4 BAB II KAJIAN TEORI
A Deskripsi Teori 1. Hakikat Bola Voli
Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Sebab dalam permainan bola voli dibutuhkan koordinasi gerak yang benar – benar bisa diandalkan untuk melakukan semua gerakan yang ada dalam permainan bola voli. Teknik – teknik dasar dalam permainan bola voli terdiri atas servis, passing bawah, passing atas, block dan smash (Nuril Ahmadi, 2007: 20).
Bola voli merupakan permainan yang terdiri dari dua regu yang dipisahkan oleh jaring, dan beranggotakan masing-masing enam orang.
Karena permainan beregu maka kerja sama antar pemain sangat dibutuhkan seperti pada cabang olahraga lain. Permainan Bola voli sangat dibutuhkan teknik dasar yang baik dan benar. Hal ini sangat perlu bagi pemain pemula baik secara individu maupun secara kelompok.
Permainan Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup banyak penggemarnya dan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang pesat. Permainan Bola voli dimainkan oleh dua regu yang saling berhadapan dan masing-masing regu terdiri enam orang pemain. Permainan Bola voli dilakukan dengan cara bola dipantulkan sebanyak-banyaknya tiga kali. Seperti dijelaskan dalam Depdiknas (2005- 2004: 7), menyatakan bahwa,
“Tujuan dari permainan Bola voli adalah melewatkan bola di atas net agar
dapat jatuh menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang sama dari lawan. Setiap tim dapat memainkan tiga pantulan untuk mengembalikan bola (di luar perkenaan blok)”. Sedangkan A. Sarumpaet (1992: 86), menyatakan bahwa, “Prinsip bermain Bola voli adalah memainkan bola dengan memvoli (memukul dengan tangan) dan berusaha menjatuhkannya ke dalam permainan lapangan lawan dengan menyeberangkan bola lewat atas net atau jaring, dan mempertahankannya agar bola tidak jatuh di lapangan sendiri”. Permainan Bola voli harus dilakukan dengan dipantulkan. Syarat pantulan bola harus sempurna tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Dari masing-masing tim dapat memantulkan bola sebanyak- banyaknya tiga kali dan setelah itu bola harus diseberangkan melewati net ke daerah permainan lawan. Untuk memantulkan bola dapat menggunakan seluruh tubuh.
Seperti dikemukakan Amung Ma‟mun & Toto Subroto (2001: 37), menyatakan bahwa, “Semula bagian tubuh yang sah untuk memainkan bola batasannya dari lutut ke atas. Sekarang seluruh bagian tubuh diperkenankan untuk memainkan bola”. Untuk mencapai keterampilan bermain Bola voli harus menguasai teknik dasar Bola voli. Barbara L. Viera (2004: 2), menyatakan bahwa Permainan Bola voli dimainkan oleh dua team dimana di dalam setiap team beranggotakan 2 sampai 6 orang pemain di dalam satu lapangan yang berukuran 9 meter persegi bagi setiap team dan posisi ke dua team dipisahkan oleh net. Pada umumnya permainan Bola voli merupakan permainan beregu namun sekarang permainan Bola voli dibagi menjadi dua
macam yaitu permainan Bola voli pantai yang beranggotakan 2 orang dan permainan Bola voli indor yang beranggotakan 6 orang.
Menurut Suhadi (2004: 7), permainan bola voli pada hakekatnya adalah memvoli dengan menggunakan seluruh anggota badan dan menyeberangkan bola melalui net kelapangan lawan. Permainan bola voli dimainkan dengan meggunakan bola besar oleh dua regu dan tiap regu hanya boleh memvoli bola tiga kali dan juga tiap pemain tidak melakukan sentuhan dua kali berturut-turut kecuali ketika melakukan bloking.
Dari beberapa definisi tentang permainan Bola voli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa permainan Bola voli adalah permainan di atas lapangan persegi empat yang berukuran 9 x 18 meter yang terdiri dari dua regu yang masing-masing beranggotakan 6 orang dengan cara memvoli di udara dan melewatkan bola di atas jaring atau net dengan maksud dapat menjatuhkan bola di dalam lapangan lawan untuk mencari kemenangan.
2. Hakikat Teknik Dasar Permainan Bola voli
Menurut Yunus (1992: 68), menyatakan bahwa, teknik adalah cara melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mencapai hasil yang optimal.
Permainan adalah cara melakukan atau melaksanakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Secara efisien dan efektif. Teknik dalam permainan bola voli dapat diartikan, sebagai cara memainkan bola dengan efisien dan efektif sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku untuk mencapai hasil yang optimal. Teknik permainan yang baik selalu berdasarkan pada teori dan
hukum-hukum yang berlaku dalam ilmu dan pengetahuan yang menunjang pelaksanaan teknik tersebut. Seperti : Biomekanika, anatomi, fisiologi, kinesiologi, dan ilmu-ilmu penunjang lainnya, serta berdasarkan pula peraturan permainan yang berlaku.
Penguasaan terhadap teknik dasar dalam permainan bola voli ini penting mengingat beberapa hal sebagai berikut: 1) hukuman terhadap pelanggaran permainan yang berhubungan dengan kesalahan dalam melakukan teknik, 2) terpisahnya tempat antara regu satu dengan regu yang lain, sehingga tidak terjadi sentuhan badan dari pemain lawan maka pengawasan wasit terhadap kesalahan teknik ini lebih seksama, 3) banyaknya unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya kesalahan- kesalahan teknik, antara lain: membawa bola, mendorong bola, mengangkat bola, dan pukulan rangkap, 4) permainan bola voli adalah permainan cepat, artinya waktu untuk memainkan bola sangat terbatas, sehingga penguasaan teknik- teknik yang kurang sempurna akan memungkinkan timbulnya kesalahan- kesalahan teknik yang lebih besar, 5) penggunaan taktik yang tinggi hanya dimungkinkan kalau penguasaan teknik dasar dan tinggi dalam bola voli cukup sempurna (Suharno, 1981 : 35 ).
