n i

i

x n x

e h r

1 2

,

(3)

Informasi-informasi yang Didapat Melalui Sisaan

Bisa melihat pola sebaran peubah acak Y

Melalui sisaan, kita dapat mengetahui apakah asumsi-asumsi yang disyaratkan pada pendugaan dengan MKT dipenuhi atau tidak

Melalui sisaan, kita juga dapat menguji parameter regresi, sehingga kita perlu mengetahui sebaran sisaan

Melalui sisaan, kita juga bisa melihat apakah model yang kita pilih pas atau tidak

Melalui sisaan, kita juga bisa melihat apakah sebuah pengamatan merupakan pencilan atau bukan

Melalui sisaan, kita juga bisa melihat apakah sebuah pengamatan merupakan pengamatan berpengaruh atau bukan

(4)

ASUMSI ASUMSI YANG HARUS DIPENUHI DALAM ANALISIS REGRESI BERGANDA :

1. Kondisi Gauss-Marcov

si autokorela ada

bebas/tdk saling

j i , 0 ] [

3.

) ticity homoscedas

(

x nilai setiap

untuk homogen

sisaan ragam

, ]

[ var ]

E[

2.

nol sisaan

taan harapan/ra

- nilai

0

] [ . 1

2 2 i

sisaan E

E

j i i

3. Galat bebas terhadap peubah bebas, 2. Galat menyebar Normal

i , 0 )

,

cov(xij  

4. Tidak ada multikolinieritas pd peubah bebas, cov(xi,xj)  0 ,i  j

(5)

Pentingnya Memenuhi Asumsi dalam

Analisis Regresi Sederhana dan Berganda

(6)

Sisaan menyebar Normal dengan nilai harapan = 0

 diperlukan terutama pada saat pengujian hipotesis dan penyusunan selang kepercayaan bagi parameter  pengaruh pelanggaran asumsi sisaan yang tidak

menyebar normal adalah taraf nyatanya tidak akan sesuai (Rawlings, Pantula dan Dickey, 1998).

 Asumsi bahwa sisaan menyebar normal tidak terlalu berpengaruh dalam pendugaan parameter regresi dan penguraian total keragaman.

(7)

Ragam sisaan dikatakan homogen/konstan jika Var(e)= E(e2) = 2

Ragam sisaan dikatakan tidak homogen (heteroskedastic) jika ragam sisaannya tidak konstan

Heteroskedasticity pada umumnya terjadi pada data cross-section atau data deret waktu

Gambar disamping memperlihatkan :

•ragam sisaan yang tidak konstan, ragam cenderung meningkat ketika nilai x

meningkat.

Ragam Sisaan yang Homogen

(8)

Ragam Sisaan yang Homogen

Kehomogenan ragam berperan penting terhadap hasil pendugaan dengan MKT

Ragam homogen = setiap pengamatan

mengandung informasi yang sama penting

Ragam homogen mengakibatkan presisi penduga bagi MKT tinggi

(lanjutan)

(9)

Akibat Pelanggarann Asumsi Ketidakhomogenan Ragam (1)

Asumsi kehomogenan/kesamaan ragam (homoscedasticity) memainkan peranan yang sangat penting di dalam pendugaan dengan metode kuadrat terkecil.

Asumsi ini berimplikasi bahwa setiap pengamatan pada peubah respon mengandung informasi yang sama penting sehingga seluruh pengamatan di dalam metode kuadrat terkecil

mendapatkan bobot yang sama.

Ketidakhomogenan ragam (heteroscedasticity) mengakibatkan beberapa pengamatan mengandung informasi yang lebih

dibandingkan yang lain. Dengan demikian, pengamatan tersebut seharusnya mendapatkan bobot yang lebih besar dibandingkan pengamatan yang lain (Rawlings, Pantula dan Dickey 1998).

(10)

Sifat dari penduga metode kuadrat terkecil yaitu takbias terbaik (memiliki ragam penduga yang minimum) sangat tergantung dari asumsi ini. Pembobotan yang sama,

sebagaimana pada metode kuadrat terkecil, tidak akan menghasilkan penduga dengan ragam minimum, apabila ragamnya tidak sama.

Karena itu, pengaruh dari tidak dipenuhinya asumsi ini adalah presisi/kecermatan dari penduga metode kuadrat terkecil menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan

penduga yang mengakomodir ketidakhomogenan ragam tersebut (Rawlings, Pantula dan Dickey, 1998).

Akibat Pelanggarann Asumsi

Ketidakhomogenan Ragam (2)

(11)

Sisaan Saling Bebas

Sisaan saling bebas = sisaan tidak memiliki korelasi (korelasinya sama dengan nol)

Sisaan yang berkorelasi mungkin disebabkan karena beberapa hal. Data yang dikumpulkan berdasarkan urutan waktu tertentu seringkali memiliki sisaan yang saling berkorelasi. Pada data seperti ini, sisaan dari pengamatan pada waktu tertentu cenderung untuk berkorelasi dengan sisaan yang berdekatan.

(12)

Sisaan saling berkorelasi

Pengaruh adanya sisaan yang saling

berkorelasi ini adalah berkurangnya presisi pada penduga metode kuadrat terkecil,

serupa dengan pengaruh ketidakhomogenan ragam.

Dugaan MKT tetap tidak bias tapi standar

error- nya bias ke bawah ( under estimate )

(13)

Pemeriksaan Sisaan

(14)

Mendeteksi Sisaan Menyebar Normal

Eksplorasi :

histogram sisaan

plot normal

Uji formal :

Uji Kolmogorov Smirnov

Uji Lillifors

(15)

Histogram Sisaan untuk:

Pemeriksaan Bentuk Sebaran

Sisaan

Frekuensi

3 2

1 0

-1 -2

-3 4

3

2

1

0

Normal

Histogram Sisaan

Tebaran sisaan dan histogram di samping

untuk melihat : BENTUK

SEBARAN

SISAAN, simetri atau tidak

HASIL

DIAGNOSA : Sebaran

sisaan agak menjulur ke kanan

(16)

Plot Sisaan untuk:

Pemeriksaan Sebaran Normal

Sisaan

Peluang normal

5 4 3 2 1 0 -1 -2 -3 -4

99

95 90

80 70 60 50 40 30 20

10 5

1

Normal - 95% CI

Probability Plot of Sisaan Plot sisaan terhadap peluang

Normal untuk :

Mencocokkan apakah sebaran sisaan merupakan sebaran Normal atau tidak. Ya jika pola tebaran membentuk garis lurus Hasil Diagnosa :

bisa dianggap lurus

 menyebar Normal

(17)

Uji Kolmogorov-Smirnov

Hipotesis

H0: Sisaan menyebar normal

H1: Sisaan tidak menyebar normal

Statistik uji Kolmogorov-Smirnov (D) dapat dirumuskan sebagai:

Statistik uji Kolmogorov-Smirnov berasal dari kelas

supremum statistik fungsi distribusi empiris (empirical distribution function (EDF))

(18)

Statistik ini berdasarkan maksimum jarak vertikal antara F(x) dan Fn(x).

Statistik uji Kolmogorov-Smirnov dihitung dari nilai maksimum D+ dan D-, dimana D+ adalah jarak

vertikal terbesar antara F(x) dan Fn(x) ketika Fn(x) lebih besar dari F(x) dan D- adalah jarak vertikal terbesar ketika Fn(x) lebih kecil dari F(x)

Uji Kolmogorov-Smirnov

(19)

Uji Lilliefors

Uji Lilliefors merupakan adaptasi dari uji Kolmogorov-Smirnov

Hipotesis yang digunakan sama dengan

hipotesis yang diujikan pada uji Kolmogorov- Smirnov

Uji ini relatif lemah dan data yang diperlukan juga cukup besar agar kita dapat menolak

hipotesis kenormalan sisaan.

(20)

Tahapan Uji Lilliefors adalah:

1. Dugalah nilai tengah dan ragam populasi berdasarkan data yang kita miliki

2. Kemudian carilah nilai perbedaan maksimum antara fungsi sebaran empiris (EDF) dan fungsi sebaran

kumulatif (CDF) distribusi normal dengan nilai tengah dan ragam yang telah diduga. Seperti halnya uji

Kolmogorov-Smirnov, nilai ini akan menjadi nilai uji statistik

3. Pada tahapan yang terakhir akan diputuskan apakah

perbedaan itu cukup besar dan signifikan secara statistik.

Uji Lilliefors

(21)

Uji Lilliefors

Tahapan yang ketiga ini sedikit lebih sulit

dibandingkan dengan uji Kolmogorov-Smirnov karena fungsi sebaran kumulatif semakin mendekati data.

Hal tersebut dikarenakan nilai dugaan-nya

berdasarkan data tersebut, perbedaan maksimumnya menjadi lebih kecil jika dibandingkan apabila Ho yang hanya memiliki satu distribusi normal. Oleh karena itu diperlukan distribusi null dari statistik uji, yaitu

distribusi peluang yang mengasumsikan Ho benar.

Inilah yang disebut dengan distribusi Lilliefors.

Tabel nilai dari distribusi Lilliefors telah dihitung dengan menggunakan metode Monte Carlo.

(22)

Mendeteksi Ragam Sisaan Homogen

Eksplorasi :

Plot antara sisaan dengan dugaan respon

Plot antara sisaan dengan peubah-peubah bebas disarankan untuk dipergunakan karena

ketidakhomogenan ragam sisaan terkadang juga

disebabkan ragam sisaan tersebut merupakan fungsi dari peubah bebas.

Apabila ragam sisaan homogen, maka seharusnya plot antara sisaan tersebut tidak memiliki pola apapun

(23)

Plot Sisaan untuk : Pemeriksaan Kehomogenan Ragam

y_duga

sisaan

10.5 10.0 9.5

9.0 8.5 8.0 7.5

7.0 3

2

1

0

-1

-2

Plot Sisaan vs y_duga

terpenuhi

j i , 0 ] [

3.

penuhi

tidak ter

] E[

2.

terpenuhi

0 ] [ . 1

2 2 i

i E E

Kondisi Gauss-Markov

Pada tebaran sisaan terhadap nilai dugaan Y dapat dilihat :

- Sisaan di sekitar nilai nol / tidak  nilai harapan

- Lebar pita sisaan sama atau tidak untuk semua nilai dugaan

 kehomogenan ragam - Tebaran berpola atau tidak  ketidakpasan model  sisaan bebas atau tidak

Plot SISAAN vs Y duga

(24)

Pola tebaran sisaan yang tidak memenuhi asumsi MKT:

Ragam tidak homogen (perlu analisis kua- drat terkecil terboboti; atau transformasi thdp Y)

Penyimpangan terhadap persamaan

regresi bersifat sistematis; atau karena tdk disertakannya kedalam model Model tidak pas (perlu suku-suku lain Pola tebaran sisaan memenuhi asumsi MKT:

berpusat di NOL, lebar pita sama, tidak berpola

Pola Tebaran Sisaan

terhadap

0

Y ˆ

i

(25)

Pemeriksaan kebebasan

sisaan

(26)

Secara eksploratif

Melihat plot antara sisaan dengan urutan sisaan. Jika saling bebas maka tren menyebar secara acak (tidak membentuk pola)

Uji formal

Run Test (Uji Runtunan)

Uji Durbin Watson

 Apabila sisaan saling bebas, maka plot plot antara sisaan dengan urutannya tidak akan memiliki pola apapun.

MENDETEKSI

SISAAN SALING BEBAS

(27)

MENDETEKSI

SISAAN SALING BEBAS

Uji formal DURBIN-WATSON

Hipotesis :

H0 : Tidak ada autokorelasi ordo 1 pada sisaan H1 : Ada autokorelasi ordo 1 pada sisaan

Statistik uji :

keterangan : T = banyak pengamatan

T

t t T

t

t t

DW

1 2 2

2 1

ˆ ˆ ) ( ˆ

(28)

Penanganan Pelanggaran

Asumsi

(29)

Cara Mengatasi Ketidak-normalan Sisaan

Transformasi terhadap peubah respon

Secara teori, transformasi tersebut ada apabila sebaran dari peubah respon dapat diketahui.

Namun demikian, terdapat beberapa

transformasi yang umum dipakai, yaitu arcsin, akar kuadrat, logaritma, dan transformasi

logistik (Rawlings, Pantula dan Dickey, 1998).

Metode Box-Cox dapat digunakan sebagai

alternatif penentuan metode transformasi yang terbaik.

(30)

Transformasi ini dilakukan dengan memangkatkan peubah respon dengan suatu nilai , di mana  merupakan suatu

parameter yang ditentukan dari data (Neter, Wasserman dan Kutner, 1990) dan dicobakan pada suatu selang nilai tertentu (di dalam MINITAB 14 selang nilai  yang dicobakan antara -5 sampai dengan 5, untuk  = 0 transformasi berupa loge(Y)).

Kriteria yang digunakan untuk menentukan nilai  yang optimal adalah nilai  yang meminimumkan jumlah kuadrat galat

regresi dari data respon yang telah ditransformasi tersebut.

Transformasi ini berguna untuk mengatasi kemenjuluran sebaran sisaan, ketidakhomogenan ragam sisaan dan ketidaklinieran fungsi regresi. Lebih jauh mengenai

transformasi ini dapat dibaca pada Neter, Wasserman dan Kutner (1990) dan Rawlings, Pantula dan Dickey (1998).

Cara Mengatasi Ketidak-normalan Sisaan:

Metode Box-Cox

(31)

Lambda

StDev

5.0 2.5

0.0 -2.5

-5.0 40.0 37.5 35.0 32.5 30.0 27.5 25.0

Lower CL Upper CL

Limit

Lambda

-1.00 (using 95.0% confidence) Estimate -1.24 Lower CL -2.97

Upper CL 0.61

Rounded Value

Box-Cox Plot of Bobot

Cara Mengatasi Ketidak-normalan Sisaan:

Metode Box-Cox

Berdasarkan grafik di samping didapatkan nilai  optimal -1.24.

nilai  standar : ½, 0, -½, -1.

Karena itu dikembangkan selang kepercayaan bagi nilai  ini.

Pada gambar tersebut, selang kepercayaan bagi  adalah dari -2.97 sampai 0.61.

Berdasarkan selang ini, dapat dipilih beberapa nilai  seperti

½, 0, -½ , -1, dan -2

(32)

Cara Mengatasi Ketidak-homogenan Ragam

Dua pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi

masalah ketidakhomogenan ragam ini adalah dengan:

transformasi peubah respon atau

metode kuadrat terkecil terboboti (weighted least square).

Transformasi terhadap peubah respon dilakukan dengan tujuan untuk menjadikan ragam menjadi homogen pada peubah respon hasil transformasi tersebut.

Sebaran peluang dari peubah respon ataupun hubungan antara ragam dan rata-ratanya dapat digunakan untuk indikasi pemilihan transformasi yang tepat.

Misalnya transformasi arcsin dikembangkan untuk men-

(33)

Sedangkan metode kuadrat terkecil terboboti

menggunakan data asli dari peubah respon, hanya saja besarnya pembobotan yang diterapkan terhadap pengamatan relatif terhadap besarnya informasi yang dikandung oleh pengamatan tersebut (Rawlings,

Pantula dan Dickey 1998).

Pembobot yang biasanya digunakan adalah 1/ei2 atau kebalikan dari kuadrat sisaan.

Cara Mengatasi

Ketidak-homogenan Ragam

(34)

Transformasi terhadap Y

(35)

Transformasi untuk : Menghomogenkan Ragam

Transformasi terhadap peubah respon Y

Y Y*

1 b

Y ln Y*

2 b

Y Y* 1

3 b

Y Y* 1

4 b

jika

:

Anggap 2

ab

Setelah respon Y ditransformasi,

lakukan analisis regresi seperti biasa, sisaan harus diperiksa lagi, jika masih belum memenuhi asumsi, model

diubah, kemungkinan ada suku nonlinier yg belum masuk model, atau lakukan pendugaan dg MKT terboboti.

(36)

Contoh Transformasi untuk Menghomogenkan Ragam

Fitted Value

Residual

25 20

15 10

5 10

5

0

-5

-10

Residuals Versus the Fitted Values (response is Y)

Fitted Value

Residual

5,0 4,5

4,0 3,5

3,0 2,5

1,0 0,5

0,0

-0,5 -1,0

-1,5

Residuals Versus the Fitted Values (response is akar Y)

Plot Sisaan vs Y duga “data asli” Plot Sisaan vs “data transformasi Y*= “ Y

(37)

Mengatasi Sisaan yang Tidak Saling Bebas

Model deret waktu

Metode kuadrat kecil terampat

Metode ini pengembangan dari MKT terboboti, dimana bobot yang

digunakan ialah keseluruhan matriks ragam-peragam sisaan.

Prosedur Hildreth-Lu

(38)

Pola tebaran sisaan yang menginformasikan bahwa pengaruh waktu belum diperhitungkan

Ragam tidak homogen (perlu analisis kuadrat terkecil terboboti)

Suatu suku linier dalam waktu harus ditambahkan ke dalam model

Suku linier dan kuadratik dalam waktu perlu ditambahkan ke dalam model

Pengaruh waktu jangka panjang tidak mempengaruhi data.

Pola Tebaran Sisaan

terhadap Urutan Waktu

(39)

Plot Sisaan untuk:

Pemeriksaan Pengaruh Waktu

Plot sisaan terhadap urutan waktu yg jaraknya sama.

Perhatikan :

 lebar pita sama/tidak

 berpola/tidak Hasil Diagnosa :

• Lebar pita sama  homogen

• Tebaran tidak membentuk pola  tidak perlu ditambahkan penga- ruh waktu ke dalam model

urutan

RESI1

12 10

8 6

4 2

0 2

1

0

-1

-2

Scatterplot of RESI1 vs urutan

(40)

X

Y

15,0 12,5

10,0 7,5

5,0 13

12 11 10 9 8 7 6 5 4

Fitted Line Plot Y = 3,002 + 0,4997 X

X tnp 3

Y tnp 3

15,0 12,5

10,0 7,5

5,0 9

8

7

6

5

Fitted Line Plot Y tnp 3 = 4,006 + 0,3453 X tnp 3

Nilai PRESS

(lanjutan) Dugaan garis regresi dg data lengkap

PRESS = 23,6210 R-Sq(pred) = 42,70%

Dugaan garis regresi tanpa amatan ke-3

PRESS = 0,000174853 R-Sq(pred) = 100,0%

Semakin kecil nilai PRESS-nya  model semakin valid  semakin baik untuk

Gambar

Gambar disamping  memperlihatkan :

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Arcioglu (2016) menunjukkan korelasi sebesar 41% dan signifikan antara kebersyukuran dan kepuasan hidup dengan subjek

Pada PT Astra Ottoparts Tbk pun tidak luput dari masalah implementasi ERP diantaranya adalah implementasi salah satu kustomisasi yang tanggal go live tidak

Dapat disimpulkan bahwa praktik bagi hasil yang dilakukan oleh driver dengan perusahaan masih belum sesuai dengan pendapat para ulama di atas, modal yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman ekstrak daun eceng gondok dengan level yang berbeda berpengaruh (P<0,05) terhadap haugh unit telur pada level 20%

Makanan ringan seringkali menjadi pilihan alternatif guna mengganjal perut di sela – sela rutinitas yang sibuk dan padat. Salah –satu makanan basah ringan yang cukup

Once an organization has an analytic sandbox set up and has imple- mented enterprise analytic data sets, it will be able to develop analytic processes and models more quickly and

Jadi, sebenarnya metroseksual adalah perilaku yang cukup sehat dan baik, karena sudah sewajarnya jika seorang pria memperhatikan penampilan dirinya secara fisik, apalagi jika

Meskipun dokumen ini telah dipersiapkan dengan seksama, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala konse kuensi hukum dan keuangan yang timbul, baik