• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN DOGMATIS TERHADAP PEMAHAMAN JEMAAT GBKP BETIMUS TENTANG KEHADIRAN ALLAH DI TENGAH PANDEMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN DOGMATIS TERHADAP PEMAHAMAN JEMAAT GBKP BETIMUS TENTANG KEHADIRAN ALLAH DI TENGAH PANDEMI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN DOGMATIS TERHADAP PEMAHAMAN JEMAAT GBKP BETIMUS TENTANG KEHADIRAN ALLAH

DI TENGAH PANDEMI

Sonia Sari Br Tarigan, Pardomuan Munthe Sekolah Tinggi Teologi Abdi Sabda Medan

soniatarigan619@gmail.com, munthepardomuan@sttabdisabda.ac.id Abstrak

Tujuan penulisan ini dilakukan supaya jemaat dapat memahami makna kehadiran Allah dalam kehidupannya. Pandemi Covid 19 membawa kegentingan yang mengharuskan adanya perubahan dalam berbagai pola kehidupan manusia. Penulis melakukan penelitian dengan melakukan wawancara kepada jemaat GBKP Betimus dan melalui studi kepustakaan. Beberapa jemaat yang penulis temukan memahami bahwa kehadiran Allah bisa diimplementasikan melalui para pelayan Tuhan dan adanya pemahaman bahwa Allah hadir tidak lagi untuk menyertai melainkan memberikan hukuman melalui pandemi Covid 19. Penelitian ini menyajikan bagaimana pandangan Alkitab mengenai makna kehadiran Allah sehingga jemaat tidak keliru atau bahkan mengkonsepkan caranya sendiri untuk ukuran kehadiran Allah dan mengatakan bahwa Allah itu kejam. Kasih Allah yang begitu besar akan dunia ini membuat Allah menempuh berbagai cara untuk menyatakan kehadiranNya dengan tujuan untuk keselamatan manusia bukan sebaliknya untuk membinasakan manusia. Allah di dalam Alkitab berdaulat menyatakan kehendaknya terhadap umatNya melalui berbagai cara dan kehendakNya (Ibrani.

1:1-2). Penulis menyarankan supaya penelitian ini juga direkomendasikan kepada pendeta, majelis gereja supaya memberikan pemahaman yang benar kepada warga gereja melalui pembinaan warga gereja tentang apa dan bagaimana sebenarnya kehadiran Allah menurut dogma Kristen. Sehingga dengan pemahaman yang benar jemaat semakin bertumbuh di dalam iman.

Kata Kunci: Kehadiran Allah, Implementasi, Hukuman, Kasih, Pandemi Abstract

The purpose of this writing is so that the congregation can understand the meaning of God's presence in their lives. The Covid-19 pandemic brings a crisis that requires changes in various patterns of human life. The author conducted research by conducting interviews with the Betimus GBKP congregation and through literature study. Some of the congregations that the author found understood that God's presence can be implemented through God's servants and there is an understanding that God is no longer present to accompany but to give punishment through the Covid 19 pandemic. his own way to measure the presence of God and say that God is cruel. God's great love for this world makes God take various ways to reveal His presence with the aim of saving mankind, not the other way around to destroying humans. God in the Bible sovereignly reveals his will to his people through various means and his will (Hebrews 1:1-2). The author suggests that this research is also recommended to pastors, church councils so that they can provide a correct understanding to church members through educating church members about what and how God's presence really is according to Christian dogma. So that with the right understanding the congregation will grow in faith.

Keywords: The presence of God, Implementation, Punishment, Love, Pandemic

(2)

I. Pendahuluan

Berbicara mengenai makna kehadiran Allah merupakan hal sangat esensial bagi setiap umat Tuhan. Di dalam dunia yang penuh dengan berbagai tantangan umat Kristen juga bergumul dengan kekuatiran dan kebimbangan akan kehadiran Allah. Alkitab secara jelas mempersaksikan bagaimana Tuhan menyatakan diriNya. Dialah yang menyatakan kehendakNya kepada manusia, bukan sebaliknya. Pada prinsipnya ketika kehadiran Allah dinyatakan maka kemuliaan Nya akan terpancar.

Kehadiran Allah tidak akan pernah dapat dikenali dengan benar, jika Allah tidak terlebih dahulu menyatakan diriNya. Secara umum Allah telah menyatakan diriNya lewat karyaNya (Roma 1:20), tetapi secara khusus penyingkapan tentang kehadiran Allah di tengah umatNya menjadi jelas melalui FirmanNya, yaitu lewat Firman yang telah menjadi manusia (Yesus Kristus). Kehadiran Allah juga terlihat dalam providentia atau pemeliharaan Allah yaitu kepercayaan bahwa di atas segala perubahan kehidupan manusia dan perkembangan jagat raya ada tujuan kebaikan dari Allah. Allah tidak hanya bertanggung jawab menciptakan, tetapi juga memelihara tata ciptaan itu.

