NILAI OUTSTANDING SUKUK KORPORASI INDONESIA TAHUN 2016 2019
THE INFLUENCE OF MACROECONOMIC VARIABLES ON THE GROWTH IN THE OUTSTANDING VALUE OF INDONESIAN CORPORATE SUKUK
IN 2016 2019
Ni’amatul Mahfiroh, Fernaldi Anggadha Ratno
Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Salatiga Jalan Tentara Pelajar No.2 Telepon (0298) 3432784 Salatiga 50721 [email protected], [email protected]
Rianti Pratiwi
School of Accounting Royal Melbourne Institute of Technology RMIT University 124 La Trobe St, Melbourne VIC 3000 Australia
Naskah diterima 23 Juli 2021, di-review 24 Oktober 2021, disetujui 28 November 2021
Abstract: Macroeconomic conditions can reflect a country’s investment climate one of which is sukuk.
Sukuk contain an investment element in a real project as the basis for its issuance. The purpose of this study is to determine the effect of gross domestic product money supply, exchange rates and inflation on the growth in the outstanding value of Indonesian corporate sukuk in 2016-2019. This research uses quantitative methods on secondary data based on time series with a population of 240 data. Data collection was carried out by accessing the official web pages of the OJK, BI and BPS. Data were processed using Eviews-10 and analyzed with descriptive statistics, stationary test, multiple linear regression test, hypotesis test and classical assumptions. The partial results of the GDP (X1) and The exchange rate (X3) have a negative and significant effect. JUB (X2) has a positive and significant. The inflation (X4) has a negative and insignificant effect. Meanwhile, simultaneously all variables have a positive and significant.
Keywords: GDP, JUB, Exchange Rate, Inflation and Sukuk.
Abstrak: Kondisi makroekonomi dapat mencerminkan iklim investasi suatu negara, salah satunya yaitu sukuk. Sukuk mengandung unsur investasi pada proyek rill sebagai landasan penerbitannya.
Tujuan dalam penelitian ini dalam rangka mengetahui pengaruh produk domestik bruto, jumlah uang beredar, kurs dan inflasi terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia tahun 2016-2019. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif pada data sekunder berdasarkan rentan waktu (time series) dengan populasi sebanyak 240 data. Pengumpulan data dilakukan dengan mengakses laman web resmi Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan Badan Pusat Stastistik. Data diolah menggunakan Eviews-10 dan dianalisis dengan statistik deskriptif, uji stasioneritas, uji regresi linear berganda, uji hipotesis dan asumsi klasik. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda yang telah dilakukan, didapatkan hasil secara parsial variabel produk domestik bruto (X1) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia dengan nilai probability 0.0121. Variabel jumlah uang beredar (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi dengan nilai probability 0.0000. Variabel kurs (X3) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia dengan nilai probability 0.0429. Variabel inflasi (X4) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi dengan nilai probability 0.1871. Sedangkan secara simultan seluruh variabel (produk domestim bruto, jumlah uang beredar, kurs dan inflasi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi dengan nilai probability 0.000000.
Kata Kunci: PDB, JUB, Kurs, Inflasi dan Sukuk.
PENDAHULUAN
K
onsep keuangan berbasis Islam mulai berkembang dikancah global. Hal ini membuka peluang bagi Indonesia, dimana mayoritas penduduknya beragama Islam sehingga sangat berpotensi untuk mengembangkan ekonomi syariah terutama pasar modal yang bergerak di bidang investasi (Ardiansyah & Lubis, 2017). Hadirnya pasar modal sebagai alternatif dalam meningkatkan perekonomian, khususnya pendanaan perusahaan.Maka perusahaan dapat meningkatkan produktivitas pada skala yag lebih besar dan mencapai kemakmuran bagi masyarakat luas.
Peraturan di Indonesia tentang pasar modal syariah tercatat dalam Undang-Undang mengenai Pasar Modal yang berkaitan dengan perdagangan efek. Terdapat beberapa instrumen pasar modal syariah, salah satu contohnya yaitu sukuk atau
obligasi syariah. Berdasarkan institusi penerbitan sukuk (Indonesia Stock Exchange), sukuk terbagi menjadi sukuk korporasi dan sukuk negara. Pasar keuangan berbasis syariah di Indonesia tumbuh dengan cepat termasuk didalamnya sukuk. Disini sukuk mengandung unsur investasi pada proyek rill sebagai landasan penerbitannya.
Kondisi makroekonomi dapat mencerminkan iklim investasi suatu negara, salah satunya yaitu sukuk (Ardiansyah & Lubis, 2017). Penelitian menggunakan variabel ekonomi makro pada kurs, inflasi, uang beredar dan kondisi ekonomi ditinjau dari produk domestik bruto. Perubahan yang terjadi pada indikator makroekonomi dapat mempengaruhi pertumbuhan sukuk.
Maka menjadi hal yang urgent dalam penelitian ini untuk membahas kaitan antara variabel makroekonomi dengan penerbitan sukuk.
Tabel 1. Perkembangan PDB dan Sukuk Korporasi
Tahun PDB (%) Sukuk Korporasi (%)
2016 5,02 20,0
2017 5,07 32,5
2018 5,17 39,9
2019 5,02 35,4
Sumber : data BPS dan OJK diolah, 2021
Pada tabel diatas, diketahui PDB di tahun 2016 hingga 2018 meningkat, kemudian ditahun 2019 terjadi penurunan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan investasi yang menggambarkan kemakmuran penduduk. Produk domestik bruto merupakan indikator yang digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kesehatan perekonomian negara, kemakmuran, tingkat pendapatan dan tingkat daya beli masyarakat. Jika perekonomian
membaik maka dapat meningkatkan daya beli sehingga membuka peluang emiten untuk menambah volume penjualan.
Berdasarkan penelitian (Valentin, 2018) PDB memberi pengaruh negatif dan signifikan pada penerbitan sukuk. Berbeda dengan (Pramudiyanti et al., 2019) dan (Ependi & Thamrin, 2020) PDB memberikan pengaruh positif dan tidak signifikan pada penerbitan sukuk.
Tabel 2. Perkembangan JUB dan Sukuk Korporasi
Tahun JUB
(Triliun)
Sukuk Korporasi (%)
2016 5.005,0 20,0
2017 5.419,0 32,5
2018 5.760,0 39,9
2019 6.136,5 35,4
Sumber : data BI dan OJK diolah, 2021
Dari tabel diatas, diketahui JUB mengalami peningkatan pada 2016 hingga 2019.
Penambahan JUB berpotensi menaikkan daya beli sehingga masyarakat lebih memilih untuk menukarkan uang ke dalam bentuk jasa ataupun barang. Oleh karena itu, jumlah uang beredar dapat mempengaruhi sektor riil yang ditandai dengan peningkatan produksi guna memenuhi
peningkatan konsumsi. Berdasarkan penelitian Ardiansyah & Lubis (2017), Pramudiyanti et al., (2019) dan Kurniawan et al., (2020) menyimpulkan JUB memberi pengaruh secara positif dan signifikan pada pertumbuhan sukuk.
Berbeda dengan (Valentin, 2018) menerangkan JUB memberi pengaruh secara negatif dan tidak signifikan pada pertumbuhan sukuk.
Tabel 3. Perkembangan Kurs dan Sukuk Korporasi
Tahun Kurs (Rp) Sukuk Korporasi (%)
2016 13.436 20,0
2017 13.548 32,5
2018 14.481 39,9
2019 14.105 35,4
Sumber : data BPS dan OJK diolah, 2021
Pada tabel 3 diketahui bahwa kurs meningkat dari 2016 hingga 2018, namun kurs menurun pada 2019. Kurs sebagai nilai tukar yang dapat mempengaruhi perekonomian. Kurs merupakan jumlah uang domestik untuk ditukar menggunakan mata uang nominal asing. Apabila kurs melonjak dan tidak stabil maka harga barang domestik maupun barang impor menjadi naik.
Harga yang tinggi menyebabkan peningkatan
biaya produksi dan mengganggu kegiatan investasi. Berdasarkan penelitian (Kurniawan et al., 2020) menyimpulkan kurs memberi pengaruh positif dan hasil yang signifikan pada penerbitan sukuk. Berbeda dengan (Ardiansyah & Lubis, 2017) dan Nurhayadi dkk (2020) menyatakan kurs memberi pengaruh secara negatif dan hasil yang signifikan pada penerbitan sukuk.
Tabel 4. Perkembangan Inflasi dan Sukuk Korporasi
Tahun Inflasi (%) Sukuk Korporasi (%)
2016 3.03 20,0
2017 3.61 32,5
2018 3.13 39,9
2019 3.10 35,4
Sumber : data BPS dan OJK diolah, 2021
Dari tabel 4 diketahui bahwa inflasi meningkat pada 2017 namun kembali turun
pada 2018 dan 2019. Inflasi merupakan kenaikan harga umum yang berlangsung pada periode
tertentu yang terjadi secara terus menerus.
Inflasi mengakibatkan taraf kemakmuran menurun sehingga nilai riil uang berkurang dan mengalihkan investasi di pasar uang demi mempertahankan nilai riil dari uang mereka.
Inflasi suatu negara dapat menunjukkan resiko investasi yang dapat mempengaruhi perilaku investor. Berdasarkan hasil penelitian (Ardiansyah & Lubis, 2017) menyimpulkan inflasi memberi pengaruh secara positif dan hasil yang signifikan pada penerbitan sukuk. Berbeda dengan (Pramudiyanti et al., 2019) menerangkan inflasi memberi pengaruh negatif dan hasil yang tidak signifikan pada penerbitan sukuk.
Berdasarkan tabel yang tertera maupun hasil penelitian terdahulu, diduga variabel makroekonomi seperti inflasi, kurs, produk domestik bruto, jumlah uang beredar dapat mempengaruhi pertumbuhan sukuk korporasi Indonesia. Kemudian ditemukannya hasil yang bervariasi karena terdapat hasil yang berpengaruh secara positif ataupun negatif, signifikan maupun tidak signifikan. Maka perlu adanya pengkajian ulang dan untuk mendorong penelitian ini penulis mengambil judul “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Pertumbuhan Nilai Outstanding Sukuk Korporasi Indonesia Tahun 2016-2019”.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh produk domestik bruto terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia tahun 2016-2019?
2. Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia tahun 2016-2019?
3. Bagaimana pengaruh kurs terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia tahun 2016-2019?
4. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia tahun 2016-2019?
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk menganalisis pengaruh produk domestik bruto terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia tahun 2016-2019.
2. Untuk menganalisis pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia tahun 2016-2019.
3. Untuk menganalisis pengaruh kurs terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia tahun 2016-2019.
4. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia tahun 2016-2019.
KERANGKA KONSEPTUAL
Teori Ekonomi Makro Islam
Sukuk termasuk surat berharga dengan menggunakan prinsip syariah yang diterbitkan oleh emiten guna memperluas usaha dan bagi pihak investor sukuk digunakan sebagai tujuan investasi. Investasi termasuk komponen dalam pengeluaran nasional (Mankiw et al., 2013).
Dalam hal ini, sukuk sebagai instrumen investasi di sektor riil dapat menyebabkan perubahan kurva pada output nasional (AE0) menjadi bergeser ke arah atas (AE1).
Kemudian ditransmisi pada kurva keseimbangan terhadap pasar barang (Invesment Saving) dan pasar uang (Likuiditas Money). Adanya pergeseran pada kurva IS dapat menyebabkan perubahan pada keseimbangan kurva IS dan LM (Y0* ke arah Y1). Oleh karena itu, kurva IS menjadi bergeser ke arah kanan sehingga terjadi kenaikan di tingkat bunga (r0 ke arah r1). Maka kurva ditransmisikan pada kurva keseimbangan AS dan AD yanng menjadikan keseimbangan meningkat dari P0* ke arah P1* yang artinya akan terjadi inflasi dan juga pertumbuhan pada pendapatan nasional (Rini, 2012).
Sukuk
Menurut Dewan Syariah Nasional dalam (Sari & Ratno, 2020) mengeluarkan fatwa tentang sukuk merupakan surat berharga yang diterbitkan sebagai bentuk instrumen investasi berdasarkan transaksi pada akad syariah, berupa sewa (ijarah), bagi hasil (mudharabah), wakalah atau yang lainnya (Al-Arif, 2012).
Sukuk tidak termasuk utang dengan bunga tetap, akan tetapi sukuk sebagai pernyataan dana investasi atas dasar prinsip imbalan dan bagi hasil yang tidak menyertakan bunga. Sukuk memiliki transaksi pendukung yaitu sejumlah aset sebagai dasar penerbitan.
Karakteristik Sukuk menurut Fatah (2011) menerangkan bahwa:
1) Sukuk sebagai bukti atas kepemilikan aset berwujud.
2) Pendapatan berasal dari imbalan (kupon), bagi hasil, margin sesuai jenis akadnya.
3) Terhindar dari ketidakjelasan, untung- untungan dan riba.
4) Penerbitan menggunakan SPV.
5) Menggunakan atas dasar aset rill.
6) Dana dari hasil penerbitan sukuk (proceeds) berdasarkan prinsip syariah.
Produk Domestik Bruto
Teori pertumbuhan ekonomi menurut Mankiw et al., (2013) menerangkan faktor-faktor pertumbuhan ekonomi yang saling berinteraksi dapat menimbulkan proses pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan adanya peningkatan perekonomian pada produksi barang maupun jasa. Jumlah balas jasa berupa uang dalam bentuk gaji, sewa, bunga modal, tanah, maupun keuntungan yang belum dipotong oleh pajak langsung serta pajak penghasilan yang merupakan faktor produksi dalam periode tertentu.
Produk domestik bruto juga mencakup pajak neto tidak langsung. Sebagaimana yang dijelaskan (Tandelilin, 2012) adanya pertumbuhan ekonomi mengindikasikan adanya pertumbuhan PDB.
Perekonomian yang baik dapat meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga perusahaan dapat meningkatkan penjualannya. Perusahaan atau korporasi menerbitkan sukuk agar memperoleh dana dalam rangka memperlancar kegiatan ekonominya.
Jumlah Uang Beredar
Dalam perspektif ekonomi, penawaran uang secara klasik merupakan peredaran uang secara total dalam aktivitas perekonomian termasuk didalamnya deposito dengan perkiraan giro dan tabungan. Pada perekonomian modern, pengendalian jumlah uang yang beredar berada
dibawang wewenang Bank Sentral sebagai pemegang otoritas moneter. Pengadaan uang beredar ini sebagai bentuk dari mekanisme pasar yang timbul pada proses interaksi antara penawaran dan permintaan uang.
Komposisi jumlah uang beredar meliputi persediaan uang kuasi, jenis giral dan jenis kartal.
Jenis uang kartal diterbitkan Bank Sentral terdiri dari bahan logam dan bahan kertas. Jenis uang giral terbit di bank umum, contohnya saldo dan uang kuasi juga terbit pada bank umum berupa tabungan, rekening valuta asing dan deposito berjangka oleh bank swasta domestik. Maksud dari jumlah uang yang beredar ini yaitu nilai keseluruhan dari peredaran uang di masyarakat.
Peredaran uang digolongkan menjadi jumlah uang dalam arti yang luas dan jumlah uang beredar dalam arti sempit (Rahardjo, 2015).
Adanya kenaikan uang yang sedang beredar menandakan cerminan dari perekonomian yang berkembang pada suatu negara. Peredaran uang dalam teori kuantitas menyatakan apabila uang yang beredar melebihi permintaan akan jumlah uang maka dapat menyebabkan inflasi.
Sehingga perlu adanya instrumen yang mengatur peredaran jumlah uang. Dari instrumen yang mengatur peredaran jumlah uang tersebut, sukuk sebagai surat berharga pada operasi pasar terbuka. Adanya sukuk yang diterbitkan, baik dari pemerintau ataupun korporasi maka dapat menarik peredaran uang di masyarakat.
Kurs (Nilai Tukar Mata Uang)
Kurs menurut (Rahardjo, 2015) unit harga uang domestik ditukar menggunakan mata
uang negara asing. Kurs menurut Mankiw et al., (2013) dikelompokkan menjadi kurs riil dan kurs nominal. Adapun yang dimaksud dengan kedua kurs tersebut sebagai berikut:
a. Kurs rill yang merupakan perbedaan harga yang relatif antara kedua negara mengenai harga suatu barang.
b. Kurs nominal sebagai harga yang relatif antara kedua negara mengenai jenis mata uang yang digunakan.
Faktor yang berpengaruh pada nilai kurs (Rahardjo, 2015) yang pertama yaitu permintaan terhadap valuta asing pada faktor aliran modal keluar, intervensi valas pada bank sentral dan pembayaran barang-jasa impor. Kedua yaitu penawaran valuta asing pada faktor penerimaan ekspor dari barang-jasa, aliran modal masuk dan intervensi valas pada bank sentral.
Pembahasan nilai tukar dalam Islam (Karim, 2015) yaitu nilai tukar dikatakan stabil apabila kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah tepat.
Fluktuasi kurs disebabkan adanya perubahan harga luar negeri ataupun perubahan harga dalam negeri.
Berikut terkait penjelasan perubahan harga (Karim, 2015):
a. Faktor dalam negeri
1) The Natural Exchange diakibatkan oleh adanya perubahan pada permintaan agregatif maupun penawaran agregatif.
2) Human Error diakibatkan oleh korupsi, pencetakan uang untuk menarik keuntungan berlebih, buruknya sistem administrasi, dan pajak penjualan yang tinggi.
b. Faktor luar negeri
1) Manipulated of Changes merupakan perubahan karena adanya manipulasi yang dapat merugikan pihak lain.
2) Non-Manipulated of Changes merupakan perubahan tanpa manipulasi dari pihak tertentu.
Inflasi
Inflasi dalam buku Karim (2015) diterangkan karena adanya kenaikan harga, baik itu dari harga barang maupun jasa yang berjangka waktu.
Berkembangnya pengetahuan secara modern, inflasi diartikan oleh pakar ekonomi karena adanya kenaikan pada harga barang maupun jasa secara menyeluruh.
Indikator inflasi digunakan untuk mengetahui gambaran dari harga berlaku yang mengalami perubahan dari waktu ke periode berikutnya.
Maka yang harus diperhatikan yaitu indeks harga konsumen (Suleman et al., 2020) pada suatu periode tertentu yang kemudian dibandingkan pada indeks harga periode sebelumnya.
Inflasi = x 100%
Pada indeks harga konsumen merupakan indeks angka yang menerangkan tingkat harga jasa maupun harga barang yang dikonsumsi pada waktu tertentu. Perolehan IHK didapat melalui perhitungan harga barang ataupun jasa. Jenis- jenis inflasi berdasarkan sifat (Idris, 2018) yaitu:
1) Inflasi kategori rendah berada kurang dari 10% pertahunnya.
2) Inflasi kategori tengah, jenis inflasi ini berkisar 10% hingga 30% pertahunnya.
3) Inflasi kategori berat berkisar 30%-100%
pertahunnya.
4) Inflasi kategori tinggi lebih dari 100%
pertahunnya.
Sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah ataupun korporasi dapat memberikan pengaruh untuk menarik peredaran uang. Maka penawaran terhadap uang menjadi lebih kecil daripada permintaan terhadap uang sehingga secara tidak langsug, sukuk dapat dijadikan sebagai salah satu instrumen dalam mengatasi inflasi.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Pengkajian menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan data berupa angka yang kemudian diolah dan dianalisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2016). Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa data rasio dan data yang disusun berdasarkan perubahan rentan waktu (time series).
Populasi dan Sampel Populasi
Populasi yaitu wilayah generalisasi atas obyek maupun subyek dengan karakteristik dan kualitas tertentu untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini sebanyak 240 data yang mencakup data sukuk korporasi, produk domestik bruto, jumlah uang beredar, kurs dan inflasi dari bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Desember 2019.
Sampel
Penarikan sampel menggunakan metode sampling jenuh. Metode ini merupakan teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, diperolah jumlah sampel (n) sebanyak 240 data yang mencakup data sukuk korporasi, produk domestik bruto, jumlah uang beredar, kurs dan inflasi dari bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Desember 2019.
Uji Instrumen Penelitian
Uji stasioner atau uji instrumen ini merupakan sifat yang penting dalam analisa runtun waktu. Pada model stasioner, sifat- sifat statistik dimasa yang akan datang dapat diperkirakan berdasarkan data historis yang telah terjadi di masa lalu. Langkah-langkah pengujian stasioneritas dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Melakukan pemeriksaan terhadap asumsi- asumsi yang melandasi metode Ordinary Least Squares (OLS) pada variabel dependen.
Jika asumsi tidak terpenuhi maka dilakukan transformasi data.
2. Jika terdapat data yang tidak stasioner maka akan dilakukan uji unit root test untuk data yang tidak stasioner.
Dalam penelitian ini digunakan cara uji stasioneritas dengan unit root test atau uji akar.
Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa data yang digunakan tidak mengandung unit root yang berarti bahwa data harus stasioner dengan menggunakan uji Augmented Dickey Fullar (ADF) dengan taraf signifikansi 0.05 dikatakan stasioner diterima bila nilai absolut Augmented Dickey
Duller Statistic variabel-variabel tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan nilai kritisnya (Mac Kinnom Critical Value).
Alat Analisis
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yang menyatakan angka-angka beserta perhitungan dengan menggunakan software Eviews 10. Analisis data dalam penelitian ini yaitu regresi linear berganda.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberi gambaran pada obyek penelitian melalui populasi tanpa menganalisis dan memberi kesimpulan secara umum. Dalam statistik deskriptif dikemukaan cara penyajian data seperti tabel berisi penjelasan kelompok pada mean-median-modus (Sugiyono, 2016).
2. Regresi Linear Berganda
Analisis data kuantitatif pada uji regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui hubungan yang linear antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.
3. Uji Hipotesis a. Uji Statistik t
Penggunaan statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen dengan anggapan bahwa variabel lain nilainya konstan (Nachrowi & Usman, 2013).
b. Uji statistik F
Penggunaan statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen secara bersamaan
(simultan) terhadap variabel dependen (Nachrowi & Usman, 2013).
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Penggunaan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh variasi pada variabel dependen. Nilai dari koefisien determinasi berkisar dari nol sampai dengan satu (0<R2<1) (Ajija, 2011).
4. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas untuk mengetahui sebaran data pada masing-masing variabel apakah dapat berdistribusi secara normal ataukah tidak dengan menggunakan uji Jarque-Bera (Ghozali, 2013).
b. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara variabel bebas menggunakan uji Auxillary berupa pengambilan keputusan dengan melihat R2 dari regresi antar variabel independen yang didapatkan lebih kecil dari R2 persamaan utama sehingga data lolos multikolinieritas. (Bawono &
Shina, 2018).
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas untuk mengetahui adanya penyebaran dari variabel-variabel peneliti menggunakan model uji white (Ghozali, 2013).
d. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk mengetahui model regresi yang mangandung korelasi antara kesalahan yang mengganggu dari periode t-1 (sebelumnya) terhadap periode t autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (Ghozali & Ratmono, 2013).
e. Uji Linearitas
Pengujian linearitas dilakukan untuk mengetahui model regresi menunjukkan model linier (Bawono dan Shina, 2018).
Pada penelitian ini menggunakan uji Ramsey untuk mengetahui apakah terpenuhi asumsi linearitas pada data.
PEMBAHASAN DAN HASIL
Statistik Deskriptif
Data sekunder yang digunakan berasal dari Otoritas Jasa Keuangan, Bank Iindonesia dan Badan Pusat Statistik. Berikut deskripsi dari variabel penelitian:
Tabel 5. Hasil Uji Statistik Deskriptif X1
Y X1
Mean 17467.82 1.685833
Median 15710.25 1.680000
Max 31139.00 1.760000
Min 9416.000 1.580000
St. Dev 6616.205 0.035660
Observasi 48 48
Sumber: data sekunder diolah, 2021
Pengujian pada tabel diatas memperlihatkan hasil dari 48 jumlah observasi penelitian. Variabel produk domestik bruto (X1) mempunyai nilai
rata-rata 1.685833, nilai tengah 1.680000, nilai maksimal 1.760000, nilai minimal 1.580000 dengan standar deviasi 0.35660.
Tabel 6. Hasil Uji Statistik Deskriptif X2
Y X2
Mean 17467.82 5318.200
Median 15710.25 5350.750
Max 31139.00 6136.500
Min 9416.000 4497.600
St. Dev 6616.205 467.9778
Observasi 48 48
Sumber: data sekunder diolah, 2021
Pada variabel jumlah uang beredar mempunyai nilai rata-rata 5318.200, nilai tengah
5350.750, nilai maksimal 6136.500, nilai minimal 4497.600 dengan standar deviasi 467.9778.
Tabel 7. Hasil Uji Statistik Deskriptif X3
Y X3
Mean 17467.82 11534.58
Median 15710.25 11372.10
Max 31139.00 12128.20
Min 9416.000 10993.43
St. Dev 6616.205 386.9938
Observasi 48 48
Sumber: data sekunder diolah, 2021
Selanjutnya variabel kurs mempunyai nilai rata-rata 11534.58, nilai tengah 11372.10, nilai
maksimal 12128.20, nilai minimal 10993.43 dengan standar deviasi 386.9938.
Tabel 8. Hasil Uji Statistik Deskriptif X4
Y X4
Mean 17467.82 3.391667
Median 15710.25 3.315000
Max 31139.00 4.450000
Min 9416.000 2.480000
St. Dev 6616.205 0.467949
Observasi 48 48
Sumber: data sekunder diolah, 2021
Berikutnya variabel inflasi memiliki nilai rata-rata 3.391667, nilai tengah 3.315000, nilai
maksimal 4.450000, nilai minimal 2.480000 dengan standar deviasi 0.467949.
Uji Stasioneritas
Berdasarkan data yang diolah, maka ditemukan akhir dari uji stasioneritas dengan
menggunakan metode Unit Root pada uji intermediate ADF.
Tabel 9. Hasil Uji Stasioneritas
Series Prob. Lag Max Lag Obs
d(Y,2) 0.0000 1 9 44
d(X1,2) 0.0000 2 9 43
d(X2,2) 0.0000 5 9 40
d(X3,2) 0.0000 0 9 45
d(X4,2) 0.0000 1 9 44
Sumber: data sekunder diolah, 2021
Menurut tabel diatas maka data stasioner pada tingkat 2-different dengan prob. 0.0000 sehingga data dinyatakan sudah stasioner
Uji Regresi
Langkah selanjutnya melakukan uji model regresi dengan menggunakan metode OLS.
Didapatkan hasil dari uji regresi:
Gambar 1. Uji Regresi
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 13510.73 15145.32 0.892073 0.3776
X1(-2) -24470.97 9316.001 -2.626767 0.0121
X2(-2) 14.31453 0.832501 17.19461 0.0000
X3(-2) -2.395241 1.145993 -2.090100 0.0429
X4(-2) -952.2863 709.8182 -1.341592 0.1871
R-squared 0.920461 Mean dependent var 16922.23
Adjusted R-squared 0.912701 S.D. dependent var 6198.000
S.E. of regression 1831.286 Akaike info criterion 17.96575
Sum squared resid 1.37E+08 Schwarz criterion 18.16451
Log likelihood -408.2122 Hannan-Quinn criter. 18.04020
F-statistic 118.6175 Durbin-Watson stat 0.445780
Prob(F-statistic) 0.000000
Diperoleh hasil uji regresi yaitu,
Y=13510.73–24470.97X1+14.31453X2–
2.395241X3 –952.2863 X4
Persamaan uji regresi dijelaskan sebagaimana berikut:
a. Konstanta yaitu 13510.73
b. Koefisien X1 yaitu -24470.97 dengan arah negatif c. Koefisien X2 yaitu 14.31453 dengan arah positif d. Koefisien X3 yaitu -2.395241 dengan arah negatif e. Koefisien X4 -952.2863 dengan arah negatif.
Uji Hipotesis
Peneliti menggunakan uji hipotesis dengan melakukan pengujian parsial, pengujian simultan dan pengujian koefisien determinasi.
Berikut hasil pengujian hipotesis penelitian:
a. Uji Persial
Berdasarkan data dinyatakan jumlah uang beredar memberi pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporas Indonesia. Kemudian variabel
produk domestik bruto dan kurs memberi pengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia. Sedangkan inflasi memberi pengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia.
b. Uji Simultan.
Diketahui nilai koefisien 118.6175 dengan prob. 0.000000 < 0.05. Sehingga secara simultan variabel PDB, JUB, Kurs dan Inflasi
memberi pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi Indonesia.
c. Koefisien Determinasi.
Diketahui Adj. Residual Square senilai 0.920461 dengan maksud bahwa variabel independen memberi pengaruh sebesar 92%.
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Gambar 2. Hasil uji Normalitas
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-3000 -2000 -1000 0 1000 2000 3000 4000
Series: Residuals
Sample 2016M03 2019M12 Observations 46
Mean 9.89e-13 Median -368.2862 Maximum 3668.411 Minimum -3478.758 Std. Dev. 1748.001 Skewness 0.360462 Kurtosis 2.261501 Jarque-Bera 2.041463 Probability 0.360331
Sumber: data sekunder diolah, 2021
Dari gambar tersebut dapat dilihat prob. Senilai 0.360331>0.05 sehingga data penelitian normal.
b. Multikolinearitas
Multikolinearitas yang digunakan dengan melakukan regresi auxiliary pada R2 yaitu
0.920461 dari variabel yang digunakan. Hasil dari auxiliary pada tabel berikut:
Tabel 10. Hasil Uji Multikolinearitas
No R-Squared R2 Hasil Uji
1 PDB
0.356295 dibawah lolos multikol
2 JUB
0.086862 dibawah lolos multikol
3 Kurs
0.648377 dibawah lolos multikol
4 Inflasi
0.340130 dibawah lolos multikol
Sumber: data sekunder diolah, 2021
Melalui tabel 4.4 diketahui tidak ada korelasi antara variabel independen dengan R2 sehingga
lolos uji multikolinearitas.
c. Heteroskedastisitas
Tabel 11 Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.876103 Prob. F(14,30) 0.5899
Obs*R-squared 13.05902 Prob. Chi-Square(14) 0.5219 Scaled explained SS 15.42979 Prob. Chi-Square(14) 0.3494
Sumber: data sekunder diolah, 2021
Melaui hasil uji diatas diketahui nilai obs*R-Squared 13.05902 dan probabilitas senilai 0.5219 > 0.05
sehingga dapat disimpulkan lolos uji heterokedastisitas.
d. Autokorelasi
Tabel 12. Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.033571 Prob. F(2,38) 0.1449
Obs*R-squared 4.350698 Prob. Chi-Square(2) 0.1136
Sumber: data sekunder diolah, 2021
Diperlukan tabel Durbin Watson 5%
untuk mendapatkan pengaruh ada tidaknya
Autokorelasi. Berikut merupakan uji DW:
Gambar 3. Durbin Watson
Sumber: data diolah, 2021
Dari tebel 4.8 disimpulkan Durbin-Watson senilai 2.079632 dengan nilai dU 1.7200 dan 4-dU 2.2800.
Sehingga pada penelitian ini data lolos uji autokorelasi.
e. Linearitas
Tabel 13. Linearitas Ramsey RESET Test
Value Df Probability
t-statistic 0.004323 39 0.9966
F-statistic 1.87E-05 (1, 39) 0.9966
Likelihood ratio 2.16E-05 1 0.9963
Sumber: data diolah, 2021
Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Pertumbuhan Nilai Outstanding Sukuk Korporasi
Diketahui jumlah uang beredar dengan koefisien 14.31453 dan Prob. 0.0000 berpengaruh positif dan signifikan pada pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi. Apabila jumlah uang beredar naik 1% yang diiringi pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi mengalami peningkatan 14% sehingga H2 diterima.
Ketika peredaran uang dimasyarakat meningkat, maka emiten menerbitkan sukuk sebagai sumber tambahan dana yang digunakan untuk menutupi defisit pada anggaran perusahaan, pembangunan infrastruktur. Sukuk sebagai instrumen moneter pada operasi pasar terbuka. Dari segi pandangan ekonomi, penerbitan sukuk berfungsi untuk mengurangi jumlah uang. Adapun tujuan emiten melakukan penerbitan sukuk yaitu untuk memperoleh dana tambahan dari masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat lebih memilih agar uangnya di investasikan dalam bentuk sukuk, karena masyarakat sadar bahwa uang akan mengalami penurunan nilai akibat peredaran uang yang semakin tinggi dimasa mendatang.
Didukung oleh penelitian Ardiansyah & Lubis (2017) dan Kurniawan et al. (2020) bahwa JUB Diketahui nilai prob. 0.9966 > 0,05 maka
sumsi linearitas pada data terpenuhi.
PEMBAHASAN
Pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Nilai Outstanding Sukuk Korporasi
Diketahui PDB dengan koefisien -24470.97 dan prob. 0.0121 < 0.05 sehingga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi. Apabila produk domestik bruto naik sebesar 1%, maka pertumbuhan nilai outstanding sukuk turun 24% dengan anggapan bahwa variabel lain tetap sehingga H1 diterima.
Kebijakan modal kerja yang dilakukan p e r u s a h a a n d a l a m ra n gka m e l a ku ka n pengontrolan modal secara berkelanjutan.
Apabila produk domestik bruto naik maka terjadi kenaikan pada aktiva perusahaan. Sehingga perusahaan mengurangi penerbitan sukuk. Hasil pengujian ini sesuai dengan hipotesis sebelumnya, yaitu oleh Valentin (2018) menyatakan bahwa PDB berpengaruh negatif dan signifikan, ketika produk domestik bruto mengalami kenaikan maka nilai outstanding sukuk korporasi akan mengalami penurunan.
memberi pengaruh secara positif dan signifikan pada sukuk. Maka dapat dibuktikan bahwa praktik sesuai dengan teori, semakin banyaknya jumlah uang beredar maka dapat meningkatkan kegiatan investasi.
Pengaruh Kurs terhadap Pertumbuhan Nilai Outstanding Sukuk Korporasi
Diketahui kurs dengan koefisien -2.395241 dan prob. 0.0429 memberi pengaruh negatif dan signifikan pada pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi. Kurs naik 1% mengakibatkan nilai outstanding sukuk korporasi turun 2,3%
dengan anggapan bahwa variabel lain tetap sehingga H3 diterima.
Jika rupiah terapresiasi oleh dolar AS maka kurs melonjak naik yang dapat mengakibatkan penurunan ekspor dengan alasan harga yang tinggi dari negara-negara pengekspor lain. Oleh sebab itu, kurs dapat menghambat investasi perusahaan dan dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi serta kemungkinan terburuk yaitu terjadinya capital outflow yang berdampak pada turunnya nilai sukuk korporasi.
Didukung penelitian Ardiansyah & Lubis (2017) dan Nurhayadi, dkk (2020) bahwa kurs memberi pengaruh negatif dan signifikan pada pertumbuhan sukuk korporasi.
Pengaruh dari Inflasi terhadap Pertumbuhan Nilai Outstanding Sukuk Korporasi
Diketahui inflasi dengan koefisien -952.2863 dan prob. 0.1871 sehingga memberi pengaruh negatif dan tidak signifikan pada pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi. Jika inflasi naik 1% mengakibatkan nilai outstanding sukuk
korporasi turun 9,5% dengan anggapan bahwa variabel lain tetap sehingga H4 ditolak.
Tingkat inflasi merupakan persentase perubahan tingkat harga. Adanya inflasi mengakibatkan daya beli masyarakat turun, tingkat konsumsi turun sehingga masyarakat lebih memilih untuk mencukupi konsumsi barang dan jasa daripada saving. Melihat kondisi inflasi di Indonesia bahwa tingkat inflasi pada tahun 2016 hingga 2019 berada dibawah 10% dengan kategori aman, sehingga inflasi dinyatakan tidak memberi pengaruh secara signifikan terhadap sukuk. Penerbitan sukuk bukan didasarkan pada naik turunnya harga, akan tetapi di dasarkan pada underlaying asset penerbitan sukuk. Sebagaimana penelitian Pramudiyanti et al. (2019) inflasi memberi pengaruh negatif dan tidak signifikan pada pertumbuhan sukuk.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Produk domestik bruto berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi di Indonesia.
