• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risalah Kebijakan. Menakar Efektivitas Tayangan Program Belajar dari Rumah melalui TVRI. Ringkasan Temuan. Nomor 2, April 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Risalah Kebijakan. Menakar Efektivitas Tayangan Program Belajar dari Rumah melalui TVRI. Ringkasan Temuan. Nomor 2, April 2021"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Menakar

Efektivitas Tayangan

Program Belajar dari Rumah

melalui

TVRI

Tayangan Program BDR di TVRI ditonton oleh sebagian besar guru dan orang tua, namun intensitasnya hanya 1 – 2 hari dalam seminggu. Masalah jangkauan siaran, waktu penayangan, adanya sumber belajar lain, serta minimnya akses listrik menjadi alasan tidak menonton Program BDR. Tayangan Program BDR Kemendikbud dianggap bermanfaat, sehingga perlu perbaikan untuk penyempurnaan tayangan, seperti tempo tayangan diperlambat agar mudah dipahami, menambah animasi atau kartun, dan kesesuaian materi tayangan dengan jenjang kelas agar tidak terlalu berat

Agar lebih mudah dan fleksibel diakses, guru dan orang tua mengusulkan agar Program BDR Kemendikbud dapat ditayangkan di media sosial, khususnya YouTube.

Ringkasan Temuan

Nomor 2, April 2021

Risalah Kebijakan

(2)

2020; Orlowski, 2020). Artinya, kendala pembelajaran dapat terjadi dan berpotensi memburuk pada golongan masyarakat yang tidak memiliki keduanya. Sebagai upaya memperluas akses layanan pendidikan bagi siswa, pemerintah meluncurkan Program Belajar dari Rumah (BDR) yang ditayangkan di TVRI sejak 13 April 2020. TVRI dipilih sebagai media penayangan karena dinilai memiliki jangkauan luas hingga ke pelosok negeri (Kominfo, 2018).

Televisi memiliki peran penting membantu pembelajaran selama penutupan sekolah, meskipun media ini tidak menawarkan cara terbaik dalam menyampaikan materi pembelajaran yang sifat-nya interaktif (UNICEF, 2020). Di negara-negara dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, televisi dimanfaatkan untuk menyediakan konten belajar siswa sekolah dasar melalui tayangan cerita dan kartun berbahasa lokal (Moshiri, 2020; Twinomugisha, 2020). Praktik serupa juga terjadi di negara yang tingkat ekonominya lebih baik dengan menyediakan siaran pendidikan pada segmen khusus pembelajaran (BBC, 2020; Kim, 2020). Pada 2020, Program BDR di TVRI berisi konten literasi, numerasi, dan pendidikan karakter untuk jenjang PAUD hingga pendidikan menengah. Namun, pada awal 2021, berdasarkan evaluasi Pusat Penguatan Karakter Kemendik-bud, tayangan Program BDR di TVRI fokus pada materi dan target audiens di jenjang PAUD dan SD.

Untuk melihat efektivitas program, Pusat Penelitian Kebijakan bekerja sama dengan Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Pusat Data dan Teknologi Informasi, serta Pusat Penguatan Karakter, Kemendikbud melaksanakan evaluasi tayangan Program BDR di TVRI pada periode Januari – Februari 2021.

Kajian dilakukan melalui survei secara daring kepada guru dan orang tua (untuk melihat dapat siswa) di jenjang TK dan SD, serta diskusi kelompok terpumpun (DKT) dengan dinas pen-didikan. Kajian dilakukan pada 25 Februari – 8 Maret 2021. Wilayah survei dan DKT dipilih meng-gunakan metode sampel acak bertingkat dengan stratifikasi pulau, daerah tertinggal dan non-tertinggal, dan satuan pendidikan TK dan SD. Sampel survei diambil dari populasi TK dan SD di bawah Kemendikbud dengan jumlah: 2.810 orang guru dan 3.391 orang tua siswa, dengan asumsi tingkat kepercayaan 95% dan margin of error 2%. Responden DKT adalah pejabat/staf pada 34 dinas pendidikan kabupaten/kota dari 7 kelompok pulau.

Memastikan pengguna menonton sebuah tayangan adalah hal paling mendasar untuk melihat efektivitas tayangan tersebut. Dalam survei ini, sebagian besar guru (61,4%) dan orang tua (57,5%) menonton tayangan Program BDR di TVRI (Grafik 1). Hambatan utama yang dihadapi guru dan orang tua yang tidak menonton adalah akses, yaitu tidak adanya siaran TVRI atau siaran TVRI bermasalah, listrik yang tidak stabil, dan tersedianya pilihan sumber belajar lain. Selain itu, temuan di beberapa daerah menunjukkan tren penurunan penonton tayangan Program BDR di TVRI karena perilaku belajar siswa yang banyak beralih ke media/sumber bela-jar di internet. Ketidaktahuan orang tua tentang adanya tayangan Program BDR di TVRI dan waktu penayangan program yang bersamaan dengan jam belajar daring atau jam kerja orang tua juga menjadi alasan mengapa tayangan Program BDR di TVRI tidak ditonton (Grafik 2).

Program BDR di TVRI ditonton sebagian besar guru dan orang tua,

sedangkan mereka yang tidak menonton terkendala jangkauan siaran,

jam tayang yang tidak sesuai, dan adanya sumber belajar lain

(3)

Bagaimana bisa menonton, sedangkan listrik baru menyala

pada pukul 18.00 - 24.00 WIT

(Peserta DKT dari Dinas Pendidikan, Kab. Nduga, Papua)

Persentase guru maupun orang tua yang tidak menonton tayangan Program BDR di TVRI beragam berdasarkan sebaran wilayahnya. Di Pulau Kalimantan, Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara misalnya, persentase guru maupun orang tua yang tidak menonton berkisar antara 40% - 70%. Persentase tertinggi tidak menonton Program BDR di TVRI terjadi pada guru dan orang tua yang berada di wilayah timur, yaitu Pulau Papua (Grafik 3). Hal ini dimungkinkan terjadi karena kendala akses listrik atau kepemilikan TV di wilayah tersebut.

100% 80% 60% 40% 20% 0%

Guru (n=2.810) Orang Tua (n=3.391)

Menonton BDR TVRI Tidak menonton BDR TVRI 38,6%

61,4%

42,5% 57,5%

Grafik 1. Aktivitas Menonton Program Belajar dari Rumah di TVRI dalam Satu Bulan Terakhir

Guru (n=1.085) Orang tua (n=1.441) Grafik 2. Alasan Tidak Menonton Program BDR TVRI

Jangkauan siaran TVRI bermasalah

Tidak tahu Program BDR di TVRI Tidak memiliki TV/TV rusak

Tidak diwajibkan guru atau sekolah Tidak tertarik menonton Penayangan bersamaan dengan belajar daring

Ada pilihan sumber belajar lain Jaringan listrik tidak stabil

0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 57,0% 42,7% 22,9% 20,6% 22,9% 14,6% 14,2% 18,7% 12,6% 12,6% 11,2% 4,2% 7,1% 15,5% 23,3% 19,3% Nomor 2, April 2021

(4)

Meskipun sebagian besar guru dan orang tua menonton tayangan Program BDR di TVRI, namun, tayangan tersebut tidak ditonton setiap hari. Sebagian besar guru dan orang tua hanya menonton antara 1-2 hari saja, khususnya guru dan orang tua yang berada di daerah tertinggal (Grafik 4).

Sebagian besar guru dan orang tua menilai tayangan Program BDR di TVRI memberikan manfaat. Bagi guru, menambah wawasan dalam mengajar adalah manfaat yang paling banyak dirasakan, sedangkan bagi orang tua Program BDR membantu anak-anak mereka memahami materi belajar (Grafik 5).

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 20 ,3% 7 9 ,7 % 31,2% 68,8% 30 ,1% 69, 9 % 3 7, 7 % 62,3% 30 ,2% 69, 8 % 3 5,4% 64,6% 49, 1% 50 5 0,7 % 49, 51,2% 48,8% 5 2,4% 51,6% 60 ,5% 64,6% 70, 4 %

Guru OrangTua

Sulawesi Sumatera Jawa & Bali Kalimantan Maluku Nusa

Tenggara Papua Guru OrangTua Guru OrangTua Guru OrangTua Guru OrangTua Guru OrangTua Guru OrangTua

nGuru = 2.810

nOrang Tua = 3.391 Menonton BDR TVRI

Tidak menonton BDR TVRI Grafik 3. Menonton/tidak Program BDR Kemendikbud di TVRI

Grafik 4. Intensitas Menonton Program BDR di TVRI

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Nasional Nasional Non-Tertinggal Tertinggal Non-Tertinggal Tertinggal Or ang tua (n=1.9 50) Guru (n=1. 7 25)

1-2 hari 3-4 hari setiap hari (5 hari) 40,7% 38,9% 49,7% 43,1% 40,7% 50,7% 33,3% 33,6% 31,5% 36,5% 37,6% 33,2% 26,0% 27,5% 18,8% 20,4% 21,7% 16,1%

Tayangan BDR dianggap bermanfaat, sehingga audiens

memberikan masukan bagi penyempurnaan tayangan

(5)

Intensitas menonton tayangan Program BDR di TVRI berdampak pada manfaat yang dirasakan selepas menonton tayangan tersebut. Guru dan orang tua yang menonton tayangan BDR lebih dari 2 hari dalam satu minggu, merasakan manfaat lebih banyak dari adanya tayangan tersebut (Grafik 6). Adanya kebijakan daerah baik tertulis atau tidak tertulis (imbauan) menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan intensitas menonton tayangan Program BDR dan memanfaatkannya dalam pembelajaran. Kebijakan ini misalnya terdapat di Kabupaten Luwu dan Kabupaten Lombok Utara.

Surat Edaran Bupati Luwu Nomor 468/Dikbud/IV/2020 pada poin (5) menyebutkan bahwa belajar dari rumah dapat difokuskan pada

pendidikan kecakapan hidup mengenai pandemi Covid-19, pendalaman nilai-nilai keagamaan, serta materi umum melalui saluran

TVRI sesuai jadwal dan tingkatan masing-masing

(Peserta DKT dari Dinas Pendidikan, Kab. Luwu, Sulawesi Selatan)

Grafik 5. Manfaat Tayangan Program Belajar dari Rumah di TVRI

Grafik 6. Jumlah Manfaat yang Diperoleh Berdasarkan Intensitas Menonton Program BDR TVRI

1 manfaat 2 manfaat >3 manfaat 1 manfaat

> 2 hari 1-2 hari 2 manfaat >3 manfaat 53,9% 46,1% 51,7% 48,3% 59,9% 40,1% 53,9% 46,1% 58,1% 41,9% 65,6% 34,4% Guru (n=1.725) Orangtua (n=1.950) 83,1% 74,1% 75,5% 77,0% 65,4% 63,7% 47,9% 47,9% Menambah wawasan dalam mengajar Menambah kreativitas dan keterampilan mengajar Menjadi alternatif sumber belajar bagi siswa Membantu anak memahami materi belajar Menambah referensi belajar Menjadi alternatif sumber belajar bagi siswa Membuat senang belajar Meningkatkan kreativitas

Guru (n=1.725) Orang Tua (n=1.950)

(6)

Jangkauan siaran TVRI yang tidak dapat diakses secara merata menjadi dasar perlunya mencari alternatif media lain. Sebagian besar guru (72,3%) maupun orang tua (69,1%) menyarankan Program BDR Kemendikbud dapat ditayangkan di media selain TVRI karena dianggap lebih efektif dan dapat menjangkau lebih banyak siswa (Grafik 7).

YouTube merupakan media alternatif penayangan yang paling banyak dipilih guru (31,7%) dan

orang tua (28,4%) (Grafik 8). Alasannya, YouTube dianggap menawarkan lebih banyak fleksibilitas dalam menonton tayangan. Selain itu, guru dan siswa juga sudah terbiasa menggunakan YouTube untuk mencari sumber belajar alternatif. Beberapa media lain seperti TV swasta nasional, media sosial selain YouTube, dan TV Edukasi juga menjadi alternatif media yang dipilih oleh guru dan orang tua.

terdapat aspirasi agar tayangan dapat mengakomodasi bahasa atau dialek lokal agar audiens mudah memahami maksud tayangan dan merasakan “kedekatan” dengan materi belajar yang disampaikan, utamanya bagi siswa di wilayah Indonesia Timur. Kualitas suara dan musik juga danggap baik, dengan pengemasan tayangan yang

interaktif dan melibatkan keaktifan siswa ketika menonton. Namun, tempo penyampaian materi perlu lebih diperhatikan agar tidak terlalu cepat dan dapat diikuti siswa dengan baik. Meskipun sebagian besar guru dan orang tua siswa menyatakan bahwa animasi/kartun yang digunakan dalam tayangan menarik, namun tayangan perlu lebih banyak mengkreasikan bentuk tayangan yang digunakan untuk mengurangi kejenuhan siswa ketika belajar. Misalnya, dengan jeda berupa film kartun atau permainan ketika akan berganti sesi pelajaran.

Materi belajar yang terbatas karena durasi penayangan menyebabkan guru dan orang tua siswa merasa perlu untuk tetap mencari sumber belajar lain, meskipun keduanya menyatakan bahwa tayangan Program BDR di TVRI memenuhi kebutuhan dalam pembelajaran. Evaluasi dan kurasi materi yang ditayangkan juga perlu lebih ditingkatkan, karena adanya keluhan daerah seperti di Kabupaten Luwu terkait dengan materi belajar yang terlalu berat dan tidak sesuai jenjang kelas, serta tayangan cerita rakyat yang kurang relevan dengan nilai-nilai agama.

belajar bisa bertanya langsung

(Peserta DKT dari Dinas Pendidikan, Kab. Musi Rawas Utara, Sumatera

Selatan)

Media selain TVRI Tetap di TVRI

Guru (n=2.810) Orang Tua (n=3.391) 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 27,7% 72,3% 30,9% 69,1%

Guru dan orang tua menyarankan alternatif penayangan

Program BDR selain TVRI agar lebih mudah diakses

(7)

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 31,7% 27,8% 19,4% 11,1% 6,0%2,8% 1,2% 4,5% 3,6% 28,4% 24,4% 23,2% 9,9% 6,0% Youtube TV Swasta Nasional Media Sosial TV Edukasi Kemdikbud TV Lokal Lainnya Tidak tahu

Guru (n=2.033) Orang Tua (n=2.343)

Grafik 8. Alternatif Media Penayangan Program BDR Kemendikbud Selain TVRI

TVRI kurang diminati guru dan siswa yang lebih senang menonton tayangan melalui handphone karena lebih mudah, fleksibel, dan waktu menonton dapat disesuaikan

kapan pun.

(Peserta DKT dari Dinas Pendidikan Kota Magelang, Jawa Tengah)

Melanjutkan penayangan Program BDR Kemendikbud

Tayangan Program BDR masih ditonton dan dimanfaatkan oleh sebagian besar guru dan orang tua, khususnya guru dan orang tua di wilayah Indonesia bagian barat. Oleh karena itu, penayangan Program BDR Kemendikbud perlu dilanjutkan karena dinilai bermanfaat dan dapat menjadi alternatif sumber belajar, meskipun media penayangannya yang lebih tepat perlu dipertimbangkan.

Perbaikan kualitas konten dan kemasan tayangan program BDR Kemendikbud

Meskipun secara umum kualitas tayangan program dipersepsikan baik, perlu ada perbaikan konten/materi belajar yang ditayangkan. Beberapa masukan misalnya, tempo tayangan jangan terlalu cepat agar mudah diikuti dan dipahami, serta menambah animasi atau kartun agar tayangan semakin menarik bagi siswa. Kesesuaian materi tayangan dengan jenjang kelas dan materi belajar di sekolah (kurikulum) juga diharapkan selaras dan tidak terlalu berat, utamanya bagi siswa dan guru di wilayah-wilayah tertentu yang memerlukan pendekatan pembelajaran yang lebih khusus. Kontekstualisasi bahasa, dialek, dan budaya lokal juga menjadi salah satu aspirasi. Namun, implikasinya pemerintah perlu mengeluarkan sumber daya yang lebih banyak apabila tayangan program akan dibuat kontekstual sesuai karakteristik setiap daerah.

1.

2.

Rekomendasi

Berdasarkan berbagai temuan di atas, kajian ini merekomendasikan hal-hal sebagai berikut.

3. Menayangkan Program BDR Kemendikbud di media sosial, seperti YouTube agar lebih luas dan leluasa dimanfaatkan

Program BDR Kemendikbud perlu ditayangkan di media yang lebih fleksibel untuk diakses,

(8)

Bitesize. https://www.bbc.co.uk/bitesize/articles/zfwrcqt

David, R., Pellini, A., Jordan, K., & Phillips, T. (2020). Education during the COVID-19 crisis Opportunities and constraints of using EdTech in low-income countries. EdTech Hub,

April.

Kim, N. C. (2020). PBS SoCal, KCET Create at Home Learning for LAUSD Students.

https://spectrumnews1.com/ca/la-west/education/2020/03/27/pbs-socal--kcet-create-at -home-learning-for-lausd-students

Kominfo. (2018). TVRI Perkuat Siaran Berbasis Digital.

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5814/TVRI-Perkuat-Siaran-Berbasis-Digit al/0/sorotan_media

Moshiri, N. (2020). Millions of African children rely on TV education during pandemic |

Reuters.

https://www.reuters.com/article/uk-health-coronavirus-africa-education/millions-of-afric an-children-rely-on-tv-education-during-pandemic-idUKKBN26619B

Orlowski, A. (2020). The post-pandemic education landscape | UCI News | UCI. https://news.uci.edu/2020/05/11/the-post-pandemic-education-landscape/

Puslitjak. (2020). Survei Belajar dari Rumah.

Twinomugisha, S. Z. and A. (2020). Educational television during COVID-19: How to start

and what to consider - The Education and Development Forum (UKFIET).

https://www.ukfiet.org/2020/educational-television-during-covid-19-how-to-start-and-w hat-to-consider/

UNICEF. (2020). COVID-19: Are children able to continue learning during school closures.

A Global Analysis of the Potential Reach of Remote Learning Polices Using Data From, 100, 17.

Risalah Kebijakan ini merupakan hasil dari

penelitian/kajian yang dilakukan oleh

Pusat Penelitian Kebijakan

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Pusat Penelitian Kebijakan

Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan

Tim Penyusun

Diyan Nur Rakhmah Siti Nur Azizah Erni Hariyanti Ais Irmawati Lukman Solihin

Gambar

Grafik 1. Aktivitas Menonton Program Belajar dari Rumah di TVRI  dalam Satu Bulan Terakhir
Grafik 3. Menonton/tidak Program BDR Kemendikbud di TVRI
Grafik 6. Jumlah Manfaat yang Diperoleh Berdasarkan Intensitas  Menonton Program BDR TVRI
Grafik 8. Alternatif Media Penayangan Program BDR Kemendikbud Selain TVRI

Referensi

Dokumen terkait

Setelah kapal mengalami stern lift dan dianggap bahwa kapal masih duduk di landasan, maka didapatkan bahwa momen gaya apung terhadap ujung darat sepatu luncur lebih

Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian kombinasi kulit singkong dengan bakteri asam laktat sebagai aditif pakan tidak

Berdasarkan paparan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada penelitian yang memiliki subjek, tempat penelitian dan fenomena terhadap

matematis yang lebih baik daripada siswa yang tidak menggunakan LKPD berbasis inkuiri terbimbing (pembelajaran kon- vensional) karena ketika mengerjakan LKPD berbasis

Sebelum melihat cabaran yang perlu dihadapi oleh guru Bahasa Melayu dalam menjalankan proses pengajaran dan pembelajaran Bahasa Melayu, kertas ini akan memberikan

Sumber air bersih yang didapat dari deep well tidak kontinyu seperti sumber air bersih dari PDAM, karena sumber air bersih dari deep well hanya akan digunakan apabila

∙ stereotipi o spolih so pojav spolne diskriminacije ∙ naivnost in nerazumevanje mladostnikov s starši ∙ dejavniki pritegnitve pričakovanje zaposlitve, denarne nagrade,

Dari penelitian ini diharapkan dapat melakukan penelitian variabel lain yang memiliki hubungan dengan kinerja karyawan, seperti analisis aliran informasi dalam