7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Secara umum, bank merupakan suatu lembaga intermediasi keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima dan meminjamkan uang.
Sedangkan menurut PSAK Nomor 31 tentang Akuntansi Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar arus lalu lintas pembayaran.
Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan pertanian, perkebunan, jasa perumahan dan lainnya sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan yang dimaksud dengan Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” Dari pengertian di jelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan,
artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.
Menurut Kasmir (2010:11) “Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat dan memberikan pelayananan dalam bentuk jasa-jasa bank”
2.1.2 Fungsi Bank
Dari pengertian bank menurut Kasmir (2008:26), dapat diketahui bahwa, antara lain:
1. Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan. Secara spesifik, bank dapat berfungsi sebagai:
a. Agent of Trust, yaitu lembaga yang dilandasi kepercayaan. Dengan adanya kepercayaan, maka masyarakat akan mau menyimpan dananya di bank.
Dalam fungsi ini akan di bangun kepercayaan baik dari pihak penyimpan dana maupun dari pihak bank dan kepercayaan ini akan terus berlanjut kepada pihak debitur.
b. Agent of Development, yaitu lembaga yang mengerahkan dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan bagi lancarrnya kegiatan perekonomian di sektor rill.
c. Agent of Services, selain melakukan kegiatan penghimpunan dan penyalur dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan oleh sektor perbankan ini berhubungan dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
2. Sumber Dana
Untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana, maka bank memiliki beberapa sumber, yaitu:
a. Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal pada waktu pendirian.
b. Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabungan.
c. Dana yang bersumber dari lembaga keuangan yang diperoleh dari pinjaman dana yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money (dana yang sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank yang meminjam) dan memenuhi persyaratan.
1.1.3 Jenis - Jenis Bank
Menurut Kasmir (2008:26) jenis-jenis bank dibedakan menjadi tiga yaitu : 1. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya adalah sebagai berikut :
a. Bank Milik Pemerintah
Bank milik pemerintah adalah bank yang seluruh atau sebagian modalnya dan akte pendiriannya didirikan oleh pemerintah.
b. Bank Milik Swasta Nasional
Bank milik swasta adalah bank yang seluruh atau sebagian modalnya dan akte pendirinya didirikan oleh swasta.
2. Jenis bank berdasarkan status fungsinya adalah sebagai berikut : a. Bank Devisa
Bank Devisa adalah Bank yang dapat memberikan pelayanan lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri dan sudah mendapatkan izin dari Bank Indonesia.
b. Bank Non Devisa
Bank Non Devisa adalah Bank yang belum mempunyai izin dari Bank Indonesia untuk memberikan pelayanan lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri seperti Bank Devisa.
3. Jenis bank berdasarkan Cara Menentukan Harga a. Bank berdasarkan Prinsip Konvensional
Bank berdasarkan Prinsip Konvensional menetapkan harga sebagai harga dan mengenakan biaya dalam nominal atau persentase tertentu (feebase).
b. Bank berdasarkan Prinsip Syariah
Bank yang berdasarkan prinsip syariah menggunakan aturan perjanjian menurut hukum islam dalam pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa Pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan
atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
2.1.4 Kegiatan Usaha Bank
Menurut Martono (2013:24) kegiatan bank di Indonesia terutama terutama kegiatan bank umum adalah sebagai berikut:
1. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding)
2. Menyalurkan dana ke masyarakat (Leanding) 3. Memberikan jasa-jasa lainnya (Service)
2.2 Perjanjian
2.2.1 Pengertian Perjanjian
Perjanjian adalah sumber perikatan, disampingnya sumber-sumber lain.
Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya. Perkataan kontrak, lebih sempit karena diajukan kepada perjanjian atau persetuijuan tertulis.
Dalam Undang-undang Perbankan (UUP) tidak dicantumkan secara tegas apa dasar hukum perjanjian kredit. Hanya saja dari pengertian kredit sebagaimana yang
dijabarkan dalam pasal 1 angka 13 UUP dapat disimpulkan, dasar hukum pemberian kredit adalah perjanjian.
Menurut Simanjuntak (2014:1) mengatakan “perjanjian akan selalu ada dua pihak, dimana pihak yang satu wajib memenuhi kewajiban-kewajiban yang tertera dalam perjanjian dan pihak lain berhak atas kewajiban tersebut.
2.2.2 Syarat Sahnya Perjanjian
Menurut Adnan, Mirah dan Danang (2013:3) Syarat-syarat mengenai sahnya perjanjian atau kontrak yaitu :
1. Sepakat mereka yang mengakibatkan dirinya
Yang maksudnya dengan kesepakatan disini adalah adanya rasa ikhlas atau saling memberi dan menerima atau sukarela diantara pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Kecakapan disini artinya para pihak yang membuat kontrak haruslah orang- orang yang oleh hukum dinyatakan sebagi subjek hukum.
3. Suatu hal tertentu
Hal teretentu maksudnya objek yang di atur kontrak tersebut harus jelas. Jadi, tidak boleh samar-samar.
4. Suatu sebab yang halal
Maksudnya isi perjanjian tidak boleh bertentangan dengan perundang- undangan yang sifatnya memaksa, ketertiban umum, dan atau kesusilaan.
2.3 Kredit
2.3.1 Pengertian Kredit
Secara umum, pengertian kredit adalah pemberian penggunaan suatu uang atau barang kepada orang lain diwaktu tertentu dengan jaminan atau tanpa jaminan, dengan pemberian jasa atau bunga atau tanpa bunga.
Menurut UU. No. 10 Tahun 1998, pengertian kredit adalah suatu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan bunga.
Dalam Undang-undang Perbankan (UUP) sendiri pengertian kredit dijabarkan dalam pasal 1 angka 11, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminnjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Dari pengertian kredit seperti yang dijabarkan dalam UUP, terlihat pengertian kredit tidak hanya semata-mata penyediaan dana oleh bank. Akan tetapi pengertian kredit lebih luas dari itu.
Sedangkan, menurut Fahmi (2008:4) “Kredit berasal dari bahasa yunani yaitu credere, yang diterjemahkan sebagai kepercayaan atau credo yang berarti saya percaya. Kredit dan kepercayaan (trust) adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Karena tidak akan mungkin adanya pemberian pinjaman
tanpa adanya bangunan kepercayaan disana dan kepercayaan itu adalah sesuatu yang mahal harganya.”
2.3.2 Unsur – Unsur Kredit
Secara umum, Kredit yang di berikan oleh suatu lembaga perbankan didasarkan atas kepercayaan, sehingga pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa suatu lembaga perbankan, akan memberikan kredit kalau betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Tanpa keyakinan tersebut lembaga perbankan tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
a. Kepercayaan
Suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberika (berupa uang, barang, atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.
b. Kesepakatan
Kesepakatan ini meliputi kesepakatan si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dakan suatu perjanjian di mana masing- masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya.
c. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bias berbentuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang d. Resiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggung bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai , maupun oleh resiko yang tidak disengaja
e. Balas jasa
merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau fase tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.
Menurut Suparyano (2011:78) mengatakan “Dalam mempelajari kredit, ternyata terdapat beberapa unsure yang harus dipahami da dikuasai oleh seorang Lending Officer agar tentunya jenis fasilitas, jangka waktu dan seluruh unsure lainnya akan sesuai dengan kebutuhan debitur.”
Sedangkan menurut Firdaus dan Ariyanti (2011:3) mengatakan bahwa pada dasarnya kredit itu mengandung unsur – unsur sebagai berikut :
1. Adanya orang atau badan yang memiliki uang, barang atau jasa yang bersedia untuk meminjamkan kepada pihak lain. Orang atau badan demikian lazim disebut kreditur.
2. Adanya pihak yang membutuhkan/meminjam uang, barang atau jasa. Pihak ini lazim disebut debitur.
3. Adanya kepercayaan dari kreditur terhadap debitur.
4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada kreditur.
5. Adanya perbedaan waktu yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang, barang atau jasa oleh kreditur dengan pada saat pembayaran kembali dari debitur.
6. Adanya resiko yaitu sebagai akibat dari adanya unsure perbedaan waktu seperti di atas, dimana masa yang akan dating merupakan sesuatu yang belum pasti, maka kredit itu pada dasarnya mengandung resiko.
7. Adanya bunga yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur (walaupun ada kredit yang tidak berbunga).
2.3.2 Fungsi Kredit
Fungsi kredit secara umum pada dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat (to serve the society) dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan
bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk menaikkan taraf hidup rakyat banyak.
Kalau dijabarkan lebih rinci, maka fungsi kredit adalah sebagai berikut : 1. Kredit dapat memajukan arus tukar menukar barang-barang dan jasa-jasa.
Andaikata suatu saat belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka dengan adanya kredit, lalu lintas pertukaran barang dan jasa dapat terus berlangsung.
2. Kredit dapat mengaktifkan alat pembayaran yang idle. Sebagaimana dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa terjadinya kredit disebabkan oleh adanya golongan yang berlebihan (Y>E) dan golongan yang kekurangan (Y<E), maka dari golongan yang berlebihan ini akan terkumpul sejumlah dana yang tidak digunakan (idle).
3. Kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru. Dalam hal ini yang dimaksud adalah salah satu jenis kredit yang diberikan oleh Bank umum (commercial bank), yaitu kredit Rekening Koran.
4. Kredit sebagai alat pengendalian harga dalam hal ini andai kata diperlukan adanya perluasan jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka salah satu caranya ialah dengan jalan mempermudah pemberian kredit perbankan kepada masyarakat.
5. Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat/faedah/kegunaan potensi-potensi ekonomi yang ada.
2.3.3 Manfaat Kredit Bank
Menurut Firdaus dan Afriyani (2011:6) mengatakan bahwa manfaat kredit bank cukup banyak apabila dilihat dari berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan usahanya maka debitur dapat menggunakan dana kredit untuk pengadaan atau peningkatan berbagai faktor produksi, baik berupa tambahan modal kerja (money), mesin (machine), bahan baku (material), maupun peningkatan kemampuan sumber daya manusia (man). Metode (method), perluasan pasar (market), sumber daya alam dan teknologi.
