• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENYIRAMAN BERBAGAI TINGKATAN KADAR AIR DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS KOMPOS GANGGANG COKLAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENYIRAMAN BERBAGAI TINGKATAN KADAR AIR DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS KOMPOS GANGGANG COKLAT"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYIRAMAN BERBAGAI TINGKATAN KADAR AIR DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS KOMPOS GANGGANG COKLAT (Sargassum Polycystum) UNTUK

MENINGKATKAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.)

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD IKHFAN JUNIARA 120301095

AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

(2)

PENGARUH PENYIRAMAN BERBAGAI TINGKATAN KADAR AIR DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS KOMPOS GANGGANG COKLAT (Sargassum Polycystum) UNTUK

MENINGKATKAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.)

SKRIPSI OLEH :

MUHAMMAD IKHFAN JUNIARA 120301095

AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH

Proposal Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

Judul : Pengaruh Penyiraman Berbagai Kadar Air dengan Pemberian Berbagai Dosis Kompos Ganggang Coklat (Sargassum polycystum) Untuk Meningkatkan Produksi Kedelai (Glycine max L.)

Nama : Muhammad Ikhfan Juniara Nim : 120301095

Prodi : Agroteknologi Minat : Ilmu Tanah

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ir. Erwin Masrul Harahap, M.S.) (Ir. Alida Lubis M.S.

Ketua Anggota )

(4)

ABSTRACT

MUHAMMAD IKHFAN JUNIARA: The effect of watering various levels of water content by giving some chocolate algae compost is guided by Mr. ERWIN MASRHUL HARAHAP and Mrs ALIDA LUBIS.

The purpose of this study was to study whether chocolate algae compost (Sargassum polycystum) can increase production and reduce the amount of water needed for soybean crop (Glycine max L.). The research was conducted in July 2017 until September 2017 in the Pasar 1 Tanjung Sari, Medan Selayang sub-district. The research design used is Factorial Random Design with two factors. The first factor is watering with various levels of water content, with K1 = 100% moisture content, K2

= moisture content 75%, K3 = moisture 50%, K4 = moisture content 25%, second factor is giving some chocolate algae compost consist of G0 = 0 gram / plot, G1 = 1.125 gram / plot, G2 = 2.250 gram / plolt, G3 = 3.375 gram / plot.

he observation parameters is the height of the plant, stem diameter, number of leaves, wet weight of shoot per sample, wet weight of shoot per plot, pod number per sample, wet weight of pod per sample, dry weight of pod per plot, weight of seed and seed nutrient absorption (N, P, K, Ca, Mg, B, S). The treatment of influential real nutrient index against the wet weight of shoot per sample, wet weight of pod per plot, dry weight of pod per plot, weight of seed, and seed nutrient absorption (N, P, K, Ca, Mg, B, S). The interaction between the dose of fertilizer and nutrient effect real index against the number of pods, wet weight of pod per sample, dry weight of pod per sample.

The results showed that the effect of watering various levels of water content by giving some brown algae compost only gave a real effect for the 4MST plant height parameters and the water content treatment gave a real effect for the dry canopy plant plot weight parameters.

Keywords: Chocolate algae compost, moisture content, increased soybean production.

(5)

ABSTRAK

MUHAMMAD IKHFAN JUNIARA: Pengaruh penyiraman berbagai tingkatan kadar air dengan pemberian beberapa kompos ganggang coklat dibimbing oleh Pak ERWIN MASRHUL HARAHAP dan ibu ALIDA LUBIS.

Tujuan penelitian ini untuk mempelajari apakah pemberian kompos ganggang coklat (Sargassum polycystum) dapat meningkatkan produksi dan mengurangi jumlah air yang dibutuhkan tanaman kedelai (Glycine max L. ). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2017 hingga September 2017 di lahan pasar 1 Tanjung Sari, kecamatan Medan Selayang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu penyiraman dengan berbagai tingkatan kadar air, dengan K1 = kadar air 100%, K2 = kadar air 75%, K3 = kadar air 50%, K4 = kadar air 25%, faktor kedua yaitu pemberian beberapa kompos ganggang coklat terdiri dari G0 = 0 gram/plot, G1 = 1.125 gram/plot, G2 = 2.250 gram/plolt, G3 = 3.375 gram/plot.

Pengamatan parameter adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, berat basah tajuk, berat basah tajuk perplot, berat basah polong persampel, berat basah polong perplot, berat kering tajuk persampel, berat kering tajuk perplot, berat kering polong persampel, berat kering polong perplot, berat biji, berat 1000 biji, serapan hara tajuk, serapan hara biji.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh penyiraman berbagai tingkatan kadar air dengan pemberian beberapa kompos ganggang coklat hanya memberikan pengaruh yang nyata untuk parameter tinggi tanaman 4MST dan perlakuan kadar air memberikan pengaruh yangh nyata untuk parameter bobot tajuk kering tanaman plot.

Kata kunci : Kompos ganggang coklat, kadar air, peningkatan produksi kedelai.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Langsa, pada tanggal 23 Juni 1993 dari ayah Erwan Fauzi dan ibunda Dwikoratnawati. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA 2 Negeri medan, dan pada tahun 2012 terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan dan kegiatan akademik diantaranya menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agroekteknologi, Anggota IMILTA, Humas dalam acara FOKUSHIMITI wilayah 1.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di PT. Wanasari Nusantara yang berada di kabupaten kuantan kecamatan kuantan singingi provinsi riau.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh penyiraman berbagai tingkatan kadar air dengan pemberian beberapa kompos ganggang coklat.

.Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, mengasihi, dan mendidik penulis ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir. Erwin Masrul Harahap, M.S. sebagai ketua komisi pembimbing, dan ibu Ir. Alida Lubis M.S.

sebagai anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari penyusunan sampai selesainya skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kawan- kawan stambuk 2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khusus untuk peneliti selanjutnya dan masyarakat pada umumnya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Kedelai (Glycine max L.) ... 4

Ganggang Coklat (Sargassum polycystum) ... 4

Kadar Air ... 6

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian ... 9

PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Lahan ... 11

Pembuatan Atap ... 11

Pembuatan Kompos ... 11

Pemupukan ... 11

Persiapan Benih ... 12

Penanaman ... 12

Pemeliharaan Tanaman ... 12

Pengendalian Hama ... 12

Penyulaman... 13

Penyiraman ... 13

Penyiangan ... 13

Pemanenan ... 13

(9)