2. Jumlah uang beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi di Indonesia.
3. Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi di Indonesia.
4. Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan nilai outstanding sukuk korporasi di Indonesia.
Saran
1. Bagi emiten atau perusahaan sebaiknya meningkatkan nilai outstanding penerbitan sukuk agar pasar modal syariah semakin berkembang di Indonesia.
2. Bagi investor diharapkan agar lebih selektif dalam mempelajari resiko dan terurn sebelum berinvestasi.
3. Pemerintah perlu membuat regulasi dan menjaga keseimbangan makroekonomi agar menambah likuiditas sukuk di pasar modal.
4. Bank Indonesia perlu menjaga kestabilan jumlah uang beredar dengan kebijakan moneter melalui operasi pasar terbuka.
5. Oleh karena itu untuk peneliti yang selanjutnya dapat menambahkan variabel makroekonomi yang lainnya dengan penambahan tahun agar dapat memperoleh hasil yang lebih akurat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ajija, S. (2011). Cara Cerdas Menguasai Eviews.
Salemba.
Al-Arif, M. N. R. (2012). Lembaga Keuangan Syariah:
Suatu Kajian Teoritis Praktik. Pustaka Setia.
Ardiansyah, I. H., & Lubis, D. (2017). Pengaruh Va r i a b e l M a k ro e ko n o m i t e r h a d a p Pertumbuhan Sukuk Korporasi di Indonesia.
Jurnal Al-Muzara’ah, 5(1), 51–68.
Bawono, A., & Shina, A. F. I. (2018). Ekonometrika Terapan Untuk Ekonomi dan Bisnis Islam Aplikasi dengan Eviews (Cetakan: 2). LP2M IAIN Salatiga Press.
Ependi, H., & Thamrin, H. (2020). The Effect of Macroeconomic Factors on the Number of
Corporate Sukuk Offers in Indonesia. DIJEFA:
Dinasti International Journal Economics, Finance & Accounting, 1(4), 593–605. https://
doi.org/10.38035/DIJEFA
Fatah, D. A. (2011). Perkembangan Obligasi Syariah (Sukuk) Di Indonesia: Analisis Peluang dan Tantangan. Al-Adalah, 1(1), 144.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IMB SPSS 21. Universitas Diponegoro.
Ghozali, I., & Ratmono, D. (2013). Analisis Multivariat dan Ekonometrika. Universitas Diponegoro.
Idris, A. (2018). Ekonomi Publik (Edisi 1).
Deepublish. www.deepublish.co.id
Karim, A. A. (2015). Ekonomi Makro Islam (Edisi ke-3). Rajawali Pers.
Kurniawan, Masitoh, E., & Fajri, R. N. (2020).
Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Pertumbuhan Sukuk Korporasi di Indonesia.
Finansia, 03(01), 75–84.
Mankiw, N. G., Quah, E., & Wilson, P. (2013a).
Pengantar Ekonomi Makro (D. A. Halim (ed.);
An Asian E). Salemba Empat.
Nachrowi, D., & Usman, H. (2013). Pendekatan Populer dan Praktis untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Universitas Indonesia.
Nurhayadi, Y., Al Azizah, U. S., & Alvarizha, F.
A. (2020). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar dan Yield Sukuk Ritel Terhadap Volume Perdagangan Sukuk Negara Ritel Seri SR-007 Di Pasar Sekunder. TARAADIN,1(1).
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/taraadin%0A
Pramudiyanti, H., Indrawati, L. R., & Rusmijati.
(2019). Pengaruh Pramudiyanti, Hana, Lucia Rita Indrawati, and Rusmijati.
“Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Pertumbuhan Sukuk Korporasi Di Indonesia Tahun 2002-2018.” DINAMIC: Directory Journal of Economic 1, no. 4 (2019): 418–32.
Variabel Makroekonomi Terh. DINAMIC:
Directory Journal of Economic, 1(4), 418–432.
Rahardjo, M. (2015). Ekonomi Moneter (Suryanto
& K. Saddhono (eds.); Cetakan ke). UNS Press.
Rini, M. (2012). Obligasi Syariah (Sukuk) dan Indikator Makroekonomi Indonesia. Institut Pertanian Bogor.
Sari, S., & Ratno, F. A. (2020). Analisis Utang Luar Negeri, Sukuk, Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia Tahun 2014-2019. Jurnal Riset Pendidikan Ekonomi, 5(2), 95. http://doi.
org/10.21067/jrpe.v5i2.4661
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD. CV Alfabeta.
Suleman, A. R., Ahdiyat, M., Nainggolan, L. E., Rahmadana, M. F., Syafii, A., Susanti, E., Supitriyani, & Siregar, R. T. (2020). Ekonomi Makro (Wahyuddin (ed.); Cetakan 1). Yayasan Kita Menulis. www.kitamenulis.id
Tandelilin, E. (2012). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. BPFE Yogyakarta.
Valentin, H. R. (2018). Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Penerbitan Sukuk di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB.
http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/
article/view/5299