• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Jln. Adisucipto Penfui-Kupang, NTT 850001 ABSTRAK - 18. Jurnal Jeriance Welly Betty

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Jln. Adisucipto Penfui-Kupang, NTT 850001 ABSTRAK - 18. Jurnal Jeriance Welly Betty"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

282

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM (TANAH BEKAS TAMBANG MANGAN DAN

PUPUK KANDANG KOTORAN SAPI) TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI FALOAK

(Sterculia quadrifida R.Br).

The Influence of Planting Media Composition (Manganese Ex-Mine Soil and Manure of Cow

Feses) on Seedlings Growth of Faloak (Sterculia quadrifida R.Br).

Jeriance Welli Betty, Shirly S. Oematan dan

Mamie Pellondo’u

Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Jln. Adisucipto Penfui-Kupang, NTT 850001

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana, mulai bulan Februari sampai bulan Mei 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam tanah bekas tambang mangan terhadap pertumbuhan semai Faloak (Sterculia quadrifida R.Br), pengaruh aplikasi pupuk kandang kotoran sapi terhadap peningkatan pertumbuhan semai faloak( Sterculia quadrifida R.Br) dan Kandungan N, P, K, C organik serta pH tanah yang terdapat tanah bekas tambang mangan dan pupuk kandang kotoran sapi. Rancangan Lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 15 ulangan yaitu M0 : 100% tanah bekas tambang mangan, M1 : 80% tanah bekas tambang mangan + 20% pupuk kandang kotoran sapi, M2 : 60% tanah bekas tambang mangan + 40% pupuk kandang kotoran sapi, dan M3 : 40 % tanah bekas tambang mangan + 60% pupuk kandang kotoran sapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanam (tanah bekas tambang mangan dan pupuk kandang sapi) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai Faloak. Perlakuan terbaik adalah pada perlakuan M0 : 100% tanah bekas tambang mangan yang menghasilkan tinggi 20.06, jumlah daun sebanyak 5.27, Indeks Kualitas Semai sebesar 0,11, diameter terbaik pada perlakuan M3 : 40 % tanah bekas tambang mangan + 60% pupuk kandang kotoran sapi, dan kekohohan semai Faloak terbaik pada perlakuan M2 : 60% tanah bekas tambang mangan + 40% pupuk kandang kotoran sapi mengasilkan 44,23.

Kata Kunci : Media Tanam, Pertumbuhan Semai, Faloak (Sterculia quadrifida R. Br).

ABSTRACT

The research were held in the Green House Laboratory of Agriculture Faculty, Nusa Cendana University, started on February-May 2018. The purpose of this research is to knowing the influence of planting media composition of manganese ex-mine soil to the seedlings faloak (Sterculia quardrifida R.Br), influence of application manure to increase the seedlings of faloak growth and contains N, P, K, C organic. The other purpose is to knowing soil pH that contained in manganese ex-mine soil and in the manure of cow feces. Environmental design used on this research is complete random design by 4 treatment and 15 repetition. It is M0 : 100% of manganese ex-mine soil, M1 : 80% of manganese ex-mine soil + 20% of cows feces manure, M2 : 60% of manganese ex-mine soil + 40%of cows feces manure. M3 : 40% of manganese ex-mine soil + 60% cows feces manure. Observed parameter is high, stem diameter, amount of leaves, and index quality of faloak seedling. Data of research result will be by Analyzed of Varians (Anova) to know whether or not there an influence of the treatment. If theres an influence it will be continue by Least Significant Differences (LSD) test level 5%. Result of this research show that the compotition of planting media on manganese ex-mine soil and cow feces manure have real influence toward growing seedling of Faloak. The best treatment is M0 : 100% of manganese ex-mine soil with high 20.06, amount of leaves produce 5.27, Index Quality of Seedling (IQS) produce 0,11, best diameters on M3 : 40% of manganese ex-mine soil + 60% cows feces manure produce 4,39 and sturdy seedling on M2 : 60% of manganese ex-mine soil + 40%of cows feces manure produce 44,23.

Keywords : Planting Media, Seedling Growth, Faloak (Sterculia quadrifida R. Br)

PENDAHULUAN

(2)

283 Nusa Tenggara Timur termasuk salah satu daerah di Indonesia dengan potensi mangan cukup besar, khususnya pulau Timor menjadi penyedia batu mangan untuk beberapa perusahaan baja di Cina (Barcio, 2015).

Pertambangan batu mangan di Pulau Timor dinilai mempunyai peran positif di daerah karena potensinya yang membuka dan mengembangkan pembangunan-pembangunan di wilayah terpencil, dimana perusahaan-perusahaan tambang membangun sarana dasar dan menjadi salah satu sumber pekerjaan formal yang penting. Industri pertambangan batu mangan walaupun memberikan keuntungan bagi perekonomian Indonesia tetapi juga memberikan dampak kerusakan biofisik lingkungan yang sangat besar dan mengkhawatirkan. Penambangan batu mangan di Timor secara tradisional dan dengan menggunakan alat-alat berat telah menimbulkan kerusakan lingkungan.

Proses pertambangan membongkar tumbuh-tumbuhan dan tanah untuk mengambil mangannya sehingga fungsi-fungsi tumbuhan dan tanah sebagai jasa lingkungan seperti penyediaan produk hutan untuk masyarakat setempat, stabilitas tanah, siklus hidrologi, pengikatan karbon dan keanekaragaman hayati hilang. Lahan dibongkar untuk mengambil mangannya, setelah itu lahan dibiarkan tanpa ada usaha untuk memperbaikinya. Perusahaan-perusahaan dibidang pertambangan mangan ini berusaha untuk memperoleh izin eksplorasi/eksploitasi. Pemberian izin yang diberikan kepada perusahaan diharapkan mempunyai kewajiban untuk mereklamasi lahan setelah pertambangan. Kegiatan reklamasi lahan salah satunya adalah revegetasi atau menanam kembali dengan jenis tanaman yang dapat tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Faloak merupakan tumbuhan obat yang dapat tumbuh pada kondisi yang ekstrim di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama ini masyarakat menggunakan kulit faloak untuk berbagai keperluan pengobatan herbal, dimana terdapat kandungan senyawa kimia seperti alkoloid, terpenoid, fenolik dan flavonoid. Kandungan senyawa tersebut berfungsi untuk pengobatan berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri seperti, gagal ginjal, diare dan diare dengan tinja berdarah, gatroenteritis, tipus (deman tifoid), sacrolitis, reumatik, tekanan darah, dan gangguan fungsi hati/liver (Siswadi, dkk., 2014). Mengingat tanaman ini banyak tumbuh di pulau Timor, tanaman ini diduga cocok untuk digunakan sebagai tanaman reklamasi lahan bekas tambang mangan.

Pengelolaan lahan kritis seperti pada lahan bekas tambang mangan adalah dengan pemberian pupuk kandang kotoran sapi sebagai salah satu sumber bahan organik untuk dapat menambah kandungan unsur hara tanah bekas tambang mangan agar tanaman seperti faloak dapat tumbuh dengan baik. Menurut Gaur (1980) dalam Rofik (2015) bahwa peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan K. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga mempengaruhi serapan hara oleh tanaman. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam tanah bekas tambang mangan terhadap pertumbuhan semai faloak; Pengaruh aplikasi pupuk kandang kotoran sapi terhadap peningkatan pertumbuhan semai faloak; Kandungan N, P, K, C organik dan pH tanah yang terdapat tanah bekas tambang mangan dan pupuk kandang kotoran sapi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana. Penelitian berlangsung selama 4 bulan yakni Februari 2018 sampai Mei 2018. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media tanah bekas tambang mangan, benih faloak, pupuk kandang kotoran sapi, pasir, dan air. Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, polybag, mika plastik, alat tulis menulis, penggaris, jangka sorong, oven, kertas label, dan kamera.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan. Perlakuan tersebut adalah : M0 : 100% tanah bekas tambang mangan

