• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI A. Teknik Evaluasi Tes dan Non Tes

1. Teknik Evaluasi

Gerlach dan Ely dalam bukunya B. Uno Hamzah (2010: 2) mengartikan teknik “sebagai jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai”.

Sependapat dengan Sukardi (2011:88) mengatakan bahwa teknik adalah metode yang digunakan. Anas Sudijono (2001:62) pun mengartikan teknik sebagai alat.

Jika teknik ini diartikan sebagai alat, maka pengertian umum alat itu sendiri adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efesien.

Berdasarkan pemaparan para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan teknik adalah suatu cara atau metode yang digunakan dalam kegiatan proses pembelajaran oleh guru atau tenaga kependidikan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

Menurut Sudiyono (1998:8) evaluasi merupakan kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sejauhmana tujuan yang telah ditetapkan sudah dapat dilaksanakan. Sedangkan menurut Sukardi (2012:01) evaluasi adalah proses yang menentukan kondisi, dimana sutau tujuan telah dapat tercapai.

Sependapat dengan Cizek (2000:16) evaluasi adalah suatu proses penentuan nilai atau harga dengan mempertimbangkan hasil observasi atau koleksi data yang diperoleh. Hal ini berarti untuk melakukan evaluasi harus diawali dengan kegiatan observasi maupun kegiatan lainnya yang akan menghasilkan data sebagai pertimbangan evaluasi tersebut.

Sependapat dengan Sudjana (1998) menjelaskan bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga untuk nilai berdasarkan criteria tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.

8

(2)

Menurut Arikunto (2013:3) evaluasi adalah “ kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, dan informasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan”.

Menurut Arifin (2012:02) evaluasi adalah salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan balikan (feed- back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan di sekolah.

Menurut Roestiyah dkk (2008) dalam bukunya “Masalah-masalah Ilmu Keguruan” menyebutkan empat pengertian evaluasi menurut deskripsinya berikut ini. Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti :

a. Mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan.

b. Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam- dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab-akibat hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.

c. Dalam rangka pengembangan siswa intruksional, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti yang direncanakan.

d. Evaluasi adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam pengembangan ilmu telag berada di jalan yang diharapkan.

Sedangkan menurut Fauzi (2013:383) evaluasi adalah kegiatan yang terencanan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Fauzi penulis dapat menguraikan bahwa yang disebut dengan evaluasi yaitu serangkaian kegiatan yang tersusun secara sistematis guna mencapai tujuan dalam proses pembelajaran.

Evaluasi merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar. Dimana peserta didik dan guru merupakan satu kesatuan yang terlibat dalam proses pembelajaran.

(3)

Di dalam proses pembelajaran baik buruknya kegiatan pembelajaran, maka seorang guru akan menyelenggarakan evaluasi. Salah satu kompetensi yang harus dikuasi oleh seorang guru ialah penggunaan teknik evaluasi pembelajaran yang kompetensi tersebut sejalan dengan tugas dan tanggung jawab yang harus di emban dalam proses pembelajaran. Dimana mengevaluasi pembelajaran yang mana di dalamnya melaksanakan penilaian paroses dan hasil belajar.

2. Teknik Evaluasi Tes

Menurut Arifin (2012:118) tes adalah “ suatu teknik atau cara yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik”.

Menurut Arikunto (1986:26) menyatakan bahwa tes adalah “ suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau ketrangan-keterangan yang digunakan tentang seseorang dengan cara boleh dikatakan tepat dan cepat”.

Menurut Eko (2010:45) “mengatakan bahwa tes merupakan alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek”.

Berbeda dengan pendapat menurut Arifin (2012:118) bahwa tes adalah “ suatu teknik atau cara yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik”.

Mencermati ketiga pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa yang di maksud dengan tes adalah suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksakan pengukuran, yang di dalamnya terdapat serangkaian pertanyaan dan pernyataan yang dijawab oleh peserta didik dalam proses pembelajaran.

Melalui Evaluasi teknik tes proses belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan benar apabila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran yang menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Disamping itu juga tes

(4)

dapat dijadikan sebagai bahan bantu guru dalam mengukur sejauhmana peserta didik menguasai, memahami materi ajar.