Dalam permainan bola voli ada berbagai teknik yang harus dikuasai oleh setiap pemain, Suharno (1981: 36), menyatakan teknik dasar permainan bola voli meliputi: servis, passing, umpan (set- up), smash (spike), dan bendungan (block).
1) Passing Bawah
Menurut Lestari (2008:82), menyatakan bahwa passing
bawah pada permainan bolavoli digunakan untuk menerima service, spike yang diarahkan dengan keras, bola-bola jatuh, dan bola yang
mengarah ke jaring. Menurut Suharno ( 1979 : 15 ), menyatakan bahwa passing bawah adalah usaha ataupun upaya seorang pemain bola voli dengan cara menggunakan suatu teknik tertentu yang tujuannya adalah untuk menyajikan bola yang dimainkannya kepada teman seregunya yang selanjutnya agar dapat untuk melakukan serangan terhadap regu lawan ke lapangan lawan. Menurut Durrwachter ( 1986 : 3 ), menyatakan bahwa setiap pemain dalam suatu tim harus benar-benar menguasai teknik passing dengan baik, karena passing merupakan proses gerak yang sangat tidak lazim.
Penguasaan dasar passing dalam permainan bola voli adalah sangat penting karena keberhasilan suatu regu dalam pertandingan bola voli banyak ditentukan oleh passing. Seperti yang dikemukakan oleh Durrwachter ( 1986 : 3 ), menyatakan bahwa permainan baru bisa berlangsung lancar dan teratur apabila menguasai unsur-unsur dasar permainan bola voli.
Passing menurut Yunus (1992 : 79), menyatakan bahwa pengoperan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan.
Teknik passing bawah menurut Durrwachter (1986 ; 52), menyatakan bahwa teknik yang dirasa lebih wajar, gampang dan
terutama lebih aman pada saat menerima bola yang lebih keras, dibandingkan dengan gerak passing atas yang memerlukan sikap tangan dan jari khusus. Dengan teknik passing bawah semua bola yang datang bisa diterima dengan mudah dan dapat dilambungkan kembali, juga apabila posisi bola sangat rendah atau menyamping dari tubuh.
Menurut Dieter Beutelstahl (1986 : 16), menyatakan bahwa servis telah berkembang dengan pesat sekali, sering kali servis digunakan sebagai serangan pertama untuk mematahkan pertahanan lawan. Karena itu penerimaan servis harus dapat mengimbangi servis tersebut, sedemikian sehingga penerimaan servis inilah yang menentukan jalannya pertandingan. Kalau penerimaan itu salah, maka kemungkinan besar angka berikutnya akan diraih oleh lawan.
Dari pendapat di atas diharapkan semua pemain bola voli dapat menguasai teknik passing bawah sebab passing bawah sangat diperlukan dalam taktik permainan bola voli sehingga permainan tampak lebih hidup dan bervariasi.
Passing bawah merupakan teknik dasar memainkan bola dengan menggunakan kedua tangan, yaitu perkenaan bola pada kedua lengan bawah, passing bawah merupakan teknik passing yang sering digunakan untuk menerima bola servis atau smash.
Dikemukakan Gerhard Durrwatcher (1986: 52), menyatakan bahwa,
“ Untuk bola-bola servis atau smash, teknik passing bawah lebih
aman, jika dibandingkan dengan teknik passing atas yang memerlukan sikap dan jari tangan khusus”. Passing bawah pada dasarnya digunakan untuk menerima bola-bola liar tidak terkendali seperti servis, smash atau bola memantul dari net. Ditinjau dari permainan bola voli pada umumnya passing bawah biasanya menjadi teknik pertama yang digunakan tim yang menerima servis dari tim lawan. Upaya melakukan passing bawah dengan baik dan benar harus menguasai teknik passing bawah. Prinsip pokok passing bawah menurut Durrwachter ( 1986 : 52 ), menyatakan bahwa, “ Sentuhan bola dengan permukaan kedua lengan bawah (2/3 bagian ujung) yang bertautan di depan badan”. Sedangkan Theo Kleinmann dan Dieter Kruber (1986 : 32), menyatakan bahwa, “ Pada umumnya passing dari bawah bola menyentuh bagian di atas pergelangan tangan, bisa dilakukan dengan satu atau dua tangan.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan, passing bawah merupakan cara memainkan bola dengan menggunakan kedua lengan yang saling bertautan atau dengan satu lengan. Perkenaan bola pada passing bawah yaitu diatas pergelangan tangan.
Kemampuan seorang pemain bola voli melakukan passing bawah dengan baik dan benar banyak manfaat yang diperolehnya, terutama untuk memerima bola-bola yang keras dan tajam seperti servis atas atau smash. Hal ini karena, passing bawah merupakan
teknik passing yang sangat efektif untuk menerima bola-bola keras seperti servis atas dan smash. Untuk menerima bola- bola servis atas dan smash, passing bawah lebih sederhana dan lebih aman dan tidak memerlukan sikap tangan serta jari tangan secara khusus seperti passing atas. Selain itu juga passing bawah jarang terjadi pukulan ganda. Proses gerakan keseluruhan dalam passing bawah dapat diuraikan sebagai berikut : Sikap awalan melakukan passing bawah.