2. Kredit bank relatif mudah diperoleh apabila usaha debitur layak untuk dibiayai (feasible).
3. Jumlah bank yang ada dinegara kita dewasa ini relatif banyak, sehingga calon debitur lebih mudah memilih bank yang cocok dengan usahanya.
4. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh kredit bank (antara lain provisi dan bunga) relatif murah.
5. Rahasia keuangan debitur terlindungi .
6. Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan calon debitur.
2.4 Prinsip 5C
2.4.1 Pengertian Prinsip 5C
Menurut Supriyono (2011:162) mengatakan “5C” ini merupakan satu alat atau
“tool” untuk melihat sejauh mana kelayakan kredit yang akan di berikan kepada calon debitur dan dapat dipertanggung jawabkan.
Salah satu Keputusan Kredit ditentukan oleh Prinsip “5C”:
1. Character (Karakter)
Karakter sangat menyangkut sifat debitur yang harus mempunyai itikad baik dan komitmen tinggi untuk mengembalikan seluruh kewajiban sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani bersama antara pihak debitur dan pihak kreditur. Karakter tidak diragukan lagi dan tidak bercacat cela.
Seabagai gambaran ada beberapa sifat calon debitur yang akan menentukan karakter seperti :
a. Usia, pendidikan, status, kesehatan b. Pengendalian emosi
c. Pergaulan, lingkungan, relasi, sosialisasi d. Hobi atau kegemaran baik/buruk
e. Kebiasaan baik/buruk
f. Tanggung jawab terhadap kewajiban kepada semua pihak yang berhubungan
2. Capital (Modal)
Struktur modal perusahaan, modal disetor, laba ditahan, cadangan. Modal akan turut menentukan besarnya persentase yang dibiayai oleh perusahaan atas pembiayaan terhadap satu pekerjaaan atau proyek.
3. Capacity (Kapasitas)
Analisis kemampuan manajemen untuk mengelola suatu perusahaan sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba dan dapat membayar seluruh kewajiban
dimasa sekarang dan mendatang. Poin ini meliputi pula kemampuan daya saing debitur dalam memerangi kompetisi bisnis yang sangat ketat.
4. Collateral (Jaminan)
Penilaian jaminan dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat kemudahan diperjualbelikannya objek jaminan (marketable), semakin mudah asset tersebut diperjualbelikan, tingkat risiko bank semakin berkurang. Dan besarnya nilai jaminan % mengcover seluruh pinjaman. Jaminan hanya berfungsi dan bersifat sebagai solusi terakhir (second wayout) apabila debitur bermasalah tidak dapat mengembalikan kewajiban pinjaman.
5. Condition (Kondisi)
Analisis terhadap “kondisi” meliputi terhadap ekonomi (mikro dan makro) baik nasional, regional maupun internasional, politik, perundang-undangan, dan lain-lain. Pengaruh terhadap bisnis debitur yang sedang berjalan dilihat untuk masa sekarang dan mendatang.
2.5 KPR
2.5.1 Pengertian KPR
Secara umum, KPR (Kredit Pemilikan Rumah) adalah kredit yang digunakan untuk membeli rumah atau untuk kebutuhan konsumtif lainnyadengan jaminan/agunan berupa rumah.
Sedangkan menurut Supriyono (2011:124) mengatakan bahwa KPR merupakan kredit yang di pergunakan untuk pembiayaan:
1. Pembelian rumah baru (dari developer atau perorangan)
Pembelian rumah baru dari developer apabila dilihat dari fisik rumah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Bangunan rumah sudah jadi (ready stock)
b. Bangunan belum jadi masih berupa tanah (indent) 2. Pembelian rumah bekas (second)
Untuk pembelian rumah bekas umumnya tidak banyak masalah. Hanya bank akan melihat dan meneliti kelengkapan dokumen dan legalitasnya. Yang pasti jaminan harus bersih tidak dalam sengketa, tidak diblokir, harus sesuai dengan buku tanah yang ada di BPN (Badan Pertahanan Nasional).
3. Pembelian ruko/rukan
Sama dengan pembelian rumah bekas (second).
4. Pembelian apartemen baru/bekas
Untuk pembelian apartemen, sangat berbeda dengan kondisi yang lainnya. Perbedaan yang sangat menyolok adalah mengenai kepemilikan tanahnya bberupa “stara title”, dimana 1 petak tanah yang sama dimiliki oleh beberapa orang (karena bangunan bertingkat-tingkat).
5. Renovasi rumah
Untuk perhitungan plafon kredit KPR kontruksi butuh RAB (Rancangan Anggaran Biaya) secara detail dan gambar-gambarnya dari vendor.
6. Konstruksi (pembangunan rumah, ruko, rukan)
Pada prinsipnya KPR-kontruksi sama dengan KAB kontruksi yang sudah diterangkan didepan.