• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR SKRIPSI. Oleh: Kiki Astrina NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR SKRIPSI. Oleh: Kiki Astrina NIM:"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR

SKRIPSI

Oleh: Kiki Astrina NIM:140701039

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)

Lembaran Pernyataan

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR

OLEH

KIKI ASTRINA

NIM 140701039

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dan diacu dalam naskah ini serta disebutkan dalam daftra pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjaan yang pernah saya peroleh.

Medan, 20 Juni 2019

Peneliti,

Kiki astrina Nim 140701039

(4)

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR

OLEH

KIKI ASTRINA NIM 140701039

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam novel Salah Pilih karya Nur St. Iskandar berdasarkan kajian pragmatik. Dua masalah yang diteliti yakni kategori tindak tutur ilokusi yang muncul dalam novel Salah Pilih dan tindak tutur ilokusi yang paling dominan dalam novel tersebut. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik simak dan catat.Penelitian ini menerapkan teori pragmatik tentang tindak tutur yang dikemukakan oleh Searle. Data dianalisis dari kategori tindak tutur ilokusi yaitu: asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Kelima kategori ilokusi tersebut ditemukan di dalam novel Salah Pilih Karya Nur St. Iskandar antara lain (20) tidak asertif, (16) tindak direktif, (10) tindak ekspresif, (4) tindak komisif, dan (2) tindak deklarasi. Tindak tutur ilokusi yang paling banyak ditemukan dalam novel Salah Pilih adalah tindak tutur ilokusi asertif.

(5)

PRAKARTA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. selama dalam penyusan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr.Budi Agustono, M.SselakuDekan Fakultas Ilmu Budaya, USU.

2. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia dan Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum selaku Sekretaris Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, USU. 3. Dra. Salliyanti, M. Hum. Selaku dosen pembimbing yang senantiasa

meluangkan waktu untuk membimbing penulis serta memberikan sumbangan pemikiran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. BapakDrs.Amhar Kudadiri, M.Hum.dan Dra. Rosliana Lubis, M.Si.Selakupenguji proposalpenulis.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

6. Teristimewa kedua orang tua penulis bapak Alm. Iwansyah dan ibu Dariam Batu Bara yang selalu memberi semangat, dukungan, serta doa dengan penuh kesabaran dalam mendidik penulis selama ini. Terima kasih untuk pengorbanan yang telah kalian berikan.

(6)

8. Bapak Joko yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus penyelesaian administrasi dan persyaratan-persyaratan lainnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada sahabat-sahabat penulis yang tersayang, Rina Erviany, Latifah Indung Nasution, Dwi Rahayu Agustin, Khairunnisa Lubis dan Gia Erlisa Pratiwi yang telah memberikan dukungan, doa, dan semangat serta banyak kenangan selama ini.

10. Kepada semua teman seperjuangan stambuk 2014 terima kasih atas dukungannya, semoga kita semua sukses selalu.

Sebagai manusia, penulis menyadari kekurangan yang ada dalam diri penulis. Kekurangan-kekurangan tersebut mungkin saja ditemukan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga kekurangan yang ada dapat disempurnakan di masa mendatang.

Akhirnya penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membaca.

Medan, 20 Juni 2019

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI PERNYATAAN ... i ABSTRAK ... ii PRAKARTA ... iii DAFTAR ISI ... v BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan penelitian ... 5 1.4 Manfaat penelitian... 5 1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5 1.4.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep ... 7

2.1.1 Analisis ... 7

2.1.2 Tindak Tutur ... 7

2.1.3 Ilokusi ... 9

2.1.4 Novel Salah Pilih ... 10

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1 Pragmatik ... 12

2.2.2 Tindak tutur ... 14

(8)

3.2 Sumber Data ... 21

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.4 Teknik Analisis Data ... 23

3.5 Metode Penyajian Data ... 25

BAB IV PEMBAHASAN ... 26

4.I Bentuk-bentuk Tindak Tutur Ilokusi yang Terdapat dalam Novel Salah Pilih ... 26

4.1.1 Bentuk Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Novel Salah Pilih ... 26

4.1.2 Bentuk Tindak Tutur Ilokusi Direktif dalam Novel Salah Pilih ... 36

4.1.3 Bentuk Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif dalam Novel Salah Pilih ... 44

4.1.4 Bentuk Tindak Tutur Ilokusi Komisif dalam Novel Salah Pilih ... 48

4.1.5 Bentuk Tindak Tutur Ilokusi Deklarasi dalam Novel Salah Pilih ... 50

4.2 Bentuk Tindak Tutur Ilokusi yang Paling Dominan dalam Novel Salah Pilih ... 52

BAB VSIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1 Simpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat bermacam-macam fungsi bahasa, salah satunya adalah sebagai alat komunikasi. Dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia yang paling efektif. Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan sebagai penyampaian gagasan pembicaraan yang mempunyai berbagai ragam (atau variasi) bergantung pada konteks komunikasi yang terjadi.

Dalam proses komunikasi itu, bahasa sebagai alat, baik aspek linguistik maupun aspek paralinguistik, informasi yang disampaikan, serta pihak partisipan sebagai pemberi informasi dan penerima informasi secara bersama-sama membentuk apa yang disebut dengan situasi tutur dan peristiwa tutur dalam suatu tindak tutur.

Teori tindak tutur adalah teori yang cenderung meneliti tentang makna kalimat, bukannya suatu teori yang berusaha menganalisis struktur kalimat. Misalnya, apabila seseorang ingin mengemukakan sesuatu kepada orang lain, maka apa yang ingin dikemukakan itu adalah maksud kalimat. Namun, untuk menyampaikan makna atau maksudnya itu, orang tersebut harus menuangkannya dalam wujud tindak tutur. Tindak tutur yang mana yang akan dipilihnya sangat bergantung kepada beberapa factor, anatara lain adalah :

(10)

2. Kepadasiapaia akan menyampaikan dan kemungkinan -kemungkinanstrukturmanakah yang adadalambahasa yang dipergunakannya?

Dengan demikian maka untuk satu maksud perlu dipertimbangkan berbagai kemungkinan tindak tutur sesuai dengan posisi penutur, situasi tutur dan kemungkinan struktur yang ada dalam bahasa itu.

Tindak tutur sendiri lebih cenderung sebagai gejala individual, bersifat psikologis dan ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam mengahadapi situasi tertentu dan menitikberatkan orang dalam memperhatikan makna dan arti dari tindak dalam tuturan tersebut.

Tindak tutur terbagi menjadi tiga bagian, yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur orang yang hendak menyampaikan suatu makna tertentu. Tindak ilokusi, yakni tindak tutur orang yang hendak menyatakan sesuatu dengan menggunakan suatu daya yang khas, yang membuat orang tersebut bertindak sesuai dengan apa yang dituturkannya. Terakhir tindak tutur perlokusioner, yakni tindak tutur orang yang karena ucapan dan tindakannya menyebabkan efek tertentu pada pendengarnya, yang aktif atau pasif.

Kesatuan bahasa yang lengkap sebenarnya bukanlah kata atau kalimat. Sebagaimana dianggap beberapa kalangan dewasa ini, melainkan wacana atau discourse. Oleh sebab itu penyeledikan dan deskripsi sintaksis tidak boleh dibatasi pada satuan kalimat saja, tetapi harus melanjutkan ke kesatuan yang lebih besar yaitu wacana.

(11)

Wacana adalah suatu bahasa yang kompleks dan lengkap, karena di dalamnya terdapat fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan karangan utuh. Tetapi pada dasarnya wacana merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Pemakaian dan pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai piranti yang cukup banyak, karena kajian tentang wacana menjadi “wajib” ada dalam proses pembelajaran bahasa.

Wacana fiksi terdiri atas wacana prosa yaitu wacana yang disampaikan atau dituliskan dalam bentuk prosa berupa novel, cerpen, artikel, makalah, skripsi, tesis, dan lain sebagainya.

Novel sendiri merupakan karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel terdiri atasbab dan sub-bab tertentu sesuai kisah ceritanya.

Dalam tulisan ini penulis memilih Novel Salah Pilih Karya Nur St. Iskandar sebagai objek penelitian yang mengacu pada tindak tutur ilokusi dalam dalam novel tersebut.