Sikap permulaan, sikap siap normal, kaki dibuka selebar bahu, lutut ditekuk dengan salah satu kaki serong ke depan dengan kedua lengan rileks disamping tubuh, kedua lengan lurus, saat bola datang lengan menyambut datangnya bola. Kedua kaki lurus dengan mengayunkan lengan. Perkenaan bola pada lengan, saat perkenaan bola posisi kedua lengan lurus. Perkenaan bola terletak pada lengan bawah agar lebih mudah mengarahkan bola kearah yang diinginkan.
Penggerakan ini harus berlangsung dengan lancar dan kontinyu tanpa terputus- putus, dilanjutkan dengan gerak mengayun lengan kearah yang diinginkan.
Gambar 2.1 Pukulan passing bawah Sumber : (Yunus ; 1992 : 83)
Setelah berhasil dipukul pemain menjaga keseimbangan badan agar lebih mudah mengatur posisi apabila bola datang kembali. Perlu diperhatikan bahwa saat menjaga keseimbangan setelah menerima bola kedua kaki dalam keadaan lentur (mengeper).
Untuk dapat melakukan passing bawah dengan baik disamping tehnik dasar di atas juga harus memenuhi beberapa persyaratan.
Adapun persyaratan tersebut adalah : 1. Arahkan passing bawah pada saat penerimaan bola pertama ke tempat pemain yang mengumpan bola, 2. Arahkan bola di tempat yang mudah dijangkau oleh teman, 3. Pemain yang melakukan passing bawah harus menguasai lapangan, jangan sampai terdapat ruang kosong.
Analisis Gerak Passing bawah melipiti:
Teknik Passing bawah banyak dipergunakan oleh para pemula, karena teknik Passing bawah ini paling mudah unutuk dipelajari dan merupakan dasar bagi pemain untuk mengembangkan teknik Passing bawah yang lainnya. Itulah alasan mengapa penulis memilih Passing bawah sebagai obyek penelitian. Analisis Gerak teknik Passing bawah meliputi :
a) Menurut Yunus (1992 : 79), menyatakan bahwa“Sikap permulaan : Ambil sikap siap normal dalam permainan bola voli yaitu:
Kedua lutut ditekuk dengan badan menumpu pada telapak kaki bagian depan, berat badan menumpu pada telapak kaki bagian depan untuk mendapatkan suatu keseimbangan labil agar dapat
lebih mudah dan lebih cepat bergerak ke segala arah. Kedua tangan saling berpegangan yaitu punggung tangan kanan diletakkan diatas telapak tangan kiri, kemudian saling berpegangan”. Untuk jelasnya lihat gambar berikut ini :
Gambar 2.2 Sikap persiapan pukulan passing bawah Sumber : (Yunus ; 1992 : 83)
b) Menurut Yunus (1992: 79), menyatakan bahwa “Gerakan pelaksanaan : Ayunan kedua lengan ke arah bola, dengan sumbu gerak pada persendian bahu dan siku betul-betul dalam keadaan lurus. Perkenaan bola pada bagian prosimal dari lengan, diatas dari pergelangan tangan dan pada waktu lengan membentuk sudut sekitar 45 derajat dengan dengan badan, lengan diayunkan dan diangkat hampir lurus”. Untuk jelasnya lihat gambar berikut ini :
Gambar 2.3 Sikap saat perkenaan pukulan passing bawah Sumber : (Yunus ; 1992 : 83)
c) Menurut Yunus (1992:79), menyatakan bahwa “Gerak lanjutan : Setelah ayunan lengan mengenai bola, kaki belakang melangkah lurus kedepan untuk mengambil posisi siap kembali dan ayunan lengan untuk passing bawah ke depan tidak melebihi sudut 90 derajat dengan bahu badan”.
Untuk jelasnya lihat gambar berikut ini :
Gambar 2.4 Gerak lanjutan pukulan passing bawah Sumber : (Yunus ; 1992 : 83)
2) Passing atas
Passing Atas Menurut M. Yunus (1992 : 79), menyatakan bahwa passing atas mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu regu sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan dengan cara bola berada di oper keatas menggunakan kedua telapak tangan secara bersamaan,
Menurut Nuril Ahmadi (2007 : 26-27), menyatakan bahwa memainkan bola dengan teknik passing atas dapat dilakukan dengan berbagai variasi yaitu antara lain: 1) passing atas ke arah belakang lewat atas kepala, 2) passing atas ke arah samping pemain, 3) passing atas sambil melompat ke atas, 4) passing sambil
menjatuhkan diri kesamping, 5) passing atas sambil menjatuhkan diri ke belakang.
Cara melakukan teknik passing atas adalah jari-jari tangan terbuka lebar dan kedua tangan membentuk mangkuk hanpir saling berhadapan. Sebelum menyentuh bola, lutut sedikit ditekuk hingga berada di muka setinggi hidung. Sudut antara sikut dan badan kurang lebih 45 derajat. Bola disentuhkan dengan cara meluruskan kedua kaki dengan lengan.
Gambar 2.5 gambar passing atas (Sumber: Avryl Lee, 2012) 3) Service Atas (overhead service)
Menurut Aip Dan Muhadi (1992: 183), menyatakan bahwa service merupakan permulaan yang dilakukan oleh pihak yang berhak melakukan service untuk memulai menghidupkan bola ke dalam permainan. Teknik service atas (overhead service) ada berbagai macam. Suharno (1979:25-28), menyatakan bahwa teknik atas (overhead service) ada beberapa macam diantaranya service floating, top spin dan service cekis. Dari macam-macam service atas yang
paling populer atau sering digunakan sekarang yaitu floating atau service mengembang. Karena service ini dilakukan dengan mudah dan sulit di terima lawan.