M1 : 80% tanah bekas tambang mangan + 20% pupuk kandang kotoran sapi M2 : 60% tanah bekas tambang mangan + 40% pupuk kandang kotoran sapi M3 : 40 % tanah bekas tambang mangan + 60% pupuk kandang kotoran sap

Model matematik Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut Sastrosupadi (2000) adalah sebagai berikut : Yij = µ + τi +ij

Yij : pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : nilai tengah umum

τi : pengaruh perlakuan ke-i

(3)

284 i : 1, 2, 3, 4 (perlakuan)

j : 1, 2, 3, ..., 15 (ulangan)

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Sidik Ragam pada taraf uji 5% jika ada perbedaan diantara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

Media tanam tanah bekas tambang mangan di ambil dari lokasi bekas tambang yang berada di Desa Noebesa, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Tanah bekas tambang mangan diambil pada kedalaman 40 cm dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kandungan unsur hara N, P, K, C organik, dan pH tanah, yang terdapat dalam tanah tersebut. Media tanam bekas tambang mangan dibersihkan dari kotoran kemudian ditimbang sesuai ukuran tiap perlakuan untuk tiap polybag. Pupuk kandang kotoran sapi dibawa ke laboratorium untuk menganalisis N, P, K, C organik, dan pH tanah, pupuk kandang kotoran sapi dibersihkan dari kotoran dan kemudian ditimbang sesuai dosis masing- masing. Kemudian kedua media tanam tersebut dicampur merata sesuai perlakuan kemudian dimasukan ke dalam polybag. Benih faloak diunduh dari pohonnya kemudian biji faloak dipisahkan dari kulit buahnya. Ciri-ciri buah faloak yang layak untuk diunduh yaitu kulit buahnya berwarna cokelat dan sudah pecah sehingga biji faloak kelihatan. Sebelum penanaman benih faloak direndam dalam air dingin selama 48 jam untuk diseleksi benih faloak yang dianggap baik untuk ditanam. Penaburan dilakukan di bedeng tabur dengan media berupa pasir kasar yang telah distrerilkan dengan dijemur dibawah sinar matahari. Benih faloak ditabur dengan kedalaman 1 cm dan jarak antara benih 2 cm. Setelah berumur 1 bulan dibedeng tabur, faloak kemudian dipindahkan ke dalam polybag yang berisi media tanam tanah bekas tambang mangan dan pupuk kandang kotoran sapi sesuai perlakuan. Proses pemeliharaan berupa kegiatan penyiraman yang di lakukan dua kali dalam satu hari yaitu pagi dan sore dan penyiangan gulma yang di lakukan secara manual yaitu mencabut tanaman pengganggu di sekitar semai faloak.

Pengamatan

Persentase perkecambahan

Persentase perkecambahan dihitung dengan menggunakan satuan persen berdasarkan rumus sebagai berikut:

Persentase perkecambahan = n

Nx 100%

Keterangan: (n) Jumlah benih yang berkecambah; (N) Jumlah benih yang diuji Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman faloak diukur dari permukaan tanah sampai pada ujung tanaman setiap 2 minggu setelah tanam (MST).

Diameter batang (mm)

Pengukuran diameter batang tanaman faloak dilakukan setiap 2 minggu setelah tanam (MST). Jumlah daun tanaman (helai)

Jumlah daun faloak dihitung setiap 2 minggu setelah tanam (MST).

Kualitas Semaian Kekokohan Semai

Rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai kekokohan semai (Hendromono, 2003 dalam Junaedi et all., 2010) adalah sebagai berikut:

Kekokohan =Diameter (mm)Tinggi (cm) Nisbah Pucuk Akar

Nisbah Pucuk Akar =Berat Kering Pucuk (g)Berat Kering Akar (g) Indeks Kualitas Semai

Indeks kualitas semai akan dihitung ketika tanaman faloak sudah berumur 4 bulan. Indeks Kualitas semai di peroleh dari :

Indeks Kualitas Semai = berat kering pucuk + berat kering akar kekokohan semai + nisbah pucuk akar

(4)

285 HASIL DAN PEMBAHASAN

Daya Kecambah

Perkecambahan benih faloak dilakukan pada media pasir selama 4 minggu (1 bulan) dengan menggunakan metode skarifikasi secara fisis yaitu benih direndam menggunakan air dingin selama 48 jam. Daya kecambah yang diperoleh setelah 4 MST yaitu 59% yang diperoleh dari 100 biji yang dipilih untuk mewakili semua benih faloak yang dikecambahkan Tabel 1).

Tabel 1. Profil Pohon Faloak Yang Digunakan Sebagai Sumber Benih Profil

pohon Tinggi Diameter (cm)

Berat perseratus

Biji (gram) Persentase Berkecambah (%)

1 6 47,92 41,86

59%

2 5 30,6 37,4

3 4 20,17 43,64

4 1,5 14,31 43,77

5 2,5 18,23 33,42

Rata-rata 3,8 26,246 40,018

Sumber : Data primer, 2018

Perkecambahan merupakan batas antara benih yang masih tergantung pada sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam pengambilan hara. Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan berkecambah), perlakuan awal dan kondisi perkecambahan (air, suhu, media, cahaya dan bebas hama penyakit) (Schmidt, 2002).

Karakteristik Media Tanam Tanah bekas Tambang Mangan dan Pupuk Kandang Kotoran Sapi

Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah bekas tambang mangan yang berasal Desa Noebesa, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hasil analisis sifat-sifat kimia tanah dan pupuk kandang kotoran sapi awal dan akhir penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Sifat-Sifat Kimia Tanah Dan Pupuk Kandang Kotoran Sapi Awal Dan Akhir.

N

o Parame-er

M0 Pupuk

Kandang

Akhir

Awal Akhir M1 M2 M3

1

C-Organik 0,23% (SR*) 0,10 (SR) 30,66% (ST) 1,23 (R) 1,55 (R) 2,01 (S) 2 N 0,15% (R) 0,10 (SR) 1,23% (ST) 0,35 (N) 0,40 (S) 0,67 (T) 3 P 27,77 ppm (T) 21,23 (S) 0,50% (SR) 67,10 (ST) 89,44 (ST) 102,56 (ST)

4 K 0,77 me/100gr

(T) 0,56 (S) 0,40% (S) 0,88 (T) 0,97 (T) 1,14 (ST)

5 pH 7,25 (N) 7,28 (N) 7,60 (AA) 7,16 (N) 7,14 (N) 7,10 (N)

Sumber data: Hasil Analisis Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Undana, 2018 Kategori: * Pusat Penelitian Tanah, 1983 (Lampiran 25)

Keterangan : SR (sangat rendah), R (rendah), S (sedang), T (tinggi), ST (sangat tinggi), T (tinggi), AA (agak alkalis), dan N (Netral)

Tinggi Semai Faloak

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa komposisi media tanam (tanah bekas tambang mangan dan pupuk kandang kotoran sapi) berpengaruh nyata terhadap tinggi semai faloak pada 6 MST, 8 MST, 10 MST, dan 12 MST sedangkan pada 2 dan 4 MST tidak berpengaruh nyata. Data rata-rata tinggi semai faloak dan uji BNT 5% pada umur 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, 10 MST, dan 12 MST disajikan pada Tabel 3.

(5)

286 (80% tanah bekas tambang mangan + 20% pupuk kandang kotoran sapi), M2 (60% tanah bekas tambang mangan + 40% pupuk kandang kotoran sapi), dan M3 (40 % tanah bekas tambang mangan + 60% pupuk kandang kotoran sapi). Hal ini diduga karena pada umur 2 MST dan 4 MST semai faloak belum membutuhkan unsur hara yang cukup banyak sehingga unsur hara yang ada cukup untuk menunjang pertumbuhan semai faloak meskipun N rendah dan C-Organik yang sangat rendah.

Tabel 3. Tinggi Semai Faloak Akibat Perlakuan Komposisi Media Tanam (Tanah Bekas Tambang Mangan dan Pupuk Kandang Kotoran Sapi)

Perlakuan

Tinggi Semai Faloak (cm)

2MST 4MST 6MST 8MST 10MST 12MST

M0 (100% tanah bekas tambang

mangan) 13.35 15.23 18.17c 19.07c 19.37c 20.06c

M1 (80% tanah bekas tambang mangan + 20% pupuk kandang

kotoran sapi)

13.35 13.82 15.33a 16.14a 16.33a 17.27b

M2 (60% tanah bekas tambang mangan + 40% pupuk kandang

kotoran sapi)

13.51 14.06 15.85ab 17.29b 17.73b 18.49b

M3 (40 % tanah bekas tambang mangan + 60% pupuk kandang

kotoran sapi)

14.05 14.73 16.61b 18.11b 17.77b 18.85b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%.

Tinggi semai faloak semua perlakuan komposisi media tanam (tanah bekas tambang mangan dan pupuk kandang kotoran sapi) lebih rendah pada umur 6 MST- 12 MST dari pada semai faloak pada perlakuan M0 (100% tanah bekas tambang mangan). Hal ini diduga karena proses mineralisasi dari pupuk kandang belum berjalan secara baik dimana unsur hara yang ada pada media tanam masih digunakan oleh mikroorganisme sehingga tanaman pada perlakuan tersebut cenderung tertekan. Mineralisasi bahan organik adalah proses peruraian bahan organik menjadi unsur lain yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2005).

Diameter Batang Semai Faloak

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa komposisi media tanam (komposisi tanah bekas tambang mangan dan pupuk kandang kotoran sapi) berpengaruh nyata terhadap diameter semai faloak pada 6 MST, 8 MST, 10 MST, dan 12 MST sedangkan pada 2 MST dan 4 MST tidak berpengaruh nyata. Data rata-rata diameter semai faloak dan uji BNT 5% pada umur 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, 10 MST, dan 12 MST disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Diameter Batang (Mm) Semai Faloak Akibat Perlakuan Komposisi Media Tanam (Komposisi Tanah Bekas Tambang Mangan Dan Pupuk Kandang Kotoran Sapi)

Perlakuan Diameter Batang Semai Faloak (mm)

2MST 4MST 6MST 8MST 10MST 12MST M0 (100% tanah bekas tambang mangan) 1.62 2.28 3.04b 3.74c 4.16b 4.24b

M1 (80% tanah bekas tambang mangan + 20%

pupuk kandang kotoran sapi) 1.70 2.15 2.43a 2.91a 3.64a 3.77a M2 (60% tanah bekas tambang mangan + 40%

pupuk kandang kotoran sapi) 1.85 2.40 2.92b 3.25b 4.11b 4.24b M3 (40 % tanah bekas tambang mangan + 60%

pupuk kandang kotoran sapi) 1.84 2.37 3.04b 3.62c 4.09b 4.39b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda

nyata pada Uji BNT 5%.

(6)

287 lainnya. Hal ini diduga karena tanaman faloak pada umur semai pertumbuhan tinggi lebih dominan terjadi, sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah masih banyak digunakan untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Pertambahan diameter semai merupakan pertumbuhan sekunder yang pertumbuhannya jauh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan tinggi semai (Duryea dan Brown, 1984 dalam Yuniarti, dkk (2004).

Pertambahan diameter semai pada umur 12 MST tertinggi pada media tanam M3 (40 % tanah bekas tambang mangan + 60% pupuk kandang kotoran sapi). Hal ini disebabkan karena kandungan unsur hara N, P, K semakin meningkat setelah penambahan pupuk kandang kotoran dengan dosis yang lebih tinggi. Kandungan unsur hara yang penting untuk tanaman antara lain unsur (N), posfor (P), dan Kalium (K). Ketiga unsur hara inilah yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman (Muhajir, dkk., 2015).

Jumlah Daun Semai Faloak

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa komposisi media tanam (tanah bekas tambang mangan dan pupuk kandang kotoran sapi) berpengaruh nyata terhadap jumlah daun semai faloak pada 4 MST dan 6 MST, sedangkan pada 2 MST, 8MST, 10 MST, dan 12 MST tidak berpengaruh nyata. Data rata-rata jumlah daun semai faloak dan uji BNT 5% pada umur 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, 10 MST, dan 12 MST disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Daun (Helai) Semai Faloak Akibat Perlakuan (Komposisi Tanah Bekas Tambang Mangan Dan Pupuk Kandang Kotoran Sapi)

Perlakuan Jumlah Daun Semai Faloak (helai)

2M

M0 (100% tanah bekas tambang mangan) 2.93 4.00 a

5.27

c 5.47 5.60 5.80 M1 (80% tanah bekas tambang mangan + 20% pupuk kandang

kotoran sapi) 2.60

3.33 b

4.73

b 5.40 6.20 6.60 M2 (60% tanah bekas tambang mangan + 40% pupuk kandang

kotoran sapi) 2.87

3.20 b

4.20

a 5.40 6.07 6.47 M3 (40 % tanah bekas tambang mangan + 60% pupuk kandang

kotoran sapi) 2.80 pada umur 12 MST jumlah daun pada perlakuan M1 (80% tanah bekas tambang mangan + 20% pupuk kandang kotoran sapi), M2 (60% tanah bekas tambang mangan + 40% pupuk kandang kotoran sapi), dan M3 (40 % tanah

(7)

288 bekas tambang mangan + 60% pupuk kandang kotoran sapi) meningkat. Hal ini disebabkan oleh kandungan unsur hara P dan K yang masih tinggi di awal pertumbuhan pada media tanam M0 (100% tanah bekas tambang mangan) tetapi semakin berkurang setelah 12 MST sehingga pertambahan jumlah daun semai faloak rendah. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara dalam tanah (Muhajir, dkk., 2015).

Indeks Kualitas Semai Faloak

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa komposisi media tanam (tanah bekas tambang mangan dan pupuk kandang kotoran sapi) berpengaruh nyata terhadap Indeks Kualitas semai faloak pada 12 MST, tidak berpengaruh nyata terhadap kekokohan semai faloak dan berpengaruh nyata terhadap nisbah pucuk akar semai faloak. Data rata-rata nisbah pucuk akar, kekokohan semai dan indeks kualitas semai faloak dan uji BNT 5% disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-Rata Indeks Kualitas Semai Faloak Akibat Perlakuan Komposisi Media Tanam (Tanah Bekas Tambang Mangan Dan Pupuk Kandang Kotoran Sapi)

Perlakuan Nisbah Pucuk Akar Kekokohan Semai Indeks Kualitas Semai

M0 0,56a 48,75 0,11d

M1 0,93c 46,97 0,09c

M2 0,80b 44,23 0,02b

M3 0,62a 46,54 0,01a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda nyata pada Uji BNT 5%.

Data Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan M0 (100% tanah bekas tambang mangan), M1 (80% tanah bekas tambang mangan + 20% pupuk kandang kotoran sapi), M2 (60% tanah bekas tambang mangan + 40% pupuk kandang kotoran sapi) dan M3 (40 % tanah bekas tambang mangan + 60% pupuk kandang kotoran sapi) memiliki nilai kekokohan semai yang baik. Kekokohan semai yaitu perbandingan antara tinggi dengan diameter semai dan nilai kekokohan yang baik berkisar antara 4-5 (Siswadi., dkk, 2013).

Nilai kekokohan semai yang kecil menunjukkan bahwa tanaman memiliki harapan yang lebih tinggi untuk bertahan hidup, terlebih pada angin dan lahan kering. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa bibit tersebut kurus sedangkan rasio yang lebih rendah mengindikasikan bibit tersebut gemuk. Bibit dengan rasio kekokohan semai yang tinggi akan rentan terhadap kerusakan pada saat penanganan, angin dan kekeringan (Haase, 2008 dalam Yudohartono dan Fambayun, 2012). Berdasarkan pendapat Jaenicke (1999) dalam Yudohartono dan Fambayun (2012), maka diurutkan berdasarkan rasio kekokohan maka yang paling baik yaitu pada perlakuan M2 dimana nilai rasionya paling kecil. Kekokohan semai juga merupakan sifat yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman di lapangan.

Nisbah pucuk akar dapat menunjukkan kondisi fisiologis suatu tanaman, karena nilai tersebut tersusun atas nilai total produksi pertumbuhan yaitu berat kering pucuk dengan perakarannya dan nilai ideal untuk nisbah pucuk akar adalah 2-5 dan yang terbaik adalah yang mendekati nilai ideal ( Fandeli, 1979 dalam Siswadi, 2014).

Nilai nisbah pucuk akar semai faloak pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam M0, M1, M2, dan M3 dibawah nilai ideal. Nisbah Pucuk Akar juga menunjukkan kesiapan semai untuk dipindahkan ke lapangan (Danu et al., 2006 dalam Rahayu, dkk., 2016). Nilai ideal yang dibawah standar menunjukan semai faloak pada semua perlakuan belum siap ditaman di lapangan. Hal ini karena semai faloak baru berumur 3 bulan dan semai faloak masih membutuhkan air dan unsur hara dalam jumlah yang besar untuk mendukung pertumbuhan sehingga akarnya lebih banyak dan panjang.

Indeks kualitas semai merupakan perbandingan antara berat kering total dengan kekokohan semai dan nisbah pucuk akar. Menurut Roller (1977) dalam Siswadi, dkk (2014) bahwa semai dengan indeks kualitas semai lebih besar dari 0,09 akan lebih mudah tumbuh setelah ditanam di lapangan. Semai yang baik adalah yang memiliki keseimbangan yang baik antar pertumbuhan tinggi dan diameter. Data Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai indeks kualitas semai yang memenuhi nilai ideal untuk ditanam di lapangan yaitu pada media tanam M0 (100% tanah bekas tambang mangan) dengan nilai 0,11.

PENUTUP Simpulan

(8)

289 2. Perlakuan media tanam 100% tanah bekas tambang mangan pada usia 3 bulan tanam memberikan hasil

terbaik terhadap tinggi, diameter batang, jumlah daun dan indeks kualitas semai faloak.

3. Komposisi media tanam pada perlakuan M2 (60% tanah bekas tambang mangan + 40% pupuk kandang kotoran sapi) memiliki nilai kekokohan semai faloak yang tinggi dibandingkan perlakuan karena memiliki nilai yang lebih kecil yaitu 44,23.

4. Kandungan C-organik, N, P, K dan pH bertambah setelah penambahan pupuk kandang kotoran sapi M1 (80% tanah bekas tambang mangan + 20% pupuk kandang kotoran sapi), M2 (60% tanah bekas tambang mangan + 40% pupuk kandang kotoran sapi) dan M3 (40 % tanah bekas tambang mangan + 60% pupuk kandang kotoran sapi) dan berkurang pada perlakuan M0 (100% tanah bekas tambang mangan) pada usia 3 bulan setelah tanam.

Saran

1. Perlu adanya penelitian lanjut dengan komposisi media tanam (tanah bekas tambang mangan dan pupuk kandang kotoran sapi) untuk pertumbuhan semai faloak dengan waktu penelitian yang lebih panjang. 2. Apabila persemaian faloak menggunakan media tanam (tanah bekas tambang mangan) dilakukan lebih

dari 3 bulan maka perlu adanya penambahan pupuk.

DAFTAR PUSTAKA.

Barsio, S. R. 2015. Pertambangan Batu Mangan di Nusa Tenggara Timur. https://blogs.uajy.ac.id/sautbarcio/2015/03/03/pertambangan-batu-mangan-di-nusa-tenggara-timur/. Diakses pada 17 juni 2017.

Muhajir., Muslimin., dan H. Umar. 2015. Pertumbuhan Semai Jati (Tectona Grandis L.F) pada Perbandingan Media Tanah dan Pupuk Organik Limbah Kulit Kakao. Warta Rimba. Volume 3, Nomor 2. Hal: 80-87. Diakses dari : http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/WartaRimba/article/viewFile/6353/5052.

Rahayu, A. A. D. dan R. Wahyuni. 2016. Pengaruh Media Organik Sebagai Media Sapih Terhadap Kualitas Bibit Bidara Laut (Strychnos Lucida R. Brown). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan . Vol.10 No.1, Juni 2016, p. 13 – 21. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/124177-ID-none.pdf.

Rofik, 2015. Percepatan pengembalian kesuburan tanah Pasca Tambang dengan Sapi. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur. Diakses dari http://peternakan .kaltimprov.go.id. Diakses pada 26 September 2017.

Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan, Jakarta. 530.

Siswadi, Saragih, G.S., Rianawati, H. 2013. Potential Distribution and Utilization of Faloak (Sterculia quadrifida R.Br 1844) on Timor Island, East Nusa Tenggara. Forest and Biodiversity. Proceeding International Conference Manado, 5-6 July 2013.

Siswadi dan Rianawati, H. 2014. Variasi Morfologi Faloak (Sterculia quadrifida R.Br) Dari Tiga Populasi Asal Nusa Tenggara Timur. Prosisding Seminar Nasional II Pembaruan Silvikultur untuk Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan menuju Ekonomi Hijau.Yogyakarta 28-29 Agustus 2014. Fakultas Kehutanan Universitas Gaja Mada.

Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Yuniarti, N., Y. Heryati dan T. Rostiwati. 2004. Pengaruh Media Tanam Dan Frekuensi Pemupukan Kompos Terhadap Pertumbuhan dan Mutu Bibit Damar (Agathis Loranthifolia Salisb). Error! Hyperlink reference not valid..

(9)

Gambar

Tabel 2. Hasil Analisis Sifat-Sifat Kimia Tanah Dan Pupuk Kandang Kotoran Sapi Awal  Dan Akhir
Tabel 3. Tinggi Semai Faloak Akibat Perlakuan Komposisi Media Tanam (Tanah Bekas Tambang Mangan dan               Pupuk Kandang Kotoran Sapi)
Tabel 5.  Tabel 5. Jumlah Daun (Helai) Semai Faloak Akibat Perlakuan (Komposisi Tanah Bekas Tambang Mangan Dan

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun begitu dari sisi bisnis, konsep alternatif kedua ini cocok untuk diterapkan pada Lapis Bogor Sangkuriang karena sesuai dengan visi dan misi

13 Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV Sutami - Kalianda beserta Gardu Induk 150 kV terkait yang berlokasi di Provinsi Lampung hasil kegiatan Satuan Kerja Unit

Data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi data: karakteristik petani yang terdiri dari luas garapan petani, usia petani, jumlah anak yang ditanggung oleh

Ada 4 tindakan yang dianjurkan oleh WHO untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke anak yaitu: (1) Penguatan tindakan pencegahan primer HIV untuk memastikan bahwa

Seperti yang dinyatakan dalam Bahagian 1.1, kaedah berangka merupakan kaedah alternatif yang memberikan suatu penyelesaian hampiran kepada suatu masalah matematik

Pengujian dilakukan untuk mengetahui performa underwater turbin generator, pengujian ini dilakukan pengambilan data dengan 5 lokasi titik pengujian yang berbeda

Paling banyak hasil penelitian adalah kategori cukup, pengetahuan yang cukup tersebut dikarenakan informasi yang diperoleh responden dari orang lain atau media masa

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih penting bagi laki-laki maupun perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan