• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM JUAL BELI MAKANAN JIZAF PERSPEKTIF MAZHAB MALIKI DAN SYAFI’I(Praktik Jual Beli “All You Can Eat” Di Restoran Gapyoeng Korean Bbq Banda Aceh)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "HUKUM JUAL BELI MAKANAN JIZAF PERSPEKTIF MAZHAB MALIKI DAN SYAFI’I(Praktik Jual Beli “All You Can Eat” Di Restoran Gapyoeng Korean Bbq Banda Aceh)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

(Praktik Jual Beli “All You Can Eat” Di Restoran Gapyoeng Korean Bbq Banda Aceh)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

MAULI GUSNAIDI NIM. 180103031

Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM-BANDA ACEH 2022 M/1444 H

(2)

ii

(3)
(4)

iii

(5)

iv Nama : Mauli Gusnaidi

Nim : 180103031

Fakultas/Prodi : Syari’ah dan Hukum/perbandingan Mazhab dan Hukum Judul : Hukum Jual Beli Makanan Jizaf Perspektif Mazhab

Maliki dan Syafi’I (Praktik Jual Beli “All You Can Eat”

di Restaurant Gapyoeng Korean Bbq Banda Aceh) Tanggal Sidang : 19 Desember 2022

Tebal Skripsi : 67 Halaman

Pembimbing I : Dr. Armiadi S,Ag.,M.A Pembimbing II : Ida Friatna,S,Ag.,M.Ag

Kata Kunci : jizaf, all you can eat, gapyoeng korea bbq

Jual beli jizaf dilakukan dengan cara tidak menakar dan ditimbang pada barang yang akan dijual, pada saat ini jual beli terus berkembang pesat dengan perkembangan zaman, begitu juga dengan jual beli all you can eat yaitu tanpa takaran dan juga tanpa timbangan, jual beli all you can eat adalah jual beli dengan cara terbaru pada saat ini, munculnya ketidakjelasan barang dan juga makanan tersebut menjadikan akad jual beli itu terdapat gharar di dalamnya.

Maka praktik ini memerlukan hukum yang jelas agar tidak menyalahi hukum.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut: pertama, Bagaimana praktik jual beli makanan dengan konsep all you can eat di restoran gapyoeng korea bbq Banda Aceh kedua,bagaimana pendapat dan argumentasi Imam Maliki dan Imam Syafi’i tentang hukum jual beli jizaf, ketiga, Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang praktik jual beli all you can eat pada pendapat ulama kontemporer Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pertama, all you can eat adalah suatau prakti dengan cara yang mana pembeli hanya membayar sekali untuk bisa menikmati makanan sepuasnya biasanya dilakukan dengan cara buffet atau prasmanan. kedua, argumentasi imam Maliki pada hukum jual beli jizaf adalah membolehkan jual beli jizaf dengan persyaratan yang khusus, kemudian argumentasi imam Syafi’i ada dua pendapat, pertama adalah bahwasanya jual beli jizaf pada shubrah hukumnya tidak makruh, kedua adalah jual beli jizaf itu menjadi makruh dikarenakan apabila pembeli menakar atau mengambil barang yang hendak dibeli dengan sendirinya dengan melebihkan barangnya maka itu termasuk jual beli yang mengandung unsur gharar. Ketiga, pendapat ulama Syeikh Shalih Al-Fauzan berpendapat jual beli dengan sistem all you can eat mengandung unsur gharar (ketidakpastian), dan menurut Syeikh Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa meski terjadi gharar, tetapi gharar itu adalah gharar yasir (gharar ringan). Pendapat relevan adalah pendapat Syeikh ibnu utsaimin.

(6)

v

ميحرلا نحمرلا للها مسب

.ينعجما هباحصاو هلا ىلعو لله لوسر ىلع ملاسلاو ةلاصلاو لله دملحا ا

:دعب ام

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkah rahmat-Nya, memberikan kesehatan dan umur panyang sehingga diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga kelak mendapat syafa’atnya di hari akhir.

Penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai pemenuhan dari salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, dalam hal ini penulis mengangkat judul, “Hukum Jual Beli Makanan Jizaf Perspektif Mazhab Maliki Dan Syafi’i (Praktik Jual Beli “All You Can Eat” Di Restaurant Gapyoeng Korean Bbq Banda Aceh)”. Sebagai pemenuhan dari salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

Selanjutnya usaha dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa uluran tangan dari berbagai pihak. Rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya ucapkan kepada:

1. Bapak Dr. Armiadi S,Ag.,M.A selaku pembimbing I dan Ibu Ida Friatna,S,Ag.,M.A selaku pembimbing II yang telah membimbing serta memberikan motivasi tanpa henti.

2. Saya juga berterima kasih kepada Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum dan dosen-dosen yang telah membimbing saya menjadi seorang

(7)

vi

3. Secara khusus ucapan terimakasih penulis persembahkan kepada Ayah Junaidi dan Ibu Daiyah serta seluruh keluarga Aman Kalam, yang terus memberikan dukungan tanpa henti baik berupa finansial maupun emosional. Kemudian ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada kakak Ridha Tawar Mitha, adik Zahra Anisya yang selalu ada terus memberikan semangat kepada penulis.

4. Terimaksih kepada Zuhra Mutia yang telah memberikan semangat, dukungan dan selalu menjadi terdepan dalam suka dan duka bagi penulis 5. Serta tak lupa terimakasih penulis ucapkan kepada anak kos barabung

yang telah memberikan semangat dan motivasi, kepada teman-teman seperjuangan PMH 18, Kpm desa Cot Mancang yang telah mendukung dan membersamai perjalanan penulis.

Di akhir tulisan ini, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangannya, namun walau demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat tertama bagi penulis sendiri dan juga kepada pembaca semua. Amin.

Banda Aceh, 2022

Penilis

MAULI GUSNAIDI

(8)

vii

Nomor: 158 Tahun 1987- Nomor: 0543b/U/1987 1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf. Dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan tranliterasinya dalam huruf Latin.

Huruf Arab

Nama Huruf

Latin Nama

Hur uf Arab

Nama Huruf

Latin Nama

ا Alîf

tidak dilamba

ngkan

tidak dilamba-

ngkan ط t}â’ t}

te (dengan titik di bawah)

ب Bâ’ b be ظ z}a z{ zet (dengan

titik di bawah)

ت Tâ’ t Te ع ‘ain ‘ koma terbalik

(diatas ث SIa’ es (dengan titik

di atas) غ Gain G Ge

ج Jîm j Je ف Fâ’ F Ef

ح Hâ’ h ha (dengan

titik di bawah) ق Qâf Q Ki

خ Khâ’ kh ka dan ha ك Kâf K Ka

د Dâ’l d De ل Lâm L El

ذ Ýâl ý zet (dengan

titik di atas) م Mîm M Em

(9)

viii

ز Zai z Zet و Wau W We

س Sîn s Es ﮬ Hâ’ H Ha

ش Syîn sy es dan ye ء Hamz

ah ‘ Apostrof ص S{ad s} es (dengan titik

di bawah) ي Yâ’ Y Ye

ض D{ad d{ de (dengan titik di bawah) 2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

1) Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fath}ah  A

Kasrah Î I

D{amah Û U

2) Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf sebagai berikut:

(10)

ix

.. َ.ْي

Fath}ah dan yâ Ai a dan i

.. َ.ْو

Fathah dan wau Au a dan u

Contoh:

َبَتَك -

kataba

َلَعَ ف -

fa`ala

َلِئُس -

suila

َفْيَك -

kaifa

َلْوَح -

haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut:

Harakat dan

Huruf Nama Huruf dan

Tanda Nama

.. َ.ى.. َ.ا

Fathah dan alif

atau ya Ā a dan garis di atas

.. ِ.ى

Kasrah dan ya Ī i dan garis di atas

.. ُ.و

Dammah dan wau Ū u dan garis di atas

Contoh:

َلاَق

- qāla

ىَمَر

- ramā

َلْيِق

- qīla

ُلْوُقَ ي

- yaqūlu 4. Ta’ Marbu}ah

Transliterasi untuk ta’ marbut}ah ada dua, yaitu:

1. Ta’ marbutah hidup

(11)

x 2. Ta’ marbutah mati

Ta’ marbutah mati atau yang mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah “h”.

3. Kalau pada kata terakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta’ marbutah itu ditransliterasikan dengan “h”.

Contoh:

ِلاَفْطَلأا ُةَضْؤَر

- raudah al-atfāl/raudahtul atfāl

ُةَرَّوَ نُمْلا ُةَنْ يِدَمْلا

- al-madīnah al-munawwarah/al-madīnatul munawwarah

ْةَحْلَط

- talhah 5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, ditransliterasikan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh:

لَّزَ ن -

nazzala

رِبلا

- al-birr 6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا, namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas:

1) Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf “l” diganti dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

2) Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan dengan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.

Baik diikuti oleh huruf syamsiyah maupun qamariyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanpa sempang.

Contoh:

ُلُجَّرلا

- ar-rajulu

(12)

xi

ُسْمَّشلا

- asy-syamsu

ُلَلاَْلْا

- al-jalālu 7. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan sebagai apostrof. Namun hal itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Sementara hamzah yang terletak di awal kata dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh:

ُذُخْأَت

- ta’khużu

ئيَش

- syai’un

ُءْوَّ نلا

- an-nau’u

َّنِإ

- inna 8. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fail, isim maupun huruf ditulis terpisah.

Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harkat yang dihilangkan, maka penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh:

َْينِقِزاَّرلا ُرْ يَخ َوُهَ ف َللها َّنِإ َو

Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn/

Wa innallāha lahuwa khairurrāziqīn

اَهاَسْرُم َو اَهاَرَْمَ ِللها ِمْسِب

Bismillāhi majrehā wa mursāhā

9. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya: huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bilamana nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

Contoh:

بَر ِلله ُدْمَْلحا

َْينِمَلاَعْلا

Alhamdu lillāhi rabbi al-`ālamīn/

(13)

xii

ِمْيِحَّرلا ِن ْحمَّرلا

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan.

Contoh:

مْيِحَر رْوُفَغ ُللها

Allaāhu gafūrun rahīm

اًعْ يَِجم ُرْوُمُلأا ِهّلِل

Lillāhi al-amru jamī`an/Lillāhil-amru jamī`an

10. Tajwid

Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Ilmu Tajwid.

Karena itu peresmian pedoman transliterasi ini perlu disertai dengan pedoman tajwid.

Catatan:

Modifikasi

1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail. Sedangkan nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan. Contoh: S{amad ibn Sulaim-an.

2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti Mesir, bukan Mis}r; Beirut, bukan Bayrut; dan sebagainya.

3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak ditransliterasi. Contoh : Tasauf, bukan Tasawuf.

(14)

xiii

Gambar 1 Tampak ruangan restoran ... 63 Gambar 2 Wawancara bersama supervisor restoran ... 64 Gambar 3 Menu makanan di restoran ... 64

(15)

xiv

Lampiran 1 SK penetapan pembimbing skripsi ... 65 Lampiran 2 Surat pemohonan melakukan penelitian ... 66 Lampiran 3 Verbatin wawancara ... 67

(16)

xv LEMBARAN JUDUL

PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN SIDANG ... iii

PERNTAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PEDOMAN TRANLITRASI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR ISI... xvi

BAB SATU PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kajian Pustaka ... 6

E. Penjelasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

1. Jenis Penelitian ... 9

2. Pendekatan Penelitian ... 9

3. Sumber Data ... 10

4. Teknik Pengumpulan Data ... 11

5. Objektivitas dan Validitas Data ... 12

6. Teknik Analisis Data ... 12

7. Pedoman Penulisan ... 13

G. Sistematika Pembahasan... 13

BAB DUA TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI JIZAF ... 14

A. Pengertian Jual Beli dan jual beli Jizaf ... 14

1. Pengertian jual beli ... 14

2. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli Jizaf ... 16

3. Syarat dan Rukun Jual Beli Jizaf ... 18

B. Pengertian jual beli All you can eat ... 20

1. Pengertian All you can eat ... 20

2. Sejarah Jual Beli All You Can Eat ... 22

BAB TIGA HUKUM JUAL BELI JIZAF (PRESPEKTIF MAZHAB MALIKI DAN SYAFI’I) STUDI TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI ALL YOU CAN EAT ... 24

A. Profil Mazhab Maliki Dan Syafi’i ... 24 B. Hukum Jual Beli Jizaf Menurut Mazhab Maliki Dan Syafi’i 29

(17)

xvi

D. Jual beli Makanan Jizaf dan Kaitannya Dengan Jual Beli

All You Can Eat Menurut Ulama Kontemporer ... 43

E. Sistem all you can eat dalam tinjauan fiqih islam ... 51

BAB EMPAT PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 62

LAMPIRAN ... 65

(18)

1

BAB SATU PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang sempurna disisi Allah, segala aktivitas hambanya telah diatur sesuai dengan Syariat Islam. Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW, merupakan tuntunan hidup bagi kaum muslimin untuk menjalani aktivitas kehidupan yang fana di dunia ini dalam rangka menuju kehidupan yang kekal di akhirat nanti. Manusia sebagai makhluk individu yang memiliki berbagai keperluan hidup telah disediakan oleh Allah SWT, beragam benda yang dapat memenuhi kebutuhannya. Secara pribadi manusia memiliki kebutuhan berupa sandang, pangan, papan dan lain sebagainya. Kebutuhan seperti ini tidak pernah luput dari kegiatan Muamalah.

Pengertian jual beli menurut Rasyid Ridha seperti dikutip oleh Nizaruddin adalah, Tukar-menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan.1 Ada beberapa macam bentuk dalam jual beli diantaranya adalah jual-beli, sewa-menyewa, gadai, pinjam-meminjam dan lain- lain.

Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar barang atau benda yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, memberi benda dan pihak yang lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang dibenarkan syara’ yang disepakati.2 Jual beli menurut istilah syara’ ialah saling menukar harta dengan harta, atau menukar harta dengan barang yang dapat dikembangkan setelah adanya serah terima dengan cara yang telah diatur.3 Allah SWT telah menghalalkan praktik jual beli yang sesuai dengan ketentuan dan Syari’atnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

1 Nizaruddin, Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Idea Press, 2013), hlm. 5.

2 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo, 1997), hlm. 68

3 Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i, (Jakarta: Almahira, 2010), hlm. 618.

(19)

اوّٰب رلا َمَّرَحَو َعْيَ بْلا ُهّّٰللا َّلَحَاَو

ۗ ...

Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”(Q.S. Al-Baqarah: 275).

Ayat Al-Qur’an di atas menunjukan bahwasannya praktik jual beli itu dibolehkan dan jual beli yang mengandung unsur riba adalah transaksi yang terlarang dalam islam, Islam tidak melarang segala bentuk jual beli selama tidak merugikan salah satu pihak dan tidak melanggar araturan-aturan yang telah ditetapkan.

Kemudian hadis yang berkaitan dengan kebolehan jual beli, hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW.

لِ ُس ِمَّلَسَو هْيَلَع ُللهاا ىَّلَص َّبيَّنلا َّنأ هْنَع ُللهاا َيِضَر ِعِفاَر ِنْب َةَعاَفِر نَع ُهَحَّحَصَو، ُراَّزَ بْلا ُهاَوَر )ِرْوُرْ بَم ِعْيَ ب رلُكَو ،ِهِدَيِب ِلُجَّرلا لَمَع( َلاَق ؟ُبَيْطأ بْ سَكْلا ريأ

4

ُمِكاَلحا

Artinya: “Dari Rifa’ah bin Rafi’ ra. Bahwasannya Nabi SAW ditanya:

Pencaharian apakah yang paling baik? Beliau menjawab”: (ialah yang bekerja dengan tangannya sendiri dan tiap-tiap jual beli yang baik). (HR.

Bazar dan dinilai shahih oleh Hakim).

Hadis di atas menunjukkan bahwa sesungguhnya Allah menghalalkan transaksi jual beli dan mengharamkan adanya kelebihan-kelebihan dalam pembayaran. Kehalalan itu akan membuat profesi berdagang adalah pekerjaan yang paling baik. Namun sebaliknya, apabila kita melakukan transaksi yang haram (riba, penipuan, pemalsuan dan lain sebagainya), hal ini termasuk ke dalam kategori memakan harta manusia secara bathil.

Sahnya praktik jual beli apabila telah memenuhi unsur-unsur jual beli, dalam kompilasi ekonomi syari’ah disebutkan terdapat tiga unsur yaitu:5

4Abdullah bin Abdurrahman, Al Bassam, (Jakarta: Pustaka Ibnu Umar, 2009), hlm.17.

5 Mughits, Abdul. "Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah (KHES) dalam Tinjauan Hukum Islam." Al-Mawarid: Jurnal Hukum Islam, vol. 18, 2008.

(20)

1. Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian jual beli terdiri atas penjual, pembeli, dan pihak lain tang terlibat dalam perjanjian tersebut.

2. Objek jual beli terdiri atas benda berwujud dan benda yang tidak berwujud, yang bergerak maupun tidak bergerak, yang terdaftar maupun tidak terdaftar.

3. Kesepakatan dapat dilakukan dengan tulisan, lisan dan isyarat, ketiganya mempunyai makna hukum yang sama.

Namun seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi terdapat beberapa praktik jual beli yang masih menjadi problematika dalam masyarakat, di era modern ini banyak restoran yang muncul, dan menggunakan konsep atau cara yang berbeda-beda untuk memajukan atau membuat banyak orang tertarik dalam memesan makanan di restoran tersebut. Perkembangan ekonomi pada masa sekarang ini, praktik jual beli yang terjadi di sela-sela kehidupan terdapat beraneka ragam jenisnya, di antaranya jual beli online, jual beli sitem all you can eat, atau jual beli ambil sepuasnya bayar seikhlasnya, dan lain sebagainya.

Macam-macam sistem jual beli di atas menjadi problematika karena dianggap belum memenuhi unsur-unsur jual beli yaitu sama-sama menguntungkan antara pihak penjual dan pihak pembeli. Salah satunya adalah jual beli yang berdasarkan pada timbangan atau takaran yang dapat ditaksirkan dan dibuktikan secara langsung, dalam hal ini ulama fiqh menyebut transaksi ini dengan istilah jual beli jizaf.

Praktik jual beli ambil sepuasnya “all you can eat” lumrahnya dilakukan oleh pelaku usaha warung makan, praktik ini dilakukan dengan cara buffet (prasmanan). Praktik ini dilakukan di mana pelanggan (pembeli) dapat mengambil makanan sepuasnya dengan membayar yang telah ditentukan, tentu saja penjual sudah mempertimbangkan untung ruginya sistem jual beli ini.

Praktik kegiatan jual beli dengan sistem all you can eat atau makan sepuasnya telah digunakan di beberapa restoran atau warung makan, seperti beberapa warung makan yang ada di Indonesia.

(21)

Salah satunya restoran Gapyoeng korean bbq yang berasal dari makanan korea yang terletak di Banda Aceh, menyajikan berbagai macam makanan khas Korea dan juga makanan kekinian yang digemari masyarakat, karena dilakukan dengan konsep all you can eat, segala hidangan disajikan dengan prasmanan kemudian pembeli bebas mengambil makanan yang telah disajikan, yang mana pada sistem ini penjual mematokan harga seratus ribu atau lebih per orang, dengan waktu 90 menit pembeli boleh makan makanan sepuasnya maka dari itu dengan waktu yang telah ditentukan pembeli harus memakan habis semua makanan yang diambil, jikalaupun waktu yang telah ditetapkan melewati batas maka makanan yang masih banyak di atas meja pembeli dikenai denda yang telah disepakati.

Praktik jual beli “all you can eat” juga pernah terjadi pada zaman Rasulullah SAW, praktik ini hampir serupa karena jual beli dengan sistem tanpa takaran dan timbangan atau yang disebut dengan jual beli jizaf (jual beli makanan tanpa takaran dan timbangan), jizaf secara bahasa adalah mengambil dalam jumlah banyak dan secara terminologi jizaf adalah menjual barang yang biasa ditakar, ditimbang atau dihitung secara borongan, ditakar atau dihitung kembali.6 Hal yang perlu dijelaskan dalam konsep jual beli ini adalah objek yang belum diketahui seberapa banyak jumlahnya atau porsi makanan dalam istilah sepuasnya. Karena pada dasarnya setiap orang akan memakan makanan dengan porsi berbeda-beda, jikalaupun seseorang akan memakan makanan sepuasnya dengan harga yang telah ditentukan maka belum tentu orang lain juga makan makanan dengan porsi yang sama. Maka dari itu kegiatan jual beli makanan ini telah dapat menimbulkan masalah atau ke mudharatan dan juga dampak yang langsung kepada pihak yang dirugikan, walaupun kegiatan jual beli ini telah disepakati sebelum waktu pelaksanaan.

6 Ibnu Mandhur, Lisaanul Arab, (Kairo: Darut Taufiqiyyah litturaats, 2009), hlm. 323.

(22)

Praktik jual beli ini telah dilaksanakan di kalangan masyarakat sehingga memerlukan hukum yang jelas agar praktik tersebut tidak menyalahi hukum syari’at, oleh karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan kajian lebih lanjut, untuk menemukan pendapat yang lebih kuat. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis ingin meneliti lebih lanjut dengan mengusulkan judul skripsi Hukum Jual Beli Makanan Jizaf Perspektif Mazhab Maliki dan Syafi’i (Praktik Jual Beli “All you can eat” Di Restoran Gapyoeng Korean bbq Banda Aceh)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik jual beli makanan dengan konsep all you can eat di restoran gapyoeng korea bbq Banda Aceh?

2. Bagaimana pendapat dan argumentasi Mazhab Maliki dan Syafi’i tentang hukum jual beli jizaf?

3. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang praktik jual beli all you can eat pada pendapat ulama kontemporer?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pendapat Bagaimana praktik jual beli makanan dengan konsep all you can eat di restoran gapyoeng korea bbq Banda Aceh.

2. Untuk mengetahui Bagaimana pendapat dan argumentasi Mazhab Maliki dan Syafi’i tentang hukum jual beli jizaf.

3. Untuk mengetahui Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang praktik jual beli all you can eat pada pendapat ulama kontemporer.

(23)

D. Kajian Pustaka

Terdapat beberapa penelitian yang mirip dan menyinggung dengan persoalan jual beli, namun sejauh ini belum ada penilitian yang mengkaji tentang jual beli “All you can eat” (Perspektif Mazhab Maliki dan Syafi’i), hanya saja ditemukan penelitian yang relevan dengan kajian penelitian skripsi ini, diantaranya adalah

Skripsi yang ditulis oleh Pramudia Wulan Pratiwi Mahaisiswi Fakultas Syariah Insitut Agama Islam Negeri (Iain) Metro Pada Tahun 2020, dengan judul Praktik Jual Beli Jizaf Prespektif Hukum Ekonomi Syariah (Studi Kasus Padi Desa Endang Rejo Kecamatan Seputih Agung) berdasarkan skripsi ini menyimpulkan bahwasanya jual beli jizaf petani padi yang terjadi di Desa Endang Rejo Kecamatan Seputih Agung tepatnya pada permasalahan jual beli jizaf yang dilakukan oleh bapak Sutrismo, Bapak Mujiar, Bapak Soliman selaku petani padi, dan Bapak Budi Santoso selaku pemborong/tengkulak sesuai dengan syari’at Islam ataupun sah karena pada syarat sah jual beli jizaf pun sudah dijelaskan bahwa barang dagangan terlihat oleh mata ketika akad atau sebelumnya, kedua belah pihak harus mengetahui barang dagangan pada saat akad, dan kedua belah pihak baik penjual dan pembeli tidak mengetahui jumlah barang dagangan baik timbangan, takaran maupun satuan.7

Kemudian Skripsi yang ditulis oleh Nurul ‘Ain, mahasiswi fakultas syari’ah dan hukum Universitas Islam Negeri Sumatra Utara pada tahun 2018, dengan judul hukum jual beli gharar perspektif Syafi’iyah (Studi Kritis Terhadap Jual Beli Ikan Terubuk di Desa Tanjung Mulia Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan) berdasarkan skripsi ini menyimpulkan bahwasannya hukum jual beli gharar menurut perspektif Syafi’yah adalah jual beli yang tidak sah dan diharamkan. Mazhab Syafi’iyah melarang bentuk jual

7Pramudia Wulandari Pratiwi, skripsi: Praktik Jual Beli Jizaf Prespektif Hukum Ekonomi Syariah Studi Kasus Padi Desa Endang Rejo Kecamatan Seputih Agung, (Lampung:

IAIN metro, 2020,), hlm. 50.

(24)

beli gharar karena mengandung bahaya (kerugian bagi salah satu pihak) dan bisa mengakibatkan hilangnya harta atau barangnya.8

Juga dengan Skripsi yang ditulis oleh Rohanah mahasiswi Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten pada tahun 2021, dengan judul kehalalan jual beli makanan dengan sistem all you can eat menurut perspektif Ibnu Taimiyah (studi kasus di restoran Manjog Jakarta Timur) skripsi ini menyimpulkan bahwa menurut ibnu taimiyah jual beli tersebut “terlarang dalam ajaran Islam”. Namun demikian transaksi tersebut menjadi jelas dan halal apabila pemesanan makanan dilakukan secara take away (bungkus) dikarenakan tidak adanya pemberlakuan denda yang dapat mengkaburkan harga sesungguhnya (harga diawal transaksi).9

Penulis tidak menemukan karya ilmiah yang sama dengan judul jual beli makanan jizaf perspektif Mazhab Maliki dan Syafi’i praktik jual beli “all you can eat” di restoran gapyoeng korean bbq Banda Aceh oleh karenanya penulis simpulkan bahwa kajian tersebut masih layak diteliti.

E. Penjelasan Istilah

Penilitian ini memiliki beberapa istilah yang sangat penting dan istilah ini perlu penulis jelaskan di dalam pengertian umum yaitu:

1. Jizaf

Jizaf atau juzaf berasal dari bahasa persia yang diarabkan, berarti kadar yang tidak diketahui, baik takaran maupun timbangan. Maka dari itu jizaf adalah

8Nurul ‘Ain, skripsi: Hukum Jual Beli Gharar Perspektif Syafi’iyah Studi Kritis Terhadap Jual Beli Ikan Terubuk di Desa Tanjung Mulia Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan Medan, (Medan: UINSU, 2018), hlm. 72.

9Rohanah, skripsi: kehalalan jual beli makanan dengan sistem all you can eat menurut perspektif Ibnu Taimiyah studi kasus di restoran manjog Jakarta timur (Banten: UIN Sultan Maulana Hasanuddin, 2021), hlm. 17.

(25)

jual beli tanpa diketahui takarannya seperti jual beli dengan sistem all you can eat yaitu jual beli makanan dengan sepuasnya.10

2. All you can eat

Kata All you can eat atau (AYCE) secara bahasa adalah semua yang bisa kamu makan atau pembeli dapat memilih makanan sepuas hati oleh karena itu kata sepuasnya identik dengan tingkat kepuasan atau kekenyangan konsumen, Sejarah All you can eat berawal dari pertama kali di Swedia sekitar abad ke-16.

Penerapan makan sepuasnya ini ditujukan untuk menyambut para tamu yang datang ke sebuah pesta. Orang Swedia menyebutnya dengan istilah

“brännvinsbord” untuk konsep (AYCE) ini.

Oleh karena itu penulis mengartikan kata sepuasnya ini seperti halnya tingkat kekenyangan seseorang karena kepuasan orang yang makan dengan sepuasnya justru beda-beda, dan Al-Qur’an juga melarang tentang larangan makan dan minum secara berlebihan. Sesuai dengan firman Allah:

َينِفِرْسُمْلا رب ُِي َلَ ُهَّنِإ ۗ اوُفِرْسُت َلََو اوُبَرْشاَو اوُلُكَو

Artinya: “Makan dan minumlah kamu dan jangan berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”

(Q.SAl-A’raf :31) F. Metode Penelitian

Metode penelitian sangat diperlukan dalam suatu penelitian skripsi untuk menentukan arah penelitian, metode merupakan suatu cara yang dilakukan dalam penelitian, sedangkan penelitian yaitu pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta, terhadap suatu paradigma hukum atau suatu pemikiran.11 Metode penelitian adalah metode atau cara-cara dalam

10 Ibnu Mandhur.lisanul arab. jilid 2 (Kairo: daerut Taufiqiyah lit Turaats.2009), hlm.

323.

11 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Pustaka, 2009), hlm. 13.

(26)

melakukan penelitian dan aktivitas penelitian.Mengingat penelitian ini termasuk di dalam bidang ilmu fikih Muamalah, maka metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan metode yang fokus pada pengamatan yang mendalam. Oleh karenanya, penggunaan metode kualitatif dalam penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang lebih komprehensif.

Metode penelitian kualitatif disebut sebagai pendekatan kualitatif, bisa juga dinamakan dengan metode paradigma kualitatif, paradigma naturalistis dan alamiah.12 Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang menggabungkan penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan dengan pendekatan deskriptif kualitatif.

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang berpijak pada laporan penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan kejadian dan fenomena yang terjadi dilapangan sebagaimana adanya sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. di mana peneliti menguraikan kenyataan tentang‚ hukum jual beli makanan jizaf perspektif Mazhab Maliki dan Syafi’i (praktik jual beli “all you can eat” di restoran Gapyoeng korean bbq Banda Aceh).Tidak hanya memakai penelitian lapangan penulis pula memakai penelitian kepustakaan (library research) ialah riset yang di fokuskan terhadap riset bahan- bahan pustaka yang terdapat kaitannya dengan permasalahan yang dibahas, ialah Al- Qur’ an, hadis, kitab yang menarangkan tentang jual beli.

2. Pendekatan penelitian

Pendekatan Penelitian ini adalah pendekatan penelitian Hukum Normatif Empiris Merupakan suatu metode penelitian yang dalam hal ini

12 Cik Hasan Bisri, Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 268.

(27)

menggabungkan unsur hukum normatif yang kemudian didukung dengan penambahan data atau unsur empiris.13 Dalam metode penelitian normatif- empiris ini juga mengenai implementasi ketentuan hukum normatif (undang- undang) dalam aksinya disetiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat. Dalam penelitian hukum normatif-empiris terdapat tiga kategori, yaitu:

a) Non Judi Case Study

Ialah pendekatan studi kasus hukum yang tanpa ada konflik sehingga tidak ada akan campur tangan dengan pengadilan.

b) Judical Case Study

Pendekatan judicial case study ini ialah pendekatan studi kasus hukum dikarenakan adanya konflik sehingga akan.Melibatkan campur tangan pengadilan untuk dapat memberikan keputusan penyelesaian.

c) Live Case Study

Pendekatan live case study ini ialah pendekatan pada suatu peristiwa hukum yang pada prosesnya masih berlangsung ataupun belum berakhir

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua kategori, yaitu:

a. Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, berdasarkan pendapat individu atau kelompok maupun hasil observasi dari suatu objek, atau kejadian. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan dari penelitian yang meliputi data yang berkaitan dengan jual beli makanan jizaf dengan konsep All you can

13Http://Irwaaan.Blogspot.Co.Id/2013/11/Metodologi-Penelitian-Hukum.Html, Dikases Pada Tanggal 12 Desember 2022, Pukul 10.48 WIB.

(28)

eat. Sumber data primer ini di dapat berdasarkan hasil wawancara dari penjual dan pembeli di restoran gapyoeng Korean bbq tersebut.

b. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada. Data sekunder ini diperoleh dari study kepustakaan, seperti kitab fiqh Muamalah, fiqh jual beli panduan bisnis praktik bisnis syariah dan sumber literatur lainnya yang mendukung dalam permasalahan penelitian. Sumber data sekunder, yaitu buku-buku yang secara langsung membahas judul buku yang secara umum membahas tentang hukum jual beli, panduan praktik bisnis syariah dan sumber literatur lainnya yang mendukung dalam permasalahan penelitian. Di antaranya buku Riba gharar dan kaidah-kaidah ekonomi syariah analisis ekonomi syariah karya Adi Warman dan Noni Sahroni, gharar dalam transaksi modern karya Muhammad Abdul Wahab, Al-Gharar wa asyaruhu Filuqud, Fathul Wahhab karya Syekh Abu Yahya Zakaria al Anshory,

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penyusun melakukan pengumpulan data terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan materi pembahasan ini yang dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Wawancara, Penulis menggunakan teknis ini untuk mewawancarai narasumber, yaitu Manager bernama rais, karyawan, dan pembeli bernama buk ani dan zuhra, tentang jual beli jizaf sistem All you can eat untuk memperoleh data terhadap permasalahan yang diteliti.

b. Observasi, studi yang mengamati secara sitematis terhadap fenomena yang diselidiki guna memperoleh data yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan jual beli makanan dengan sistem All you can eat di Restoran Gapyoeng Korean bbq di Banda Aceh

(29)

5. Objektivitas dan Validasi Data

Menurut Sugiyono, validitas data adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti.

Jadi validitas data mempunyai kaitan antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah diteliti dapat dipertanggung jawabkan14. Objektivitas dan validitas data dikhususkan untuk melihat keabsahan dan kebenaran suatu data yang menjadi objek penelitian. Untuk mendapatkan validitas tersebut penulis menggunakan cara yaitu, membandingkan pendapat ulama dan mengambil pendapat yang relevan, juga dengan isi dokumen yang berkaitan dan juga melampirkan foto dokumentasi terkait dengan objek penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian merupakan bagian dari proses pengujian data setelah tahap pemulihan dan pengumpulan data penelitian. Menurut Lexy J.

Moleong, proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, dan sebgainya. Setelah ditelaah, langkah selanjutnya adalah reduksi data, penyusunan satuan, dan yang terakhir adalah penafsiran data.15 Pada penelitian ini penulis lebih menekankan pada jual beli makanan jizaf dengan konsep All you can eat. Oleh karena itu data yang disjikan dalam penelitian tentunya adalah data yang terkait dengan bahasan yang perlu disajikan.

a. Metode deduktif, yaitu metode yang berawal dari bersifat umum untuk ditarik pada kesimpulan yang bersifat khusus. Dalam hal ini dikemukakan secara defenitif mengenai ketentuan umum tentang hukum jual beli jizaf dengan sistem All you can eat, kemudian penulis

14 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.117.

15 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 248.

(30)

berusaha untuk lebih menspesifikan untuk sasaran pembahasan yang lebih rinci.

b. Metode induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Cara berpikir ini penulis mulai dari peristiwa yang konkrit mengenai Jual Beli Makanan dengan konsep All you can eat di Restoran Gapyoeng korean bbq Banda Aceh

c. Metode komperatif, metode ini penulis akan membandingkan pendapat Mazhab Maliki dan ulama Syafi’i guna mendaptkan pendapat yang terpilih (arjah).

7. Pedoman Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Acehedisi revisi Tahun 2019.

G. Sistematika Pembahasan

Bab satu merupakan pendahuluan, terdiri dari sub bahasan, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, kajian pustaka, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab dua merupakan penjelasan teoritis tinjauan umum jual beli dan jual beli jizaf, yang berisi pengertian hukum jual beli dan jual beli jizaf, dasar hukum, rukun, syarat, jual beli jizaf serta pengertian dan konsep jual beli all you can eat, juga dengan pengertian jual beli all you can eat

Bab tiga merupakan hasil penelitian tentang hukum Hukum Jual beli Jizaf (Prespektif Mazhab Maliki dan Syafi’i) Studi Terhadap Praktik Jual Beli all you can eat Yang berisi tentang profil Mazhab Maliki dan Syafi’i, gambaran lokasi yang akan diteliti, Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem all you can eat. Dan pendapat ulama tentang jual beli jizaf.

Bab empat merupakan bab penutup yang menjelaskan suatu simpulan yang diambil dalam penelitian ini, yaitu tersusun dari dua sub bahasan kesimpulan dan saran.

(31)

14 BAB DUA

TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI

A. Pengertian jual beli dan jual beli jizaf 1. Pengertian jual beli

Dalam Bahasa Arab kata jual beli terdiri dari dua kata, yaitu jual dan beli. Kata jual dalam Bahasa Arab di kenal dengan istilah al-bai عيبلا yaitu bentuk masdar dari baa – yabi’u – bay’un اعيب-عيباي-عاب yang artinya menjual. Adapun kata beli dalam Bahasa Arab di kenal dengan istilah al-syira (ءارشلا) yang artinya membeli, menjual (sesuatu). Jual beli atau perdagangan adalah tukar menukar barang dan jasa atau keduanya yang berdasarkan kesepakatan atau keridhoan, dan kerelaan, Secara terminologi fiqh Islam jual beli disebut dengan عيبلا (al-ba’i) yang berarti menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Menurut Hanafiyah jual beli secara defenitif yaitu tukar menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Adapun menurut Malikiyah, Syafiiyah, dan Hanabilah, bahwa jual beli عيبلا (al-ba’i) yaitu tukar menukar harta dengan harta pula dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.

Menurut pasal 20 ayat 2 kompilasi hukum ekonomi syariah عيبلا ba’i adalah jual beli antara benda dan benda, atau pertukaran antara benda dengan uang.16 Adapun dalam terminologi hukum Islam jual beli adalah pemindah alihan kepemilikan atas suatu benda (barang) dengan alat barter tertentu yang diperbolehkan oleh syara’ atau juga pemindah alihan kepemilikan atas manfaat suatu benda (barang) untuk selamanya dengan kompensasi berupa nilai (harga) materil tertentu yang telah disepakati dengan cara suka rela.

16 Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm.101.

(32)

Definisi lain dikemukakan oleh ulama hanafiyah yang dikutip oleh Wahbah Al-Zuhaili,17 jual beli adalah saling tukar harta dengan harta melalui cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang diinginkan dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.

Dalam definisi ini terkandung pengertian “cara yang khusus” atau cara tertentu yang dimaksudkan ulama Hanafiyah dengan kata kata tersebut adalah melalui ijab dan qabul, atau juga melalui saling memberikan barang dengan harga dari penjual dan pembeli. Di samping itu, harta yang diperjualbelikan harus bermanfaat bagi manusia, sehingga bangkai, minuman keras, dan darah tidak termasuk sesuatu uang boleh diperjualbelikan, karena benda itu tidak bermanfaat bagi muslim. Apabila jenis-jenis barang seperti itu tetap diperjualbelikan, menurut ulama hanafiyah tidak sah.

Berdasarkan definisi di atas, maka pada intinya jual beli itu adalah tukar- menukar barang. Hal itu telah dipraktikan oleh masyarakat primitif ketika uang belum digunakan sebagai alat tukar menukar barang, yaitu dengan sistem barter yang dalam terminologi fiqh disebut dengan ba’I al-muqayyadah. Meskipun jual beli dengan sistem barter telah ditinggalkan, diganti dengan sistem mata uang, tetapi terkadang esensi jual beli seperti itu masih berlaku, sekalipun untuk menentukan jumlah barang yang ditukar tetapi diperhitungkan dengan nilai mata uang tertentu.18

Jual beli menurut Sayyid Sabiq adalah pertukaran harta dengan harta dengan dilandasi saling rela, atau pemindahan kepemilikan dengan penukaran dalam bentuk yang diinginkan.19 Kemudian menurut pandangan Malikiyah, jual beli dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu jual beli yang bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus. Jual beli dalam arti umum ialah suatu

17Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh, (Damaskus: Dar Al-Fikr Al Mu’ashir, 2005), hlm. 3304.

18Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm.102.

19Sayyid Sabiq. Fiqh Sunnah, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), hlm. 159.

(33)

perikatan tukar menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan.

Artinya sesuatu yang bukan manfaat ialah benda yang ditukarkan adalah berupa zat (berbentuk) dan ia berfungsi sebagai objek penjualan, jadi bukan manfaatnya atau bukan hasilnya.20

2. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli Jizaf a. Jual beli jizaf

jizaf atau juzaf berasal dari bahasa persia yang diarabkan, berarti kadar yang tidak diketahui, baik takaran maupun timbangan sedangkan dalam Al- Mu’jam Al-Wasiith jizaaf berasal dari kata kerja jazafa-jaazafa yang berarti menjual sesuatu tanpa diketahui takaran dan timbangannya. sedangkan jual beli jizaf secara istilah yaitu jual beli yang tanpa diketahui kadar barang dan timbangannya secara terperinci,21 namun pada asalnya barang-barang yang dijual memiliki takaran, timbangan atau bilangan tertentu secara terperinci hal ini sudah biasa terjadi pada masyarakat umum yang membeli barang secara borongan atau sistem tebas pohon yang berbuah, tanpa ada takaran yang terperinci.

b. Dasar hukum jual beli jizaf

Termasuk hal yang tersebar di dunia usaha modern adalah penjualan sebagian aset secara kolektif dengan hitungan global tanpa mengetahui ukuran dan jumlahnya secara rinci. Itu dikenal dalam fiqih Islam sebagai jual beli jizaf.

Dasar hukum jual beli jizaf dari Hadis Bukhari Nomor 1987.

20Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Perpustakan Nasional, 2011), hlm. 53.

21Dr.wahbah Az-zuhaili, al-wajiiz fil fiqhi Al-islaamiy, (Damaskus: Dar Al-fikri, 2006), hlm. 93.

(34)

ٍِلاَس ْنَع يِرْهرزلا ْنَع يِعاَزْوَْلأا ْنَع ٍمِلْسُم ُنْب ُديِلَوْلا اَنَرَ بْخَأ َميِهاَرْ بِإ ُنْب ُقاَحْسِإ اَنَ ثَّدَح َّلا ُتْيَأَر َلاَق ُهْنَع ُهَّللا َيِضَر ِهيِبَأ ْنَع َّطلا َنوُرَ تْشَي َنيِذ

ِدْهَع ىَلَع َنوُبَرْضُي ًةَفَزاَُمَ َماَع

22

ْمِِلِاَحِر َلَِإ ُهوُوْؤُ ي َّتََّح ُهوُعيِبَي ْنَأ َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ِلوُسَر

Artinya: Telah menceritakan kepada kami (Ishaq bin Ibrahim) telah mengabarkan kepada kami (Al Walid bin Muslim) dari (Al Awza'iy) dari (Az Zuhriy) dari (Salim) dari (bapaknya radliallahu 'anhu) berkata; "Aku melihat orang-orang yang membeli makanan yang tanpa ditimbang di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam akan dipukul bila menjualnya kembali, hingga mereka mengangkutnya kepada kendaraan angkut mereka".

Dalam hadis ini mengindikasikan ketetapan Rasulullah atas transaksi jual beli jizaf yang dilakukan oleh para sahabat. Rasulullah tidak melarangnya, namun memberikan catatan bahwa dalam transaksi tersebut harus terdapat prosesi serah terima. Artinya, objek transaksi sudah di pindahkan dari tempat semula, dan biasanya diserah terimakan.

للها لوسر نأ تباث نب ديز نع رمع نب للها دبع نع عفان نع كلام نع يىي نيثدح

23

اهصربخ اهعيبي نأ ةيرعلا بحاصل صخرأ ملسو هيلع للها ىلص

Artinya: Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Nafi' dari Abdullah bin Umar dari Zaid bin Tsabit berkata, "Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam memberi keringanan bagi pemilik pohon kurma yang berbuah untuk menjualnya dengan cara mentaksir."

Dalam Hadis Muslim dan Nasai pun juga menjelaskan jual beli jizaf Rasulullah melarang jual beli subroh (kumpulan makanan tanpa ada timbangan dan takarannya) dari kurma yang tidak diketahui takarannya dengan kurma yang diketahui secara jelas takarannya Hadis ini mengindikasikan bahwa jual beli jizaf atas kurma diperbolehkan, dengan catatan, harga yang dibayarkan

22Zainuddin Hamidy, Terjemahan Hadist Shahih Bukhari, (Jakarta: Widjaya, 1937), hlm. 97.

23Malik bin Anas bin Malik, Al-Muwatta, penerjemah: Nasrullah, (Jakarta: shaih, 2016), hlm. 385.

(35)

atas kurma tersebut, bukanlah barang yang sejenis (artinya, ditukar dengan kurma). Jika kurma tersebut di bayar dengan kurma yang sejenis, maka hukumnya haram.24 Dengan alasan, terdapat potensi perbedaan kuantitas di antara keduannya, dan hal ini lebih dekat dengan riba fadhl. Jika kurma tersebut di tukar dengan uang, dan pertukaran tersebut dilakukan dengan jual beli jizaf, maka diperbolehkan.

3. Syarat dan Rukun Jual Beli Jizaf a. Syarat jual beli jizaf

Jual beli jizaf disyari’atkan dengan beberapa syarat. Persyaratan ini merupakan persyaratan yang dikemukakan oleh ulama’ Mazhab Malikiyah secara terperinci dan telah disepakati oleh ulama’ Mazhab yang lain.

persyaratan yang hendak dikemukakan seyogyanya dapat dipenuhi ketika melakukan jual beli jizaf, adapun syarat jual beli jizaf yaitu:25

1) Pembeli dan penjual melihat barang yang hendak dijual secara jizaf ketika akad secara langsung, atau sebelum akad. Keduanya harus saling mengetahui keadaan barang tersebut ketika akad bahkan tidak adanya perubahan. Sebagai permisalannya adalah ketika shubrah dapat dilihat secara jelas keadaannya oleh pembeli. Contoh penebasan pohon yang berbuah lebat ketika musimnya.

2) Hendaknya barang yang dibeli secara jizaf tidak terlalu banyak. Jika barang yang dispekulasi terlalu banyak, akan menjadikan penjual sulit dalam memprediksikan. Selain itu, jual beli tersebut mengandung gharar sehingga jual beli tersebut dilarang menurut syariat. Hal ini selaras dengan salah satu syarat yang disepakati oleh Mazhab Syafi’i.

3) Hendaknya setumpuk atau seonggok barang yang hendak dijual secara jizaf diletakkan pada tanah yang datar, atau tempat lain yang datar. Jadi,

24Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fikih Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.148.

25Ibid, hlm.149-150.

(36)

apabila barang masih berada di atas kendaraan yang membawa barang tersebut, tidak diperbolehkan melakukan transaksi jual beli jizaf.

Hendaknya barang dipindahkan terlebih dahulu, agar tidak ada kecurangan dalam jual beli ini. Misalnya, makanan yang dijual dengan sistem jizaf diletakkan di atas tanah yang datar, meja yang datar atau sesuatu yang datar.

4) Hendaknya dalam spekulasi barang dilakukan oleh penjual yang ahli dalam spekulasi barang. Sedangkan barang yang hendak dijual secara jizaf merupakan barang yang mudah dispekulasi. Agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak yang lain

5) Penjual dan pembeli saling tidak mengetahui takaran atau kadar makanan atau sesuatu yang hendak dijual secara jizaf oleh karena itu, adanya spekulasi dalam barang yang hendak dijual secara jizaf menurut Mazhab Malikiyah dan Syafi’iyah, jika salah satu pelaku transaksi mengetahui takaran atau timbangannya, maka akadnya akan batal dan jual beli yang dilakukan tidak sah. Mazhab Hanafiyah tidak mensyaratkannya sedangkan Mazhab Hanabilah tidak menetapkan khiyar didalamnya.

6) Jika penjual yang melakikan spekulasi barang yang dijual adalah orang yang terkenal sebagai penipu, maka jual beli jizaf ini tidak diperkenankan untuk dilakukan. Karena pelaku spekulasi tidak dapat dipercaya, sehingga menimbulkan sifat gharar pada transaksi jual beli tersebut.

7) Hendaknya tidak menggabungkan barang yang berbilang, bertimbang atau bertakar dengan barang jizaf dalam satu akad baik dengan dua harga maupun satu harga.

8) Hendaknya barang spekulasi tidak termasuk barang ribawi karena barang ribawi tidak boleh ditukar dengan barang sejenisnya dengan

(37)

sistem jizaf seperti perhiasan,mata uang, kurma, ataupun barang ribawi yang lain.

9) Pembeli berniat membeli secara borongan, bukan pembeli yang membeli perbiji. Jika pembeli membeli barang perbiji, maka jual beli tersebut tidak dikatakan sebagai jual beli jizaf lagi melainkan jual beli yang biasa dilakukan.

Persyaratan yang telah disebutkan di atas merupakan syarat yang hendaknya terpenuhi, tanpa memenuhi syarat-syarat tersebut jual beli jizaf tidak diperbolehkan dilaksanakan.

b. Rukun jual beli jizaf

Rukun Jual beli ini sama halnya dengan jual beli pada umumnya. Jual beli dapat dikatakan sah oleh syara apabila terpenuhnya rukun dan syaratnya. Adapun rukun jual beli menurut jumhur Ulama ada empat yaitu:26

 Ba’i (penjual)

 Mustari (pembeli)

 Sighat (ijab dan qabul)

 Ma’qud alaih (barang atau benda)

Rukun dan syarat jual beli jizaf sesuatu yang harus ditepati sebelum mengerjakan sesuatu, jika syarat tidak sempurna maka pekerjaan yang dilakukan pun tidak sah begitu juga dengan rukun yang mana sebagai suatu yang harus dikerjakan dalam memulai sesuatu.

B. Pengertian jual beli All you can eat 1. Pengertian all you can eat

all you can eat merupakan konsep tempat makan prasmanan atau buffet yang menyajikan banyak pilihan menu, penjualan ini dilakukan dimana konsumen hanya membayar satu kali untuk dapat menikmati semua menu yang

26Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: rajawali pers, 2008), hlm.70.

(38)

tersedia dengan konsep prasmanan atau buffet dengan batasan waktu tertentu dan tidak boleh dibawa pulang.

Kepopuleran All You Can Eat Setelah konsep AYCE ini terus meluas di beberapa negara. Seperti restoran barbeque Korea, churrasco Brazil, dan hot pot China. Kemudian konsep ini terus populer di beberapa negara seperti di negara Indonesia.

Banyak restoran di Indonesia yang membuat konsep All You Can Eat di restoran. Berikut Restoran yang terkenal di Indonesia yang mengadakan konsep AYCE. Ada 3 Restoran All You Can Eat Terkenal di Indonesia.

1. Shabu-shabu House

Restoran ini berlokasi di Plaza Indonesia dan Senayan City, Shabu2House menyediakan special beef dan wagyu beef serta banyak pilihan rasa soup. Tapi tenang, harga makanan yang dijajakan masih terjangkau oleh kantong Anda.

2. Kintan Buffet

Masih berlokasi di Senayan City, Kintan Buffet bisa menjadi opsi untuk Anda yang ingin menikmati aneka pilihan daging berkualitas. Anda bisa mengajak sahabat dan keluarga ke Kintan Buffet.

3. Yakinikuya Tokyo BBQ

Restoran yang bertemakan dari Jepang ini menghadirkan makanan khas jepang. yaitu yakiniku BBQ yang tersaji secara ala carte dan All You Can Eat.27

Meskipun restoran yang mengadakan konsep All You Can Eat bisa mengambil makanan sepuasnya, tetapi tetap harus sesuai dengan porsi Anda dan jangan berlebihan. Karena, jika mengambil makanan tetapi lewat dari waktu yang ditentukan oleh restoran tersebut, maka Anda akan dikenai denda dari makanan yang anda ambil.

27 https://www.popbela.comKonsep restoran AYCE pertama kali, yang berarti meja penuh semangat. Di Akses Pada Tanggal 20 oktober 2022.

(39)

Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa all you can eat adalah suatu cara jual beli kekinian atau terbaru pada saat ini dan juga merupakan sebuah sistem makan, di mana para pengunjung bisa makan sepuasnya dan cukup satu kali bayar sesuai ketentuan resto. Namun biasanya, untuk setiap orang akan dibatasi waktunya. Paling banyak, resto membatasi maksimal hingga dua jam. Hal ini dilakukan supaya para pengunjung tidak terlalu lama di resto dan bisa bergantian dengan para konsumen lainnya.

2. Sejarah All you can eat

Melihat Sejarah All You Can Eat berawal dari pertama kali di Swedia sekitar abad ke-16. adapun Penerapan makan sepuasnya ini ditujukan untuk menyambut para tamu yang dating ke sebuah pesta. Orang Swedia menyebutnya dengan istilah “brännvinsbord” (meja brendi). Biasanya selama konsep (AYCE) ini dilakukan Biasanya masyrakat swedia menghidangkan makanan yang dihidangkan dengan konsep prasmanan seperti, roti, mentega, ikan, daging, dan lain sebagainya.

Kemudian pada abad ke 18, orang Swedia berinovasi dalam menghidangkan menu makanannya untuk tamu. Alasannya, banyak tamu yang berdatangan dari berbagai daerah. Seperti salted fish, telur, sayuran, dan sebagainya. Kemudian istilah “brännvinsbord” berganti menjadi

“smörgåsbord”, (meja sand wich). 28

Pada akhirnya, konsep ini menyuguhkan makan berasal dari orang Swedia, kegiatan ini diterapkan pada Olimpiade Musim Panas Stockholm pada 1912. Karena para peserta Olimpiade berasal dari berbagai macam negara, banyak restoran-restoran yang menyuguhkan jajanan makanan dengan konsep AYCE. Konsep yang berasal dari ajang Olimpiade ini, kemudian diserap dan meluas di berbagai negara. Sejarah All You Can Eat yang berasal dari kebiasaan

28 Fredy gandi midhia, “jual belu dengan konsep all you can eat dalam prespektif fiqih muamalah.” Jurnal ekonomi syariah, vol 2 no 1, 2022

(40)

orang Swedia ini merupakan pelopor awal dari restoran-restoran All You Can Eat yang sekarang banyak hadir di berbagai negara.

Itulah penjelasan sejarah All You Can Eat. Kemudian berkaitan dengan Fungsi dari restoran (all you can eat) ini adalah sebagai suatu tempat untuk menghidangkan makanan dan minuman dengan suasana dan tata cara makan yang sedikit berbeda dengan restoran pada umumnya. Yaitu dengan menggunakan konsep makan sepuasnya.

Maka dari itu menurut penulis tujuan Rumah makan sepuasnya (all you can eat) memiliki tujuan untuk memberikan dan memperkenalkan konsep rumah makan yang menarik kepada para pengunjung dan penikmat wisata kuliner dengan adanya rumah makan yang menggunakan model makan sepuasnya atau all you can eat, serta memberikan variasi baru terhadap aneka macam kuliner yang ada khususnya di Kota Banda Aceh.

(41)

24

BAB TIGA

Hukum Jual Beli Jizaf (Prespektif Mazhab Maliki dan Syafi’i) Studi Terhadap Praktik Jual Beli All you can eat

A. Profil Mazhab Maliki dan Syafi’i 1. Biografi Mazhab Maliki

Pendiri dan pembangun Mazhab Maliki ialah Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amr Al-Ashbahi. Menurut riwayat yang masyhur, beliau dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 hijriyah. Imam Malik dilahirkan tiga belas tahun sesudah kelahiran Abu Hanifah. Imam Malik dilahirkan pada masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik Al-Umawi. Imam Malik bin Anas, pendiri Mazhab Maliki, dilahirkan di Madi nah, pada tahun 93 H. Beliau berasal dan Kabilah Yamani. Sejak kecil beliau telah rajin menghadiri majelis- majelis ilmu pengetahuan, sehingga sejak kecil itu pula beliau telah hafal A1- Quran. Datuk yang kedua Imam Malik, Abu Amir ibn Umar merupakan salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang ikut berperang bersama beliau, kecuali dalam perang badar.29

Datuk Malik yang pertama yaitu Malik bin amar dari golongan tabi’in gelarnya adalah abu anas. Diceritakan dari umar, talhah, aisyah, abu hurairah dan hasan bin thabir, datuk imam malik adalah seorang dari empat yang ikut menghantarkan dan mengebumikan utsman bin affan, datuknya termasuk salah seorang penulis ayat Al-Quran semasa Khalifah usman memerintahkan supaya mengumpulkan ayat suci Al-Quran. Bapaknya imam Malik tidak disebutkan dalam buku-buku sejarah, apa yang diketahui beliau tinggal di suatu tempat bernama Zulmarwah, nama suatu tempat di padang pasir di sebelah utara al- Madinah. Bapak Imam Malik bukan seorang yang biasa menuntut ilmu walaupundemikian beliau pernah mempelajari sedikit banyak hadits-hadits

29Muslim Ibrahim, Pengantar Fiqh Muqaaran, (Jakarta: Erlangga, 1989), hlm. 80-81.

(42)

Rasulullah, beliau bekerja sebagai pembuat panah untuk sumber nafkah keluarganya.30

Pada mulanya beliau belajar dari rabi'ah, seorang ulama yang sangat terkenal pada masa itu. Selain itu, beliau juga memperdalam hadis kepada Ibnu Syihab, di samping juga mempelajari ilmu fiqih dan para sahabat. Karena ketekunan dan kecerdasannya, Imam Malik tumbuh sebagai seorang ulama yang terkemuka, terutama dalam bidang ilmu hadis dan fiqih. Bukti atas hal itu, adalah ucapan Al-Dahiami ketika dia malik adalah orang yang paling ahli dalam bidang hadis di madinah, yang paling mengetahui tentang keputusan-keputusan umar, yang paling mengerti tentang pendapat-pendapat Abdullah bin umar, Aisyah R.a. Dan sahabat-sahabat mereka, atas dasar itulah dia memberi fatwa.

Setelah mencapai tingkat tang tinggi bidang ilmu itulah. Imam Malik mulai mengajar, karena beliau merasa memiliki kewajiban untuk membagi pengetahuannya kepada orang lain yang membutuhkan.31

Berdasarkan uraian di atas, silislah Imam Malik dari garis ayah kurang menonjol, dan tidak banyak disebutkan dalam buku-buku sejarah.

Namun salah satu dari datuk Imam Malik disebut sebagai penulis Al-Quran dan salah satu dari orang yang menguburkan jenazah Usman bin Affan. Kehidupan Imam Malik lebih banyak dihabiskan di Madinah, termasuk dalam menuntut ilmu dan mengembangkan pemikirannya di bidang hukum Islam. Imam Malik belajar Hadis dan fiqh dari ulama-ulama Madinah, dan menjadikan praktik fiqh penduduk Madinah sebagai pertimbangan dalam menetapkan hukum.

Metode Penggalian hukum (Istinbath) Imam Malik istinbath hukum merupakan sebuah cara pengambilan hukum dari sumbernya. Perkataan ini lebih populer disebut dengan metodologi penggalian hukum. Metodologi, menurut

30Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 72-73.

31Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih lima Mazhab, (Jakarta: lentera, 2011), hlm. 28.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Lingkungan kerja (X) secara tidak langsung berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kinerja Karyawan (Y) melalui

Hal ini terbukti dari diterimanya hipotesis yaitu terdapat peningkatan yang signifikan motivasi belajar fisika matematika I mahasiswa prodi pendidikan fisika FKIP UNRI

Film ini tidak hanya memperlihatkan kisah heroik Antonina dan Jan Zabinski dalam upaya menyelamatkan beberapa orang Yahudi dari kamp konsentrasi, namun film ini juga

Kesimpulan ada hubungan tingkat pengetahuan dengan gaya hidup pada penderita hipertensi pada lansia di puskesmas Ngaglik II, Sleman Yogyakarta (p = 0,003>

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam me-laksanakan tindakan yang tepat. Ketidakmampuan keluarga untuk menciptakan kebersihan lingkungan Sesuai dengan fungsi

Besarnya FF suatu kegiatan adalah sama dengan sejumlah waktu dimana penyelesaian kegiatan tersebut dapat ditunda tanpa mempengaruhi waktu mulai paling awal dari kegiatan

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah Analisis Isi deskriptif kuantitatif, yaitu analsis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau suatu

Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa secara keseluruhan strategi inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja operasional, kemudian secara parsial