Parameter Pengamatan... 13

Tinggi Tanaman ... 13

Jumlah Daun ... 13

Diameter Batang ... 14

Berat Basah Polong Plot ... 14

Berat Basah Polong Sampel ... 14

Berat Basah Tajuk Plot ... 14

Berat Basah Tajuk Sampel ... 14

Berat Kering Polong Plot ... 14

Berat Kering Polong Sampel ... 15

Berat Kering Tajuk Plot...15

Berat Kering Tajuk Sampel ... 15

Berat Biji ... 15

Berat 1000 biji ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 16

Pembahasan ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN ... 31

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1.. . Rataan perlakuan penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat terhadap tinggi tanaman pada 3 MST- 6 MST 16 2... Rataan perlakuan penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat terhadap jumlah cabang pada 3 MST - 6 MST 18 3... Rataan perlakuan penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat terhadap diameter batang pada 6 MST 20 4... Rataan perlakuan dpenyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat terhadap berat tajuk basah plot 21 5... Rataan perlakuan penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat terhadap berat tajuk basah sampel 21 6... Rataan perlakuan penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat terhadap berat polong basah plot 22 7... Rataan perlakuan penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat terhadap berat polong basah sampel 23 8... Rataan perlakuan penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat terhadap berat kering tajuk plot 23 9...Rataan perlakuan penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat terhadap berat kering tajuk sampel 24 10...Rataan perlakuan penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat terhadap berat polong kering plot 25 11...Rataan perlakuan penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat terhadap berat polong kering sampel 26 12...Rataan perlakuan penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat terhadap berat biji kering plot 26 13...Rataan perlakuan penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat terhadap berat 1000 biji 27

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1.... Deskripsi varietas kedelai Anjasmoro ... 31

2... Perhitungan pupuk ... 32

3... Bagan lahan penelitian ... 32

4... Bagan tanaman perplot ... 32

5... Data tinggi tanaman 3 MST penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 33

6... Sidik ragam tinggi tanaman 3 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 34

7... Data tinggi tanaman 4 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 35

8... Sidik ragam tinggi tanaman 4 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 36

9... Data tinggi tanaman 5 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 37

10...Sidik ragam tinggi tanaman 5 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 38

11...Data tinggi tanaman 6 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 39

12...Sidik ragam tinggi tanaman 6 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 40

13...Data jumlah daun 3 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 41

14...Sidik ragam jumlah daun 3 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 42

15...Data jumlah daun 4 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 43

16...Sidik ragam jumlah daun 4 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 44

(12)

17...Data jumlah daun 5 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian

kompos ganggang coklat ... 45 18...Sidik ragam jumlah daun 5 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan

pemberian kompos ganggang coklat ... 45 19...Data jumlah daun 6 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian

kompos ganggang coklat ... 46 20...Sidik ragam jumlah daun 6 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan

pemberian kompos ganggang coklat ... 47 21...Data diameter batang 6 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian

kompos ganggang coklat ... 48 22...Sidik ragam diameter batang 6 MST pada penyiraman beberapa kadar air dan

pemberian kompos ganggang coklat ... 49 23...Data berat tajuk basah sampel pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian

kompos ganggang coklat ... 50 24...Sidik ragam berat tajuk basah sampel pada penyiraman beberapa kadar air dan

pemberian kompos ganggang coklat ... 51 25...Data berat polong basah plot pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian

kompos ganggang coklat ... 52 26...Sidik ragam berat polong basah plot pada penyiraman beberapa kadar air dan

pemberian kompos ganggang coklat ... 53 27...Data berat polong basah sampel pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian

kompos ganggang coklat ... 54 28...Sidik ragam berat polong basah sampel pada penyiraman beberapa kadar air dan

pemberian kompos ganggang coklat ... 55 29...Data berat kering tajuk plot pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian

kompos ganggang coklat ... 56 30...Sidik ragam berat kering tajuk plot pada penyiraman beberapa kadar air dan

pemberian kompos ganggang coklat ... 57 31...Data berat kering tajuk sampel pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian

kompos ganggang coklat ... 58

(13)

32...Sidik ragam berat kering tajuk sampel pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 59 33...Data berat polong kering plot pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian

kompos ganggang coklat ... 60 34...Sidik ragam berat polong kering plot pada penyiraman beberapa kadar air dan

pemberian kompos ganggang coklat ... 61 35...Data berat polong kering sampel pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat ... 62 36...Sidik ragam berat polong kering sampel pada penyiraman beberapa kadar air dan

pemberian kompos ganggang coklat ... 63 37...Data bobot biji pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat ... 64 38...Sidik ragam bobot biji pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat ... 65 39...Data bobot 1000 biji pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian kompos

ganggang coklat ... 66 40...Sidik ragam bobot 1000 biji pada penyiraman beberapa kadar air dan pemberian

kompos ganggang coklat ... 67 41...Deskripsi varietas kedelai Anjasmoro ... 68 42...Data hasil analisis tanah ... 69

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Berdasarkan hasil survey pupuk yang telah di terapkan oleh salah seorang petani kedelai yang berada di desa Tanjung Jati Kota Binjai Sumatera Utara yakni Urea 50 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCl 30 kg/ha, phonska 100 kg/ha dan Dolomit 1000 kg/ha telah mencapai produksi 3 ton/ha.

Dikarenakan kedelai merupakan sumber protein nabati paling populer bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Konsumsi utamanya dalambentuk tempe dan tahu yang merupakan lauk pauk vital bagi masyarakat Indonesia. Bentuk lain produk kedelai adalah kecap, tauco, dan susu kedelai. Indonesia merupakan negara produsen tempeterbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2014 yang dirilis BPS, konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia sebesar 6,95 kg dantahu 7,07 kg. Ironisnya pemenuhan kebutuhan akan kedelai yang merupakan bahan baku utama tempe dan tahu, 67,28% atau sebanyak 1,96 juta ton harus diimpor dari luar. Hal ini terjadi karena produksi dalam negeri tidak mampu mencukupi permintaan produsen tempedan tahu dalam negeri.

Data yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk produktivitas kedelai di Sumatera Utara pada tahun 2015 hanya mencapai 1,2 ton/ha dengan total hasil panen 6.549,205 ton/ha. Sedangkan BTPPP (2009) menyatakan bahwa potensi hasil panen kedelai di indonesia 2-3 ton/ha. Dengan begitu perlu ada peningkatan teknologi dalam budidaya kedelai untuk dapat meningkatkan hasil panen, dengan melakukan pemupukan, pemberian kompos ganggang coklat serta penyiraman dengan berbagai level kadar air.

(15)

Indonesia yang memiliki garis pantai yang panjang sehingga berpotensi persebaran berbagai jenis ganggang coklat. Salah satu jenis ganggang coklat yang banyak tumbuh di Indonesia adalah marga Sargassum. Menurut Kadi (2005) di perairan Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 15 jenis algae Sargassum dan yang telah dikenal mencapai 12 jenis. Algae Sargassum tumbuh sepanjang tahun, tumbuhan ini bersifat "perenial" atau tak bergantung musim. Barat maupun Timur dapat dijumpai di berbagai perairan.

Ganggang coklat (Sargassum polycystum) memiliki senyawa yang bernama alginat dimana kemampuannya dapat menahan air, kemampuan alginat inilah yang dapat dimanfaatkan menanam kedelai dilahan kering untuk tetap mendapatkan produksi yang tinggi.

Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, maka penulis ingin menciptakan suatu teknologi untuk meningkatkan produksi kedelai dengan metode berbagai kadar kapasitas lapang dan berbagai dosis kompos ganggang coklat (Sargassum polycystum).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari apakah pemberian kompos ganggang coklat (Sargassum polycystum) dapat meningkatkan produksi dan mengurangi jumlah air yang dibutuhkan tanaman kedelai (Glycine max L. Merril.) Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(16)

Hipotesis Penelitian

- Pemberian kompos ganggang coklat (Sargassum polycystum) berpengaruh nyata meningkatkan produksi kedelai ( Glycine max L. ) mencapai 3 ton/ha - Penurunan kadar air berpengaruh nyata menurunkan produksi kedelai

( Glycine max L. ).