Pandemi Covid 19 membawa dimensi baru yang tidak terkira dalam seluruh aspek kehidupan manusia di berbagai belahan dunia. Pandemi ini membuat semua pola hidup masyarakat berubah drastis baik di bidang sosial ekonomi maupun di bidang ibadah/ keimanan.

Pandemi Covid 19 ini mengharuskan ibadah dilakukan secara online. Kondisi ini memunculkan formula-formula baru dalam praktik bergereja, dimana ketika harus bertemu atau bertatap muka di masa ini mengharuskan untuk beribadah dengan teknologi live streaming sebagai respon terhadap kebijakan pemerintah tentang ibadah di rumah, menjadi praktik untuk kembali menghidupkan gereja rumah.

Penulis melakukan penelitian di GBKP Runggun Betimus Mbaru. Alasan penulis memilih GBKP Runggun Betimus Mbaru sebagai tempat penelitian. Karena masih ada jemaat beranggapan bahwa pada masa pandemi ini, Allah tidak hadir di dalam kehidupan mereka, sehingga mereka mendapat sebuah penderitaan, ada sebuah pemahaman bahwa Allah tidak menyertai mereka. Ada juga pemahaman bahwa pandemi ini adalah bagian dari kutuk Allah terhadap manusia, sehingga jemaat merasa tidak ada kehadiran Allah dan Allah menghukum mereka. Masih ada jemaat yang beranggapan Allah itu tidak hadir dalam kehidupan mereka jika dalam pergumulan, hal itu terlihat ada jemaat yang tidak melaksanakan ibadah ketika dalam pergumulan dan ketika sedang dalam penderitaan dalam anggapan mereka Allah tidak seperti yang mereka inginkan. Karena itu supaya tidak ada kekeliruan tentang arti dan makna serta esensi dari kehadiran Allah, maka dalam penelitian ini akan dijelaskan tentang “Tinjauan Dogmatis Terhadap Pemahaman Jemaat GBKP Betimus Tentang Kehadiran Allah di Tengah Pandemi”

II. Metode Penelitian

Topik ini diteliti dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu dengan melakukan wawancara kepada 5 orang jemaat GBKP Runggun Betimus Mbaru. GBKP Runggun Betimus Mbaru terdiri dari 3 sektor dan 75 KK dengan jumlah jiwa 200 jiwa. GBKP Runggun Betimus Mbaru berlokasi di Desa Betimus Mbaru, Kec. Sibolangit, Kab. Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Gereja ini dilayani oleh Pdt. Lidya Ani Br Sitepu.

(3)

III. Penelitian dan Hasil Temuan

Penulis melakukan penelitian dengan metode kualitatif atau wawancara. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan: (1). Apa dan bagaimana pemahaman anda tentang kehadiran Allah? (2). Bagaimana di masa pandemi covid 19 ini pandangan anda tentang kehadiran Allah? (3). Menurut pemahaman anda, pandemi ini merupakan bagian dari berkat Allah atau hukuman?

Berikut hasil penelitian jemaat GBKP Runggun Betimus Mbaru

No Nama Jawaban

1. Rossianna Br.

Gurusinga (Lansia)

Allah itu maha hadir. Kehadiran Allah bisa dirasakan melalui pertemuan ibadah. Dimasa covid 19 ini saya merasa bahwa Tuhan tidak adil.

Sepertinya Tuhan sedang memberikan hukuman kepada manusia.

Dimana semua sudah serba susah diakibatkan PPKM, saya merasa bahwa Tuhan tidak melihat kami yang menderita ini. Iman di masa pandemi ini sangat terhambat karena bagi saya pribadi juga sangat sulit membangun iman di saat seperti ini. Menurut saya pandemi ini adalah hukuman dari Tuhan

2. Janji Ginting (Mamre;

Pria dewasa yang sudah menikah)

Kehadiran Allah berarti Allah selalu ada untuk kita. Allah hadir bagi manusia dan memberkati manusia jika manusia itu taat. Bagi saya pribadi, perasaan saya Allah selalu hadir namun kadang Allah juga mau menghukum umatnya yang membangkang. Masa pandemi ini membuat saya merasa Tuhan tidak memperhatikan manusia lagi. Tuhan menghukum manusia pada masa ini. Banyak kegiatan sosial dan keagamaan yang tidak terlaksana. Manusia sedang berada di masa Tuhan memberikan sebuah pelajaran melalui pencobaan ini sehingga saya merasa Tuhan sedang jauh dari saya.

3. Roslinda Br Ginting (Moria)

Kehadiran Allah itu ya melalui pendeta atau pertua diaken ketika ibadah.

Saya merasa dalam ibadah lah Tuhan akan hadir dan memberkati umatnya. Pandemi ini Tuhan itu jauh. Saya terbiasa dengan kegiatan- kegiatan ibadah di gereja secara tatap muka. Saya senang dengan pertemuan-pertemuan rohani yang membangun iman dan merasakan kehadiran Allah. Bahkan ketika tidak kebaktian minggu di gereja hari- hari juga saya tidak ingat. Di masa pandemi, ketika tidak bertemu dengan pelayan Tuhan atau pendeta maka saya merasa Allah tidak hadir. Tuhan tidak lagi memperhatikan kami umatnya. Ataukah pandemi ini menjadi suatu hal yang menjadi tantangan iman kami. Bahkan saya sering sekali bertanya pada diri sendiri dimanakah Tuhan itu di masa seperti ini. Saya rasa ini adalah hukuman dari Tuhan

4. Anggi Br Gurusinga (Permata; kaum muda- mudi)

Kehadiran Allah adalah perasaan seseorang dalam meresapi kuasa Tuhan. Allah itu selalu hadir. Masalahnya adalah kita yang tidak merasakan. Allah hadir dalam kehidupan manusia melalui berbagai cara.

Di masa pandemi ini, kehadiran Allah seolah-olah mengharuskan kita untuk mencari dan merasakannya sendiri secara pribadi. Hal ini berkaitan dengan aturan untuk ibadah-ibadah keluarga dan ibadah pribadi. Maka dari itu kadang-kadang jemaat tidak bisa melakukannya tanpa bimbingan dari pelayan-pelayan Tuhan sehingga iman mereka juga tidak bertumbuh. Banyak jemaat yang terhambat ekonominya karena pandemi ini, juga sering saya pahami bahwa Allah tidak memberkati lagi. Allah sudah berdiam diri. Pandemi ini adalah kutuk sekaligus hukuman dari Tuhan

5. Matius Sembiring (Pertua; Penatua)

Secara iman, kehadiran Allah dapat dirasakan ketika adanya pertemuan- pertemuan ibadah. Seperti dalam Alkitab dikatakan bahwa ketika dua

(4)

atau tiga orang berkumpul dan memperbincangkan tentang Dia. Maka disitu Dia hadir. Berarti Allah akan hadir di sebuah persekutuan. Hal ini menyangkut dengan gereja sebagai wadah untuk membantu jemaat dalam menumbuhkan iman mereka. Allah di masa ini seperti hanya mengamati dan memperhatikan saja. Sungguh menyedihkan di masa- masa sulit ini, dimana orang-orang harus menjaga diri sendiri secara pribadi. Menurut saya ini adalah hukuman dari Tuhan.

Melalui penelitian yang dilakukan dengan metode kualitatif, penulis menemukan dua hasil temuan penelitian: (1) Adanya pemahaman jemaat bahwa Allah akan hadir ketika ada pendeta atau pelayan Tuhan yang lain yang melayani secara tatap muka. (2) Adanya pemahaman jemaat bahwa pandemi Covid 19 ini dihubungkan dengan hukuman Allah terhadap manusia.

IV. Pembahasan

Pemahaman jemaat GBKP Runggun Betimus Mbaru bahwa Allah akan hadir jika pendeta atau pelayan Tuhan melayani secara tatap muka. Jika ditinjau secara Biblis.

Sebuah fakta yang diungkapkan dan dinyatakan dalam Alkitab, bahwa Allah bukanlah Allah yang menyembunyikan diriNya, fakta yang diungkapkan Alkitab bahwa Allah yang transenden telah menyatakan diriNya kepada dunia dengan berbagai cara, dan pada zaman akhir ini telah menyatakan diriNya kepada manusia dengan perantara Yesus Kristus (Ibrani 1:1-2). Jadi Allah adalah Allah yang menyatakan diri melalui Wahyu-Nya, bukan Allah yang menyembunyikan diri dalam religi. Seseorang dapat mengenal lebih dekat pernyataan diri Allah dengan segala maksudNya melalui Alkitab. Alkitab menjadi wahyu dan kanon, menjadi alat ukur yang ditunjuk oleh Tuhan Yesus sendiri (Matius 22:29; Yosua 1:8). Di dalam Keluaran 32:1 menceritakan peristiwa ketika bangsa Israel bermukim di padang gurun Sinai. Kepergian Musa menghadap Allah ke puncak gunung Sinai terikat dalam konteks pembentukan Undang- Undang Dasar, hukum dan peraturan-peraturan sebagai suatu bangsa yang dibentuk saat kelak mereka memasuki wilayah Kanaan. Kepergian Musa dalam hal itu menurut bangsa Israel waktunya sudah terlalu lama, dan ternyata ketidak hadiran Musa menimbulkan kekuatiran dan pergumulan besar bagi hasrat dan naluri keagamaan umat Israel yang tidak tersalur. Hawa nafsu manusia untuk menciptakan wujud allah, memuja dan menyembahnya, adalah suatu fenomena yang sudah ada sejak zaman Musa. Sesungguhnya permohonan Israel kepada Harun sama sekali bukan meniadakan Allah dalam hidupnya, melainkan upaya untuk menggambarkan dan meng-ikonkan Allah dalam wujud yang boleh dilihat dan diikuti, sebab selama ini kehadiran Musa bagi mereka adalah simbol kehadiran Allah, yang menuntun dan memimpin perjalanan mereka. Israel tidak dapat merasakan kehadiran Allah dalam perjalanannya jika tidak melihat simbol kehadiranNya. Tuntutan mereka kepada Harun adalah menghadirkan di tengah-tengah mereka simbol kehadiran Allah.

Dalam konteks Israel perihal keberadaan Allah penuh dengan misteri. Tidak pernah ada orang yang melihat Allah. Allah yang dipersaksikan Alkitab adalah Allah yang menyatakan kehendakNya kepada manusia, bukan sebaliknya. Kesalahan fatal Israel adalah ketika dalam hal kehidupan ber-Tuhan mereka yang menyatakan kehendaknya (konsepnya) kepada Allah untuk disetujui. Allah dalam Alkitab berdaulat untuk memilih, menentukan dan menetapkan cara dan perantaraNya untuk berbicara kepada manusia (Ibrani 1:1-2). Dia bukanlah Allah yang menunggu usulan-usulan konsep dari manusia dan kompromi dengan cara-cara yang

(5)

ditetapkan manusia. KeberadaanNya sebagai Allah secara mendasar dinyatakanNya dalam hukum dekalog yang kedua (Keluaran 20:2-5a; Ulangan 5:6-9a). Dalam hukum ini kewenangan Allah ditampilkan sebagai satu-satunya yang kepadaNya kita patut sujud menyembah atau beribadah. Ketika ada “yang lain” yang merampas kewenangan Allah itu, maka “yang lain” itulah yang sudah diper-allah/ilah, itu sebab maka dikatakanNya, ‘Jangan ada padamu allah lain dihadapanKu’ (Munthe, 2021: 8, 21-25).

Dalam Perjanjian Lama kehadiran Allah tampak ketika Tuhan mendengar tangisan orang-orang Israel yang tertindas dan membawa mereka keluar dari Mesir (Ruedi, 2001: 68).

Allah menyatakan diri kepada Musa bahwa “AKU ADALAH AKU”; yang mengutusnya.

Karena keraguan Musa, Tuhan memberi tanda kepadanya supaya ia percaya bahwa Tuhan yang menyertainya. Allah menyatakan bahwa Dia adalah pribadi yang ada dengan sendirinya dan keberadaanNya tidak tergantung kepada siapa pun, Allah adalah Allah yang masih misterius.

Allah yang belum membukakan identitasNya secara langsung, tetapi memperkenalkan diriNya melalui karya dan perbuatanNya (Sudarmono, 2006: 102).

Hal yang revolusioner terjadi dalam Perjanjian Baru jika di dalam Perjanjian Lama kehadiran Tuhan dimanifestasikan pada benda mati, tabut perjanjian, ruang maha kudus, bait Allah, gunung, maka dalam Perjanjian Baru terjadi perubahan yang radikal dan signifikan. Tuhan memakai manusia sebagai tempatnya bertahta. Penjelasan teologis yang sangat relevan datang dari tulisan Paulus, yang menyatakan kepada jemaat di Korintus bahwa manusia merupakan bait Allah dan Roh Allah diam dalam diri manusia (Zaluchu, 2021: 8).

Kehadiran Allah melalui Roh Kudus yang membimbing kehidupan umat Tuhan sebagai ciptaan yang baru. Paulus mengatakan bahwa kehadiran Allah digambarkan ketika orang percaya mampu untuk menjadi bait Allah atau bait Roh Kudus (1 Korintus 3:16-17) (Yohanes, 2020: 10). Waktu dulu Allah hadir di Kemah Suci dan Bait Allah, yang digunakan oleh orang- orang berkumpul untuk menyembah Allah. Kehadiran Allah yang khusus dalam Kemah Suci dan Bait Suci pada zaman dulu (bdk. Keluaran. 40:34; 2 Tawarikh. 5:14), tetapi waktu sekarang dan waktu yang akan datang Yesus hadir dimana saja saat orang percaya menyembah Dia di dalam roh dan kebenaran. Dalam Mat 18:20 dikatakan jumlah yang kecil tidak menjadi hambatan bagi kehadiran Yesus. Dua atau tiga orang berkumpul bersama dalam namaNya, Yesus berjanji akan hadir dan memberkati mereka (Henry, 2008: 910).

Jika ditinjau dari doktrin denominasi gereja (Calvinis). Dijelaskan bahwa pengetahuan manusia tentang Allah adalah sebatas Allah sebagai pencipta dan manusia sebagai ciptaan.

Manusia sebagai ciptaan tidak akan pernah mengenal Allah secara utuh dan pada dasarnya dalam teologi manusia itu terbatas sebagai ciptaan. Menurut Calvin pengetahuan yang bisa dicapai oleh manusia adalah melalui alam dan ciptaan. Peranan Alkitab jauh lebih terlihat sebab naturnya adalah wahyu khusus. Sehingga Alkitab sebagai sumber otoritas yang paling tinggi yang tidak dapat digantikan, termasuk oleh gereja atau pemimpin gereja. Karena pelayanan gereja atau pemimpin gereja juga dilakonkan oleh manusia yang terbatas dan penuh dengan kelemahan, sehingga tidak dapat memberikan penjelasan yang benar pada Allah yang benar, kecuali melalui Alkitab.

Bagi Calvin Allah menyampaikan wahyu khususNya melalui berbagai fasilitas, Allah menyesuaikan diri dengan keadaan manusia dalam mempersaksikan maksudNya. Kesalahan fatal yang sering terjadi adalah mengabaikan batas antara Pencipta dengan ciptaan. Ketika manusia memaksakan keinginannya untuk mengerti tentang sesuatu yang tidak terbatas secara

(6)

tuntas, maka yang akan terjadi adalah bagaikan usaha manusia mengukur luas dunia dengan jari tangannya. Manusia seharusnya menghentikan usahanya untuk mengukur kuasa Allah yang tidak terbatas dengan pikirannya yang sangat terbatas.

Jadi di dalam Calvinisme ditegaskan bahwa manusia akan mengenal Allah sejauh Allah sendiri yang memperkenalkan dirinya melalui akomodasi yang Allah buat untuk menyapa manusia yang terbatas, dan itu dilakukan Allah melalui: (1). Penciptaan langit dan bumi, Allah menginginkan manusia dapat mengenal keberadaanNya di balik penciptaan. (2).

Alkitab, Allah mengakomodasikan kehendakNya melalui Alkitab sebagai firman Allah yang diinspirasikan, yang berfungsi sebagai pedoman bagi iman orang percaya untuk menghadap Allah. menyatakan diriNya melalui kehadiran Kristus yang menjadi manusia. Penalaran manusia tidak mampu untuk mengerti secara keseluruhan tentang penyataan khusus ini. Hal itu memperlihatkan kerendahan hati Allah agar manusia dapat mengerti maksud kedatanganNya melalui Yesus Kristus (Lukito, 2009: 10).Yesus Kristus, yang sebagai puncak dari cerminan akomodasi Allah dimana Allah. Gereja adalah sarana yang diberikan Allah kepada orang percaya untuk dapat membina dan memelihara iman (Jounge, 2001: 46). Menurut Calvin gereja adalah persekutuan orang kudus yaitu persekutuan orang yang percaya, disucikan dan disatukan di dalam Kristus sebagai kepala gereja. Calvin mendasarkan imamat semua orang percaya di atas imamat Kristus, Kristuslah yang satu-satunya imam. Kristus yang menjadi perantara atau juru damai bagi manusia untuk datang kepada Allah. Semua orang percaya mempuyai hak untuk datang kepada Allah secara langsung untuk mengaku akan dosa mereka serta meminta pengampunan Allah (Berkhof, 1997: 22-23).