Berikut contoh tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam novel Salah Pilih karya Nur St. Iskandar :

1. Fenomena Konteks Tindak Tutur Komisif (menjanjikan)

Bentuk tuturan : “akan Kakanda dapati saya selalu bilamana berguna bagi kakanda. Dan tingkah laku saya terhadap Saniah pun takkan menyusahkan Kanda, sebab saya harus insaf betul akan kedudukan saya ini sebagai....” (58/SP)

(12)

Analisis Tuturan : Di dalam tuturan di atas, terdapat satu bentuk tindak tutur ilokusi yang muncul, yaitu komisif. Tindak tutur komisif yang muncul dapat ditemukan dalam kalimat „akan kakanda dapati saya selalu bilamana berguna bagi kakanda’ Kalimat tersebut menunjukkan bahwa tokoh Asnah tengah berjanji kepada kakak laki-lakinya jika dirinya akan selalu melakukan hal-hal baik yang dapat membuat sang kakak bangga padanya.

2. Fenomena Konteks Tindak Tutur Ekspresif (memuji)

Bentuk tuturan : “Tak dapat orang marah kepada kanda, sebab hati kanda bersih. Dan kanda pun tidak berdosa kepada saya.” (33/SP)

Analisis Tuturan : Di dalam tuturan di atas, terdapat satu bentuk tindak tutur ilokusi yang muncul, yaitu Ekspresif. Tindak tuturan Ekspresif yang muncul dapat ditemukan dalam kalimat„Tak dapat orang marah kepada kanda, sebab hati kanda bersih. Dan kanda pun tidak berdosa kepada saya.’ kalimat tersebut menunjukkan tokoh Asnah yang memuji Asri bahwa kakaknya laki-lakinya tersebut adalah orang yang baik hingga jarang memiliki kesalahan terutama pada Asnah sekalipun.

(13)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah bentuk-bentuktindaktutur ilokusi yang terdapatdalamnovel Salah Pilih?

2. Apa sajakah bentuk-bentuktindaktuturilokusi yang paling dominan di dalam novel Salah Pilih?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam novel Salah Pilih.

2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi yang paling dominan di dalam novel Salah Pilih.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini mencakup manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1.4.1 ManfaatTeoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberi pengembangan pemahaman mengenai kajian pragmatic serta dapat menjadi sumber referensi

(14)

1.4.2 Manfaatpraktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan bagi peneliti terutama tentang penerapan tindak tutur dalam novel Salah Pilih, khususnya bagi para mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara.

(15)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep yang diperoleh dalam penelitian ini adalah analisis, tindak tutur, ilokusi, dan novel Salah Pilih.

2.1.1 Analisis

Menurut Wiradi (dalam Makkinudin, Tri Hadiyanto Sasongko, 2006) analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah, sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsir maksudnya.

2.1.2 Tindak tutur

Tindak tutur didefenisikan sebagai suatu tuturan/ujaran dari peristiwa tutur dan peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi tutur. Dengan kata lain, tindak tutur bergantung pada konteks ketika si penutur menghasilkan tuturan. Sebuah tuturan baru bisa dipahami jika tuturan tersebut terkait dengan kegiatan yang menjadi dan tempat tuturan itu terjadi. Teori tindak tutur dinyatakan oleh dua orang ahli filsafat bahasa yang bernama John Austin dan John Searle (dalam kunjana, 2005). Austin (dalam kunjana, 2005) mengemukakan bahwa ketika seseorang menghasilkan tuturan/ujaran, seseorang tersebut juga melakukan sesuatu. Ketika seseorang guru mengatakan kepada kepada muridnya

(16)

„Anak-guru itu juga menulis soal untuk dikerjakan murid-muridnya. Murid-murid tidak akan mengerjakan tugas tersebut jika tidak ada karta-kata perintah dari guru mereka.

Tindak tutur memandang konteks sebagai pengetahuan bersama antara pembicara dan pendengar. Pengetahuan tersebut mengarah pada interpretasi suatu tuturan. Pengetahuan atau konteks tertentu dapat mengakibatkan manusia mengidentifikasi jenis-jenis tindak tutur yang berbeda.

Berbicara tentang pragmatik berarti berbicara tentang penggunaan perangkat tindak tutur dalam tuturan. Kehadiran perangkat tindak tutur ini ada yang wajib ada pula yang bersifat opsional bergantung kepada kepentingannya. Searle (dalam Richard dan Turner, 2008) mengatakan bahwa secara pragmatis, setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.

Tindak tutur lokusi adalah kata-kata yang diucapkan oleh pembicara dan lawan bicara cukup memahami kata-kata tersebut dengan pengetahuan gramatikal dan kosakata. Tindak tutur ilokusi merupakan dampak yang ditimbulkan oleh kata-kata yang diucapkan si pembicara kepada lawan bicara. Sebagai ilustrasi, dalam uangkapan „saya haus‟makna lokusinya adalah kata-kata yang menggambarkan kondisi fisik pembicara bahwa dia haus. Sedangkan makna ilokusinya adalah dampak yang timbul dari pernyataan terhadap lawan bicara. Terakhir, tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang tidak memberikan pengaruh apapun kepada lawan bicara.

(17)

2.1.3 Ilokusi

Wibowo (2016) Dalam konsep tindak tutur komunikasi, elemen ilokusi merupakan upaya si subyek penyaji wacana dalam mengungkapkan sesutu melalui titik fokus ilokusi yang dilandaskannya pada motivasi etis. Pada gilirannya, upaya ini akan memperlihatkan kesetaraan antara kata dan tindakan sisubyek penyaji wacana tersebut.

J.L Austin (dalam Parera, J.D, 2004) menyatakan bahwa, tindak tutur ilokusi itu adalah suatu tindak yang dipandang dari sudut pertuturan memenuhi suatu sistem interaksi masyarakat bahasa.

Darma (dalam, Setiawati dan Arista, 2018) menyatakan tindak tutur ilokusi merupakan tindak yang berhubungan diri penutur untuk melakukan kegiatan sehubungan dengan sesuatu yang dituturkannya. Di dalam tindak tutur ilokusi terdapat kekuatan (force) yang memaksa penutur untuk berkomitmen atau bertindak sesuai tuturannya. Kekuatan (force) atau tekanan inilah yang membedakan tindak lokusi dan ilokusi. Berikut adalah contoh dari tindak ilokusi.

a. Saya berjanji akan lulus pada semester ini.

b. Saya meyarankan untuk memebeli tas yang warna merah saja. c. Saya bertanya kepada Nia mengenai tangga pernikahannya.

d. Saya melapor kepada dekan bahwa kegiatan dies natalis sudah selesai. Di dalam kalimat tersebut terkandung kata berjanji, menyarankan, bertanya, dan melapor. Kata-kata tersebut merupakan kata-kata yang memiliki daya atau kekuatan untuk menekan penuturnya. Kekuatan inilah yang mendorong si penutur untuk melaksanakan tuturan ke dalam tindakan nyata,

(18)

Terdapat pendapat lain mengenai tindak ilokusi. Rahmadi (dalam, Setiawati dan Arista, 2018) menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah tindak tutur yang dalam tuturannya terdapat maksud di balik tuturan tersebut. Dalam konteks tuturan, tindak ini mempunyai tujuan tertentu, seperti menyindir, menyuruh, mengklarifikasi, ataupun menguatkan. Berikut adalah contoh lain tindak ilokusi.

Siswa : Bu, Surya bolos! Guru : Surya lagi? Siswa : Andi juga, Bu!

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa latar situasi tersebut adalah situasi antara siswa dan guru di dalam kelas. Saat seorang siswa menyatakan “bu, Surya bolos!”Lalu, guruya menimpali dengan jawaban, “Surya lagi?” jawaban dari guru dalam percakapan tersebut termasuk ke dalam tindak tutur ilokusi.

Guru dalam tuturan tersebut berusaha mengklarifikasi dengan perkataan “Surya lagi?” Dari jawaban tersebut memberikan deskripsi jika selama ini Surya sering bolos. Maka dari itu, sang guru menjawab bahwa Surya sering bolos sekolah.

2.1.4 NovelSalah Pilih

Soetarno (dalam Hendrawansyah, 2018) menyatakan bahwa novel adalah suatu cerita prosa yang sederhana. Sederhana karena hanya menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan dengan kejadian itu lahirlah suatu konflik yang mengakibatkan adanya perubahan nasib pelakunya.

Novel berasal dari bahasa Italia, novella, yang berarti „sebuah kisah, sepotong berita‟. Menurut Nurgiyantoro (dalam Hendrawansyah, 2018) novel

(19)

adalah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia yang diidealkan, dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai unsure intrinsiknya. Oleh karenanya sangat wajar jika kita menenmukan novel imajinatif fantastis yang kadang berada di luar nalar manusia dan dunia yang berusaha dibangun pun tak pernah lepas dari alam pikiran pengarang dari hasil mediasi antara subjek nyata dan imajiner yang ada

Novel Salah Pilih adalah novel karya Nur St. Iskandar dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1928. Novel Salah Pilihdicetakan terakhir kali pada tahun 2006 dan diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka dengan jumlah halaman sebanyak 262 lembar.

Novel Salah Pilih mengajarkan adat istiadat yang baik untuk diketahui serta konflik yang dimunculkan berhasil membuat pembaca ikut merasakan suasana yang terjadi dalam cerita tersebut.

Novel ini pantas dibaca untuk siapa saja. Sesuai dengan konsepnya yang insiprasional, novel ini memberikan banyak inspirasi, pesan dan kesan yang dapat mengalir hingga ke lubuk hati dan pikiran. Selain itu, terdapat berberapa nilai-nilai yang terkandung di dalam novel tersebut diantaranya, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai agama.

Oleh karena ini, penulis memilih menyajikan sebuah analisis penggunaan bahasa yang dilakonkan oleh beberapa tokoh dalam sebuah wacana tulis dalam bentuk tindak tutur ilokusi novel tersebut.

(20)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang makna ungkapan-ungkapan linguistik dalam konteks. Pragmatik memiliki kaitan yang sangat erat dengan penggunaan bahasa (language use) secara fungsional. Ada beragam defenisi pargamatik yang diungkapkan para ahli.

Menurut Yule (Dalam Yusri, 2016) yang merupakan salah satu tokoh dalam ilmu pragmatik berpendapat bahwa pragmatik merupakan ilmu yang meneliti makna yang dikomunikasikan oleh pembicara dan diterjemahkan oleh pendengar/ pembaca. Berdasarkan hal tersebut, maka kita dapat melihat bahwa pragmatik lebih banyak mempelajari tentang analisis maksud dari pembicaraan dari pada kosakata itu sendiri. Maka dari itu studi pragmatik perlu mengikutsertakan penafsiran dari apa yang pembicara maksudkan dalam konteks tertentu dan bagaimana konteks itu memengaruhi pendengar maupun pembaca terhadap apa yang dikatakan. Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam kajian ini, seperti siapa lawan bicaranya, dimana, kapan, dan dalam situasi apa. Maka dari itu, Yule menyimpulkan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna konteks (contextual meaning). Selain Yule, terdapat beberapa tokoh lainnya yang mencoba mendefenisikan ilmu pragmatik itu sendiri diantaranya seperti pengertian Gadzar (dalam Yusri, 1996)) yang menjelaskan bahwa topik pragmatik adalah beberapa aspek yang tidak dapat dijelaskan dengan acuan langsung pada kondisi sebenarnya dari kalimat yang dituturkan. Stalnaker (dalam Yusri, 1996) juga berpendapat bahwa pragmatik merupakan

(21)

kajian mengenai deiksis, implikatur, presuposisi, tindak tutur dan aspek-aspek struktur wacana.

Sejalan dengan Yule, Thomas (dalam, Setiawati dan Arista, 2018) menyatakan bahwa kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker meaning) ; dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interprestasi ujaran (utterance interpretation). Selanjutnya, Thomas mengandalkan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negoisasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran-ujaran, mendefenisikan pragmatik sebagai bidang yang mengkaji makna dalam interaksi (meaning in interaction)

Lebih lanjut, Leech (dalam, Setiawati dan Arista, 2018) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut seman-tisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisme yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi.

Agar bahasa yang digunakan dalam komunikasi betul-betul komunikatif, bentuk-bentuk bahasa harus disesuaikan dengan situasi bahasa. Dalam berkomunikasi, tidak hanya dituntut kesamaan gagasan antara pembicara dan pendengar, tetapi juga dituntut keenakan perasaan antara kedua belah pihak.

(22)

Keenakan perasaan apabila kedua belah pihak menyelaraskan diri dan behasanya dengan situasi. Situasi dimaksu meliputi faktor-faktor berikut ini.

a) Siapa berbahasa dengan siapa? b) Apa tujuannya?

c) Bagaimana keadaannya (waktu dan tempatnya) ?

d) Bagaimana pula konteksnya (peserta-peserta yang lain, kebudayaan , dan suasana) ?

e) Dengan jalur mana?

f) Apa medianya (tatap muka, telepon, surat, telegram, koran, buku, majalah, dan sebagainya)?

g) Dalam peristiwa (percakapan, ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta, dan sebagainya)?

Oleh karena itu, dapat ditegaskan bahwa keterampilan pragmatik adalah kemampuan berkomunikasi dengan bahasa, yaitu keterampilan menggunakan bahasa yang sesuai, selaras, dan serasi dengan faktor-faktor situasi itu. pemilihan kata, pementukan frase; penyusunan kalimat dengan panjang pendeknya, penyusunan alinea dengan panjang pendeknya (dalam wacana tulis), dan segi-segi bahasa yang lain, semuanya perlu diterapkan menurut situasinya.

2.2.2 Tindak Tutur

John Searle (dalam kunjana, 2005) menyatakan bahwa dalam praktikum penggunaan bahasa terdapat setidaknya tiga macam tindak tutur. Ketiga macam tindak tutur itu berturut-turut dapat dibedakan sebagai berikut: (1) tindak lokusi

(23)

(locutionary act ), (2) tindak ilokusi (illocutionary acts), tindak perlokusi (perlocutionary act)

Tindak tutur lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa dan kalimat itu. tindak tutur ini dapat disebut sebagai the act of saying something. Dalam tindak lokusi tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh penutur. Jadi, tuturan tanganku gatal misalnya, semata-mata hanya dimaksudkan untuk memberitahu si mitra tutur bahwa pada saat dimunculkannya tuturan itu tangan penutur sedang dalam keadaan gatal

Tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula. Tindak tutur ini dapat dikatakan sebagai the act of doing something. Tuturan tanganku gatal yang diucapkan penutur bukan semata-mata dimaksudkan umtuk memberitahu si mitra tutur bahwa pada saat dituturkannya tuturan itu, rasa gatal sedang bersarang pada tangan penutur, namun lebih dari itu bahwa penutur menginginkan mitra tutur melakukan tindakan tertentu berkaitan dengan rasa sakit gatal pada tangannya itu.

Tindak tutur perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra tutur. Tindak tutur ini dapat disebut dengan the act of affecting someone. Tuturan tanganku gatal, misalnya, dapat digunakan untuk menumbuhkan pengaruh (effect) rasa takut kepada mita tutur. Rasa takut itu muncul, misalnya, karena yang menuturkan tuturan itu berprofesi sebagai seorang tukang pukul yang pada kesehariannya sangat erat dengan kegiatan memukul dan melukai orang lain.

(24)

Selain membagi tindak tutur menjadi tiga bagian, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi, Searle (dalam kunjana, 2005) juga menggolongkan tindak tutur ilokusi itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima macam bentuk tuturan yang menunjukkan fungsi itu dapat dirangkum sebagai berikut: (1) Asertif (assertives), yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan (stating), menyarankan (suggesting), membual (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming); (2) Direktif (directives), yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan misalnya, memesan (ordering), memerintah (commanding), memohon (requesting), menasehati (advisting), dan merekomendasi (recommending); (3) Ekspresif (Expressives) adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulation), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (balming), memuji (praising), dan berbelasungkawa (condoling); (4) Komisif (commissives) , yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji (promissing), bersumpah (vowing), dan menawarka sesuatu (offering); (5) Deklarasi (declaration), yakni bentuk tutur yang menghubungkan tuturan dengan kenyataannya, misalnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membaptis (christening) memberi nama (naming), dan menghukum (sentencing).

(25)

2.3 Tinjauan Pustaka

Raesita (2014) dalam skripsi Tindak Tutur Direktif Dalam Antologi Cerpen Ulang Tahun Perkawinan, membahas tentang sub-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat pada tindak tutur direktif dalam antologi cerpen Ulang Tahun Perkawinan. Data yang digunakan adalah data tulis. Data yang dikumpulakan dengan metode simak dan dilanjutkan dengan teknik catat. Kemudian data dianalisis dengan metode agih dan hasilnya disajikan dengan metode formal dan metode informal. Teori yang digunakan adalah teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Wijana (1996) dan Searle ( dalam Rahardi, 2005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindak tutur direktif dalam tuturan antologi cerpen Ulang Tahun Perkawinan mengandung sembilan jenis tindak tutur direktif yaitu memerintah, menyarankan, menyuruh, mengajak, meminta, melarang, memaksa, memohon, dan merayu.

Sembiring (2015) dalam skripsi Analisis Pragmatik Pada Tindak Tutur Ilokusi Acara Ini Talkshow di Net TV, membahas tentang bentuk dan makna tindak tutur yang terdapat di acara Ini Talkshow di Net TV. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah teknik simak, pilah, dan catat yang digunakan dengan berlandaskan pada teori searle, yaitu membagi tindak tutur ilokusi menjadi 5 kategori, yaitu representatif, dikrektif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. Hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan bahwa terdapat tindak tutur ilokusi pada ujuran host, co-host,

(26)

bintang tamu dalam empat kali tayang, yaiturepresentatif 147 tuturan, direktif 112 tuturan, ekspresif 83 tuturan, komisif 6tuturan, dan deklarasi 20 tuturan. Terdapat juga 17 bentuk makna yang digunakandari hasil tuturan yang ada.

Dalam penelitian Simamora (2016) yang berjudul Tindak Ilokusi Dalam Upacara Perkawinan Adat Na Gok Batak Toba (Kajian Pragmatik)membahas tentang tindak tutur ilokusi yang dituturkan dalam Upacara perkawinan adat na Gok Batak Toba, yang bertujuan untuk mengetahui apa saja jenis tindak tutur yang dituturkan dan apa maknanya serta bagaimana bentuk penyampaian tuturannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dan sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan yang disampaikan dalam acara perkawinan sebagai sumber primer dari raja parhata dan buku dokumentasi sebagai data sekunder. Kajian yang digunakan dalam tuturan ini adalah kajian tindak tutur pragmatik. Dari hasil perolehan data ditemukan sebanyak 42 tuturan ilokusi, tindak tutur representatif 16 tuturan, tindak tutur direktif 17 tuturan, tindak tutur ekspresif 7 tuturan, tindak tutur komisif tidak terdapat dalam tuturan dan tindak tutur deklaratif 2 tuturan. Penyampaian tuturan dengan menggunakan ungkapan/umpama dan umpasa

Latue (2017) dalam skripsiTindak Ilokusi Dalam Drama “Der Besuch Der Alten Dame” Karya Friedrich Dürrenmatt ( Suatu Analisi Pragmatik), membahas jenis-jenis ilokusi apa saja yang terdapat dalam drama Der Besuch Der Alten Dame dan bagaimana aplikasi tindak ilokusi yang ditampilkan oleh para tokoh dalam drama tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode deskriptif dan pendekatan pragmatik. Dalam mengidentifikasi dan menganalisis tindak ilokusi yang terdapat dalam

(27)

ujaran-ujaran dalam drama Der Besuch der Alten Dame, peneliti menggunakan konsep dari Searle (dalam Schliibe-Lange 1975:39-40). Data tindak ilokusi yang terdapat dalam drama Der Besuch Der Alten karya Friedrich Dürrenmatt terdiri dari lima jenis tindak tutur ilokusi yaitu : jenis ilokusi representatif ditemukan tujuh ujaran, jenis ilokusi direktif ditemukan empat belas ujaran, jenis ilokusi komisif ditemukan delapan ujaran, jenis ilokusi ekspresif ditemukan dua puluh ujaran, dan jenis ilokusi deklaratif ditemukan dua ujaran.dari kelima jenis tindak ilokusi tersebut, peneliti menemukan lima puluh satu ujaran ilokusi

Dalam penelitisn Silaban (2017) yang berjudulAnalisis Tindak Tutur dalam Novel Rahasia Sunyi Karya Brahmanto Anindito Tinjauan pragmatik,mengkaji tindak tutur dalam novel Rahasia Sunyi karya Brahmanto Anindito. Dua masalah yang diteliti yakni jenis tindak tutur dan kategori tindak tutur yang terdapat pada novel terseut. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan catat. Pada pengkajian data, penelitian ini digunakan metode analisis konten. Dalam penelitian ini teori yang digunakan Searle tentang jenis tindak tutur. Percakapan yang terdapat di dalam novel Rahasia Sunyi karya brahmanto Anindito dapat dianalisis dengan teori tindak tutur yang disampaikan oleh Searle, yang membagi jenis tindak tutur menjadi tiga macam yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Setelah dilakukan analiss terhadap setiap tuturan yang ada merupakan tindak lokuisnya karena tindak tutur ini mengacu pada makna denotasinya sedangkan tindak ilokusi dan perlokusi tidak semua tuturan memiliki kedua tindak tersebut. Percakapan yang terdapat di dalam novel Rahasia Sunyi dapat di analisis juga dari kategori tindak ilokusi yaitu:

(28)

ditemukan dalam novel ini hanya terdapat tiga jenis yaitu: asertif, direktif, dan ekspresif. Kategori tindak ilokusi yang paling banyak muncul adalah tindak ilokusi asertif yang berbentuk memberitahukan sesuatu.

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode yang dapat menjelaskan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi seseorang atau kelompok terhadap sesuatu (E, Baharuddin, 2017:9). Dalam penelitian ini, peneliti mencatat data-data yang berwujud tuturan ilokusi yang terdapat dalam kutipan-kutipan kalimat pada novel Salah Pilih.

3.2 Sumber Data

Menurut Kunjuna Rahardi (2005) langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan suatu penelitian atau studi adalah mengumpulkan dan menyiapkan data. Data yang dimaksud pada dasarnya , adalah bahan jadi penelitian atau studi, bukannya bahan mentah penelitian. Dikatakan sebagai bahan jadi penelitian karena pada bahan jadi itulah metode dan teknik-teknik analisis itu dapat dengan tepat diterapkan

Data dalam penelitian ini diperoleh dari tuturan yang terdapat dalam novel Salah Pilih karya Nur St. Iskandar. Novel Salah Pilih dicetak pertama kali pada tahun 1928 dan diterbitkan oleh PT (Persero) Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka dengan jumlah halaman 262.

(30)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tuturan yang dituturkan para tokoh dalam novel Salah Pilih.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisi adalah sebagai berikut:

a. Memahami dan menganalisis konteks percakapan yang mengandung tindak tutur ilokusi pada tokoh dalam novel Salah Pilih karya Nur St. Iskandar. Memahami konteks ini sangat penting karena waktu dan tempat tutur berlangsung memiliki peran penting yang mempengaruhi psikologis pembicaraan .

b. Menentukan maksud sebenarnya dari ujran yang diucapkan oleh penutur sesuai dengan situasi ujaran.

c. Menganalisis dan mengidentifikasi tindak tutur ilokusi apa saja yang digunakan oleh tokoh dalam novel Salah Pilih karya Nur St. Iskandar sesuai dengan teori tindak tutur ilokusi Searle.

d. Menganalisis tindak tutur ilokusi apa saja yang dominan dipakai oleh tokoh dalam novel Salah Pilih karya Nur St. Iskandar.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik simak dan teknik catat. Disebut teknik simak karena memang berupa penyimakan, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Langkah selanjutnya adalah teknik catat, yaitu mengumpulkan datanya dengan mencatat lalu dilanjutkan dengan menandai munculnya tuturan pada tokoh yang ada di dalam novel Salah Pilih karya Nur St. Iskandar.

(31)

3.4 Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dilakukan analisis data untuk melakukan penyelesaian permasalahan penelitian. Penganalisisan data dilakukan berdasarkan tindak tutur ilokusi yang mucul dalam kutipan-kutipan novel Salah Pilih. Tindak tutur ilokusi tersebut dianalisis berdasarkan jenisnya menurut Searle (dalam Kunjana, 2005)), yaitu refresentatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif.

Berikut contoh analisis tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam tuturan novel Salah Pilih karya Nur St. Iskandar.

1. Fenomena Konteks Tindak Tutur Asertif Bentuk tuturan

Mariati : “Menciumnya saja pun aku sudah hendak muntah,” (1/SP)

Analisis tuturan :

Di dalam tuturan diatas, terdapat satu jenis bentuk jenis tindak tutur ilokusi yang muncul, yaitu asertif. Kalimat tindak tutur asertif yang mucul ditunjukkan melalui tokoh Mariati yang tengah mengeluh karena tidak ingin meminum obatnya. Mengeluh merupakan salah satu fungsi komunikatif yang masuk ke dalam kategori tindak tutur ilokusi asertif.

(32)

2. Fenomena Konteks Tindak Tutur Direktif Bentuk Tuturan

Asri : “Sekarang hendaklah kamu maafkan segala dosaku kepadamu, adikku,” (33/SP)

Analisis tuturan:

Di dalam tuturan di atas, terdapat satu bentuk jenis tindak tutur ilokusi yang muncul, yaitu direktif. Tindak tutur ilokusi direktif yang muncul ditunjukkan melalui tokoh Asri yang tengah memohon kepada Asnah agar kesalahan yang ia perbuat bisa dimaafkan. Memohon merupakan salah satu jenis fungsi komunikatif yang masuk ke dalam tindak tutur ilokusi direktif.

3. Fenomena Konteks Tindak Tutur Ekspresif Bentuk Tuturan

Mariah : “Si Liah menyusahkan pikiranku, katanya, bahwa hawa di sini tidak baik kepada tubuhmu.” (8/SP)

Analisis tuturan:

Di dalam tuturan di atas, terdapat satu bentuk tindak tutur ilokusi yang muncul, yaitu ekspresif. Tindak tutur ilokusi ekspresif yang muncul ditunjukkan melalui tokoh Mariati yang menyalahkan Sitti Maliah akan kesusahan pikirannya. Menyalahkan merupakan salah satu jenis fungsi komunikatif yangmasuk ke dalam tindak tutur ilokusi ekspresif.

(33)

3.5 Metode Penyajian Data

Data yang sudah diolah, agar mudah dibaca dan dimengerti oleh orang lain atau pengambilan keputusan perlu ditampilkan ke dalam bentuk-bentuk tertentu. Penampilan data dalam bentuk-bentuk tertentu tersebut dinamakan penyajian data. Penyajian dapat dilakukan dengan metode tekstual, tabulasi, dan diagram. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penyajian data dengan menggunakan metode tekstual, yaitu penyajian data dalam bentuk kalimat-kalimat/tulisan untuk menerangkan kumpulan data yang diperoleh. Metode ini digunakan untuk data yang jumlahnya kecil dan sedikit dan memerlukan suatu kesimpulan sederhana.

(34)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Bentuk-bentuk Tindak Tutur Ilokusi yang Terdapat dalam Novel Salah Pilih

Di dalam penelitian ini, penulis meneliti pembagian bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi pada novel Salah Pilih sesuai dengan Teori Searle (dalam Kunjana, 2005). Searle (dalam Kunjana, 2005) membagi bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi tersebut ke dalam lima bagian yaitu, asertif, direktif, ekpresif, komisif, dan deklarasi.

4.1.1 Bentuk Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Novel Salah Pilih.

Tindak tutur asertif merupakan bentuk tutur yang mengikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyarankan (sugeesting), menyatakan (staring), membual (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming).

Dalam novel Salah Pilih karya Nur St. Iskandar, penulis menemukan empat fungsi komunikatif tindak tutur ilokusi asertif yang muncul dalam novel tersebut yaitu, menyarankan, menyatakan, mengeluh dan mengklaim.

Berikut bentuk-bentuk tindak tutur Asertif dalam novel Salah Pilih:

4.1.1.1 Bentuk-bentuk Tindak Tutur Asertif yang Menunjukkan Fungsi Komunikatif Menyarankandalam Novel Salah Pilih

1. Bentuk tuturan:

Mariati: “ Ah, dengar, Asnah! Bekerja di sawah atau di ladang tentu lebih senang hatimu, daripada duduk dalam bilik, di tempat aku terpenjara

(35)

gangguan pula kepadaku. Padahal di luar terlalu banyak yang mesti dikerjakan.” (7/SP)

Analisis tuturan: Tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif menyarankan yang muncul di dalam tuturan tersebut dapat ditemukan dalam kalimat‘Bekerja di sawah atau di ladang tentu lebih senang hatimu, daripada duduk dalam bilik, di tempat aku terpenjara dalam tiga hari ini.’kalimat tersebut menunjukkan tokoh Mariati yang tengah menyarankan sesuatu kepada Asnah, agar anaknya tersebut melakukan kegiatan yang jauh lebih menyenangkan daripada hanya berdiam diri di dalam kamar.

2. Bentuk Tuturan:

Mariati: “Beristirahat? Terima kasih banyak akan cara beristirahat semacam ini! Kadang-kadang aku berasa amat susah akan berbangkit pagi dinihari dari tempat tidurku. Akan tetapi dekat-dekat sedikit kepadaku, supaya hilang dukacitaku itu. Engkau dapat berbuat demikian , benar. Ah, kalau si Asri ada di sini! Boleh jadi ia akan lebih dapat meriangkan dan menyenangkan hatiku. Tetapi apa hendak dikata, ia tiada di rumah. Tahu engkau kehendakku, Asnah? Aku suka, jika ia keluar dari sekolah, pulang dan tinggal di sini. Niscaya ia dapat bercampur dengan daku beberapa tahun lagi, sampai kepada ajalku. Sebenarnya, Asnah, takkan baikkah kiranya, jika Asri tinggal dengan kita selama-lamanya?” (7/SP)

Analisis: tindak tutur asesrtif dengan fungsi komunikatif menyarankan yang muncul dalam tuturan tersebut dapat ditemukan dalam kalimat ‘Aku suka, jika ia keluar dari sekolah, pulang dan tinggal di sini. Niscaya ia dapat bercampur dengan daku beberapa tahun lagi, sampai kepada ajalku.’ Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Mariati yang menyarankan agar anaknya, Asri, tinggal bersamanya sampai ia meninggal.

(36)

3. Bentuk tuturan:

Mariati: “ Tapi anakku masih kecil, belum berusia 16 tahun lagi. Jadi pekerjaan itu teramat berat bagimu. Ada kerja yang lebih baik bagimu daripada mengorbankan diri bagi orang lain itu. Engkau tidak sebatang kara di dunia ini, bukan?” (11/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif menyarankan yang muncul dalam tuturan tersebut dapat diemukan dalam kalimat ‘Ada kerja yang lebih baik bagimu daripada mengorbankan diri bagi orang lain itu.’Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Mariati yang menyarankan tokoh Asnah agar anaknya tersebut memilih pekerjaan yang harusnya jauh lebih ringan mengingat usianya yang baru menginjak 16 tahun.

4. Bentuk tuturan:

Mariati: “Asnah! Sedianya tak usah engkau pergi ke rumah si upik Hitam itu,” 12/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif menyarankan yang muncul dalam tuturan tersebut dapat ditemukan dalam kalimat ‘Asnah! Sedianya tak usah engkau pergi ke rumah si upik Hitam itu,’Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Mariati yang tengah memberi saran kepada Asnah agar anakanya itutidak usah pergi ke rumah si upik hitam.

5. Bentuk tuturan:

Mariati: “Mungkin, karena banyak ragu! Akan tetapi tak usah kita perundingkan perkara yang sulit, berbelit-belit, dan berlingkar-lingkar itu. Makin direntang panjang, makin kusut dan mengacaukan pikiran. Sekarang aku hendak bertanya kepadamu: bagaimana pikiranmu tentang Saniah itu?” (95/SP)

(37)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif menyarankan yang muncul dalam tuturan tersebut dapat ditemukan dalam kalimat ’Akan tetapi tak usah kita perundingkan perkara yang sulit, berbelit-belit, dan berlingkar-lingkar itu. Makin direntang panjang, makin kusut dan mengacaukan pikiran.’ Kalimat tersebut meunjukkan adanya saran dari tokoh Mariati agar berhenti membicarakan masalah yang justru semakin membuat pikiran mereka semakin kacau.

6. Bentuk tuturan:

Saniah: “lebih baik Asnah dikawinkan dengan seorang laki-laki yang suka membawa dia merantau ke negeri lain.” (151/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif menyarankan yang muncul dalam tuturan tersebut dapat ditemukan dalam kalimat ‘Lebih baik Asnah dikawinkan dengan seorang laki-laki yang suka membawa dia merantau ke negeri lain,’kalimat tersebut menunjukkan tokoh Saniah yang tengah memberi saran kepada Asri agar sang suami mau menikahkan adiknya dengan seorang laki-laki yang akan membawa Asnah ke luar dari sang suami.

7. Bentuk tuturan:

Asnah: ”Ke Pariaman lebih baik, lebih memenuhi hasrat hati kita, Kanda,” (256/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif menyarankan yang muncul dalam tuturan tersebut dapat ditemukan dalam kalimat ‘Ke Pariaman leih baik, lebih memenuhi hasrat hati kita, Kanda,’ kalimat tersebut menunjukkan adanya saran dari tokoh Asnah

(38)

Asnah yakin jika tempat itu mampu membuat suasana hati mereka membaik.

4.1.1.2 Bentuk-bentuk Tindak Tutur Asertif yang Menunjukkan Fungsi Komunikatif Menyatakan dalam Novel Salah Pilih

8. Bentuk tuturan:

Mariati: ”Pisang, pisang atau gula! Rupanya si Liah hendak meracun aku. “ (19/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif menyatakan yang muncul dalam tuturan tersebut dapat ditemukan dalam kalimat „Pisang, pisang atau gula!Rupanya si Liah hendak meracun aku.‟ Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Mariati yang menyatakan jika obat yang di bawakan oleh toko Liah sangatlah pahit dan dia butuh makanan-makanan manis sebagai penawarnya.

9. Bentuk tuturan:

Mariati: “Aku sudah tua, Asri, aku berharap hendak hidup beserta engkau, dalam lingkunganmu beberapa tahun lagi. Jika engkau berangkat jua dari sini dan kalau sementara itu aku meninggal dunia, siapa yang akan meneyelenggarakan rumah dan harta benda kita nanti? Tambah pula engkau sudah besar!” (37/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif menyatakan yang muncul dalam tuturan tersebut dapat ditemukan dalam kalimat ‘Aku sudah tua, Asri, aku berharap hendak hidup beserta engkau, dalam lingkunganmu beberapa tahun lagi.’Kalimat itu menujukkan tokoh Mariati yang menyatakan jika ia ingin Asri tinggal bersamanya.

(39)

10. Bentuk tuturan:

Mariati: “Di daerah ini ada empat-lima anak gadis yang belum bertunangan. Ibu bapaknya sudah datang kepadaku meminta engkau akan jadi menantunya. Akan tetapi belum seorang jua yang kuterima, sebab aku insaf....sekarang boleh kau pilih sendiri, salah seorang! Lebih baik begitu.” (39/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif menyatakan yang muncul dalam tuturan tersebut dapat ditemukan dalam kalimat ‘Di daerah ini ada empat-lima anak gadis yang belum bertunangan.’Dan ‘....sekarang boleh kau pilih sendiri, salah seorang! Lebih baik begitu.’ Kedua kalimat tersebut menunjukkan tokoh Mariati yang tengah menyatakan kepada tokoh Asri jika ada beberapa anak gadis di daerahnya yang belum bertunangan dan ia ingin anaknya tersebut memilih satu di antara gadis-gadis tersebut.

11. Bentuk tuturan:

Asri : “Bagaimana pikiranmu tentang diri dan fill Saniah di rumah berukir itu?”

Asnah : “Saya tidak kenal dia. Kami jarang sekali bertemu dan bercampur. Konon kabarnya ia elok sekali, tetapi kanda sendiri tahu hal itu, bukan?” (55/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif menyatakan dapat ditemukan dalam tuturan kedua, yaitu dalam kalimat ‘Saya tidak kenal akan dia. Kami jarang sekali bertemu dan bercampur’ Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Asnah yang menyatakan jika ia tidak bisa menjawab pertanyaan Asri mengenai sosok Saniah yang tengah sang kakak bicarakan.

(40)

12. Bentuk tuturan:

Asri : “Ya, Adinda, mengapa adinda berdiam diri saja? Duduklah dekat dengan adik kanda itu.”

Saniah : “Itu bukan adik Kanda.” (108/SP)

Analisis tuturan: Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif menyatakan dapat ditemukan dalam tuturan kedua, yaitu dalam kalimat ‘Itu bukan adik Kanda.’Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Saniah yang menyatakan jika dia menolak untuk menganggap sosok yang berada dekat dengan Asri tersebut adalah adik dari calon suaminya. 13. Bentuk tuturan:

Saniah : “Biar aku sendiri menanggung jawab terhadap kepada bunda. Itu kamar bujang-kosong di belakang, tidurlah Mak Sidi di situ.” Sidi Sutan : “Akan tetapi, Cik Muda, saya tidak sempat makan di Negeri tadi. ,maksud saya...” (201/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif menyatakan dapat ditemukan dalam kalimat ‘Akan tetapi, Cik Muda, saya tidak sempat makan di Negeri tadi. ,maksud saya...’ kalimat tersebut menunjukkan tokoh Sidi Sutan yang menyatakan kepada Saniah jika ia lapar dan ingin makan terlebih dahulu sebelum tidur seperti yang diperintahkan tokoh Saniah kepadanya.

14. Bentuk tuturan:

Mariati :“Sungguh, engkau akan panjang umur , Asri! Baru tadi pagi engkau kusebut-sebut. Tanyakan kepada adikmu! Dan sekarang engkau sudah hadir di sini. Sudah lama engkau datang, Asri.” (245/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif menyatakan dapat ditemukan dalam kalimat‘Baru tadi pagi engkau

(41)

tokoh Mariati yang menyatakan jika sebelum Asri datang, ia tengah membicarakan sosok tersebut bersama Asnah.

4.1.1.3 Bentuk-bentuk Tindak Tutur Asertif yang Menunjukkan Fungsi Komunikatif Mengeluh dalam Novel Salah Pilih

15. Bentuk tuturan:

Asri :“Sebagian hatimu sudah berubah terhadap kepadaku. Dahulu kalau aku baru sampai ke rumah, bukan buatan riang hatimu. Kamu peluk dan kamu cium aku, tapi sekarang, wahai, kamu berdukacita! Pikiranmu terbang jauh ke sawah itu atau....” (28/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif mengeluh dapat ditemukan dalam kalimat „Dahulu kalau aku baru sampai ke rumah, bukan buatan riang hatimu. Kamu peluk dan kamu cium aku, tapi sekarang, wahai, kamu berdukacita!’ Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Asri yang tengah mengeluh akan perubahan sikap Asnah kepada dirinya.

16. Bentuk tuturan:

Asri : “Benar, Asnah, hatiku sangat sedih akan bercerai dengan pelajaranku. Tapi ibu tidak tahu....,” (54/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif mengeluh dapat ditemukan dalam kalimat ‘Benar, Asnah, hatiku sangat sedih akan bercerai dengan pelajaranku’Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Asri yang tengah mengeluh kepada Asnah mengenai kesedihannya karena harus berpisah dengan bangku sekolah dan Asri berharap dari keluhan itu, Asnah bisa menghibur hatinya.

(42)

17. Bentuk tuturan:

Asri :“Apa salahnya? Aku tuan dan dia nyonyaku! Tapi tak usah sampai begitu benar. Hanya alangkah janggalnya: aku berjalan dahulu, ia kemudian....Aku nantikan, dia berhenti. Kalau aku sudah berjalan pula, barulah ia bergerak. Jarak kami semakin jauh jua. Perasaanku bertambah tidak senang. Tiba-tiba Saniah menjerit, aku berpaling ke belakang dan kelihatan seekor anjing mengejar dia. Cepat seperti kilat kupeluklah pinggangnya, dan kuenyahkan anjing itu.” (126/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif mengeluh dapat ditemukan dalam kalimat ‘Apa salahnya? Aku tuan dan dia nyonyaku! Tapi tak usah sampai begitu benar.’ Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Asri yang tengah mengeluh akan sikap Saniah yang ia anggap cukup keterlaluan kepadanya.

18. Bentuk tuturan:

Saniah : “Ia berang kepada saya. „Takkan saya izinkan Asnah keluar dari sini,‟ katanya. „Jangankan kau angan-angankan perkara itu.‟ dan mentua saya pun campur pula.... saya tidak mengerti sekali-kali, apakah yang diperoleh mereka itu draipadanya. Dan orang setangga pun amat saya akan dia, lebih-lebih si...ibu Liah, ya, ia pun tak ubah sebagai duri dalam daging jua kepada saya. Orang bertandang, jamu-jamu, hanya suka bercakap dengan dia dan Asnah saja. Dengan dia mereka itu duduk makan sirih dan berhandai-handai, seolah-olah dialah yang jadi kepala dalam rumah itu. Istimewa pula jamu laki-laki dan kawan-kawan Kanda Asri sendiri, sekaliannya sangat ramah dan hormat kepadanya. Yang sangat menyakitkan hati saya, Kaharuddin serta kawannya pun, Hasan Basri, demikian jua. Kalau sempat, hendaklah Bunda ingat kepadanya, bahawa saya tidak suka akan perangai serupa itu. jika saya hendak mengatur barang sesuatu pekerjaan, Kanda Asri berkata,‟Jangan, nanti kotor pakaianmu....Asnah dapat mengerjakan, ia tahu sekaliannya. Hati siapa tak kan panas, Bunda? Pendeknya, saya tak tahan lagi dibuat sedemikaian.”(147/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif mengeluh dapat ditemukan dalam kalimat‘Hati siapa tak kan panas, Bunda? Pendeknya, saya tak tahan lagi dibuat sedemikaian.’Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Saniah yang sakit hati dan tengah mengeluh pada

(43)

ibunya akan sikap orang-orang yang ia anggap selalu bersikap baik kepada Asnah namun tidak dengan dirinya.

19. Bentuk tuturan:

Saniah : “Sungguh saya di mata orang sebagai benalu di atas rumah mentua saya itu, Bunda. Malah diejekkan dan dihinakan. Lain agaknya kalau saya tetap di sini, atau kami berumah sendiri seperti Rusiah dan Tuan Tuan Sutan Sinaro di Bukittinggi. Bebas dari gangguan orang lain.” (147/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif mengeluh dapat ditemukan dalam kalimat ‘Sungguh saya di mata orang sebagai benalu di atas rumah mentua saya itu, Bunda.’ Kalimat tersebut menunjukkan keluhan tokoh Saniah akan ketidaknyamanannya tinggal di rumah sang mertua karena ia merasa, orang-orang yang berada di rumah terebut selalu bersikap buruk padanya.

4.1.1.4 Bentuk-bentuk Tindak Tutur Asertif yang Menunjukkan Fungsi Komunikatif Mengklaim dalam Novel Salah Pilih

20. Bentuk tuturan:

Asri : “Dan apa maksud kedatangan Engku ini?”

Hasan Basri : “Saya hendak menerangkan kepada Engkau, bahwa peri keadaan saya sangat berubah oleh kematian saudara saya itu. Dengan tidak di sangka-sangka, saya sudah beroleh pusaka yang amat banyak, toko di kutaraja itu sudah jadi hak milik saya sendiri.” (150/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur asertif dengan fungsi komunikatif mengklaim dapat ditemukan dalam tuturan kedua, yaitu dalam kalimat ‘Dengan tidak di sangka-sangka, saya sudah beroleh pusaka yang amat banyak, toko di kutaraja itu sudah jadi hak milik saya sendiri.’ Kalimat tersebut

(44)

menunjukkan tokoh Hasan Basri yang mengkalim jika dirinya adalah pemilik toko yang berada di daerah Kutaraja tersebut.

4.1.2 Bentuk Tindak Tutur Ilokusi Direktif dalam Novel Salah Pilih.

Bentuk tindak tutur ilokusi direktif merupakan bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan misalnya, memesan (ordering), memerintah (commanding), memohon (requesting), menasihati (advisting), dan merekomendasi (recommending).

Dalam novel Salah Pilih karya Nur St. Iskandar, penulis menemukan tiga fungsi komunikatif tindak tutur ilokusi direktif yang muncul dalam novel tersebut yaitu, memerintah, memohon, dan menasihati.

Berikut bentuk-bentuk tindak tutur direktif dalam novel Salah Pilih:

4.1.2.1 Bentuk-bentuk Tindak Tutur Direktif yang Menunjukkan Fungsi Komunikatif Memerintah dalam Novel Salah Pilih.

21. Bentuk tuturan:

Asri : “Asnah, Asnah! Di mana engkau? Ada di dalam? Bukakan pintu, Adik!” (52/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur direktif dengan fungsi komunikatif memerintah dapat ditemukan dalam kalimat’Bukakan pintu, Adik!’Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Asri yang tengah memberi perintah kepada Asnah agar sang adik mau membukakan pintu untuknya. 22. Bentuk tuturan:

Asri : “Lekaslah, Asnah, lekaslah. Aku hendak mengabarkan sesuatu perkara kepadamu, adakah kau dengar?” (52/SP)

(45)

Analisis tuturan: tindak tutur direktif dengan fungsi komunikatif memerintah dapat ditemukan dalam kalimat „Lekaslah, Asnah, lekaslah.’Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Asri yang memberi perintah kepada Asnah agar sang adik segera membukakan pintu untuknya karena ia merasa tak sabar untuk memberitahu suatu hal kepada sang adik. 23. Bentuk tuturan:

Tamu (perempuan) : “Ah, tak usah bersusah-susah pula, St. Bendahara, sebagai kami ini jamu yang datang dari jauh! Kami orang setangga belaka, bukan? Kedatang kami sekali ini hanya sekadar hendak memperlihatkan hati yang suci dan muka yang jernih kepada istrimu, orang setangga baru kami. Nah, selamat tinggal, sutan, ibu Mariati dan As...hai, mana Asnah tadi?”

Sitti Maliah : “ Tunggu sebentar. Duduk kembali, kakak dan adik-adik. Hendak kemana? Buru-buru benar? Silahkan ....” (126-127/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur direktif dengan fungsi komunikatif memerintah dapat ditemukan dalam kalimat ‘Tunggu sebentar. Duduk kembali, kakak dan adik-adik.’Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Sitti Maliah yang tengah memerintah tamunya yang hendak pergi agar kembali duduk dan menikmati hidangan yang baru ia sediakan.

24. Bentuk tuturan:

Saniah: “Masuk ke dalam, lekas. Dan tutupkan pintu itu. Lekas tukar pakaian Mak Sidi. Ambil kain sarung dan baju cina...,itu, di sangkutan!” (201/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur direktif dengan fungsi komunikatif memerintah dapat ditemukan dalam kalimat ‘Masuk ke dalam, lekas. Dan tutupkan pintu itu. Lekas tukar pakaian Mak Sidi. Ambil kain sarung dan baju cina...,itu, di sangkutan!’kalimat tersebut menunjukkan tokoh

(46)

25. Bentuk tuturan:

Sania : “ Cis! Pengecut! Apa gunanya kau tahu jua aku di sini, kalau hatimu lekat kepada orang lain, kepada gadis yang hina itu? kini engkau hendak mendirikan rumah bersalin? Ha, untuk menampung anakmu dengan dia? Tentang itu engkau tidak malu? Cis ....”

Sitti Maliah : “ Asri, Anakku, ingat derajatmu! Turun, pergilah engkau dari sini dahulu.” (205-206/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur direktif dengan fungsi komunikatif memerintah dapat ditemukan dalam kalimat ‘Turun, pergilah engkau dari sini dahulu.’ Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Sitti Maliah yang memberi perintah kepada Asri guna melerai pertengkaran antara Saniah dan lelaki tersebut.

26. Bentuk tuturan:

Rangkayo Saleah: “Tidak, mesti hari ini jua. Ayuh, supir, kencangkan lagi...!” (211/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur direktif dengan fungsi komunikatif memerintah dapat ditemukan dalam kalimat ‘Ayuh, supir, kencangkan lagi...!’ Kalimat tesebut menunjukkan tokoh Rangkayo Saleah yang memberi perintah kepada supir yang membawa dirinya dan Saniah menuju Padang untuk menambah laju kendaraanya.

4.1.2.2 Bentuk-bentuk Tindak Tutur Direktif yang Menunjukkan Fungsi Komunikatif Memohon dalam Novel Salah Pilih

27. Bentuk tuturan:

Asri: “Tidak, Asnah, jangan Adinda lari dari hadapanku. Aku sudah ingat pula akan diriku. Hanya sebentar saja hilang akalku, erubah pemandanganku, sebab hatiku sangat gairah oleh karena khayal itu! Wahai, Adinda, jika kuketahui sejak dari dahulu apa yang termateri dalam hatimu dan dalam hatiku sendiri....Ya, Adinda, dan sekarang

(47)

beliau hendak menghembuskan napasnya, melepaskan nyawanya yang

penghabisan....? Benar, Adinda, mataku buta...sejak dahulu,

sebabdisaputi...oleh perasaanlain; oleh adat. Sehingga tidak tampak olehku keadaan yang sejuk, segar, elok dan molek itu, keadaan yang dapat menjadikan aku berbahagia...dengan tidak berpikir sudah kubenarkan saja permintaan orang yang selalu meracun hatiku. Ya, alangkah butanya mataku, sehingga tidak tidak tampak olehku bahagia lepas dari dalam tanganku.” (182/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur direktif dengan fungsi komunikatif memohon dapat ditemukan dalam kalimat ‘Tidak, Asnah, jangan Adinda lari dari hadapanku.’Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Asri yang tengah memohon kepada Asnah agar sang adik tak menghindar darinya setelah lelaki tersebut mengungkapkan persaannya.

28. Bentuk tuturan:

Asnah : “Dan sekarang, sekarang adinda mesti pergi dari rumah gedang ini! bukankah baik demikian, Kanda? Hal itu nyata sudah kepada kanda, bukan?”

Asri : “Tidak, tidak, Asnah, Jangan pergi dari sini,” (183/SP)

Analisis tuuran: tindak tutur direktif dengan fungsi komunikatif memohon dapat ditemukan dalam kalimat ‘Tidak, tidak, Asnah, Jangan pergi dari sini,’Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Asri yang tengah memohon kepada Asnah agar adiknya tersebut membatalkan niatnya yang ingin pergi dari rumah gedang.

29. Bentuk tuturan:

Saniah : “Ampun, Kanda suamiku....aku sudah menempuh jalan hidup, yang sudah disurihkan baik-baik kepadaku oleh Rusiah dan Tuan St. Sinaro. Tapi kutempuh jua jalan ke jurang. Ampuni kesalahanku, dosaku, ya, Kakanda.” (210/SP)

(48)

kepada Asri agar sang suami mau memaafkan segala kesalahannya yang telah banyak merugikan selama hidup.

4.1.2.3 Bentuk-bentuk Tindak Tutur Direktif yang Menunjukkan Fungsi Komunikatif Menasihati dalam Novel Salah Pilih

30. Bentuk tuturan:

Mariati : “Sebab tidak perlu diingatkan kepadamu lagi. Engkau harus tetap jadi anakku dan riang. Engkau tak usah bermuram durja, karena hal yang merawankan hati ini.”(13/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur direktif dengan fungsi komunikatif menasihati dapat ditemukan dalam kalimat ‘Engkau harus tetap jadi anakku dan riang. Engkau tak usah bermuram durja, karena hal yang merawankan hati ini.’Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Mariati yang memberi nasihat kepada Asnah agar anaknya itu tidak usah memikirkan hal-hal yang membuat pikiran serta hati menjadi kacau.

31. Bentuk tuturan:

Asnah : “Itu menurut adat...yang telah Kakanda...amalkan, agaknya. Akan tetapi, menurut adat kita yang Kakanda katakan kuno itu lain sekali. Dan , maaf, dimisalkan saya ini sungguh adik kandung Kakanda, namun adat kita itu harus jua Kakanda hormati.” (28/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur direktif dengan fungsi komunikatif menasihati dapat ditemukan dalam kalimat ‘Dan , maaf, dimisalkan saya ini sungguh adik kandung Kakanda, namun adat kita itu harus jua Kakanda hormati.’ Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Asnah yang memberi nasihat kepada sang kakak, agar bisa lebih menghormati adat yang selama itu telah mereka jalani.

(49)

32. Bentuk tuturan:

Asri : “Saya buat Rekes malam ini dan saya antarkan besok pagi kepada kemendur itu. sekarang perkara yang kedua lagi. Hendak kawin kata ibu? Sudah tampakkah oleh ibu seorang anak gadis, yang patut akan jadi menantu ibu?”

Mariati : “Belum, aku belum menerima permintaan orang lagi. Padahal sesungguhnya, secara adat negeri kita sudah lama hendak engkau bertunangan,-bukan, melainkan berbini. Amat malu seorang ibu, jika anaknya, baik laki-laki aik pun perempuan, telah berumur 15 tahun lebih belum jua kawin. Sebagai tak berbangsa dan tak laku! Tidak ada orang yang setua engkau ini-sudah berumur 19 tahun masih bujang. Akan tetapi aku tidak berasa malu, kecuali jika engkau kawin sebelum berkepandaian, belum dapat mencari rezeki sendiri, sehingga engkau dan anak binimu jadi beban orang lain kelak. Oleh karena itu aku nantikanlah waktu yang baik bagimu. Dan lagi sangkaku, lebih baik engkau sendiri memilih „kawan hidup‟ itu. sebab itu cobalah layangkan pandanganmu sekeliling kampung kita ini.” (39/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur direktif dengan fungsi komunikatif menasihati dapat ditemukan dalam kalimat ‘Akan tetapi aku tidak berasa malu, kecuali jika engkau kawin sebelum berkepandaian, belum dapat mencari rezeki sendiri, sehingga engkau dan anak binimu jadi beban orang lain kelak. Oleh karena itu aku nantikanlah waktu yang baik bagimu. Dan lagi sangkaku, lebih baik engkau sendiri memilih ‘kawan hidup’ itu. sebab itu cobalah layangkan pandanganmu sekeliling kampung kita ini.’Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Mariati yang tengah memberi nasihat kepada Asri agar Sang segera mencari pendamping hidup jika sang anak telah memiliki pendidikan yang tinggi dserta pekerjaan yang jelas.

33. Bentuk tutur:

Mariati :“ Seluas-luasnya, menurut cara adat Eropa, tentu tidak dapat! Melainkan adat kita juga, dan akan kau lihat dan rasai kelak, jika engkau

(50)

sangat utama kau pikirkan ia engkau harus beroleh seorang perempuan yang sehat, yang akan memberi anak yang sehat pula kepadamu. Karena anak-anak itulah yang akan menyempurnakan kehidupan dan keturunan kita!dan orang di rumah berukir itu adalah keturunan orang baik-baik belaka.” (47/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur direktif dengan fungsi komunikatif menasihati dapat ditemukan dalam kalimat ‘yang sangat utama kau pikirkan ia engkau harus beroleh seorang perempuan yang sehat, yang akan memberi anak yang sehat pula kepadamu.’ Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Mariati yang tengah memberi nasihat kepada Asri agar putranya tersebut dapat mencari calon pendamping hidup yang sehat dan mampu memberikan anak-anak yang kelak akan menyempurnakan kehidupan mereka.

34. Bentuk tuturan :

Asnah : “Tak dapat dielakkan lag, Kanda. Tak mungkin selamanya Kanda duduk di bangku sekolah. Dukacita yang sedemikian akan segera hilang lenyap, jika Kanda sudah bekerja kelak. Alangkah senangnya jadi amtenar. Jadi pegawai pemerintahan yang sudah dipusakai oleh keluarga Kakanda. Patah tumbuh hilang berganti. Pak tua hilang, Kakanda gantinya dan meneruskan riwayat....senang, bukan? Dan di dalam kehidupan yang baru itu niscaya akan beribu-ribu kesuakaan Kanda Peroleh.” (54/SP)

Analisis tuturan: tindak tutur direktif dengan fungsi komunikatif menasihati dapat ditemukan dalam kalimat ‘Tak dapat dielakkan lag, Kanda. Tak mungkin selamanya Kanda duduk di bangku sekolah. Dukacita yang sedemikian akan segera hilang lenyap, jika Kanda sudah bekerja kelak.’ Kalimat tersebut menunjukkan tokoh Asnah yang tengah memberi nasihat kepada Asri agar sang kakak tak perlu bersedih jika berpisah dengan dunia pendidikan karena dunia pekerjaan akan sama

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini ditemukan jenis tindak tutur dan fungsi tuturan ekspresif berupa a) meminta maaf

Di samping itu, penelitian ini juga memfokuskan pada jenis tindak tutur ilokusi direktif karena pada penggunaan kalimat yang berkaitan dengan jenis tindak tutur

Setelah dilakukan penelitian pada wacana spanduk di wilayah Kota dan Kabupaten Magelang hasil analisis menemukan lima jenis tindak tutur ilokusi, yaitu: (1) tindak tutur

Sehingga tindak tutur (2) termasuk ke dalam Tindak Tutur Ilokusi Direktif ajakan fungsi menantang, karena tindak tutur digunakan untuk mengekspresikan tuturan

Tuturan pada percakapan tersebut merupakan tindak tutur ilokusi asertif melaporkan. Percakapan tersebut berlangsung ketika Ridho berhasil menyelamatkan Syifa yang

Tuturan ini merupakan tindak tutur ilokusi yang digunakan yaitu tindak tutur ilokusi asertif, dimana tuturan ini meberitahukan bahwa penutur sedang membuat

Dari hasil penelitian dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul telah ditemukan berbagai jenis tindak tutur ilokusi komunikatif. Masing-masing

Bentuk tindak tutur direktif dapat berupa tuturan yang mengandung kalimat ajakan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur. Pada kalimat ajakan tersebutbiasanya di dahului