PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA
DI PG. POERWODADIE MAGETAN
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
PUTRI OCTAVIANI SHINTA DEWI J 410 090 052
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA
DI PG. POERWODADIE MAGETAN
Putri Octaviani Shinta Dewi J 410 090 052
Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57162
Abstrak
PG. Poerwodadie Magetan merupakan Industri yang bergerak dibidang agribisnis perkebunan tebu yang menghasilkan produk utama berupa gula pasir. Industri ini menggunakan mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan melebihi (NAB) nilai ambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap penurunan daya dengar pada pekerja di PG. POERWODADIE Magetan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah karyawan PG. Poerwodadie magetan sebanyak 182 orang (pada lokasi terpapar < NAB 130 orang dan lokasi terpapar >NAB 79 orang). Pemilihan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling pada lokasi terpapar intensitas bising > NAB menjadi 40 orang. Sedangkan pada lokasi yang terpapar intensitas bising < NAB menjadi 50 orang. Pada pengambilan sampel yang kedua menggunakan random sampling diketahui sampel penelitian ini pada lokasi > NAB menjadi 20 orang sedangkan pada lokasi < NAB menjadi 20 orang. Uji statistik menggunakan
chi square dengan menggunakan SPSS 21. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa hasil pada telinga kanan p = 0,038 dan pada telinga kiri p = 0,018 yang menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang artinya ada pengaruh signifikan antara intensitas kebisingan terhadap penurunan daya dengar pada pekerja di PG. Poerwodadie Magetan.
Kata Kunci : Intensitas Kebisingan, Penurunan Daya Dengar
ABSTRACT
person). Sample selection uses purposive sampling technique in exposed location of noise intensity > NAB become 40, while in exposed location of noise intensity < NAB become 50 person. On the second sampling uses random sampling, it is discovered that sample on > NAB location is 20 person and sample on < NAB is 20 person. Statistic test uses chi square with SPSS 21. The result of the study shows that on the right ear p = 0,038 and on the left ear p = 0,018 that points on score p < 0,05 which means there is a significant between the noise intensity toward the decrease of the hearing ability on the worker’s at PG. Poerwodadie Magetan.
Keywords : noise intensity, decrease of hearing ability
A. PENDAHULUAN
PG. POERWODADIE PTPN XI merupakan pabrik yang bergerak dalam bidang usaha agribisnis perkebunan tebu yang menghasilkan produk utama gula pasir (Admin, 2009). Dalam menjalankan proses memproduksi gula, pabrik PG. Poerwodadie menggunakan mesin- mesin produksi dalam skala besar. Dengan penerapan mesin produksi tersebut dapat menimbulkan suara bising yang tidak dikehendaki. Pengaruh utama dari kebisingan bagi kesehatan pekerja adalah kerusakan pada indera-indera pendengar. Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pemaparan dihentikan. Tetapi pemaparan secara cepat sesudah pemaparan dihentikan. Tetapi pemaparan secara terus- menerus mengakibatkan kerusakan menetap pada indera-indera pendengar (Mulia, 2005). Gejala penurunan pendengaran disertai dengan timbulnya tinitus (telinga berdenging) (Irma &Intan, 2013).
ketiga adalah frekuensi yang menunjukkan jumlah dari gelombang-gelombang suara yang sampai ditelinga setiap detik. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau Hertz (Hz) (Purnomo, 2003).
Berdasarkan hasil observasi dan pengukuran kebisingan yang telah dilakukan peneliti, bahwa tingkat kebisingan yang terjadi pada pabrik tersebut sebesar 92 dB(A). Hasil tersebut menunjukkan bahwa intensitas kebisingan yang terjadi melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/Men/X/2011 tentang faktor fisik dan kimia ditempat kerja yaitu 85 dB(A) untuk 8 jam kerja. Selain itu pekerja juga kurang disiplin dalam pemakaian alat pelindung diri (ear muff maupun ear plug) dan masa kerja pekerja lebih dari 5 tahun.
Dari uraian diatas adanya kasus penurunan daya dengar pada pekerja berasal dari bunyi/suara yang tidak dikehendaki yang melebihi standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh kebisingan terhadap penurunan daya dengar pada pekerja pabrik di PG. POERWODADIE Magetan.
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian observasional analitik, menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto, 2011).
1. Jika p value ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan 2. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
a. Analisis Univariat
1) Karakteristik Responden a) Jenis Kelamin
Dari hasil pengambilan data karakteristik responden, diketahui bahwa sampel yang menjadi subyek penelitian ini berjenis kelamin laki – laki.
b)Usia
Dari hasil pengambilan data karakteristik responden, diketahui bahwa sampel yang menjadi subyek penelitian ini berusia antara 20 – 45 tahun.
Tabel 2. Frekuensi Usia Responden
No. Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%)
1. 20 – 25 1 2,5
2. 26 – 30 4 10
3. 31 – 35 7 17,5
4. 36 – 40 3 7,5
5 41 – 45 25 62,5
Jumlah ∑ 40 ∑ 100
Mean: 39,10
Standar deviasi: 6.356
Berdasarkan tabel 2, frekuensi umur responden yang paling banyak adalah umur 41 – 45 tahun sebanyak 25 responden atau 62,5% dari jumlah sampel. Frekuensi umur responden yang paling sedikit adalah umur 20 – 25 tahun sebanyak 1 responden atau 2,5% dari jumlah sampel. Nilai mean pada tabel frekuensi umur responden adalah 39,10 dan standar deviasinya 6356.
c) Masa Kerja
Tabel 3. Frekuensi Masa Kerja Responden
No. Masa Kerja (tahun) Frekuensi Persentase (%)
1. 5 – 10 15 37,5
2. 11 – 16 7 17,5
3. 17 – 22 9 22,5
4. 23 – 28 9 22,5
Jumlah ∑ 40 ∑ 100
Mean : 15,05
Standar deviasi : 7418
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa frekuensi masa kerja responden yang paling banyak adalah masa kerja 5 – 10 tahun sebanyak 15 responden atau 37,5% dari jumlah sampel. Sedangkan frekuensi masa kerja responden yang paling sedikit adalah masa kerja 11 – 16 tahun sebanyak 7 responden atau 17,5% dari jumlah sampel. Nilai mean pada tabel frekuensi umur responden adalah 15,05 dan standar deviasinya 7456.
d)Riwayat Penyakit Pendengaran
Berdasarkan data responden dipoliklinik PG. Poerwodadie, bahwa subjek penelitian tidak mempunyai riwayat penyakit pendengaran sebelumnya baik bawaan sejak lahir maupun sebelum bekerja di PG. Poerwodadie Magetan.
2) Intensitas Kebisingan
a) Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di lokasi > NAB Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi > NAB
No Lokasi Intensitas
kebisingan (dB)
Analisa Hasil
1 Stasiun gilingan 87 > NAB
2 Pabrik tengah 90 >NAB
3 Sentral Listrik 92 >NAB
Mean :89,67
Standart deviasi:2.517
b) Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi < NAB Tabel 5. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi < NAB
No Lokasi Intensitas
kebisingan (dB)
Analisa Hasil
1 Pos satpam 58 < NAB
2 Kantor 58 < NAB
3 Garasi 62 < NAB
Mean :59.33
Standar deviasi :2309
Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013 3) Penurunan Daya Dengar
Penurunan daya dengar dilakukan dengan menggunakan alat ukur audiometer dengan perolehan hasil sebagai berikut:
1) Lokasi terpapar > NAB
Tabel 6. Hasil Pengukuran Fungsi Pendengaran Telinga Kanan > NAB
NO NAMA TELINGA KANAN
Daya dengar 4000 Hz
Keterangan
500 1000 2000 4000
1 A 45 35 20 70 70 Penurunan daya dengar
2 B 25 20 10 30 30 Penurunan daya dengar
3 C 20 20 25 50 50 Penurunan daya dengar
4 D 25 60 10 25 30 Penurunan daya dengar
5 E 25 20 30 15 15 Normal
6 F 20 15 20 15 15 Normal
7 G 30 25 15 10 10 Normal
8 H 25 20 15 15 15 Normal
9 I 15 20 30 15 15 Normal
10 J 35 25 25 25 25 Normal
11 K 15 20 25 30 30 Penurunan daya dengar
12 L 35 30 10 20 20 Normal
14 N 25 25 35 10 10 Normal
15 O 30 25 15 65 65 Penurunan daya dengar
16 P 30 60 25 45 45 Penurunan daya dengar
17 Q 25 25 25 30 30 Penurunan daya dengar
18 R 40 20 15 30 30 Penurunan daya dengar
19 S 25 20 10 10 10 Normal
20 T 40 45 25 25 25 Normal
Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013
Tabel 7. Hasil Pengukuran Fungsi Pendengaran Telinga Kiri > NAB
NO NAMA TELINGA KIRI
Daya dengar 4000 Hz
Keterangan
500 1000 2000 4000
1 A 30 25 20 20 70 Penurunan daya dengar
2 B 30 20 15 35 35 Penurunan daya dengar
3 C 25 20 10 50 50 Penurunan daya dengar
4 D 30 25 10 35 35 Penurunan daya dengar
5 E 30 20 15 25 25 Normal
6 F 20 20 25 20 20 Normal
7 G 30 25 15 10 10 Normal
8 H 25 15 20 20 20 Normal
9 I 25 20 10 20 20 Normal
10 J 40 30 30 25 25 Normal
11 K 25 20 30 40 40 Penurunan daya dengar
12 L 30 20 15 20 20 Normal
13 M 30 25 15 15 15 Normal
14 N 35 25 25 20 20 Normal
16 P 35 25 35 65 65 Penurunan daya dengar
17 Q 30 25 30 30 30 Penurunan daya dengar
18 R 35 30 20 30 30 Penurunan daya dengar
19 S 20 20 10 20 20 Normal
20 T 40 30 20 30 30 Penurunan daya dengar
Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013
Berdasarkan tabel 7 dan 8 tersebut, diperoleh hasil pengukuran penurunan daya dengar pada telinga kiri dan kanan di lokasi yang terpapar intensitas kebisingan > NAB terdapat hasil tertinggi yaitu 70 dB (A).
2) Lokasi terpapar < NAB
Tabel 8. Hasil Pengukuran Fungsi Pendengaran Telinga Kanan < NAB
No NAMA TELINGA KANAN Daya
dengar 4000 Hz
Ket erangan
500 1000 2000 4000
1 U 20 15 15 30 30 penurunan daya dengar
2 V 35 25 10 10 10 Norm al
3 W 30 20 10 30 30 penurunan daya dengar
4 X 25 20 15 25 25 Norm al
5 Y 25 20 10 15 15 Norm al
6 Z 30 20 10 10 10 Norm al
7 AA 35 20 10 15 15 Norm al
8 BB 40 30 10 20 20 Norm al
9 CC 25 25 15 15 15 Norm al
10 DD 35 25 20 20 20 Norm al
11 EE 35 25 15 25 25 Norm al
12 FF 20 30 40 20 20 Norm al
13 GG 20 60 25 20 20 Norm al
14 HH 40 30 10 15 15 Norm al
15 II 35 30 15 25 25 Norm al
16 JJ 30 30 10 15 15 Norm al
17 KK 30 25 15 25 25 Norm al
18 LL 25 30 15 20 20 penurunan daya dengar
19 M M 25 25 15 10 10 Norm al
20 NN 30 25 10 25 25 Norm al
Tabel 9. Hasil Pengukuran Fungsi Pendengaran Telinga Kiri < NAB No NAMA TELINGA KIRI Daya dengar 4000 Hz Ket erangan
500 1000 2000 4000
1
U
25 20 20 40 40
penurunan daya
dengar
2 V
40 30 10 25 25 Norm al
3
W
30 25 15 15 15 Norm al
4 X
25 35 30 25 25 Norm al
5
Y
20 35 25 35 35
penurunan daya
dengar
6 Z
30 30 25 25 25 Norm al
7
AA
35 30 25 25 25 Norm al
8
BB
25 20 25 15 15 Norm al
9
CC
30 15 10 20 20 Norm al
10 DD
35 25 15 25 25 Norm al
11
EE
35 25 30 30 30
penurunan daya
dengar
12 FF
40 30 30 25 25 Norm al
13 GG
35 25 20 20 20 Norm al
14 HH
30 25 10 10 10 Norm al
15 II
35 30 20 25 25 Norm al
16 JJ
17 KK
30 20 25 25 25 Norm al
18 LL
25 20 15 20 20 Norm al
19
M M
35 30 20 10 10 Norm al
20 NN
30 25 10 10 10 Norm al
Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013
Berdasarkan tabel 9 dan 10 tersebut, diperoleh hasil pengukuran penurunan daya dengar pada telinga kiri dan kanan di lokasi yang terpapar intensitas kebisingan < NAB terdapat hasil tertinggi yaitu 40 dB (A).
a. Analisis Bivariat
Hasil analisis bivariat menggunakan SPSS 21 dengan uji statistik
chi square sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan terhadap Penurunan Daya Dengar Telinga Kanan
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 4.286a
1 .038
Continuity Correctionb 2.976 1 .084
Likelihood Ratio 4.435 1 .035
Fisher's Exact Test .082 .041
Linear-by-Linear Association 4.179 1 .041
N of Valid Casesb 40
Dari hasil uji statistik SPSS 21 menunjukkan bahwa pada telinga kanan nilai p = 0,038 , nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada telinga kanan.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 5.584a
1 .018
Continuity Correctionb 4.103 1 .043
Likelihood Ratio 5.812 1 .016
Fisher's Exact Test .041 .020
Linear-by-Linear Association 5.444 1 .020
N of Valid Casesb 40
Dari hasil uji statistik SPSS 21 menunjukkan bahwa pada telinga kanan nilai p = 0,018 , nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada telinga kiri.
2. Pembahasan
a. Karakteristik Subjek Penelitian 1) Jenis Kelamin
Responden penelitian pada penelitian ini berjenis kelamin laki – laki. Sehingga responden penelitian akan cenderung mengalami penurunan pendengaran karena menurut Anizar (2009) pria cenderung mengalami kehilangan pendengaran lebih cepat dari pada wanita
2) Usia
Pada tabel 2 terlihat bahwa nilai mean usia responden penelitian sebesar 39,10 tahun. Sehingga menurut Commite On Conservation Of
Hearing Of American Academy Of Ortolarynology dapat dikatakan bahwa
usia responden akan lebih terhindar dari penurunan pendengaran karena seseorang dalam usia produktif yaitu 15 – 55 tahun dapat terhindar dari
presbiacussis (penurunan pendengaran) (Ballenger dalam Deo, 2012)
(2013) bahwa terjadinya penurunan pendengaran terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
3) Masa Kerja
Hasil analisa pada tabel 3 diketahui bahwa mean masa kerja responden sebesar 15,05 tahun tidak mempengaruhi terjadinya penurunan daya dengar. Karena menurut Pulat (1992), Grandjean (1993), Plog (1995), dan Dobie (1995) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa terjadinya penurunan daya dengar pada frekuensi 4000 Hz dibandingkan frekuensi lain menunjukkan bahwa kehilangan pendengaran tersebut disebabkan karena pemajanan kebisingan pada intensitas tinggi.
4) Riwayat Penyakit Pendengar
Semua responden dalam penelitian ini tidak mempunyai riwayat penyakit pendengaran. Sehingga menunjukkan bahwa jika terjadi penurunan pendengaran bukan disebabkan oleh karena penyakit sebelumnya dan hanya disebabkan karena kebisingan. Berdasarkan Harrianto (2008) beberapa penyakit yang pernah diderita sejak dalam kandungan perlu ditanyakan, karena penyakit tersebut dapat menyebabkan gangguan pendengaran sebelum terpajan bising di tempat kerja.
b. Intensitas Kebisingan
Dari hasil pengukuran intensitas kebisingan menggunakan sound
level meter pada lokasi yang terpajan intensitas kebisingan > NAB dan <
Sedangkan lokasi yang intensitas kebisingannya > NAB terdapat pada lokasi stasiun gilingan dengan memiliki intensitas kebisingan 87 dB(A), pada lokasi pabrik tengah intensitas bisingnya sebesar 90 dB(A) dan pada sentral listrik intensitas kebisingannya 92 dB(A) ketiga lokasi tersebut masih diatas nilai ambang batas yang telah ditetapkan untuk 8 jam kerja.
c. Penurunan Daya Dengar
Dari hasil pengukuran penurunan daya dengar menggunakan audiometri pada responden yang terpapar bising > NAB dan terpapar bising < NAB menunjukkan bahwa pada telinga kanan dan kiri mempunyai pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar. Hal tersebut sejalan dengan teori yang telah dikemukakan oleh Soepardi, dkk (2007) bahwa terjadinya penurunan daya dengar terjadi apabila daya dengarnya > 25 dB(A). Dan apabila daya dengarnya < 25(A) dianggap normal.
d. Analisis Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Penurunan Daya Dengar
Kebisingan merupakan semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan penurunan daya dengar (Anizar, 2009). Bising yang intensitasnya lebih dari 85 desibel dB(A) dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran corti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan adalah alat corti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000 Hz (Soepardi,dkk, 2007).
hilang dan dapat meningkatkan kerusakan hingga suara berfrekuensi rendah tidak dapat didengar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh Muslichah Iriani (2009) menyimpulkan bahwa adanya pengaruh paparan bising terhadap gangguan pendengaran pada pekerja di PT. GE LIGHTING Indonesia Yogyakarta. Sedangkan pada penelitian Marselina Deo (2012) menyimpulkan bahwa ada pengaruh paparan bising terhadap gangguan fungsi pendengaran pada tenaga kerja di PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA.
D. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Intensitas kebisingan di PG. Poerwodadie Magetan pada lokasi yang terpapar intensitas kebisingan > NAB nilai rata-ratanya 89,67 dB(A). sedangkan pada lokasi yang terpapar intensitas kebisingan < NAB nilai rata-ratanya 59,33 dB(A).
2. Dengan uji statistik Chi Square di peroleh hasil penurunan daya dengar pada telinga kanan p = 0,038 dan pada telinga kiri p = 0,018 yang menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang artinya ada pengaruh signifikan antara intensitas kebisingan terhadap penurunan daya dengar pada pekerja di PG. Poerwodadie Magetan.
B. Saran
1. Bagi Perusahaan
a. Sebaiknya perusahaan melakukan pengukuran faktor fisik terutama kebisingan secara rutin untuk mengetahui tingkat kebisingan sehingga jika diketahui terdapat kebisingan yang melebihi NAB dapat segera dilakukan pengendalian bising yaitu:
1) Pengendalian pada sumber 2) Pengendalian pada media bising 3) Pengendalian pada penerima
b. Sebaiknya perusahaan mewajibkan, memberi motivasi dan memantau pekerjanya untuk membiasakan diri dan disiplin dalam pemakaian alat pelindung diri (ear plug dan ear muff) agar tidak terjadi penurunan daya dengar.
2. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk pengembangan penelitian lainnya terkait dengan Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Penurunan Daya Dengar pada Pekerja.
Daftar Pustaka
Admin. 2009. PG. POERWODADIE. Di unduh: 21 April 2013. http://www.ptpn-11.com/pg-poerwodadie.html
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Deo, Marselina. 2012. Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Gangguan
Fungsi Pendengaran pada Tenaga Kerja Bagian Weaving di PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA. (Skripsi).
Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Harrianto, R. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Iriani, Muslichah. 2009. Pengaruh Paparan Bising terhadap Gangguan
Pendengaran pada Pekerja di PT. GE LIGHTING INDONESIA YOGYAKARTA. (Skripsi). Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Irma, I dan Intan A. 2013. Penyakit Gigi, Mulut, dan THT. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mulia R. M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Purnomo, H. 2003. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Soepardi E.A., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti R.D. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan. Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jakarta: FK UI. Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA