• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kecemasan

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik, keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun berbagai gangguan sakit (Stuart and Sundeen, 1995). Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan kemungkinan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi kecemasan (Kaplan and Sadock, 1997).

State anxiety adalah keadaan emosional yang terjadi pada waktu itu,

menghadapi keadaan tertentu, yang ditandai dengan takut dan ketegangan dan diikuti dengan perasaan cemas yang mendalam. Rasa cemas juga dapat menimbulkan depresi yaitu pada orang normal, merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang (Setyobroto, 2001).

Menurut Carpenito (1999), kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah atau cemas dan aktivasi sistem syaraf otonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik.

(2)

a. Sebab-sebab Timbulnya Kecemasan

Menurut Maramis (1986), kecemasan ini dapat bersumber dari beberapa sebab, yaitu :

1) Frustrasi terjadi pada individu apabila tujuan yang ingin dicapai terhalang oleh suatu sebab. Sebab yang menghalangi seseorang mencapai tujuan yang mengakibatkan frustrasi bisa berasal dari luar dan bisa berasal dari dalam individu itu sendiri. Sebab yang berasal dari luar misalnya bencana alam, kecelakaan, norma-norma, adat istiadat dan kegoncangan ekonomi. Frustrasi yang berasal dari dalam misalnya kegagalan dalam usaha dan moral sehingga penilaian terhadap diri sendiri menjadi tidak enak dan merupakan frustrasi yang berhubungan dengan kebutuhan rasa harga diri. 2) Konflik

Konflik terjadi jika kita tidak dapat memilih diantara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan.

3) Tekanan

Tekanan sehari-hari biarpun kecil tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stress yang hebat. Tekanan dapat berasal dari dalam seperti cita-cita terlalu tinggi dan kita mengejarnya dengan sedemikian rupa sehingga kita terus menerus berada dalam suatu tekanan. Tekanan dari luar misalnya tuntutan untuk berprestasi secara gemilang.

(3)

4) Krisis

Yaitu suatu keadaan yang mendadak yang menimbulkan stress pada individu maupun kelompok, misalnya : kematian, kecelakaan, masuk sekolah untuk pertama kali dan sebagainya.

b. Gambaran Klinik Kecemasan

Menurut Kaplan and Sadock (1997) pengalaman kecemasan memiliki dua komponen yaitu : (1) Kesadaran adanya sensasi fisiologi (seperti berdebar-debar, berkeringat), (2) Kesadaran sedang, gugup dan ketakutan.

Selanjutnya Kaplan and Sadock (1997) juga mengemukakan anxietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dan susunan syaraf autonom. Anxietas merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Anxietas yang patologik biasanya merupakan keadaan yang melampui batas normal terhadap suatu ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptif.

c. Teori-teori Kecemasan 1) Teori Psiko Analitik

Freud memandang bahwa kecemasan timbul secara otomatis apabila kita menerima stimulus yang berlebihan yang melampaui kemampuan untuk menanganinya.

(4)

Freud menggambarkan dua tujuan kecemasan yaitu : (1) Keadaan yang menegangkan dari luar contoh : trauma, (2) Konflik emosi diantara elemen kepribadian yaitu id dan super ego (Maramis, 1986).

2) Teori Behavioral

Kecemasan distimulus oleh pengalaman-pengalaman eksternal dari konflik internal dan merupakan perilaku yang dipelajari. Suatu saat individu berkembang untuk mempelajari kondisi, kemudian merespon suatu konsep bahwa kecemasan dapat dipelajari dan tidak, tergantung dari pengalamannya (Stuart and Sundeen, 1995).

3) Teori Biological

Meningkatnya pengetahuan akan kondisi tubuh, bisa menguatkan hipotesis bahwa manifestasi dari kecemasan mungkin karena abnormalitas fisik. Proses kognitif antara pengaruh kejadian lingkungan dengan perkembangan kecemasan, kecemasan disebabkan karena ketidak normalan fisik bukan psikis.

d. Penyebab Kecemasan

1) Hal-hal khusus yang mempengaruhi kecemasan adalah : a) Psikoanalitik

Mengatakan bahwa cemas atau anxietas merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu “id dan super ego”. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh

(5)

norma-norma budaya seseorang seperti konflik tidak sadar, keinginan yang tertekan, rasa penolakan.

b) Biologis

Predisposisi genetik, perasaan bawaan, letak anatomi syaraf, potensial untuk sakit (kortek serebri system).

c) Neurofisiologis

Respon autonom dari sistem kecemasan yang berlebihan, pemisahan neurotransmitter.

d) Interpersonal interaksi awal dengan orang tua disimpulkan dalam rendahnya harga diri dan konsep diri.

e) Pengalaman

Kecemasan adalah respon terhadap keadaan yang mungkin pernah dialaminya.

f) Lingkungan

Bencana, perkosaan trauma yang terus menerus atau stressor.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan menurut Stuart and Sundeen (1998)

a) Potensi Stressor

Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi.

(6)

b) Maturitas

Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat stress karena individu yang majur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap stress.

c) Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi

Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan mengakibatkan orang itu mudah mengalami stress.

d) Keadaan Fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cedera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami stress.

e) Tipe Kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat stress daripada orang yang berkepribadian B.

f) Sosial Budaya

Seseorang yang mempunyai falsafah hidup yang jelas dan keyakinan agama yang kuat umumnya lebih sukar mengalami stress.

g) Umur

Seseorang yang berumur lebih mudah ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat stress dari pada seseorang yang lebih tua.

(7)

h) Lingkungan atau Sanitasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami stress.

i) Jenis Kelamin

Stress sering dialami pada wanita dari pria

Kaplan and Sadock (1997), mengemukakan bahwa kurang lebih 5 % dari populasi, kecemasan pada wanita dua kali lebih banyak dari pada pria. Lebih tingginya frekuensi kecemasan yang dialami wanita kemungkinan disebabkan wanita mempunyai kepribadian yang lebih labil dan bersifat immatur. Juga adanya peran hormon yang mempengaruhi kondisi emosi sehingga mudah meledak, mudah cemas dan curiga.

e. Respon Individu Terhadap Anxietas

Menurut Stuart and Sundeen (1997), Anxietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologi, perilaku, kognitif dan afektif secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri dari anxietas.

1) Respon fisiologi terhadap anxietas

a) Pada sistem kardiovaskuler terjadi : palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa mau pingsan, denyut nadi dan tekanan darah turun.

(8)

b) Pada sistem saluran pernafasan terjadi : nafas cepat, pernafasan dangkal, rasa tertekan pada dada, pembengkakan pada tenggorokan, rasa tercekik dan terengah-engah.

c) Pada sistem neuromuskuler terjadi : insomnia, ketakutan, gelisah, wajah tegang, dan kelemahan secara umum.

d) Pada sistem gastrointestinal terjadi kehilangan nafsu makan, menolak makan, nausea dan diare sistem kulit terjadi : berkeringat, perasaan panas atau dingin pada kulit dan muka pucat.

2) Respon pada perilaku

Perubahan pada perilaku karena anxietas dapat terjadi : gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, menarik diri dan menghindar.

3) Respon pada kognitif

Dapat terjadi tidak sabar, tegang, nervous, takut yang berlebihan, gugup yang luas biasa dan sangat gelisah.

f. Tingkatan-tingkatan Cemas

Menurut Stuart and Sundeen (1995), anxietas dapat dibagi dalam empat tingkatan yaitu :

1) Anxietas Ringan

Pada tingkat ini anxietas berhubungan dengan kehidupan sehari-hari menyebabkan individu waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

(9)

2) Anxietas Sedang

Pada tingkat ini individu lebih memfokuskan pada hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit yang lain sehingga mempersempit lahan persepsi.

3) Anxietas Berat

Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang lain, semua perilaku ditujukan untuk mengurangi anxietas. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada hal lain, memerlukan banyak pengarahan.

4) Anxietas Panic

Pada tingkat ini individu tidak lagi mampu untuk melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian yang ditandai dengan meningkatnya kegiatan motorik, menurunnya respon untuk berhubungan dengan orang lain, distorsi persepsi, dan kehilangan pikiran rasional.

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang menurut (Hawari, 2002) apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (intrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4 yang artinya adalah :

(10)

Nilai 0 : Tidak ada gejala (keluhan) 1 : Gejala ringan

2 : Gejala sedang 3 : Gejala berat

4 : Gejala berat sekali

Penilaian alat ukur ini dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik wawancara secara langsung. Masing-masing angka atau (score) dari ke 14 gejala kelompok tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu score < 14 : Tidak ada kecemasan

14-20 : Kecemasan ringan 21-27 : Kecemasan sedang 28-41 : Kecemasan berat 42-56 : Kecemasan berat sekali

B. Pre Operatif

Adalah salah satu tahapan operasi, mulai ketika keputusan untuk pembedahan dibuat dan berakhir ketika klien dirujuk ke meja operasi.

Persiapan pra operasi umum pada klien (Long B C, 1996): 1. Jelaskan prosedur operasi dan apa saja yang terjadi

2. Ajarkan dan usahakan klien untuk relaksasi 3. Biarkan klien mengungkapkan perasaannya 4. Tegaskan penjelasan-penjelasan dari dokter 5. Dorong keterlibatan pasien dalam perawatan diri

(11)

Setiap klien mempunyai respon yang berbeda terhadap pembedahan, berbagai variabel mempengaruhi respon tingkatan pembedahan berupa respon fisiologik dan psikologi terhadap pengalaman pembedahan. Variabel ini mencakup : (1) Status fisik dan mental, (2) Luasnya penyakit, (3) Besarnya pembedahan, (4) Sumber sosial dan finansial, (5) Dukungan keluarga, (6) Persiapan fisik dan psikologis klien menghadapi pembedahan. Bila diperhatikan secara umum, variabel ini mengungkapkan tingkat resiko bagi klien yang menjalani pembedahan karenanya pengkajian perawatan mencakup semua faktor ini.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien pre operasi menurut Sharon, et. all (2000) adalah :

1. Nyeri dan ketidaknyamanan (pain and discomfort)

Suatu yang umum dan biasa terjadi pada pasien pre operasi akibat pembedahan. Perawat bertugas memberikan informasi dan meyakinkan kepada pasien bahwa pembedahan tidak akan dilakukan tanpa diberikan anastesi terlebih dahulu. Menurut Long B C (1996) pada pembedahan akan timbul reaksi nyeri pada daerah luka dan pasien merasa takut untuk melakukan gerakan tubuh atau latihan ringan akibat nyeri pada daerah perlukaan. Faktor tersebut akan menimbulkan cemas pada pasien pre operasi.

2. Ketidaktahuan (unknow)

Cemas pada hal-hal yang belum diketahui sebelumnya adalah suatu hal yang umum terjadi. Ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang pembedahan hasil yang diharapkan dengan resiko-resiko pada kondisi seperti ini

(12)

perawat bertugas memberikan penjelasan dan pendidikan yang bertujuan agar pasien memahami tentang informasi mengenai pemeriksaan, persiapan sebelum operasi, alasan, resiko, perawatan, pengobatan dan sebagainya sehingga diharapkan pasien siap untuk dilakukan operasi, apabila pasien belum jelas pasien dapat mengajukan beberapa pertanyaan tentang informasi yang disampaikan.

3. Kerusakan atau kecacatan (mutilation)

Cemas akan terjadi kerusakan atau perubahan bentuk tubuh merupakan salah satu faktor bukan hanya ketika dilakukan amputasi tetapi juga pada operasi kecil seperti pengangkatan kista dari wajah dapat pula mengakibatkan kecemasan. Hal ini sangat dirasakan oleh pasien sebagai suatu yang sangat menganggu body image.

4. Kematian (death)

Cemas akan kematian disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : ketika pasien mengetahui bahwa operasi yang akan dilakukan akan mempunyai resiko yang cukup besar terhadap tubuh sehingga akan menyebabkan kematian. Pasien juga menganggap bahwa Rumah Sakit adalah tempat untuk mati dan pasien merasa sebagai benda hidup yang hanya mendapatkan perawatan saja.

5. Anestesi (anasthesia)

Pasien akan mempersepsikan bahwa setelah dibius pasien tidak akan sadar, tidur terlalu lama dan tidak akan bangun kembali (Long B C, 1996). Pasien mengkhawatirkan efek samping dari pembiusan seperti kerusakan pada

(13)

otak, paralisis atau akan kehilangan kontrol ketika dalam keadaan tidak sadar (Sharon, 2001).

6. Perubahan pola hidup (disruption of life pattern)

Menurut Smeltzer Bare (2001) setelah dilakukan operasi akan terjadi perubahan atau mungkin kehilangan anggota tubuh yang diakibatkan oleh amputasi, perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi kehidupan pasien baik secara sosial, psikologis maupun secara finansial, pasien akan kehilangan waktu kerja, pekerjaan tanggung jawab pendukung dan sebagainya. Operasi akan mengakibatkan perubahan dalam pola hidup seseorang, cemas apabila tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, kehilangan tanggung jawab terhadap keluarga, bahkan pasien akan kehilangan pendapatan dan menanggung biaya operasi yang cukup besar.

C. Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih individu dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Baylon and Maglaya, 1978).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes, cit Nasrul Effendy, 1998). Sedangkan menurut Salvicion G Bailon dalam Nasrul Effendy, (1998) menyatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena

(14)

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

Dari uraian di atas dapat menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem. Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, inteleransi dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya, yaiu lingkungannya (masyarakat), keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra sistem). Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial-spiritual. Jadi sangatlah tepat bila keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan masyarakat yang sehat.

Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dapat meningkatkan derajat kesehatan maka perlu mengetahui berbagai tipe keluarga, menurut Baylon and Maglaya (1978) :

a. Tipe Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti : Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung atau angkat).

(15)

2) Keluarga Besar : Keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.

3) Keluarga Dyad : Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami-istri tanpa anak.

4) Single Parent : Rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian. 5) Single Adult : Rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang

dewasa yang hidup sendirian.

6) Keluarga usila : Suatu rumah tangga yang terdiri dari sumai-istri yang berusia lanjut.

b. Tipe Keluarga Non Tradisional

1) Commune Family : Lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.

2) Orang tua (ayah-ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.

3) Homoseksual : Dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga.

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga menurutt Nasrul Effendy (1998) :

(16)

a. Fungsi Biologis

1) Untuk meneruskan keturunan 2) Memelihara dan membesarkan anak 3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

4) Memelihara dan merawat anggota keluarga b. Fungsi Psikologis

1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga 3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga 4) Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi Sosialisasi

1) Membina sosialisasi pada anak

2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. d. Fungsi Ekonomi

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga 2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

(17)

e. Fungsi Pendidikan

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya. 2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. Pada dasarnya tugas keluarga adalah sebagai berikut :

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.

Menurut Friedman (1998) keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi seluruh sistem. Keluarga juga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.

Tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu : a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya

Keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.

(18)

b. Mengambil keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat.

Keluarga mengetahui mengenai sifat dan luasnya masalah sehingga keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang sedang dialami keluarganya.

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan tidak membantu dirinya sendiri karena cacat.

Keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit, manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi dan sikap keluarga terhadap hygiene sanitas.

d. Mempertahankan suasana yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

Keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit, manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi dan sikap keluarga terhadap hygiene sanitasi.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan.

D. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah pertolongan dan semangat yang diberikan oleh keluarga terhadap anggotanya dimana dukungan tersebut sebagai variabel mediator yang menunjukkan fasilitas koping selama waktu krisis (Smith, 1994).

