• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi ketika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi ketika"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan dengan efektif.12

Menurut American Diabetes Assosiation (ADA), DM adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara normal.13 Menurut kriteria WHO (1999), kadar glukosa normal darah vena pada waktu puasa tidak melebihi 126 mg/dl dan 2 jam sesudah beban glukosa oral 75 gr tidak melebihi 200mg/dl. Apabila hormon insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas tidak memadai untuk mengubah glukosa menjadi sumber energi bagi sel, maka glukosa tersebut akan tetap berada dalam darah dan kadar glukosa dalam darah akan meningkat sehingga timbullah DM.14,15

2.2. Sejarah Diabetes Mellitus4,16

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah DM, dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550 sebelum masehi.

Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli Mesir kuno dari Jerman, George Ebers, dan kemudian disebut sebagai The Ebers Papyrus.

Istilah “diabetes” pertama sekali dipakai oleh Artaeus dari Cappadocia pada abad ke-2, yang dalam bahasa Yunani berarti siphon (air yang terus-menerus keluar

(2)

dari tubuh manusia atau banyak kencing). Artaeus menggambarkan orang yang menderita DM banyak minum, banyak kencing, dan berat badan menurun.

Pada abad ke-5, seorang dokter di India bernama Susruta melaporkan kencing pada pasien DM dikerumuni banyak semut. Pada abad ke-17, Eropa mulai mengenal luas penyakit ini. Seorang dokter di Inggris, Thomas Willis (1621-1675) menemukan rasa manis pada urine pasien dengan mencicipinya. Seabad kemudian, dokter di Liverpool, Mathew Dobson (1735-1784) melaporkan rasa manis di urine dan darah adalah gula. Pada 1809, John Rollo untuk pertama kalinya menambahkan istilah

“mellitus” pada penyakit ini, yang dalam bahasa Yunani dan Latin berarti madu atau manis.

2.3. Epidemiologi Diabetes Mellitus 2.3.1. Distribusi dan Frekuensi

Penyakit gula atau DM dapat diderita oleh semua orang. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah. DM disebabkan oleh gangguan metabolisme yang berhubungan dengan hormon insulin.

Pada tahun 2003 WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita DM dan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 7,3%.4,17 Pada negara berkembang DM cenderung diderita oleh penduduk usia 45-64 tahun, sedangkan pada negara maju penderita DM cenderung diderita oleh penduduk usia diatas 64 tahun.18

Pada tahun 2000 lima negara dengan jumlah penderita DM terbanyak pada kelompok umur 20-79 tahun adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), Amerika (17,7

(3)

juta), Indonesia (8,4 juta), dan Jepang (6,8 juta).18 Namun pada tahun 2007, pada kelompok umur yang sama terjadi perubahan urutan lima negara dengan jumlah penderita DM terbanyak yaitu India (40,9 juta), diikuti oleh Cina (39,8 juta), Amerika (19,2 juta), Rusia (9,6 juta) dan Jerman (7,4 juta).5

Pada tahun 2000 terdapat 2,9 juta kematian akibat DM di dunia, dimana 1,4 juta kematian terjadi pada pria dan selebihnya 1,5 juta pada wanita. Dari jumlah kematian ini, 1 juta kematian terjadi di negara maju dan 1,9 juta kematian terjadi di negara berkembang.6

Berdasarkan SKRT tahun 1995 Indonesia menempati urutan ketujuh sebagai negara dengan jumlah penderita DM terbanyak, yaitu sekitar 4,5 juta orang.4 Pada tahun 2000 Indonesia menempati urutan ke-4 dengan 8,4 juta penderita diabetes.18 Tahun 2005 terdapat 12,4 juta penderita DM di Indonesia.15

Hasil penelitian Ditjen Yanmed Depkes RI pada tahun 2002 diperoleh data bahwa DM berada di urutan keenam dengan PMR sebesar 3,0% dari 10 penyakit utama yang ada di rumah sakit yang menjadi penyebab utama kematian. Dan penelitian Ditjen Yanmed Depkes pada tahun 2005 menyatakan bahwa DM menjadi penyebab kematian tertinggi pada pasien rawat inap akibat penyakit metabolik yaitu sebanyak 42.000 kasus dengan 3.316 kematian (CFR 7.9%).9

Berdasarkan survei lokal, prevalensi DM di Kota Depok pada tahun 2001 mencapai 12,8%, sementara di Pulau Bali pada tahun 2004 mencapai angka 7,2%.

Pada tahun 2005 di DKI Jakarta telah dilakukan survei dan diperoleh prevalensi DM sebesar 12,4%.2

(4)

2.3.2. Determinan

Beberapa faktor yang mempengaruhi DM adalah a. Genetik atau Faktor Keturunan

DM cenderung diturunkan atau diwariskan, tidak ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar menderita DM dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM.

Diabetes tipe 2 lebih terkait dengan faktor riwayat keluarga bila dibandingkan tipe 1. Anak dengan ayah penderita DM tipe 1 memiliki kemungkinan terkena diabetes 1:17. Namun bila kedua orang tua menderita DM tipe 1 maka kemungkinan menderita DM adalah 1:4-10.

Pada DM tipe 2, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM pada usia kurang dari lima puluh tahun dan 1:13 bila salah satu orang tuanya menderita DM pada usia lebih dari lima puluh tahun. Namun bila kedua orang tuanya menderita DM tipe 2, maka kemungkinan menderita DM adalah 1:2.19

b. Usia

DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama di atas 40 tahun karena risiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia. DM tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan DM tipe 2 biasa terjadi pada usia ≥ 40 tahun. Di negara-negara barat ditemukan 1 dari 8 orang penderita DM berusia di atas 65 tahun, dan 1 dari 4 penderita berusia di atas 85 tahun.4,20

(5)

Menurut hasil penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96%) pasiem DM berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang (4%) yang berusia <

40 tahun.21

c. Ras atau Etnis

Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, Hispanik, non-Hispanik kulit hitam dan orang Amerika Latin, mempunyai resiko lebih besar terkena DM tipe 2. Suku-suku ini mempunyai resiko terkena DM 2-4 kali lebih tinggi dari pada non- Hispanik kulit putih. Kebanyakan dari ras-ras tersebut dulunya adalah pemburu dan petani. Saat ini jumlah makanan banyak dan gerak badan semakin berkurang yang menyebabkan banyak penduduk mengalami obesitas sampai DM dan tekanan darah tinggi.22

d. Kegemukan (Obesitas)

Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk diperhatikan, sebab meningkatnyanya angka kejadian DM tipe 2 berkaitan dengan obesitas.

Delapan dari sepuluh penderita DM tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.4,23 Seseorang dengan BMI (Body Mass Index) 30 kg/m2 akan 30 kali lebih mudah terkena diabetes daripada seseorang dengan BMI normal (22 Kg/m2). Bila BMI ≥ 35 Kg/m2 , kemungkinan mengidap diabetes menjadi 90 kali lipat.4

(6)

Pada suatu penelitian di Jakarta pada tahun 1982 dalam Utujo Sukaton (1996) ditemukan bahwa kegemukan merupakan salah satu resiko penting bagi timbulnya DM. Prevalensi DM untuk kelompok obesitas adalah 6,7%, kelompok overweight 3,7%, kelompok normal 0,9%, dan kelompok underweight 0,4%.20

e. Kurang Gerak Badan

Olah raga atau aktifitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat badan.

Glukosa darah dibakar menjadi energi dan sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik dan resiko terjadinya DM tipe 2 akan turun sampai 50%. Keuntungan lain yang diperoleh dari olah raga adalah bertambahnya massa otot. Biasanya 70-90 % glukosa darah diserap otot. 24,25

The Journal of the America Medical Association (1992) melaporkan hasil

studi lebih dari 21.000 orang dokter, bahwa berolah raga lima kali seminggu akan menghasilkan penurunan 42% pada kasus-kasus yang diperkirakan akan menderita DM tipe 2. 23

f. Infeksi

Virus yang dapat memicu DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini

menyebabkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Pada kasus DM tipe 1 yang terjadi pada anak, seringkali didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang, yang disebabkan oleh virus mumps dan coxsackievirus.

DM akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM. 23

(7)

2.4. Klasifikasi Diabetes Mellitus

2.4.1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI/IDDM/Tipe 1)

DM tipe 1 muncul ketika pankreas sebagai penghasil insulin tidak dapat atau memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. DM tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.23,26

DM tipe 1 juga disebut insulin-dependent diabetes mellitus karena pasien sangat bergantung terhadap insulin dan hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin. Penderita memerlukan suntikan setiap hari untuk mencukupi kebutuhan insulin dalam tubuh. Sampai saat ini, DM tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak dapat megontrol atau mengendalikan DM tipe 1.5,23

Dari semua penderita DM, 5-10% adalah penderita DM tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai DM tipe 1 belum ada, namun diperkirakan hanya sekitar 2-3%.

Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak diketahui sampai pasien mengalami komplikasi atau mengalami kematian.4

2.4.2. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI/NIDDM/Tipe 2) DM tipe 2 disebut juga non insulin-dependent diabetes mellitus. DM tipe ini adalah yang paling sering dijumpai. Biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi bisa pula timbul di usia diatas 20 tahun. Sekitar 90-95% penderita DM adalah penderita DM tipe 2.4,23

DM tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin”

dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tapi

(8)

kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat.

Pasien biasanya tidak perlu tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula darah.4,26

2.5. Gejala-Gejala Diabetes

Tiga serangkaian klasik mengenai gejala kencing manis adalah poliuri (urinasi yang sering), polidipsi (banyak minum akibat meningkatnya tingkat kehausan), dan polifagi (meningkatnya hasrat untuk makan). Gejala awal berhubungan dengan efek

langsung dari kadar gula darah yang tinggi, yang menyebabkan ginjal membuang air tambahan untuk mengencerkannya. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering buang air dalam jumlah yang banyak (poliuri). Banyaknya cairan yang keluar menyebabkan penderita merasa haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi).27,28

Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengompensasikan hal itu, penderita sering kali merasa lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).4

Gejala lain yang dapat dijumpai pada penderita DM adalah pandangan kabur, pusing, mual, berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olah raga, lemah, lesu, luka yang sukar sembuh, rasa nyeri dan kesemutan, dan adanya rasa gatal pada kulit terutama pada daerah kemaluan.27

(9)

2.6. Diagnosis Diabetes Mellitus

Penegasan diagnosis DM dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar gula darah. Apabila ditemukan seseorang yang mempunyai keluhan khas seperti gejala penyakit DM dan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah >200 mg/dl, maka sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Namun, apabila seseorang tidak menunjukkan gejala atau keluhan khas penyakit DM dan hasil pemeriksaannya kadar glukosa darah >200 mg/dl, maka hasil pemeriksaan tersebut belum cukup kuat untuk diagnosis penyakit DM.4,28

Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah yang menunjukkan <200 mg/dl, pada pasien dengan atau tanpa gejala khas merupakan indikasi untuk Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan menggunakan 75 gram cairan glukosa. Cairan glukosa tersebut diminum setelah pasien berpuasa selama 10-12 jam. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah kembali.4,20,24

Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring Dan Diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti

DM DM

KGD sewaktu Plasma Vena Darah Kapiler

< 110

<90

110-199 90-199

≥200

≥200 KGD puasa Plasma Vena

Darah Kapiler

<110

<90

110-125 90-109

≥126

≥110

Sumber: Konsensus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia, PERKENI 2002

Diagnosis DM juga dapat dilakukan melalui pengukuran kadar HbA1C (pemeriksaan hemoglobin terglikasi). Hemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, akan berikatan dengan glukosa bila kadarnya tinggi dalam darah (terglikasi). Bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu, maka kadar

(10)

HbA1C akan tinggi pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan usia sel darah merah). Kadar HbA1C akan mencerminkan rata-rata kadar gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.

Sebenarnya pada manusia normal juga terdapat keterikatan antara hemoglobin dengan glukosa, tetapi dalam jumlah yang normal yaitu sekitar 4-6%. Hasil pemeriksaan HbA1C lebih dari 6% mengindikasikan bahwa orang tersebut mengidap DM. Bila kadar HbA1C lebih dari 8% maka penderita DM diprediksi memiliki kerentanan terhadap terjadinya komplikasi. Pemantauan kadar gula darah melalui pemeriksaan HbA1C lebih mudah dilakukan karena pasien tidak perlu berpuasa sebelum pengambilan darah.29

2.7. Komplikasi Diabetes Mellitus

DM sering disebut dengan the great imitator, yaitu penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya. Karena itu, jelas bahwa DM bisa menjadi penyebab terjadinya komplikasi baik yang akut maupun kronis.

2.7.1. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus

Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secara mendadak. Keluhan dan gejalanya terjadi dengan cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut umumnya timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu tinggi (hiperglikemia).4

(11)

a. Hipoglikemia

Kadar glukosa darah yang terlalu rendah sampai di bawah 60 mg/dl disebut hipoglikemia. Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita DM yang diobati dengan suntikan insulin ataupun minum tablet anti-diabetes, tetapi tidak makan dan olah raganya melebihi biasanya.20,30

Keluhan dan gejala hipoglikemia dapat bervariasi, tergantung pada sejauh mana glukosa turun. Keluhan hipoglikemia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu: 20

a.1. Keluhan akibat otak tidak mendapat cukup kalori sehingga mengganggu fungsi intelektual, antara lain sakit kepala, kurang konsentrasi, mata kabur, capek, bingung, kejang, atau koma.

a.2. Keluhan akibat efek samping hormon lain (adrenalin) yang berusaha menaikkan kadar glukosa darah, yaitu pucat, berkeringat, nadi berdenyut cepat, berdebar, cemas, serta rasa lapar.

Pada awalnya ketika glukosa darah berada pada tingkat 40-55 mg/dl, pasien diabetes mengalami gemetaran, keringat dingin, mata kabur, lemah, lapar, pusing, sakit kepala, tegang, mual, jantung berdebar, dan kulit dingin. Pada saat glukosa darah di bawah 40 mg/dl, pasien akan merasa mengantuk, sukar bicara, seperti orang mabuk, dan bingung. Dan pada saat kadar glukosa di bawah 20 mg/dl keluhan atau gejala yang terjadi adalah kejang, tidak sadarkan diri (koma hipoglikemia), dan bisa menyebabkan kematian.20,30

b. Ketoasidosis Diabetik

(12)

Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan gawat darurat akibat hiperglikemia dimana terbentuk banyak asam dalam darah. Hal ini terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan terbentuklah asam yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut keton. Keadaan ini terjadi akibat suntikan insulin berhenti atau kurang, atau mungkin karena lupa menyuntik atau tidak menaikkan dosis padahal ada makanan ekstra yang menyebabkan glukosa darah naik.4,31

Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah. Keluhan dan gejala tersebut berupa napas yang cepat dan dalam, napas bau keton atau aseton, nafsu makan turun, mual, muntah, demam, nyeri perut, berat badan turun, capek, lemah, bingung, mengantuk, dan kesadaran menurun sampai koma.30,31

c. Hiperosmolar Non-Ketotik

Hiperosmolar Non-Ketotik adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah sangat tinggi sehingga darah menjadi “ kental ”. Kadar glukosa darah DM bisa sampai di atas 600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air keluar sel dan selanjutnya keluar dari tubuh melalui kencing. Maka timbullah kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.4,31

Gejala Hiperosmolar Non-Ketotik mirip dengan ketoasidosis. Perbedaannya, pada Hiperosmolar Non-Ketotik tidak dijumpai napas yang cepat dan dalam serta berbau keton. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa sangat haus, banyak kencing, lemah, kaki dan tungkai kram, bingung, nadi berdenyut cepat, kejang dan koma.4

(13)

2.7.2. Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus

Komplikasis kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan saraf.

Komplikasi kronis sering dibedakan berdasarkan bagian tubuh yang mengalami kerusakan, seperti kerusakan pada saraf, ginjal, mata, jantung, dan lainnya.4

a. Kerusakan Saraf (Neuropathy)

Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi. Baik penderita DM tipe 1 maupun tipe 2 bisa terkena neuropati. Hal ini biasa terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Akibatnya saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim, atau terlambat untuk dikirim.4,23

Keluhan dan gejala neuropati tergantung pada berat ringannya kerusakan saraf. Kerusakan saraf yang mengontrol otot akan menyebabkan kelemahan otot sampai membuat penderita tidak bisa jalan. Gangguan saraf otonom dapat mempercepat denyut jantung dan membuat muncul banyak keringat. Kerusakan saraf sensoris (perasa) menyebabkan penderita tidak bisa merasakan nyeri panas, dingin, atau meraba. Kadang-kadang penderita dapat merasakan kram, semutan, rasa tebal, atau nyeri. Keluhan neuropati yang paling berbahaya adalah rasa tebal pada kaki, karena tidak ada rasa nyeri, orang tidak tahu adanya infeksi.27,30

b. Kerusakan Ginjal ( Nephropathy)

DM dapat mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal. Ginjal menjadi tidak dapat menyaring zat yang terkandung dalam urin. Bila ada kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal

(14)

bocor keluar. Penderita DM memiliki resiko 20 kali lebih besar menderita kerusakan ginjal dibandingkan dengan orang tanpa DM.4,23,30

c. Kerusakan Mata

Penyakit DM dapat merusak mata dan menjadi penyebab utama kebutaan.

Setelah mengidap DM selama 15 tahun, rata-rata 2 persen penderita DM menjadi buta dan 10 persen mengalami cacat penglihatan.4

Kerusakan mata akibat DM yang paling sering adalah Retinopati (Kerusakan Retina). Glukosa darah yang tinggi menyebabkan rusaknya pembuluh darah retina bahkan dapat mengakibatkan kebocoran pembuluh darah kapiler. Darah yang keluar dari pembuluh darah inilah yang menutup sinar yang menuju ke retina sehingga penglihatan penderita DM menjadi kabur.32,36Kerusakan yang lebih berat akan menimbulkan keluhan seperti tampak banyangan jaringan atau sarang laba-laba pada penglihatan mata, mata kabur, nyeri mata, dan buta.4

Selain menyebabkan retinopati, DM juga dapat menyebabkan lensa mata menjadi keruh (tampak putih) yang disebut katarak serta dapat menyebabkan glaukoma (meningkatnya tekanan bola mata).27

d. Penyakit Jantung

DM merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Jika pembuluh darah koroner menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen dan makanan akibat suplai darah yang kurang. Selain menyebabkan suplai darah ke otot jantung kurang, penyempitan pembuluh darah juga mengakibatkan tekanan darah meningkat, sehingga dapat mengakibatkan kematian mendadak.27

(15)

e. Hipertensi

Penderita DM cenderung terkena hipertensi dua kali lipat dibanding orang yang tidak menderita DM. Hipertensi bisa merusak pembuluh darah. Hipertensi bisa memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Antara 35-75 % komplikasi DM disebabkan oleh hipertensi. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan hipertensi pada penderita DM adalah nefropati, obesitas, dan pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah.4

f. Gangguan Saluran Pencernaan

Mengidap DM terlalu lama dapat mengakibatkan urat saraf yang memelihara lambung akan rusak sehingga fungsi lambung untuk menghancurkan makanan menjadi lemah. Hal ini mengakibatkan proses pengosongan lambung terganggu dan makanan lebih lama tinggal di dalam lambung. 27,33

Gangguan pada usus yang sering diutarakan oleh penderita DM adalah sukar buang air besar, perut gembung, dan kotoran keras. Keadaan sebaliknya adalah kadang-kadang menunjukkan keluhan diare, kotoran banyak mengandung air tanpa rasa sakit perut.27

2.8. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus

Mengingat jumlah pasien semakin meningkat dan besarnya biaya pengobatan serta perawatan pasien DM, terutama akibat-akibat yang ditimbulkannya, maka upaya pencegahan sangat bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap kesehatan masyarakat.20,23

2.8.1. Pencegahan Primordial

(16)

Pencegahan primordial adalah suatu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap penyakit DM. Sasaran dari upaya mencegahan ini adalah masyarakat yang masih sehat yang tidak memiliki faktor risiko DM. Salah satu upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan ini adalah menerapkan pola hidup sehat.

2.8.2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer mencakup kegiatan yang ditujukan untuk mencegah agar DM tidak terjadi pada orang atau populasi yang rentan (yang telah memiliki faktor risiko DM) melalui modifikasi faktor-faktor resiko/determinan lingkungan dan perilaku, atau intervensi khusus terhadap orang rentan.

Upaya pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah dengan memberi pengertian pada masyarakat bahwa mencegah penyakit adalah jauh lebih baik dari pada mengobatinya. Semua pihak harus membiasakan pola hidup sehat dan menghindari pola hidup beresiko, yaitu dengan menganjurkan kepada masyarakat agar mengikuti pola makan seimbang, terutama yang mengandung serat tinggi. Selain itu dengan mengkampanyekan motto “Memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat” sangat menunjang upaya pencegahan primer.20,34

2.8.3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan Sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi denagn tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan- kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang berisiko tinggi untuk mengembangkan penyakit. 20,34

(17)

a. Penyuluhan (Edukasi)

Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan DM. Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan DM yang diberikan kepada setiap pasien DM. Disamping kepada pasien DM, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan.

Berbagai materi edukasi yang perlu diberikan pada pasien DM adalah defenisi penyakit DM, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya DM dan upaya-upaya menekan DM, pengelolaan DM secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi DM, serta pemeliharaan kaki.35,36

b. Perencanaan Makan

Pola makan yang baik dan sehat merupakan kunci sukses manajemen DM.

Seluruh penderita harus melakukan diet dengan pembatasan kalori, terlebih untuk penderita dengan kondisi kegemukan. Menu dan jumlah kalori yang tepat umumnya dihitung berdasarkan kondisi individu pasien.19,32,33 (Diet DM terlampir)

Tujuan perencanaan makan dalam pengelolaan DM adalah:

b.1. Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal b.2. Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu

hamil dan janinnya

b.3. Mencapai dan mempertahankan berat badan idamannya.

b.4. Mencegah komplikasi akut dan kronik b.5. Meningkatkan kualitas hidup.

(18)

c. Latihan Jasmani

Dalam pengelolaan DM, latihan jasmani yang teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada DM antara lain adalah:27,36

c.1. Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah

c.2. Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah penggangkut glukosa c.3. Membantu menurunkan berat badan

c.4. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri c.5. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler.

d. Obat Hipoglikemi

Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur, namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun insulin.

d.1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Obat hipoglikemik oral dapat dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanid, dan inhibitor glukosidase alfa. Sulfonilurea diberikan pada DM tipe 2 yang tidak gemuk karena golongan sulfonilurea ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pada pankreas, biguanid diberikan pada penderita DM yang gemuk karena obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati, dan inhibitor glukosidase alfa diberikan pada DM dengan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan yang tinggi karena obat ini menurunkan puncak glukosa sesudah makan.20,35,36

(19)

d.2. Insulin

Insulin mutlak diperluka oleh penderita DM tipe 1 karena sel-sel beta pankreasnyaa telah rusak sehingga tidak mampu lagi memproduksi insulin yang diperlukan dalam penyerapan glukosa dari darah ke dalam sel. Untuk penderita DM tipe 2, suntikan insulin sering kali diperlukan bila obat hipoglikemia oral sudah tidak memberikan efek yang diinginkan atau menunjukkan resistensi.35,36

2.8.4. Percegahan Tertier

Pencegahan tertier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecacatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.

Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk pengendalian penyakit DM.

Upaya pencegahan primer, sekunder, maupun tertier merupakan upaya yang paling tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah penderita DM.20,34

Gambar

Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring Dan  Diagnosis DM (mg/dl)

Referensi

Dokumen terkait

Perawatan dapat dibagi menjadi beberapa macam, tergantung dari dasar yang dipakai untuk menggolongkannya, tetapi pada dasarnya terdapat dua kegiatan pokok dalam

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas paving block dan menentukan komposisi yang tepat adalah dengan

Dokumen tersebut harus sesuai dengan isian kualifikasi yang saudara upload di LPSE Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan apabila hasil pembuktian kualifikasi ditemukan

maka Pokja 5 (lima) Unit Layanan Pengadaan Kordinator Wilayah Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara menetapkan Pemenang pada Paket tersebut di atas sebagai berikut

Bagi SMP Bentara Wacana Muntilan, memberikan informasi mengenai diksi dan gaya bahasa yang dipergunakan dalam kolom “Dari Redaksi” dan “Liputan” Majalah Sekolah Eksperana

suitable examined by qualitative method. After that, the researcher determined the poem whichis analyzed by looked for the poems content of metaphor. 2) Identification, the

Adapun dengan pertimbangan biaya produksi, biaya operasional, serta besarnya RAP yang dapat di recycle maka variasi Bitumen Murni Ex-RAP 30% + Bitumen Fresh 70% + Additive

Hasil analisis menunjukkan bahwa alternatif strategi utama yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha penggemukan sapi potong yaitu mengoptimalkan dan mengembangkan