3. Teknik Evaluasi Non Tes

Teknik evaluasi non tes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Teknik penialain ini umunya untuk menilai kaepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah lau, sifat, sikap social, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.

Menurut Sudjono (2009) teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan, secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada.

Sependapat dengan Widiyoko dalam Maulia (2013) teknik evaluasi non tes biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik. Hal tersebut dapat diperoleh dari hasil pemahaman yang mereka dapatkan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang diamati, dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indra.

B. Bentuk-Bentuk Evaluasi Tes dan Non Tes 1. Evaluasi Tes Formatif

Evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/topic, dan di maksudkan untuk mengetahui sejauh manakah proses pembelajaran telah berjalan sebagaimna yang direncanakan.

Winkel menyatakan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi mengenai kemajuan yang telah di capai

Sementara Tesmer menyatakan evaluasi formatif adalah untuk mengontrol sampai sejauh mana siswa menguasai materi yang di ajarkan pada pokok pembahasan tersebut.

(5)

2. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari satu unit ke unit yang berikutnya.

3. Evaluasi Diagnostic

Evaluasi diagnostic adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat di berikan perlakuan yang tepat.

C. Alat Evaluasi Tes dan Non Tes

Ada dua alat yang bisa dijadikan sebagai alat evaluasi sehingga bisa digunakan untuk melihat kemajuan belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu:

1. Teknik Evaluasi Tes

Menurut Arifin (2012:124) menyatakan bahwa alat ukur dalam menilai perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik, apabila dilihat dari bentuknya, teknik evaluasi tes dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes bentuk objektif dan tes bentuk essay.

a) Tes Objektif

Menurut Sukardi (20012:117) yang dimaksud dengan tes objektif adalah tes yang cara pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif yang dilakukan dengan cara mencocokkan kunci jawaban dengan hasil jawaban testi. hal ini memungkinkan testi untuk menjawab banyak pertanyaan dalam waktu yang relatif singkat.

Sependapat dengan Slameto (1999: 40) menjelaskan bahwa tes objektif adalah tes yang diberikan kepada peserta didik dengan memilih beberapa kemungkinan jawaban yang telah tersedia dan memberi jawaban singkat atau mengisi titik-titik ditempat yang tersedia.

(6)

Berdasarkan uraian yang dikemukakan oleh para ahli diatas mengenai tes objektif, maka penulis dapat jelaskan bahwa tes objektif merupakan suatu tes yang pada umumnya sudah disediakan atau sudah diarahkan dengan menuntut kemampuan siswa dalam berfikir melalui bahasa tertulis.

Tes objektif digunakan untuk mengukur kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat, mengenal, memperhatikan, seperti yang dikemukakan oleh Arifin (2012:135) yaitu tes objektif terdiri dari :

1) Tes objektif bentuk soal Jawaban Singkat (Short answer) dan Melengkapi (Completion)

2) Tes objektif bentuk soal benar-salah (True-False, or Yes-No).

3) Tes objektif bentuk soal menjodohkan (Matching).

4) Tes objektif bentuk soal pilihan ganda (Multiple-Choice).

Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Arifin (2012:135) mengenai pembagian bentuk tes objektik. Sependapat dengan Sukardi (2012:117) membagi tes objektif menjadi beberapa bagian, yaitu :

1) Tes benar-salah (true-false).

2) Tes menjodohkan (Matching Tset).

3) Tes pilihan ganda ((Multiple-Choice).

Berdasarkan bentuk tes objektif yang dikemukakan oleh para ahli tersebut maka penulis membatasi tes objektif dengan menggunakan tes objektif pilihan ganda. Alasannya penulis menggunakan tes objektif pilihan ganda karena dalam penelitian memiliki kelebihan serta menggunakan tes objektif pilihan ganda memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam kemampuannya mengingat memahami serta evaluasi.

Tes objektif ganda memiliki memiliki kelebihan sebagaimana yang dikemukakan oleh Arifin (2012:143), yaitu :

1) Cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan objektif.

2) Kemungkinan peserta didik menjawab dengan terkaan dapat dikurangi 3) Dapat digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam berbagai

jenjang kemampuan kognitif.

4) Dapat digunakan berulang-ulang.

5) Sangat cocok untuk jumlah tes yang banyak.

(7)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat menguraikan bahwa tes objektif pilihan ganda memiliki kelebihan yaitu bagi guru dan peserta didik, kelebihan yang dapat dirasa oleh guru dengan menggunakan tes pilihan ganda dalam proses mengevaluasi dapat mengetahui kemampuan peserta didik serta aplikasi pengetahuan hasil belajar yang telah diberikan kepada siswa secara objektif, sedangkan kelebihan bagi peserta didik dapat mengukur kemampuan intelektual atau kognitif dengan memilih alternative salah satu jawaban yang telah disediakan.

Menurut Arifin (2012:135) tes objektif sering disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara satu atau nol. Di sebut tes objektif karena penilaiannya objektif.

Siapapun yang mengoreksi jawaban tes objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Untuk mengolah skor dalam tes objektif pilihan ganda dapat menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sukardi (2012:130), yaitu :

N=B

Keterangan : N = Nilai

S = Jumlah jawaban salah B = Jumlah jawaban benar N = banyaknya pilihan

Berdasarkan uraian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai penskoran tes objektif, maka penulis dapat jelaskan bahwa tes objektif didasarkan atas jawaban benar dan jawaban salah. Peserta didik dituntut untuk memilih salah satu jawaban yang memang benar diantara jawaban yang telah tersedia dalam waktu yang telah ditentukan.

Atas dasar itulah maka nilai atau skor yang diberikan kepada peserta didik dilakukan secara objektif. Jika peserta didik menjawad dengan jawaban yang benar maka akan diberi nilai satu tetidak menjawab salah satu tapi jika peserta

(8)

didik dalam menjawab dengan jawaban yang salah maka akan diberi nilai nol.

Dan jika peserta didik tidak menjawab salah satu jawaban yang tersedia maka dianggap nol.

2. Teknik Evaluasi Non Tes

Menurut Ahmad Fauzi (2013:413) teknik evaluasi non tes merupakan “alat ukur untuk mengetahui hasi belajar siswa yang tidak dapat diukur dengan alat ukur tes.” Ada beberapa jenis alat ukur teknik evaluasi non tes ini, yaitu :

a) Skala Bertingkat

Menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan.

b) Kuesioner

Digunakan untuk menilai aspek kognitif, seperti pandangan atau pendapat seseorang serta harapan dan aspirasinya disamping aspek afektif dan perilaku individu.

c) Wawancara

Digunakan untuk menilai aspek kognitif, seperti pandangan atau pendapat seseorang serta harapan dan aspirasinya disamping aspek afektif dan perilaku individu.

d) Pengamatan (observasi)

Pada umumnya pengamatan (observasi) digunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku individu atau proses kegiatan tertentu dan sosiometri digunakan untuk mengetahui aspek perilaku individu terutama hubungan sosialnya.

e) Sosiometri

Salah satu teknik atau cara yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyesuaikan dirinya terutama hubungan social siswa dengan teman sekelasnya.

Menurut Arifin (2012:152-177) dilihat dari jenisnya non tes di bagi menjadi :

a) Observasi (Observation) b) Wawancara (Interview)

(9)

c) Skala Sikap ( Attitude Scale) d) Daftar Cek (Check List) e) Skala Penilaian (Rating Scale) f) Angket (Quetioner)

g) Studi Kasus (Case Study)

h) Catatan Insidental (Anecdotal Records) i) Sosiometri

j) Inventori Kepribadian

k) Teknik Pemberian Penghargaan kepada Peserta Didik

Merujuk kepada pengertian yang dikemukakan para ahli maka penulis dapat menjelaskan bahwa non tes atau bukan tes, yaitu alat atau insrtumen yang dapat digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar tingkat kualitas peserta didik didalam proses pembelajaran.

Adapun alat evaluasi non tes yang akan digunakan pada penelitian yaitu observasi, angket, skala sikap.

D. Tujuan Evaluasi dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan evaluasi sangat penting digunakan oleh seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar, karena dengan digunakannya evaluasi guru dapat menunjau sejaumana pencapaian tujuan pembelajaran bisa dikatan berhasil atau tidak. Serta sejauh mana peningkatan motivasi belajar peserta didik. Untuk itu evaluasi memiliki tujuan dalam proses kegiatan belajar mengajar sebagaimana yang dikemukakan oleh Fauzi (2013:388) sebagai berikut :

1. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar pada siswa.

2. Penempatan siswa ke dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan serasi dengan tingkat kemampuan, minat dan berbagai karakteristik yang dimiliki.

3. Mengenal latar belakang siswa (spikologi, fisik dan lingkungan) yang berguna baik bagi penempatan maupun penentuan sebab-sebab kesulitan belajar para siswa.

4. Sebagai umpan balik bagi guru, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program remedial bagi siswa.

(10)

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Fauzi Ahmad (2013:388) mengenai tujuan evaluasi maka penulis dapat mengenalisis bahwa tujuan evaluasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan peserta didik dalam kegiatan belajar belajar bahkan dalam proses pencapaian tujuan yang diinginkan oleh pserta didik dalam proses penilaian.

E. Motivasi Belajar Siswa 1. Pengertian Motivasi

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc.

Donald ini mengandung tiga elemen penting.

a) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.

b) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling) afeksi seseorang.

c) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan atau respon dari suatu aksi yakni tujuan.

Dari ketiga elemen diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya perubahan energy yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.

Menurut Fauzi (2013:308) merumuskan motivasi sebagai “dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan”.

Berbeda dengan A. W. Bernard memberikan pendapat bahwa motivasi ialah fenomena yang dilibatkna dalam perangsangan tindakan kearah tujuan-

(11)

tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak tidak ada gerakan sama sekali kearah tujuan-tujuan tertentu.

Sependapat dengan Gray dkk dikutip oleh Abdurrohman Gintings, bahwa motivasi adalah hasil sejumlah proses, yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusisme dan persistensi dalam hal melaksnakan kegiatan-kegiatan tertentu.

Dari pendapat para tokoh diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi merupakan kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat pada diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk didalamnya adalah kegiatan belajar.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pengalaman atau latihan.

2. Pengertian Motivasi Belajar Siswa

Menurut A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.

Motivasi belajar menurut Abdorrahman Gintings adalah Sesuatu yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya. Selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono mengemukakan definisi motivasi belajar sebagai kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar atau dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia (perilaku belajar).

Jadi motivasi belajar merupakan motivasi (dorongan) internal dan eksternal siswa untuk belajar guna memperoleh prestasi yang baik. Menurut Hilgard dan Russel mengemukakan bahwa motivasi merupakan bagian dari learning. Dalam kegiatan pembelajaran pemberian motivasi sangat penting untuk diperhatikan, karena tidak semua pengajaran di sekolah dapat menarik minat siswa.

(12)

Sependapat dengan Uno yang mengemukakan bahwa motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Berdasarkan teori motivasi dan teori belajar di atas maka penulis dapat jelaskan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri peserta didik yang dilakukan secara terarah dalam bentuk aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian dalam menggiatkan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu tersebut dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Bentuk-bentuk Motivasi belajar

Didalam kegiatan belajar mengajarperanan dari pada motivasi intrinsik dan ekstrinsik sangat diperlukan. Karena dengan adanya motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif belajarnya serta dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajarnya.

Oleh karena itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi ada bermacam-macam. Akan tetapi, untuk motivasi ekstrinsik kadang- kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai.

Maka untuk itu seorang guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberikan motivasi dalam kegiatan belajar peserta didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak memberikan keuntungan dalam perkembangan belajar peserta didiknya.

Berikut beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah :

a. Memberi angka

Maksud daripada angka disini adalah simbol dari nilai kegiatan belajarnya.Banyak siswa yang belajar agar bisa mencapai angka atau nilai yang

(13)

baik, sehingga yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai raport. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.Namun demikian perlu diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka yang dapat dikaitkan dengan values yang terkandung didalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga ketrampilan dan afeksinya.

b. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak juga selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk pekerjaan tersebut.

Misalnya saja hadiah yang diberikan untuk karangan (cerita) terbaik mungkin tidak akanmenarik bagi seorang siswa yang tidak memiliki bakat untuk mengarang cerita.

c. Saingan/ Kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa.Baik persaingan antar individu maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran pada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.

e. Memberi ulangan

Para siswa menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan, oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.

f. Mengetahui hasil

Dengan semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar terus meningkat, maka akanada motivasi dalam diri siswa untuk terus belajar dengan harapan hasilnya akan terus meningkat.

(14)

g. Pujian

Pujian yang diberikan kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus motivasi yang baik.

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcementyang negatif tetapi jika diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar maksudnya pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sudah tentu hasilnya nanti lebih baik.

j. Minat

Proses belajar itu akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Cara- cara membangkitkan minat: membangkitkan adanya suatu kebutuhan, menghubungkan dengan suatu persoalan pengalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik dan menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting, karena dengan memahami tujuan yang harus dicapai dirasa sangat berguna dan menguntungkan maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

4. Fungsi Motivasi dalam Belajar Berikut 3 fungsi motivasi:

a. Mendorong manusia untuk berbuat jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

(15)

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Misalnya saja seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu, membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Disamping itu terdapat fungsi lain dari motivasi yaitu sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik pula, atau dengan kata lain itensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasinya.

5. Macam-macam Motivasi dalam Belajar a. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Misalnya saja seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang mendorong atau menyuruhnya pun ia rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.

Kemudian jika dilihat dari segi tujuan kegiatan belajar yang dilakukannya, maka yang dimaksud dengan motivasi instrinsik disini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri. Misalnya saja seorang siswa belajar karena dia memang benar-benar ingin mendapatkan pengetahuan/ nilai atau ketrampilan tertentu dan tidak karena tujuan selain itu.

Itulah sebabnya motivasi instrinsik juga dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

Satu-satunya jalan untuk menuju ketujuan yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, dan tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.

(16)

Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial dan bukan hanya sekedar simbol. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).

Indikator motivasi belajar yang dikemukakan oleh Hamzah (2006:10), yaitu sebagai berikut :

1) Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan.

2) Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan.

3) Adanya harapan dan cita-cita.

4) Penghargaan dan penghormatan atas diri.

5) Adanya lingkungan yang baik.

6) Adanya kegiatan yang menarik.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua dan lain sebagainya.

Sebagai contoh seseoarang itu belajar, karena tahu bahwa besuk paginya akan ujian dengan harapan mendapat nilai baik sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya. Jadi dia belajar bukan karena ingin mengetahui sesuatu namun karena ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah.

Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalam aktivitas belajarnya dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik atau tidak penting.

Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, ini dikarenakan kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, dan mungkin juga komponen- komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa

Menurut Dimyanti dan Mudjiono (1994:97) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi dalam belajar yakni :

(17)

a. Cita-Cita atau ispirasi siswa

Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman menjadi cita-cita. Motivasi belajar nampak pada keinginan anak kecil misalnya giat untuk belajar, bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam hidupnya.

b. Kemampuan siswa

Kemampuan siswa akan memperkuat motivasi anak. Kemampuan siswa tinggi maka nilai hasil belajar yang diperoleh tinggi, hal ini didukung adanya motivasi belajar siswa yang tinggi, sedangkan kemampuan siswa kategori rendah maka hasil belajar diperoleh rendah, hal ini disebabkan oleh tingkat motivasi siswa rendah.

c. Kondisi siswa

Kondisi yang dimaksud yakni meliputi kondisi jasmani dan rohani yang akan mempengaruhi motivasi belajar, anak yang sedang sakit akan enggan untuk belajar.

d. Kondisi lingkungan siswa

Meliputi keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Lingkungan yang aman, tentram, tertib, indah maka semangat dan motivasi belajar dengan mudah diperkuat.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami perubahan selama proses belajar, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah.

Pengalaman dengan teman sebaya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar siswa. Guru diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, radio, TV, dan sumber belajar di sekitarnya untuk memotivasi siswa agar belajar.

f. Upaya guru dalam pembelajaran siswa

Guru hendaknya mempersiapkan diri menguasai materi, cara penyampaian, menarik perhatian siswa, mengevaluasi hasil belajar dan lain-lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar banyak dipengaruhi oleh siswa itu sendiri seperti kemampuan belajar siswa, kondisi siswa dan

(18)

lingkungannya, kebutuhan-kebutuhan siswa, sikap siswa dan penguatan yang ada pada siswa untuk belajar.

Sedangkan upaya guru dalam proses pembelajaran siswa merupakan usaha guru dalam memotivasi siswa untuk belajar. Motivasi siswa merupakan usaha guru dalam memotivasi siswa nya untuk giat dalam belajar.

Motivasi belajar seseorang akan tinggi atau rendah sangat tergantung dari beberapa unsur yang mempengaruhinya. Dengan motivasi yang tinggi maka siswa akan memperoleh hasil belajar yang optimal.

Menurut Hamzah B. Uno (2011:23) motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik dan ekstrinsik.

(a) Faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu : 1) Hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar 2) Harapan akan cita-cita

(b) Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar meliputi, yaitu : 1) Adanya penghargaan

2) Lingkungan belajar yang kondusif 3) Kegiatan belajar yang menarik.

Jadi, untuk memperoleh motivasi belajar yang tinggi bagi siswa dibutuhkan perhatikan faktor yang mempengaruhinya baik intrinsik mapun ekstrinsik. Siswa harus mampu menyadari bahwa dengan sengaja melakukan kegiatan dan kebutuhan belajar dalam meraih tujuan (cita-cita yang hendak di capai).

Faktor ekstrinsik harus disertai penghargaan (pujian) jika siswa berprestasi, diperlukan lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Dalam hal ini peran orang tua diperlukan untuk menciptakan suasana yang kondusif dan membantu anaknya dalam belajar.

Menurut pemahaman para ahli di atas, penulis dapat simpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar pada siswa ialah adanya rasa adalah adanya keinginan yang besar pada diri seseorang untuk belajar dengan kemampuan yang dimilikinya maka hasil belajar yang diperoleh akan baik. Serta di dukung oleh keadaan lingkungan baik kondisi siswa, kondisi lingkungan

(19)

sekolah, serta dukungan yang di berikan oleh orang tua siswa yang mana akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

F. Peran Motivasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Motivasi berkaitan dengan suatu tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut Sardiman A.M (2011:85) menyebutkan ada tiga fungsi motivasi, yakni :

a) Mendorong manusia untuk berbuat ,yang akan menjadi penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b) Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah yang hendak dicapai.

c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai untuk mencapai tujuan, dengan mengesampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Motivasi belajar pada dasarnya dapat membantu serta memahami dalam menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar.

Adapun beberapa indikator dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran menurut Hamzah B. Uno (2011:27) antara lain :

a) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar b) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai

c) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar d) Menentukan ketekunan dalam belajar.

Dengan demikian peran motivasi dalam belajar yaitu sebagai pendorong siswa untuk berbuat ke arah tujuan yang hendak dicapai dengan menyeleksi perbuatan yang bermanfaat untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga ketekunan dalam belajar akan terjadi.

G. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Somantri (Sapriya 2008: 9) bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

(20)

Berbeda dengan yang dikemukan Somantri (Sapriya) mengenai pengertian IPS, Moeljono Cokrodikardjo menjelaskan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pedekatan interdisipliner dari ilmu social. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu social yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia yang diformulasikan untuk tujuan intruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli maka penulis dapat jelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan Ilmu Pengetahuan yang sifatnya memadukan beberapa cabang ilmu social menjadi terpadu yang diformulasikan secara ilmiah sesederhana mungkin.

Atas dasar penjelasan tersebut maka melalui IPS diharapkan peserta didik mampu bersikap sesuai dengan norma dan etika yang ada di masyarakat sehingga mampu beradaptasi serta berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat (social).

H. Pembelajaran IPS (Sosiologi) di MTs Negeri 1 Kota Cirebon

Pembelajaran IPS di MTs Negeri 1 Kota Cirebon ketika penulis mengikuti pengalaman praktek mengajar (PPL) kondisi yang terlihat bahwa kurangnya motivasi dalam proses pembelajaran berlangsung. Karena dalam praktiknya guru mata pelajaran IPS hanya menggunakan metode ceramah serta tidak menguasainya berbagai metode yang bervariasi.

Akibatnya, siswa dalam proses pembelajaran merasa bosan dan tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hasil nilai ulangan peserta didik jauh dari nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM).

Dengan adanya penerapan teknik evaluasi tes dan non tes ini peserta didik dapat termotivasi dalam belajar. Nilai yang diperoleh dalam ulangan harian pun lebih dari kriteria ketuntasan minimum (KKM).

(21)

I. Penelitian Yang Relevan

Untuk menghindari adanya plagiarism dengan penelitian-penelitian sebelumnya, maka peneliti mencoba menelusuri beberapa penelitian sebelumnya.

Dari hasil penelusuran ternyata ditemukan beberapa penelitian yang ada kemiripan dengan masalah penelitian yang akan diteliti, diantaranya:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Qudriyyatul Munawwaroh, mahasiswi jurusan Tadris Matematika IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tahun (2012) telah mendapatkan gelar sarjana S1.“Pengaruh Penerapan Evaluasi Formatif terhadap Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan bangun Ruang Kelas VIII Di MTs Khas Kempek Kabupaten Cirebon”.

Atas dasar penelitian yang ada tersebut terdapat kesamaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaannya adalah di dalam variabel bebas (X) yaitu, mengenai evaluasi.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ari Saeful Bahri jurusan IPS Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon (2012) dengan judul skripsi “ Penerapan Model Evaluasi Word Square untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Di SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon”.

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Neni Solehati (2012) dengan judul

“Hubungan Evaluasi Pembelajaran IPS Dengan Motivasi Belajar Siswa Di Kelas VII MTs Negeri Cisaat Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon”.

Atas dasar penelitian yang ada tersebut terdapat kesamaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaannya, yaitu variabel terikatnya (Y), yaitu mengenai motivasi belajar.

J. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penyajian dari acuan teoritik penulis dapatlah menyusun suatu kerangka pemikiran untuk memperjelas arah dan maksud penelitian yang akan dilakukan. Kerangka pemikiran ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian, yaitu penerapan teknik evaluasi tes dan non tes, motivasi belajar siswa.

(22)

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari motivasi belajar siswa. Sebenarnya, keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bagaimana seorang guru menerapkan teknik evaluasi dalam proses belajar mengajar.

Dalam proses pembelajaran berlangsung teknik evaluasi tes dan non tes ini digunakan pada saat pembelajaran berlangsung maupun setelah proses pembelajaran selesai. Karena pada kenyataannya teknik evaluasi yang digunakan oleh seorang guru dalam proses evaluasi hanya menggunakan teknik evaluasi tes saja.

Sehingga menimbulkan peserta didik jenuh dan bosan karena seringnya di berikan tes dan tes sedangkan aspek proses dalam pembelajaran tidak dievaluasi sehingga dapat membuat siswa jenuh dalam proses pembelajaran, hal tersebut terjadi karena tidak ada evaluasi non tes di dalam kegiatan proses pembelajaran.

Penggunaan teknik evaluasi dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Karena dijadikan sebagai bahan alternative yang bisa digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran mana evaluasi yang cocok untuk digunakan untuk mengevaluasi setiap mata pelajaran yang akan diberikan kepada pesera didik.

Kegiatan evaluasi sangat penting dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan melakukan evaluasi guru bisa mengetahui motivasi peserta didik dalam belajar dan sejauhmana kemampuan peserta didik di dalam memahami suatu materi pembelajaran. Sehingga tingkat motivasi peserta didik dapat meningkat setelah menggunakan teknik evaluasi tes dan non tes ini.

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar pada peserta didik pada mata pelajaran IPS yaitu muatan materi evaluasi yang dilakukan oleh guru lebih banyak menekankan aspek pengetahuan daripada aspek sikap dan keterampilan yang dilakukan dengan lebih banyak jenis tes objektif dan tes essay, sedangkan aspek sikap, nilai dan moral tidak banyak di evaluasi. Kondisi ini disebabkan buku teks dijadikan satu-satunya acuan dalam mengembangkan materi evaluasi sesuai bahan pelajaran yang disajikan.

(23)

Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar dalam diri peserta sehingga mengakibatkan rendahnya nilai pada mata pelajaran IPS. Dengan adanya teknik evaluasi tes dan non tes ini mampu menumbuhkan motivasi pada diri peserta didik.

Atas dasar kerangka pemikiran penulis maka, penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan teknik evaluasi tes dan non tes. Teknik evaluasi yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh ini penulis ada dua, yaitu tes dan non tes.

Dalam hal ini peneliti akan mencoba menggunakan dua teknik ini sebagai teknik evaluasi tes dan non tes yang akan diterapkan pada kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini. Adapun bagan kerangka pemikiran di bawah ini :

Gambar. 2.1 Kerangka Pemikiran Proses Pembelajaran

Siswa Guru

Tujuan Pembelajaran

Penerapan Teknik Evaluasi Tes dan Non Tes

Motivasi Belajar

Tinggi Rendah

(24)

K. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah :

“Penerapan Teknik Evaluasi Tes dan Non Tes Dapat Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII B MTs Negeri 1 Kota Cirebon” .

L. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran menyeluruh tentang skripsi ini, penulis kemukakan sistematika penulisan yang terdiri dari: Bab I berisi tentang pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Masalah, Manfaat Penelitian.

Bab II berisi tentang pemikiran yang Relavan, Kerangka pemikiran, Hipotesis Tindakan dan Sistematika Penulisan Skripsi. Landasan Teori yang meliputi konsep tentang pengertian belajar, konsep Teknik Evaluasi, konsep tentang Evaluasi Tes dan Non Tes, kemudian Konsep tentang Motivasi Belajar.

Bab III berisi tentang Metodologi Penelitian yang meliputi : Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Subjek Penelitian, Prosedur Penelitian, Siklus PTK, Instrumen Penelitian, Sumber data dan Cara Pengambilan Data, Teknik Analisis data dan Indikator Keberhasilan.

Bab IV berisi tentang Hasil Penelitian dan pembahasan yang meliputi : penggunaan Penerapan Teknik Evaluasi Tes dan Non Tes dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada mata pelajaran IPS, Aktivitas-aktivitas siswa ketika penggunaan Penerapan Teknik Evaluasi Bervariasi, Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada mata Pelajaran IPS dan pembahasan Hasil Penelitian.

Sedangkan untuk Bab V berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat tiga aturan keserasian yang digunakan dalam penelitian ini, oleh karena itu pengujian ini dilakukan untuk mengetahui aturan keserasian mana yang sangat

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan TUPOKSI Belum adanya ruang kesekretariatan, kurangnya pemahaman akan KT, kemampuan anggota minim3. Mekanisme pengukuhan dan pelantikan

Pada pelaksanaanya ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan agar sistem pendidikan (pembelajaran) jarak jauh dapat berjalan dengan baik yaitu tingkat perhatian

layanan yang memadai memberikan nilai skor tertinggi dibandingkan indikator kemegahan hotel; Penilaian responden terhadap dimensi tanggungjawab sosial hotel pada masyarakat, dimana

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah: 1 guru SD, sebaiknya dapat mengembangkan media gambar seri dalam pembelajaran mengarang, sehingga memudahkan siswa dalam

Berdasarkangrafik tersebut menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami dermatitis akibat kerja dan terpapar bahan kimia dalam jumlah yang beragam sebanyak 83,3%.Hasil

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memberikan bukti empiris tentang: Pengaruh (1) Ukuran Perusahaan, (2) Tingkat Leverage, (3) Earning Per Share (4)

Pola istirahat dan tidur yang tetap penting untuk menangani stres. Seseorang yang mengalami stres harus di dorong untuk meluangkan waktunya untuk istirahat dan