• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PATRIOTISME SISWA MELALUI KAJIAN BIOGRAFI RADEN HAJI PRAWATASARI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH :Penelitian Naturalistik Inkuiri Di SMAN 1 Cianjur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PATRIOTISME SISWA MELALUI KAJIAN BIOGRAFI RADEN HAJI PRAWATASARI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH :Penelitian Naturalistik Inkuiri Di SMAN 1 Cianjur."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PATRIOTISME SISWA MELALUI

KAJIAN BIOGRAFI RADEN HAJI PRAWATASARI DALAM

PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Naturalistik Inkuiri di SMAN 1 Cianjur)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi Di Program Pascasarjana

TESIS

Oleh:

Tini Kusmayati Dewi

NIM. 1103672

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Penguji I

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd.

NIP: 195804081984031003

Penguji II

Prof. Dr. Helius Sjamsuddin, MA.

NIP: 130188282

Penguji III

Dr. Agus Mulyana, M.Hum

NIP: 196608081991031002

Penguji IV

Dr. Nana Supriatna, M.Ed

196110141986011001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah S2

Dr. Agus Mulyana, M.Hum

(3)

UNTUK MENUMBUHKAN PEMAHAMAN MATERI GEOGRAFI

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PATRIOTISME SISWA MELALUI

KAJIAN BIOGRAFI RADEN HAJI PRAWATASARI DALAM

PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Naturalistik Inkuiri di SMAN 1 Cianjur)

Oleh

Tini Kusmayati Dewi, S.Pd UPI Bandung, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Sejarah

© Tini Kusmayati Dewi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

ABSTRAK

Tesis ini berjudul “ Implementasi Nilai-Nilai Patriotisme Siswa Melalui Biografi Raden

Haji Prawatasari dalam Pembelajaran Sejarah”. Latar belakang pertama penulis mengambil

judul ini karena merasa khawatir akan pudarnya nilai-nilai patriotisme siswa karena tidak mengenal sosok biografis dan perjuangan pahlawan lokal yang berada di lingkungan siswa dengan siswa hanya mempelajarai sosok pahlawanan dari luar Jawa Barat khususnya Kabupaten Cianjur. Latar belakang kedua penulis melakukan penelitian ini karena kurangnya pengetahuan siswa terhadap sosok dan perjuangan pahlawan lokalnya dalam membentuk sikap dan nilai patriotisme siswa. Adapun fokus penelitian dalam tesis ini antara lain: (1) Bagaimana perencanaan yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai patriotisme siswa melalui kajian biografi Raden Prawatasari dalam pembelajaran sejarah di SMAN 1 Cianjur?; (2) Bagaimana tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran nilai kepahlawanan Raden Prawatasari dalam membentuk nilai patriotisme siswa di SMAN 1 Cianjur?; (3) Bagaimana hasil-hasil yang dicapai dalam pembelajaran berbasis biografi Raden haji Prawatasari?; (4) Bagaimana solusi yang ditempuh dalam menghadapi kendala pelaksanaan pembelajaran sejarah berbasis biografis Raden Haji Prawatasari?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Naturalistik inkuiri. Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian, desain pembelajaran, menunjukkan kesimpulan bahwa guru pelajaran sejarah di SMAN 1 Cianjur telah membuat desain pembelajaran sejarah yang menyangkut materi pembelajaran sejarah dengan berbasis biografis sebagai sumber belajar sejarah lokal. Nilai-nilai patriotisme yang terkandung dalam perjuangan tokoh biografi Raden Haji Prawatasari antara lain nilai keberanian, tanggung jawab, cinta tanah air, kemandirian, pantang menyerah dan kerja keras. SMAN 1 Cianjur mengimplementasikan nilai-nilai patriotisme siswa melalui kajian Biografi Raden Haji Prawasari dalam kehidupan sehari-hari. hasil-hasil pembelajaran sejarah dengan menggunakan pembelajaran sejarah berbasis biografis perjungan raden haji Prawatasari dalam membentuk nulai-nilai patriotisme siswa, telah menunjukkan adanya peningkatan kreativitas guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai secara sistematis agar peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Siswa dapat memberdayakan potensi yang dimilikinya, bukan hanya menguasai materi pelajaran, tapi juga dapat mengembangkan keterampilan dan sikap yang diperlukan bagi siswa dalam menghadapi tantangan dimasa sekarang dan masa yang akan datang.

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR BAGAN ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR DIAGRAM...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...8

E. Paradigma Penelitian ...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA...10

A. Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Sejarah...10

1. pendekatan penanaman nilai dalam pendidikan...10

2. Pendidikan Nilai dalam Ilmu Sejarah...12

3. Nilai Patriotisme...13

B. Pembelajaran Sejarah...16

C. Pendekatan Biografis dalam Pembelajaran sejarah...17

1. Biografi Raden Haji Prawatasari...23

2. Teori Orang-orang Besar (Greath Man Theory) yang melandasi kajian biografis Raden Haji Prawatasari...25

D. Pembelajaran Sejarah Lokal...27

(6)

2. Jenis-jenis Sejarah lokal...37

3. Urgensi sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah di Sekolah...40

E. Penelitian Terdahulu...43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...47

A. Metode dan Desain Penelitian...47

1. Lokasi dan Subjek Penelitian...50

2. Data Penelitian...51

3. Insrumen Penelitian...51

4. Teknik Pengumpulan Data...51

a. Observasi...52

b. Wawancara ...54

c. Dokumentasi...56

B. Teknik Analisis dan Penafsiran Data...57

1. Reduksi Data...58

2. Model Data (Dispay Data)...58

3. Menarik Kesimpulan (Verifikasi)...58

C. Prosedur dan Teknik Penelitian...58

1. Tahap Persiapan...58

2. Tahap Orientasi...59

3. Tahap Eksplorasi...59

4. Agenda Penelitian...61

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...68

A. Lokasi Penelitian...68

B. Hasil-hasil Penelitian...69

1.Desain Pembelajaran Sejarah Berbasis Biografi Raden Haji Prawatasari...69

a.Hasil Observasi...76

(7)

c. Pandangan Terhadap Pembelajaran Nilai Kejuangan Raden Haji

Prawatasari...80

2. Langkah-langkah Pembelajaran sejarah berbasis Biografi Raden Haji Prawatasari...81

a. Kegiatan awal (apersepsi)...81

b. Kegiatan Inti...82

c. Kegiatan Akhir... 3. Hasil-hasil yang dicapai dalam pembelajaran Sejarah berbasis biografi Raden haji Prawatasari...96

4. Solusi yang ditempuh dalam menghadapi kendala pelaksanaan pembelajaran sejarah berbasis biografis Raden Haji Prawatasari...99

C. Pembahasan 1. Desain Pembelajaran sejarah Berbasis Raden Haji Prawatasari...107

2. Langkah-langkah Pembelajaran Sejarah Berbasis Raden Haji Prawatasari...114

3. Hasil-hasil yang dicapai dalam pembelajaran Sejarah berbasis biografi Raden haji Prawatasari...125

4. Solusi yang ditempuh dalam menghadapi Kendala Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Berbasis Biografi Raden Haji Prawatasari...129

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI...132

A. Kesimpulan...132

B. Rekomendasi...134

DAFTAR PUSTAKA...135

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian...88

4.1 Data Keadaan Peserta Didik SMAN 1 Cianjur...65 4.2 Pembelajaran Nilai Patriotisme Raden Haji Prawatasari dari Perspektif guru

(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

4.1 Gambar Lokasi Sekolah SMA Negeri 1 Cianjur ...68 4.2 Proses Pembelajaran Berbasis Biografi Raden Haji Prawatasari ...76 4.3 Wawancara dengan Siswa mengenai Pembelajaran Berbasis Biografi Raden