Service mengembang atau (floating service) merupakan salah teknik service atas. Service mengambang merupakan service yang dilakukan dengan awalan bola di pegang setinggi kepala, lengan hamper lurus kemudian lengan yang memukul ada dalam posisi lurus atau di tekuk sedikit ditarik kebelakang sebelum melempar bola.
Nurul Ahmadi (2007: 21), menyatakan bahwa disebut service mengambang karena gerakan bola dari hasil pukulan service tidak mengandung putaran (bola berjalan mengapung atau berjalan).
Menurut Sue Gozansky yang di kuti oleh Unggul (2009: 17), menyatakan bahwa service floating bola mengapung di udara dan bergerak dari satu sisi yang satu ke sisi yang lain atau langsung mendarat ke lantai.
Hal-hal yang harus di perhatikan dalam melakukan service atas yaitu:
a) Berkonsentrasilah saat melakukan servis.
b) Lambungkan ke atas sesuai kebutuhan.
c) Saat kapan harus memukul.
d) Bola yang dipukul harus sampai ke daerah lawan.
e) Usahakan bola servis dilakukan dengan cepat, keras dan tepat.
f) Melihat dan mempelajari pemain lawan yang lemah terhadap pukulan servis.
g) Arahkan bola pada posisi daerah yang kosong.
Berikut adalah tahap-tahap dalam melakukan gerakan servis mengambang (floating service), menyatakan bahwa Nuril Ahmadi (2007 : 21) :
I. Persiapan (bagi yang tidak kidal):
a) Berdiri di luar garis belakang dengan kaki kiri di depan atau bisa juga dengan kaki kanan.
b) Tangan kiri memegang bola dan tangan kanan dengan telapak tangan terbuka siap memukul bola.
c) Bola dilambungkan dengan tangan kiri, lambungan bola lebih tinggi dari kepala.
d) Tangan kanan ditarik kea rah ke belakang atas kepala.
II. Pelaksanaan:
a) Pukul bola di depan atas kepala, dengan cara mendorong, daya dorong tangan terhadap bola harus memotong garis tengah bola.
b) Pukul bola tanpa atau dengan sedikit spin, bila menghendaki tanpa putaran maka pergelangan tangan harus direnggangkan.
c) Pengenaan tangan pada bola adalah pada telapak tangan gerak lanjutan.
d) Teruskan perpindahan berat badan ke depan dengan cara melangkahkan kaki belakang (kanan) ke depan.
e) Jatuhkan lengan pemukul dengan perlahan sebagai gerak lanjutan.
f) Segera masuk lapangan permainan.
III. Gerak Lanjut:
a) Langkahkan kaki belakang (kakan) ke depan.
b) Jatuhkan lengan pemukul dengan perlahan.
c) Bergerak ke dalam lapangan.
Gambar 2.6 Servis atas floating atau mengambang Sumber (Nuril Ahmadi 2007: 21)
4) Service Bawah (underhand service)
Sukintaka dkk. (1979: 37), menyatakan bahwa, Teknik servis tangan bawah itu sikap permulaan: mula-mula berdiri di petak servis dengan kaki kiri agak lebih ke depan daripada kaki kanan (bagi mereka yang tidak kidal). Pegang bola dengan tangan kiri. Lambungkan bola ke atas tidak terlalu tinggi, pada saat itu pula tangan kanan ditarik ke bawah belakang.
Gambar 2.7 Sikap Saat Perkenaan Bola pada Servis Bawah Sumber: Sukintaka dkk (1979: 38)
5) Smash
Smash adalah pukulan bola yang keras dari atas ke bawah dan menukik ke dalam lapangan lawan. Smash atau pukulan keras disebut juga spike merupakan bentuk serangan yang paling banyak dipergunakan dalam upaya memperoleh nilai oleh suatu tim. Pukulan smash banyak macam dan variasinya (Nuril Ahmadi, 2007: 31).
Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992/1993: 191) menyatakan, Yang dimaksud dengan smash ialah suatu pukulan yang dilakukan dengan keras dan tajam dengan jalannya bola menghujam ke
lapangan lawan. Smash tersebut dapat dilakukan dalam usaha mematikan serangan lawan. Dan apabila smash tersebut dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, selain sulit dapat diterima oleh lawan, juga akan dapat mematikan.
Menurut A. Sarumpaet dkk. (1992: 99), menyatakan bahwa
“Smash atau hard spike ialah pukulan serangan yang keras.” Agar dapat melakukan smash, tangan dan bola harus berada di sebelah atas jaring (net), sehingga jalan bola dapat ditujukan curam ke bawah.
Menurut Sukintaka dkk. (1979: 34), menyatakan, Teknik smash itu sikap permulaan: dapat dimasukan di sini saat-saat pengambilan awalan sampai dengan saat tolakan ke atas. Mula-mula mengambil sikap siap normal dengan jarak yang cukup dari jarring (3 sampai 4 meter). Pada saat akan mengadakan langkah ke depan terlebih dahulu melakukan langkah-langkah kecil di tempat.
Gambar 2.8 Sikap Smash Secara Keseluruhan Sumber: Sukintaka dkk. (1979: 36)
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan smash adalah gerakan memukul bola dengan keras dan menukik ke
lapangan lawan sehingga sulit dikembalikan.
6) Block
Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992/1993: 193), menyatakan bahwa, Membendung adalah tindakan dalam usaha untuk menahan serangan lawan pada saat bola tepat melewati atas jaring, dengan mepergunakan satu atau kedua tangan yang dilakukan oleh seorang pemain atau oleh dua atau tiga orang pemain secara bersama- sama dari pihak yang mempertahankan.
Menurut A. Sarumpaet dkk. (1992: 102), menyatakan bahwa
“Blocking adalah suatu cara bertahan yang sangat ampuh terhadap smash (hard spike).” Blocking dilakukan dengan loncatan setinggi mungkin dekat jaring dalam usaha menahan atau membendung bola yang dismash oleh pihak lawan/ penyerang.
Menurut Nuril Ahmadi (2007: 30), menyatakan bahwa, Block merupakan benteng pertahanan yang utama untuk menangkis serangan lawan. Jika ditinjau dari teknik gerakan, block bukanlah merupakan teknik yang sulit. Namun persentase keberhasilan suatu block relatif kecil karena arah bola smash yang akan di block, dikendalikan oleh lawan. Keberhasilan block ditentukan oleh ketinggian loncatan dan jangkauan tangan pada bola yang sedang dipukul lawan.
Menurut Sukintaka dkk. (1979: 34), menyatakan bahwa, Teknik block itu sikap permulaan: berdiri dengan kaki sejajar badan menghadap pada jaring. Kedua tangan berada di depan dada. Untuk
awalan tolakan maka lutut ditekuk agak dalam, togok dengan demikian menjadi condong ke depan. Setelah pengambilan posisi ini kemudian diteruskan dengan tolakan- tolakan ke atas dengan kedua kaki secara eksplosif dan kuat.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan teknik dasar dalam permainan bola voli adalah merupakan dasar untuk dapat bermain bola voli, dalam teknik dasar permainan bola voli antara lain: passing bawah, passing atas, servis bawah, servis atas, smash dan block.
Gambar 2.9 Sikap Saat Blocking Sumber: Sukintka dkk. (1979: 40)
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan smash adalah gerakan memukul bola dengan keras dan menukik ke lapangan lawan sehingga sulit dikembalikan.
3. Hakikat Media Dinding
Kata media dalam “media pembelajaran” berasal dari bahasa latin yaitu medius ysng berarti „tengah‟,‟peranta‟, atau „pengantar‟. Media pembelajaran
secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,perasaan,perhatian dan kemampuan atau keterampilan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.
Pengertian media menurut para ahli pendidikan diantaranya:
1. Menurut AECT (Assosiation for Educational Communication and Technology,1977). Menyatakan bahwa segalaa bentuk dan saluran yang
digunakan dalam proses penyampaian informasi.
2. Menurut NEA (National Educational Assosiation). menyatakan bahwa bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi,dapat dilihat,didengar,dan di baca.
3. Gerlach dan Ely (1971), menyatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh keterampilan.
Arsyad (2002), menyakan dalam bukunya bahwa media memiliki 4 fungsi yaitu :
a) Fungsi atensi
Media dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna yang di tampilkan dalam materi pelajaran.
b) Fungsi akfektif
Fungsi media dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa/mahasiswa
ketika proses belajar mengajar berlangsung.
c) Fungsi kognitif
Media dapat mengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahai dan mengingat informasi atau pesan yang lemah dalm membaca, teks dan mengingatnya kembali.
d) Fungsi kompensatoris
Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah membaca, untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Media dinding sarana pe mbelajaran yang di gunakan untuk para pemula pemain bola voli yang mengunakan dinding. Dinding merupakan media yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran passing bawah bola voli. Menurut Rudy Gunawan (1992: 68), menyatakan bahwa ”Dinding-dinding harus tegak lurus betul, agar dapat memikul berat sendiri, beban tenakan angion dan bila sebagai dinding pemikul,harus pula dapat memikul beban diatasnya”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetian dinding adalah penutup sisi samping (penyekat).
Berdasarkan keterangan yang sebelumnya tentang teknik operan yang digunakan untuk menghadapi bola liar harus menggunakan operan lengan depan, maka pola latihan yang diberikan harus mendukung hal tersebut. Salah satu bentuk latihan yang dapat diberikan adalah pola latihan passing bawah dipantulkan ke dinding, hal ini sesuai dengan pernyataan Kleinmann & Kruber (1984:73), menyatakan bahwa untuk menyempurnakan kemampuan mengendalikan bola dengan passing bawah dapat dilakukan dengan cara dipantulkan di dinding.
4. Hakikat Ektrakulikuler
Menurut Mulyono dalam Kompri (2009:225), menyatakan bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki peserta didik. Sedangkan menurut Sopiatin (2010:99), ekstrakurikuler adalah wahana pengembangan pribadi peserta didik dalam mengembangkan cabang-cabang olahraga salah satunya adalah bola voli.
Prihatin (2011:164), menyatakan bahwa bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan yang pelaksanaanya dilakukan di jam luar sekolah, peserta didik dapat meningkatkan bakat atau minat dalam menegembangkan hobi yang dimiliki.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan olahraga yang dilakukan di luar jam pelajaran, dilaksanakan untuk lebih memperluas wawasan atau kemampuan.
5. Hakikat Pengaruh
Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.
Pengertian pengaruh menurut beberapa ahli yaitu:
1) Wiryanto, menyatakan bahwa pengaruh adalah tokoh formal dan informal di masyarakat yang memiliki ciri-ciri kosmopolitan, inovatif, kompeten, dan aksesibel dibandingkan dengan pihak yang dipengaruhi.
