TUGAS KELOMPOK 01
MP 1042 – TEKNOLOGI BIODIESEL
METODE UJI FLASH POINT
Pengampu : Dr. Dwi Ardiana Setyawardhani, ST., MT.
Disusun oleh : KELOMPOK 1
1. Anastasia Devina Damayanti ( I0518007 ) 2. Anisa Farah Salsabila ( I0518010 ) 3. Annisa Miftakhul Jannah ( I0518012 )
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
PROSEDUR A ▪ Peralatan Manual:
1. Memastikan bahwa wadah sampel diisi dengan persyaratan kapasitas volume yang ditentukan, kemudian mengisi cawan uji dengan benda uji hingga tanda isian di dalam cawan uji. Suhu cawan uji dan benda uji harus paling sedikit 18°C atau 32°F di bawah titik nyala yang diharapkan. Selanjutnya menempatkan penutup uji pada cangkir uji dan menempatkan rakitan ke dalam peralatan, kemudian memastikan perangkat lokasi atau pengunci terpasang dengan benar.
2. Menyalakan nyala api uji dan disesuaikan dengan diameter 3,2 hingga 4,8 mm (0,126 hingga 0,189 inci), atau menyalakan penyala listrik dan sesuaikan intensitasnya sesuai dengan instruksi pabrik.
3. Menerapkan panas pada laju sedemikian rupa sehingga suhu, seperti yang ditunjukkan oleh alat pengukur suhu, meningkat 5 hingga 6°C (9 hingga 11°F)/menit.
4. Mengatur alat pengaduk pada kecepatan 90 sampai 120 rpm dan diaduk dengan arah ke bawah.
5. Aplikasi Sumber Pengapian:
● Jika benda uji diperkirakan memiliki titik nyala 110°C atau 230°F atau di bawahnya, gunakan sumber pengapian saat suhu benda uji 23 ± 5°C atau 41 ± 9°F di bawah suhu titik nyala yang diharapkan dan setiap kali sesudah pembacaan suhu yang merupakan kelipatan 1°C atau 2°F.
● Jika benda uji diperkirakan memiliki titik nyala di atas 110°C atau 230°F, gunakan sumber pengapian dengan cara yang dijelaskan di atas pada setiap kenaikan suhu 2°C atau 5°F, mulai dari suhu 23 ± 5°C atau 41 ± 9°F di bawah titik nyala yang diharapkan.
6. Saat menguji bahan untuk menentukan apakah ada kontaminasi bahan yang mudah menguap, tidak perlu mematuhi batas suhu untuk aplikasi sumber pengapian awal seperti yang dinyatakan dalam pada nomor 5.
7. Saat menguji bahan di mana suhu titik nyala yang diharapkan tidak diketahui, bawa bahan yang akan diuji dan penguji ke suhu 15± 5 °C atau 60± 10 °F. Ketika bahan diketahui sangat kental pada suhu ini, panaskan spesimen ke suhu awal seperti yang dijelaskan sebelumnya. Terapkan sumber pengapian, dengan cara yang dijelaskan dalam pada nomor 5, dimulai setidaknya 5 °C atau 10 °F lebih tinggi dari suhu awal.
8. Mencatat sebagai titik nyala yang diamati, pembacaan pada alat pengukur suhu pada saat aplikasi sumber pengapian menyebabkan kilatan berbeda di bagian dalam cangkir uji. Sampel dianggap telah menyala ketika nyala api besar muncul dan secara instan merambat ke seluruh permukaan benda uji. 9. Apabila sumber pengapian adalah nyala api uji, penerapan nyala api uji dapat
menyebabkan lingkaran biru atau nyala api yang membesar sebelum titik nyala sebenarnya.
10. Ketika titik nyala terdeteksi pada aplikasi pertama, pengujian harus dihentikan, hasilnya dibuang, dan pengujian diulang dengan benda uji yang baru. Aplikasi pertama dari sumber pengapian dengan spesimen uji baru harus 23 ± 5 °C atau 41 ± 9 °F di bawah suhu di mana titik nyala terdeteksi pada aplikasi pertama.
11. Apabila titik nyala terdeteksi pada suhu yang lebih besar dari 28°C atau 50°F di atas suhu aplikasi pertama dari sumber pengapian, atau bila titik nyala terdeteksi pada suhu kurang dari 18 °C atau 32°F di atas suhu aplikasi pertama dari sumber penyalaan, hasilnya harus dianggap mendekati, dan pengujian diulangi dengan benda uji yang baru. Sesuaikan titik nyala yang diharapkan untuk pengujian berikutnya ini ke suhu hasil perkiraan. Aplikasi
pertama dari sumber pengapian dengan spesimen uji baru harus 23±5°C atau 41±9°F di bawah suhu di mana hasil perkiraan ditemukan.
12. Ketika peralatan telah mendingin ke suhu penanganan yang aman, kurang dari 55 °C (130 °F), lepaskan penutup uji dan cangkir uji dan bersihkan peralatan seperti yang direkomendasikan oleh pabrikan.
▪ Peralatan Otomatis:
1. Peralatan otomatis harus mampu melakukan prosedur seperti yang dijelaskan sebelumnya, termasuk kontrol laju pemanasan, pengadukan benda uji, penerapan sumber pengapian, deteksi titik nyala, dan perekaman titik nyala. 2. Mulai peralatan otomatis sesuai dengan instruksi manufaktur. Peralatan harus
mengikuti rincian prosedur yang telah dijelaskan.
PROSEDUR B ● Peralatan Manual
1. Pastikan wadah sampel diisi dengan ketentuan kapasitas volume yaitu diisi penuh sampai sekitar 85-95% dari volume wadah dengan sampel yang dibutuhkan setidaknya 75 mL. Isi test cup dengan spesimen uji pada filling mark. Suhu test cup dan spesimen uji harus berada pada setidaknya 18oC
atau 32oF di bawah titik nyala yang diharapkan. Jika spesimen uji yang
ditambahkan ke dalam test cup terlalu banyak, maka buang kelebihannya menggunakan alat suntik (syringe) atau alat serupa untuk mengambil cairan. Letakkan penutup pada test cup dan tempatkan ke dalam alat. Pastikan penempatan alat sudah sesuai. Jika alat pengukur suhu belum tersedia, maka masukkan perangkat ke tempatnya.
2. Nyalakan api uji dan sesuaikan diameter sebesar 3,2 - 4,8 mm (0,126 - 0,189 inci), atau nyalakan penyala listrik dan sesuaikan intensitasnya berdasarkan petunjuk pabrik
3. Putar alat pengaduk pada kecepatan 250 ± 10 rpm dengan arah adukan menurun (ke bawah)
4. Tambahkan panas sehingga laju pemanasan yang tertera pada alat ukur meningkat dari 1 menjadi 1,6oC/menit
5. Lanjutkan tahapan seperti yang ditentukan pada bagian prosedur A, dengan pengecualian pada proses laju pengadukan dan pemanasan
● Peralatan Otomatis
1. Peralatan otomatis harus mampu melakukan tahapan seperti pada peralatan manual. Termasuk kontrol laju pemanasan, pengadukan spesimen uji, penggunaan sumber pengapian, mendeteksi dan mencatat titik nyala
2. Jalankan peralatan otomatis sesuai dengan petunjuk pabrik. Peralatan harus mengikuti tahapan 3 sampai 5 pada peralatan manual
PROSEDUR C
Prosedur C berlaku untuk biodiesel (B100)
1. Peralatan Otomatis — Memastikan peralatan dilengkapi dengan sistem pengukuran elektronik untuk mendeteksi titik nyala.
2. Memastikan bahwa wadah sampel diisi dengan persyaratan kapasitas volume yang sudah ditentukan yaitu wadah 1 L dianjurkan diisi hingga 85% volume. Isi cawan uji dengan benda uji hingga tanda isian di dalam cawan uji. Suhu cawan uji dan benda uji harus paling sedikit 24°C di bawah titik nyala yang diharapkan. Jika terlalu banyak benda uji yang ditambahkan ke dalam gelas uji, buang kelebihannya menggunakan jarum suntik atau alat serupa untuk penarikan cairan.
Tempatkan penutup uji pada cangkir uji dan tempatkan rakitan ke dalam peralatan. Pastikan perangkat lokasi atau pengunci terpasang dengan benar. Jika alat pengukur suhu belum terpasang, masukkan alat ke dalam dudukannya. 3. Menyalakan uji nyala api dan sesuaikan dengan diameter 3,2 4,8 mm (0,126
-0,189 inci) atau menyalakan penyala listrik dan sesuaikan intensitasnya sesuai dengan instruksi pabrik.
4. Memanaskan hingga suhu ditunjukkan oleh alat pengukur suhu meningkat 3,0 ± 0,5°C/menit.
5. Mengatur alat pengaduk pada kecepatan 90-120 rpm, aduk dalam arah ke bawah. 6. Penerapan Sumber Pengapian —Pengujian pertama pada sampel harus
menggunakan titik nyala yang diharapkan 100 °C.
7. Menerapkan sumber pengapian ketika suhu benda uji kira-kira 24°C di bawah titik nyala yang diharapkan dan setiap kali sesudahnya pada pembacaan suhu yang merupakan kelipatan 2°C. Hentikan pengadukan benda uji dan gunakan sumber pengapian dengan mengoperasikan mekanisme pada penutup uji yang mengontrol sehingga sumber pengapian diturunkan ke ruang uap cangkir uji dalam 0,5 s, dibiarkan dalam posisi diturunkan selama 1 s, dan dengan cepat diangkat ke posisi atas.
8. Mencatat sebagai titik nyala yang diamati pada alat pengukur suhu pada saat aplikasi sumber pengapian menyebabkan kilatan berbeda di bagian dalam cangkir uji yang dideteksi oleh perangkat elektronik.
9. Penerapan nyala api uji dapat menyebabkan lingkaran cahaya biru atau nyala api yang membesar sebelum titik nyala sebenarnya. Ini bukan flash dan harus diabaikan.
10. Ketika titik nyala terdeteksi pada aplikasi pertama, pengujian harus dihentikan, hasilnya dibuang, dan pengujian diulang dengan benda uji yang baru. Aplikasi
pertama dari sumber pengapian dengan spesimen uji baru harus kira-kira 24°C di bawah suhu di mana titik nyala terdeteksi pada aplikasi pertama.
11. Bila titik nyala terdeteksi pada suhu yang lebih besar dari 30°C di atas suhu aplikasi pertama dari sumber penyalaan, atau bila titik nyala terdeteksi pada suhu yang kurang dari 16°C di atas suhu aplikasi pertama dari sumber pengapian, hasilnya harus dianggap perkiraan, dan pengujian diulangi pada benda uji yang baru. Sesuaikan titik nyala yang diharapkan untuk pengujian berikutnya ini ke suhu hasil perkiraan. Aplikasi pertama dari sumber penyalaan dengan benda uji baru harus kira-kira 24°C di bawah suhu di mana hasil perkiraan ditemukan. 12. Ketika peralatan telah mendingin ke suhu penanganan yang aman, kurang dari 55
°C, lepaskan penutup uji dan cangkir uji dan bersihkan peralatan seperti yang direkomendasikan oleh pabrikan.