(11)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Panduan Wawancara

Lampiran 2 : Rencana Pembelajaran Berbasis Biografi Raden haji Prawatasari Lampiran 3 : Foto Kegiatan Belajar di SMA Negeri 1 Cianjur

Lampiran 4 : Hasil Wawancara dengan Siswa kelas XI IPS 1

Lampiran 5 : Surat Pengangkatan Pembimbing Tesis Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penelitian

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia saat ini telah terjerat masalah-masalah pelik, seperti korupsi, terorisme, dan pudarnya nasionalisme. Pada saat yang sama, nilai-nilai kepahlawanan di masyarakat mulai memudar. Nilai-nilai kepahlawanan harus

ditumbuhkan kembali, karena makna hari pahlawan merupakan perjuangan membangun bangsa. Penjajahan di era modern sekarang, adalah penjajahan oleh bangsa sendiri, salah satunya kurangnya nasionalisme dan rasa memiliki terhadap bangsa (Tinton Suprapto, Ketua Hari Pahlawan 2011). Untuk memupuk kembali cinta kepada bangsa, salah satu caranya bisa dilakukan dengan mempelajari sejarah masa lalu. Tujuannya agar generasi muda bisa mengambil pelajaran untuk membentengi diri dari penjajah. Dirjen Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial Hartono Laras menyatakan, nilai-nilai kepahlawanan seperti sikap pantang menyerah, percaya pada kemampuan sendiri, rela berkorban, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu dipegang tegas. "Sikap-sikap ini menjadi pedoman membangun bangsa ke depan.

Schwartz (1994) mendefinisikan “Value as desireable transituational goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of person or other social entity”. Nilai adalah suatu tujuan akhir yang di inginkan, mempengaruhi tingkah laku, yang digunakan sebagai prinsip atau panduan dalam hidup seseorang atau masyarakat. Bisa dikatakan bahwa Nilai-nilai pada hakikatnya merupakan sejumlah prinsip yang dianggap berharga dan bernilai sehingga layak diperjuangkan dengan penuh pengorbanan. Jika seseorang hanya memperjuangkan nilai-nilai pribadi sering disebut individualis, namun jika

seseorang memperjuangkan nilai-nilai sosial sering disebut pejuang atau pahlawan (orang yang banyak berbuat untuk kepentingan orang lain tentu ada pahalanya).

(14)

2

sudah mengintegrasikan pembelajaran sejarah lokal dengan mengangkat biografi pahlawan lokal di Priangan, namun siswa belum begitu mengenal secara detail siapa saja pahlawan lokal di Kabupaten Cianjur dan apa makna perjuangannya dalam mempertahankan priangan dari penajajahan kolonialisme, serta bagaimana mengimplementasikan atau meneladani sosok pahlawan lokal tersebut dalam kehidupan sehari-hari siswa. Metode pembelajaran sejarah yang monoton dan

terpaku pada buku teks, membuat motivasi siswa dalam belajar menurun. Ketika minat siswa dalam pembelajaran sejarah rendah, pengetahuan yang diperoleh pun akan cenderung minim, baik pengetahuan mengenai sejarah lokal, nasional maupun global. Dalam mengkaji sejarah yang paling dekat dengan lingkungan siswa dalam hal ini sejarah lokal, siswa belum mengetahui dan mengenal sosok pahlawan lokalnya, padahal siswa harus mengenal lingkungan tempat tinggalnya dalam memahami sejarah lokal sebagai bagian dari pembelajaran sejarah nasional.

Dalam buku Pengantar Ilmu Sosial, Hasan (2004:11) mengungkapkan bahwa menurut hasil penelitian yang telah dilakukannya terhadap pelaksanaan pengajaran sejarah di SMA memperlihatkan kecenderungan yang merugikan. Secara universal materi pembelajaran sejarah ditandai oleh kecenderungan memanfaatkan fakta sejarah sebagai materi pendidikan sejarah. Peristiwa sejarah yang dipelajari oleh siswa penuh dengan berbagai fakta sejarah seperti angka tahun, nama pelaku sejarah, tempat peristiwa sejarah, dan rangkaian kejadian demi kejadian. Pelajaran sejarah identik dengan hapalan tentang tahun, nama tokoh, nama tempat dan lain-lain. Hal di atas sebenarnya merupakan pemahaman yang sempit, sebab sejarah berbicara banyak tentang aspek-aspek lain seperti hubungan sebab akibat, konsep kesinambungan dan perubahan (continuity dan change), keberlangsungan, serta nilai-nilai hidup yang perlu diambil dari

kehidupan manusia di masa lalu.

(15)

3

dihubungkan dengan pemahaman terhadap konteks yang lebih luas. Hasan (2004:10) juga menjelaskan bahwa orientasi pada kehidupan masa kini menuntut siswa menggunakan pengetahuan dan pemahamannya mengenai kecenderungan-kecenderungan yang terjadi di masa lampau sebagai pelajaran yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan siswa di masa kini. Orientasi ini memang penuh dengan tantangan tetapi memiliki makna edukatif yang tinggi bagi siswa. Hal

diatas juga dapat menyumbangkan kebermaknaan yang tinggi bagi siswa yang belajar sejarah untuk menghadapi realita hidupnya sebagai individu, anggota masyarakat, anggota bangsa (Dian Nugraha, 2003:4).

Wiriatmadja (2002:158) menjelaskan bahwa dari hasil-hasil penelitian, secara umum ternyata pengajaran sejarah nasional sebagai bagian dari pengajaran sejarah nasional Indonesia dan sejarah dunia di SMA dalam pelaksanaan tugasnya, selain memiliki potensi juga memiliki kelemahan-kelemahan, hal ini tampak dalam konteks pembelajaran yang kurang mengikutsertakan siswa dan membiarkan budaya diam berlangsung di dalam kelas. Pembelajaran sejarah kurang berhasil dalam menggairahkan siswa untuk menghayati nilai-nilai secara mendalam yang ditunjukkan dengan ekspresi secara vokal. Lemahnya budaya membaca menyebabkan siswa kurang percaya diri untuk bertanya maupun menyatakan pendapat. Padahal, membaca merupakan upaya yang penting dalam menambah pengetahuan yang berkaitan dengan sejarah. Kurangnya keberanian diri untuk berbicara ini juga disebabkan kebiasaan guru bertindak sebagai satu-satunya sumber informasi, dan menganggap siswa sebagai bejana kosong yang harus diisi pengetahuan seperti dikemukakan dalam teori tabularasa.

Apabila masalah mengenai rendahnya dalam pemahaman nilai-nilai sejarah ini dibiarkan maka masyarakat Indonesia akan semakin kehilangan jati diri dan wawasan kebangsaannya. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di

(16)

4

Pendidikan sejarah merupakan proses enkulturasi dalam rangka nation-building, dan proses pelembagaan nilai-nilai posistif, seperti nilai-nilai warisan

leluhur, nilai-nilai heroisme dan nasionalisme, nilai-nilai masyarakat industri, maupun nilai-nilai idiologi bangsa (Wertstch, 2000: 40-41; Morton, 2000: 59; Kartodirdjo, 1999: 33). Nilai-nilai tersebut diharapkan berkembang pada tingkat individu maupun kolektif bangsa dan tercermin dalam etos budaya bangsa.

Beberapa sejarawan terkemuka seperti Cicero (Lucey, 1984: 15) menyatakan bahwa sejarah adalah “cahaya kebenaran, saksi waktu, guru kehidupan”: Historia Magistra Vitae. Barzun (1974: 131) menyatakan bahwa peran sejarah itu “menggembleng jiwa manusia menjadi kuat” dan “tahan menghadapi teror serta kekacauan” dalam kehidupan.

