• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia (KRDI) dalam Menanamkan Nilai Pendidikan Islam pada Anak Jalanan di Kota Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Upaya Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia (KRDI) dalam Menanamkan Nilai Pendidikan Islam pada Anak Jalanan di Kota Makassar"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA KOMUNITAS RUMAH DEDIKASI INDONESIA (KRDI) DALAM MENANAMKAN NILAI PENDIDIKAN ISLAM PADA

ANAK JALANAN DI KOTA MAKASSAR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh:

INNA SAFA’AH NIM: 20100119056

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2023

(2)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Inna Safa‟ah

NIM : 20100119056

Tempat/Tgl Lahir : Makassar/06 Oktober 1999 Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Alamat : BTN Bukit Hartaco Indah/Makassar

Judul : Upaya Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia (KRDI) dalam menanamkan Nilai Pendidikan Islam pada Anak Jalanan di Kota Makassar”

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri, jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat orang lain atau seluruhnya, maka skripsi ini dan gelar yang di peroleh karenanya batal demi hukum.

Samata, 02 Maret 2023 Penyusun,

Inna Safa’ah NIM 20100119056

(3)

ii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

الله الرحمن الرحيم مسب

Alhamdulillahi rabbil‟aalamiin, wash-sholaatu wassalaamu „ala isyrofil anbiyaa i walmursaliin, wa‟alaa alihi washohbihii ajma‟iin ammaba‟adu.

Tiada kata yang lebih indah selain ucapan syukur alhamdulillah penyusun persembahkan kepada Allah swt, yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Upaya Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia (KRDI) dalam Menanamkan Nilai Pendidikan Islam pada Anak Jalanan di Kota Makassar”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah saw, kepada para keluarga serta sahabatnya yang senantiasa menjadi suri teladan kepada kita sebagai umat-Nya.

Melalui tulisan ini, peneliti menyadari bahwa pada proses penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai akhir tidak luput dari segala kekurangan maupun berbagai hambatan. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyampaikan karya ilmiah ini. Dengan penuh kesadaran dan dari dalam dasar hati nurani peneliti menyampaikan permohonan maaf dan terima kasih kepada ayahanda Abdullah dan ibunda Aisyah yang telah membesarkan, mendidik, dan mengasuh peneliti dengan sabar, ikhlas, penuh cinta dan kasih sayang serta senantiasa memanjatkan doa-doanya untuk peneliti. Tidak lupa pula peneliti mengucapkan terima kasih kepada kakak dan adik peneliti, yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada peneliti. Selanjutnya ucapan terima kasih juga ditujukan kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Wakil

(5)

v

Rektor II, Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum., Wakil Rektor III, Prof.

Dr. H. Darusalam Syamsuddin, M.Ag., dan Wakil Rektor IV, Dr. H.

Kamaluddin Abu Nawas, M.Ag., yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar menjadi tempat bagi peneliti untuk memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

2. Dr. H. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Dekan I, Dr. M. Shabir U, M.Ag., Wakil Dekan II, Dr. M. Rusdi, M.Ag., Wakil Dekan III, Dr. H.

Ilyas, M.Pd., M.Si., yang telah membina penulis selama kuliah.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A., dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan petunjuk dan arahannya selama penyelesaian kuliah.

4. Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I., dan Dr. Riadil Janna, M.A. selaku pembimbing I dan II yang telah bersedia dan bersabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan peneliti mulai dari bagian awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Dr. H. Erwin Hafid, Lc., M.Th.I., M.Ed, dan Dr. Besse Ruhaya, M.Pd.I.

selaku penguji I dan II yang telah bersedia dan bersabar meluangkan waktunya dalam mengarahkan penulis hingga selesainya skripsi ini.

6. Segenap dosen, staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar yang penuh ketulusan hati dan keikhlasan mengabdikan diri tanpa mengenal lelah.

7. Seluruh keluarga Abdullah Family yang telah memberikan semangat yang tidak terhingga dalam penyelesaian skripsi ini.

(6)

vi

8. Sahabat-sahabat tercinta A. Macita Mauliana S, Ummu Nurul Fitri, Warda Islamiyah, Muh. Nur Ihsan HS, Muhammad Nor Kholis S. yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan selama peneliti menempuh pendidikan.

9. Sahabat seperjuangan sejak 2019 Penyelamat Bumi, Abd Halim, M.Lutfi, Ahmad Fausan, serta Ahmad Muslim Rasyid, Muhammad Nur Abdillah Sahir yang membersamai selama menempuh proses studi.

10. Teman-teman tercinta Jokka Santai dan KKN Desa Ujung yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan selama peneliti menempuh pendidikan.

11. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2019 atas dukungan, semangat, partisipasi, dan kerja samanya selama menempuh proses studi.

12. Ketua komunitas, pembina, pengajar dan relawan, serta anak jalanan pada Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia yang telah memberikan izin mengadakan penelitian dan membantu dalam proses pengumpulan data.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti berharap akan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua orang. Aamiin.

Samata, 23 Februari 2023 Penyusun,

Inna Safa’ah NIM: 20100119056

(7)

vii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv-vi DAFTAR ISI ... vi-vii ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1-18 A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 14

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 19-29 A. Nilai Pendidikan Islam ... 19

B. Anak Jalanan ... 22

C. Penanaman Nilai Pendidikan Islam ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 30-39 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 30

B. Pendekatan Penelitian... 31

C. Sumber Data ... 32

D. Instrumen Penelitian ... 33

E. Metode Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 37

BAB IV UPAYA KOMUNITAS RUMAH DEDIKASI INDONESIA DALAM MENANAMKAN NILAI PENDIDIKAN ISLAM PADA ANAK JALANAN DI KOTA MAKASSAR ... 40-58 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

B. Bentuk Penanaman Nilai Pendidikan Islam pada Anak Jalanan di Kota Makassar oleh Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia (KRDI) ... 46

C. Hambatan dalam Penanaman Nilai Pendidikan Islam pada Anak Jalanan di Kota Makassar oleh Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia (KRDI) ... 57

D. Solusi yang Diterapkan Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia (KRDI) untuk Mengatasi dalam Menanamkan Nilai Pendidikan Islam pada Anak Jalanan di Kota Makassar.. ... 58

BAB V PENUTUP ... 59-60 A. Kesimpulan ... 59

B. Implikasi Penelitian ... 60

(8)

viii

DAFTAR PUSTAKA ... 61-71 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 67 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 91

(9)

ix ABSTRAK Nama : Inna Safa’ah

NIM : 20100119056

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Judul : Upaya Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia (KRDI) Dalam Menanamkan Nilai Pendidikan Islam Pada Anak Jalanan Di Kota Makassar

Skripsi ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan Bentuk Penanaman Nilai pendidikan Islam pada anak jalanan di Kota Makassar oleh Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia; 2) Mendeskripsikan hambatan yang dialami Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia dalam menanamkan nilai pendidikan Islam pada anak jalanan di Kota Makassar; 3) Mendeskripsikan solusi yang diterapkan Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia untuk mengatasi hambatan dalam menanamkan nilai pendidikan islam dalam anak jalanan di Kota Makassar.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Jln. Alauddin, Kota Makassar. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah pedoman observasi, wawancara dan dokumentasi dengan analisis data meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan dan verivikasi (conclusion drawing/verivication).

Keabsahan data dilakukan dengan uji triangulasi data

Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama ini, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan bentuk penanaman nilai pendidikan Islam pada anak jalanan oleh Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia (KRDI) Kota Makassar yaitu pembentukan melalui bimbingan Agama Islam, pembinaan karakter, pendidikan umum, minat dan bakat. Hambatan yang dialami Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia (KRDI) Kota Makassar dalam proses menanamkan nilai pendidikan Islam pada anak jalanan adalah kurangnya sumber daya manusia atau kurangnya tenaga pengajar dalam mendidik anak jalanan, karakter anak jalanan yang susah di bentuk, kegiatan anak jalanan yang sibuk di jalanan membuatnya kurang fokus dalam menerima materi, dan dukungan orangtua dari anak jalanan. Solusi yang diterapkan KRDI untuk mengatasi hambatan dalam proses menanamkan nilai pendidikan Islam pada anak jalanan adalah melakukan perekrutan relawan untuk menambah pengajar anak jalanan, membentuk karakter anak jalanan serta membantu keluarga yang kurang mampu untuk menyekolahkan anak jalanan ataupun anak yang putus sekolah.

Implikasi penelitian ini adalah diharapkan kepada pihak Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia (KRDI) untuk tidak patah semangat membimbing anak jalanan, meminimalisir faktor penghambat dalam proses penanaman nilai pendidikan Islam pada anak jalanan agar mereka kedepannya dapat menjalani hidup dengan harapan dan cita-cita yang mereka inginkan, tetap sabar menghadapi karakter anak jalanan yang berbeda-beda, serta luangkanlah waktu untuk mereka yang membutuhkan, sekiranya kalian adalah orang-orang yang terpilih untuk merubah keadaan jadi lebih baik.

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata didik.

Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.1

Pendidikan pada hakikatnya muncul sejak diciptakan manusia, karena manusia itulah yang menjadi objek utama dari pendidikan di samping ia juga sebagai subjek. Dalam kenyataannya, manusia sangat membutuhkan pendidikan, karena ia tidak bisa berkembang dan mengembangkan kebudayaannya secara sempurna apabila tidak ada pendidikan.2

Pendidikan dan pembelajaran keagamaan menjadi salah satu kunci bagaimana proses kaum muda Muslim membangun pengetahuan keagamaannya.

Pengetahuan keagamaan akan memengaruhi cara pandang seorang Muslim dan berpengaruh pada bagaimana praktik keberagamaannya, relasinya dalam kehidupan sosial, serta pandangannya sebagai Muslim dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.3

Pada hakikatnya, sejarah manusia tidak dapat terlepas dari pendidikan.

Sejak diciptakannya nabi Adam a.s. sebagai manusia pertama di dunia, Allah swt telah menginformasikan bahwa nabi Adam a.s. diajarkan mengenai nama-nama

1Karlany HD, Islam & Aspek-Aspek Kemasyarakatan (Cet.1; Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 240.

2Anas Salahudin, dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2019), h. 1.

3Chaider S. Bamualim, dkk, Kaum Muda Muslim Milenial (Jakarta: Center for the study of Religion and Culture, 2018), h. 25.

(11)

2

benda. Setelah diajarkan, Allah swt kemudian menguji kemampuannya dengan meminta untuk menyebutkan nama-nama benda tersebut. Allah swt berfirman dalam QS al-Baqarah/2: 31.

َۤلُْؤٰٰٓه ِءۤاَواسَاِب ايًِ اىُٔـِبْۢاًَا َلاَقَف ِةَكِٕى ٰۤلَوالا ىَلَع انُهَضَرَع َّنُث اَهَّلُك َءۤاَواسَ الْا َمَدٰا َنَّلَعَو اىِا ِء

َيايِقِد ٰص انُتاٌُك

Terjemahnya:

Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, “sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”4

Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan hal ini merupakan sebutan yang dikemukakan oleh Allah swt di dalamnya terkandung keutamaan Adam atas malaikat berkat apa yang telah dikhususkan oleh Allah baginya berupa ilmu tentang nama-nama segala sesuatu, sedangkan para malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada Adam. Sesungguhnya bagian ini didahulukan atas bagian tersebut (yang mengandung perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam) karena bagian ini mempunyai ikatan erat dengan ketidaktahuan para malaikat tentang hikmah penciptaan khalifah, yaitu disaat mereka menanyakan hal tersebut. Kemudian Allah swt memberitahukan bahwa Dia mengetahui apa yang tidak mereka ketahui. Karena itulah Allah menyebutkan bagian ini sesudah hal tersebut, untuk menjelaskan kepada mereka keutamaan Adam, berkat kelebihan yang dimilikinya diatas mereka berupa ilmu pengetahuan tentang nama-nama segala sesuatu. Untuk itu Allah swt berfirman “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya.”5

4Kementrian Agama RI, Al Quranul Karim Terjemah Tematik dan Tajwid Berwarna (Bandung: Cordoba, 2019), h. 6.

5Tafsir Ibnu Katsir, “Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 31”, 8 Agustus 2014.

http://www.ibnukatsironline.com/2014/08/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-31.html?m=1 (5 Desember 2022).

(12)

3

Berdasarkan ayat dan tafsir di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang dua hal yaitu sejarah pendidikan lahir atau muncul bersamaan dengan kedatangan manusia dan pendidikan memiliki hubungan erat dengan manusia.

Pendidikan menjadi pusat dari semua upaya untuk membangun kepribadian manusia, sebagai titik dan strategi dalam membentuk manusia yang berkualitas dan beradab.6

Manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan Allah swt yang dapat dididik karena manusia memiliki fitrah sehingga berbeda dengan makhluk ciptaan Allah swt yang lain, namun tidak mampu mencapai tujuan tanpa adanya pendidikan.7

Pendidikan sangat adil kepada siapapun, tidak memandang status seseorang karena pendidikan merupakan hak semua kalangan.. Hal inilah yang sangat diapresiasi oleh Islam, sehingga pendidikan Islam sejatinya menyadarkan seseorang untuk senantiasa memperhatikan apa yang dinamakan long life education (Pendidikan Sepanjang Hayat). Dengan istilah lain ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan wajib bagi manusia yang berlansung seumur hidup.

Menurut KH. Wahab Hasbullah sebagaimana yang dikutip Oleh Muhammad Rifai bahwa konsep pendidikan mencari ilmu dan memberikan pendidikan itu bukan hanya dapat dilakukan sementara, melainkan harus dilakukan di setiap tempat dan setiap kesempatan selama kita masih hidup di dunia dan tetap dalam koridor ajaran-ajaran agama Islam.8 Pernyataan tersebut

6Yusuf Munir, Pengantar Ilmu Pendidikan (Palopo: Lembaga Penerbit Kampus IAIN Palopo, 2018), h. 5.

7Yusuf Munir, Pengantar Ilmu Pendidikan, h. 11.

8Muhammad Rifai, KH. Wahab Hasbullah: Biografi Singkat 1888-1971 (Yogyakarta:

Garasi House Of Book, 2010), h. 127.

(13)

4

mengingatkan pada filsafat pendidikan Islam yang merupakan falsafah tentang pendidikan yang tidak dibatasi oleh lingkungan kelembagaan Islam saja atau oleh ilmu pengetahuan dan pengalaman keIslaman semata-mata, melainkan menjangkau segala ilmu dan pengalaman yang luas, seluas aspirasi masyarakat muslim, maka pandangan dasar yang dijadikan titik tolak studinya adalah ilmu pengetahuan teoritis dan praktis dalam segala bidang keilmuan yang berkaitan dengan masalah kependidikan yang ada dan yang akan ada dalam masyarakat yang berkembang terus tanpa mengalami kejumutan.9

Era milenial merupakan era yang dituntut maju dan terbuka, namun di negeri ini masih saja kita saksikan pendidikan yang tidak merata, bahkan di kota- kota besar tidak jarang kita menyaksikan anak-anak jalanan yang berkeliaran.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan kemajuan generasi kita, masih banyak anak jalanan yang belum mendapatkan pendidikan yang baik.

Akibat situasi krisis ekonomi dan urbanisasi di kota besar, salah satu masalah sosial yang membutuhkan pemecahan segera yaitu perkembangan jumlah anak jalanan yang belakangan ini semakin mencemaskan.10

Dari data yang dihimpun per 27 Desember 2021, Dinas Sosial (Dinsos) Kota Makassar melalui Tim Reaksi Cepat (TRC) mencatat sebanyak 459 PMKS, yaitu sebanyak 261 anak jalanan (anjal) berhasil dijaring, kemudian Gelandangan dan Pengemis (Gepeng) 187, lainnya pengamen 4 dan obat-obatan lem sebanyak 7 orang.11

9Arifin Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 28.

10Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Cet.1; Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

2003), h. 182.

11Adi Mirsan, “Sepanjang 2021, 400 Anjal dan Gepeng di Makassar Terjaring”, Fajar.co.id, 31 Desember 2021. https://fajar.co.id/2021/12/31/sepanjang-2021-400-anjal-dan- gepeng-di-makassar-terjaring/2/ (31 Januari 2022).

(14)

5

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Makassar yang relatif tinggi, yang sebanding dengan laju urbanisasi, bersama dengan kurangnya keterampilan dan tingkat pendidikan yang rendah membuat mereka (gelandangan, pengemis dan pengamen) terlempar dan terpinggirkan sehingga mereka mengadu nasib di jalan.

Seringkali anak jalanan kadang merugikan orang, apalagi ketika mereka mengemis atau mengamen tindakan yang mereka lakukan seperti memalak dan berkata kasar ketika tidak diberi sejumlah uang.

Sehingga pandangan yang berlaku di masyarakat tentang anak jalanan adalah anak jalanan tersebut mencari nafkah dan menghabiskan waktu bermain, tidak bersekolah, dan terkadang ada orang yang beranggapan bahwa anak jalanan menyebabkan kekacauan, mengganggu ketertiban umum dan melakukan tindak kriminal.

Menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak dan pembaharuan dari Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 menyebutkan

“setiap anak berhak memperoleh pendididkan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasan sesua dengan minat, termasuk anak jalanan.” Hak-hak asasi amnusia yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun1999 tentang hak asasi manusia dan keputusan presiden RI Nomor 36 Tahun 1990 tentang pengesahan konvensi tentang hak-hak anak. Anak jalanan pada umumnya berada pada usia yang cukup dibilang produktif dan usia sekolah, mereka mempunyai kesempatan yang sama seperti anak anak yang lain, anak jalan merupakan warga negara yang berhak memperoleh pelayanan pendidikan tetapi disisi lain mereka tidak bisa meninggalkan kebiasaan mencari nafkah dijalanan.12

12Syaharuddin, “Strategi Dinas Sosial Dalam Penanganan Anak Jalanan Di Kota Makassar”, Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 5, No.4 (2021): h. 16.

(15)

6

Menjadi anak jalanan memang bukanlah suatu pilihan yang menyenangkan, mereka harus bertahan hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima di masyarakat umum, sekedar untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu keluarganya.13

Lalu-lalang di lalu lintas kota sehingga mereka kerap mengganggu ketertiban pengguna jalan dan membahayakan diri mereka sendiri. Hal itu mungkin karena anak-anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban, itu semua disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan.14

Oleh karena itu, setiap individu perlu diwaspadai dengan memperhatikan regenerasi kita. Mengingat sulitnya mengubah opini publik, memperhatikan anak jalanan dan memberi mereka pola pikir positif serta menanamkan nilai pendidikan Islam dapat membantu mereka menjadi anak yang baik di masa depan.

Strategi Dinas Sosial dalam penanganan anak jalanan di kota makassar menunjukkan hasil analisis mengenai Strategi Dinas Sosial dalam penanganan anak jalanan di kota makassar belum sesuai dengan Peraturan Daerah No.2 tahun 2008 tentang pembinaan anak jalanan, glandangan dan pengemis. Dinas Sosial belum mampu menerapkan atau menciptakan trobosan baru dalam penanganan yang baik dan kondusif. Dinas Sosial dalam melaksanaan penanganan anak jalanan hanya melakukan strateginya dengan melakukan patroli, esesmen, pembinaan, pendataan dan pemberian arahan. Sehingga upaya yang dilakukan belum optimal dalam penanganan masalah sosial anak jalanan. Maka disarankan untuk segera membangun panti rehabilitas di kota Makassar, sehingga

13Bagong Suryanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 186.

14Bagong Suryanto, Masalah Sosial, h. 186.

(16)

7

penanganan anak jalanan itu dapat berkelanjutan serta mempertegas sanksi yang diberikan kepada anak jalanan sebagaimana yang termaktub dalam Peraturan Daerah No. 2 tahun 2008 tentang pembinaan anak jalanan.15

Menurut Hasbullah sebagaimana yang dikutip oleh Sehat Sultoni Dalimunthe bahwa pendidikan dalam makna secara sederhana sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.16 Salah satu bentuk usaha manusia dalam membina kepribadian anak jalanan yaitu dengan membentuk komunitas yang peduli pada anak jalanan. Kehadiran komunitas bukan hanya sekedar kumpulan individu, namun komunitas adalah sebuah super organisasi dengan budayanya sendiri, yang berbeda dengan budaya masyarakat umum, serta mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat pada masyarakat.

Sehingga berdasarkan observasi awal, dalam Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia terdapat proses pembelajaran untuk mengubah perilaku. Perilaku yang dimaksud yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tujuan pendidikan.

Tujuan pendidikan yang tertera Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, menegaskan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab”17

15Syaharuddin, “Strategi Dinas Sosial Dalam Penanganan Anak Jalanan Di Kota Makassar”, Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 5, No.4 (2021): h. 18.

16Sehat Sultoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Bangunan Ilmu Islamic Studies (Cet.1; Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 2.

17Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jogjakarta: Laksana, 2012), h. 15.

(17)

8

Sejalan dengan tujuan membuat peserta didik menjadi manusia beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia, maka untuk mewujudkan tujuan tersebut, dapat dikatakan bahwa anak jalanan saat ini memerlukan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam yang didalamnya terdapat 3 nilai yakni nilai Akidah, Syariah dan Akhlak. Maka nilai pendidikan Islam harus ditanamkan sejak kecil, karena merupakan dasar yang paling menentukan untuk pembentukan kepribadian muslim. Sebagaimana menurut Zakiyah Daradjat bahwa “Pendidikan Islam adalah proses pembentukan kepribadian muslim dengan mendidik iman dan amal berdasarkan syariat Islam”.18

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 6 Oktober 2021. Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia ini telah didirikan sejak tahun 2014, proses pengajarannya berada di Jl. Alauddin, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Melihat kondisi dan situasi disini ada beberapa anak yang masih memiliki akhlak yang kurang baik seperti masih ada beberapa yang menggunakan ucapan yang kurang sopan, masih malas melaksanakan sholat lima waktu, belum tau mengaji, masih kurang peduli terhadap kebersihan dan masih kurang niat untuk belajar. Peneliti melihat bahwa terdapat masalah yang terjadi terhadap anak jalanan tersebut, seperti kurangnya pembinaan akhlak pada anak jalanan, kurangnya perhatian pada anak jalanan dan kurangnya moral pada anak jalan, serta keadaan keluarga anak jalanan yang kurang harmonis.

Padahal Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia berusaha untuk terus menanamkan nilai pendidikan Islam pada anak jalanan tersebut. Masyarakat sekitar cukup apresiasi dengan diadakannya kegiatan belajar ini. Selain itu juga pemuda sekitar juga ikut membantu kegiatan, sehingga kegiatan ini bisa berjalan tiap pekannya, tempatnya sederhana lesehan dengan beralaskan tikar seadanya,

18Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), h. 8.

(18)

9

jumlah anak-anaknya sekitar 15-20 orang. Adapun kondisi ekonomi masyarakat rata-rata di sekitar menengah ke bawah, ada beberapa anak yang memang harus membantu kondisi ekonomi keuangan keluarga dengan membantu orangtuanya usaha ataupun jualan, ada juga yang mengamen dan mengemis dari siang hari hingga malam hari.

Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia ini dalam kegiatan belajar mengajar sudah cukup terasosiasi untuk penangannya. Dalam hal ini penulis akan melakukan penelitian terhadap Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia yang mempunyai tujuan dengan model pendidikan non formal anak anak bisa mendapatkan ilmu pendidikan khususnya Islam bagi kalangan anak jalanan agar dapat membentuk kepribadian yang berakhlak dan berbudi pekerti terhadap sekitar. Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia berusaha untuk meminimalisir anak jalanan tersebut agar tidak terjun ke jalan lagi dengan disibukkan dengan berbagai kegiatan belajar. Setelah melalui kegiatan tersebut agaknya menunjukkan sedikit demi sedikit perubahan yang semakin baik. Mengamati pada perubahan tersebut, sehingga upaya yang dilakukan pengurus untuk menanamkan nilai pendidikan Islam merupakan hal yang menarik untuk diteliti.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia (KRDI) Dalam Menanamkan Nilai Pendidikan Islam pada Anak Jalanan di Kota Makassar.”

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Fokus penelitian berfungsi menjelaskan batasan dan cakupan penelitian sehingga mempermudah penulis untuk mengumpulkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun yang menjadi fokus penelitian dan deskripsi fokus peneliti yaitu:

(19)

10

Tabel 1.1 Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

No Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

Upaya Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia dalam Menanamkan Nilai Pendidikan Islam pada Anak Jalanan

Berdasarkan fokus penelitian tersebut dapat dideskripsikan bahwa subtansi permasalahan dan pendekatan pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu mencoba meneliti

- Upaya Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia dalam menanamkan nilai pendidikan Islam pada anak jalanan adalah pembinaan akhlak pada anak jalanan, memberi perhatian pada anak jalanan dan mengajarkan nilai Pendidikan Islam pada anak jalanan, yaitu nilai akidah, nilai ibadah, dan nilai akhlak.

- Hambatan yang dialami Komunitas dalam proses menanamkan nilai pendidikan Islam adalah kurangnya minat belajar anak dan berfokus mencari uang dan bermain bersama teman sebayanya.

- Solusi yang diterapkan Komunitas untuk mengatasi hambatan dalam proses menanamkan nilai pendidikan Islam adalah mencari relawan serta membantu keluarga yang kurang mencukupi.

(20)

11

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia dalam menanamkan nilai pendidikan Islam anak jalanan di Kota Makassar ?

2. Hambatan apa yang dialami Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia dalam menanamkan nilai pendidikan Islam anak jalanan di Kota Makassar?

3. Solusi apa yang diterapkan Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia untuk mengatasi hambatan dalam menanamkan nilai pendidikan Islam pada anak jalanan di Kota Makassar?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang peneliti gunakan sebagai referensi awal dalam melakukan penelitian ini diantaranya:

1. Penelitian ini dilakukan oleh Sukron Ali Imron dengan judul Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pada Anak Jalanan dan Marjinal di Komunitas Sahabat Anak Merdeka Surabaya 2018. Pada penelitian ini, peneliti mengunakan pendekatan fenomonologis. Pada penelitian ini membahas tentang penerapan nilai pendidikan Islam kepada anak jalanan, adapun salahsatu tujuan penelitian adalah mengetahui keadaan perilaku anak jalanan dan marjinal. Persamaan dari skripsi ini adalah pada objek yang dituju yakni anak jalanan. Perbedaannya dari skripsi ini terletak pada pembahasan pendidikan islamnya anak jalanan dan marjinal serta tentang pola perilaku anak jalanan dan marjinal sedangkan dalam penelitian yang

(21)

12

akan dilakukan membahas tentang upaya komunitas dalam menanamkan nilai pendidikan Islam yang diberikan kepada anak jalanan.19

2. Penelitian ini dilakukan oleh Ike Septianti pada tahun 2021 yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam al-Quran dan Hadist. Dari hasil penelitian ini dijelaskan nilai pendidikan Islam terdapat pada surah Al Hujurat ayat 11-12 tentang nilai pendidikan etika dan pendidikan karakter mengenai bersosialisasi dan sikap sopan dalam kehidupan masyarakat.

Persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama jenis penelitian kualitatif.

Perbedaannya dari skripsi ini terletak pada objek yang dituju yaitu al-Quran dan Hadist.20

3. Penelitian ini dilakukan oleh Ahmad Muzakkil Anam yang berjudul Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam Multikultural di Perguruan Tinggi Keagamaan (Studi Kasus di Universitas Islam Malang) 2019. Adapun hasil penelitian bahwa pendidikan multikultural memuat nilai-nilai seperti nilai toleransi, nilai kebebasan, nilai kesamaan, dan nilai keadilan. Persamaan dari skripsi ini menggunakan pendekatan kualtitatif, serta pembahasan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam. Adapun perbedaan yang terdapat pada penelitian ini yaitu membahas tentang penanaman nilai-nilai pendidikan Islam Multikultural di perguruan tinggi sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan membahas tentang nilai pendidikan Islam yang diberikan kepada anak jalanan.21

19Sukron Ali Imron “Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pada Anak Jalanan dan Marjinal di Komunitas Sahabat Anak Merdeka Surabaya”, Skripsi (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya , 2018), h. 9.

20Ike Septianti, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Al-Quran dan Hadist”, Jurnal Studi Keislaman 12, No.2 (2021): h. 30.

21Ahmad Muzakkil Anam, “Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam Multikultural di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam”, Istighna 2, No.2 (2019): h. 16.

(22)

13

4. Penelitian ini dilakukan oleh Rholand Muary tentang Strategi Komunkasi Da‟i Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama Bagi Anak Jalanan di Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal 2019. Adapun hasil kesimpulan peneliti adalah Da‟i memberikan pengarahan sepenuhnya dan berupaya memberikan motivasi kepada mereka agar mau bersekolah, menunjukkan ketauladanan dalam kehidupan sehari-hari, serta mengajarkan anak-anak jalanan melaksanakan sholat, membaca al-Quran dengan memberikan pengarahan agar dapat diamalkan mereka dalam kehidupannya.22 Persamaan dari skripsi ini adalah pada objek yang dituju yakni anak jalanan. Adapun perbedaan yang terdapat pada penelitian ini terletak pada strategi komunikasi da‟i dalam menanamkan nilai-nilai agama bagi anak-anak jalanan sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan membahas tentang upaya komunitas dalam menanamkan nilai pendidikan Islam pada anak jalanan.

5. Penelitian ini dilakukan oleh Raden Ahmad Muhajir Ansori tentang Strategi Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam pada Peserta Didik 2017. Adapun hasil penelitian ini adalah strategi yang dapat digunakan oleh guru dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan antara lain keteladanan, pembiasaan, nasihat, dan hukuman.23 Persamaan dari skripsi ini adalah pada penanaman nilai pendidikan Islam. Adapun perbedaan yang terdapat pada penelitian ini memfokuskan pada peserta didik sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan fokus kepada anak jalanan.

6. Penelitian ini dilakukan oleh Ita Ussyarifah dengan judul Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbabis Humanis Religius Pada Anak Jalanan Di

22Rholand Muary, “Strategi Komunikasi Da‟I Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama Bagi Anak-anak Jalanan di Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal”, Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama 2. No.1 (2019): h. 59.

23Raden Ahmad Muhajir Ansori, “Strategi Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pada Peserta Didik”, Jurnal Pusaka 4, No.2 (2017): h. 25.

(23)

14

Sekolah Menengah Pertama Islam Bustanul Ulum Pakusari Kabupaten Jember 2022. Adapun kesimpulan hasil penelitian ini yakni adanya pelaksanaan beberapa kegiatan yaitu pola pendamping dan pembinaan pada siswa anak jalanan, proses pendamping dalam pelaksanaan pembelajaran, pembelajaran pendidikan Islam berbasis humanis religius, serta diskusi rutin dan pola pendamping pada siswa anak jalanan di Luar Kelas.24 Persamaan dari skripsi ini adalah pendekatan yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif juga pada objek yang dituju yakni anak jalanan. Adapun perbedaan yang terdapat pada penelitian ini yaitu membahas tentang pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa anak jalanan sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan membahas tentang upaya komunitas dalam menanamkan nilai pendidikan Islam pada anak jalanan.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui upaya Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia dalam menanamkan nilai pendidikan Islam pada anak jalanan di Kota Makassar.

b. Untuk mengetahui hambatan yang dialami Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia dalam dalam menanamkan nilai pendidikan Islam pada anak jalanan di Kota Makassar.

24Ita Ussyarifah “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Humanis Religius Pada Siswa Anak Jalanan Di Sekolah Menengah Pertama Islam Bustanul Ulul Pakusari Kabupaten Jember”, Skripsi (Jember: Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq, 2022), h.125.

(24)

15

c. Untuk mengetahui solusi yang diterapkan Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia untuk menghadapi hambatan dalam menanamkan nilai pendidikan Islam pada anak jalanan di Kota Makassar.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Ilmiah

Sebagai langkah awal penulis bagi penerapan dan pengembangan khazanah keilmuan, khususnya dalam upaya menanamkan nilai pendidikan Islam pada anak jalanan melalui Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya pada bidang ilmu keislaman dalam rangka mewujudkan insan akademis yang cerdas dan berpengetahuan luas.

b. Kegunaan Praktis 1) Bagi Peneliti

Selama penulis melakukan penelitian ini tentu akan menambah wawasan tentang upaya komunitas dalam menanamkan nilai pendidikan Islam dan menambah pengalaman belajar dalam penerapan pengetahuan yang diperoleh dari perguruan tinggi (UIN Alauddin Makassar).

2) Bagi Lembaga UIN Alauddin Makassar

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi lembaga UIN Alauddin Makassar dalam menambah khazanah kepustakaan agar menjadi masukan dalam penelitian selanjutnya.

3) Bagi Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia dalam melakukan upaya investigasi (penyidikan dan pengungkapan fakta) dan antisipasi (bersikap tanggap terhadap sesuatu yang akan

(25)

16

atau sedang terjadi) terhadap berbagai fenomena sosial yang berpotensi dapat merusak anak jalanan.

4) Bagi Pembaca

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi bagi para pembaca terkait upaya menanamkan nilai pendidikan Islam pada anak jalanan.

(26)

17

17 BAB II

TINJAUAN TEORETIS A. Nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai

Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.1 Nilai ialah sesuatu yang berbentuk abstrak, yang bernilai mensifati dan disifatkan terhadap sesuatu hal yang ciri-cirinya dapat dilihat dari perilaku seseorang, yang memiliki hubungan yang berkaitan dengan fakta, tindakan, norma, moral, dan keyakinan. Menurut Muhmidayeli yang dikutip Ade Imelda Frimayanti bahwa nilai adalah gambaran sesuatu yang indah, yang mempesona, menakjubkan, yang membuat kita bahagia dan senang serta merupakan sesuatu yang menjadikan seseorang ingin memilikinya.2

Menurut Sidi Gazalba yang dikutip Raden Ahmad Muhajir Ansori mengartikan nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.3

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yakni berupa sifat-sifat (hal-hal) penting dan berguna sebagai acuan dasar tingkah laku manusia. Bukan hanya persoalan menentukan benar dan salah yang membutuhkan pembuktian empirik, melainkan

1W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), h. 801.

2Ade Imelda Frimayanti, “Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Pendidikan Islam 8, No.2 (2017); h. 230.

3Raden Ahmad Muhajir Ansori, “Strategi Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam pada peserta didik”, Jurnal Pusaka 8, (2016); h. 16.

(27)

18

berdasarkan penghayatan yang diyakini oleh hati manusia yang melembaga secara obyektif di dalam masyarakat.

2. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab.

Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan. Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta'limul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.4

Dalam bahasa Arab istilah pendidikan disebut tarbiyah berasal dari dasar kata rabba. Tuhan disebut juga sebagai Rabb karena la Yang Memperbaiki, Yang Mengatur, Yang Berkuasa Mutlak, Yang Tegak, yang Menjadi Sandaran, Yang Memelihara, Yang Meluruskan, dan Yang Bemberi nikmat.5 Dalam bahasa Inggris, pendidikan dikenal dengan istilah education. Baik kata tarbiyah maupun

4Rachmat Sunnara, Islam dan Pendidikan (Banten: Kenanga Pustaka Indonesia, 2009), h.

10. 5

Karlany HD, Islam & Aspek-Aspek Kemasyarakatan (Cet.1; Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 240.

(28)

19

education memiliki arti pendidikan sekaligus pengajaran. Istilah pengajaran bahasa Arab dikenal juga istilah ta'lim. Pendidikan perspektif agama (Islam) ialah suatu proses penyampaian informasi (berkomunikasi) yang kemudian diserap oleh masing-masing pribadi (internalisasi), sehingga menjiwai cara berpikir, bersikap, dan bertindak (individuasi) baik untuk dirinya sendiri maupun hubungannya dengan Allah (ibadah) dan hubungannya dengan manusia lain atau masyarakat (sosialisasi) serta makhluk lain dalam alam semesta maupun lingkungan.6

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang ideal. Manusia ideal adalah manusia yang sempurna akhlaknya. Yang nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad saw, yaitu menyempurnakan akhlak yang mulia.

Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah.

Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyah merupakan hak dan kewajiban dalam setiap iman yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw,

ِداحَّللا ىلِإ ِداهَولا َيِه َنالِعلا اىُبُلاطُا

Artinya:

6Karlany HD, Islam & Aspek-Aspek Kemasyarakatan, h. 241.

(29)

20

“Tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat.”

Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islam tidak ada istilah berhenti, semakin banyak ilmu yang kota peroleh maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu.7

Relevan dengan hal itu, Islam memuat ajaran tentang hidup dan kehidupan yang tidak hanya berpatokan pada keluasan intelektual namun turut memperhatikan perbaikan menuju budi yang luhur. Hal inilah yang kemudian menjadikan korelasi pendidikan dan Islam sangat sulit untuk dipisahkan.

Pendidikan Islam diperlukan sebagai suatu upaya dalam pengembangan pikiran, penataan perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya.

Seluruh ide tersebut tergambar secara integral (utuh) dalam sebuah konsep dasar yang kukuh. Islam pun telah menawarkankonsepakidahyang wajib diimani agar dalam diri manusia tertanam perasaan yang mendorongnya pada perilaku normatif yang mengacu pada syari'ah Islam. Perilaku dimaksud adalah penghambaan manusia berdasarkan pemahaman atas tujuan penciptaan manusia itu sendiri, baik dilakukan secara individual maupun kolektif.8

Selanjutnya penulis akan mengemukakan beberapa pendapat ahli mengenai gambaran Pendidikan Islam, antara lain:

7Rachmat Sunnara, Islam dan Pendidikan, h. 11.

8Karlany HD, Islam & Aspek-Aspek Kemasyarakatan, h. 241.

(30)

21

a) Pendidikan Islam menurut Haidar Putra Daulay adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniyah maupun rohaniyah, menumbuh suburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi manusia dengan Allah, manusia dan alam semesta.9

b) Ahmad D. Marimba menyebut pendidikan Islam sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.10

c) Zakiah Daradjat mendefinisikan pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran ajaran agama Islam yaitu berupa bimbigan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai menerima pendidikan tersebut akan dapat memahami, menghayati, serta mengamalkan ajaran-ajaran Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat kelak.11

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam yaitu untuk menciptakan kepribadian yang selalu bertakwa kepada Allah swt dan dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.12

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan sadar oleh si pendidik yang bertujuan

9Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam Di Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 6.

10 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam (Cet. IV; Bandung: PT Almaarif), h. 24.

11Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), h. 88.

12Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam: Menuntut Arah Pendidikan Islam Indonesia (Medan: LPPPI, 2016), h. 35.

(31)

22

membentuk pribadi muslim yang baik demi keselamatan di dunia maupun di akhirat yang sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam.

3. Nilai Pendidikan Islam

Nilai-nilai pendidikan yang akan ditanamkan pada anak jalanan yaitu:

1) Nilai Akidah

Pendidikan Islam sangat memperhatikan nilai akidah, mengingat akidah adalah dasar dari keimanan seseorang.

Akidah adalah hal pertama dan utama yang harus ditanamkan oran tua kepada anaknya, dan kewajiban itu dipikul oleh orang tua sebagai pendidik awal. Menghindari perbuatan syirik berarti mengandung maksud tentang pengajaran mengesakan Allah.

Menyatakan dengan sepenuh hati bahwa tidak ada Tuhan yang menciptakan alam raya melain Allah (tauhid rububiyah), menyatakan bahwa Dialah satu-satunya yang berhak disembah (tauhid ilahiyah), dan Dialah yang memiliki nama dan sifat khusus (tauhid asma wa shifat).13

2) Nilai Syariah

Syariah adalah nilai terkait sebuah jalan hidup yang ditentukan oleh Allah swt. sebagai panduan dalam menjalankan kehidupan di dunia untuk menuju kekehidupan akhirat. Shalat adalah salah satu bentuk ibadah mahdhah yang berdimensi vertikal; relasi hamba dan Allah, yang merupakan simbol ketaatan seorang hamba

13Muh Luqman Arifin, “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqman (31) 12-19”, Jurnal Pendidikan Dialektika 2. No.1 (2019): h. 40.

(32)

23

kepada Tuhan-Nya. Shalat merupakan ibadah yang kewajiban melaksanakannya disampaikan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw. Shalat bagi seorang muslim dapat memperkuat hubungan dirinya dengan penciptanyasehingga dalam segala aktivitas seseorang selalu merasa diawasai dan dilihat oleh Allah. Pembiasaan telah ditanamkan sedini mungkin sehingga nanti ketika dewasa sudah terbiasa. Shalat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti doa sedangkan bentuk jamaknya adalah shalawat. Definisi shalat secara fikih adalah perkataan- perkataan dan perbuatan yang diawali dengan “takbiratul ihram” (membaca takbir) dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun definisi menurut ahli makrifat adalah berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa dengan segala kekhusyukan di hadapan-Nya dan berikhlas hati kepada-Nya, serta menghadirkan hati dalam berzikir, berdoa, dan memuji-Nya. Dalam shalat mengandung pembelajaran bahwa seseorang harus senantiasa ingat dan tunduk kepadaTuhan-Nya. Apabila shalat yang dilaksanakan secara benar dan khusyuk maka terkandung hikmah seseorang dapat lebih mudah untuk mengerjakan kebaikan dan sebaliknya dirinya pun tercegah dari segala perbuatan keji yang datang menggodanya.

Shalat sebagai salah satu rukun Islam harus dipernalkan dengan bimbingan intens. Walaupun secara syariah, anak usia tujuh tahun

(33)

24

belum wajib melaksanakan shalat, tetapi pembiasaan sudah harus dimulai dari usia ini. Rasulullah saw bersbada,

“Perintahkanlah anak-anakmu sekalian shalat saat usia mereka tujuh tahun.” (HR Abu Daud.)

3) Nilai Akhlak

Akhlak secara linguistik diambil dari bahasa Arab yang diartikan kelakuan, tabiat, dan watak dasar, sedangkan secara terminologi akhlak menurut Ibn Miskawaih dimaknai sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Imam Ghazali pun berpendapat bahwa akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan beragam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Adapun nilai akhlak yang dapat dipetik dari nasihat Luqman kepada anaknya terurai sebagai berikut:14

a. Berbuat baik kepada kedua orang tua

Pentingnya berbakti kepada kedua orang tua, sebab orang tualah yang secara biologis menjadi penyebab seseorang lahir di dunia. Al-Qur‟an menguraikan beban berat yang dipikul orang tua mereka (ibu) saat mengandung mereka, dan digambarkan dengan kalimat menjadikan mereka mesti dipatuhi. Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua, berbarengan dengan larang berbut syirik kepada Allah. Hal tersebut

14Muh Luqman Arifin, “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqman (31) 12-19”, h. 40.

(34)

25

meneguhkan kedudukan tinggi orang tua dalam kaca mata agama, sehingga posisi perintah taat kepada mereka pun bersamaan dengan perkara akidah. Jadi, penanaman nilai taat dan hormat kepada kedua orang tua, hendaknya materi prioritas yang harus diajarkan kepada anak. Pada waktu yang sama orang tua hendaknya bisa menjadi contoh dalam ucapan dan perbuatan, karena dengan memberi contoh pembelajaran akan lebih efektif.

b. Berinteraksi sosial

Prinsip-prinsip akhlak dalam pergaulan pun harus senantiasa diajarkan, sehingga anak mengerti nilai sopan santun, berbudi pekerti, dan mengerti hakorang yang lebih tua ataupun orang yang lebih mudah dari dirinya. Demikian juga anak akan menghindari prilaku bulliying (kekerasan) terhadap teman- temannya.

c. Amar Ma‟ruf Nahi Munkar

Senantiasa melakukan amar ma‟ruf dan nahi munkar yaitu mengajak orang lain mengerjakan kebaikan dan menghindari keburukan. Sekaligus tabah dan sabar apabila menemui kegagalan.

B. Anak Jalanan

1. Pengertian Anak Jalanan

Istilah “Anak Jalanan” pertama kali diperkenalkan di Amerika Selatan, tepatnya di Brazilia, dengan nama Meninos de Ruas untuk menyebut kelompok

(35)

26

anak-anak yang hidup di jalan dan tidak memiliki tali ikatan dengan keluarga.15 Bakhrul mengemukakan definisi dari anak jalanan adalah sebagai berikut: “Anak jalanan merupakan anak-anak yang berumur di bawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat terdekat, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya.16

Abraham Fanggidae mendefinisikan anak jalanan sebagai anak yang seharian hidup tinggal di rumah orang tua atau keluarganya, tetapi memanfaatkan berbagai tempat di kota dan berbaring sampai pulas. Dan ada juga yang melakukan operasinya di jalanan kota, lalu kembali ke rumah orang tua atau keluarganya untuk tidur. Singkatnya mereka kembali ke rumah menjelang sore atau tengah malam, ketika “medan” nya kawasan usaha mulai sepi dari lalu lalang kesibukan penduduk.17

Latar belakang yang mendasari anak turun ke jalan sangat beragam, terdapat anak yang turun ke jalan untuk mengamen atau meminta-minta, yang kemudian aktivitas akademik mereka terganggu karena harus membagi waktu untuk mencari penghasilan. Tetapi ada juga anak yang beraktivitas di jalanan karena telah menjadi kegiatan yang biasa dilakukan bersama subkultur.

Menurut Utomo, permasalahan yang dihadapi anak jalanan meliputi permasalahan anak jalanan, yang putus sekolah, sasaran tindakan kekerasan oleh yang lebih dewasa atau berkuasa, penyalahgunaan obat dan zat adiktif, penurunan

15 B.S.Bambang, Meninos De Ruas dan Kemiskinan, Child Labour Corner Newsletter (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 9.

16 Fikriryandi Putra, Desy Hasanah St.A., Dan Eva Nuriyah H, “Pemberdayaan Anak Jalanan Di Rumah Singgah”, Share Social Work Jurnal 5, No.1, h. 54.

17Abraham Fanggidae, Memahami Masalah Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Puspa Swara, 1993), h. 121-122.

(36)

27

kesehatan anak jalanan pergeseran tempat tinggal di pemukiman kumuh, risiko kerja yang tidak sehat, konflik pada hubungan keluarga, dan kebutuhan kesehatan yang berkaitan dengan makanan18

2. Klasifikasi Anak Jalanan

Meskipun fenomena anak jalanan masih belum menemui titik terang mengenai definisi bakunya, namun banyak para ahli yang sepakat mengklasifikasikan anak jalanan berdasarkan keterikatan dengan orang tuanya menjadi dua. Dua kategori itu antara lain, pertama, anak-anak yang turun ke jalanan dan kedua, anak-anak yang ada di jalanan. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu anak-anak dari keluarga yang ada di jalanan.

Menurut Sri S, Hariadi dan Suyanto Anak jalanan yang bekerja dan mencari uang di jalanan terbagi dalam tiga tipologi atau kelompok, yaitu:

a) Children on the street Anak yang bekerja di jalan merupakan mereka yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan atau di tempat umum lainnya untuk bekerja dan penghasilannya digunakan untuk membantu keluarganya, anak-anak tersebut mempunyai kegiatan ekonomi ( sebagai pekerja anak) di jalan dan masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka.

b) Children of The Steet merupakan mereka yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan atau di tempat umum lainnya, tetapi hanya sedikit yang digunakan untuk bekerja. Mereka jarang berhubungan dengan keluarganya. Beberapa di antara mereka hidup di sembarang tempat dan tidak memiliki rumah tinggal. Banyak di antara mereka

18Laksamana Adi Putra, “Praktik Sosial Anak Jalanan Bergabung Di Komunitas Save Street Child Sidoarjo”, Jurnal Sosiologi (Pustaka Univeritas Airlangga), h. 3.

(37)

28

adalah anak-anak yang karena suatu sebab lari atau pergi dari rumah.

Anak-anak seperti ini rawan terhadap perilaku menyimpang, baik emosional, fisik maupun seksual.

c) Children in the street merupakan anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan atau tinggal juga di jalanan.

3. Problematika Anak Jalanan

Berbicara mengenai anak jalanan, tentu tidak lepas dari problematika yang melatarbelakangi serta yang ditimbulkannya. Ada cukup banyak problem yang ditimbulkan anak jalanan, mulai dari yang paling sepele seperti mengganggu pemandangan hingga meresahkan masyarakat. Adapun masalah-masalah yang timbul akibat munculnya anak jalanan secara umum adalah:

a) Banyak anak yang meninggalkan sekolah atau tidak sekolah sama sekali.

b) Secara perlahan dan bertahap anak-anak ini mengalami perubahan perilaku ke arah pelecehan dan pelanggaran norma hukum.

c) Terbentuknya komunitas-komunitas anak jalanan yang merupakan "per Grup" yang berfungsi sebagai keluarga kedua yang dimanfaatkan oleh anak-anak itu sendiri atau orang lain untuk tujuan kriminal dan asusila d) Perluasan wilayah konflik yang melebar dari keluarga, pekerjaan dan

aktor disemua lokasi anak jalanan berada.

e) Mengganggu ketertiban dan keamanan orang lain.

f) Dapat membahayakan diri anak itu sendiri.

g) Memberikan peluang untuk terjadinya tindak kekerasan.

(38)

29

h) Memberikan kesan yang kurang menguntungkan pada keberhasilan usaha pengembangan khususnya pembangunan bidang kesejahteraan sosial.

i) Anak yang lebih kecil menjadi eksploitasi orang yang lebih besar di tempat kerjanya.

j) Sering dicurigai masyarakat umum sebagai pencuri atau pembuat onar.

k) Minimnya keterampilan dan pengetahuan umum.

l) Tidak ada pengalokasian uang secara tepat sehingga cenderung konsumtif.

m) Bagi anak jalanan murni tidak ada tempat tinggal tetap, khususnya untuk tidur19

Dari permasalahan diatas, yang menjadi problematika utama adalah mengenai ketidakteraturan hidup anak jalanan yang menimbulkan citra negatif di kalangan masyarakat. Hal semacam ini memang terbilang cukup remeh namun tanpa adanya pembinaan menuju kesadaran pribadi tentu tidak dapat dilakukan.

Oleh karena itu penting bagi anak jalanan untuk memahami nilai pendidikan, utamanya nilai pendidikan yang ada dalam Islam.

Dalam mengatasi masalah yang dihadapi anak-anak tersebut, merupakan tugas sebagaimana yang diembangkan oleh pemerintah tentang pembinaan dan kesejahteraan anak dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Pembinaan yang harus dilakukan bervariasi dimana melalui proses pendidikan yang berkualitas dengan segala aspek. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah (Badan

19Diklat Pekerja Sosial Rumah Singgah, 21-28 Oktober 1999 (Malang: Balai Pustaka, 2014).

(39)

30

atau organisasi yang menyelenggarakan pendidikan secara formal), keluarga dan masyarakat. Ketiga lembaga pendidikan tersebut, Ki Hajar Dewantara menganggap lembaga tersebut sebagai Tri Pusat Pendidikan.20

C. Penanaman Nilai Pendidikan Islam pada Anak Jalanan

1. Penanaman Nilai Pendidikan Islam

Penanaman adalah proses, cara, atau perbuatan menanami atau menanamkan.21 Nilai secara etimologis adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusian. Nilai merupakan sesuatu yang dianggap berharga dan menjadi tujuan yang hendak dicapai. Nilai adalah tolak ukur tindakan dan perilaku manusia dalam berbagai aspek kehidupan.22

Pendidikan Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Alquran dan Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.23

Penanaman nilai pendidikan Islam memberikan dampak positif terhadap anak jalanan dan sangat membantu mengembangkan pengetahuan dan spiritual dengan pembiasaan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam seperti pengamalan

20Hasbullah, Dasar–Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2013), h. 27.

21Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 1135.

22Jalaluddin, Ali Ahmad Zen, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan (Surabaya: Putra Al Ma‟arif, 2003), h. 124.

23Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran PAI (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), h.

11.

(40)

31

dasar-dasar pendidikan Islam, sholat berjamaah, kepribadian, budi pekerti yang baik sehingga anak jalanan memiliki bekal sejak dini. Bentuk penanaman nilai- nilai pendidikan ini merupakan suatu perilaku atau sikap untuk menambah pengetahuan peserta didik dan membiasakan menanamkan pendidikan Islam seperti nilai keimanan, ibadah, akhlak, yang bertujuan agar peserta didik mampu mengamalkan pengetahuan dan wawasan dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar.

Berdasarkan uraian di atas penanaman nilai-nilai pendidikan Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam rangka internalisasi nilai-nilai Islam berlandaskan Al-qur‟an dan sunnah melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran agar dapat memahami dan menghayati ajaran Islam secara menyeluruh sehingga mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Penanaman Nilai Pendidikan Islam

Tujuan merupakan arah yang hendak dituju. Tanpa adanya tujuan yang jelas, maka kegiatan yang dilakukan akan kehilangan arah dan sulit untuk menetapkan langkah selanjutnya. Begitu pula dengan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam harus mempunyai tujuan yang jelas dan terarah. Secara umum menurut Ahmad Tafsir tujuan pendidikan Islam adalah haruslah menjadikan seluruh manusia menjadi manusia yang menghambakan diri adalah beribadah kepada Allah. Ibadah mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang disandarkan kepada Allah. Menurut Munir Mursi bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu, bahagia di dunia dan akhirat, menghambakan diri kepada Allah,

(41)

32

memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat, berakhlak mulia.24

Menurut Al Abrasy bahwa tujuan pendidikan Islam yang asasi yaitu untuk membantu pembentukan akhlak yang mulai, untuk persiapan kehidupan dunia dan akhirat, untuk persiapan mencapai rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan, untuk menumbuhkan jiwa ilmiah dan memuaskan keinginan diri untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu, untuk menyiapkan pembelajar dari segi profesional, teknik, dan perusahaan supaya ia dapat mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara segi spiritual dan keagamaan.25

Nilai-nilai pendidikan Islam diantaranya nilai-nilai keimanan, kepercayaan (agama), intelek kebebasan berpikir, sosial pergaulan, susilah, seni, kemajuan, keadilan, kemerdekaan, tanggung jawab kejujuran dan lainnya.26

Nilai-nilai yang perlu dikembangkan di dalam tujuan pendidikan Islam adalah nilai-nilai yang bersifat fundamental, seperti nilai-nilai sosial, ilmiah, moral, dan agama. Pendidikan menyimpan kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup yang dapat memberikan informasi paling berharga mengenai pegangan hidup masyarakat umat manusia, serta membantu peserta didik dalam mempersiapkan kebutuhan yang esensial dalam menghadapi perubahan. Dengan mengutip beberapa pandangan tokoh

24Munir Mursi dikutip dalam Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 68.

25Al Abrasy dikutip dalam Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 183-184.

26Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris (Yogyakarta:

Pustaka Belajar, 2008), h. 11.

Referensi

Dokumen terkait

wisatawan muda asal Eropa dan Australia tersebut terkadang mem- bawa akibat yang kurang baik bagi wisatawan. Keamanan mereka temyata kurang terjamin. Beberapa pengalaman

.HSHPLOLNDQ PDQDMHPHQ ULVLNR SHUXVDKDDQ PHQHPSDWL SHULQJNDW NHWLJD GDODP WLQJNDW LPSOHPHQWDVL (50 +DO LQL PHQXQMXNNDQ EDKZD SDUD SHPLPSLQ SHUXVDKDDQ WXUXW PHQJDPELO EDJLDQ

Bakteri endofit yang diisolasi dari daun jeruk keprok varietas Madura yaitu ada 9 macam koloni bakteri dan di karakteristikkan dengan media PCA, NA dan MCA

Perlu bimbingan 4 3 2 1 1 Kelengkapan organ pencernaan Organ pencernaan dijelaskan secara lengkap dengan definisi fungsi yang tepat Organ pencernaan dijelaskan

Unit Pelabuhan Tarahan Bandar Lampung dengan Mitra Binaan Sektor Perdagangan di Bandar Lampung dikatakan efektif apabila sasaran atau tujuan yang telah ditentukan

Manfaat yang diharapkan adalah dengan dibuatnya suatu model perancangan sistem informasi pemesanan tiket antar kota antar propinsi maka dapat dirancang suatu sistem informasi

Dalam mempelajari senyawa antimalaria baru, telah dilakukan penelitian menggunakan etil p-metoksi sinamat dari rimpang Kaempferia galanga yang diuji aktivitasnya

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah variabel makro seperti Produk Domestik Regional Bruto, jumlah penduduk, tingkat inflasi mempengaruhi Pendapatan Asli