• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas Kota Takengon, Bagaimana Sikap Pegawai Pria?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas Kota Takengon, Bagaimana Sikap Pegawai Pria?"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora

81

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas Kota Takengon, Bagaimana Sikap Pegawai Pria?

Muzaffar 1 , Sukri 2 , Ayu wulandari 3

1,2,3

STIKes Payung Negeri Aceh Darussalam Muzaffar@gmail.com

ABSTRAK

Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan penggunaan rokok. Kawasan Tanpa rokok meliputi sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena bermain anak, tempat ibadah dan angkutan umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Sikap Pegawai Pria dengan Penerapan Kawasan Tanpa Asap Rokok di Pukesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2018.

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Pria yang bekerja di Puskesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah sebanyak 43 responden dan keseluruhan populasi dijadikan sampel. Instrumen pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas (30 orang atau 69,8%) responden tidak menerapkan kawasan tanpa rokok. Ditinjau dari sikap, mayoritas (29 orang atau 67,4 Persen) responden memiliki sikap negatif terhadap kawasan tanpa asap rokok. Berdasarkan hasil uji statistik Fisher Exact Test dan pada derajat kepercayaan 95% diperoleh nilai P Value 0,000 (P ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Sikap Pegawai Pria dengan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok.

Kata Kunci : Kawasan tanpa asap Rokok, Pegawai Pria

PENDAHULUAN

Perilaku perokok merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) orang yang tidak merokok dalam menghirup udara yang bersih dari kotoran dan racun pembunuh yang ada pada rokok yang dibakar. Jika menikmati rokok merupakan hak individu si perokok, maka menikmati udara yang bersih dan sehat merupakan hak individu orang yang tidak merokok (Hadi, 2012).

Kematian akibat rokok melonjak 3 kali lipat. Sebuah laporan terbaru yang dilansir WLF (World Lung Foundation) mencatat, Angka kematian akibat merokok terus meningkat hingga tiga kali lipat dalam satu dekade terakhir. Meskipun demikian, sepertinya hal ini tidak dapat membuat para perokok jera dan berhenti untuk merokok, malah justru semakin bertambah jumlah perokok, mulai dari anak di bawah umur hingga orang tua. WLF dan American Cancer Society mengatakan, jika kecenderungan ini terus berlanjut, maka satu miliar orang akan mati akibat penggunaan tembakau pada abad ini atau satu orang akan meninggal setiap enam detiknya (Indri, 2011).

Walikota Banda Aceh menetapkan kebijakan bahwa terdapat delapan kawasan di

ibu kota Provinsi Aceh sebagai kawasan tanpa rokok. Kebijakan yang dituang dalam

Peraturan Wali Kota Banda Aceh Nomor 47 Tahun 2011 itu, kawasan tanpa rokok ini

(2)

82

meliputi sarana kesehatan, tempat proses belajar dan mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah, tempat kerja, sarana olahraga, angkutan umum, dan tempat umum yang tertutup. Ini merupakan terobosan baru di Aceh yang sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam rangka membebaskan kota Banda Aceh dari asap rokok. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan moral dan kesehatan generasi muda dan masa depan Aceh. Karena persoalan merokok di Aceh sudah sangat mencemaskan. Hampir semua tempat kita temukan orang-orang yang merokok, terutama dari kalangan anak muda (Hadi, 2012).

Sampai saat ini ada 58 kabupaten / kota dari 34 provinsi di Indonesia yang sudah memiliki kebijakan KTR ( Kawasan tanpa Rokok ), salah satunya adalah Kota Banda Aceh. Dinas Kesehatan kota Banda Aceh berkerja sama dengan Komunitas Peduli Kawasan Tanpa Rokok. Pada saat ini pemerintah Kota Banda Aceh lagi genjar mensosialisasikan tentang KTR ( Kawasan tanpa Rokok ). Namun pada saat ini pemerintah Kota Banda Aceh belum menggunakan pendekatan sanksi atau penindakan. Setelah satu tahun kebijakan tentang KTR berjalan pemerintah Kota Semarang akan melakukan Banda Aceh.

Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah merupakan unsur pelaksanaan otonomi daerah dalam bidang kesehatan dan dipimpin langsung oleh kepala dinas.

Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah menaungi 14 Puskesmas. Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah sudah memiliki kebijakan mengenai Kawasan Tanpa Rokok ( KTR ). Kebijakan tentang Kawasan tanpa Rokok ( KTR ) juga menjadi panutan untuk Puskesmas yang berada di Kabupaten Aceh Tengah khususnya Puskesmas Kota. Di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah memiliki beberapa bidang yaitu bidang pelayanan kesehatan, bidang pencegahan dan pengobatan penyakit, bidang kesehatan keluarga, dan bidang pembinaan kesehatan lingkungan masyarakat.

Dari data yang peneliti dapatkan di Pukesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah

tahun 2018 terhadap 10 Pegawai tentang penerapan kawasan tanpa asap rokok,

didapatkan bahwa 6 pegawai pria (60%) tidak mengikuti aturan tentang penrapan

kawasan tanpa asap rokok dan yang mengikuti peraturan tentang penerapan kawasan

tanpa asap rokok hanya 4 pegawai pria (40%), berdasarkan observasi yang telah

penulis lakukan ternyata penyebabnya adalah negatifnya sikap para pegawai untuk

mengindahkan peraturan tentang kawasan tanpa asap rokok. Mereka terkesan acuh tak

acuh akan peraturan tersebut, sementara mereka mengetahui bahaya yang ditimbulkan

dan dampak negative dari asap rokok (Puskesmas Kota, 2018). Karena itu penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Hubungan Sikap Pegawai Pria dengan

Penerapan Kawasan Tanpa Asap Rokok di Pukesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah

Tahun 2018

(3)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora

83 METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat analitik yaitu penelitian yang bertujuan mencari hubungan antar variabel yang sifatnya bukan hubungan sebab akibat (Hidayat, 2013) dengan desain “cross sectional” yaitu studi yang mempelajari terjadinya efek, dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek yang di observasi sekaligus pada waktu yang sama (Isgiyanto, 2009).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Pria yang bekerja di Puskesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah sebanyak 43 responden dan keseluruhannya dijadikan sampel.

Data yang telah terkumpul lalu di olah dengan cara manual dengan langkah- langkah yaitu Editing (penyuntingan data), Coding (lembar kode), Entry (memasukkan data), dan Tabulating (tabulasi)

HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan Kawasan Tanpa Rokok

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah

No Penerapan KTR Frekuensi Persentase

1 Ya 13 30,2

2 Tidak 30 69,8

Jumlah 43 100

(Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2018)

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 43 responden mayoritas responden tidak menerapkan kawasan tanpa rokok sebanyak 30 responden (69,8%).

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah area yang dinyatakan dilarang untuk berbagai hal menyangkut rokok baik itu penggunaan, kegiatan produksi, penjualan, iklan, penyimpanan atau gudang, promosi dan sponsorship rokok. Penerapan KTR adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan memberlakukan suatu area terlarang untuk kegiatan penggunaan, kegiatan produksi, penjualan, iklan, penyimpanadibakar, dihirup atau dikunyah.

Berdasarkan Penelitian yang pernah dilakukan oleh Suci Mulyani tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Andalas Padang Tahun 2015, terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan penerapan kawasan tanpa rokok dengan (Pvalue < 0.05) hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan penerapan kawasan tanpa rokok di Universitas Andalas Padang Tahun 2015.

Menurut Asumsi peneliti penerapan kawasan tanpa rokok wajib di terapkan di

seluruh instansi mengingat semakin banyak nya jumlah perokok aktif didunia yang

akan berdampak negatif bagi kesehatan dirinya maupun orang – orang disekitarnya.

(4)

84 Sikap

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sikap Pegawai Pria tentang Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah

No Sikap Frekuensi Persentase

1 Positif 14 32,6

2 Negatif 29 67,4

Jumlah 43 100

(Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2018)

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 43 responden mayoritas responden memiliki sikap negative sebanyak 29 responden (67,4%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Bagus Setiawan tentang Analisis Determinan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas Driyorejo Kecamatan Cangkir Kabupaten Gresik Jawa Timur Tahun 2014, terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan penerapan kawasan tanpa rokok dengan (Pvalue < 0.05) dan tidak terdapats hubungan antara sumber informasi dengan penerapan kawasan tanpa rokok dengan (Pvalue > 0.05).

Menurut asumsi peneliti sikap sangat mempengaruhi seseorang dalam menerapkan kawasan tanpa rokok, walaupun kawasan tanpa rokok sudah diterapkan tetapi apabila sikap seseorang negatif maka ia akan mengabaikan peraturan tersebut tetapi sebaliknya apabila seseorang memiliki sikap yang positif maka ia akan mematuhi peraturan kawasan tanpa rokok tersebut.

Hubungan Sikap Pegawai Pria dengan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok

Tabel 3. Hubungan Sikap Pegawai Pria dengan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah

No Sikap Penerapan KTR Jumlah P Value

Ya Tidak

F % F % F %

0,000

1 Positif 12 85,7 2 14,3 14 100

2 Negatif 1 3,4 28 96,6 29 100

Jumlah 13 30,2 30 69,8 43 100 (Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2018)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 43 responden terdapat 14 responden yang memiliki sikap positif mayoritas menerapkan kawasan tanpa rokok sebanyak 12 responden (85,7%) dan dari 29 responden yang memiliki sikap negatif mayoritas tidak menerapkan kawasan tanpa rokok sebanyak 28 responden (96,6%).

Berdasarkan hasil uji statistik Fisher Exact Test dan pada derajat kepercayaan

95% dilakukan untuk mengetahui hubungan Sikap Pegawai Pria dengan Penerapan

Kawasan Tanpa Rokok, diperoleh nilai P Value 0,000 (P ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan

secara statistis bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Sikap Pegawai Pria

dengan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok.

(5)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora

85 Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang menceemooh atau adanya risiko lain (Notoatmodjo, 2010). Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan penggunaan rokok yaitu sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena bermain anak, tempat ibadah dan angkutan umum.Tujuan dari kawasan tanpa rokok adalah melindungi masyarakat dengan memastikan bahwa tempat-tempat umum bebas asap rokok. Kawasan tanpa rokok harus menjadi norma, terdapat empat alasan kuat untuk mengembangkan kawasan tanpa rokok, yaitu untuk melindungi anak-anak dan bukan perokok dari risiko terhadap kesehatan, mencegah rasa tidak nyaman, bau dan kotoran dari ruang rokok, untuk mengembangkan opini bahwa tidak merokok adalah perilaku yang lebih normal, dan kawasan tanpa rokok mengurangi secara bermakna konsumsi rokok dengan menciptakan lingkungan yang mendorong perokok untuk berhenti atau yang terus merokok untuk mengurangi konsumsi rokoknya (Crofton dan Simpson, 2012).

Pernyataan diatas sesuai dengan hipotesis peneliti yang menyatakan adanya hubungan yang bermakna sikap pegawai pria dengan penerapan kawasan tanpa rokok di Puskesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah tahun 2018. Menurut asumsi peneliti, semakin positif sikap pegawai pria maka ia akan mematuhi penerapan kawasan tanpa rokok di Puskesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2018, dan begitu pula sebaliknya semakin negatif sikap pegawai pria maka ia akan mengabaikan peraturan penerapan kawasan tanpa rokok di Puskesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2018.

PENUTUP

Berdasarkan hasil uji statistik Fisher Exact Test dan pada derajat kepercayaan 95% dilakukan untuk mengetahui hubungan sikap pegawai pria dengan penerapan kawasan tanpa rokok, diperoleh nilai P Value 0,000 (P ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan secara statistis bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Sikap Pegawai Pria dengan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, 2016. Perbuatan Islam dan Bukti Sains Modern. Yogyakarta, Fitramaya

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet.13.

Rineka Cipta, Jakarta.

Desiani, 2010. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Dengan Kebiasaan Merokok Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha Bandung. KTI.

Frindy, 2012. Jumlah Para Perokok Di Dunia Saat Ini.

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=data+dunia+tentang+perokok&sour ce=web&cd=6&cad=rja&ved=0CGYQFjAF&url=. Diakses tanggal 19 Februari 2013.

Indri, 2010. Kematian Akibat Rokok Di Dunia.

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=data+dunia+tentang+perokok&sour

(6)

86

ce=web&cd=10&cad=rja&ved=0CIIBEBYwCQ&url=. Diakses tanggal 20 Februari 2013.

Hadi, 2012. Merokok Merupakan Perilaku Buruk Dan Berbahaya Yang Dapat Mengancam Kesehatan Individu Dan Masyarakat.

http%3A%2F%2Fuploadss.s3.amazonaws.com%2Fcalvin-u-1311819239159-b- u.pptx&ei=KOUzUYDVJYq3rAfMpoDgBw&usg=AFQjCNGA-

WWdGw71hyzHgCQxDnGz4lWfYg.

Harnowo, 2012. Data Yang Dilakukan Oleh GATS (Global Adult Tobacco Survey).

http://www.godsdirectcontact.or.id/kesehatan/Rokok.htm.

Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data.

Salemba Medika, Jakarta

Husaini, Aiman, 2011. Tobat Merokok. Pustaka II MAN, Depok Machfoedz, I, 2011. Metodologi Penelitian. Fitramaya, Yogyakarta

, 2012. Statistika Induktif Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran Bio Statistika. Yogyakarta: Fitramaya.

Muqorrobin, 2012. Kebiasaan Merokok Masa Kini.

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=data+dunia+tentang+perokok&sour ce=web&cd=6&cad=rja&ved=0CGYQFjAF&url=

http%3A%2F%2Fwww.library.upnvj.ac.id%2Fpdf%2Fs1keperawatan09%2F20 7314044%2Fbab1.pdf&ei=KOUzUYDVJYq3rAfMpoDgBw&usg=AFQjCNGf AtKOFqKAuAVN8clQRn3zKFdKPw.

Notoatmodjo, S, 2012. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta , 2010. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta

, 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta Nursalam, 2015. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Salemba Medika, Jakarta.

Suhaini, R, 2012.Gamabaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei mencirin Kec. Sunggal Deli Serdang.Fakultas keperawatan USU,Medan.

Widyastuti, Y, dkk, 2010. Kesehatan Reproduksi, Cet.3. Yogyakarta: Fitramaya

Wethererall, Charles, 2012. 5 Langkah Jitu Cara Berhenti Merokok. Jakarta: Darul

HAQ

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  Frekuensi  Penerapan  Kawasan  Tanpa  Rokok  di  Puskesmas  Kota Kabupaten Aceh Tengah
Tabel  3.  Hubungan  Sikap  Pegawai  Pria  dengan  Penerapan  Kawasan  Tanpa  Rokok di Puskesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah

Referensi

Dokumen terkait

The content of mercury in Eupatorium inulifolium leaves found very high in Pelangan, reaching up to 2.8 ppm, while mercury contents in the quarry soils at Pelangan

a. Penetapan pemenang lelang pekerjaan konstruksi pembangunan P3SON Hambalang dengan nilai Rp1,2 Triliun yang seharusnya ditetapkan oleh Menpora, ditetapkan

Sehubungan dengan makin kompleksnya perawatan intensif neonatus, bayi baru lahir kurang bulan dan yang lahir dengan berat badan kurang akan dapat tetap hidup dan dapat bertahan lebih

Berbeda dengan teks editor biasa yang hanya dapat menyunting satu file, teks editor multifile menggabungkan beberapa fungsi yang diantaranya adalah Explore yang digunakan

In this study, the feasibility of time lapse terrestrial photogrammetry for glaciological applications was demonstrated. The cost effectiveness of the technique coupled with

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 2

Prosedur penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan nilai stabilitas pada campuran aspal beton AC-BC adalah pertama-tama penyiapan semua bahan dan material serta peralatan. Tahap

Tata Usaha