Menurut Hasan, (2012:57) bahwa pendidikan sejarah bukan pengajaran biografi tetapi sebaliknya pendidikan sejarah tidak harus menutup diri menggunakan pendekatan pengajaran biografi. Oleh karena itu pendekatan pengajaran biografi hendaklah dilihat sebagai salah satu pendekatan pengajaran pendidikan sejarah yang sangat potensial untuk membuat pendidikan sejarah menjadi lebih memiliki kedalaman, menjadi “Bank of examples” untuk “courage, determination, honesty, willingness to work (Warren, 1992 dalam Hasan, 2012),

membuat pelajaran sejarah menjadi “exciting as life it self (Curtis, 2009), dan memberikan kesempatan besar bahwa belajar sejarah menjadi lebih manusiawi (Adejinmobi, 1979).

Pendekatan biografi merupakan sesuatu yang harus dilakukan guru terhadap kurikulum yang ada. Artinya pendekatan biografi bukan menjadi sesuatu yang terpisah dari apa yag sudah ditetapkan dalam KTSP tetapi menjadi bagian dari pelaksanaan KTSP. Dengan cara demikian maka peserta didik memiliki pengetahuan dan wawasan keseluruhan peristiwa sejarah tetapi juga memiliki

pendalaman terhadap suatu peristiwa sejarah melalui kajian terhadap pelaku sejarah (Hasan, 2012:57).

(17)

5

bersumber dari pengalaman siswa sehari hari. Kedekatan emosional siswa dengan ligkungannya merupakan sumber belajar yang berharga bagi terjadinya proses pembelajaran di kelas. Pemahaman pembelajaran sejarah yang demikian, hanya dapat dilakukan manakala pengajaran sejarah tidak hanya menekankan pada rentetan waktu dan peristiwa belaka, tetapi mengajar sejarah harus memberikan makna bagi siswa (Sartono, 1976 :57-58)

Merujuk pada pendapat Hasan mengenai pentingnya pendekatan biografis memberikan gambaran keseluruhan kepribadian seorang pelaku sejarah sehingga perubahan pemikiran, pandangan, sikap, nilai, dan bahkan karakter dapat dipahami dalam suatu totalitas. Maka dalam hal ini peneliti akan mengkaji penerapan pembelajaran sejarah berbasis biografi pahlawan lokal di SMA Negeri 1 Cianjur. Salah satu pahlawan lokal yang dekat dengan lingkungan belajar siswa dan syarat dengan nilai-nilai sejarah adalah Raden Prawatasari karena selain perjuangannya dapat diangkat dalam kontent materi pempelajaran sejarah juga nilai patriotisme dan kejuangannya serta sikap berani dan rela berkorban dalam melawan kolonialisme barat yang kebijakannya menyengsarakan rakyat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Priangan pada khususnya, dapat diteladani oleh peserta didik terutama dalam mempertahankan dan mencintai tanah air, sosok pahlawan lokal Raden Haji Prawatasari dapat diinternalisasikan dalam pembelajaran Sejarah di kelas, berkaitan dengan nilai-nilai kejuangannya dalam melawan kolonialisme Barat, (VOC dan Pemerintahan Kolonial Belanda). Dalam pembelajaran Sejarah di kelas Materi mengenai perlawanan Raden Prawatasari dapat disisipkan dalam Standar Kompetensi kelas XII semester 1 (semester 5) tentang bentuk perlawanan rakyat daerah terhadap kebijakan pemerintah Kolonial Belanda dan upaya mempertahankan kemerdekaan.

Haji Prawatasari lahir di Jampang (Cianjur Selatan) dari keluarga santri. Ia

(18)

6

sangat mengejutkan pihak VOC dan Belanda. Peristiwa itu sekaligus menjadi tanda dimulainya Perang Geriliya Prawatasari yang heroik terhadap Kompeni. Tahun 1704, dengan dukungan 3000 pengikutnya (jumlah yang terbilang besar pada waktu itu). Haji Prawatasari menyerang titik-titik kepentingan Belanda di Bogor, Tangerang dan kemudian meluas sampai ke priangan Timur seperti Galuh. Imbanagara dan Kawasen. Setelah itu wilayah peperangannya bergeser ke muara

Citanduy.

Selama peperangan itu beberapa kali Kompeni mengirimkan pasukan ke Jampang dan Ciamis untuk mengejar Haji Prawartasari tapi selalu gagal. Dalam gerakannya Haji Prawatasari selalu berpindah-pindah dan mendapat simpati serta bantuan dari masyarakat setempat. Tahun 1707, Haji Prawatasari tertangkap dalam satu pertempuran seru di daerah Bagelen, Banyumas yang lalu kemudian di asingkan ke Kertasura. Tentang pentingnya menghargai sejarah, dan pentingnya menghargai masa lalu dan masa sekarang merupakan suatu ajaran moral dari para leluhur, menghargai sejarah, garis lurus dengan menghargai pelaku sejarah- dalam konteks bahasan disini, yang di maksud adalah pelaku sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. menghargai masa sekarang, garis lurus dengan memelihara keutuhan NKRI sebagai hasil jernih pengorbanan para pelaku sejarah.

Haji Prawatasari adalah salah satu Pahlawan yang mempunyai literatur dengan kadar intelektual sangat tinggi, sehingga beliau sangat layak menyandang gelar Pahlawan, rasa baktinya terhadap tanah air ibarat cahaya berlian langka yang membangkitkan misteri sukma nasionalisme, yang menggelegarkan jiwa-jiwa rasial, yang menerjang junti yang nyilih jati, serta yang mengoyak kondisi sosial ekonomi yang timpang. Apa yang pernah dilakukan haji Prawatasari bukan sesuatu yang sudah selesai dan tidak perlu ditindak lanjuti, akan tetapi di perlukan internalisasi dan sosialisasi kongkret, karena lembaga kemerdekaan yang telah

(19)

7

Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Cianjur, guru telah melakukan internalisasi nilai-nilai sejarah, dimana pembelajaran tidak hanya sebatas kontent materi dan evaluasi tapi berusaha mengkaitkan apa esensi materi tersebut memuat nilai-nilai sejarah. Oleh karena itu peneliti akan mengkaji secara mendalam apakah nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam materi tersebut sudah tereksplorasi oleh guru maupun siswa,

bahkan diteladani dalam kehidupan sehari-hari siswa, ataukah hanya pemahaman wacana semata mengenai perjuangan Raden Haji Prawatasari.

B. Rumusan Masalah

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “ Bagaimana Implementasi Nilai-nilai Patriotisme Siswa melalui Kajian Biografi Raden Prawatasari dalam Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Cianjur ?”

Berdasarkan pada fokus permasalahan di atas, maka peneliti dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan (desain pembelajaran) yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai patriotisme siswa melalui kajian biografi Raden Prawatasari dalam pembelajaran sejarah di SMAN 1 Cianjur? 2. Bagaimana tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran nilai kepahlawanan

Raden Prawatasari dalam membentuk nilai patriotisme siswa di SMAN 1 Cianjur ?

3. Bagaimana hasil-hasil yang dicapai dalam pembelajaran berbasis biografi Raden haji Prawatasari?

4. Bagaimana solusi yang ditempuh dalam menghadapi kendala pelaksanaan

pembelajaran sejarah berbasis biografis Raden Haji Prawatasari?

C. Tujuan Penelitian

(20)

8

1. Untuk memperoleh gambaran tentang desain pembelajaran implementasi nilai-nilai patriotisme siswa melalui kajian biografi Raden Prawatasari dalam pembelajaran sejarah di SMAN 1 Cianjur. 2. Untuk memperoleh gambaran tentang tahap-tahap pelaksanaan

pembelajaran berbasis biografi Raden Prawatasari dalam membentuk nilai patriotisme siswa di SMAN 1 Cianjur.

3. Untuk memperoleh gambaran tentang hasil-hasil yang dicapai dalam pembelajaran berbasis biografi Raden haji Prawatasari.