- Interaksi antara kadar air dengan berbagai dosis kompos ganggang coklat (Sargassum polycystum)yang berpengruh nyata terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai ( Glycine max L. ).

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Tanman Kedelai

kedelai merupakan sumber protein nabati paling populer bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Konsumsi utamanya dalambentuk tempe dan tahu yang merupakan lauk pauk vital bagi masyarakat Indonesia. Bentuk lain produk kedelai adalah kecap, tauco, dan susu kedelai. Indonesia merupakan negara produsen tempeterbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2014 yang dirilis BPS, konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia sebesar 6,95 kg dantahu 7,07 kg. Ironisnya pemenuhan kebutuhan akan kedelai yang merupakan bahan baku utama tempe dan tahu, 67,28% atau sebanyak 1,96 juta ton harus diimpor dari luar. Hal ini terjadi karena produksi dalam negeri tidak mampu mencukupi permintaan produsen tempedan tahu dalam negeri.

Ganggang coklat

Rumput laut mempunyai prospek yang baik untuk bahan pupuk organik karena keistimewaannya yang kaya hara mikro dan teristimewa zat pengatur tumbuh.

Zat pengatur tumbuh yang dikandungnya antara lain auksin, sitokinin, giberilin, asam absisat dan etilen. ZPT tidak hanya dapat meningkatkan produksi, tetapi juga meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan serangan serangga, serta memperbaiki struktur tanah (Basmal, 2009).

Diketahui bahwasanya ganggang coklat (Sargassum polycystum) memiliki senyawa yang bernama alginat dimana alginat mampu menyerap air yang berlebih.

Dari habitat nya bahwa ganggang coklat ini tersebar hampir seluruh bentang garis pantai Indonesia yang mampu menahan tebing batu dari abrasi. (Basmal, 2009)

(18)

Di berbagai negara seperti Spanyol,Argentina dan lainnya yang memiliki garispantai sangat panjang dengan potensipertumbuhan ganggang coklat yang sangat baik, selain sebagai bahan baku untuk industryrumput laut ini juga dimanfaatkan untukpupuk dalam bidang pertanian, khususnyapada tanaman hortikultura dan pemberianpupuk rumput laut ini memberikan hasil yangbaik untuk tanaman.

Berdasarkan penelitianyang dilakukan Eryas, et al. (2008)penggunaan kompos ganggang coklat mampumeningkatkan produksi tomat hingga 5Kg/tanaman di Patogonia, Argentina.

Ganggang cokelat (Sargassum polycystum) tampaknya menjadi bahan yang memungkinkan untuk dijadikan pupuk organik. Selain karena ketersediaannya yang cukup melimpah di garis pantai Indonesia yang sangat panjang, ganggang cokelat yang telah dijadikan kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah. (Eyras, dkk, 1998). Sargasum polycystum memiliki kandungan hara yang sangat tinggi yaitu kadar kandungan hara N sekitar 16,1 g/kg bobot kering, hara P sekitar 0,48 g/kg bobot kering, hara K sekitar 39,3 g/kg bobot kering serta kandungan Ca dan Mg yang masing – masing sekitar 3,15 dan 0,35 g/100g bobot kering (Mageswaran dan Sivasubramaniam, 1984). Hasil penelitian Siregar (2014) menyatakan aplikasi kompos ganggang cokelat mampu meningkatkan pH, C-organik, N-total, Ktukar, serta meningkatkan tinggi, bobot segar dan kering tanaman.

Salah satu jenis rumput laut yang tumbuh hampir di seluruh perairann Indonesia adalah Sargassum. Jenis ini termasuk dalam divisi Thallophyta, kelas Phaeophyceae, bangsa Vocales, suku Sargassaceae, marga Sargassum, jenis Sargassum sp. Bentuk luar tumbuhan ini telah terlihat adanya akar, batang, buah yang

(19)

mana bagian-bagian ini bukanlah merupakan organ tumbuhan sebenarnya tetapihanya berupa talus. Kekerasan talus juga beraneka ragam ada yang lunak atau seperti tulang rawan ada yang keras karena mengandung kapur (Sugiarto, 1978).

Berdasarkan morfologinya, rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun. Tubuhnya berupa thallus yang memiliki bentuk yang bermacam-macam. Thallus ini ada yang uniseluler dan multiseluler. Sifat substansi Thallus beranekaragam, ada yang lunak seperti gellatin, kertas diliputi atau mengandung zat kapur, lunak seperti tulang rawan, berserabut dan sebagainya.

Karena sifat substansinya tersebut, rumput laut memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan air yang berbeda dengan tanaman lain yang tumbuh di darat (Aslan,1995).

Kadar Air

Air dapat membatasi pertumbuhan dan produktivitas tumbuhan hampir di segala tempat, baik karena periode kering tak terduga maupun curah hujan normal yang rendah sehingga diperlukan pengairan yang teratur (Salisbury dan Ross, 1995).

Agung dan Rahayu (2004) menyatakan cekaman kekeringan yang terjadi pada saat pengisian polong dapat menurunkan bobot biji, sebab bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan dalam musim tanam.Kekurangan air yang menghambat pertumbuhan ujung dan akar, mempunyai pengaruh yang relatif lebih besar terhadap pertumbuhan ujung Pertumbuhan ujung lebih digalakkan apabila tersedia N dan air yang banyak.Pertumbuhan akar lebih digalakkan apabila faktor- faktor N dan air ini terbatas, seperti yang dapat dilihat ada shoot-root ratio.Akar

(20)

adalah yang pertama mencapai air, N dan faktor-faktor tanah lainnya, sedangkan pucuk adalah yang pertama mencapai cahaya dan CO2 (Gardner et. all,1991).

Kadar air dalam tanah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan tanaman.

Kekurangan air akan berakibat lebih buruk dibandingkan kekurangan faktor lain.

Peran tersebut tergambar dalam hubungan tanah-tanaman-air dalam kandungan air dalam tanaman, air tanah dan ketersediaan unsur hara.Salah satu manfaat ketersediaan air yang cukup yaitu perkembangan dan pertumbuhan akar lebih cepat dan pertumbuhan tanaman juga menjadi lebih cepat (Damanik dkk, 2010).

Cekaman air dapat disebabkan oleh beberapa kondisi lingkungan yang emacu kehilangan air dari sel seperti kekeringan, keragaman, dan cekaman udara dingin.

Cekaman air menyebabkan terjadinya perubahan proses biokimia dan fisiologi dalam sel tanaman. Cekaman air juga dilaporkan mampu berperan penting untuk adaptasi pada lingkungan tercekam (Sugiharto, dkk, 2002).

Tanaman yang menderita cekaman air secara umum mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan tanaman yang tumbuh normal. Cekaman air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini cekaman air mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia tanaman serta menyebabkan terjadinya modifikasi anatomi an modifikasi tanaman (Islami dan Utomo, 1995).

Stress air (kekeringan) pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal: (1) kekurangan suplai air di daerah perakaran, dan (2) permintaan air yang berlebihan oleh daun, dimana laju transpirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar tanaman, walaupun keadaan air tanah cukup (jenuh). Dengan demikian jelaslah bahwa stress

(21)

air pada tanaman dapat terjadi pada keadaan air tanah tidak kekurangan (Harjadi dan Yahya, 1988).

Kapasitas lapangan (field capacity) adalah kapasitas menahan air yang minimum dimana banyaknya dinyatakan dalam persen (%), karena keadaan inisama dengan keadaaan kondisi menahan air dari tanah yang kering denganpermukaan air tanah yang rendah sesudah mendapat curah hujan yang cukup selama 1 sampai 2 hari (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).

Dalam banyak kasus, kemampuan tanah menahan air dianggap setara dengan kadar air kapasitas lapang. Secara umum kadar air kapasitas lapang didefenisikan sebagai kadar air tanah dilapang pada saat air drainase sudah berhenti atau hampir berhenti mengalir karena adanya gaya grafitasi setelah sebelum nya tanah tersebut mengalami jenuh sempurna (Jury et al., 1991).

Evapotranspirasi merupakan proses yang sangat penting dan sangat erat kaitannya dengan metabolisme tanaman. Evapotranspirasi merupakan parameter yang sangat berkaitan dengan produksi tanaman. Oleh karena itu, jika terjadi devisit air pada tanaman, maka tanaman akan mengalami cekaman yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi (Sulistyono et al., 2005).

(22)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pasar I Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. ketinggian tempat 25 m dpl dimulai pada bulan juni 2017 sampai dengan september 2017.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas anjasmoro, Urea, SP-36, KCl, Phonska, Lanet, Decis, Dhytane, Plastik, Bambu, air dengan beberapa Kadar Air 100%, 75%, 50%, 25%. Kompos ganggang coklat (Sargassum polycytum) dengan berbagai dosis : 0 gram, 75 gram, 150 gram, 225 gram.

Alat yang digunakan adalah alat – alat pertanian yang menunjang untuk penelitian ini. Selain itu digunakan juga alat – alat yang berada di laboratorium kimia kesuburan tanah antara lain : Cangkul, Plang, Alat tulis, Spanduk, jirigen, Timbangan analitik, dan Timbangan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan perlakuan sebagai berikut :

1. Faktor berdasarkan berbagai persentase kadar air kapasitas lapang K1 = kadar air 100%

K2 = kadar air 75%

K3 = Kadar air 50 % K4 = Kadar air 25%

(23)

2. Faktor berdasarkan berbagai dosis kompos ganggang coklat G0 = 0 gram/plot

G1 = 1.125 gram/plot G2 = 2.250 gram/plot G3 = 3.375 gram/plot

Jumlah kombinasi unit perlakuan 4x4 = 16perlakuan:

K1 G1 K2 G1 K3 G1 K4 G1

K1 G2 K2 G2 K3 G2 K4 G2

K1 G3 K2 G3 K3 G3 K4 G3

K1 G4 K2 G4 K3 G4 K4 G4

Jumlah perlakuan : 16 unit kombinasi perlakuan yang diulang 3kali sehingga diperoleh 48 plot percobaan.

Analisis data yang digunakan sesuai dengan model linear sebagai berikut : Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada unit percobaan dalam blok ke i dengan berbagaikadar kapasitas lapang j dan aplikasi kompos ganggang coklat k.

μ = Nilai tengah sebenarnya ρi = Efek blok ke i

αj= Efek dari berbagai kadar kapasitas lapang ke j βk= Efek aplikasi ganggang coklat ke k

(αβ)jk = Efek interaksi antara berbagai dosis kapasitas lapang ke j dan aplikasi ganggang coklat ke k.

(24)

εijk = Efek galat.

Data-data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan analisis Varian pada setiap peubah amatan yang diukur dan diuji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Pelaksanaan penelitian Persiapan Lahan

Tanah dibersihkan dari gulma yang ada di permukaan tanah, lalu di buat plot dengan ukuran 1,0x1,2 m.

Pembuatan atap

Pembuatan atap dengan bahan dasar plastik dengan di topang oleh bambu.

Pembuatan atap ini bertujuan untuk menghindari air masuk kedalam lahan penelitian.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk menambah kandungan unsur hara didalam tanah setelah 10-15 hari, diaplikasikan pupuk Urea sebanyak 50 kg/ha, KCl 25-30 kg/ha, Pembuatan Kompos

Rumput laut yang sudah didapat kemudian dicuci bersih menggunakan air untuk menghilangkan lumpur,pasir,garam,cangkang kerang, serta kotoran yang menempel pada talus. Setelah dicuci rumput laut dicacah secara manual dengan ukuran ± 5 cm. Larutkan EM4 dan gula kedalam wadah yang telah disediakan lalu aduk secara merata. Setelah itu siramkan larutan EM4 sambil diaduk-aduk hingga campuran bahan organik merata. Adonan diletakkan diatas lantai yang kering dengan ditutupi karung goni selama 3-5 hari. Pada hari kedua dan ketiga kompos biasanya mengeluarkan panas yang cukup tinggi sehingga harus dibolak balik agar panasnya

(25)

berkurang, pada hari ke-4 kompos telah matang, namun belum hancur sempurna.bentuk dan ukuran masih seperti bahan baku. Kompos harus ditunggu selama 21 hari untuk mendapatkan bentuk yang halus (Sihotang, 2009).

SP36 100 kg/ha, Phonska 100 kg/ha dan Dolomit 1000 kg/ha.

Persiapan Benih

Persiapan benih menggunakan cairan lanet dengan dosis dengan cara ditabur pada benih kedelai yang telah disemprot air kemudian diaduk.

Penanaman

Penanaman dilakukan didalam plot dengan jumlah 15 tanaman di setiap plot tanam dengan 4 benih kedelai setiap lubang tanam.dengan jarak tanam 40 x 25 cm.

Pemeliharaan tanaman Pengendalian Hama

Pemeliharaan tanaman dilakukan untuk mengurangi kerusakan akibat hama dan penyakit pada tanaman. Pada 4 MST jika ditandai muncul nya serangan hama, maka diaplikasikan decis dosis dengan cara disemprotkan ke permukaan daun secara merata.

Pada 9 MST dilakukan pengendalian jamur dikarenakan terdapat serangan jamur keriting daun, sehingga dilakukan penyemprotan dengan menggunakan dhytane sesuai anjuran dosis tergantung seberapa banyak serangan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada saat penyiangan pertama jika ada tanaman yang mati. Penyulaman tanaman dilakukan dengan memindahkan tanaman lengkap dengan tanahnya yang sudah dibibitkan terlebih dahulu sebagai tanaman sulaman.

(26)

Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada 3 MST sampai 10 MST dengan kadar air 7,5 L untuk 100%, 5,6L untuk 75%, 3,75L untuk 50%, 1,8L untuk 25%.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan apabila ada gulma yang tumbuh disekitar tanaman kedelai.

Panen

Pemanenan dilakukan pada umur 90 hari setelah tanam dengan ciri-ciri jika lebih dari 60% populasi tanaman telah menunjukkan polong yang berwarna coklat.

Pada saat masak fisiologis, benih kedelai telah lepas dari plasenta di dalam polong.

Parameter penelitian Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan 1 minggu sekali dimulai dari 3 minggu setelah tanam hingga 6 minggu setelah tanam pada saat tanaman dalam fase vegetatif.

Jumlah Cabang (helai)

Jumlah cabang di hitung dengan menghitung seluruh daun yang telah membuka sempurna.Pengukuran jumlah cabang di lakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 3 MST hingga 6 MST.

Diameter Batang (cm)

Diameter batang di hitung pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam, diameter batang di hitung menggunakan jangka sorong elektrik.

(27)

Berat Basah Polong Plot (gram)

Berat basah polong plot dihitung pada saat panen dalam keadaan basah, serta sudah dipisah dari tajuk, polong yang dihitung seluruh tanaman dalam plot, berat basah polong plot ini dihitung menggunakan timbangan analitik.

Berat Basah Polong Sampel (gram)

Berat basah polong sampel dihitung pada saat panen dalam keadaan basah, serta sudah dipisah dari tajuk, polong yang dihitung hanya tanaman sampel saja, berat basah polong sampel dihitung menggunakan timbangan analitik.

Berat Basah Tajuk Plot (gram)

Bobot tajuk basah tanaman dihitung pada saat panen dalam keadaan basah, serta sudah terpisah dari polong, tajuk yang dihitung seluruh tanaman dalam plot kecuali tanaman sampel, bobot polong basah tanaman dihitung menggunakan timbangan analitik.

Berat Basah Tajuk Sampel (gram)

Berat basah tajuk sampel dihitung pada saat panen dalam keadaan basah, serta sudah dipisah dari polong, tajuk yang dihitung hanya tanaman sampel saja, berat basah tajuk sampel dihitung menggunakan timbangan analitik.

Berat Kering Polong Plot (gram)

Bobot polong kering plot dihitung pada saat sudah melewati proses pengeringan selama 3 hari dibawah panas matahari, polong yang dihitung seluruh tanaman dalam plot kecuali tanaman sampel dihitung menggunakan timbangan analitik.

(28)

Berat Kering Polong Sampel (gram)

Bobot polong kering sampel dihitung pada saat sudah melewati proses pengeringan selama 3 hari dibawah panas matahari, polong yang dihitung seluruh tanaman dalam sampel, dihitung menggunakan timbangan analitik.

Berat Kering Tajuk Plot (gram)

Bobot tajuk kering tanaman dihitung pada saat sudah melewati proses pengeringan selama 3 hari dibawah panas matahari, tajuk yang dihitung seluruh tanaman dalam plot kecuali tanaman sampel, bobot tajuk kering tanaman dihitung menggunakan timbangan analitik.

Berat Kering Tajuk Sampel (gram)

Bobot tajuk kering sampel dihitung pada saat sudah melewati proses pengeringan selama 3 hari dibawah panas matahari, tajuk yang dihitung seluruh tanaman dalam sampel, dihitung menggunakan timbangan analitik.

Berat Kering Biji Plot (gram)

Pengamatan dilakukan dengan menimbang seluruh biji yang berada di dalam plot percobaan dalam keadaan kering dengan menggunakan timbangan analitik.

Bobot 1000Biji (g)

Pengamatan dilakukan dengan menimbang 1000 biji kedelai dari setiap masing – masing plot, dengan kadar air biji ± 14 % yang di peroleh dengan mengeringkan biji dibawah sinar matahari selama 2 -3 hari.

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tinggi tanaman (cm)

Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman tanaman kedelai, dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 8 yang menunjukkan bahwa penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (cm) tanaman 4 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap 3 MST, 5 MST dan 6 MST.

Tabel 1. Tinggi tanaman kedelai (cm) 3 MST dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 17,97 18,73 16,17 12,53 16,35

G1 16,51 16,45 19,36 15,53 16,96

G2 18,13 15,60 14,62 16,21 16,14

G3 11,71 15,49 15,65 19,02 15,47

Rataan 16,08 16,57 16,45 15,82

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa pada 3 MST dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi tanaman (cm) tertinggi terdapat pada perlakuan K3G1 (kadar air 50% dan pemberian kompos ganggan coklat 1.125 gram/plot) 19,36 cm, sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan K1G3 (kadar air 100% dan pemberian kompos ganggang coklat 3,375 gram/plot) 11,71 cm.

(30)

Tabel 2. Tinggi tanaman kedelai (cm) 4 MST dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa pada 4 MST dapat dilihat rata rata tinggi tanaman (cm) tertinggi terdapat pada perlakuan K4G3 (kadar air 25% dan pemberian kompos ganggang coklat 3,375 gram/plot) 34,64 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan rata rata tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan K4G0 (kadar air 25% dan pemberian kompos ganggang coklat 0 gram/plot) 21,16 cm.Ini menunjukkan bahwasanya ada peranan kompos ganggang coklat untuk meningkatkan pertumbuhan kedelai.

Tabel 3. Tinggi tanaman kedelai (cm) 5 MST dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 39,34 40,61 36,86 32,65 37,37

G1 37,10 34,78 44,75 35,53 38,04

G2 39,07 36,11 32,96 36,24 36,10

G3 30,52 37,12 36,82 40,40 36,21

Rataan 36,51 37,15 37,85 36,20

Dari tabel 3 menunjukkan bahwapada 5 MST dapat dilihat rata rata tinggi tanaman (cm) tertinggi terdapat pada perlakuan K3G1 (kadar air 50% dan pemberian kompos ganggang coklat 1.125 gram/plot) 44,75 cm, sedangkan rata-rata tinggi

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 29,38abAB 29,40abAB 26,03bAB 21,16bB 26,49 G1 26,67abAB 24,05bAB 29,98abAB 24,95bAB 26,41 G2 26,83abAB 24,91bAB 21,77bB 24,90bAB 24,60

G3 21,41bB 25,26bAB 24,85bAB 34,64aA 26,54

Rataan 26,08 25,91 25,66 26,41

(31)

tanaman terendah terdapat pada perlakuan K1G3 (kadar air 100% dan pemberian kompos ganggang coklat 3.375 gram/plot) 30,52 cm.

Tabel 4. Tinggi tanaman kedelai (cm) 6 MST dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 64,93 66,00 55,80 57,53 61,06

G1 57,11 53,61 59,95 54,58 56,31

G2 66,12 60,27 54,41 57,00 59,45

G3 47,49 46,46 56,79 64,07 53,70

Rataan 58,91 56,59 56,74 58,29

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa pada 6 MST dapat dilihat rata-rata tinggi tanaman (cm) tertinggi terdapat pada perlakuan K1G2 (kadar air 100% dan pemberian kompos ganggang coklat 2.250 gram/plot) 66,12 cm, sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan K2G3 (kadar air 75% dan pemberian kompos ganggang coklat 3.375 gram/plot) 46,46 cm.

Jumlah Cabang (Cabang)

Hasil analisis sidik ragam jumlah daun tanaman kedelai, dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 8 yang menunjukkan bahwa penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah Cabang (cabang) tanaman kedelai pada 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST.

Tabel 5. Jumlah Cabang (cabang) 3 MST dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 2,67 2,60 2,08 1,98 2,33

G1 2,42 2,25 2,57 2,43 2,42

G2 2,31 2,39 1,89 2,25 2,21

G3 1,92 1,92 2,42 2,68 2,24

Rataan 2,33 2,29 2,24 2,34

(32)

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa . pada 3 MST dapat dilihat rata rata jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan K1G0 (kadar air 100% dan pemberian kompos ganggang coklat 0 gram/plot tanaman) 2,67 helai, sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan K3G2 (kadar air 50% dan pemberian kompos ganggang coklat 2.250 gram/plot) 1,89 helai.

Tabel 6. Jumlah Cabang (cabang) 4 MST dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 4,62 4,75 3,46 3,11 3,98

G1 4,24 3,87 4,30 3,73 4,04

G2 4,25 4,11 4,09 3,69 4,04

G3 2,94 3,78 3,88 4,40 3,75

Rataan 4,01 4,13 3,93 3,73

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa Pada 4 MST rata-rata jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan K2G0 (kadar air 75% dan pemberian kompos ganggang coklat 0 gram/plot) 4,75 helai, sedangkan jumlah rata-rata daun terendah terdapat pada perlakuan K1G3 (kadar air 100% dan pemberian kompos ganggang coklat 3.375 gram/plot) 2,94 helai.

Tabel 7. Jumlah Cabang (cabang) 5 MST dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 8,12 9,39 8,35 7,09 8,24

G1 8,34 7,17 7,80 8,16 7,87

G2 8,65 7,97 8,00 8,64 8,32

G3 5,69 7,44 8,23 8,20 7,39

Rataan 7,70 7,99 8,10 8,02

(33)

Dari tabel 7 menunjukkan bahwa Pada 5 MST rata rata jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan K2G0 (kadar air 75% dan pemberian kompos ganggang coklat 0 gram/plot) 9,39 helai, sedangkan jumlah rata rata dau terendah terdapat pada perlakuan K1G3 (kadar air 100% dan pemberian kompos ganggang coklat 3.375 gram/plot) 5,69 helai.

Tabel 8. Jumlah Cabang (cabang) 6 MST dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat

Dari tabel 8 menunjukkan bahwa Pada 6 MST jumlah rata-rata daun tertinggi terdapat pada perlakuan K2G0 (kadar air 75% dan pemberian kompos ganggang coklat 0 gram/plot) 13,44 helai, sedangkan jumlah rata rata daun terendah terdapat pada perlakuan K1G3 (kadar air 100% dan pemberian kompos ganggang coklat 3.375 gram/plot ) 8,56 helai.

Diameter Batang

Hasil analisis sidik ragam diamater batang tanaman kedelai, dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 21 yang menunjukkan bahwa penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman kedelai pada 6 MST.

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 11,99 13,44 12,40 10,71 12,14

G1 12,28 10,33 11,40 11,65 11,42

G2 13,09 12,14 11,24 11,75 12,06

G3 8,56 9,92 12,15 12,22 10,71

Rataan 11,48 11,46 11,80 11,58

(34)

Tabel 9. Diameter batang (cm) dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat.

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 4,47 5,16 4,42 4,59 4,66

G1 5,04 4,47 4,48 4,44 4,60

G2 3,93 4,35 4,30 4,88 4,37

G3 4,11 4,59 4,31 4,10 4,28

Rataan 4,39 4,64 4,38 4,50

Dari tabel 9 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter batang kedelai. Dapat dilihat dari rata-rata diameter batang terbesar terdapat pada perlakuan kadar air 75% dan pemberian kompos ganggang coklat 0 gram/plot yaitu sebesar 5,16 cm, sedangkan rata-rata diameter terkecil terdapat pada perlakuan kadar air 100% dan pemberian kompos ganggang coklat 2.250 gram/plot yaitu sebesar 3,93 cm.

Parameter produksi

Hasil analisis sidik ragam parameter produksi tanaman kedelai, dapat dilihat pada Lampiran 17 sampai dengan Lampiran 30 yang menunjukkan bahwa penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat berpengaruh tidak nyata terhadap berat basah tajuk plot (g), berat basah tajuk sampel (g), berat polong basah plot (g), beratt polong basah sampel (g), berat kering tajuk plot (g), berat kering tajuk sampel (g), berat polong kering plot (g), berat polong kering sampel (g), berat biji kering plot (g), berat 100 biji (g).

(35)

Berat Tajuk Basah Plot

Hasil uji beda rataan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat terhadap berat tajuk basah plot (g) tanaman kedelai disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Berat tajuk basah plot (g). Dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat.

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 319,02 339,03 326,79 377,00 340,46

G1 332,85 315,93 286,85 224,87 290,13

G2 344,98 354,53 382,50 234,05 329,02

G3 344,98 382,79 382,23 290,49 350,12

Rataan 335,46 348,07 344,59 281,60

Dari Tabel 10 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot tajuk basah plot (g) kedelai. Pada beratt tajuk basah plot rata-rata berat tertinggi pada perlakuan K2G3 (kadar air 75% dan pemberian kompos ganggang coklat 3.375 gram/plot) 382.79 gram, sedangkan berat rata-rata terendah terdapat pada perlakuan K4G1 (kadar air 25% dan pemberian kompos ganggang coklat 1.125 gram/plot) 224,87 gram.

Bobot Tajuk Basah Sample

Hasil uji beda rataan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat terhadap bobot tajuk basah sampel (g) tanaman kedelai.

(36)

Tabel 11. Berat tajuk basah sampel (g). Dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat.

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 118,33 149,11 134,26 142,86 136,14

G1 122,22 118,31 113,28 147,74 125,39

G2 184,07 121,71 135,07 154,76 148,90

G3 221,96 143,24 205,74 131,62 175,64

Rataan 161,65 133,09 147,09 144,24

Dari Tabel 11 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot tajuk basah sampel (g) kedelai. Pada berat tajuk basah plot rata-rata berat tertinggi pada perlakuan K4G2 (kadar air 100% dan pemberian kompos ganggang coklat 2.250 gram/plot) 184,07 gram, sedangkan berat rata-rata terendah terdapat pada perlakuan K3G1 (kadar air 50% dan pemberian kompos ganggang coklat 1.125 gram/plot) 113,28 gram.

Berat Polong Basah Plot

Hasil uji beda rataan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat terhadap berat polong basah plot (g) tanaman kedelai.

Tabel 12. Berat polong basah plot (g). Dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 351,28 386,47 419,77 420,70 394,55

G1 339,97 383,18 310,91 231,66 316,43

G2 388,10 409,20 400,15 265,47 365,73

G3 364,63 363,26 448,14 394,59 392,66

Rataan 360,99 385,53 394,74 328,10

Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang

(37)

coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat polong basah plot (g) kedelai. Pada berat polong basah plot rata-rata berat tertinggi terdapat pada perlakuan K3G3 (kadar air 75% dan pemberian kompos ganggang coklat 3.375 gram/plot) 448.14 gram, sedangkan rata-rata berat terendah terdapat pada perlakuan K4G1 (kadar air 25% dan pemberian kompos ganggang coklat 1.125 gram/plot) 231.66 gram.

Berat Polong Basah Per Sampel

Hasil uji beda rataan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat terhadap berat polong basah sampel (g) tanaman kedelai.

Tabel 13. Berat polong basah sampel (g). Dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat.

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 167,25 174,22 139,46 143,34 156,07

G1 167,88 138,33 172,23 187,04 166,37

G2 218,15 148,22 154,79 202,50 180,92

G3 248,71 145,95 248,18 157,56 200,10

Rataan 200,50 151,68 178,66 172,61

Dari Tabel 13 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat polong basah sampel (g) kedelai. Pada bobot polong basah plot rata-rata berat tertinggi terdapat pada perlakuan K4G3 (kadar air 100% dan pemberian kompos ganggang coklat 3.375 gram/plot) 248.71 gram, sedangkan rata-rata berat terendah terdapat pada perlakuan K2G0 (kadar air 50% dan pemberian kompos ganggang coklat 0 gram/plot) 139,46 gram.

(38)

Berat Kering Tajuk Per Plot

Hasil uji beda rataan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat terhadap berat kering tajuk plot (g) tanaman kedelai.

Tabel 14. Berat kering tajuk per plot (g). Dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat.

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 110,33 124,92 131,63 140,07 126,74

G1 118,56 141,24 101,50 109,42 117,68

G2 118,41 165,94 142,15 92,24 129,68

G3 147,04 163,45 143,30 111,21 141,25

Rataan 123,58 148,89 129,64 113,24

Dari Tabel 14 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering tajuk plot (g) kedelai. Pada bobot kering tajuk plot berat rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan K2G2 (kadar air 75% dan pemberian kompos ganggang coklat 2.250 gram/plot) 165.94 gram, sedangkan berat rata-rata terendah terdapat pada perlakuan K4G2 (kadar air 25% dan pemberian kompos ganggang coklat 2.250 gram/plot) 92.24 gram.

Berat Kering Tajuk Per Sampel

Hasil uji beda rataan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat terhadap berat kering tajuk sampel (g) tanaman kedelai.

(39)

Tabel 15. Berat kering tajuk sampel (g). Dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat.

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 53,45 52,29 33,10 33,89 43,18

G1 53,44 62,12 30,40 46,66 48,16

G2 67,04 40,17 35,27 50,76 48,31

G3 85,01 36,85 62,29 49,64 58,45

Rataan 64,74a 47,86b 40,27b 45,24b

Dari Tabel 15 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering tajuk plot (g) kedelai. Pada bobot kering tajuk plot berat rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan K4G3 (kadar air 100% dan pemberian kompos ganggang coklat 3,375 gram/plot) 85,01 gram, sedangkan berat rata-rata terendah terdapat pada perlakuan K2G1 (kadar air 50% dan pemberian kompos ganggang coklat 1,125 gram/plot) 30,40 gram.

Berat Polong Kering Per Plot

Dari Tabel 16 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat polong kering plot (g) kedelai.

(40)

Tabel 16. Berat polong kering plot (g). Dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat.

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 150,97 162,50 151,08 168,31 158,22

G1 118,88 156,34 111,54 151,47 134,56

G2 178,97 194,30 166,67 110,07 162,50

G3 125,39 183,08 187,96 156,74 163,29

Rataan 143,55 174,06 154,31 146,65

Dari Tabel 16 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat polong kering plot (g) kedelai. Pada berat polong kering plot berat rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan K2G2 (kadar air 75% dan pemberian kompos ganggang coklat 2.250 gram/plot) 194.30 gram, sedangkan berat rata-rata terendah terdapat pada perlakuan K4G2 (kadar air 25% dan pemberian kompos ganggang coklat 2.250 gram/plot) 110.07 gram.

Borat Polong kering Per Sample

Dari Tabel 17 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat polong kering sampel (g) kedelai.

(41)

Tabel 17. Berat polong kering sampel (g). Dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat.

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 82,39 74,98 62,42 62,44 70,56

G1 75,71 82,22 76,92 103,67 84,63

G2 101,21 82,97 66,02 88,74 84,74

G3 123,37 56,55 113,82 71,43 91,29

Rataan 95,67 74,18 79,80 81,57

Dari Tabel 17 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat polong kering plot (g) kedelai. Pada berat polong kering plot berat rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan K4G3 (kadar air 100% dan pemberian kompos ganggang coklat 3,375 gram/plot) 123,37 gram, sedangkan berat rata-rata terendah terdapat pada perlakuan K3G3 (kadar air 75% dan pemberian kompos ganggang coklat 3,375 gram/plot) 56,55 gram.

Berat Biji Kering Per Plot

Dari Tabel 18 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat polong kering biji per plot (g) kedelai.

(42)

Tabel 18. Berat biji kering plot (g). Dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat.

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 202,87 195,61 170,93 184,20 188,40

G1 168,04 223,79 178,53 225,54 198,98

G2 223,70 222,87 173,07 172,42 198,02

G3 228,00 176,85 260,52 181,28 211,66

Rataan 205,65 204,78 195,76 190,86

Dari Tabel 18 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat biji kering plot (g) kedelai. Pada berat biji kering plot rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan kadar air 50% dan pemberian kompos ganggang coklat 1.125 gram/plot yaitu sebesar 61,55 gram, sedangkan rata-rata terendah pada perlakuan kadar air 50% dan pemberian kompos ganggang coklat 3,375 gram/plot yaitu sebesar 39,78 gram. Ternyata untuk berat biji perlakuan kadar air 50% serta pemberian kompos ganggang coklat sebesar 1,125 gram/plot memberikan hasil berat tertinggi dari pada perlakuan yang lain yaitu 61,55 gram.

Berat 1000 Biji

Dari Tabel 18 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat 1000 biji (g) kedelai.

(43)

Tabel 19. Berat 1000 biji (g). Dengan penerapan beberapa kadar air dan pemberian kompos ganggang cokelat.

K1 K2 K3 K4 Rataan

G0 116,71 118,52 114,38 102,95 113,14

G1 107,33 118,55 91,82 115,01 108,18

G2 149,13 110,84 110,78 116,65 121,85

G3 125,69 119,14 118,11 124,06 121,75

Rataan 124,71 116,76 195,76 114,67

Dari Tabel 20 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan penyiraman berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat 1000 biji plot (g) kedelai. Untuk berat 1000 biji rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan kadar air 100% dan pemberian kompos ganggang coklat 2,250 gram/plot yaitu sebesar 149,13 gram, sedangkan rata-rata terendah terdapat pada perlakuan kadar air 50% dan pemberian kompos ganggang coklat 1,125 gram/plot yaitu sebesar 91,82 gram.

Pembahasan

Aplikasi kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat terhadap pertumbuhan tanaman kedelai

Dari penelitian yang telah dilakukan perlakuan aplikasi kadar air dan pemberian kompos ganggang coklat tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman kedelai ini di karenakan telah terjadi pencucian unsur hara yang di sebabkan penyiraman, karena penelitian dilakukan di lahan langsung bukan di polybag ini sesuai dengan literatur Hartemink (2006) yang menyatakan bahwa penurunan kesuburan tanah secara alami dapat terjadi misalnya melalui erosi tanah oleh air limpasan (run off) yang menyebabkan hilangnya lapisan

(44)

tanah bagian atas (arable layer) yang relatif subur dan meninggalkan lapisan tanah baru yang kurang subur atau tidak subur.

Aplikasi kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat terhadap produksi kedelai

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa berat bobot polong kering sampel tidak berbeda nyata di setiap perlakuan dan memiliki berat bobot yang cenderung sama dikarenakan ada nya naungan yang menyebabkan terganggu nya proses pembentukan polong hal ini sesuai dengan literatur Karamoy (2009) yang menyatakan bahwa tingginya intensitas naungan akan mengakibatkan jumlah polong isi dan hasil biji lebih rendah dibandingkan dengan tanaman tanpa naungan. Intensitas naungan memiliki peran penting dalam proses pengisian biji. Penurunan polong isi dan hasil biji ini akibat menurunnya karbohidrat daun hasil proses fotosintesis tanaman.

Untuk bobot tajuk kering sampel juga tidak memberikan perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan hal ini dikarenakan jarak tanam yang terlalu rapat sehingga terjadi persaingan dalam perebutan hara maupun cahaya matahari, hal ini sesuai dengan literatur Syam (1992) yang menyatakan kompetisi cahaya terjadi apabila suatu tanaman menaungi tanaman lain atau apabila suatu daun memberi naungan pada daun lain. Tanaman yang saling menaungi akan berpengaruh pada proses fotosintesis. Dengan demikian tajuk-tajuk tumbuh kecil dan kapasitas pengambilan unsur hara serta air menjadi berkurang.

Terdapat perbedaan yang nyata pada ulangan untuk parameter bobot sampel kering, tajuk tanaman basah, tajuk sampel basah, dikarenakan adanya tembok

(45)

penghalang pada ulangan ke 3, yang mengakibat kan perbedaan lama penyinaran yang mengakibatkan penurunan produksi tanaman.

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

- Pemberian kompos ganggang coklat tidak berpengaruh nyata untuk mencapai produksi 3 ton/ha tanaman kedelai (Glycine max L.)

- Penurunan kadar air tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan produksi tanaman kedelai (Glycine max L.)

- Tidak ada interaksi antara pemberian kompos ganggang coklat dengan penyiraman beberapa tingkatan kadar air untuk mencapai produksi 3 ton/ha pada tanaman kedelai (Glycine max L.)

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih nyata karena kombinasi penyiraman dengan berbagai kadar air dan pemberian beberapa dosis kompos ganggang coklat (Sargassum polycistum) tidak memberikan hasil yang nyata untuk meningkatkan produksi kedelai (Glycine max L.). Namun dilihat dari beberapa hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Ada kemungkinan kompos ganggang coklat (Sargassum polycistum) dapat digunakan untuk budidaya kedelai (Glycine max L.) di lahan kering.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, T dan A.Y. Rahayu. 2004. Analisis Efisiensi Serapan N, Pertumbuhan,dan Hasil Beberapa Kultivar Kedelai Baru dengan Cekaman Kekeringan dan Pemberian Pupuk Hayati. Agrosains 6(2): 70-74. Semarang.

Aslan, L. M. 1995. Budidaya Rumput Laut.Kanisius, Yogyakarta.

Basmal, J., Sedayu, B.B., dan Utomo, B.S.B. (2009). Mutu Semi Refined Carrageenan (SRC) Yang Diproses Menggunakan Air Limbah Pengolahan SRC Yang Didaur Ulang. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 4(1): 1–11.

Damanik, M. M. B., Hasibuan, B. E., Fauzi., Sarifuddin., Hanum, H. 2010.

Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Eyras, M. E., C. M. Rostagno dan G. E. Defossé. 1998. Biological Evaluation OfSeaweed Composting. Universidad Nacional de la Patagonia. Argentina.

Gardner, F. P. ; R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Terjemahan: Herawati Susilo. UI Press, Jakarta.

Harjadi, S.S dan S. Yahya. 1988. Fisiologi Stress Tanaman. PAU IPB. Bogor.

Hartemink, A; Nortcliff, S. dan David D. 2008. Tanah-Kulit Bumi yang Hidup.

Penerjemah Budiman Minasny Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Islami, T dan W. H Utomo., 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.

Jury, W.A., W.R. Gardener, and W.H. Gardener. 1991. Soil physics 5ed. J Wiley.

New york.

Kadi, A. 2005. Kesesuaian Perairan Teluk Klabat Pulau Bangka Untuk Usaha Budidaya Rumput Laut. Oseana. 30: 4-7.

Karamoy, L.T. 2009. Hubungan Iklim dengan Pertumbuhan Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Soil Environment 7(1):65-68.

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan. Jilid 1 Terjemahan Diah R. Lukman dan Sumaryo. ITB, Bandung.

Sosrodarsono, S., dan K. Takeda, 2003. Hidrologi untuk pengairan. Pradnya Paramita, Jakarta.

(48)

Sugiharto, B., U. Murdiyatmo dan H. Sakakibara, 2002. Kloning dan Karakteristik Gen Ketahanan Cekaman Kekeringan pada Tanaman Tebu, Jurnal Ilmu Dasar, Mol3 No.1, 2002: 24-29.

Suhardi. 1991. Petunjuk Laboratorium Analisa Air dan Penanganan Limbah.

Yogyakarta. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.Universitas Gajah Mada.

Sulistyono E, Suwarto, Ramdiani Y. 2005. Defisit evapotranspirasi sebagai indikator kekurangan air pada padi gogo (Oryza sativa L). Bul. Agron 33(1): 6-11.

.

Syam, R. 1992. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Gandasil dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau Varietas Parkit. Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks kehidupan, disiplin itu merupakan sikap yang sangat penting sehingga dapat mendukung kemajuan dan perkembangan suatu masyarakat ke arah yang lebih

Oppermann (1998a, 2000b) menggariskan pelbagai alasan yang mengukuhkan sebab-sebab lawatan ulangan masih dijadikan sebagai panduan dalam sektor pemasaran dan

1. Kristiawan Heru Widianto, S.Th. Heri Surawan, S.Si. Eko Nugroho, S.Si. Kurniawan Diwanto Wijaya, S.Si. Selanjutnya juga telah dibuat tata tertib panitia ad hoc berlaku

Klaster Neuroscience ini dibuat untuk mempermudah mahasiswa program pendidikan Doktor dalam menentukan kesesuaian antara minat keahlian yang ingin dicapai dengan

Kinerja pegawai pemerintahan desa diharapkan bisa ditingkatkan dengan meningkatkan motivasi kerja yang ada, meningkatkan kapasitas kompetensi dan

Dalam menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Pusat Rekayasa dan Modeling Otomotif di Kota Malang ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah ikut membantu atas

 Penumpang internasional yang berangkat dari Provinsi Aceh melalui bandar udara Sultan Iskandar Muda pada bulan Oktober 2012 sebanyak 3.305 orang, mengalami

Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model regresi (produk, harga, tempat, promosi, orang, proses, program, dan performa) mampu menjelaskan sebesar