1. I. Meyakini Rukun Iman.
Rasulullah bersabda: “Keimanan itu ialah engkau akan percaya (beriman) pada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab suci-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat dan engkau akan percaya kepada takdir baik dan buruk dari
pada-Nya.”(HR. Muslim).
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah
turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya”. (QS.An-Nisaa’(4):136).
Perumpamaan orang yang memiliki keimanan yang kuat adalah bagaikan sebuah pohon yang kokoh nan tegar,
dimana akar-akarnya mencengkeram kuat jauh kedalam tanah, demikian pula batang, dahan dan rantingnya
yang banyak dan kuat, daunnya rindang sedangkan buahnya memberi manfaat yang banyak serta
bunganyapun harum dan sedap untuk dipandang mata. Pohon yang seperti inilah yang layak untuk
dijadikan tempat berteduh dan mencari ketenangan. Ia kuat dan tahan akan berbagai hantaman yang
menerpanya.
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon
yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap
musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat.. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan
akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun;….…”.(QS.Ibrahim(14):24-27).
Sebaliknya orang yang lemah imannya adalah bagaikan pohon yang tidak memiliki akar, mudah patah, rusak
dan ambruk, tidak memberi manfaat lagipula tidak sedap dipandang mata.
Dengan demikian keimanan tidak sebatas hanya pada tahap pengenalan saja namun lebih pentin g lagi
pengamalannya. Karena Iman itu adalah bersatunya antara ucapan (lisan), hati (meyakini) dan
melaksanakannya (perbuatan).
Rasulullah bersabda : “Iman seorang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling sempurna akhlaknya”.
Orang-orang yang beriman adalah mereka yang ketika menemui perkara atau kesulitan mau tunduk atas apa
yang diputuskan para rasul dan utusan-Nya.
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap
Sebaliknya amal orang yang tidak beriman samasekali tidak berguna dikarenakan apa yang mereka kerjakan itu
tidak mendapatkan ridho’-Nya karena merekapun mengerjakan amal mereka itu tidak disebabkan oleh-Nya.
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang
disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu
apapun. Dan di dapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal
dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. Atau seperti gelap gulita di lautan yang
dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi
cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun”.(QS.An-Nuur(24):39-40).
Rasulullah bersabda :”Barangsiapa yang mencintai karena Allah SWT, membenci karena Allah SWT, memberi
karena Allah SWT dan melarang karena Allah SWT maka ia telah mencapaikesempurnaan Iman”.
Oleh sebab itu seorang yang telah sempurna imannya akan terlihat dari sikapnya, ia memiliki keberanian,
ketenangan dan rasa percaya diri yang tinggi dalam menjalani kehidupan. Rasa optimis melekat erat dalam dirinya
sebaliknya rasa pesimis hilang dari dirinya.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka”.(QS.Al-Anfal(8):2-3).
1. Iman kepada Allah.
“Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu
mengatakan: “Kami dengar dan kami ta`ati”. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
isi hati (mu)”.(QS.Al-Maidah(5):7).
Keimanan ini yang mula-mula harus ditanamkan kuat di dalam hati seorang manusia. Keimanan berdasarkan
aqidah Tauhid, Tuhan yang Esa,”Tiada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah”. Itulah ciri utama orang
beriman atau mukminin. Ia percaya sepenuhnya akan adanya Tuhan, Allah Azza wa Jalla yang selalu siap
membantunya bila manusia mau meminta dan memohon.
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha
langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna
bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, danpengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan”. (QS.Al-Baqarah(2):163-164).
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian
mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu”.(QS.Al-Fushilat(41):30).
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS.Ar-Raad (13):28).
Sebagaimana telah diterangkan pada bab “Mengenal Sang Pencipta melalui ayat-ayat Al-Quran” hanya orang-orang
yang tidak mau menggunakan akalnya saja yang tidak mau dan tidak sanggup mengimani keberadaan Tuhan Yang
Satu, Allah SWT, walaupun tanda-tanda dan bukti-bukti begitu terang didepan mata mereka.
“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat
memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnyabukanlah
mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.(QS.Al-Hajj(22):46).
Sesungguhnya bahkan sebagian besar para Rasulpun tidak begitu saja langsung mengimani keberadaan Allah SWT,
melainkan
dengan jalan berpikir dan merenungi berbagai kejadian demi kejadian, peristiwa demi peristiwa yang terjadi dimuka
bumi ini. Hingga akhirnya Dia ridho memberikan hidayah dan petunjuk-Nya kepada kebenaran yang
sebenar-benarnya, kebenaran yang hakiki.
“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan
bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah
menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam
dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata:
“Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi
petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit,
dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai
diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku
bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”.(QS.Al-An’am(6):75-79).
Keyakinan akan keberadaan Allah SWT inilah sesungguhnya yang menjadi pintu gerbang menuju kebenaran. Dan
kemudian dengan ridho’Nya semata akan ditunjuki-Nya jalan yang lurus.
2. Iman kepada para Malaikat.
Malaikat adalah mahluk ghaib ciptaan Allah SWT. Mereka adalah para utusan yang senantiasa tunduk dan patuh
atas perintah-Nya, yang senantiasa bertasbih, memuji dan mensucikan-Nya.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “……”. Mereka berkata: “…… padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”(QS.Al-Baqarah(2):30).
Allah SWT menciptakan manusia dari tanah, syaitan dari api sedangkan malaikat dari cahaya. Perbedaan inilah
yang menjadikan syaitan tidak mau menurut kepada apa yang diperintahkan Allah SWT. Namun tidak demikian
dengan malaikat. Hal itu tidak menjadikan alasan bagi para malaikat untuk menolak perintah-Nya.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada
para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka merekapun bersujud……”.(QS.Al-A’raaf(7):11).
Masing-masing malaikat memiliki tugas sendiri-sendiri dan mereka ini ada yang memiliki dua, tiga dan ada yang
memiliki empat sayap. Bahkan Jibril dikabarkan memiliki 600 sayap !
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk
mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat ……”.
(QS.Faathir(35):1).
Jibril adalah salah satu dari para malaikat. Ialah yang bertugas menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada para
utusan-Nya.
“Katakanlah: Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur’an) ke dalam
hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita
gembira bagi orang-orang yang beriman”.(QS.Al-Baqarah(2):97).
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di
Sidratil Muntaha”.(QS.An-Najm (53):13-14).
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan
Masing-masing malaikat mengemban tugas masing-masing dan memiliki namanya masing-masing pula.
Diantaranya yaitu, Rakib dan Atid bertugas mencatat amal baik dan buruk seseorang,
“………, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal
perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri”.(QS.Al-Ahqaaf(50):16-17).
Ridwan menjaga surga, Malik bertugas menjaga neraka.
“Mereka berseru: “Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja”. Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal (di
neraka ini)”.(QS.Al-Zukhruf(43):-77).
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka)
malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?”. Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang
tertindas di negeri (Mekah)”. Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah
di bumi itu?”.(QS.An-Nisa’(4):97).
“…Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan
sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah
nyawamu………”. (QS.Al-An’am(6):93).
Malaikat-malaikat ini atas perintah-Nya selalu menjaga dan mendampingi manusia. Maka barangsiapa tidak mau
meyakini adanya para malaikat mereka adalah kafir.
“Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka
sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir”. (QS.Al-Baqarah(2):98).
3. Iman kepada Kitab-Kitab-Nya.
Seorang yang beriman adalah mereka yang juga meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab kepada
para Rasul selaku utusan-Nya. Sebelum Al-Quranul Karim Allah SWT telah menurunkan kitab Zabur kepada Daud as,
Taurat kepada Musa as dan Injil kepada Isa as.
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,
yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan
dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya
kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan
“Katakanlah (hai orang-orang mu’min): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan
apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa
dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di
antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.(QS.Al-Baqarah(2):136).
Namun sayangnya kitab-kitab tersebut telah diubah-ubah sehingga tidak lagi seperti aslinya.
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti
mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan
kebenaran, padahal mereka mengetahui”. (QS.Al-Baqarah(2):146).
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu
menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya.” Lalu mereka melemparkan
janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran
yang mereka terima”.(QS.Ali Imran(3):187).
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap
Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan
dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari
ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai
anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai
Pemelihara”.(QS.An-Nisa’(4):171)
Allah SWT telah memperingatkan hal tersebut melalui sabda-Nya yang tertuang dalam kitab terakhir, Al-Quran,
namun bila ternyata saat ini masih banyak manusia yang enggan mempercayai-Nya dan tetap meneruskan
keyakinan yang sesat tersebut, Allah SWT berlepas tangan atas mereka.
“Al Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau
menempuh jalan yang lurus”.(QS(At-Takwiir(81):27-28).
4. Iman kepada Rasul-Rasul-Nya.
Sebagai salah satu tanda kasih sayang-Nya, Allah SWT berkehendak menurunkan para utusan. Utusan-utusan
tersebut adalah orang-orang yang amat tinggi ketakwaannya, mereka adalah hamba-hamba pilihan yang diutus
untuk mengingatkan dan mengajarkan kebenaran sejati agar manusia tidak tersesat.
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi ni`mat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari
telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada
mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”.(QS.Maryam(19):58).
Dari Abu Dzarr : “Saya berkata, ”Wahai Rasulullah, berapa jumlah para nabi?”. Rasulullah menjawab, “Seratus dua
puluh empat ribu”. Saya berkata, “Lalu berapa jumlah rasul dari antara mereka itu?”. Rasulullah menjawab,“Tiga
ratus lima belas, jumlah yang banyak”. Saya katakan, “Siapa rasul pertamadiantara mereka ?”. Rasululah
menjawab, “Adam”.
Namun di dalam Al-Quran itu sendiri, Allah SWT hanya menceritakan 25 diantara para Rasul-Nya. Para Rasul ini
mengajarkan agar manusia pandai bersyukur atas nikmat yang telah dilimpahkan kepada mereka. Mereka
mengajarkan bahwa Tuhan yang sebenarnya dan yang patut disembah hanya satu yaitu Allah SWT, inilah ajaran
Tauhid. Dan kita wajib mengimani para Rasul tersebut tanpa kecuali dan membeda-bedakannya.
“…(Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul
rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami ta`at”……”.(QS.Al-Baqarah(2):285).
Walaupun para Rasul ini pada dasarnya membawa ajaran yang sebenarnya sama namun dalam syariatnya belum
tentu demikian. Masing-masing memiliki kekhasannya sendiri-sendiri. Nabi Yusuf, nabi Musa, nabi Daud, nabi
Sulaiman dan nabi Isa as misalnya, mereka diutus untuk menyampaikan ajaran khusus kepada bani Israel.
“Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan
firman): “Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku”.(QS.Al-Isra’(17):2).
Sebaliknya nabi Muhammad SAW, beliau diutus untuk menyampaikan ajaran kepada seluruh umat manusia.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam”.(QS.Al-Anbiyya(21):107).
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka
sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan
kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri”.(QS.Al-Nahl(16):89).
Beliau adalah seorang nabi penutup, nabi terakhir dari seluruh rangkaian nabi dan Rasul. Tidak akan ada lagi nabi
sesudah itu.
” Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalahRasulullah dan
Rasulullah bersabda : “Perumpamaanku dan seluruh nabi-nabi lainnya adalah seperti seorang yang mendirikan
bangunan. ia telah memperbaiki dan memperindah bangunan itu seluruhnya kecuali hanyasebuah batu yang belum
terpasang disalah satu sudut bangunan itu, maka orang-orang mengelilingi dan mengagumi bangunan seraya
berkomentar :”Alangkah baiknya kalau batu bata itu diletakkan diletakkan ditempat yang kosong itu”. Akulah batu
bata itu dan akulah penutup nabi-nabi itu”.
5. Iman kepada Hari Akhir.
“Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, (yaitu) orang-orang yang
mendustakan hari pembalasan. Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang
melampaui batas lagi berdosa, yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “Itu adalah
dongengan orang-orang yang dahulu”. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan
itu menutup hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat)
Tuhan mereka. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian, dikatakan (kepada
mereka): “Inilah azab yang dahulu selalu kamu dustakan”.(QS.Muthaffiffin(83):10-17).
Orang beriman meyakini bahwa suatu saat nanti akan datang suatu hari dimana manusia harus
mempertanggung-jawabkan apa yang telah dikerjakannya selama hidup didunia. Itulah hari Kiamat, hari Pembalasan, hari dimana
dihitung dan ditimbang mana perbuatan baik dan mana perbuatan buruk.
“Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya
sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi
lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat
menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada
sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)”.(QS.Al-Haaqqah(69):13-18).
“Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan
gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan ”.(QS.Al-Qariah(101):3-5).
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat) dan bumi telah mengeluarkan beban-beban
berat (yang dikandung) nya dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini)?”, pada hari itu bumi
menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya”.
(QS.Al-Zalzalah(99):1-5).
Begitu banyak ayat yang menerangkan keadaan pada Hari Kiamat nanti. Dimulai dengan ditiupnya sangkakala,
maka mati dan binasa semua yang berada di langit maupun di bumi. Kemudian terdengar sekali lagi sangkakala
yang ditiup, kemudian semua manusia yang telah mati akan dibangunkan kembali untuk
“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada
mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun,niscayadia akan
melihat (balasan) nya pula”.(QS.Al-Zalzalah(99):6-8).
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.
Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)”.
(QS.Az-Zumar(39):68).
“Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu
bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan”.
(QS.Al-Fushshilat(41):22).
Maka pada saat itu tejadi pengadilan akhirat. Tiada sedikitpun mereka didzalimi karena masing-masing bersaksi
atas diri mereka sendiri. Tiada sedikitpun yang terlewati melainkan semua amal perbuatan akan diperlihatkan.
Mereka bagaikan melihat rekaman kejadian sepanjang hidup mereka. Dan balasan bagi mereka yang berat
timbangan amalnya adalah surga sedangkan yang berat timbangan kejahatan baginya neraka jahanam. Dan Dialah
Sang Hakim Agung Yang Maha Bijaksana lagi Maha Pengampun yang berhak menentukan keputusan yang
sebaik-baiknya. Dan Rasulullah Muhammad SAW berkenan memberikan syafaat bagi umat yang mencintainya dan
dicintainya.
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan
yang memuaskan.Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan(kebaikannya), maka tempat kembalinya
adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?(Yaitu)api yang sangat panas”.
(QS.Al-Qariah(101):6-11).
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”(QS.Ali Imraan (3):185).
Rasulullah bersabda : “Pertama kali yang akan diadili diantara manusia pada hari Kiamat ialah tentang
perkara pembunuhan”.(HR Bukhari-Muslim).
Suatu saat, ketika para sahabat sedang berkumpul dan berbicang perihal hari Kiamat, datanglah Rasulullah. Segera
mereka menanyakan hal tersebut, maka Rasulullahpun bersabda : “Tidak akan terjadi hari Kiamat sehingga kalian
melihat sepuluh tanda : Terbit Matahari dari arah Barat, kabut, Binatang melata, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj,
keluarnya Isa putra Maryam, Dajjal dan tiga gerhana : gerhana di timur, di Barat, dan di jazirah Arab dan api yang
bersama mereka di manapun mereka menginap dan akan beristirahat siang dengan mereka tatkala mereka tidur
siang”.
“Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Dialah)
Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu. Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan. Maka
tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia.Inilah azab yang
pedih”.(QS.Ad-Dukhan(44):8-11).
Apakah yang dimaksud dengan kabut yang nyata , yang menyelimuti manusia dalam ayat diatas?
Sebagaimana kita ketahui 2 tahun terakhir ini Indonesia mendapat gelar baru , yaitu negara ’pengexport
asap’terbesar di dunia. Hal ini dikarenakan asap kebakaran hutan yang sering kali terjadi terutama di pulau
Kalimantan dan Sumatra, bahkan tahun ini pulau Jawa tidak mau ‘ketinggalan’ menyumbangkan asapnya. Negara
tetangga telah beberapa kali menyatakan perasaan kecewanya terhadap hal ini. Namun kebiasaan dan kelakuan
buruk membuka lahan dengan cara membakar hutan ini terus saja diteruskan. Jelas hal ini sangat mengganggu
bukan saja masyarakat negara tetangga namun juga bagi kita sendiri. Asap ini demikian hebatnya hingga
mengganggu pernapasan dan pandangan. Rupanya asap tebal ini tidak hanya terjadi di negara kita walaupun
dengan cara yang berbeda. Hutan di berbagai negara seperti di Italia, Australia dan Amerika baru-baru ini juga
mengalami kebakaran hebat disebabkan iklim panas yang berlebihan.
”Apabila matahari digulung,apabila bintang-bintang berjatuhan dan apabila gunung-gunung dihancurkan”;”dan
apabila lautan dipanaskan”.(QS.At-Takwiir(81):1-3,6)
Tentu saja kebakaran ini mengakibatkan asap dan kabut yang bila difoto dari udara bagaikan kabut tebal yang
menyelimuti bumi. Belum lagi buangan CO2, sumbangan dari berbagai pabrik dan berbagai kendaraan di jalanan
sebagai akibat kemacetan yang sungguh luar-biasa. The British Antartic Survey (BAS) menyatakan bahwa
karbondioksida di atmosfir ternyata meningkat 35 persen lebih banyak dibanding tahun 1990. Berdasarkan
penelitian yang mereka lakukan, didapati hampir 10 milyar ton karbon menutupi permukaan bumi!
lnikah yang dimaksud satu dari tanda-tanda kiamat dalam ayat dan hadis diatas? Namun sebagian mufassir
mengatakan bahwa yang dimaksud kabut dalam ayat diatas adalah kabut yang disebabkan jatuhnya meteor
menjelang akhir zaman nanti. Kabut yang akan menyebabkan terhalangnya matahari, yang menyebabkan berbagai
penyakit dan menjadi penyebab mutilasi hingga akhirnya memunculkan ’wajah asli’ Sang Dajjal. Boris Shustov,
direktur Institut Astronomi Rusia, pada forum internasional mengenai luar angkasa yang diselenggarakan pada
1/10/2007 lalu mengemukakan bahwa asteroid Apophis yang diperkirakan akan melintasi orbit Bumi pada 2029
”Apabila langit terbelah, apabila bintang-bintang jatuh berserakan dan apabila lautan dijadikan
meluap”.(QS.Al-Infithaar (82):2-3).
Dan beberapa waktu yang lalu sebagian penduduk Jakarta memang telah mengalami banjir yang disebabkan
meluapnya laut di utara kota tersebut! Mungkinkah berbagai penyebab diatas telah membuat manusia menggali
‘kubangnya’ sendiri hingga mempercepat datangnya hari yang maha dasyat tersebut ? Wallahu’alam.
6. Iman kepada Takdir.
Kemudian yang terakhir, sebagai orang beriman, ia pasrahkan segala sesuatu kepada-Nya, tentu saja setelah ia
berusaha keras mencapai apa yang diinginkannya. Itulah takdir dari Tuhannya sebagai ketetapan yang merupakan
hak mutlak Sang Maha Khalik.
Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau
menghendaki rahmat untuk dirimu?” .(QS.Al-Ahzab(33):17).
Takdir adalah segala sesuatu yang telah terjadi dengan ridho Allah SWT. Namun yang kemudian kerap menjadi
pertanyaan adalah kapan takdir itu ditetapkan, sebelum atau sesudah penciptaan. Pendapat yang mengatakan
bahwa takdir telah ditetapkan jauh sebelum manusia diciptakan atau faham Qadariyah adalah berdasarkan ayat
berikut:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi ini dan (tidak pula)pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis
dalam kitab(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah”.
(QS. Al Hadid(57):22).
Akan tetapi ada pula sebagian pendapat yang mengatakan bahwa takdir dijatuhkan setelah manusia berusaha atau
faham Jabariyah. Mereka menyatakan ini berdasarkan salah satunya dari ayat berikut :
“…. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri…. ”. (QS. Ar Ra’d(13):11)
Dalam hal ini penulis lebih condong dan berpegang pada ayat (57:22) tetapi tentu saja tanpa mengabaikan adanya
ayat2 lain termasuk ayat 13:11 diatas. Namun takdir tersebut tidak sesederhana yang kita bayangkan. Misalnya
bahwa si A ditakdirkan lahir sebagai orang miskin atau si B telah ditakdirkan meninggal karena bunuh diri atau
karena bencana alam dsb. Alangkah naifnya Allah bila ia menciptakan takdir sesederhana itu.
Bahkan pada permainan atau game seperti playstation atau komputer saja, si pembuat game mampu menciptakan
permainan yang rumit yang memerlukan ketrampilan dan kecekatan si pemain bila ia menginginkan hasil yang
Untuk dapat keluar dari labirin tersebut, tidak ada jalan lain kecuali harus mencoba melalui segala jalan. Hal tersulit
adalah pada saat kita menjumpai suatu persimpangan, dimana kita harus memutuskan untuk terus, belok kiri atau
kanan tanpa mengetahui apa yang ada dihadapan kita. Dan bila ternyata jalan tersebut buntu kita harus kembali ke
persimpangan terdekat dan kembali harus mencoba menempuh jalan lain.
Demikian pula perumpamaan takdir kehidupan. Takdir telah Allah persiapkan jauh sebelum kita dilahirkan ke muka
bumi. Takdir diciptakan dalam sebuah rangkaian sejumlah program rumit yang disimpan dalam bentuk ‘chip’
bagaikan ‘chip’ dalam komputer, yang akan dibawanya serta ketika manusia dilahirkan. Setiap manusia memiliki
‘chip’ masing2 yang berbeda satu sama lain. Ada yang rumit dan ada pula yang sederhana. Semua atas
kehendakNya.
“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya(sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya ”.
(QS. Al Israa’(17):13).
Nah, dengan bekal ‘chip’ inilah manusia harus menjalani kehidupannya. Perbedaannya dengan contoh diatas,
dalam kehidupan kita tidak mungkin melangkah mundur. Roda kehidupan terus berlanjut hingga waktu yang telah
ditetapkan dan tak satupun manusia mengetahui sampai kapan ia diberi kesempatan untuk menjalani hidupnya.
“Allah berfirman: “…….Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di
muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan”. “Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu
mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan”. (QS.Al-Araaf(7):24-25).
Labirin belum mencapai ‘finish’ selama hayat masih dikandung badan. Pada saat ini manusia dituntut untuk berpikir
dan menggunakan akalnya. Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang paling tinggi derajatnya. Ia diberi akal,
pikiran dan perasaan untuk dapat menentukan mana baik, mana buruk, mana yang disukai, mana yang tidak
disukainya.
Bila dalam setiap permainan atau game komputer ataupun dalam pembuatan kendaraan misalnya, si pembuat
menyertakan buku panduan maka apalagi Allah, Sang Maha Pencipta, yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang berada diantara keduanya. Pada setiap zaman Ia menurunkan petunjuk melalui kitab-kitabNya. Mungkin dapat
kita bandingkan dengan adanya edisi 1,edisi2 pada setiap peluncuran buku-buku terbitan baru, dimana kandungan
edisi terbarunya selalu lebih baik dan lebih sempurna, demikianlah dengan kitab-kitab Allah, kitab terakhir
menerangkan dan memberi penjelasan akan kitab sebelumnya. Semuanya itu untuk kepentingan umatNya, umat
yang amat dicintaiNya. Dengan bekal buku petunjuk inilah manusia akan dapat menentukan langkahnya. Selalu
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah(Allah), maka sesungguhnya dia berbuat ituuntuk(keselamatan)
dirinya sendiri;dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi(kerugian) dirinya sendiri”. (QS. Al
Israa’(17):15).
Akan tetapi yang perlu selalu diingat, kemungkinan-kemungkinan tersebut tetap berada dalam kerangka program
pada masing-masing ‘chip’ yang telah disiapkan olehNya jauh sebelum ia dilahirkan. Oleh sebab itu tidaklah patut
apabila seseorang mengatakan bahwa keberhasilannya adalah semata karena usahanya. Sebaliknya bahwa
kegagalannya adalah karena ketidak-mampuannya semata.
“(Kami jelaskan yang demikian itu)supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu,dan
supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang sombong lagi membanggakan diri”.(QS Al Hadid(57):23).
Keberadaan ‘chip’ ini mungkin dapat pula kita bandingkan dengan ‘black-box’ pada pesawat terbang. Namun bila
Black-box hanya mampu merekam apa yang terjadi pada saat-saat terakhir perjalanan didalam sebuah pesawat
terbang, maka chip pada diri manusia selain memiliki program ‘perjalanan hidup’ juga sekaligus memiliki
kemampuan merekam segala kejadian yang dilaluinya sejak ia dilahirkan hingga kematiannya. Ia terus
mendampinginya, merekam dan mencatat kejadian demi kejadian, yang besar maupun yang kecil dan baru
berhenti merekam begitu manusia masuk kubur. Chip inilah yang akan memberikan kesaksian di hari Akhir nanti.
Maka tak seorangpun kelak mampu menyembunyikan ataupun menghindar dari satu perkara betapapun kecil dan
sepelenya suatu perkara.
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis)
di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan
tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada
(tertulis) “.(QS.Al-Kahfi(18):49).
Chip ini bahkan mampu merekam apa yang dibisikkan dalam hati.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami
lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya,
seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”.(QS.Qaaf(50):16-18).
Oleh sebab itu dikatakan pada hari pembalasan nanti Yang Maha Kuasa akan memperlihatkan kepada manusia
“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supayadiperlihatkan kepada
mereka pekerjaan mereka. “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan
melihatnya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihatnya pula”.
(QS.Al-Zalzalah(99):7-8).
Bahkan Ia berfirman setiap anggota tubuh dirinya mampu melihat catatan perbuatannya sendiri. Cukup dirinya
sendiri sebagai saksi, tidak ada kebohongan, kecurangan maupun kelalaian didalamnya.
“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.”(QS.Al-Israa’(17):14).
Tetapi seperti apakah bentuk dan dimanakah chip ini disimpan? Karena bukankah pada saat manusia mati jasadnya
akan hancur menjadi tanah? Tak satupun manusia mengetahuinya. Namun dalam dunia komputer adalah hal biasa
untuk mentransfer sejumlah data dari sebuah komputer ke pusat data komputer lain ditempat yang berjauhan
sebagaimana lazimnya orang berkirim e-mail. Apakah pusat data tersebut adalah Kitab (Lauh Mahfuzh)
sebagaimana tersirat dalam surat Al-Hadid (57) ayat 22 diatas ? Wallahu’alam. Itu adalah rahasia Allah. Kita
sebagai manusia hanya mampu meyakini bahwa Ia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.Yang terpenting adalah niat
dan usaha kita, karena niat, usaha dan juga sikap akhir kita dalam menerima ketetapan Allah inilah yang akan
diperhitungkan kelak di akhirat. Karena sesungguhnya dunia hanya permainan belaka sebagaimana firman Allah:
“Dan apa saja yang diberikan kepada kamu maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya;sedang
apa yang disisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?”.(QS Al
Qashash(28):60).
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya, dan bahwasanyausahanya
itu kelak akan diperlihatkan(kepadanya)”. (An Najm(53):39-40).
Tetapi kita juga tidak perlu terlalu khawatir akan ketetapan-ketetapan tersebut karena Allah juga berfirman,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”. (QS Al Baqarah(2):286).
Oleh sebab itu agar kita dapat melalui takdir terbaik kita, disamping harus memiliki berbagai ilmu pengetahuan
yang bermanfaat(termasuk mengenal fenomena alam, sebab dan akibatnya), kerja keras dalam pengamalan
pengetahuan tersebut, kita juga harus selalu memohon petunjukNya.
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah
Dan agar supaya Ia berkenan mengabulkan doa dan memberikan petunjukNya, maka sudah sepatutnya bila kita
wajib mengenalNya dengan baik, yaitu dengan cara menjalankan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya
sesuai dengan apa yang telah diajarkan dalam kitab dan sunah rasulNya.
Kemudian apakah bencana, penyakit, kekurang-beruntungan kita dalam memperoleh rezeki bahkan jodoh yang
kurang bertanggung-jawab misalnya apakah itu semua adalah suatu takdir? Semua yang telah terjadi sudah pasti
adalah takdir. Akan tetapi yang perlu dipertanyakan adalah apakah sebelum terjadinya hal-hal tersebut kita telah
berusaha menghindari dan mencegahnya dengan sungguh-sungguh? Bila tidak, ada kemungkinan sebetulnya ada
jalan lain, takdir yang lebih baik yang memungkinkan kita terhindar dari takdir yang kurang menyenangkan
tersebut. Akan tetapi sekali lagi kita tidak perlu terlalu khawatir, karena Allah menciptakan bumi dan langit dan
segala isinya ini dengan penuh keseimbangan. Semua saling mengisi dan saling membutuhkan sebagaimana
halnya cara kerja tubuh manusia, antara jantung, paru-paru, ginjal dsb yang masing-masing bekerja tetapi saling
tergantung satu sama lain.
“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya
melainkan dengan ukuran yang tertentu”.(QS Al Hijr(15):21).
Dapatkah dibayangkan, bila didunia ini tidak ada seorangpun pekerja sampah, supir, pelayan dsb, apa yang bakal
terjadi?
“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,dan Kami telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat,agar sebahagian mereka dapat mempergunakan