4. Untuk Memperoleh gambaran tentang solusi yang ditempuh dalam menghadapi kendala pelaksanaan pembelajaran sejarah berbasis biografis Raden Haji Prawatasari.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat karena secara tidak langsung akan membantu dalam pembelajaran, yaitu dapat memupuk nilai-nilai patriotisme khususnya dan memahami nilai-nilai sejarah pada umumnya, memupuk kesadaran sejarah dengan menjiwai tokoh-tokoh sejarah lokal yang dekat dengan lokalitas dimana siswa berada. Selain itu, dapat meningkatkan minat membaca siswa pada buku teks sejarah sehingga siswa merasa apa yang mereka baca dan hapalkan bermakna.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dan strategi pembelajaran yang lebih menarik untuk siswa dalam pembelajaran sejarah, yang dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik, meningkatkan pemahaman konsep siswa, dan mengurangi

dominasi guru dalam pembelajaran. 3. Bagi Sekolah

(21)

9

meningkatkan minat baca siswa, pemahaman nilai, kesadaran sejarah dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para peneliti bidang pendidikan, untuk meneliti variabel lain yang lebih mendalam untuk meningkatkan pemahaman nilai-nilai patriotisme.

(22)

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena metode ini dipandang tepat untuk dijadikan dasar tilikan bagi peneliti, karena masalah yang diteliti memerlukan pengungkapan secara komprehensif dan mendasar.

Creswell (1998 : 15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut : Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distincet methological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian yang menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks yang bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.

Selanjutnya Moleong (1996:5) menjelaskan mengenai pendekatan kualitatif sebagai berikut :

“Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alamiah sebagai

keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisis secara induktf, mengarahkan sesama penelitian pada usaha menemukan teori-teori dari dasar yang bersifat deskriptif, lebih mengutamakan proses daripada hasil, membatasi fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rencana penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak, peneliti dan subjek

penelitian”.

(23)

54

mengamati secermat mungkin aspek-aspek yang diteliti, jadi peranan peneliti sangat menentukan sebagai instrument penelitian utama yang mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara terstruktur. Sejalan dengan ungkapan diatas, Bogdan dan Biklen (1982:3) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif

untuk pendidikan dengan sebutan “naturalistik” sesuai dengan karakteristik

masalah yang dikaji. Lebih lanjut Bogdan dan Biklen (1982:27-29), secara

operasional mengemukakan lima karakteristik utama dari penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut :

1. Qualitative research has the natural setting as the direct source of

data and researcher is the key instrument.

2. Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form

of words or picture rather than number.

3. Qualitative research are concerned with process rather than simply

with outcomes or products

4. Qualitative research tend to analyze their data inductively

5. “Meaning” is of essential to the qualitative approach.

Berdasarkan karakteristik metode kualitatif di atas, menyiratkan bahwa sangat berperannya peneliti dalam implementasinya, data yang dikumpulkan cenderung dalam bentuk kata-kata, lebih menekankan proses dari pada hasil, analisis induktif dengan mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati, serta mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial.

Selanjutnya Egon G. Guba (1985:11) mengemukakan, bahwa inkuiri naturalistik mempunyai beberapa karakteristik antara lain :

1. Inkuiri naturalistik dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan stimulus variabel bebas atau kondisi anticiden yang merupakan dimensi penting sekali.

2. Dimensi penting lainnya ialah apa yang dilakukan oleh peneliti dalam membatasi rentangan respons dari keluaran subjek.

(24)

55

perhatian dengan pemikiran yang murni dan terbuka, menampilkan dan memunculkan peristiwa-peristiwa nyata.

4. Istilah naturalistik merupakan istilah yang memodifikasi penelitian atau metode, tetapi tidak memodifikasi gejala-gejala.

Lincoln dan Guba (1995:39) menjelaskan bahwa penelitian yang bersifat inkuiri naturalistik menghendaki adanya kenyataan-kenyataan

sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika di pisahkan dari konteksnya. Oleh karena itu menurut Lincoln dan Guba hal tersebut didasarkan atas beberapa asumsi :

1. Tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, karena itu hubungan penelitian harus mengambil tempat pada keutuhan dalam konteks untuk keperluan pemahaman.

2. Konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi konteks lainnya, yang berarti bahwa suatu fenomena harus dilihat dalam keseluruhan pengaruh di lapangan.

Untuk memahami secara mendalam terhadap penelitian ini, maka peneliti perlu turun ke lapangan guna mengadakan pengamatan langsung terhadap subjek penelitian, antara lain mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas bersama guru pendidikan sejarah, wawancara dengan kepala sekolah, wawancara dengan bidang kurikulum kesiswaan dan siswa SMA Negeri 1 Cianjur.

Berkaitan dengan metode inkuiri naturalistik, Ahmad Sanusi (1998:286) menjelaskan bahwa para peneliti dapat juga langsung menerjuni atau menjelajah data empirik di lapangan. Selanjutnya dalam pemilihan pengolahan data secara kualitatif, peneliti berpedoman pada :

a. Sumber data dicari secara langsung oleh peneliti

b. Data adalah data primer yang diperoleh secara langsung oleh peneliti

(25)

56

e. Kebermaknaan data menurut tafsiran peneliti (Bogdan, 1982:29).

1. Lokasi, dan Subjek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Adapun yang dijadikan lokasi dalam penelian ini adalah, SMA Negeri 1 Cianjur, aspek pelakunya adalah guru Pendidikan Sejarah, dan

siswa SMA negeri 1 Cianjur yang terlibat interaksi belajar mengajar dan dari aspek kegiatan adalah proses pembelajaran sejarah. Dasar pertimbangan memilih SMA Negeri 1 Cianjur adalah salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Cianjur yang menerapkan pembelajaran sejarah lokal berbasis biografi.

b. Subjek Penelitian

Berdasarkan rancangan naturalistik (Lincoln dan Guba 1985, Moleong 1997, Nasution 1996, Bogdan dan Biklen 1990) bahwa yang dimaksud dengan subjek penelitian hanyalah sumber data yang dapat memberikan informasi atau data yang ditarik dan dikembangkan secara purposif (Lincoln dan Guba, 1985:201), bergulir hingga mencapai titik jenuh dimana informasi telah dikumpulkan secara tuntas (Nasution, 1988:32). Berdasarkan pendapat tersebut yang menjadi subjek penelitian yakni siswa kelas X, guru, Kepala Sekolah, dan sumber bahan cetak (kepustakaan) yang meliputi: jurnal, hasil penelitian terdahulu, buku teks, disertasi, tesis, yang berkaitan dengan masalah pembelajaran sejarah dengan menggunakan biografi pahlawan lokal Cianjur Raden Haji Prawatasari dalam upaya meningkatkan nilai-nilai patriotisme siswa

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh

(26)

57

ini adalah narasumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam

penelitian. (Lincoln dan Guba 1985) mengemukakan bahwa “Naturalistic sampling is, then, veri different from conventional sampling, it is based on

informational, not statistical, considerations its purpose is maximize information,

not to facilitate generalization”. Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif

(naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian penelitian

konvensional (kuantitatif). Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Lincoln dan Guba (1985), dalam penelitian naturalistik spesifikasi sampel purposive, yaitu 1) Emergent sampling design/sementara, 2) Serial selection of sampel

units/menggelinding seperti bola salju (snow ball), 3) Continuous adjustment or „focusing‟ of the sample / disesuaikan dengan kebutuhan, 4) Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh.

2. Data Penelitian

Proses pengumpulan data penelitian ini disesuaikan dengan jenis penelitian. Data yang dihimpun dalam penelitian ini berupa kata-kata, tindakan dan dokumen, situasi dan peristiwa yang dapat diobservasi Moleong (1982:122) dan Nasution (1988:56). Sumber data yang dimaksud adalah :

1. Kata-kata diperoleh secara langsung atau tidak langsung melalui wawancara, dan observasi.

2. Dokumen berupa kurikulum, Satuan Pembelajaran, Rencana Pelajaran. 3. Situasi yang berhubungan dengan kegiatan subjek penelitian dan masalah penelitian seperti dalam proses belajar mengajar, situasi belajar di perpustakaan dan situasi di lingkungan sekolah.

3. Instrumen Penelitian

(27)

58

data dan membuat kesimpulan serta temuannya (Sugiyono, 2011:222). Oleh

karena itu dalam penelitian kualitatif “the researcher is the key instrument”, jadi peneliti adalah instrument kunci.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Menurut Sugiyono (2011:225) dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation observation), wawancara mendalam (in dept interview) dan

dukumentasi.

a. Observasi

Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Marshall (1995) yang menyatakan bahwa “through observation, the reserarcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang prilaku dan makna

dari prilaku tersebut (Sugiyono, 2011:226). Selanjutnya, kegiatan observasi menurut M. Q. Patton (1980,124-126) dalam Nasution, 2003:59, menyatakan bahwa manfaat observasi diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, dengan berada di lapangan, peneliti lebih mampu memahami konteks

data dalam keseluruhan situasi, peneliti memperoleh pandangan yang holistik dan menyeluruh. Kedua, melalui pengalaman langsung, memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, tidak dipengaruhi konsep-konsep sebelumnya

yang memungkinkan peneliti mendapatkan penemuan atau discovery. Ketiga, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain karena

(28)

59

Kelima, peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden sehingga

peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif. Keenam, peneliti tidak hanya mengadakan pengamatan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah mengamati pembelajaran sejarah lokal pada guru mata pelajaran sejarah yang dilakukan sebagai berikut: a. Mendesain materi pembelajaran sejarah lokal, dengan desain perencanaan,

pelaksanaan dan tindak lanjut pembelajaran yang dilakukan guru.

b. Mengamati secara langsung proses pembelajaran, pengembangan pembelajaran baik yang dilakukan di dalam kelas, maupun di luar kelas dengan dimulai tahapan membuka pelajaran, menyampaikan materi pelajaran, serta mengakhiri pembelajaran untuk melihat bagaimana implementasi pembelajaran sejarah dalam mengembangkan materi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar sejarah lokal.

c. Mengobservasi secara langsung hasil-hasil pembelajaran sejarah lokal baik berupa perilaku siswa maupun berupa hasil hasil belajar seperti hasil ulangan dan laporan tugas.

d. Mengobservasi secara lagsung upaya-upaya yang dilakukan oleh guru pelajaran dalam mmenghadapi kesulitan-kesulitan dalam proses pembelajaran dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan

Menurut Sugiyono (2011:196) menyebutkan bahwa dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a. Observasi Berperanserta (Participant Observation), peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan dalam sumber data penelitian.

(29)

60

yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi, hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Observasi penelitian tesis ini di lakukan di SMA Negeri 1 Cianjur yang telah menerapkan pembelajaran sejarah berbasis biografi Raden Prawatasari dalam materi pembelajaran semester 4 tentang perlawanan rakyat setempat atau daerah melawan kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Adapun observasi

lapangan meliputi observasi kegiatan atau proses pembelajaran dan observasi lingkungan sekolah tempat siswa melakukan kegiatan pembelajaran

b. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan atau metode pengumpulan data yang dilakukan oleh pewawancara dengan bertatapan langsung dengan responden. Upaya peneliti untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian. Wawancara sendiri berupa percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaaan. Di sini ada hubungan timbal balik, komunikasi dua arah antara pewawancara dengan yang diwawancarai.

Esterberg (dalam Sugiono, 2011:231) mendefinisikan interview sebagai

berikut:” a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint contruction of

meaning about particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Mengenai pentingnya mengumpulkan data melalui wawancara ini, Esterberg mengemukakan bahwa

interviewing is at the heart of social research” (wawancara merupakan hatinya

(30)

61

Pewawancara dalam hal ini peneliti sebagai human instrument membuat draf pertanyaan-pertanyaan, baik berupa wawancara berstruktur yang menginginkan jawaban responden sesuai data-data yang diperlukan dalam penelitian, maupun wawancara semi berstruktur, dimana pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tidak mengarah kepada hal-hal sensitif terwawancara. Pewawancara hendaknya dapat memodifikasi dengan teknik wawancara yang

baik, dengan sentuhan lembut pewawancara agar memiliki kedekatan dengan responden, sehingga responden memiliki fleksibilitas cakupan wilayah wawancara yang terkadang diperlukan dalam data-data penelitian, namun pewawancara harus dapat jeli mengontrol waktu agar sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat peneliti (Smith, 2009:109).

Pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun peneliti menggunakan wawancara terstruktur, dimana peneliti sudah menyiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden. Peneliti meneliti jawaban responden secara sistematis. Dalam melakukan wawancara, selain membawa instrumen sebagai pedoman wawancara, peneliti juga menggunakan alat pengumpul data seperti handy camp dan hand phone yang membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

Informan yang akan diwawancarai adalah Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran Sejarah dan Peserta Didik di SMA Negeri 1 Cianjur, adapun perihal yang akan ditanyakan tentunya berkaitan dengan rumusan masalah yang terdapat dalam Bab I yaitu, implementasi nilai-nilai patriotisme siswa melalui kajian biografi Raden Prawatasari dalam pembelajaran sejarah, nilai kepahlawanan Raden Haji Prawatasari dalam membentuk nilai patriotisme siswa dan relevansi nilai patriotisme Raden Haji Prawatasari dengan semangat kebangsaan peserta didik saat ini di SMA Negeri 1 Cianjur.

(31)

62

tinggi agar data-data yang didapat siap dijadikan sebagai sumber-sumber data yang dapat dapat mendeskripsikan pembelajaran sejarah berbasis biografi Raden Haji Prawatasari.

c. Dokumentasi

Metode ini digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang

tersedia dalam catatan dokumen. Seperti pendapat Moleong (2007, 161) “studi

dokumentasi yaitu mencari sumber data-data tertulis di lapangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Studi dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk

menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan.”

Dokumentasi yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah penelusuran dan menemukan informasi tentang pola dan prosedur pengadministrasian dan perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Untuk itu peneliti mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dalam masalah penelitian, berupa perangkat kurikulum seperti dokumen KTSP dan perangkat pembelajaran guru berupa buku agenda harian guru sejarah, buku daftar hadir siswa, buku daftar nilai siswa, buku-buku remedial siswa, kalender akademik, Program Tahunan, Program Semester, Silabus, KKM, RPP, alat dan media pembelajaran, dapat digunakan sebagai informasi penelitian Nasution (2002:85-86). Peneliti membuat daftar ceklis pada studi yang memuat data-data yang tersedia atau tidak pada guru mata pelajaran. Peneliti membubuhkan tanda ceklis bila guru memiliki dokumen dan mengosongkan yang tidak ada dokumennya.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini, tentu saja peneliti sangat berkepentingan dengan dokumen, misalnya:

a. Dokumen kurikulum

(32)

63

Selain dokumentasi perangkat pembelajaran di SMA Negeri 1 Cianjur, yang lebih penting dokumentasi mengenai kegiatan pembelajaran dikelas dengan menggunakan pembelajaran berbasis biografis Raden Haji Prawatasari, dokumen berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan aktivitas siswa di Kelas.

Gambar 3.1. Teknik Pengumpulan Data

B. Teknik Analisis Dan penafsiran Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti, peneliti melakukan penggolongan data dalam pola, tema atau kategori (Nasution, 2003: 126), tanpa kategori atau klasifikasi data akan menimbulkan kekacauan. Kegiatan analisis dan penafsiran data merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti setelah data-data tersebut terkumpul. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang penting untuk memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan.

Dalam penelitian kualitatif, pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian itu dan secara terus menerus dari mulai tahap pengumpulan data sampai

akhir. Data yang diperoleh dari penelitian ini tidak akan memberikan makna yang berarti apabila tidak dianalisis lebih lanjut. Selanjutnya menurut analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman (1992) dalam Basrowi- Suwandi (2008:208) terdapat tiga aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan concluting drawing/verification. Pendapat yang sama dalam Emzir

(2010:129), lebih rinci sebagai berikut:

Teknik

Pengumpulan

data

(33)

64

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisa data, ini berguna mempermudah pemahaman terhadap data yang diperoleh. Terdapat pemilihan data, memfokuskan, penyederhanaan, abstraksi data, memilah-milah menjadi satuan-satuan yang mudah dikelola, mensintesiskan, mencari, menemukan dan menemukan pola, menjadi laporan yang jelas dan terperinci.

Reduksi data yang dilakukan peneliti membutuhkan wawasan berfikir yang cukup tinggi, untuk itu peneliti dapat meminta bantuan terhadap orang yang ahli di bidangnya. Kemampuan wawasan berfikir peneliti akan semakin luas. Laporan

lapangan yang masih “mentah” disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis agar mempermudah peneliti dijadikan sebagai analisis data untuk mempertajam hasil data-data di lapangan (Emzir, 2010:129).

2. Model Data (Display Data)

Setelah melakukan reduksi terhadap data yang dikumpulkan, maka peneliti menyajikan data dalam bentuk deskripsi terhadap aspek-aspek yang diteliti sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun dari mulai tahap persiapan sampai pada pelaksanaannya pembelajaran berbasis biografi Raden Haji Prawatasari, selanjutnya data-data yang sudah terkumpul, dibuat uraian singkat atau bagan agar memiliki pola lebih mudah dipahami untuk dianalisis lebih lanjut.

Pada dasarnya data-data yang ditampilkan membuat gambaran yang jelas bagaimana tindakan selanjutnya.

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan verifikasi terhadap data-data yang dimiliki. Penarikan kesimpulan diambil oleh peneliti setelah mendapatkan kejelasan kebenaran data yang didapat peneliti.

Dalam hal kesimpulan dilakukan secara bertahap, pertama berupa

kesimpulan sementara, namun dengan bertambahnya data maka perlu dilakukan verifikasi data yaitu dengan mempelajari kembali data-data yang ada (yang direduksi maupun disajikan), Hubungan tersebut seperti di bawah ini Emzir, 2010:134 :

(34)

65

3.2 Diagram hubungan antara Reduksi Data, Penyajian Data dan Verifikasi

Ketiga jenis aktivitas analisis dan aktivitas pengumpulan data itu sendiri membentuk siklus yang interaktif. Melihat diagram di atas maka peneliti bergerak dengan empat model ini selama melakukan pengumpulan data-data dari lapangan penelitian, kemudian bergerak bolak-balik diantara reduksi data, model dan penarikan/verifikasi kesimpulan. Peneliti harus dapat melakukan analisis kegiatan yang saling berhubungan antara reduksi data, display data dan mengambil verifikasi kesimpulan selama penelitian implementasi nilai-nilai patriotisme siswa melalui Biografi Raden Haji Prawatasari dalam pembelajaran Sejarah di SMAN 1 Cianjur dari awal sampai akhir penelitian.

Hal ini bukan pekerjaan yang mudah, tetapi memerlukan kerja keras, memerlukan daya kreatif dan kemampuan intelektual yang tinggi, Nasution (2002:126).

C.Prosedur dan Tahapan Penelitian

Untuk melakukan penelitian, maka peneliti melakukan beberapa tahapan-tahapan antara lain:

1. Tahap Persiapan.

` Pada tahap ini, peneliti sebelumnya telah mempersiapkan apa yang menjadi fokus penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah berbasis biografi Raden Haji Prawatasari di SMAN 1 Cianjur. Sebelum menetapkan lebih lanjut fokus penelitian, peneliti mengadakan seminar proposal tesis dalam rangka

Penarikan/Verifikasi Kesimpulan Reduksi

Data

Model Data Pengumpulan

(35)

66

memantapkan, memfokuskan dan menerima masukan dari dosen-dosen penguji. Hasil dari revisi proposal tesis dikonsultasikan kepada pembimbing akademik dan disahkan menjadi rancangan tesis selanjutnya. Peneliti kemudian menyelesaikan masalah administrasi berupa surat-surat perizinan yang dibutuhkan dalam penelitian.

2. Tahap Orientasi

Pada tahap ini, peneliti harus memiliki apa yang ingin diteliti dari permasalahan yang ditemui peneliti sebagai observer di SMAN 1 Cianjur. Peneliti sebagai human instrument ingin meneliti proses pembelajaran yang dilakukan guru pelajaran sejarah yang berbasis biografis dalam hal ini biografi Raden haji Prawatasari. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan peneliti kepada kepala sekolah, pihak sekolah menyambut baik maksud peneliti dan akan membantu informasi-informasi yang dibutuhkan peneliti, baik berbentuk sumber data lisan, maupun sumber data tertulis. Peneliti menetapkan fokus penelitian, dan mencari deskripsi data-data yang akan diperlukan pada saat penelitian, agar langkah-langkah penelitian yang sistematis dan kronologis. Data-data memberikan deskripsi keseluruhan penelitian yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti.

3. Tahap Eksplorasi

Mengacu pada fokus penelitian yang meneliti mengenai implementasi nilai-nilai patriotisme siswa melalui Biografi Raden Haji Prawatasari, maka peneliti akan memperoleh gambaran yang jelas dan paradigma yang semakin terarah, yang dapat memberikan arah kelanjutan penelitian dalam tehnik pengumpulan data, baik melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi. Tahap ini penulis melakukan penelitian pada proses pembelajaran semester ganjil

(36)

67

4. Agenda Penelitian

No Pelaksanaan Maret 2012

April 2013

Mei 2013

Juni 2013

Juli 2013

Agust 2013

sept 2013

1. Tahap Persiapan x x

2 Tahap Pelaksanaan x

3 Tahap Penyusunan x

4 Tahap Pelaporan x

5 Tahap Ujian 1 x

6 Tahap Perbaikan x

7 Tahap Ujian 2 x

(37)

132

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasanPembelajaran berbasis Biografis Raden Haji Prawatasari dalam menbentuk nilai-nilai patriotisme siswa, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan dan rekomendasi dengan tidak

terlepas dari fokus masalah yang telah dirumuskan.

Adapun kesimpulan-kesimpulan dan rekomendasi yang peneliti dapatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Pertama, desain pembelajaran, menunjukkan kesimpulan bahwa guru

pelajaran sejarah di SMAN 1 Cianjur telah membuat desain pembelajaran sejarah yang menyangkut materi pembelajaran sejarah dengan berbasis biografis sebagai sumber belajar sejarah lokal. Hal ini ini dilakukan dengan membuat perencanaan tentang silabus, rencana program pembelajaran, pelaksanaan program pembelajaran, persiapan kelas, pendekatan, strategi, metode yang tepat, memilih sumber belajar, penilaian/evaluasi berupa unjuk kerja, lisan dan tertulis yang diimpelentasikan dalam pembelajaran sehari-hari.

Kedua, tahapan-tahapan pembelajaran, menunjukkan kesimpulan bahwa

proses pembelajaran dengan langkah-langkah kegiatan pendahuluan dengan apersepsi sejarah lokal pada lingkungannya sebagai entrybehavior, kegiatan inti dengan pendekatan contextual Teaching Learning (CTL) dan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dan metode pembelajaran ceramah, diskusi kelompok, tanya jawab, pemberian tugas, brainstorming, pengalaman lapangan yang sesuai. Media pembelajaran yang lengkap, sesuai dengan materi

pembelajaran dan kegiatan penutup yang disertai dengan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, merupakan rangkaian tahapan yang harus dilalui guru pelajaran.

(38)

133

kreativitas guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai secara sistematis agar peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan evisien. Siswa dapat memberdayakan potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien, bukan hanya menguasai materi pelajaran, tapi juga dapat mengembangkan keterampilan dan sikap yang diperlukan bagi siswa dalam menghadapi tantangan dimasa sekarang dan masa yang akan datang.

Keempat, pada awal pembelajaran, guru menghadapi kesulitan-kesulitan

dalam menemukan sumber atau referensi mengenai biografi dan perjuangan Raden Haji Prawatasari, mendesain pembelajaran, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran, namun dengan cara belajar dan berlatih dengan berbagai sumber informasi yang menunjang, akhirnya guru membuat solusi mengatasi masalah yang dihadapi dapat berkreativitas mengembangkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan pendekatan kontekstual, menggunakan referensi dari perpustakaan daerah salah satunya buku karangan Aan Merdeka Permana (Haji Prawatasari Pajoang Ti jampang) serta artikel yang ditulis oleh Sejarawan Nina Lubis dalam sumber internet dan referensi lain yang menunjang sebagai sumber belajar sejarah lokal sehingga pembelajaran berbasis biografis dapat lebih bermakna bagi pengembangan potensi peserta didik.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan lapangan, dalam kesempatan ini peneliti memberikan sumbang saran untuk direkomendasikan. Rekomendasi ini disampaikan kepada berbagai pihak terkait yang memiliki kontribusi kuat terhadap pengembangan pembelajaran sejarah. Dengan demikian ada beberapa rekomendasi yang peneliti sampaikan, yaitu :

Pertama, kepada guru sejarah di lapangan, diharapkan terus belajar

(39)

134

siswa dalam kehidupan sehari-hari dan ssiwa dapat menjiwai serta merasa simpati terhadap sosk pejuang lokal daerahnya.

Kedua, kepada pihak sekolah, dalam hal ini kepada kepala sekolah sebagai

manager lembaga pendidikan harus mendorong pengembangan pembelajaran

dengan menggunakan sumber belajar yang dekat dengan siswa, dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan waktu yang relative singkat melalui memanfaatkan

lingkungan sekolah, namun memiliki hasil yang dapat mengembangkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap siswa.

Ketiga, Kepada Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Pendidikan

Kabupaten Cianjur, peneliti menyampaikan penghargaan atas sosialisasi dalam seminar sehari mengenai usulan pengangkatan raden haji Prwatasari menjadi pahlawan nasional Indonesia meskipun belum ada sumber yang menguatkan karena sumber yang relevan terhadap di Belanda (Universitas Leiden) namun mengabadikan nama Pahlawan loal tersebut sebagai nama Lapang Olahraga kabupaten Cianjur yang berlokasi dekat dengan lingkungan sekolah siswa di SMAN 1 Cianjur.

Keempat, kepada siswa SMAN 1 Cianjur, diharapkan agar dapat belajar

dengan berbagai sumber belajar untuk mengembangkan potensi diri baik di bidang pengetahuan, keterampilan maupun sikap sebagai generasi penerus yang memahami sejarah masa lalu tanpa melupakan lingkungannya dalam membangun bangsa.

Kelima, kepada peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini sebagai

motivator untuk terus dikembangkan,menghasilkan penelitian lanjutan yang

(40)

135

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. (2010). Sejarah Lokal di Indonesia. Cetakan ke-6. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

________.(1985). “Dari Sejarah Lokal ke Kesadaran Nasional: Beberapa

Problematik Metodologis” dalam Sartono Kartodirdjo, Dari Babat dan Hikayat Dalam Sejarah Kritis. Yogyakarta: UGM Press.

Alberty, HB & Alberty EJ. (1965). Recognizing the High School Curriculum, Third Eddition. New York: The Macmillan Company.

Alfian, M. (2007). Pendidikan Sejarah dan Permasalahan yang dihadapi. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007.

Anggara, B. (2007). Pembelajaran Sejarah yang Berorientasi pada Masalah-masalah Sosial Kontemporer. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007.

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arif, M. (2009). Pengantar Kajian Sejarah. Jakarta: Yrama Widya.

Atmadi, A. (2000). Transformasi Pendidkan Memasuki Milenium Ketiga. Jakarta : Kanisius

Baharuddin, H. dan Wahyuni, E.N. (2010). Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Banks, J.A. 1985. Teaching strategies for the social studies. New York: Longman.

Blank, T. & Schmidt, P. (2003). “National identity in a United Germany: Nationalism or Patriotism?” An Empirical Test With Representative Data” Journal of Political Psychology, Vol 24, No.2, 2003

(41)

136

Bredo, E. & Feinberg, W. (1982). Knowlegde and Values in Social and Educational Research. Philadelphia: Temple University Press

Budiningsih,C. Asri ( 2004). Pembelajaran Moral Berpijak Pada Karakteristik Siswa Dan Budayanya. Jakarta: Rineka Cipta

Cohen, J & Nussbaum, M.C. (1966). For Love of Country: Debating the Limits of Patriotism, Beacon Press.

Creswell, J.W. (1994). Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches. London: Sage Publications, Inc

Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. London: Sage Publications, Inc

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten. (2009). Diktat/Bintek KTSP SMA. Bandung: Pemerintah Kabupaten

Depdiknas. (2006). Model Mata Pelajaran Muatan Lokal. Jakarta: Depdiknas

Driyarkara, SJ. (1966). Filsafat Manusia. Yogyakarta: Kanisius.

Elias, J. L. 1989. Moral education: secular and religious. Florida: Robert E. Krieger Publishing Co., Inc.

Fraenkel, J.R. 1977. How to teach about values: an analytic approach. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Fraenkel, J.R. 1980. Helping students think and value: strategies for teaching the social studies. Second Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Gall, M.D., Gall, J.P., Borg, W.R. (2003). Educational Research. Boston: Pearson Education, Inc

Garvey, B and Krug, M. (1977). Models of History Teaching in the Secondary School. London: Oxford University Press

Glaser, B.G. & Straus, A.L. (1977). The Discovery of Grounded Theory. Chicago: Adeline Publishing Co.

Habermas, J. (1996). Appendix II: Citizenship and National Identity. William Regh, MIT Press

(42)

137

Hamid, H.S. (2012). “Pendidikan Sejarah Indonesia, Isu dalam Ide dan Pembelajaran”. Bandung: Rizqi Press

Hardjasaputra, A.S. (2007). Haji Prawatasari Tokoh Pejuang Cianjur, Masalah dalam Pengusulannya sebagai Pahlawan. Makalah Seminar Sehari Prawatasari Ulama dari Cianjur Berjihad Melawan VOC 1703-1707. Cianjur, 08 November 2007. Dewan kesenian Cianjur Kerjasama Kantor Kesatuan Bangsa Pemkab Cianjur.

Henry, NB. (1952). The Fifty-First Year Book (General Education). University Of ChicagoPress.

Hersh, R.H., Miller, J.P. & Fielding, G.D. 1980. Model of moral education: an appraisal. New York: Longman, Inc.

Hill, C.P. (1956). Saran-saran tentang mengadjarkan sedjarah. Djakarta: Perpustakaan Kem. P.P dan K.

Huberman & Miles, B.M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Ibrahim (2008). “Evaluasi Dalam Pengembangan Kurikulum”, dalam Sejarah Sebuah Penilaian Refleksi 70 Tahun Prof. Dr. H. Asmawi Zaenul, M.Ed, Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS.

Johnson, Elaine. B. (2009). Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC

Kerlinger, F.N. (1976). Foundations of Behavioral Research. London: Holt, Rinehart and Winston.

Kohlberg, L. 1977. The cognitive-developmental approach to moral education. Dlm. Rogrs, D. Issues in adolescent psychology: 283-299. New Jersey: Printice Hall, Inc.

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual, Konsep Dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Lickona, T. (1992). Education for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Lickona, T. (2012). Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

(43)

138

Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Lincoln, I.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills, London: Sage Publications.

Martanto, S.D. (2009). Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. PKM-GT. Semarang. Tidak diterbitkan.

Millan, J.H. dan Schumacher, S. 2010. Research in Education (Evidence Based Inquiry) 7th edition. New Jersey : Pearson Education Inc.

McConnell. (1952). General Education An Analysis. Dalam Henri,N,B. (1952). The Fifty-First Yearbook. Chicago: The Univesity Chicago Press.

McMillan, J.H. & Schumacher, S. (2001). Research in Education. New York: Longman.

Moleong, L.J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muhadjir, N. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Muhaimin (2004). Paradigma Pendidikan Islam dalam Pendidikan di Sekolah. Badung : Rosdakarya

Mulyana, A “Pendekatan Historiografi dalam Memahami Buku Teks Palajaran Sejarah”,

(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/19660808199 1031 AGUS_MULYANA/Makalah_Dekonstruksi.pdf. (accessed 4 desember 2011).

Mulyana, A dan Gunawan, R. (2007). Sejarah lokal, penulisan dan pembelajaran di sekolah. Bandung : Salamina Press

Mulyana, R, dkk. (1999). Cakrawala Pendidikan Umum. Bandung: Ikatan Mahasiswa dan Alumni Pendidikan Umum-PPS IKIP Bandung.

Nasution, S. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Newby, T. J. et. al. (2006). Educational Technology for Teaching and Learning. New Jersey: Pearson Education, Inc.

(44)

139

Permana Merdeka, A. H. (2010). Prawasari Pajoang ti Jampang. Bandung : Ujung Galuh

Permana Merdeka, A. (2010). Pasukan Siluman Haji Prawatasari. Bandung : Ujung Galuh

Phenix, P, H. (1964). Realms of Meaning (A Philosophi Of The Curriculum for General Education. New York: Mc-Graw-Hill Book Company.

Prayitno. 1994. Budi pekerti dan pendidikan. Kertas kerja seminar pendidikan budi pekerti, anjuran Pusat Kurikulum dan Sarana Pendidikan, Balitbang Dikbud, 2-3 Ogos 1994.

Raths, L.E., Harmin, M. & Simon, S.B. 1978. Values and teaching: working with values in the classroom. Second Edition. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.

Sauri, S. (1996). Komunikasi Orang Tua Anak dalam Membina Nilai-nilai Agama Pada Keluarga. Tesis. Bandung: PPS IKIP.

Setiadi & Elly, M. (2006). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana

Schwatz, R.T; Staub, E; Lavine, H. (1999). “On the varieties of national attachment: constructive patriotism”. Journal of Political Psychology.

Sinurat, S.P (2008). Langkah Tepat Melakukan Rekrutmen dan Seleksi. Jakarta : Erlangga.

Sjamsudin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak

Sjamsuddin, H. “Penulisan Buku Teks Sejarah: Kriteria dan Permasalahannya”. Historia : Jurnal Pendidikan Sejarah.1,(1), (2000):1-12.

Sjamsuddin, H. Penulisan Buku Teks dan Sejarah Lokal (Sejarah Lokal:Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah).(Bandung: Salamina Press, 2007).

Staub, E & Schwatz, R.T. (1994). Manifestations of blind and constructive patriotism: personality correlates and individual-group relations. Chicago: Nelson – Hall Publisher.

Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PPs UPI dan PT Remaja Rosdakarya.

(45)

140

Supardan, D. (2004). Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional, Global untuk Integrasi Bangsa. Disertasi Doktor pada SPS. UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2005). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D), Bandung: Alfabeta

Superka, D.P., Ahrens, C., Hedstrom, J.E., Ford, L.J. & Johnson, P.L. 1976. Values education sourcebook. Colorado: Social Science Education Consortium, Inc.

Supriatna, N. (2007). “Mengembangkan Pertanyaan Kritis Model Ways Of Knowing Habermas dalam Pembelajaran Sejarah”. Makalah disajikan dalam Seminar Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis HIMAS di UPI.

Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Supriatna, N. (2008). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Yang Berorientasi Pada Masalah-masalah Sosial Kontemporer. Disertasi Doktor pada SPS. UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Suryaningrat, B. 1982. Memperingati Hari Jadi Cianjur Ke-306 (1677-1983)/MengenalKabupaten Daerah Tingkat II Cianjur. Cianjur: tp.

---. 1982.Sajarah Cianjur Sareng Raden Aria Wira Tanu Dalem Cikundul Cianjur.Jakarta: Rukun Wargi Cianjur.

Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan. Edisi II. Diterjemahkan oleh Triwibowo B.S. Jakarta: Prenada Media Group.

Supardi ( 2005). Pendidikan Sejarah Lokal Dalam Konteks Multikulturalisme . [Online]

Tersedia:Http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132304486/2.%20SEJAR

AH%20lOKAL%20DAN%20PENDIDIKAN%20multikultural%203.pdf

[16 April 2013]

Taufik, A. “Pahlawan Dalam Sejarah,” Prisma , No. 7 Tahun V, Juli 1976, hal. 59 – 65

Titus, H. (1959). Living Issues in Philosophy. New York: American Book Company.

(46)

141

Widja, I.G. (1991). Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Bandung: Angkasa.

Winataputra, U.S. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Windmiller, M. 1976. Moral development. Dlm. Adams. J.F. (pnyt.). Understanding adolescence: current developments in adolescent psychology: 176-198. Boston: Allyn and Bacon, Inc

Wiriaatmadja, R. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia: Perspektif lokal, Nasional dan Global. Bandung:Historia Utama Press.

Yusuf, G. 2006."Barontakna Haji Prawatasari (1703-1706); Pahlawan Sunda nu Dipohokeun". KUSNET.

Tesis

Husensah. (2009). Implementasi Pembelajaran Sejarah Lokal Dalam Konteks Sejarah Nasional, Studi Deskriptif Naturalistik di SMA 1 Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat Propinsi Aceh. Tesis pada SPS IPS. UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Radjilun, M. S. (2008). Implementasi Pembelajaran Berbasis Biografis Nilai-Nilai Kejuangan Sultan Babullah Dalam Membangun Patriotisme dan Nasionalisme. Tesis. UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sari, D. H. (2011). Biografi Siti Manggopoh Sebagai Sumber Kearifan Lokal Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Sejarah. Tesis. UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian..............................................................................88
Gambar  4.1 Gambar Lokasi Sekolah SMA Negeri 1 Cianjur ............................................68
Gambar 3.1. Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Rumah bagian dalam di perumahan Arion Mas Mranggen .... Siteplan

Saat proyektor akan digunakan untuk pertama kalinya, Anda dapat memilih bahasa yang diinginkan dan konfigurasi Mode Daya setelah layar pengaktifan ditampilkan.. Jika

Adapun kriteria sampel yang digunakan yaitu: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut dari tahun 2011 sampai dengan 2014,

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa selanjutnya dicatat dalam instrumen-instrumen penilaian, maka dimulai dari siklus I, kegiatan siswa pada saat KBM dengan

SETDA/Bag.Pembangunan.1/II/2014 masuk dalam Daftar Hitam (Blacklist), Dengan ini Pejabat Pengadaan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebong Tahun Anggaran 2014 mengumumkan

kolom 1 dari tabel 5 , kami memperkirakan ( 3 ) termasuk endowment keterampilan suatu negara yang diukur dengan rata-rata tahun sekolah total populasi dan interaksi dengan

institusi pasangan (dalam hal ini perusahaan asuransi), selanjutnya dilakukan perte-muan/rapat bersama antara pihak sekolah (Kaprogli Penjualan, Guru Diklat) de-ngan pihak

Kecerendungan mengapa siswa memutuskan untuk bersekolah di sekolah paruh waktu yaitu, karena siswa tidak bisa melanjutkan sekolah di SMA swasta sistem full-time