• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini. memacu pertumbuhan industri di segala bidang, termasuk industri hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini. memacu pertumbuhan industri di segala bidang, termasuk industri hasil"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini memacu pertumbuhan industri di segala bidang, termasuk industri hasil pertanian atau agroindustri yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

Agroindustri adalah perusahaan yang mengolah bahan–bahan hasil pertanian baik yang berasal dari tanaman, hewan maupun hasil laut.

Pengolahan melingkupi proses–proses transformasi dan pengawetan melalui cara–cara fisik atau kimia, penyimpanan, pengepakan dan distribusi (Suryati, 2002).

Hal ini menimbulkan persaingan yang ketat diantara industri–

industri untuk memenuhi konsumsi masyarakat sehari–hari. Untuk produk di pasaran terutama produk yang memenuhi setiap permintaan maka kelancaran arus produksi harus tetap dijaga dengan mempertahankan keseimbangan antara kualitas dan kuantitas produk dengan penyediaan bahan baku sehingga biaya produksi menjadi minimum.

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003) bahwa persaingan dalam, mengelola sebuah bisnis yang memiliki skala kecil, menengah dan besar sangat ketat dewasa ini sehingga bisnis yang tidak dapat bersaing otomatis akan tersingkir. Persaingan terletak dari bagaimana sebuah perusahan dapat mengimplementasikan proses penciptaan produk atau jasa secara lebih murah, lebih baik dan lebih cepat (cheaper, better and faster) dibandingkan dengan pesaing bisnisnya.

(2)

2

Beberapa sinyal peringatan dini yang harus diantisipasi agar perusahaan siap dalam menghadapi tantangan yaitu adanya keluhan pelanggan dalam bentuk claim maupun complaint, waktu pengiriman yang tidak tepat, banyaknya kegiatan yang tidak memberi nilai tambah (non- added value), tingginya jumlah persediaan (inventory level) serta terlambat

dalam mendapatkan informasi kritis (Wibowo, 2004).

Agroindustri produk susu olahan di Indonesia merupakan salah satu yang dikembangkan. Faktor jumlah penduduk yang besar dan kecenderungan peningkatan konsumsi perkapita dimasa mendatang merupakan peluang besar bagi pengembangan agroindustri susu. Namun produksi susu segar di dalam negeri relatif masih rendah dan belum mampu untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Berbagai macam kendala dan permasalahan banyak dihadapi oleh industri–industri pengolahan susu diantaranya adalah dalam hal pembelian dan ketersediaan bahan baku yang digunakan dan merupakan bahan baku lokal dan impor.

Untuk mensuplai kebutuhan susu nasional sekitar 1.167.561 ton / tahun, sebesar 59% atau 687.914 ton / tahun masih diimpor dari luar negeri dalam bentuk bahan baku maupun bahan jadi seperti susu, mentega, yogurt, whey dan keju. Produktivitas sapi perah di Indonesia relatif rendah yaitu sekitar 10 –12 liter / ekor / hari bila dibandingkan produktivitas sapi perah di negara maju, yaitu 25 - 30 liter / ekor / hari (Deptan, 2004).

(3)

3

Produksi susu sapi perah dalam negeri (SSDN) pada lima tahun terakhir (1998 – 2000) mengalami kenaikan sebesar 24% dari 375.382 ton (1998) menjadi 493.375 ton (2002). Walaupun selama krisis moneter tahun 1998 mengalami penurunan namun tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia meningkat dengan kenaikan sebesar 30% dari 435.78 ton (1998) menjadi 619.07 ton (2002). Perkembangan produksi, konsumsi, ekspor dan impor susu di Indonesia pada tahun 1997 – 2003 terlihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perkembangan Produksi, Konsumsi, Ekspor dan Impor Susu Indonesia Tahun 1997 - 2003

Uraian 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003*

Produksi 423,7 375,4 436,0 495,7 479,95 493,4 577,5 Konsumsi 502,71 435,78 511,77 599,7 573,81 619,07 671,7 Ekspor 4,47 7,49 16,97 164,74 76,24 34,19 49,81 Impor 83,48 67,87 92,74 164,74 164,74 159,86 144,01 Sumber : Ditjen Peternakan (2003)

Dari data tersebut menunjukkan bahwa untuk bahan baku susu, jumlah konsumsi susu dikalangan masyarakat tidak diikuti oleh perkembangan produksi susu yang lebih baik. Bahwa pertumbuhan rata–

rata produksi susu lebih rendah daripada tingkat konsumsi di kalangan masyarakat Indonesia.

Untuk menjaga kelancaran suplai atau pasokan produk susu olahan maka perlu dilakukan pengelolaan terhadap bahan baku agar tidak terjadi kekurangan bahan baku yang menyebabkan tertundanya suplai susu olahan kepasaran. Penentuan kebijaksanaan ini dapat dipengaruhi

(4)

4

oleh faktor–faktor yang berasal dari dalam perusahaan (internal) ataupun dari luar perusahaan (external). Kebijaksanaan perusahaan terhadap pengendalian persediaan (inventory control) dapat mempengaruhi keseluruhan proses produksi. Dengan kebijaksanaan yang tepat maka persediaan bahan baku, produk serta kontuinitas suplai atau pasokan selalu terjaga.

Menurut Austin dalam Canny (2001), terdapat empat bentuk keterkaitan sistematis dalam agroindustri yaitu keterkaitan rangkaian produksi (production chain linkages), keterkaitan kebijakan makro-mikro (macro-micro policy linkages), keterkaitan kelembagaan (institusional linkages) dan keterkaitan internasional (international linkages).

Bentuk keterkaitan tersebut dengan perbedaan masing-masing perspektif menjadi satu-kesatuan sistem agroindustri yang saling berhubungan. Keterkaitan harus dapat diaplikasikan kedalam tiga komponen agroindustri, yaitu penyediaan bahan baku, pengolahan, dan pemasaran. Dengan kata lain Agroindustri harus dapat mencapai penyediaan bahan baku yang ditransformasikan menjadi produk hasil olahan serta didistribusikan kepada konsumen.

Berdasarkan fenomena yang terjadi di negara-negara maju terutama yang dialami oleh perusahaan multinasional ternyata kunci dari sebuah peningkatan kinerja pada rangkain proses tersebut terletak pada kemampuan perusahaan dalam bekerjasama dengan mitra bisnisnya atau pemasok dalam memberikan pasokan-pasokan kebutuhan perusahaan dalam berbagai bentuk. Pemasok bertanggung jawab memasok barang

(5)

5

dalam keadaan baik dan jumlah yang cukup kepada perusahaan- perusahaan pemesan.

Fernandez (1996) mendefinisikan bahwa pemasok adalah sebagai individu atau kelompok yang akan memberikan suatu masukan (input) dan dapat berada di dalam atau di luar dari sebuah perusahaan, kelompok atau organisasi.

Sebagian perusahaan menggunakan sebagian besar hasil penjualannya pada pembelian. Karena begitu tingginya persentase biaya pembelian, maka perusahaan semakin meningkatkan hubungan dengan pemasok secara lebih terintegrasi dalam jangka panjang. Usaha gabungan dengan pemasok yang dapat memperbaiki inovasi, mempercepat desain dan mengurangi biaya adalah dalam rangka meningkatkan daya saing kedua belah pihak. Perubahan fokus ini memberi penekanan masalah pembelian dan hubungan dengan pemasok dalam manajemen rantai pasok (supply chain management / SCM).

Manajemen rantai pasok (supply chain management) adalah pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan pemasok, pengolah, gudang dan distributor, eksportir dan toko eceran secara efisien agar barang dapat diproduksi dan didistribusikan pada jumlah yang tepat dan pada saat yang tepat, dalam upaya meminimumkan biaya di keseluruhan sistem dengan tetap memuaskan pelayanan pada tingkat yang dikehendaki (Suryati, 2002).

Perusahaan perlu memperbaiki kegiatan dalam rantai pasokan (supply chain) sehingga dapat mendukung strategi perusahaan. Jika

(6)

6

fungsi manajemen operasi mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan, maka rantai pasok (supply chain) didesain untuk mendukung manajemen operasi. Dalam strategi biaya rendah upaya memilih pemasok terutama berdasarkan biaya. Para pemasok harus memiliki kemampuan untuk mendesain produk murah yang memenuhi kebutuhan fungsional, meminimalkan persediaan serta waktu tunggu (lead time). Keputusan rantai pasok (supply chain) dalam mempengaruhi strategi perusahaan dapat dilihat seperti tabel 1.2 dibawah ini.

Tabel 1.2. Keputusan rantai pasok (supply chain) dalam mempengaruhi strategi perusahaan

Diferensiasi Strategi Biaya Rendah Strategi Respons Strategi Tujuan Pemasok Penuhi permintaan dengan Menanggapi perubahan Penelitian pangsa pasar biaya serendah mungkin kebut. dan permintaan bersama mengembang (Emerson Electric,Tacco Bell) dg cepat untuk meminimalkan produk dan pilihan

terjadinya persediaan habis (Benetton) (Dell Computers)

Kriteria Pemilihan Pilih terutama karena biaya Kapasitas kecepatan, Ketrampilan pengemb.

Dasar dan fleksibilitas produk

Karakteristik Proses Mempertahankan utilisasi Menanam modal dalam Proses modular ke

rata-rata yang tinggi kapasitas berlebih dan mass customization yang fleksibel proses

Karakteristik Meminimalkan persediaan Kembangkan sistem cepat Meminimal persediaan Persediaan di seluruh rantai untuk tanggap dg persediaan dlm rantai u/ hindari menekan biaya cadangan pasokan produksi usang

Karakteristik Memendekkan Lead Time investasi agresif untuk investasi agresif Lead Time sepanjang tidak mengurang Lead Time prod. Mengurangi lead time tingkatkan biaya pengembangan

Karakteristik Desain Memaksimalkan kinerja dan Desain produk yg mendorong Desain modular Produksi Meminimalkan biaya waktu set-up yg rendah dan tunda diferensiasi produksi massal produk waktu lama

Sumber : Heizer dan Render (2005)

Dalam dunia industri, dari komponen koordinasi pemasok dan produsen (vendor–buyer coordination) permasalahan nyata adalah tidak adanya integrasi didalamnya sedangkan komunikasi, aliran informasi

(7)

7

masih dilakukan secara individu masing–masing produsen dan pemasok (Tukel dalam Widodo, 2001).

Informasi yang terdistorsi dapat mengakibatkan ketidakefisienan yang besar seperti persediaan yang berlebihan, layanan pelanggan (customer service) yang kurang baik, salah dalam perencanaan kapasitas, penjadwalan produksi yang salah, pendapatan yang terbuang serta transportasi yang tidak efektif. Tidak adanya integrasi antara elemen- elemen SC dalam proses kerjasama menyebabkan sering terganggunya aktivitas dalam SCM.

Aliansi Strategis didefinisikan sebagai bentuk kerjasama jangka panjang yang memiliki tiga karakteristik secara simultan. Karakteristik itu antara lain yakni pertama, adanya dua atau lebih perusahaan bersatu untuk mencapai tujuan yang disepakati dengan tetap mempertahankan independensinya masing–masing. Kedua, bahwa perusahaan mitra sama–sama memperoleh manfaat dari aliansi dan bersama–sama mengendalikan kinerja dari pekerjaan yang ditentukan. Ketiga, perusahaan mitra secara berkelanjutan (suistainable) saling mendukung satu atau beberapa area strategis yang itu semua merupakan kunci seperti teknologi, pengembangan produk dan sebagainya (Yoshino dan Rangan dalam Suryati, 2002).

Menurut Das dan Teng (1998), bahwa keberhasilan suatu aliansi strategis sangat bergantung pada pengelolaan proses pembentukannya.

Terdapat dua faktor kritis yang menentukan orientasi aliansi yang teridentifikasi yaitu sumber daya dan resiko.

(8)

8

Masalah yang sering ditemukan adalah adalah bahwa suatu tujuan dari mitra yang tergabung dari suatu aliansi jarang sama bahkan tidak sama, sedangkan tujuan yang sama merupakan syarat bagi bagi keberhasilan terwujudnya suatu aliansi. Selain itu biasanya masing–

masing mitra sering mengevaluasi aliansi secara eksklusif dari sisinya tanpa dilengkapi dengan sudut pandang mitranya.

Untuk mengatasi masalah ini agar tidak terjadi maka diperlukan suatu pedoman atau panduan yang dapat dipergunakan bagi seluruh mitra yang melakukan kerjasama. Hal ini diharapkan agar terjadi komunikasi dan negoisasi efektif tanpa terjadi salah pengertian dan saling curiga antar mitra.

1.2. Identifikasi Masalah

PT. Fajar Taurus sebagai salah satu perusahaan pengolahan susu selama ini mengalami perkembangan yang cukup baik dalam kegiatan produksinya terlihat dengan diversifikasi produk yang dilakukan perusahaan yaitu berupa susu pasteurisasi dengan aneka rasa, yoghurt dan kefir.

Dalam kegiatan produksinya perusahaan memerlukan efisiensi dalam pemakaian sumberdaya perusahaan yaitu efisiensi dalam pembelian dan persediaan bahan baku. Bahan baku utama selain susu segar adalah gula pasir, skim powder yang masih bersifat impor, bahan tambahan (essense) serta bahan penunjang seperti kemasan susu.

(9)

9

Karena ketersediaan bahan–bahan tersebut erat kaitannya dengan pemasok (supplier) sebagai pendukung dan penunjang maka bentuk kerjasama dan manajemen kemitraan (Partnership) dirasakan sangat penting. Berdasarkan pengalaman yang terjadi pada PT. Fajar Taurus tahun 1999, ketika perusahaan mengalami peningkatan permintaan sementara persediaan bahan baku yang tersedia tidak mencukupi sehingga mengakibatkan permintaan tidak semuanya dapat dipenuhi oleh perusahaan.

Hal lain ketika pemasok mengalami kerusakan pada salah satu mesin cetakan (molding) untuk kemasan yang mengakibatkan pemenuhan kebutuhan terhadap pesanan pelanggan terganggu karena mengalami penundaan hingga waktu pengiriman. Masalah – masalah ini semua dapat menyebabkan berkurangnya pelayanan terhadap pelanggan, mengurangi peluang dalam keuntungan bahkan dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka dirumuskan beberapa masalah :

1. Bagaimana strategi SCM yang diterapkan PT. Fajar Taurus?

2. Bagaimana SCM mempengaruhi efisiensi perusahaan ?

3. Bagaimana peranan pemasok (supplier) dan perilaku kerjasama bagi PT. Fajar Taurus?

4. Strategi apa yang harus dilakukan dalam peningkatan rantai pasok?

(10)

10 1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengkaji strategi manajemen rantai pasok (supply chain management) yang diterapkan oleh PT. Fajar Taurus.

2. Menganalisis pengaruh manajemen rantai pasok (supply chain management) terhadap efisiensi perusahaan.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis kemampuan pemasok (supplier) dalam menunjang ketersediaan barang dan jasa di PT. Fajar Taurus.

4. Merumuskan strategi peningkatan rantai pasok.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh bagi perusahaan adalah sebagai bahan pertimbangan dan masukan (input) dalam membuat kebijakan rantai pasok, sedangkan manfaat bagi penulis adalah mengaplikasikan teori selama kuliah yang berhubungan dengan manajemen industri.

1.6. Ruang lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah tingkat implementasi rantai pasok terhadap potensi kerjasama, bentuk–bentuk kemitraan, pemilihan mitra serta pandangan terhadap kerjasama. Kerjasama yang diteliti meliputi perusahaan–perusahaan pemasok (supplier) bahan penunjang pada pembuatan produk susu pasteurisasi.

Responden untuk penelitian ini adalah pakar/ahli yang terkait dengan penanganan rantai pasok di PT. Fajar Taurus, antara lain yaitu :

(11)

11

Manajer Sumber Daya Manusia, Quality Manager Representatif (QMR), Manajer Produksi, Manajer Quality Control, Manajer/Kepala Gudang, Manajer Pemasaran, Farm Manager, Perusahaan pemasok, perusahaan pelanggan.

Kajian dalam implementasi rantai pasok dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor terkait dengan nilai dan konsep rantai pasok yang didasarkan pada integrasi prinsip-prinsip dasar rantai pasok yang sedang berkembang. Kajian penelitian ini dibatasi pada identifikasi kekurangan atau hal-hal yang perlu diperbaiki dan ususlan-usulan perbaikan dari implementasi rantai pasok yang diterapkan PT. Fajar Taurus saat ini saja tetapi tidak sampai pada implementasi rantai pasok baru yang dihasilkan dari penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

untuk kerangka senyawa fenolik turunan flavonol pada atom C-3 dan C-4, namun didapatkan pula sinyal karbon pada pergeseran kimia 59.2 ppm yang merupakan khas untuk

Meskipun pembelajaran baca tulis al-Quran sudah terjadwalkan, akan tetapi prosesnya mengikuti mood peserta didik bagus dan mau mengaji (belajar baca tulis

Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian harta calon Suami Kepada Calon Istri Pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah.. Sebagaimana dijelaskan di atas, Desa Paka’an Dajah

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kelayakan multimedia interaktif berbasis blended learning yang dikembangkan pada materi larutan elektrolit dan non

(2) Sesuai dengan Pasal 3 semua masalah-masalah yang berkaitan dengan sertifikat impor dan ekspor atau izin-izin dimana sertifikat-sertifikat atau izin-izin tersebut seperti

Penyakit belang pada tanaman lada pada awalnya diduga disebabkan oleh mikoplasma, namun hasil penelitian di beberapa negara menunjukka n bahwa penyakit ini disebabkan oleh dua

Tujuan dari strategi kepemimpinan biaya adalah untuk memberikan nilai yang sama atau lebih baik bagi pelanggan, dengan biaya yang lebih rendah dari

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) kualitas keterlaksanaan pembelajaran berbantuan modul