Dukungan keluarga merupakan salah satu perubahan stress yang telah banyak mendapat perhatian pada akhir-akhir ini. Dukungan keluarga juga merupakan

(19)

hubungan antara seseorang dengan orang lain memberikan rasa aman, tentram, merasa optimis dan berharga sebagai manusia. Dukungan keluarga juga dapat memberi pengaruh yang positif terhadap kesehatan anggotanya melalui dua cara yaitu langsung dan tidak langsung. Secara langsung dukungan memberikan dorongan kepada anggotanya untuk berperilaku sehat, sedang cara tidak langsung dukungan yang diterima dari orang lain akan mengurangi ketegangan atau depresi sehingga tidak menimbulkan gangguan (Kaplan, 1995).

Menurut Smith (1994) dukungan keluarga adalah suatu fungsi yang berisi tentang hubungan yang dapat dikategorikan menjadi empat tipe, yaitu :

a. Dukungan emosional

Merupakan pemberian empati, cinta, kejujuran dan perawatan serta memiliki kekuatan yang hubungannya konsisten sekali dengan status kesehatan. Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai individu-individu baik pria atau wanita agar selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diberikan dalam bentuk adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan.

b. Dukungan fisik

Menjelaskan tentang pemberian perhatian dan pelayanan dari orang lain. Manfaat dari dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun. Selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian

(20)

atau keperdulian dari lingkungan terhadap seseorang yang mengalami kesusahan atau penderitaan.

c. Dukungan informasional

Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti dan informasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menahan munculnya suatu stressor yang khusus pada individu. Seseorang yang dilanda stres atau ketegangan baik pria atau wanita dapat mencoba untuk menghadapi suatu masalah dan mencari solusi yang berbobot. Misalnya dukungan yang diberikan keluarga, teman dapat membantu memberikan support. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah dapat berupa nasihat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

d. Dukungan penghargaan dan komunikasi

Berisi tentang hal-hal yang digunakan untuk mengevaluasi diri dan perbandingan sosial. Aspek-aspek di dalamnya diwujudkan dengan adanya ungkapan hormat, penghargaan, dan dorongan untuk maju.

Sedangkan peranan yang terdapat di dalam keluarga menurut Effendy (1998) adalah sebagai berikut :

a. Peranan Ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

(21)

b. Peran Ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

E. Kerangka Teori

1. Nyeri dan ketidaknyaman 2. Ketidaktahuan

3. Kerusakan atau kecacatan 4. Kematian

5.

Anestesi

Pembedahan Kecemasan

1. Stress fisik dan mental 2. Luasnya penyakit 3. Besarnya pembedahan 4. Sumber sosial dan finansial 5. Dukungan keluarga

6.

Persiapan fisik dan psikologis

1. Potensi stressor 2. Maturitas

3. Tingkat pendidikan dan status ekonomi

4. Sosial budaya 5. Umur

6. Lingkungan atau sanitasi 7. Jenis kelamin

Gambar 1 : Kerangka Teori

(Long, 1996 ; Sharon, 2000 ; Stuart and Sundeen, 1998)

F. Kerangka Konsep

Tingkat Kecemasan Klien

Pre Operasi Dukungan Keluarga

(22)

G. Variabel Penelitian

Variabel

1. Variabel Bebas (Independent) : Dukungan Keluarga

2. Varibel Terikat (Dependent) : Tingkat Kecemasan Klien Pre Operasi

H. Hipotesis

Rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah :

Gambar

Gambar 1 : Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

1) Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala- gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala

Gejala yang paling umum terjadi pada CTS adalah nyeri pada pergelangan tangan, rasa kesemutan, rasa nyeri atau kebas pada bagian distribusi nervus medianus

3 Terdapat 2 keadaan infeksi saluran kemih pada wanita hamil, yakni infeksi saluran kemih yang menimbulkan gejala (simptomatik) serta yang tidak menimbulkan

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan

Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (Create value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya sehat. b) EVA

Pasien gangguan kesehatan mental salah satunya gangguan depresi ditandai gejala yang berhubungan dengan gizi yaitu terjadinya anoreksia dan apatis terhadap makanan,

Pengertian Diabetes Melitus Diabetes melitus DM didefinisikan sebagai suatu penyakit metabolik dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan