• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI METODE PROYEK KELOMPOK B DI TK ABA BARAHAN TIRTORAHAYU GALUR KULON PROGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI METODE PROYEK KELOMPOK B DI TK ABA BARAHAN TIRTORAHAYU GALUR KULON PROGO."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI METODE PROYEK KELOMPOK B DI TK ABA BARAHAN

TIRTORAHAYU GALUR KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nur Hidayah Widyaningrum NIM 12111247012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka berkatalah yang baik atau diam

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Kedua Orang Tua.

2. Suami dan Anakku.

(7)

vii

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI METODE PROYEK KELOMPOK B DI TK ABA BARAHAN

TIRTORAHAYU GALUR KULON PROGO Oleh

Nur Hidayah Widyaningrum NIM 12111247012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial dengan menggunakan metode proyek dalam meningkatkan keterampilan sosial pada anak TK ABA Barahan. Metode proyek dipilih karena mendorong anak untuk dapat berbagi dengan teman, menunggu giliran, dan bergabung bermain bersama teman.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek penelitian ini adalah 20 anak yang terdiri 11 anak perempuan 9 anak laki-laki. Objek penelitian ini adalah keterampilan sosial anak yang meliputi 3 indikator berbagi dengan teman, menunggu giliran, bergabung bermain bersama teman. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila perhitungan persentase menunjukkan 80% anak mengalami peningkatan keterampilan sosial melalui metode proyek.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan sosial anak kelompok B di TK ABA Barahan berkembang baik. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil pratindakan sebesar 42,08% Siklus I meningkat menjadi 76,37% dan pelaksanaan siklus II dengan persentase 86.25%. Berdasarkan hasil Siklus II sudah sesuai kriteria baik maka penelitian ini dapat dihentikan. Dengan demikian metode proyek dapat memebrikan stimulasi yang efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak di TK ABA Barahan Tirtorahayu Galur Kulon Progo.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-NYA, sehingga tugas akhir skripsi yang berjudul “ MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI METODE PROYEK KELOMPOK B DI TK ABA BARAHAN TIRTORAHAYU GALUR KULON PROGO” dapat terselesaikan dengan baik dan lancar sesuai harapan.

Sehubungan dengan selesainya penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada Bapak/Ibu tersebut di bawah ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini FIP UNY yang telah memberikan motivasi terselesaikannya penelitian ini.

(9)
(10)

x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

1. Pengertian Keterampilan Sosial ... 12

(11)

xi

C. Metode Proyek ... 16

1. Pengertian Metode Proyek ... 16

2. Manfaat Metode Proyek ... 18

3. Tujuan Kegiatan Proyek bagi anak ... 19

4. Kekurangan Kelebihan Metode Proyek ... 20

a. Kekurangan Metode Proyek ... 20

b. Kelebihan Metode Proyek ... 21

5. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Proyek ... 22

a. Perancangan Metode Proyek ... 22

b. Langkah-langkah pelaksanaan Metode Proyek ... 22

c. Kegiatan Penutup ... 23

D. Kerangka pikir ... 23

E. Hipotesis Tindakan ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

H. Indikator Keberhasilan ... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 36

B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 37

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 40

(12)

xii

a. Kegiatan Awal ... 40

b. Kegiatan Inti ... 41

c. Kegiatan Akhir ... 42

2. Hasil Observasi Ketrampilan Anak Pratindakan ... 42

D. Hasil Penelitian ... 43

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

F. Keterbatasan Peneliti ... 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 63

B. SARAN ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Lembar Observasi Keterampilan Sosial ... 33

Tabel 2. Rubrik Peniliain Keterampilan Sosial Anak ... 33

Tebel 3. Rekapitulasi Data Keterampilan Sosial Anak ... 44

Tabel 4. Hasil pengamatan Tindakan Siklus I... 50

Tabel 5. Hasil pengamatan Tindakan Siklus II ... 58

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka pikir ... 25 Gambar 2. Model Penelitian Kemmis dan Mc. Taggart ... 28 Gambar 3. Grafik Presentase Keterampilan sosial Pratindakan ... 44 Gambar 4. Grafik Presentase peningkatan keterampilan sosial Siklus I… 51 Gambar 5. Grafik Presentase peningkatan keterampilan sosial Siklus II… 58 Gambar 6. Grafik Presentase Keterampilan sosial anak sebelum

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

LAMPIRAN 1. Lembar Surat Izin Penelitian ... 70

LAMPIRAN 2. Lembar Hasil Observasi ... 74

LAMPIRAN 3. Rencana Kegiatan Harian (RKH) ... 82

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan penting bagi semua orang di dunia, dari kalangan bawah sampai atas, dari muda sampai tua, karena pendidikan itu tidak akan habis oleh waktu. Manusia bertahan hidup dengan memegang ilmu-ilmu yang di dapat melalui pendidikan. Pendidikan anak usia dini memegang nomor satu untuk semua kalangan pada era globalisasi. Indonesia membuat Undang-undang tentang pendidikan yaitu Undang-Undang-undang No.20 tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

(17)

2

Anak-anak usia 4 sampai 6tahun adalah dimana anak belajar secara optimal, karena masa anak-anak adalahmasa emas (golden age) merupakan masa yang sangat tepat untuk menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya (Slamet Suyanto, 2003: 6). Anak-anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, dapat menerima dengan baik apa yang dipelajari dengan melihat, mendengar, mencermati, dan merasakan. Pada masa ini, anak sangat sensitif menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya, masing-masing anak berbeda satu sama lain dalam menerima hal tersebut. Orang tua yang mengetahui masa emas anak dengan itu mereka memberikan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman selanjutnya. Pendidikan anak usia dini amat penting bagi keluarga untuk menciptakan generasi penerus keluarga yang baik dan berhasil.

(18)

3

mewarnai proses serta hasil pendidikan pada usia selanjutnya sehingga anak siap memasuki pendidikan SD.

Salah satu aspek perkembangan anak yang dapat dikembangkan sebagai bekal kehidupan sekarang dan masa yang akan datang adalah aspek perkembangan sosial karena manusia merupakan mahluk sosial yang tidak biasa hidup tanpa adanya interaksi dengan manusia lainnya. Plato (Nugraha, 2004: 113) "Secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial

(zoon politicon)". Dari lahirnya manusia ke dunia membutuhkan bantuan dokter atau bidan, perawat yang merawat bayi dan ibu sampai meninggal manusia membutuhkan bantuan orang lain. Hal tersebut membuktikan bahwa manusia membutuhkan bantuan orang lain, tak hanya keluarga tetapi orang-orang disekitar.

(19)

4

orang tua karena terbatasnya waktu, hal ini tentu mempengaruhi keterampilan sosial anak.

Sekolah full day menjadi jalan untuk orang tua menitipkan anak selama bekerja. Anak-anak dapat berinteraksi dengan lingkungan baru seperti berinteraksi dengan lingkungan sosial sekolah, sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat dijadikan media untuk memfasilitasi perkembangan sosial anak, yang dapat dilihat secara langsung melalui suatu proses pembelajaran serta memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pembentukan perkembangan manusia dalam setiap tahap tugas perkembangannya.

Peran sekolah dalam pengembangan keterampilan sosial anak adakalanya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan pengamatan di TK ABA Barahan Tirtorahayu Galur Kulon Progo Yogyakarta anak-anak masih membuat suatu kelompok, ketika bermain masih ada yang belum bisa mengalah, tidak sabar menunggu giliran. Anak dapat berbaur dengan temannya dan adapula yang tidak dapat berbaur dengan teman lainnya. Anak yang tidak dapat berbaur dengan teman akan terkucil dari yag lain.

(20)

5

menyatakan bahwa perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anak bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari atau proses ini disebut dengan sosialisasi.

Kegagalan anak dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya yang dalam hal ini adalah tugas untuk bersosialisasi, akan mengakibatkan pola perilaku yang tidak matang sehingga sulit diterima oleh kelompok. Dari observasi di TK ABA Barahan Tirtorahayu Galur Kulon Progo terdapat anak yang suka menyendiri, pendiam, tidak pandai berkomunikasi dengan orang lain. Anak yang memiliki sikap seperti itu akan sulit diterima oleh kelompok dan sulit untuk diajak bekerja sama.

(21)

6

Kegiatan pembelajaran dikelompok B masih didominasi individual, hal tersebut terlihat dari pembelajaran yang dominan menggunakan Lembar Kerja Anak (LKA), dan menekankan pada kemampuan kognitif seperti baca tulis hitung (Calistung). Pembelajaran kelompok jarang diterapkan di kelompok B di TK ABA Barahan. Dari permasalahan tersebut maka perlu dicari solusi untuk memperbaiki masalah tersebut. Salah satu metode untuk meningkatkan keterampilan sosial anak yaitu melalui metode proyek.

Dalam berkelompok salah satu anak menjadi pemimpin kelompok agar dapat sejalan dengan apa yang di inginkan untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Ahmadi dan Prasetya (1997: 70) mengemukakan bahwa metode proyek (unit) adalah suatu metode mengajar dimana bahan pelajaran diorganisasikan sedemikian rupa sehingga merupakan suatu keseluruhan atau kesatuan bulat yang bermakna dan mengandung suatu pokok masalah. Guru memberikan tugas proyek yang dikerjakan oleh anak-anak kemudian mendiskusikan dengan teman-temannya, berbagi tugas satu sama lain. Metode proyek dapat Meningkatkan keterampilan sosial anak melalui diskusi kelompok dengan begitu anak akan berinteraksi satu sama lain. Diskusi merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan keterampilan sosial anak.

(22)

7

serta memecahkan masalah yang dihadapi kelompok dan bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

Dari penjabaran di atas metode proyek dapat mengajak anak untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung, sehingga anak mendapatkan pembelajaran yang bermakna. Anak dapat berbagi dengan teman, saat mengerjakan tugas dapat menunggu giliran, bertanggungjawab menyelesaikan tugas bersama-sama, manjalin kontak dengan teman, kemampuan mengorganisasi sekelompok orang menuju suatu tujuan bersama.

Berdasarkan latar belakang yang di uraikan, maka penulis ingin mengambil judul “Meningkatkan Keterampilan Sosial Melalui Metode Proyek Kelompok B TK ABA Barahan Tirtorahayu Kulon Progo Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas dapat di identifikasi permasalahan-permasalahan yang timbul sebagai berikut :

1. Keterampilan sosial anak masih belum optimal.

2. Masih banyak anak yang bermain sendiri dibandingkan bermain bersama teman-temannya.

3. Kegiatan masih berpusat pada guru dan masih banyak menggunakan LKA. 4. Pembelajaran yang diberikan guru belum memberikan kesempatan anak

(23)

8 C. Batasan Masalah

Dari luasnya permasalahan yang ada maka dalam penelitian tindakan kelas ini masalah dibatasi hanya pada penerapan metode proyek sebagai upaya meningkatkan keterampilan sosial anak.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan temuan paparan diatas permasalahan secara umum dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana Peningkatan keterampilan sosial anak di TK ABA Barahan Tirtorahayu Galur Kulon Progomelalui metode proyek?.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak di capai adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial menggunakan metode proyek dalam meningkatkan keterampilan sosial pada anak TK ABA Barahan Tirtorahayu Galur Kulon Progo.

F. Manfaat Penulisan

Berpijak pada latar belakang penelitian, hasilnya diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dan para pendidik untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dibidang pendidikan anak usia taman kanak-kanak, lebih spesifik manfaat yang diharapkan diantaranya sebagai berikut:

(24)

9

1) Menambah wawasan guru mengenai metode pembelajaran dengan metode proyek yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial anak.

2) Memberi pengalaman pada guru dalam merancang metode proyek. b. Bagi Peneliti

(25)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Karakteristik Anak TK

Perkembangan dan pertumbuhan merupakan satu proses dalam kehidupan manusia yang berlangsung secara terus menerus sejak masa konsepsi sampai akhir hayat. Perkembangan anak usia Taman Kanak-kanak mulai usia empat samapai enam tahun merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Menurut Masitoh dkk (2005: 7) perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik dan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial emosional, dan perkembangan Bahasa. Mengenal karakteristik anak untuk kepentingan proses pembelajaran merupakan hal yang penting. Adanya pemahaman yang jelas tentang karakteristik anak akan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif. Berdasarkan pemahaman yang jelas tentang karakteristik anak, para guru dapat merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai perkembangan anak.

Anak TK memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, anak TK memiliki ciri khas tersendiri. Sehingga anak-anak diperlakukan khusus tidak seperti orang dewasa. Berbeda dengan M Ramli (2005: 67) karakteristik tersebut sebagai berikut:

(26)

11

Masa usia empat sampai enam tahun yang disebut masa pra sekolah karena pada masa ini anak umumnya belum masuk sekolah dalam pengertia yang sebenarnya.

b. Masa usia TK adalah masa pra kelompok

Masa usia TK disebut masa pra kelompok karena pada masa tersebut anak-anak belajar dasar-dasar keterampilan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial kelompok.

c. Masa usia TK adalah masa meniru

Pada masa ini anak-anak suka meniru baik perkataan ataupun tindakan orang-orang disekitarnya.

d. Masa usia TK adalah masa usia bermain

Sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan untuk bermain dengan mainannya. Dengan bermain anak anak-anak mengeksplorasi dengan lingkungannya. e. Masa usia TK memiliki keragaman

Anak-anak pada masa usia TK beragam tidak hanya dari segi individualistis mereka tetapi juga dari segi latar belakang budaya asal anak-anak tersebut.

Anak-anak memiliki keterampilan sosial yang berbeda, tidak semua anak memiliki keterampilan sosial yang baik. Setiap anak memiliki ciri yang berbeda-beda satu sama lain. Menurut Snowman (Indra Djati Sidi, 2004: 6), ada beberapa ciri sosial anak prasekolah atau TK meliputi:

a. Memiliki satu atau dua sahabat tetapi sahabat ini cepat berganti.

(27)

12

c. Anak yang lebih muda seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.

d. Pola bermain anak TK sangat bervariasi fungsinya sesuai dengan kelas sosial dan gender.

e. Perselisihan sering terjadi.

f. Telah menyadari peran jenis kelamin dan sex typing. Setelah anak masuk TK mereka berkembang terhadap perbedaan jenis kelamin dan peran dirinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak TK yaitu masa imitasi atau meniru apa yang di lihat dan di dengar, masa bermain, masa dimana anak memiliki keragaman yang berbeda dari satu anak dengan anak-anak lain.

B. Keterampilan Sosial

1. Pengertian Keterampilan Sosial Anak Taman Kanak-kanak

(28)

13

Baik di lingkungan keluarga, sekolah dan dimana saja jika anak terampil maka anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ahli lain Matson dan Ollendick (Afrianti, 2006) menerjemahkan keterampilan sosial sebagai kemampuan seseorang dalam beradaptasi secara baik dengan lingkungannya dan menghindari konflik saat berkomunikasi baik secara fisik maupun verbal. Anak yang terampil akan pandai membawa diri dalam berinteraksi dengan lingkungan dimana saja berada. Bahasa tubuh maupun verbal sangat berpengaruh dalam berinteraksi dengan anak lain. Anak-anak berkomunikasi dengan anak lain melalui Bahasa.

(29)

14

Perkembangan sosial memerlukan adanya sarana agar kemampuan sosial anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan lingkungan yang diharapkan, Kegiatan bermain secara berkelompok akan sangat membantu anak untuk bersosialisasi, belajar tentang keterampilan berkomunikasi. Dengan berbagai kegiatan dengan metode proyek dan kerjasama, maka keterampilan sosial anak akan terasah. Dari berbagai pengalaman yang di dapat anak akanmampu mengorganisasi suatu kelompok dan berinteraksi dengan baik yang akan bermanfaat bagi perkembangan kecerdasan anak baik itu berinisiatif, menyelesaikan masalah, belajar menerima teman, berkomunikasi dengan baik, dan belajar saling menghargai.

Bagi seorang anak, keterampilan dan kompetensi sosial merupakan faktor yang penting untuk memulai dan memiliki hubungan sosial dan dinilai oleh sebaya sebagai anak yang tidak memiliki kompetensi sosial, akan kesulitan dalam memulai dan menjalin hubungan yang positif dengan lingkungannya, bahkan boleh jadi akan ditolak atau diabaikan oleh lingkungannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang untuk berani berinteraksi dengan oran lain, dengan mengungkapkan perasaan atau permasalahan yang dihadapi kemudian dapat menemukan penyelesaian yang tepat.

(30)

15

(31)

16

a. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang disekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang.

b. Banyak dan bervariasinya pengalaman dalam bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.

c. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul.

d. Banyaknya pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya.

e. Adanya bimbingan dan penngajaran dari orang lain yang biasanya menjadi model bagi anak.

f. Adanya bimbingan dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh orang yang dapat dijadikan model bergaul yang baik bagi anak.

g. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.

h. Adanya kemampuan berkomunikasi yang dapat membicarakan topik yang dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain yang menjadi lawan bicaranya.

Dari uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial anak taman kanak-kanak di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yaitu dapat dari dalam maupun luar. Faktor dari dalam sudah ada sejak dilahirkan sedangan faktor dari luar ketika anak sudah dilahirkan, tercipta karena berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain sehingga pergaulan yang mempengaruhi keterampilan anak.

C. Metode Proyek

(32)

17

Beberapa metode pengajaran dapat diterapkan dalam pembelajaran anak usia dini. Salah satu metode yang dilakukan guru dalam membimbing peserta didik adalah metode proyek. Metode proyek merupakan salah satu metode pengajaran yang disarankan untuk digunakan pada pendidikan prasekolah. Metode proyek ini dikembangkan oleh William H. Kilpatrich (1974). Pengembangan metode tersebut mengacu kepada konsep learning by doing yang dikemukakan oleh John Dewey (1944). Menurut Moeslichatoen (2004: 137), metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok. Melalui metode proyek anak dapat memecahkan masalah dengan berdiskusi dengan kelompoknya. Guru hanya sebagai fasilitator yang menyediakan alat dan bahan untuk melaksanakan”proyek” berdasarkan minat dan kebutuhan anak.

(33)

18

Peserta didik merasa tertantang dan menarik untuk belajar, rasa ingin tahu anak bertambah besar.

Pelajaran melalui metode proyek dilakukan dengan cara menghubungkan sebanyak mungkin dengan pengetahuan yang telah diperoleh anak didik. Prinsip metode proyek adalah membahas suatu unit bahan pelajaran, ditinjau dari mata pelajaran lain (Syaiful Bahri, 2005: 233), Masing-masing anak mempertanggung jawabkan hasil yang di peroleh dalam diskusi kelompok maupun dalam proses mengerjakan proyek. Di sini salah satu anak menjadi pemimpin untuk memimpin jalannya pekerjaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode proyek adalah metode pembelajaran untuk memberikan anak pengalaman belajar dengan persoalan kehidupan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok dan bertahap.

2. Manfaat Metode Proyek

(34)

19

diantara anak-anak yang terlibat dalam proyek dan memberi kesempatan anak untuk mengembangkan etos kerja pada diri anak.

Menurut Yeni dan Euis (2005: 71), manfaat yang dapat kita ambil dari metode proyek ini, baik ditinjau dari pengembangan pribadi, sosial, intelektual, maupun pengembangan kreativitas, diantaranya:

a. Memberikan pengalaman kepada anak dalam mengatur dan mendistribusikan kegiatan.

b. Belajar bertanggungjawab terhadap pekerjaan masing-masing.

c. Memupuk semangat gotong royong dan kerjasama diantara anak-anak yang terlibat.

d. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan cermat.

e. Mampu mengeksplorasi bakat, minat, dan kemampuan anak.

f. Memberikan peluang kepada setiap anak baik individual maupun kelompok untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya, keterampilan yang sudah dikuasainya yang pada akhirnya dapat mewujudkan daya kreativitasnya secara optimal.

(35)

20 3. Tujuan Kegiatan Proyek Bagi Anak

Setiap metode pembelajaran masing-masing memiliki tujuan, seperti halnya metode proyek yang memiliki tujuan. Sesuai dengan manfaat penggunaan untuk mengembangkan metode proyek bagi anak, adapun tujuan dari metode proyek diterapkan pada anak usia dini menurut Moeslichatoen (2012: 143), sebagai berikut:

a. Mengembangkan kemampuan mengadakan hubungan dengan anak lain dalam kelompok, yang dapat menimbulkan kecenderungan berpikir, merasakan dan bertindak lebih kepada tujuan kelompok dari pada diri sendiri.

b. Memberi pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan penalaran.

Menurut Masitoh, Ocih Setiasih, dan Heny Djoehaeni (2005: 200) mengemukakan bahwa tujuan metode proyek bagi anak TK yaitu untuk meningkatkan kemampuan anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya, melatih anak untuk mengembangkan kemampuan anak untuk bekerjasama dengan teman dalam satu kelompok, dan metode proyek juga bertujuan untuk mengembangkan aspek moral anak dan mengembangkan siap disiplin anak terhadap tugas yang telah diberikan.

4. Kekurangan dan Kelebihan Metode Proyek

(36)

21 a. Kekurangan Metode Proyek

1) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertical maupun horizontal, belum menunjang pelaksaan metode ini.

2) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.

3) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.

4) Bahan pelajaran terlalu luas sehingga dapat mengaburkan pokok proyek yang dibahas.

b. Kelebihan Metode Proyek

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, (2002: 94), kelebihan metode proyek yaitu:

1) Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

2) Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

3) Metode proyek sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik modern yang dalam pengajaran perlu diperhatikan:

(37)

22

b. Bahan pelajaran tak terlepas dari kehidupan sehari-hari yang penuh dengan masalah.

c. Pengembangan aktivitas, kreativitas, dan pengalaman siswa banyak dilakukan. d. Agar teori dan praktek, sekolah dan kehidupan masyarakat menjadi satu

kesatuan yang tidak terpisahkan.

5. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Proyek

Langkah-langkah pelaksanaan metode proyek bagi anak Taman Kanak-kanak ada 3 tahap yaitu merancang persiapan yang dilakukan guru, merancang pelaksanaan kegiatan bagi anak, dan merancang penilaian kegiatan bagi anak. a. Rancangan Persiapan yang Dilakukan Guru menurut Moeslichatoen R (2004:

145-146) ada beberapa hal dalam merancang persiapan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengna menggunakan metode proyek yaitu :

1. Menetapkan tujuan dan tema kegiatan pengajaran dengan menggunakan metode proyek.

2. Menetapkan rancangan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan proyek. 3. Menetapkan rancangan pengelompokkan anak untuk melaksanakan kegiatan

proyek.

4. Menetapkan rancangan lengkah-langkah kegiatan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

5. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan pengajaran dengan metode proyek.

(38)

23

Menurut Moeslichatoen R (2004: 150), langkah-langkah pelaksanaan metode proyek ada 5 (lima) yaitu:

1. Menentukan tujuan dan tema kegiatan proyek yang harus dilakukan anak secara mandiri atau tim kecil (2 atau 3 orang anak) dan dapat disesuaikan sesuai jumlah anak-anak pembagian kelompok.

2. Menetapkan hasil yang diharapakan untuk masing-masing kegiatan sesuai dengan tujuan.

3. Menentukan cara mengerjakan masing-masing bagian pekerjaan yang harus diselesaikan.

4. Menentukan bahan dan alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

5. Memadukan kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan sesuatu karya sesuai dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai.

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan proyek diakhiri dengan merapikan alat dan bahan secara bersama-sama, dan guru membahas tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan anak-anak.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan langkah-langkah dalam kegiatan proyek adalah sebagai berikut perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

D.Kerangka Pikir

(39)

24

mengembangkan kemampuan anak dalam berbagai aspek perkembangan. Salah satu aspek perkembangan tersebut berkaitan dengan kemampuan sosial anak. Kemampuan sosial anak sangat penting untuk diajarkan sejak dini agar nantinya anak dapat hidup bersosialisasi dengan yang lain. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, hidup berdampingan dengan manusia lainnya.

Keterampilan sosial pada anak kelompok B TK ABA Barahan belum berkembnag secra optimal. Terlihat dari kegiatan pembelajaran, anak tidak dapat berbagi dengan temannya saat mendapat atau mempunyai sesuatu, anak pendiam, anak tidak sabar untuk mendapat gilirannya saat menggunakan fasilitas yang digunakan secara bergantian, saat bermain anak hanya bermain dengan kelompok duduknya saja. Kegiatan belajar yang masih didominasi kegiatan individual seperti baca tulis berhitung (calistung), dan Lembar Kerja Anak (LKA), menjadi faktor kurangnya keterampilan sosial anak.

Ada beberapa metode pembelajaran yang menarik salah satunya metode proyek. Dalam metode proyek untuk memecahkan masalah dalam kelompok, anak berdiskusi satu sama lain yang artinya anak melakukan kemampuan sosialnya untuk berdiskusi. Anak mengerjakan tugas sesuai pembagian tugas yang diberikan dan dikerjakan secara berkelompok. Proyek yang dikerjakan anak diantaranya membuat orang-orangan. Anak melaporkan hasil kerja kelompok dan guru mengevaluasi hasil kerja yang dilaksanakan oleh anak.

(40)

25

tugas untuk masing-masing anak dengan tujuan akhir yang sama yang harus dicapai. Melalui metode proyek tersebut diharapkan dapat membantu memecahkan permasalahan di Kelompok B TK ABA Barahan Tirtorahayu Galur Kulon Progo Yogyakarta mengenai kurang optimalnya keterampilan sosial anak.

Adapun bagan langkah-langkah tindakan tertera pada gambar sebagai berikut:

Berdasarkan kajian teori tersebut dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Keterampilan Sosial dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode proyek pada anak di TK ABA Barahan Tirtorahayu Galur Kulon Progo Yogyakarta”.

(41)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang memiliki tujuan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru itu sendiri, yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya (Suroso, 2009: 29).

Penelitian ini merupakan kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas kelompok B TK ABA Barahan Tirtorahayu Galur Kulon Progo untuk memperbaiki metode pembelajaran sehingga menjadi efektif. Dalam penelitian tindakan kelas peneliti sebagai pengamat kemudian hasilnya dicermati untuk mengetahui perkembangan keterampilan sosial melalui kerjasama kelompok di kelas sebagai upaya untuk mengetahui hasil sebelum dan sesudah menggunakan metode proyek dalam meningkatkan keterampilan sosial pada anak kelas B di TK ABA Barahan Tirtorahayu Galur Kulon Progo.

B. Subjek Penelitian

(42)

27 C. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di TK ABA Barahan Tirtorahayu Galur Kulon Progo Yogyakarata. Penelitian dilaksanakan pada anak kelompok B.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada semester satu (genap) tahun ajaran 2016/2017, pada bulan Juli sampai dengan agustus. Waktu penelitian kurang lebih dua bulan.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc Taggart yang telah dikembangkan sendiri oleh peneliti. Adapun alur pelaksanaan tindakan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dijelaskan pada gambar model penelitian Kemmis dan Mc Taggart.

Gambar 2.

(43)

28 Keterangan:

1. Perencanaan I

2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi I

4. Perencanaan II

5. Tindakan dan Observasi II 6. Refleksi II

Dari gambar model penelitian Kemmis dan Mc Taggart dapat dijelaskan dalam penelitian meningkatkan keterampilan sosial anak, yaitu:

1. Perencanaan

Rencana tindakan umumnya bersifat fleksibel. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 17), perencanaan adalah menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, merencanakan tindakan ini, sebaiknya dilakukan dengan kolaborasi bersama pihak yang berkompeten. Adapun perencanaan yang diperlukan sebagai berikut :

a. Menyusun Rencana Kegiatan Harian sebagai acuan dalam kegiatan belajar.

b. Mempersiapkan area, alat, dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran.

(44)

29 2. Tindakan

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 99), tindakan adalah implementasi atau penerapan isi rancangan dengan tindakan di kelas yang mengalami masalah. Tindakan dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali. Dalam penelitian ini, guru kelas yang melakukan tindakan dengan metode proyek berdasarkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah disusun. Peneliti mengamati partisipasi mengamati dan aktivitas belajar anak pada saat pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan sosial anak.

3. Pengamatan

Observasi dilakukan peneliti dengan menggunakan pedoman observasi. Menurut Acep Yoni, dkk. (2010: 171), observasi dilakukan untuk mengamati keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana partisipasi dan aktivitas belajar siswa mengenai keterampilan sosial pada saat pembelajaran dengan menggunakan metode proyek serta perubahan apa yang terjadi.

4. Refleksi

(45)

30

apakah siklus penelitian akan ditambah atau sudah cukup sesuai yang diharapkan sudah mencapai indikator keberhasilan.

E.Metode Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto (2005: 100) menyatakan bahwa metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Metode-metode tersebut antara lain; angket (questioner), wawancara atau interview, pengamatan (observation), ujian (tes), dokumentasi (documentation), dan lain sebagainya. Data yang dilakukan peneliti ini dikumpulkan peneliti melalui observasi dan dokumentasi. Data ini bersumber dari interaksi peneliti dengan siswa TK ABA Barahan Galur Tirtorahayu Kulon Progo kelompok B dan diskusi bersama kolaborator selama melakukan tindakan.

1. Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara parsitipatif ataupun non parsitipatif. Observasi diartikan sebagai pengamat dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2010: 158).

(46)

31

berlangsung, dan semua aktivitas kegiatan pembelajaran dicatat untuk mempermudah menganalisis data.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan yang sudah berlalu, bias berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang (Sugiyono, 2008: 29). Dalam penelitian ini peneliti mengambil gambaran secara nyata tentang kegiatan anak dalam peningkatan keterampilan sosial pada saat proses pembelajaran serta memperkuat data yang telah diperoleh.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian (Wina Sanjaya, 2009: 84).

Peneliti mengambil instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan catatan tentang perkembangan siswa yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Wina Sanjaya, 2009: 86).

(47)

32

Tabel 1. Lembar Observasi Peningkatan Keterampilan sosial melalui metode proyek

Tabel 2. Rubrik penilaian keterampilan sosial anak

No Indikator Skor Deskripsi

1 berbagi dengan teman

4 anak mau berbagi dengan teman dengan inisiatif sendiri

3 anak mau berbagi dengan teman tanpa memilih

2 anak mau berbagi dengan teman dengan arahan guru

1 anak sama sekali tidak mau berbagi dengan teman

2 menunggu giliran

4 anak dengan sabar menunggu giliran tanpa mengeluh

3 anak mau menunggu giliran

2 anak menunggu giliran dengan arahan guru 1 anak sama sekali tidak mau menunggu

giliran

3

bergabung bermain bersama

teman

4 bergabung bersama teman atas kemauan sendiri tanpa memilih-milih 3 anak bergabung bermain bersama tanpa

arahan guru

(48)

33 G.Metode Analisis Data

Kegiatan analisis data dalam penelitian tindakan kelas bertujuan untuk membuktikan tentang ada tidaknya perbaikan yang dihasilkan setelah dilakukan penelitian tindakan. Dengan adanya analisis data, maka dapat diketahui seberapa besar mengenai peningkatan kualitas pembelajaran.

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data deskiptif kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data kualitatif menggunakan model Miles dan Hubberman (Sugiyono, 2010: 91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan dilakukan secara terus menerus sampai tuntas. Pengumpulan data kuantitatif diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan pada saat tindakan berlangsung. Analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar anak sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru (Wina Sanjaya, 2011 : 106). Data kuantitatif yang diperoleh peneliti menggunakan instrumen lembar observasi yang telah ditentukan peneliti. Data observasi yang diperoleh dihitung kemudian dipersentase. Dalam hal ini, analisis data kuantitatif yang digunakan oleh peneliti adalah rumus penilaian menurut Ngalim Purwanto (2006: 102) yaitu sebagai berikut :

Keterangan

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor Mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor Minimum ideal dari tes yang bersangkutan

(49)

34 100 = Bilangan tetap

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini, yaitu:

1. Hasil observasi diberi skor (4, 3, 2, 1) pada setiap masing-masing indikator keterampilan sosial.

2. Masing-masing indikator dihitung rata-rata kemampuan anak menggunakan rumus di atas pada setiap siklus tindakan yang direncanakan empat pertemuan.

3. Persentase keberhasilan dihitung dengan cara skor pada setiap indikator dijumlah lalu dibagi dengan skor maksimal.

4. Hasil persentase setiap indikator tersebut akan menghasilkan rata-rata ketercpaian anak pada setiap pertemuannya.

5. Analisis data diambil berdasarkan hasil persentase rata-rata keterampilan sosial pada setiap pertemuan kemudian dihitung peningkatan skornya. 6. Hasil peningkatan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Keberhasilan dalam penelitian ini apabila adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Anas Sudijono (2010: 43), menyatakan bahwa data diinterpretasikan ke dalam 4 tingkatan, yaitu:

1. Kriteria baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 80% - 100%. 2. Kriteria cukup, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 60% - 79%. 3. Kriteria kurang, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 30% - 59%. 4. Kriteria tidak baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 0% -

(50)

35 H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah ditandai meningkatnya kemampuan keterampilan sosial anak dilihat selama proses pembelajaran berlangsung dengan hasil persentase mencapai 80% dari jumlah anak pada masing-masing indikator keterampilan sosial. Indikator dalam penelitian ini dikembangkan mengacu pada Tim Pusdi PAUD lemlit UNY (2009: 8).

Adapun indikator keterampilan sosial dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Berbagi dengan teman. 2. Menunggu giliran.

(51)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di TK ABA Barahan, yang beralamatkan di Dusun Barahan Desa Tirtorahayu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Secara geografis letak sekolah ada di wilayah strategis, persisnya berada di dekat balai desa dan dekat dengan rumah penduduk, sehingga letak TK ABA Barahan mampu mengakomodasi kebutuhan pendidikan anak usia dini pada anak-anak di sekitar Desa Tirtorahayu Kecamatan Galur. TKA ABA Barahan ini memiliki dua kelas, terdiri kelompok A ada satu kelas dan kelompok B ada satu kelas. Jumlah anak secara keseluruhan ada 30 anak, dengan jumlah tenaga pendidik 3 orang.

Gedung TK ABA Barahan terdiri dari bangunan satu lantai, memiliki 4 ruang, terdiri dari 2 ruang kelas, 1 ruang bermain, dan 1 ruang kantor. Selain itu TK juga memiliki 1 ruang dapur dan 2 kamar mandi. Sarana dan prasarana sudah memadai dan tertata dengan baik, dan memiliki halaman yang cukup luas untuk anak-anak bermain di halaman sekolah. Kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan di TK ini meliputi tahapan pencapaian perkembangan kognitif, motorik, moral dan sosial. Kurikulum pembelajaran di TK ABA Barahan Galur Kulon Progo menggunakan kurikulum pembelajaran tahun 2010. Selain program pembelajaran yang dilaksanakan, juga terdapat kegiatan ekstra seperti iqro dan menari.

(52)

37

dan wiraswasta. Latar belakang pendidikan orang tua murid juga berbeda-beda, mulai dari lulusan SD, SMP, SMA, dan juga sarjana. Hal tersebut mempengaruhi kondisi perekonomian keluarga yang bervariatif.

Berdasarkan pengamatan peneliti yang dilakukan TK ABA Barahan Tirtorahayu Galur terkait dengan perkembangan anak khususnya dikelompok B, permasalahan yang muncul dan mendominasi di kelas tersebut adalah mengenai perkembangan keterampilan sosial dalam hal ini khususnya berinteraksi dengan teman masih memerlukan bimbingan agar potensi yang terpendam pada diri anak terutaman dalam bergaul dengan teman dapat berkembang sehinnga kelak anak dapat bersosialisasi dengan percaya diri.

B. Deskripsi Subyek Penelitian

(53)

38

dengan temannya. Anak-anak belum menunjukkan sikap yang sesuai dengan aturan yang disepakati sehingga ketika bermain cenderung terjadi perselisihan yang membuat tidak dapat diterima oleh anak-anak lain.

Ketika bermain anak asyik sendiri dengan mainannya, kurang memperhatikan keberadaan teman, ketika mempunyai sesuatu anak tidak mau berbagi dengan temannya, begitu pula mendapatkan sesuatu anak saling berebut untuk menjadi yang pertama, tidak ada yang mau mengalah. Ketika mendapat tugas dari guru anak menyepelekan tugas tersebut, anak-anak belum dapat menyelesaikan masalah atau konflik yang terjadi pada diri sendiri atau temannya. Ditemui saat dilapangan terdapat anak yang menangis karena bertengkar dengan teman anak yang lain hanya melihat dan diam. Saat dibimbing untuk berdamai anak yang mendapati konflik dengan temannya lebih memilih menghindar untuk diajak berdamai. Anak belum dapat dipisahkan dengan teman dekatnya, utntuk duduk bersama teman yang lain. Walaupun sudah diarahkan guru untuk duduk dengan teman lain anak kembali duduk dengan teman dekatnya.

Komunikasi sosial yang terjalin dilapangan saat pengamatan pratindakan beberapa anak aktif berkomunikasi pada teman dekatnya saja. Begitu juga saat bermain anak terlihat hanya bermain dengan teman dekatnya atau yang disukai. Beberapa anak justru cenderung diam dan hanya melihat temannya bermain walau sudah diajak bermain.

(54)

39

refleksi untuk menentukan perencanaan dalam pembelajaran pada Siklus 1. Beberapa permasalahan yang ditemukan adalah sebagai berikut :

a. Kepekaan sosial anak masih belum optimal terlihat pada anak yang sebagian anak belum memberi perhatian kepada semua teman di kelas. Hanya satu dua anak yang memiliki pemahaman yang baik. Terlihat mereka berteman dan dekat siapa saja tanpa memilih. Ketika memilih meja belajar mereka juga tidak memilih dengan siapa akan duduk. Membagi bekal pada teman yang tidak membawa tanpa memandang teman dekat atau yang disukai. Anak yang lain membutuhkan bimbingan teerlebih dahulu untuk melakukan hal tersebut.

b. Pemahaman sosial anak juga belum optimal, beberapa anak belum dapat bekerjasama ketika belajar bersama. Anak-anak masih suka berebut mainan dan alat tulis. Ketika berkelompok anak masih memilih-milih teman kelompoknya. Terlihat saat terjadi konflik anak-anak masih sulit berdamai walau sudah dibimbing guru.

c. Komunikasi sosial anak yang terjalin didalam Kelompok B masih kurang, terjadi pada beberapa anak yang cenderung pemalu mereka lebih suka menjadi penonton ketika temannya bermain. Walaupun sudah didekati teman lebih sering mereka hanya diam atau menjawab dengan mengangguk.

(55)

40

Meningkatkan keterampilan sosial anak dengan menggunakan metode proyek diharapkan dapat menarik minat anak untuk mengenal dan berinteraksi dengan teman sehingga keterampilan anak dapat meningkat dengan baik.

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Data Awal Keterampilan Sosial Anak Kelompok B TK ABA Barahan Tirtorahayu Galur Sebelum Tindakan

Peneliti melakukan pengamatan terhadap tingkat keterampilan sosial anak sebagai langkah awal sebelum diadakan penelitian tindakan kelas. Peneliti melakukan pengamatan terlebih dahulu pada tanggal 8 Februari 2016. Keterampilan sosial anak yang diamati terdiri dari 3 kemampuan yaitu berbagi dengan teman, menunggu giliran, dan bergabung bermain bersama. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar observasi, dengan skor 4 untuk anak yang memiliki keterampilan sosial yang sangat baik, skor 3 untuk anak yang memiliki keterampilan sosial yang baik, skor 2 untuk anak yang memiliki keterampilan sosial yang cukup, dan skor 1 untuk anak yang memiliki keterampilan sosial yang kurang baik. Berdasar pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kondisi keterampilan sosial anak-anak masih perlu mendapat stimulasi agar dapat berkembang secara optimal.

Pada tahap ini peneliti dan kolaborator mengamati keterampilan sosial anak kelompok B TK ABA Barahan. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada saat observasi adalah sebagai berikut:

(56)

41

Kegiatan awal dimulai dengan berbaris didepan kelas, anak memasuki kelas satu persatu. Anak-anak membaca doa bersama dengan salah satu anak memimpin doa selanjutnya anak-anak bernyanyi bersama dan presensi.

Setelah bernyanyi bersama guru mengkondisikan anak untuk mendengarkan aperesepsi guru bagian-bagian tubuh. Pada awalnya anak terlihat memperhatikan, lama kelamaan anak mulai bosan dengan apersepsi guru yang terlalu lama. Anak-anak asyik berbicara sendiri dengan temannya.

b. Kegiatan Inti

Setelah guru melakukan apresepsi dan tanya jawab, kemudian guru menjelaskan bagian-bagian tubuh mulai dari atas sampai bawah selanjutnya guru mengelompokkan sesuai dengan kelompoknya. Kemudian secara berkelompok anak-anak mencoba menjelaskan dan menunjuk bagian-bagian tubuh seperti yang dicontohkan guru.

(57)

42

menangis ketika guru berbicara dengan tentang pentingnya berbagi bersama teman.

c. Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir di isi dengan mengukur tinggi badan dan berat badan anak. Guru menjelaskan untuk berbaris bergantian untuk menimbangkan akan tetapi anak-anak berebut untuk saling mendahului. Kemudian guru bersama anak mengulas kegiatan sehari, dilanjutkan dengan doa yang dipimpin salah satu anak, memberi salam, dan berjabat tangan sebelum meninggalkan kelas.

2. Hasil Observasi Keterampilan sosial Anak Pratindakan

Hasil observasi keterampilan sosial anak pratindakan anak Kelompok B TK ABA Barahan Galur Kulon Progoyang dilakukan pada tanggal 8 Februari 2016 dengan menggunakan instrumen lembar observasi checklist disajikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3. Rekapitulasi Data Keterampilan sosial Anak Pratindakan

No Aspek Penilaian Presentase (%)

1 Berbagi dengan teman 43,75%

2 Menunggu Giliran 45 %

3 Bergabung bermain bersama teman 37,5 %

Rata-rata 42,08 %

Indikator Keberhasilan 80,00%

(58)

43

landasan peneliti untuk meningkatkan keterampilan sosial anak Kelompok B melalui metode proyek. Dari data pada tabel 3 yang berupa hasil observasi pratindakan keterampilan sosial anak kelompok B dapat diperjelas melalui grafik di bawah ini.

Gambar 3.

Grafik Persentase Keterampilan sosial Pratindakan.

Berdasarkan grafik pratindakan peningkatan keterampilan sosial anak TK ABA Barahan terlihat keterampilan sosial anak rendah dibawah 50%. Untuk mencapai kriteria baik persentase harus mencapai 80% mencakup semua indikator. Berbagi dengan teman, menunggu giliran, dan bergabung bermain bersama teman, 3 indikator tersebut yang menjadi acuan peneliti untuk meningkatkan keterampilan sosial anak TK ABA Barahan.

D.Hasil Penelitian 1. Tindakan Siklus I

0

(59)

44

Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan yaitu pada hari Kamis tanggal 21 Juli 2016 dan Sabtu 23 Juli 2016. Setiap pertemuan anak mengerjakan proyek secara berkelompok. Metode proyek pada Siklus I yaitu membuat orang-orang dari kardus bekas. Sebelumnya guru dan peneliti mempersiapkan rancangan persiapan yang akan dilaksanakan pada kegiatan proyek yaitu, menetapkan bahan dan alat yang dilakukan sebelum proyek, menetapkan rancangan persiapan yang akan dilaksanakan pada kegiatan proyek. a. Perencanaan Tindakan

Peneliti dan guru melakukan rencana sebelum kegiatan untuk menjadi acuan sebelum melakukan kegiatan. Pada tahap perencanaan tindakan, hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Membuat rencana kegaiatan harian (RKH) bersama guru tentang materi yang diajarkan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. Rencana kegiatan harian (RKH) digunakan oleh guru sebagai acuan dalam penyampaian pembelajaran yang akan dilaksanakan pada Siklus I.

b. Mempersiapkan rancangan proyek untuk Siklus II. Menyiapkan tema yang akan digunakan dalam proyek, menyiapkan alat dan bahan, menetapkan rancangan kelompok oleh guru.

c. Mempersiapkan lembar observasi yang akan digunakan untuk memperoleh data selama penelitian berlangsung.

d. Menyiapkan kelengkapan peralatan dokumentasi kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung seperti kamera.

(60)

45

Saat pelaksanaan penelitian tindakan Siklus I peneliti berkolaborasi dengan guru. Tugas peneliti adalah mengamati, menilai dan mendokumentasikan kegiatan saat anak sedang melakukan kegiatan proyek. Tugas guru yakni melaksanakan kegaitan belajar mengajar sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang disusun bersama peneliti dan melaksanakan langka-langkah proyek seperti yang sudah di rencanakan. Sebelum memulai kegiatan proyek guru terlebih dahulu melaksanakan kegiatan pra pengembangan seperti menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, membuat kelompok anak dan membuat deskripsi tugas masing-masing kelompok. Berikut deskripsi proses pelaksanaan tindakan Siklus I. Sebelum masuk kelas, anak berbaris didepan kelas. Setelah itu anak masuk dan duduk di kursi masing-masing. Guru memimpin doa bersama anak-anak.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 Juli 2016 dengan tema diri sendiri. Saat kegiatan inti, salah satunya adalah kegiatan proyek tentang diri sendiri. Anak mengikuti apersepsi guru mengenai bagian-bagian yang ada ditubuh . Pada pertemuan I proyek yang dibuat adalah proyek membuat orang-orangan. Anak mendengarkan deskripsi guru tentang rancangan kegiatan proyek dan deskripsi pembagian tugas.

(61)

46

untuk berbaris dengan rapi dan tertib. Kegiatan diluar kelas selesai menuju kegiatan inti, anak-anak memasuki kelas dengan tertib. Anak-anak membuat kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 anak sehingga terdapat 3 kelompok dalam satu kelas. Bahan dan alat yang sudah disediakan oleh guru dan peneliti yaitu, kardus bekas, spidol dan gunting. Tiap anak mempunyai tugas masing-masing sesuai dengan deskripsi guru yaitu satu anak membuat pola orang, dua anak membuat baju dengan kain perca, satu anak menggunting pola dan dua anak menggunting baju.

Enam anak masih ingin membuat pola baju sendiri, tanpa mau berbagi dengan teman kelompoknya. Lat ingin membuat pola sendiri dan juga tidak sabar untuk menunggu giliran untuk menggunting. Lat tidak dapat diajak bekerja sama dalam kelompok, masih memikirkan diri sendiri. Akan tetapi masih dapat bermain bersama teman-teman, hanya saja masih memilih teman.

(62)

47

kegiatan dilakukan diluar ruangan. Kegiatan dilakukan bergantian perkelompok, akan tetapi anak-anak saling berebut untuk melukis kakinya masing-masing tanpa memikirkan teman kelompoknya. Ada tujuh anak yang tidak dapat berbagi cat dengan teman kelompoknya. Hal tersebut dapat terkondisikan dengan arahan guru, akan tetapi anak-anak merasa senang dengan kegiatan melukis kaki diatas kertas putih.

c. Observasi

Proses pembelajaran Siklus I dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dan mengalami beberapa kendala. Awalnya anak tampak antusias saat mengetahui mengenai pembelajaran yang akan dilakukan yaitu dengan metode proyek. Pada saat pembagian kelompok. Beberapa anak tidak bersedia dikelompokan dengan teman lain sehingga pada Siklus I pembagian kelompok ditentukan oleh anak. Guru kembali mengkondisikan anak untuk kembali melaksanakan pembelajaran menggunakan metode proyek.

(63)

48

Berdasarkan pengamatan selama penggunaan metode proyek pada Siklus I awalnya anak belum paham dengan kegiatan yang berjalan sehingga pembagian tugas dalam kelompok tidak berjalan lancar, beberapa anak sulit untuk dipisahkan dari teman dekatnya untuk berkelompok dengan teman yang lain, anak yang tidak dekat dengan teman satu kelompok terlihat tidak memberi perhatian baik secaraverbal atau non verbal untuk membantu teman yang kesulitan dalam tugasnya.

Terjadi beberapa konflik dan masalah seperti bertengkar dengan teman satu kelompok, anak belum dapat menerima teman satu kelompoknya dan meributkan pembagian tugas dalam kelompok. Guru cenderung menuruti permintaan anak, beberapa anak justru memilih menghindar atau diam saja ketika dibimbing untuk menyelesaikan masalah. Beberapa anak sudah terlihat dewasa dalam menghadapi konflik atau masalah dirinya atau teman dikelas. Hal tersebut ditunjukan dengan mau mengalah dan membimbing teman yang bertengkar untuk berdamai.

Komunikasi yang terjalin antar teman satu kelompok, saat kegiatan dengan metode proyek belum terlihat mengalami peningkatan. Beberapa anak masih terlihat belum mencapai indikator penilaian. Anak hanya diam saja walaupun teman sudah mengajak berdiskusi dan bercerita kecuali pada teman dekatnya.

(64)

49

Hasil observasi pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I

No Aspek Penilaian

Siklus 1 Jumlah 3 Bergabung bermain

bersama teman 52.5% 63.75% 84.37% Baik

Rata-rata 49.16% 54.58% 76.37% Cukup

Indikator Keberhasilan Cukup

Berdasarkan tabel hasil pengamatan tindakan siklus I dapat dilihat keterampilan sosial anak belum optimal, dapat diketahui berbagi dengan teman anak mencapai 48.75% , menunggu giliran anak mencapai 46.25% dan bergabung bermain bersama teman 52.5% . hasil rata-rata kelas yang dicapai 76.45% hasil tersebut belum mencapai batas kriteria yang akan dicapai peneliti sebesar 80%. Dari data tabel 4 yang berupa hasil observasi Siklus I keterampilan sosial anak Kelompok B dapat diperjelas melalui grafik dibawah ini :

Gambar 4.

Grafik Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Siklus I

Berbagi dengan teman

Menunggu Giliran

(65)

50

Grafik Persentase peningkatan keterampilan sosial anak Siklus I

Berdasarkan grafik peningkatan keterampilan sosial di Siklus I terlihat bergabung bermain bersama teman paling tinggi dalam persentasenya di pertemuan ke dua. Dua indikator mengalami peningkatan yaitu menunggu giliran dan bergabung bermain bersama teman, berbeda dengan berbagi dengan teman yang mengalami penurunan. Dengan melihat grafik maka terlihat jelas indikator yang harus ditingkatkan akan tetapi dapat mempertahankan yang sudah baik.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti dengan guru pada akhir Siklus 1, secara umum keterampilan sosial anak belum berkembang secara optimal. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada siklus I belum mencapai 80% dari jumlah anak hingga perlu dilaksanakan tindakan perbaikan pada siklus II.

Adapun permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung sebagai berikut :

a) Anak memilih anggotanya sendiri, karena anak belum dapat menerima pemilihan anggota berdasarkan pengelompokan yang dibuat guru.

(66)

51

c) Kurangnya pemberian motivasi dan penguatan kepada anak saat tindakan atau pembelajaran di sekolah.

Proses pembelajaran pada Siklus I masih memiliki beberapa kekurangan, sehingga perlu dilakukan pada Siklus II untuk mencapai hasil yang optimal. Diperlukan beberapa langkah-langkah untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan dilakukan pada Siklus II. Berikut langkah-langkah perbaikan yang akan dilaksanakan pada Siklus II :

a) Guru mengelompokan anak sesuai dengan kriteria yang ditentukan guru dan memberi motivasi kepada anak agar mau berkelompok dengan teman yang sudah ditentukan guru.

b) Guru melakukan berbagai tindakan pada Siklus II yang tidak dilakukan pada Siklus II, yaitu memberi pengarahan kepada anak agar lebih dekat satu sama lain baik saat tindakan dan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas agar bersedia apabila dalam pembelajaran dikelompokan dengan teman lain.

c) Pada siklus II guru perlu memberi motivasi kepada anak dengan cara memberikan reward berupa biscuit kepada anak yang dapat bekerjasama dengan baik saat berlangsungnya yaitu kegiatan proyek.

2. Tindakan Siklus II a. Perencanaan Tindakan

(67)

52

Rencana Kegiatan Harian (RKH) digunakan oleh guru sebagai acuan dalam penyampaian pembelajaran yang akan dilaksanakan pada Siklus II. 2) Mempersiapkan rancangan proyek untuk Siklus II, menyiapkan tema yang

akan digunakan dalam proyek, menyiapkan alat dan bahan, menetapkan rancangan kelompok oleh guru.

3) Mempersiapkan lembar observasi yang akan digunakan untuk meperoleh data selama penelitian berlangsung.

4) Menyiapkan kelengkapan peralatan dokumentasi kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung seperti kamera.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan penilitian tindakan siklus II peneliti berkolaborasi dengan guru. Tugas peneliti adalah mengamati, menilai dan mendokumentasikan kegiatan anak ketika sedang melakukan kegiatan proyek. Tugas guru yakni melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang disusun bersama peneliti. Sebelum dilaksanakan proyek pada Siklus II seperti biasa guru melaksanakan kegiatan pra pengembangan seperti penyiapan alat dan bahan sebelum proyek dilaksanakan anak, membagi kelompok, dan menyusun deskripsi pekerjaan masing-masing kelompok. Berikut deskripsi pelaksanaan tindakan Siklus II :

(68)

53

dan penjelasan kepada anak-anak agar bersedia dengan kelompok yang ditentukan guru. Terdapat 3 kelompok dalam satu kelas masing-masing kelompok membuat pakaian lengkap dengan hiasannya. Guru memberi penguatan di sela-sela kegiatan juga menjanjikan reward berupa biskuit kepada anak setelah proyek selesai.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa 26 Juli 2016, dengan tema dan sub tema yang sama pada pertemuan pertama. Pertemuan kedua anak-anak membuat proyek rambut. Guru tidak lupa memberi penguatan dan motivasi kepada anak untuk dapat saling bekerjasama dengan teman sekelompok, dan dapat menyelesaikan tugas kelompok bersama.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung, terutama saat anak-anak mengerjakan proyek. Seluruh anak sudah mengikuti kegiatan proyek sesuai dengan rancangan yang dibuat oleh guru dan penliti. Mulai dari proyek membuat orang-orangan, rambut. antusias anak lebih terlihat pada Siklus II karena anak-anak sudah mulai lebih dekat satu sama lain, anak sangat senang karena membuat hasil karya dari kegiatan bersama teman-teman dan guru menjanjikan reward berupa biskuit pada akhir kegiatan proyek.

(69)

54

kelompok awalnya anak-anak tampak ada yang kurang senang karena tidak sekelompok dengan teman dekatnya, tetapi guru memberi penguatan atau motivasi kepada anak dan berjanji memberika reward berupa biskuit kepada anak yang dapat bekerjasama dengan baik bersama teman satu kelompok. Hampir semua anak sudah menunjukan ketiga aspek keterampilan sosial pada skor 3 yaitu sesuai dengan indikator. Anak merasa senang karena selain pembelajaran yang berbeda dari biasanya juga anak sudah mulai dekat satu sama lain.

Interaksi sosial dengan teman mengalami peningkatan yang baik, anak-anak menunjukan perhatian kepada teman tidak hanya kepada teman dekat tetapi juga teman satu kelompok yang awalnya belum begitu dekat. Sebagian anak menunjukan interaksi sosial yang sangat baik, pada akhir pertemuan pada Siklus II terdapat 13 anak dapat menunjukan perhatian kepada teman baik secara verbal maupun non verbal. Hal tersebut dapat terlihat ketika anak membantu teman saat kesulitan, meminjamkan alat tulis dan memberi semangat kepada teman yang belum menyelesaikan tugas dalam proyek. Sementara itu ada 1 anak yang terlihat masih belum menunjukan perhatian kepada semua teman tetapi hanya teman dekatnya saja.

(70)

55

temannya bertengkar, seperti ketika dijumpai beberapa kali pada Siklus I. terdapat 15 anak dapat menunjukan peningkatan yang sangat baik, anak-anak mulai dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi seperti kesulitan dalam tugasnya, anak-anak sudah memiliki inisiatif untuk bertanya kepada teman dan meminta tolong bantuan teman.

Saat anak mengalami konflik dengan teman, anak mulai menunjukan sikap baiknya untuk meminta maaf terlebih dahulu atau mengalah. Sementara terdapat 1 anak, masih menunjukan sulit untuk berdamai ketika terjadi konflik dan anak belum dapat menerima masalah walau sudah dibimbing guru untuk menyelesaikannya.

Komunikasi sosial anak mengalami peningkatan yang baik, pada Siklus II anak-anak mulai terlihat berdiskusi dan bercanda di sela-sela kegiatan proyek. Suasana belajar dalam kelompok proyek mulai mencair pada saat pertemuan kedua. Terdapat 17 anak dapat memberikan pendapat kepada teman walau tidak di dekati terlebih dahulu dan dapat menjadi pendengar yang baik untuk temannya. Satu anak masih belum mencapai indikator , terlihat anak masih pasif dalam kelompok, anak akan berbicara apabila ditanya terlebih dahulu oleh temannya. Anak hanya mau berbicara atau memberikan pendapatnya terlebih dahulu pada teman dekatnya saja.

(71)

56 Tabel 5. Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II No Aspek Penilaian

Siklus II Jumlah 3 Bergabung bermain

bersama teman 77.5% 93.75% 85.62% Baik

Rata-rata 78.33% 94.58% 86.45% Baik

Indikator Keberhasilan Baik

Berdasarkan tabel hasil pengamatan siklus II diperoleh data bahwa berbagi dengan teman anak mengalami peningkatan yang sangat baik, pada aspek berbagi dengan teman dan bergabung bermain bersama teman juga mengalami peningkatan yang baik. Berbagi dengan teman pada Siklus II menjadi 86.25% , menunggu giliran 87.5%, dan bergabung bermain bersama teman menjadi 85.62%. Rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 86.45% dengan kriteria baik. Dari data tabel 5 yang berupa hasil observasi Siklus II keterampilan sosial anak Kelompok B dapat diperjelas melalui grafik dibawah ini :

Gambar 5.

Grafik Persentase peningkatan keterampilan sosial anak Siklus II 0

Grafik Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Siklus II

Berbagi dengan teman

Menunggu Giliran

(72)

57

Berdasarkan grafik peningkatan keterampilan sosial anak siklus II dapat dilihat bergabung bermain bersama teman mengalami peningkatan yang sangat baik. Hasil yang ditunjukan pada Siklus II juga lebih bagus bila dibandingkan Siklus I karena presentase Siklus II lebih besar dari pada presentase Siklus I. Siklus II sudah mencapai keberhasilan yang diharapkan.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi pada Siklus II lebih mengarah pada evaluasi proses dan pelaksanaan setiap tindakan. Secara keseluruhan pelaksanaan Siklus II berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan guru dapat disimpulkan bahwa pengunaan metode proyek untuk meningkatkan keterampilan sosial anak telah menunjukan keberhasilan. Keberhasilan tersebut dapat ditunjukan pada tabel dibawah ini.

Tabel 6. Hasil Observasi Pratindakan, Siklus I dan Siklus II

No Aspek Penilaian

Pertemuan

(73)

58

Berdasarkan tabel diatas diperoleh data bahwa semua indikator mengalami peningkatan yang sangat baik, aspek yang terlihat menonjol dalam mengalami peningkatan bergabung bermain bersama teman skor pratindakan 37,5% menjadi 84.37% pada Siklus I dan pada Siklus II meningkat menjadi 85.02%. Persentase pada Siklus II membuktikan bahwa semua aspek sudah mencapai target 80% dengan kriteria baik.

Dari data Tabel 6 yang berupa hasil observasi Siklus II keterampilan sosial anak Kelompok B dapat diperjelas melalui grafik dibawah ini:

Gambar 6.

Grafik persentase Keterampilan Sosial anak sebelum tindakan, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat adanya peningkatan hasil ada setiap Siklus serta pencapaian indikator keberhasilan pada Siklus II yang telah mencapai 80%. Hasil yang ditunjukan pada Siklus II juga lebih bagus bila

0

Pratindakan Siklus I Siklus II

(74)

59

dibandingkan dengan Siklus I karena prosentasi Siklus II lebih besar dari pada Siklus I.

Pembelajaran pada Siklus II telah diadakan perbaikan-perbaikan untuk mencapai indikator, perbaikan tersebut antara lain, pengelompokkan ditentukan oleh guru kelas sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan hal tersebut agar anak dapat lebih mengenal satu sama lain tidak hanya teman dekatnya atau teman satu mejanya saja. Pemberian pengarahan kepada anak-anak secara aktif agar anak dapat menerima teman satu kelompoknya. Pemberian motivasi atau penguatan berupa reward, melalui perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan akhirnya pembelajaran pada Siklus II sudah mencapai indikator yang telah ditentukan.

Berdasarkan kenyataan dan bukti diperoleh, penelitian yang berlangsung tentang keterampilan sosial anak mengalami peningkatan. Dapat disimpulkan bahwa pengunaan metode proyek dapat meningkatkan keterampilan sosial anak. Hasil yang dicapai pada Siklus II menjadi dasar peneliti dan guru untuk menghentikan penelitian ini hanya pada Siklus II karena sudah sesuai dengan hipotesis tindakan dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan.

e. Pembahasan Hasil Penelitian

(75)

60

Metode proyek dapat meningkatkan keterampilan sosial anak karena metode proyek memiliki beberapa kelebihan, terlihat antusias anak yang tinggi pada saat kegiatan pembelajaran menggunakan metode proyek. Anak saling membantu untuk menyelesaikan hasil karya dalam satu kelompok. Metode proyek dapat menggerakan minat anak untuk melakukan kerjasama sepenuh hati (Ishjoni,2010:92).Dalam menyelesaikan tugas kelompok saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Pada saat mengerjakan proyek anak berdiskusi untuk pembagian tugas, menunggu giliran untuk menunjukkan hasil karya kelompok di depan kelas. Sejalan dengan pernyataan Moeslichatoen (2004: 141), dengan metode proyek dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mencapai tujuan bersama, pendapat tersebut juga dipertegas oleh Wiliams (2005: 162), proyek team dapat mendorong timbulnya keterampilan sosial anak.

(76)

61

dalam menghadapi masalah kehidupan, karena dalam proyek terdapat pembagian tugas yang harus diselesaikan tiap anak untuk kemajuan kelompoknya.

Siklus I masih terdapat anak yang tidak dapat berbaur dengan temannya, Daf anak yang tidak dapat berbaur dengan teman. Daf cenderung pendiam, menyendiri di sudut kelas, Daf terlihat pasif dalam mengerjakan pekerjaan kelompok. Jika Daf mendapati kesulitan maka dia akan meminta bantuan guru atau teman satu bangkunya saja. Daf tidak dapat mengatasi konflik dan memecahkan masalah. Kemampuan bekerjasama, berikteraksi dan pandai mengatasi konflik berkaitan erat dengan ciri-ciri orang yang memiliki keterampilan sosial yang baik (Hoerr,2007: 19).

Pertemuan pertama Siklus I anak belajar berinteraksi dengan teman satu kelompok dan belajar memecahkan masalah. Beberapa anak masih tidak dapat diajak untuk bekerja sama, hanya ada satu atau dua anak saja yang dapat diajak bekerja sama. Hingga Siklus II pertemuan ke dua yang menjadi pertemuan terakhir anak sudah dapat berinteraksi dengan teman, berbagi dengan teman, bergabung bermain bersama teman, bertanggungjawab atas tugasnya.

Gambar

Gambar 1.  Kerangka Pikir
Gambar 2.  Model Penelitian Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 1. Lembar Observasi Peningkatan Keterampilan sosial melalui metode
tabel dibawah ini :
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dilakukan perbaikan berupa pemeriksaan setiap kadar bahan baku sudah sesuai standar atau belum, sebelum dilakukan proses pencampuran antar bahan maupun sebelum masuk proses

Hasil Penilaian Ahli Materi Terhadap Aspek Pembelajaran.. Dari penilaian setiap indikator menunjukkan bahwa penggunaan bahasa dan petunjuk belajar mendapat skor 4,67.

Metode penelitian yang digunakan adalah jenis lapangan ( Field Research) dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan analisis diskriptif, subjek dalam penelitian

Pembinaan ceramah agama ba‘da ṣalāt ẓuhūr berjamaah terbukti efektif dalam meningkatkan ketaatan ‘ibādah ṣalāt siswa, hal ini dapat ditinjau dari lebih tingginya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh kreativitas iklan terhadap efektivitas iklan televisi Aqua versi Ada Aqua, (2) pengaruh unsur humor terhadap

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Kawasan Konservasi Mangrove untuk Meningkatkan Resiliensi Delta Cimanuk, Indramayu Jawa Barat Terhadap Perubahan

[r]

Untuk data hasil perbandingan perilaku remaja di Kelurahan Mantrijeron lebih memiliki perilaku remaja yang condong memilih makanan modern, hal ini dikarenakan jumlah remaja