Kemudian jika ditinjau dari gereja lokal (GBKP). Allah menyatakan diri dalam karya penciptaan-Nya dan dalam sejarah umat manusia (Mazmur 19:2-3; Roma 1:19-20) dan secara khusus dan sempurna dalam Yesus Kristus Anak-Nya yang Tunggal (Yohanes 1:18).

Oleh pimpinan Roh Kudus kami mengenal dan menyembah Dia sebagai Bapa dalam Yesus Kristus, sebab semua orang yang dipimpin oleh roh Allah adalah anak-anak Allah (Roma 8:14- 15). Dalam Yesus Kristus Allah menyatakan diri sebagai Allah yang mengampuni dan menyelamatkan manusia dari penghukuman karena dosa. Yaitu dengan jalan ‘mengosongkan’

diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Allah hadir dan bekerja di dalam dunia dan dalam gereja melalui Roh Kudus yang memerdekakan manusia dari hukum dosa dan hukum maut (GBKP, 2015: 25-26). Dari temuan yang pertama penulis menyimpulkan jawaban bahwa kehadiran Allah bagi kehidupan jemaat tidak ditentukan oleh pendeta yang melayani secara langsung dan tatap muka karena pada dasarnya Allah hadir bagi setiap orang. Pendeta atau pelayan Tuhan hanyalah perpanjangan Tuhan dalam memberitakan Firman Tuhan

Pemahaman jemaat GBKP Runggun Betimus Mbaru bahwa pandemi Covid 19 hukuman Allah terhadap manusia. Jika ditinjau secara Biblis. Jelas dikatakan bahwa Allah mengasihi semua bangsa dan tidak menghendaki manusia binasa dalam kuasa dosa.

Maka untuk itu Allah harus menyatakan diriNya kepada manusia. Perjalanan hidup menuju penantian pengharapan kerap sekali harus dilalui dengan banyak-nya keluhan-keluhan yang terjadi. Dengan demikian banyaknya keluhan-keluhan yang terjadi terkadang tidak terucapkan (Roma 8:26). Sumber keluhan-keluhan itu bisa datang dari dalam diri, keluarga, dan lingkungan kita sendiri juga bisa datang dari tindakan orang lain, juga bisa datang dari alam sekitar dan alam semesta kita. Sebab memang dunia ini adalah panggung keluhan-keluhan bagi

(7)

semua orang (Roma 8:19-23). Dalam pimpinan Roh dan alat-alat tuntunan yang diberikan Allah kepada manusia, Allah menyatakan bahwa Dia turut bekerja membantu segala kelemahan dan keluhan-keluhan manusia. Dengan tujuan mendatangkan kebaikan bagi manusia (Roma 8:26, 28). Allah menyatakan diriNya dalam pewartaan Injil-Nya bukan untuk mengutuk, menulahi dan menghukum dengan Covid 19. Tetapi Allah menyatakan diriNya dalam pewartaan Injil-Nya untuk menyatakan bahwa Dia turut ambil bagian dalam penderitaan dan keluhan-keluhan serta menanamkan suatu pengharapan yang pasti, bahwa dibalik penderitaan-penderitaan Covid 19 ini, Allah sudah menyediakan suatu kepastian yaitu kebaikan yang berasal dari Tuhan. Pandemi Covid 19 bukanlah tulah dan hukuman Tuhan.

Tulah hanya ditimpakan Tuhan hanya kepada sekelompok orang saja, bukan secara global/mendunia; hukuman berakhir setelah umat mengaku dosa dan memohon pengampunan (Munthe, 2020: 37, 40,73).

Jika ditinjau dari doktrin denominasi gereja (Calvinis). Sebagai seorang teolog yang juga berpengaruh mengenai ajaran tentang providensia Allah. Calvin mengungkapkan bahwa providensia adalah pemerintahan Allah atas segala ciptaanNya. Allah bukanlah Allah yang hanya berdiam diri atas segala perkara manusia di dunia ini, tetapi Allah merupakan pemegang kendali yang memerintah seluruh aspek ciptaanNya (Layantara, 2015: 11). Tuhan selalu memperhatikan umatNya menurut cara dan penetapan yang dilakukan Allah. Melalui hal seperti ini lah bagaimana pemeliharaan Allah itu terlihat. Segala sesuatu yang terjadi tidak pernah lepas dari kendali Allah (Verkuyl, 1995: 60). Pemeliharaan Allah jelas terlihat dari bukti nyata bagaimana Kristus hadir sebagai jaminan bahwa janji Allah melalui Yesus Kristus yang memberikan keselamatan (Browning, 2015: 376). Inti pengajaran dari doktrin pemeliharaan Allah adalah penekanan pada pemerintahan Allah atas alam semesta, Dia memerintah ciptaanNya dengan kedaulatan dan otoritas yang mutlak. Dia memerintah segala sesuatu yang akan terjadi, mulai dari yang paling besar sampai yang paling kecil tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar lingkup pemeliharaan Allah berdaulat. Dia yang membuat turunnya hujan dan matahari bersinar. Doktrin ini bukan hanya mengajarkan bahwa Allah adalah penonton dari semua peristiwa-peristiwa yang dialami manusia. Doktrin ini bukan hanya berbicara mengenai Allah mengetahui segala sesuatu sebelum hal itu terjadi (Sproul, 2002: 81-82).

Tindakan pemeliharaan diarahkan untuk menyatakan sifat-sifat kekudusan dan keadilan Allah dalam kebencian dan perlawananNya terhadap dosa, kuasaNya tampak dari karya penciptaan, pemeliharaan, pelestarian dan penebusanNya. KasihNya nampak dalam penyediaan kebutuhan ciptaanNya dan kebenaranNya untuk memenuhi semua janjiNya. Jadi tujuan utama pemerintahanNya yang berdaulat adalah pernyataan kemuliaanNya (Thiessen, 1991: 194-195). Apa yang Allah ciptakan, Dia juga pelihara. Alam semesta bukan hanya bergantung kepada Allah untuk asal mulanya, tetapi juga bergantung kepada Allah untuk keberadaan alam semesta itu seterusnya. Alam semesta tidak dapat berada dan beroperasi dengan kekuatannya sendiri. Allah menopang segala sesuatu dengan kuasaNya. Di dalam Dia, kita hidup, bergerak dan memiliki keberadaan kita (Sproul, 2002: 82).

Kemudian jika ditinjau dari gereja lokal (GBKP). Dijelaskan bahwa musibah menghadirkan pencobaan, ketika musibah datang pasti akan menimbulkan pertanyaaan penyebab terjadinya musibah itu. Terkadang disadari akibat kesalahan manusia dan ada anggapan akibat dosa. Allah berkuasa atas segala musibah. Di setiap aspek kehidupan manusia perlu diketahui bahwa Allah mempunyai banyak cara untuk menjawab setiap doa dan

(8)

permohonan. Rasul Paulus meminta kepada Tuhan agar dijauhkan dari duri dalam dagingnya.

Tetapi Tuhan tidak menjawab. Untuk setiap keadaannya Paulus mengerti itu adalah yang terbaik untuknya, sebab ketika ia lemah disanalah ia kuat. Dengan adanya suatu pencobaan ia terus menerus untuk berharap kepada Tuhan. Artinya Tuhan tetap berkuasa atas semua pencobaan dalam kehidupan manusia dan memiliki berbagai cara untuk mendengarkan dan mengasihi umatNya. Dengan hal ini diajarkan bagaimana pentingnya kehadiran Tuhan dalam mengatasi pergumulan dan ketakutan-ketakutan anak-anakNya. Allah berotoritas atas semua bumi dan setiap kejadian di bumi (Sitepu, 2021: 33-34). Kasih karunia Tuhan itu artinya adalah kehadiran, kemurahan dan kuasa Tuhan; “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna (2 Korintus 12:9). Kita percaya bahwa segala tindakan Allah di dalam kehidupan manusia adalah menunjukkan kasih karuniaNya. Satu hal yang perlu dihadirkan dalam diri manusia bahwa Tuhan memberi rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan (Yeremia 29:11) (Ginting, 2017: 44-45). Dari temuan yang kedua penulis menyimpulkan jawaban bahwa covid-19 bukanlah semata-mata hukuman Tuhan. Akan tetapi Allah turut bekerja mengasihi manusia dibalik penderitaan yang dialami dengan pengharapan yang pasti.

V. Kesimpulan dan Saran

Kehadiran Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, kehadiran Allah tampak ketika Allah menyatakan diriNya dalam sejarah umat manusia, kasihNya yang sempurna juga diekspresikan dalam kehadiran Allah yang nyata di dalam Yesus Kristus. Kewenangan Allah ditampilkan sebagai satu-satunya tempat umat Tuhan menyembah atau beribadah kepadaNya, sehingga pelayan Tuhan sendiripun tidak dapat merampas kewenangan Allah. Namun sebagai orang percaya, setiap manusia dapat untuk datang kepada Allah memohon pengampunan dan penyertaan Tuhan, serta mempersembahkan dirinya sebagai persembahan yang hidup.

Pimpinan Roh Kudus yang membantu manusia untuk menerima janji Allah. Kemudian penderitaan atau pergumulan yang dialami manusia seperti covid-19 bukanlah hukuman atau bentuk ketidak hadiran Allah, namun sebaliknya Allah turut hadir dalam penderitaan manusia.

Allah mengasihi manusia dan tidak menghendaki manusia dalam kuasa dosa. Oleh kasih karunia dan pimpinan Roh, manusia memiliki keyakinan dan pengharapan yang pasti. Ia turut bekerja membantu segala kelemahan manusia untuk mendatangkan kebaikan. Saran penulis:

Pendeta dan majelis Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) supaya memberikan pengajaran dalam rupa pembinaan warga gereja tentang ajaran Kristen mengenai kehadiran Allah. Dengan tujuan jemaat mampu memahami dari perspektif Kristen khususnya dogma GBKP tentang arti dan makna atau esensi kehadiran Allah. Sehingga tidak ada kekeliruan jemaat dalam menafsirkan atau memaknai kehadiran Allah.

(9)

Referensi

Berkhof, Louis. (1997). Teologi Sistematika 5 : Doktrin Gereja. Jakarta: LRII.

Browning, W. R. F. (2015). Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

GBKP, Moderamen. (2015). Pokok-pokok Iman GBKP. Kabanjahe: Percetakan GBKP Abdi Karya

De Jounge, Christian. (2001). Apa Itu Calvinisme. Jakarta: BPK Gunung Mulia..

Ginting, Agustinus. (2017). Bahan Renungen PJJ. Kabanjahe: Percetakan GBKP Abdi Karya.

Henry, Matthew. (2008). Tafsiran Matthew Injil Matius 15-28. Surabaya: Momentum.

Layantara. Jessica Novia. (2015). Determinisme, Masalah, Kejahatan dan Penyebab Sekunder Menurut Jhon Calvin. Jurnal Amanat Agung, Vol. 11. No. 2.

Lukito, Daniel Lucas. (2009). 500 tahun Yohanes Calvin: Pengetahuan Tentang Allah Adalah Testing Ground Untuk Mengenal Manusia. Veriatas: Jurnal Teologi dan Pelayanan, Vol. 19 No. 1.

Maleachi, Martus A., & Hendra Yohanes. (2020). “Kehadiran di Tengah UmatNya: Dari Penciptaan ke Penciptaan yang Baru”. Veriatas: Jurnal Teologi dan Pelayanan, Vol.

19 No. 1.

Munthe, Pardomuan. (2020). Gempa Rohani. Medan: Mitra Grup.

Ruedi, Hans Weber. (2001). Kuasa. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Sitepu, Falentinus. (2021). Bahan Renungen PJJ. Kabanjahe: Percetakan GBKP Abdi Karya.

Soedarmo, R. (2006). Ikhtisar Dogmatika. Jakarta: BPK-Gunung Mulia.

Sproul, R. C. (2002). Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen. Malang: Departemen Literatur SAAT.

Thiessen, Henry C. (1991). Teologia Sistematika. Malang: Gandum Mas.

Verkuyl, J. (1995). Aku Percaya. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Zaluchu, Sonny. (2021). “Manifestasi Kehadiran Tuhan di Dalam Teologi Kristen: Dari Tabernakel Musa ke Bait Allah yang Hidup”. Jurnal Khazanah Theologia, Vol. 3 No.1

Referensi

Dokumen terkait

(3) Tata cara pembuatan dan format surat tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Nomor 13 dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak

✓ Melalui zoom guru memberi salam, mengecek keadaan peserta didik, dan mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan. ✓ Guru mengajak peserta didik berdoa untuk

Negara-Negara Pihak pada Konvensi ini mengakui hak yang sama dari semua penyandang disabilitas untuk dapat hidup di dalam masyarakat, dengan pilihan -pilihan yang setara

Sedangkan konflik lalu lintas yang terbanyak berdasarkan jenis pergerakan adalah konflik antara kendaraan dengan pejalan kaki sebesar 51% dengan persentase tingkat serius konflik

[r]

karton pembungkus botol vial tersebut diperlakukan sebagai limbah biasa r 2.3.4.6.7]. Penanganan Limbah

Perguruan Islam Mathali’ul Falah Kajen Pati (3) bagaimanakah evaluasi proses program pembelajaran kitab kuning di M.A.. Perguruan Islam Mathali’ul Falah Kajen Pati

Tujuan Tugas analisis kelayakan ini adalah menganalisis dan mengetahui apakah pabrik pupuk organik granul yang akan didirikan Di Yogyakarta layak didirikan dari aspek pasar,