234
HUBUNGAN REGULASI DIRI DENGAN KECEMASAN BELAJAR MATEMATIKA YANG DIMILIKI PESERTA DIDIK KELAS VII MTs
Tria Noor Fatonah*1, Nur Izzati2
12Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Indonesia
Corresponding Author*: Tria Noor Fatonah,
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Maritim Raja Ali Haji,
Jl. Raya Dompak, Tanjungpinang, Indonesia.
Email: 190384202036@student.umrah.ac.id Contact Person: 0812-7061-3572
Informasi Artikel:
Diterima : 26 November 2022 Direvisi : 18 Desember 2022 Diterima : 19 Desember 2022
How to Cite:
Fatonah, T. N., Izzati, N. (2023). Hubungan Regulasi Diri dengan Kecemasan Belajar Matematika yang Dimiliki Peserta Didik Kelas VII MTs. Jurnal Theorems (The Original Reasearch of Mathematics, 7(1), 234-242.
ABSTRAK
Regulasi diri merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk mengendalikan kecemasan belajar yang dimiliki siswa, khususnya matematika. Hal tersebut tampak pada siswa kelas VII MTs Negeri Tanjungpinang yang kurang akan regulasi pada dirinya yang menyebabkan kecemasan selama belajar matematika. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan regulasi diri dengan kecemasan belajar matematika yang dimiliki siswa MTs. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi MTs Negeri Tanjungpinang tahun ajaran 2022/2023 dan sampel penelitian kelas VII sebanyak 31 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket regulasi diri dan angket kecemasan. Metode penelitian menggunakan korelasi product moment. Hasil penelitian yaitu nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,007 < 0,05 dan nilai pearson correlation sebesar 0,478 sehingga terdapat hubungan yang sedang antara regulasi diri dengan kecemasan belajar matematika yang dimiliki siswa kelas VII MTs Negeri Tanjungpinang.
Kata kunci: kecemasan belajar matematika, regulasi diri
ABSTRACT
Self-regulation is a very important aspect for controlling students' learning anxiety, especially mathematics. This can be seen in class VII students of MTs Negeri Tanjungpinang who lack self-regulation which causes anxiety when studying mathematics. The purpose of this study was to see the relationship between self-regulation and math anxiety among MTs students. The population of this study were students of MTs Negeri Tanjungpinang for the 2022/2023 academic year and a class VII research sample of 31 students. The instruments used in this study were self-regulation questionnaires and anxiety questionnaires. The research method uses product moment correlation. The result of the research is the sig. (2-tailed) of 0.007 <0.05 and a Pearson correlation value of 0,478 so that there is a moderate relationship between self-regulation and anxiety in learning mathematics in class VII students of MTs Negeri Tanjungpinang.
Keywords: anxiety in learning mathematics, self-regulation
PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang nomor 17 tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
235
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, integritas moral, dan kualitas lain yang diperlukan masyarakat, bangsa, dan negara merupakan tujuan pendidikan secara umum yang telah di tetapkan pemerintah Indonesia (Faturrahman, 2012)
Pendidikan adalah proses kegiatan yang menggunakan teknik khusus untuk membantu individu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan karakter moral mereka (Purnomo, 2016). Orang dewasa secara aktif terlibat dalam kegiatan pendidikan bersama anak-anak dengan cara yang disengaja dan berkomitmen, mendorong keterlibatan yang sering antara keduanya sampai anak tersebut mencapai hasil yang diinginkan (Rusmiati, 2017). Pada dasarnya, pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Perubahan-perubahan dalam pendidikan yang begitu cepat, jika tidak diiringi dengan kemampuan adaptasi yang baik oleh peserta didik akan dapat menimbulkan kecemasan, yaitu kekhawatiran tidak tercapainya apa yang diinginkan seperti takut tidak lulus dalam melakukan sesuatu (Suardana & Simarmata, 2013).
Kecemasan adalah kondisi mental yang ditandai dengan efek negatif dan tanda-tanda ketegangan fisik ketika seseorang mengantisipasi potensi bahaya di masa depan (Judaniastuti & Edwina, 2019).
Kecemasan dalam belajar matematika akan dihasilkan dari anak-anak yang memiliki pandangan negatif yang berlebihan tentang matematika. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh (Keshavarzi &
Ahmadi, 2013) yaitu peserta didik yang telah membentuk keyakinan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang menantang, sulit, dan merasa terbebani oleh matematika akan lebih rentan untuk mengkhawatirkannya. Berbeda dengan penegasan ahli sebelumnya, Dursun (2015) menegaskan bahwa kecemasan matematika adalah perasaan yang kadang-kadang memotivasi individu untuk terlibat dalam perilaku positif dan kreatif dalam kehidupan sehari-hari, dan kadang-kadang menghalangi sikap positif tersebut dan umumnya akan menyebabkan kegelisahan. Tampaknya, kecemasan dapat menginspirasi seseorang untuk berimajinasi dan berperilaku positif. Namun, jika tidak mendapat arahan dengan cara yang benar maka perilaku seseorang dapat menjadi negatif.
Peneliti telah melakukan observasi awal kepada siswa kelas VII MTS Negeri Tanjungpinang.
Beberapa peserta didik mengatakan bahwa salah satu penyebab kecemasan mereka saat belajar Matematika yaitu kurangnya kemampuan peserta didik dalam pengelolaan diri dan mengatur pola belajar mereka. Beberapa peserta didik juga mengatakan bahwa mereka merasa cemas dan takut ketika diminta untuk maju ke depan mengerjakan soal matematika di kelas. Sejalan dengan itu, Kesici dan Erdogan dalam (Judaniastuti & Noor Edwina S, 2019) berpendapat bahwa regulasi diri dalam belajar, efikasi diri, dan motivasi belajar merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan peserta didik.
Oleh karena itu, kecemasan memiliki hubungan dengan regulasi diri dan berdampak pada kinerja belajarnya.
236
Menurut Santrock dalam (Rachmah, 2015) berpendapat bahwa adanya regulasi diri dalam belajar akan membuat seseorang untuk menetapkan tujuan, menilainya, dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang diperlukan untuk mendukung pencapaiannya. Metakognisi dan perilaku merupakan komponen dari regulasi diri. Metakognisi merupakan salah satu cara dalam membantu seseorang untuk melakukan regulasi diri dengan berfokus pada detail spesifik terhadap suatu hal. Munculnya salah satu aspek kecemasan yaitu komponen kognitif dapat dikurangi dengan salah satu sub-aspek regulasi diri yaitu metakognitif (Judaniastuti & Edwina, 2019). Pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional tentang diri sendiri merupakan contoh pengetahuan kognitif tentang diri sendiri. Maka, setiap individu akan menyadari sejauh mana mereka akan menilai proses belajar mereka dengan menerapkan prosedur belajar yang efektif dan efisien. Dengan menerapkannya maka akan membawa dampak positif bagi peserta didik, karena setiap peserta didik menghadapi pembelajaran dengan pemahaman kognitifnya akan membuat aspek kecemasan subjektif dan komponen kognitif tidak lagi muncul pada peserta didik ketika mereka menghadapi pembelajaran. Ketika peserta didik sudah merasa siap untuk belajar, maka perasaan khawatir dan tidak mampu menghadapi masalah tidak akan muncul saat itu.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti merasa perlu untuk mengetahui hubungan regulasi diri dengan kecemasan belajar matematika peserta didik. Apakah regulasi diri memiliki hubungan yang sedang, rendah atau tinggi dengan kecemasan belajar matematika.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian korelasioanal dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri Tanjungpinang. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs Negeri Tanjungpinang. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII- 6 MTs Negeri Tanjungpinang sebanyak 31 orang peserta didik.
Penelitian ini dilakukan dengan variabel bebas yaitu regulasi diri (X) dan variabel terikat yaitu kecemasan belajar matematika (Y). Indikator yang menjadi fokus untuk memperoleh data tentang regulasi diri yaitu adopsi penelitian dari Nurfa (2020) yaitu peserta didik memiliki inisiatif belajar, memiliki kemampuan menentukan nasib sendiri, dapat mendiagnosis kebutuhan belajar, mampu mengatasi masalahnya sendiri. Indikator yang menjadi fokus untuk memperoleh data tentang kecemasan belajar yaitu adopsi dari penelitian Mega (2018) yaitu timbul rasa gemetar, jantung berdebar-debar, tegang, khawatir, dan gelisah. Dengan desain penelitian yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut:
237
Gambar 1. Desain Penelitian
Instrumen pada penelitian ini adalah angket regulasi diri dan angket kecemasan belajar matematika. Langkah awal penelitian yang dilakukan adalah perancangan instrumen. Setelah intrumen dibuat maka selanjutnya yaitu menguji cobakan intrumen dan validasi instrumen.
Selanjutnya instrumen yang telah di validasi tersebut dibagikan kepada responden. Data yang telah diperoleh lalu diuji prasyarat terlebih dahulu, kemudian barulah dapat dilakukan uji hipotesis.
Uji Prasyarat
Untuk memastikan apakah analisis data untuk pengujian hipotesis layak dilakukan, maka dilakukan uji prasyarat. Uji normalitas dan uji linearitas akan dilakukan dalam penelitian ini. Uji Normalitas untuk menentukan apakah sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji normalitas. Uji Lilliefors One-Sample Kolmogorov-Smirnov digunakan sebagai uji statistik dalam penelitian ini. Uji Linearitas untuk memastikan apakah ada hubungan linier antara dua variabel, menggunakan uji linieritas.
Uji Hipotesis
Pada penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji correlation product moment. Analisis korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara masing- masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
H1 : tidak ada hubungan antara regulasi diri dengan kecemasan belajar matematika yang dimiliki peserta didik kelas VII
H0 : ada hubungan antara regulasi diri dengan kecemasan belajar matematika yang dimiliki peserta didik kelas VII
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari uji coba validasi instrumen dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pada uji coba validitas instrumen regulasi diri terdapat 5 item yang dinyatakan tidak valid dan 15 item dinyatakan valid. Sedangkan pada uji coba validitas instrumen kecemasan belajar matematika terdapat 4 item yang dinyatakan tidak valid dan 16 item dinyatakan valid.
X Y
238
Tabel 1. Hasil Uji Coba Validasi Instrumen
Pada uji coba reliabilitas instrumen, variabel regulasi diri dan kecemasan belajar matematikadinyatakan reliabel. Hal tersebut dikarenakan nilai Cronbach`s Alpha > 0,70.
Tabel 2. Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen
Uji Prasyarat Analisis a) Uji Normalitas
Hasil dari uji normalitas penelitian ini adalah:
Item Regulasi
Diri
r hitung r
tabel Keterangan
Item Kecemasan
Belajar Matematika
r hitung r
tabel Keterangan
1 0,354
0,349
Valid 1 0,421
0,349
Valid
2 0,55 Valid 2 0,513 Valid
3 0,503 Valid 3 0,605 Valid
4 0,682 Valid 4 0,522 Valid
5 0,342 Tidak valid 5 0,505 Valid
6 0,587 Valid 6 0,355 Valid
7 0,459 Valid 7 0,557 Valid
8 0,623 Valid 8 0,446 Valid
9 0,698 Valid 9 0,572 Valid
10 0,677 Valid 10 0,582 Valid
11 0,877 Valid 11 0,384 Valid
12 0,113 Tidak valid 12 0,031 Tidak valid
13 0,390 Valid 13 0,458 Valid
14 0,048 Tidak valid 14 0,009 Tidak valid
15 0,746 Valid 15 -0,096 Tidak valid
16 0,616 Valid 16 0,403 Valid
17 0,401 Valid 17 0,366 Valid
18 0,311 Tidak valid 18 0,607 Valid
19 -0,213 Tidak valid 19 0,250 Tidak valid
20 0,727 Valid 20 0,363 Valid
Variabel Cronbach`s Alpha Keterangan
Regulasi Diri 0,812992521 Reliabel
Kecemasan Belajar Matematika
0,701136479 Reliabel
239
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa variabel regulasi diri dan variabel kecemasan belajar memiliki nilai signifikansi 0,200 > α = 0,05. Penelitian ini menunjukkan bahwa sampel diambil dari data yang berdistribusi secara normal.
b) Uji Linearitas
Hasil dari uji linearitas penelitian ini adalah:
Tabel 4. Hasil Uji Linearitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Regulasi Diri Kecemasan
Belajar Matematika
Unstandardized Residual
N 31 31 31
Normal Parametersa,b
Mean 44,65 41,35 ,0000000
Std.
Deviation
7,521 5,908 5,18996932
Most Extreme Differences
Absolute ,100 ,107 ,104
Positive ,100 ,107 ,104
Negative -,084 -,090 -,097
Test Statistic ,100 ,107 ,104
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d ,200c,d ,200c,d
ANOVA Table
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Kecemasan Belajar
Matematika * Regulasi Diri
Between Groups
(Combined) 762,347 18 42,353 1,785 ,154 Linearity 239,023 1 239,02
3
10,073 ,008
Deviation from Linearity
523,323 17 30,784 1,297 ,328
Within Groups 284,750 12 23,729
Total 1047,097 30
240
Tabel 5. Hasil Uji Correlations
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara regulasi diri dengan kecemasan belajar matematika menggunakan SPSS diperoleh nilai sig. (2-tailed) = 0,007 yang akan dibandingkan dengan α = 0,05. Sehingga dapat diketahui bahwa nilai sig. (2-tailed) 0,007 < 0,05 maka terdapat hubungan antara regulasi diri dengan kecemasan belajar matematika. Hal itu sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2009) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan akademis dengan self-regulated learning.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah derajat hubungan yang dimiliki tidak ada korelasi, lemah, sedang, kuat, atau sempurna maka dapat dilihat pada nilai pearson correlation. Diperoleh nilai pearson correlation 0,478 yang kemudian dibandingkan dengan tabel dibawah:
Tabel 5. Kriteria Tingkat Korelasi
Berdasarkan tabel diatas, nilai pearson correlation 0,478 terletak pada interval 0,41 – 0,60.
Hal tersebut menyatakan bahwa hubungan regulasi diri dengan kecemasan belajar matematika berada pada tingkat hubungan korelasi yang sedang. Hasil tersebut juga menyatakan bahwa 0,478 bertanda positif, berarti hubungan antara regulasi diri dengan kecemasan belajar memiliki hubungan positif. Semua itu berarti jika regulasi diri peserta didik tinggi maka kecemasan belajar yang dimiliki peserta didik tinggi juga, begitu pula sebaliknya jika regulasi diri peserta didik rendah maka kecemasan belajar matematika yang dimiliki peserta didik juga rendah.
Correlations
Regulasi Diri Kecemasan Belajar Matematika
Regulasi Diri Pearson Correlation 1 ,478**
Sig. (2-tailed) ,007
N 31 31
Kecemasan Belajar Matematika
Pearson Correlation ,478** 1 Sig. (2-tailed) ,007
N 31 31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Interval Koefisien Keterangan tingkat hubungan 0,00 – 0,20 Tidak ada korelasi
0,21 – 0,40 Korelasi lemah 0,41 – 0,60 Korelasi sedang 0,61 – 0,80 Korelasi kuat 0,81 – 1,00 Korelasi sempurna
241 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan perhitungan yang telah diuraikan oleh peneliti, diketahui bahwa nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,007 < 0,05 dan nilai pearson correlation sebesar 0,478 terletak pada interval 0,41 – 0,60 yaitu pada tingkat hubungan sedang. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sedang antara regulasi diri dengan kecemasan belajar matematika yang dimiliki siswa kelas VII MTs Negeri Tanjungpinang.
SARAN
Saran yang dapat diberikan yaitu pendidik sebaiknya lebih memperhatikan kecemasan belajar peserta didik dengan menyarankan beberapa hal kepada peserta didik seperti sebelum belajar lebih baik menyiapkan diri terlebih dahulu dengan pengelolaan diri dalam pelajar sebelumnya atau meregulasi diri. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti terkait hal apa yang memiliki hubungan regulasi dan kecemasan belajar ini atau faktor lain yang mempengaruhi kecemasan dan regulasi diri.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan artikel ini, khususnya kepada bapak guru matematika serta peserta didik MTs Negeri Tanjungpinang yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dursun, S. (2015). Investigation of high school students’ attitude and anxiety levels towardsMathematics in terms of some variables. Education Research and Reviews, 10(13), p.
1773-1780.
Faturrahman, et. al. (2012). Pengantar Pendidikan. Prestasi Pustaka Karya.
Judaniastuti, T., & Edwina, T. N. (2019). Hubungan Antara Regulasi Diri Dalam Belajar Dan Kecemasan Siswa Terhadap Ulangan Harian Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Di Provinsi D.I. Yogyakarta. SOSIOHUMANIORA, Vol.5(No.1), 66–69.
Judaniastuti, T., & Noor Edwina S, T. D. (2019). Hubungan Antara Regulasi Diri Dalam Belajar Dengan Kecemasan Siswa Terhadap Ulangan Harian. URECOL: Universitas Muhammadiyah Purworejo, 62–65.
Keshavarzi, A., & Ahmadi, S. (2013). A Comparison of Mathematics Anxiety among Students by Gender. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 83, 542–546.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.06.103
Mega, Arinta. (2018). Hubungan Antara Kecemasan Dengan Prestasi Belajar Matematika Materi
242
Volume Kubus dan Balok Pada Siswa Kelas V SDN 1 Banyuurip. Universitas Sanata Dharma.
Nurfa, Rita. (2020). Pengaruh Self Regulated Learning, Kecemasan Matematis dan Prokastinasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 5 Takalar. Universitas Muhammadyah Makassar.
Pratiwi, Putri Amalia. (2009). Hubungan antara Kecemasan Akademis dengan Self-Regulated Learning pada Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 3 Surakarta. Universitas Diponegoro Semarang.
Purnomo, Y. (2016). Pengaruh Sikap Siswa Pada Pelajaran Matematika Dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika.
Rachmah, D. N. (2015). "Regulasi Diri dalam Belajar pada Mahasiswa yang Memiliki Peran Banyak".
Jurnal Psikologi, 42(1), 61–77.
Rusmiati. (2017). Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Bidang Studi Ekonomi Siswa MA Al Fattah Sumber Mulyo. http://journal.stkipnurulhuda.ac.id/index.php/utility
Suardana, A. A. P. C. P., & Simarmata, N. (2013). Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Kecemasan pada Siswa Kelas Vi Sekolah Dasar di Denpasar Menjelang Ujian Nasional. Jurnal Psikologi Udayana, 1(1). https://doi.org/10.24843/jpu.2013.v01.i01.p20
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.