2) M. Suyanto, menyatakan bahwa pengaruh adalah nilai kualitas suatu iklan melalui media tertentu.
3) Uwe Becker, menyatakan bahwa pengaruh adalah kemampuan yang terus berkembang dan tidak terlalu terkait dengan usaha memperjuangkan dan memaksakan kepentingan.
4) Norman Barry, menyatakan bahwa pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan agar bertindak dengan cara tertentu, terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya.
5) Robert Dahl, menyatakan bahwa pengaruh diumpamakan sebagai berikut: A mempunyai pengaruh atas B sejauh ia dapat menyebabkan B untuk berbuat sesuatu yang sebenarnya tidak akan B lakukan.
6) Sosiologi Pedesaan, menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuasaan yang bisa mengakibatkan perubahan perilaku orang atau kelompok lain.
7) Bartram Johannes Otto Schrieke, menyatakan bahwa pengaruh adalah bentuk dari suatu kekuasaan yang tidak dapat diukur kepastiannya.
8) Albert R. Roberts dan Gilbert, menyatakan bahwa pengaruh adalah wajah kekuasaan yang diperoleh oleh orang saat tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan.
9) Jhon Miller, menyatakan bahwa pengaruh adalah komoditi berharga dalam dunia politik Indonesia.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan sebuah hal abstrak yang tidak bisa dilihat tapi bisa dirasakan
keberadaan dan kegunaannya dalam kehidupan dan aktivitas manusia sebagai makhluk sosial.
6. Hakikat Latihan a) Pengertian Latihan
Kondisi fisik merupakan salah satu syarat yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan prestasi dan kualitas siswa, bahkan bisadikatakn tolak ukur suatu olahraga. Kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam program latihan siswa. Latihan adalah suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan materi , teori dan praktek, menggunakan metode dan aturan, sehingga tujuan dapat tercapai tepat pada waktunya. Menurut Harsono (1988:3-4), menyatakan bahwa“ Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang, dengan kian hari kian menambah beban atau pekerjaannya”. Yang dimaksud dengan sistematis adalah, berencana sesuia dengan program latihan, menurut jadwal, menurut pola, dan sistem tertentu, metode, dari mudah ke sukar, latihan yang teratur, dari sederhana ke yang lebih kompleks. Berulang- ulang maksdunya ialah agar gerakan yang semula sukar dilakukan mudah pelaksanaannya sehingga semakin menghemat energi. Kian hari maksudnya ialah setiap kali, secara periodik, segera setelah tiba saatnya untuk ditambah bebannya bukan berarti setaip hari.
Berikut ciri-ciri dari latihan adalah sebagai berikut (a) Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik dalam
berolahraga, yang memelurkan waktu tertentu (pertahapan), serta memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat, (b) Proses latihan harus teratur dan progresif. Teratur maksudnya latihan harus dilakukan secara rutin maju, dan berkelanjutan (kontinyu). Sedangkan bersifat progresif maksudnya materi latihan diberikan dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang lebih sulit (kompleks), dari yang ringan ke yang berat, (c) Pada setiap kali tatap muka (satu sesi/satu unit latihan) harus memiliki tujuan dan sasaran,(d) Materi latihan harus berisikan materi teori dan praktek, agar pemahaman dan penguasan keterampilan menjadi realatif permanen, (e) Menggunakan metode tertentu, yaitu cara paling efektif yang direncanakan secara bertahap dengan memperhitungkan factor kesulitan, kompleksitas gerak, dan penekanan pada sasaran latihan.
Berdasarkan pernyataan ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan proses penyempurnaan keterampilan (olahraga) yang dilakukan peserta didik ataupun atlet secara sistematis, tertruktur, berulang-ulang, berkesinambungan, dan bertahap dari bentuk maupun beban latihannya.
b) Tujuan Dan Sasaran Latihan
Menurut Harsono (1988:100), menyatakan bahwa “Tujuan serta sasaran utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin”.
Lebih lanjut Harsono (1988:100-101), menyatakan bahwa “ untuk
mencapai itu, ada empat aspek latihan yang perlu perhatikan dan dilatih secara seksama oleh siswa, yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, (d) latihan mental “. Menyatakan bahwa, tujuan dan sasaran latihan secara garis besar, antara lain:
1) Latihan Fisik ( physical tarining)
Perkembangan kondisi fisik yang mnyeleruh amatlah penting, karena tanpa kondisi fisik yang baik siswa tidak akan dapat mengikuti latihan latihan dengan sempurna. Beberapa komponen fisik yang perlu di perhatikan untuk di kembangkan adalah, daya tahan kardiovaskular, daya tahan kekuatan, kekuatan otot (strength), kelentukan (flexsibility), kecepatan, stamina, kelincahan (agility), power.
Komponen-komponen tersebut adalah yang utama harus dilatih dan dikembangkan oleh siswa.
2) Latihan teknik (technical training)
Yang dimaksud teknik disini adalah latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan untuk mampu melakukan cabang olahraga yang dilakukan siswa: misalnya misalnya teknik service, block, passing atas, passing bawah, dan smash. Latihan teknik adalah latihan yang khusus dimaksudnkan guna membentuk dan memperkembang kebiasaan-kebiasaan motorik atau perkembangan neuromoscular. Kesempurnaan teknik-teknik dasar dari setiap gerakan adalah penting karena akan membentuk gerak keseluruhan. Oleh karena itu, gerak dasar setiap bentuk teknik yang diperlukan dalam
setiap cabang olahraga haruslah dilatih dan dikuasi secara sempurna.
3) Latihan taktik (tactical training)
Tujuan latihan taktik adalah untuk menumbuhkan perkembangan interpretive atau daya tafsir pada siswa. Teknik-teknik gerakan yang di kuasai dengan baik, haruslah dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola permainan, bentuk- bentuk dan formasi-formasi permainan, serta strategi-strategi dan taktik-taktik pertahanan dan penyerangan.
Setiap pola penyerangan dan pertahanan haruslah di kenal dan dikuasai oleh setiap anggota tim, sehingga sehingga dengan demikian hampir tidak mungkin regu lawan akan dapat mengacaukan regu kita dengan sesuatu bentuk serangan atau pertahanan yang tidak kita kenal.
4) Latihan mental (psychological training)
Perkembangan mental siswa tidak kurang pentingnya dari perkembangan ketiga faktor tersebut diatas, sebab betapa sempurnapun perkembangan fisik, teknik, dan taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut berkembang, prestasi tinggi mungkin akan dapat dicapai. Latihan-latihan mental adalah latihan-latihan lebih menekankan pada perkembangan kedewasaan (maturitas) atlet serta perkembangan emosional dan imflusif; misalnya semangat bertanding, sikap pantang menyerah, keseimbangan emosi meskipun dalam situasi dan kondisi stress, sportifitas, percaya diri, kejujuran, dan sebagainya. Psycological training adalah training guna mempertinggi efisensi mental siswa, terutama apabila siswa berada
dalam situasi stress yang kompleks.
Keempat aspek tersebut di atas haruslah seiring dilatih dan harus diajarkan secara serempak, karena merupakan salah satu kesatuan untuk dapat memperoleh hasil yang baik. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tujuan dan sasaran latihan adalah untuk memperbaiki dan menyepurnakan keterampilan baik teknik atau pun fisik pelaku olahraga untuk mencapai prestasi.
c) Prinsip-prinsip latihan
Menurut Harsono (2007:4-180), menyatakan bahwa “prinsip- prinsip latiahan memeliki peranan penting terhadap aspek fisilogis dan psikologis olahragwan”. Lebih lanjut menurut Harsono (1988:102) prinsip-prinsip latihan yang menjadi pedoman agar tujuan latihan dapat tercapai, antara lain: (1) prinsip beban berlebih, (2) perkembangan menyeluruh, (3) latihan, (4) prinsip individualisasi, (5) intensitas latihan, (6) kualitas latihan, (7) variasi dalam latihan, (8) prinsip kembali asal, (9) prinsip spesifikasi, 10) prinsip pemulihan, (11) asas overkompensasi,(
12) volume latihan, (13) lama latihan, (14) tes-tes uji coba, (15) adaptasi latihan, dan (16) pemanasan.
Dalam penelitian ini prinsip latihan yang akan digunakan untuk mendukung proses latihan adalah: (1) Prinsip latihan adaptasi latihan, (2) Prinsip spesifik, (3) Prinsip beban berlebih.
Menurut Harsono (2007:4-18), menyatakan bahwa berhubungan dengan prinsip-prinsip latihan setiap peserta didik atau atlet memiliki
sifat dasar manusia antara lain: multidemensial (beragama), potensi yang berbeda-beda, labil, adaptasi lingkungan, berdasarkan sifat tersebut ada beberapa prinsip yang perlu di perhatikan dalam proses latihan, meliputi:
1. Prinsip Beban Berlebih ( over load )
Tubuh disesuaikan dan adaptasi terhadap latihan. Penyesuaian tersebut dilakukan seacara bertahap mengarah tingkat yang lebih tinggi yang disebut superkompensasi.
2. Prinsip Kembali Asal (reversible)
Adaptasi latihan akan berkurang bahkan hilang apabila latihan tidak berkelanjutan dan tidak teratur yang berakibat terjadinya penurunan prestasi.
3. Prinsip Kekhususan (specifity)
Latihan khusus hendaknya sesuai dengan sasaran yang diinginkan, dan kekhususan tersebut dalam latihan perlu mempertimbangkan aspek cabang olahraga, peran olahraga, sistem energi, pola gerak, keterlibatan otot, dan komponen kebugaran.
B Penelitian Relevan
Berikut merupakan penelitian yang relevan, sebagai berikut penelitian ini dilakukan oleh:
1. Penelitian yang dilakukan Nastiti Ari Murti.( 2015). Pengaruh Latihan Passing Bawah Dengan Dinding Dan Berpasangan Terhadap Ketepatan Passing Bawah Dalam Permainan Bolavoli (Eksperimen Terhadap Club Bolavoli Putri IVOKAS Kabupaten Semarang tahun 2015). Passing bawah
merupakan teknik dasar yang penting untuk dikuasai pemain bola voli ketepatan passing sangat memepengaruhi awal penyerangan suatu tim didalam permainan. Tujuan 1) Untuk mengetahui pangaruh latihan passing bawah dengan dinding terhadap ketepatan passing bawah. 2) Untuk mengetahui pangaruh latihan passing berpasangan terhadap ketepatan passing bawah. 3) Untuk mengetahui latihan mana yang lebih baik untuk ketepatan passing bawah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan Matched Subject Design. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 12 atlet putri dan dibagi menjadi kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dengan rumus AB-BA. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji-t pada taraf signifikansi 5% db 5. Hasil 1) ada pengaruh latihan passing bawah dengan dinding, dengan hasil t-hitung 3.512> t-tabel 2.571, 2) ada pengaruh latihan passing bawah berpasangan, dengan hasil t-hitung 2,649 > t-tabel 2.571, 3) Latihan passing bawah berpasangan lebih baik daripada latihan passing bawah dengan dinding dengan hasil mean post test 10.83 > 9.83. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah : 1) ada pengaruh latihan passing bawah dengan dinding terhadap ketepatan passing bawah dalam permainan boal voli. 2) ada pengaruh latihan passing bawah berpasangan terhadap ketepatan passing bawah dalam permainan boalvoli. 3) Pasing bawah berpasangan lebih berpengaruh terhadap ketepatan passing bawah dalam permainan boal voli. Saran dari simpulan diatas adalah dalam melatih dan membina para atlet khususnya olahraga bola voli teknik dasar passing bawah latihan passing bawah dengan
dinding dan berpasangan dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan dalam menentukan metode latihan
2. Penelitian yang dilakukan Rohman (2018). berjudul Pengaruh latihan passing bawah berpasangan dan latihan passing bawah dipantulkan ke dinding terhadap tingkat kemampuan passing bawah peserta ekstrakulikuler bolavoli putra SMP Negeri 2 Mirit Kabupaten Kebumen. Hasil dari penelitian tersebut 1) terdapat pengaruh latihan passing bawah berpasangan terhadap tingkat kemampuan passing bawah diperoleh t-hitung 3,079 > t- tabel 2,201 2) terdapat pengaruh latihan passing bawah di pantulkan ke dinding terhadap tingkat kemampuan passing bawah diperoleh t-hitung 3,960 > t-tabel 2.201 3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara latihan passing bawah berpasangan dan latihan passing bawah dipantulkan ke dinding terhadap tingkat kemampuan passing bawah diperoleh t-hitung 0,212 < t-tabel 2,201. Hasil dari penelitian I Putu Agus Sukmananta pendidilkan Kepelatihan Olahraga UNDIKSA yang berjudul Pengaruh Pelatihan Passing Bawah Berpasangan Dan Passing Bawah ke Dinding Terhadap Kemampuan Passing Bawah diperoleh hasil 1) pelatihan passing bawah berpasangan berpengaruh terhadap kemampuan passing bawah, dengan hasil t-hitung 20,28 >t-tabel 2,042 2) pelatihan passing bawah ke dinding berpengaruh terhadap kemampuan passing bawah, dengan hasil t- hitung 8,49 > t-tabel 2,042 3) pelatihan passing bawah berpasangan memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding passing bawah ke dinding terhadap kemampuan passing bawah, dilihat dengan hasil rata-rata 42,06 >
35,50. Dilihat dari penelitian diatas terdapat pengaruh
3. Penelitian yang dilakukan Suhardianto (2019) Peningkatan Hasil Belajar Passing Bawah Permainan Bola Voli Melalui pembelajarn media dinding Pada Siswa Kelas VIII Smp Negeri 13 Makasssar Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan penerapan media tembok dalam upaya meningkatkan hasil belajar passing bawah pada permainan bola voli pada siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Makassar. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, pada tiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data penelitian ini adalh kemampuan passing bawah sebagai data psikomotor dan nilai soal latihan sebagai nilai kognitif serta pengamatan sebagai nilai afektif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Makassar, sebanyak 29 siswa. dengan rincian siswa 13 siswa Laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif data hasil belajar passing bawah menujukkan bahwa siswa yang tuntas pada siklus I adalah 13 orang denga persentase 45 % sedangkan jumlah siswa yang tuntas pada siklus II adalah 29 orang dengan persentase 100%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajan passing bawah melalui media tembok dapat meningkatkan hasil belajar passing bawah pada permainan bola voli SMP Negeri 13 Makassar.
C Kerangka Berpikir
Melihat permasalahan yang ada terkait banyaknya siswa extrakurikuler yang masih tidak baik dalam melakukan passing bawah yaitu siswa masih terlihat kaku pada saat menerima passing bawah. Kebanyakan cara passing bawah siswa bolanya masih banyak yang belum terarah sempurna dan masih belum bisa memperhatikan keadaan permainan.
Dari deskripsi teori yang menyatakan bahwa latihan yang rutin, sungguh-sunggu terprogram sesuai dengan prinsip-prinsip latihan merupakan hal yang mendukung untuk menjadikan pemain handal dalam suatu cabang olahraga yang digeluti dalam penelitian ini khususnya bola voli, dengan latihan tersebut ditujukan agar pemain memiliki keterampilan dalam bermain bola voli. Salah satu keterampilan dalam bola voli adalah teknik passing bawah.
Teknik passing bawah menuntut seorang pemain bola voli untuk dapat menguasi bola dari segala bentuk arah datangnya bola dan menggoperkan bola tersebut kepada set-upper.
Sebagai seorang pelatih hendaknya mengetahui dasar untuk melatih terutama tata cara memberikan porsi latihan atau pembebanan latihan passing bawah. Pada penelitian, peneliti ingin membuktikan bahwa latihan passing bawah dengan pembebanan menggunakan bola yang di lakukan berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan passing bawah pada siswa exstrakurikuler di SMP Negeri 3 Pusakanagara.
D Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori, kerangka berfikir, dan penelitian yang relevan di atas, maka dari itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: “Terdapat pengaruh yang signifikan Latihan Media Dinding Passing Bawah Bola Voli ( Studi Eksperiment Siswa SMP Negeri 3 Pusakanagara )”.