• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Vokal Pada Musik Melayu di Sanggar Kemuning, Belitung Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Vokal Pada Musik Melayu di Sanggar Kemuning, Belitung Timur."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

v

pujian bahwa selama ini mereka menghabiskan banyak

waktu untuk memikirkan kamu, bahkan ketika kamu

(6)

vi

Keluarga serta Kedua orang tuaku tercinta, Bpk.

Afrianto (Alm), dan Ibu Maryani, S.Pd., atas

kasih sayang dan ketulusan yang tidak akan bisa aku

(7)
(8)

viii

D. Tujuan Penelitian... 4

E. Manfaat Penelitian... 4

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Karakteristik ... 6

B. Karakteristik Vokal ... 6

C. Teknik Vokal ... 9

1. Pernafasan... 10

(9)

ix

D. Teknik Vokal Melayu ... 19

E. Kajian yang Relevan ... 23

F. Kerangka Berfikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 27

B. Sumber Data ... 27

C. Lokasi Penelitian ... 28

D. Instrumen Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Keabsahan Data ... 32

G. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV KARAKTERISTIK VOKAL PADA MUSIK MELAYU A. Karakteristik Vokal Melayu ... 38

B. Teknik Vokal ... 45

C. Pembahasan ... 49

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 51

B. Saran-saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(10)

x

Gambar 1 : Teknik Vokal (Pernafasan) ... 12

Gambar 2 : Teknik Vokal (Resonansi) ... 16

Gambar 3 : Contoh Cengkok ... 20

Gambar 4 : Contoh Generek ………... 20

Gambar 5 : Contoh Patah Lagu.……... 21

Gambar 6 : Skema Kerangka Berfikir... 26

Gambar 7 : Triangulasi Teknik ………... 35

Gambar 8 : Triangulasi Sumber ………... 36

Gambar 9 : Potongan notasi Zapin Budi ... 38

Gambar 10 : Setelah diberi cengkok ... 38

Gambar 11 : Notasi asli lagu Zapin Budi ... 39

Gambar 12 : Notasi diberi cengkok ... 39

Gambar 13 : Potongan notasi Zapin Budi ... 40

Gambar 14 : Setelah diberi generek ... 40

Gambar 15 : Notasi asli lagu Zapin Budi ... 41

Gambar 16 : Setelah diberi generek ... 41

Gambar 17 : Notasi asli lagu Zapin Budi ... 42

(11)

xi

Lampiran 1 : Permohonan ijin observasi... 56

Lampiran 2 : Surat ijin penelitian …………... 57

Lampiran 3 : Surat rekomendasi perijinan ... 58

Lampiran 4 : Surat rekomendasi penelitian Bupati Beltim... 59

Lampiran 5 : Pedoman Wawancara ...………... 61

Lampiran 6 : Hasil Wawancara ...………... 63

Lampiran 7 : Surat Keterangan Wawancara ... 67

(12)

xii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan Karakteristik Vokal Pada Musik Melayu di Sanggar Kemuning, Belitung Timur. Penelitian ini difokuskan pada Karakteristik Vokal Pada Musik Melayu yang meliputi : teknik vokal, cengkok Melayu, serta lagu Melayu.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan mengambil lokasi di Sanggar Kemuning Belitung Timur. Subyek penelitian adalah tokoh dan pengelola Sanggar. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

Hasil penelitian Karakteristik Vokal Pada Musik Melayu di Sanggar Kemuning meliputi: (1) Teknik yang harus dikuasai oleh penyanyi Melayu diantaranya cengkok, generek, dan patah lagu, (2) Teknik vokal yang harus dipelajari dengan baik diantaranya sikap badan, pernafasan, intonasi, artikulasi, resonansi, dan phrasering. Masalah-masalah tersebut merupakan tugas seorang penyanyi untuk selalu perhatikan teknik-teknik vokal bernyanyi Melayu supaya bisa bernyanyi yang baik dan benar.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dalam kebudayaan daerahnya. Perpaduan (akulturasi) dari berbagai kebudayaan daerah sangat berpengaruh pada keberagaman kebudayaan di Indonesia. Salah satu bentuk keberagaman kebudayaan dalam bidang seni musik yang berkembang di Indonesia meliputi musik tradisional, musik daerah, musik pop, musik keroncong, dan musik dangdut.

Dari beberapa ragam musik yang berkembang di Indonesia, musik daerah terutama aliran Melayu merupakan salah satu musik yang dianggap kuno, karena selama ini penikmat musik Melayu dari daerah sebagian besar kalangan orang tua. Namun seiring dengan berjalannya waktu, saat ini musik Melayu mulai digemari oleh kalangan anak remaja.

Dunia musik Melayu tak lepas dari musisi serta seniman yang menekuni musik Melayu. Banyak musisi dan seniman yang terjun dalam dunia Melayu antara lain yang cukup terkenal di Indonesia adalah Husein Bawafi, Muhammad Mashabi, Tengku Amir Hamzah, Said Effendi, Muchsin Alatas, Iyeth Bustami, sedangkan dari Malaysia salah satunya Siti Nurhalizah.

(14)

sekarang mendapat dukungan positif dari masyarakat dan para penggemarnya.

Berdasarkan survey yang dilakukan, ditemui beberapa penyanyi wanita maupun pria yang belum menggunakan teknik vokal dengan baik dan benar. Unsur-unsur teknik yang harus dikuasai sebagai modal awal dalam bernyanyi Melayu diantaranya nafas yang panjang dan cengkok melayu yang harus dikuasai sebagai modal awal dalam bernyanyi, karena dalam bernyanyi lagu Melayu, nafas harus diatur sedemikian rupa agar dapat menjangkau nada-nada yang ada didalam lagu dan bisa mendapatkan cengkok Melayu yang baik dan tepat.

Beberapa tahun terakhir ini sering diselenggarakan kompetisi atau lomba sanggar Melayu dan vokal Melayu tingkat Kabupaten, Provinsi, maupun tingkat Nasional. Kompetisi tersebut dimulai dari kategori remaja, dewasa hingga kategori umum. Dalam kompetisi tersebut cukup menarik perhatian masyarakat sehingga adanya variasi peserta yang berbeda dari setiap perlombaan.

(15)

membawakan lagu-lagu Melayu asli. Masalah yang muncul antara lain, penyanyi kurang menguasai teknik vokal seperti pernafasan, intonasi, artikulasi serta teknik khas cengkok Melayu, dan cara membawakan lagu dengan gaya Melayu asli.Sanggar Melayu Kemuning merupakan suatu komunitas Melayu yang anggotanya dari pelajar SMA, serta dari masyarakat sekitar.

Di Belitung musik Melayu hampir dijadikan sebagai hobby bagi generasi muda maupun orang tua. Peristiwa tersebut menjadi ajang untuk mencari bibit baru sebagai generasi penerus musik Melayu. Musik Melayu merupakan kebudayaan yang patut dilestarikan dan diwariskan kepada generasi penerus yaitu generasi muda. Kurangnya informasi tentang musik Melayu merupakan salah satu kendala mengapa generasi muda jarang untuk mempelajari musik Melayu. Hal tersebut menjadi tugas kita sebagai anak bangsa dalam memperkaya informasi berupa refrensi atau buku tentang musik Melayu agar para generasi muda dapat memperoleh referensi dengan mudah.

B. Fokus Penelitian

Pada latar belakang yang telah diuraikan, ada beberapa hal menarik untuk diteliti. Namun penelitian ini hanya difokuskan pada

(16)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. “Bagaimanakah Karakteristik Vokal Pada Musik Melayu di Sanggar Kemuning, Belitung Timur?”

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Karakteristik Vokal Pada Musik Melayu di Sanggar Kemuning Belitung Timur.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, fokus penelitian dan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara toritis maupun secara praktis.

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dalam bernyanyi musik Melayu dengan baik dan benar.

b. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti.

1) Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan penelitian, mengetahui karakteristik vokal pada musik Melayu.

(17)

b. Bagi Sanggar Kemuning

(18)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Karakteristik

Menurut Abdullah (1992: 71), karakteristik merupakan sifat khas sesuai dengan tabiat atau coraknya, ciri khas dan watak. Hal tersebut sama dengan pendapat Thoifin (1992 : 72), yang mengatakan bahwa karakteristik mempunyai sifat khas yang tidak dapat disembunyikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karakteristik adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.

Secara lebih umum, dalam Ensiklopedi Indonesia (1992: 1663) dijelaskan bahwa :

“Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti watak. Secara umum pengertian karakteristik adalah sifat khas yang tetap menampilkan diri dalam keadaan apapun. Bagaimanapun upaya untuk menutupi dan menyembuyikan watak itu, ia akan selalu ditemukan sekalipun kadang-kadang dalam bentuk lain.”

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik adalah sifat khas yang unik, menarik dan berbeda yang tidak dapat disembuyikan sesuai dengan perwatakan tertentu.

B. Karakteristik Vokal

(19)

suara anak-anak (angel voice). Adapun suara laki-laki dan wanita masing-masing dibagi lagi menjadi tiga golongan. Suara laki-laki yang tinggi disebut tenor, suara sedang disebut bariton, sedangkan suara laki-laki yang rendah disebut bass. Demikian juga dengan jenis suara wanita ada tiga, suara yang tinggi disebut sopran, suara wanita yang sedang disebut

mezzosopran, sedangkan suara wanita rendah disebut alto. Dengan digolongkannya suara manusia menjadi berbagai jenis maka akan memunculkan jenis karakter vokal manusia yang berbeda-beda.

Timbre atau warna suara sangat erat kaitannya dengan karakter vokal seseorang, seperti yang dikatakan Tondowijojo (1975: 62), timbre/warna suara/warna bunyi tergantung dari bentuk khusus gelombang suara dan memberi watak khusus pada suara dari setiap alat musik (misalnya: biola, piano, bunyi vokal suara manusia dan sebagainya). Warna suara manusia di seluruh dunia ini berbeda-beda satu dengan lainnya, maka dari itu seringkali dapat dikenali beberapa suara tanpa melihat orangnya. Karakter dan warna suara itulah yang menjadi ciri khas orang bersuara maupun bernyanyi. Seorang penyanyi yang baik selain harus menguasai beberapa teknik vokal juga harus mempunyai karakter suara yang menjadi ciri khas atau pembeda dengan penyanyi lain. Karakter vokal yang dimiliki seorang penyanyi terbukti mampu menjadi daya tarik untuk pendengarnya.

(20)

komposer lagu tersebut dapat tersampaikan. Misalnya sebuah lagu yang menggambarkan kesedihan membutuhkan karakter vokal denga suara yang halus penuh penjiwaan agar pendengar ikut merasakannya, begitu pula dengan lagu bertema semangat maka diperlukan seorang penyanyi dengan karakter suara lantang serta power yang dapat mendukung tercapainya pesan dalam lagu. Selain itu kepandaian penyanyi untuk berimprovisasi juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Penyanyi mungkin berimprovisasi dengan kata-kata dan kalimat nada, antara phrasering

disaat intro instrumental atau interlude, coda atau pada waktu pengulangan

fade out ending (Budidharma, 2001: 74). Dengan karakter yang kuat pada diri penyanyi serta didukung dengan pembawaan yang sesuai tentunya akan memberi nyawa dalam setiap lagu yang dibawakan.

Karakter vokal atau ciri khas suara seseorang menjadi faktor yang menunjang nilai jual bagi penyanyi. Seperti yang dikatakan Budidharma (2001: 120), penyanyi harus mengembangkan dan mempertahankan tingkat kualitas artistik dan menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk bidang musik yang ingin diraih.

(21)

pengalaman maupun lingkungan. Selain karena adanya materi dasar dari diri sendiri, seseorang bisa saja mempunyai karakter atau watak dikarenakan pengalaman pribadi atau masa lalu yang membentuk sifat atau ciri khas tertentu. Karakter juga bisa saja terbentuk oleh lingkungan yang ada di sekitar.

C. Teknik Vokal

Pengertian vokal secara umum dapat diartikan sebagai suara yang dihasilkan manusia karena adanya proses pembentukan suara didalam organ tubuh sampai pembentukan rongga mulut. Vokal merupakan “suara manusia, suara lantang“ (Banoe, 2003: 44). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1263) vokal mempuya arti : a) Mengenai suara, b) Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh arus udara dari paru-aru melalui pita suara dan penyempitan pada saluran suara diatas glotis.

(22)

Berikut ini merupakan beberapa teknik vokal menurut Tim Pusat Musik Liturgi (2014) :

1. Pernafasan

Bernafas merupakan irama yang sangat alamiah dalam kehidupan manusia. Pernafasan yang teratur juga menciptakan suatu irama yang menenteramkan. Dalam bernyanyi, pernafasan tidak hanya memegang peran dalam menciptakan suara, tetapi juga suasana yang dikehendaki dari suatu nyanyian. (Tim Pusat Musik Liturgi, 2014 : 9).

Ada tiga macam jenis pernafasan, yaitu pernafasan bahu, pernafasan dada, dan pernafasan diafragma. (Pramayuda, 2010 : 67). Dari ketiga pernafasan tersebut, yang paling baik digunakan saat bernyanyi adalah pernafasan diafragma.

a. Pernafasan bahu adalah, pernafasan yang mengambil atau mengangkat kekuatan bahu, untuk mengambil nafas pada paru-paru sebab pusat nafas adalah paru-paru-paru-paru. Cara seperti ini tidak baik untuk mendapatkan sebuah nafas yang dapat menyeimbangkan pernafasan, karena akan menghasilkan sebuah nafas yang dangkal dan mengakibatkan kalimat yang diucapkan pada waktu bernyanyi menjadi terputus-putus. (Panadjaja, 1976 : 37).

(23)

dalam paru-paru sehingga rongga dada membusung ke depan. Kelemahan pernafasan ini adalah paru-paru cepat menjadi lelah dalam menahan udara, maka suara yang dihasilkan tidak stabil, karena udara yang dikeluarkan kurang dapat diatur. (Musik Liturgi, 2014 : 9).

(24)

Gambar (a) Posisi Diafragma Gambar (b) Posisi Diafragma sesudah menghirup nafas. waktu mengeluarkan nafas.

Gambar 1. Pernafasan (Jamalus, 1988: 51)

Pengeluaran nafas disini terjadi karena diafragma menekan paru-paru dari bawah serta dibantu oleh a) otot-otot perut dan b) otot-otot sisi badan. Dengan demikian pengeluaran nafas diatur oleh kehendak kita sendiri dan menghasilkan suara yang meyakinkan (lihat gambar (b)).

(25)

karena pernafasan diafragma dapat menghasilkan nafas yang panjang, ringan, santai dan produksi suara yang lebih bermutu.

2. Artikulasi

Bernyanyi adalah menyampaikan suatu pesan kepada pendengar melalui karya seni yang elibatkan indra pengucap. Hal senada juga ditegaskan oleh Tim Pusat Musik Liturgi (2014 :56) yang menyatakan “ Bernyanyi itu berhubungan dengan kata-kata.” Artikulasi terbagi atas 3, yaitu artikulasi huruf vokal , artikulasi huruf konsonan, dan artikulasi huruf rangkap / diftong (Widyatuti 2007 : 16). Berikut ini penjelasan ketiga artikulasi terebut :

a. Artikulasi Vokal (huruf hidup).

Ada 5 vokal yang kita ketahui, yaitu a, i, u, e, dan o. Kelima huruf ini membangun semua kata-kata dalam bahasa Indonesia dan juga bahasa asing lainnya.

b. rtikulasi konsonan (huruf mati).

Konsonan merupakan bunyi bantu untuk vokal (huruf hidup), pengucapan satu dengan yang lainnya akan berbeda berdasarkan pembentukan bunyinya.

Contoh :

• Konsonan b, c, d, g, k, p, t disebut juga konsonan hambat oral

(26)

• Konsonan l, m, n, r, ng disebut juga konsonan hambat nasal,

dibunyikan dengan membentuk “hambatan” di nasal. Konsonan ini disebut juga huruf mati yang bersuara.

c. Artikulasi vokal rangkap (Diftong).

Diftong adalah bunyi dua vokal yang berurutan, keduanya berbeda antara kualitas huruf vokal awal dan akhirnya. Pengucapan setiap vokal memerlukan penyesuaian pada kerongkongan dan mulut. Dalam menyanyi diftong, vokal pertama dinyanyikan lebih lama dari vokal keduanya, maka vokal yang mendahului diberi tekanan sedikit kemudian berubah lebih rileks atau luwes kebunyi vokal yang mengikutinya. Contoh : Diftong “ai” (permai, damai, melambai), “au” (engkau , hijau, lampau), “oi” (amboi, sepoi-sepoi), “ia” (karunia, dunia), “ua” (semua).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa artikulasi bunyi yang berasal dari dalam mulut merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam bernyanyi, sehingga penyanyi harus pandai-pandai mengucapkan artikulasi dengan jelas serta pemenggalan kata yg benar agar makna dalam lagu tidak berubah.

3. Resonansi

(27)

Resonator dalam tubuh manusia dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu, resonan atas, resonan tengah, dan resonan bawah. Dibagian bawah ini dijelaskan adana pembagian 3 resonan sebagai berikut :

a. Resonan atas

Rongga resonansi atas sering disebut dengan resonansi kepala yangberfungsi untukmembuat suara penyanyi menjadi cemerlang. Resonansi atas ini biasanya baik digunakan untuk nada-nada tinggi. Dalam penggunan resonansi kepala pada nada tinggi untuk mendapatkan suara yang maksimal dapat dibantu dengan berimajinasi atau membayangkan suara tersebut berada diatas kepala, seolah olah membiarkan suara melayang-layang diudara.Namun tetap menjaga koneksi dari diafragma dan larynx. b. Resonan tengah yakni mulut, pharynx atau bagian belakang mulut. c. Resonan bawah / dada, yakni rongga-rongga dada.

(Widyastuti, 2007 : 12).

(28)

dapat berubah yaitu, rongga tenggorokan, rongga mulut, dan rongga hidung.

Teknik resonansi juga dilakukan saat bernyanyi melayu. Banyak lagu-lagu melayu yang menggunakan interval atau jarak melompat sangat jauh dari nada yang rendah hingga nada yang tinggi, dan begitu juga sebaliknya. Penulis menyimpulkan bahwa teknik membagi fokus resonansi dalam teknik vokal gaya melayu sangatlah diperlukan dengan tujuan untuk memperindah lagu dan enak didengar.

Gambar 2. Resonansi (Jamalus, 1988: 35)

4. Phrasering

(29)

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa phrasering adalah aturan pemenggalan kalimat yang baik dan benar, tetapi tetap mempunyai kesatuan arti dan mudah dimengerti. Phrasering memudahkan kita memberi tanda-tanda saat dimana kita mengatur nafas dalam bernyanyi. Bernyanyi adalah upaya mengekspresikan lagu yang dibawakan supaya dapat dinikmati oleh orang lain, dengan sebaik-baiknya. Phrasering dapat terbentuk jika kita bernyanyi dengan baik dan aturan pemenggalan kalimatnya mudah dimengerti.

5. Ekspresi

(30)

a. Berusaha mengerti maksud atau isi syair lagu yang akan dinyanyikan.

b. Berusaha mengetahui latar belakang penciptaan lagu tersebut, misalnya suasana sedih, gembira, senang, hiburan, perjuangan, dan lain lain.

c. Memahami tanda tanda dinamik, tempo, dan tanda lain yang tertulis dalam lagu tersebut.

d. Menguasai tehnik pengucapan kata dengan benar.

e. Memahami tehnik pemenggalan kalimat musik secara tepat. f. Menghafalkan lagu dengan sempurna.

Susilowati (2010: 6) mengutarakan ekspresi digunakan untuk menunjukkan perasaan dan jiwa dari suatu lagu. Ekspresi dapat diungkapkan melalui pandangan yang memperlihatkan perasaan seseorang. Mengekspresi diartikan dengan mengungkapkan gagasan, maksud, perasaan, dengan gerak anggota badan, air mata, kata-kata dan sebagainya (Suharso dan Retnoningsih, 2009:130). Joseph (2004: 59) mengungkapkan ekspresi adalah ungkapan pikiran dan perasaan yang mencangkup semua nuansa dari tempo, dinamika, dan warna nada dari unsur-unsur pokok musik, dalam pengelompokkan frase yang diwujudkan oleh pemusik.

(31)

mencakup semua nuansa dari dinamik, tempo atau kecepatan musik dan warna suara yang disampaikan pada pendengarannya.

C. Teknik Vokal Melayu

Setiap menyanyikan lagu-lagu Melayu gaya khas Melayu tidak boleh diabaikan. Penyanyi harus memperhatikan bagian mana yang harus diberi cengkok, generek, dan patah lagu. Hiasan berupa cengkok, grenek, dan patah lagu banyak digunakan pada lagu-lagu Melayu dalam tempo lambat yang dalam istilah Melayu Deli disebut rentak senandung, dalam lagu Melayu Malaysia dinamakan rentak asli, dan dalam lagu gamat Minangkabau disebut tempo langgam. Sedangkan lagu-lagu Melayu tempo sedang (Mak Inang) dan tempo cepat (Joget). Dilihat dari segi lirik, lagu Melayu menggunakan lirik yang berupa pantun dan pastinya mempunyai arti tersendiri dari setiap lagu dan lirik.

Sebenarnya yang memberi karakter gaya Melayu dalam sebuah melodi itu adalah pemakaian cengkok, gerenek, serta patah lagu yang tepat, dan yang dimaksud tepat disini bukan berarti permanen (standar) tidak berubah, akan tetapi tepat menurut cita rasa estetika musik Melayu. Takari (2013 : 4) menjelaskan 3 konsep improvisasi khas vokal gaya Melayu, yaitu:

(32)

benyanyi yang mendapat pengaturan atau arahan saat bernyanyi, yang dilatih oleh pelatih paduan suara itu sendiri, dan juga sebelum bernyanyi mereka melakukan pernafasan yang berfungsi untuk dapat menahan nada-nada panjang dengan kata lain mereka menggunakan teknik bernyanyi yang pada dasarnya ini juga dilakukan oleh penyanyi-penyanyi lainnya.

Contoh cengkok :

Gambar 3. Contoh Cengkok

2. Generek, yang berarti satu ide improvisasi dengan menggunakan nada-nada yang beridentitas rapat dan ini juga menggunakan improvisasi dalam menyanyanyikan lagu-lagu Melayu.

Contoh Generek :

Gambar 4. Contoh Generek

(33)

Contoh Patah Lagu :

Gambar 5. Contoh Patah Lagu

Selain keterangan tersebut, menurut wawancara dengan Januarsih sebagai pelatih sekaligus pendri di Sanggar kemuning pada tanggal 12 April 2015 menjelaskan bahwa, pembawaan vokal dalam musik Melayu harus luwes dan bisa mengungkapkan variasi-variasi serta improvisasi. Penyanyi tidak boleh menyanyikan persis seperti apa yang tertulis dalam partitur lagu kecuali syairnya, tetapi dituntut untuk bisa bervariasi dengan cengkok, gerenek, maupun patah lagu dengan luwes dan baik, juga teknik pembawaan dalam dinamika.

Selain itu, pada wawancara tanggal 15 April 2015, Januarsih berpendapat bahwa dalam bernyanyi Melayu hendaknya penyanyi harus dapat memproduksi suara dengan baik agar enak didengar dan dinikmati oleh pendengar khususnya pencinta musik Melayu. Sentuhan gaya Melayu asli merupakan ciri khas si penyanyi itu sendiri dan tidak meniru gaya penyanyi lain namun masih dalam taraf kewajaran dan keindahan dalam bernyanyi melayu.

(34)

tergolong matang, bukan dibuat-buat misalnya dengan menggetarkan tenggorokan. Menurut Sugiartri, tetang cara memproduksi nafas saat bernyanyi dengan ketika sedang bernyanyi lagu Melayu modal utama dalam bernyanyi Melayu bisa memperluwes cengkok sehingga keindahan cengkok Melayu tersebut dapat dinikmati oleh pendengar. Dalam hal ini penyanyi tidak boleh sembarangan memutus nafas, karena akan mempengaruhi makna lagu dan si pendengar juga merasa kurang nyaman karena bernyanyi terkesan terengah-engah.

Teknik pengambilan nafas yang harus diperhatikan pada saat mulai bernyanyi yaitu menghirup nafas secukupnya, lalu disimpan di otot diafragma kemudian nafas dikeluarkan sedikit demi sedikit bersama syair lagu yang diucapkan. Selain melatih nafas, penyanyi juga harus memproduksi suara dengan enak salah satunya dengan vibrasi. Hal terebut merupakan salah satu cara agar lagu terdengar indah. Vibrasi akan muncul dengan sendirinya jika sudah tergolong matang, bukan dibuat-buat misalnya dengan menggetarkan tenggorokan.

(35)

Dari beberapa penjelasan mengenai teknik vokal, penulis berpendapat bahwa seorang penyanyi harus menguasai teknik vokal yang sudah disebutkan sebagai dasar dalam bernyanyi Melayu. Pada saat bernyanyi, teknik-teknik dasar dapat dilakukan secara bersamaan dengan syarat penyanyi bisa membagi fokus dan konsentrasi terhadap teknik dengan posisi rileks dan santai.

D. Kajian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah : 1. Kajian Teknik Vokal Gaya Keroncong Asli di Orkes Keroncong Surya

Mataram Yogyakarta oleh Canggih Finalti, Jurusan Pendidikan Seni Musik FBS UNY (2012), menyimpulkan bahwa teknik menyanyikan gaya vokal keroncong merupakan hal yang sangat penting dipelajari oleh setiap penyanyi keroncong, karena disinilah letak ciri khas keroncong asli tersebut diantarany luk, gregel, embat, cengkok, dan nggandul. Selain itu, syair dan notasi lagu merupakan bagian yang harus dikuasai oleh penyanyi dari segi materi lagu, pembawaan lagu, pernafasan, frasering, intonasi, dan artikulasi lagu. Dalam penelitian tersebut membantu dalam hal format penulisan.

(36)

akhiran vokal u, i, a, i, a, i. Pada masing-masing barisnya dan berwatak rasa sayang serta rasa cinta, sedangkan makna yang terkandung didalamnya menceritakan tentang tanaman-tanaman yang terdapat di lingkungan sekitar alun-alun kota kawali yang memiliki filosofi terendiri dalam kebudayaan sunda. Dalam penelitian tersebut membantu peneliti dalam hal pembahasan karakteristik dalam menentukan subyek penelitian.

Dari kedua penelitian tersebut, peneliti menganggap bahwa penelitian Kajian Teknik Vokal Gaya Keroncong Asli di Orkes Keroncong Surya Mataram Yogyakarta dan Karakteristik Pupuh Kinanti Kawali

dianggap relevan dengan penelitian “Karakteristik Vokal Pada Musik Melayu di Sanggar Kemuning, Belitung Timur” karena aspek-aspek yang diteliti hampir sama.

E. Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini hal yang harus dilakukan pertama kali adalah mengambil indikator dalam kajian teori, dimana indikator-indikator tersebut akan digunakan sebagai pembuatan kisi-kisi instrumen. Kajian teori merupakan pondasi utama penelitian, hal tersebut dikarenakan indikator yang dihasilkan oleh kajian teori akan mempengaruhi hasil penelitian.

(37)

berasal dari kajian teori. Kemudian dari kisi-kisi tersebut, dihasilkan instrumen yang berbentuk butir-butir pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara. Dalam penyusunan kis-kisi ini hal terpenting yang harus diperhatikan adalah isi pertanyaan dimana pertanyaan dari kisi-kisi tersebut sangat mempengaruhi hasil wawancara dan kemudian menjadikannya hasil penelitian.

Langkah berikutnya adalah wawancara, pada penelitian ini digunakan triangulasi sumber dan teknik. Yang dimaksud dengan triangulasi sumber dan teknik adalah tiga sumber yang menjadi subyek penelitian dan tiga cara yang akan digunakan dalam memperoleh data lapangan. Diantaranya adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

(38)

Gambar 6. Skema Kerangka Berpikir

Kajian Teori

Indikator :

-

Sanggar Kemuning

-

Teknik Vokal

-

Alat Musik

Kisi-Kisi Instrumen

Instrumen Penelitian

(Wawancara)

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian tentang Karakteristik Vokal Pada Musik Melayu di Sanggar Kemuning Belitung Timur menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku baik individu atau sekelompok orang (Moleong, 2014: 5)

Penelitian kualitatif biasanya menggunakan data-data berupa tulisan maupun keterangan-keterangan yang dilengkapi dengan penjelasan deskriptif. untuk mendapatkan data-data tersebut, peneliti telah melakukan studi lapangan dan studi kepusatakaan sekaligus agar data yang diperoleh semakin lengkap dan valid. Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari buku-buku dan artikel yang berhubungan dengan Sanggar Kemuning baik itu dari perpustakaan, buku pribadi, serta artikel dari internet. Adapun di lapangan dilakukan dengan cara observasi dan wawancara kepada informan yang dilakukan langsung dilokasi penelitian.

B. Sumber Data

(40)

studi kepustakaan yaitu dari catatan pribadi, buku-buku, serta beberapa artikel tentang Sanggar Kemuning. Studi kepustakaan ini kemudian dilengkapi dengan studi lapangan berupa observasi di Sanggar Kemuning dan wawancara mendalam dengan beberapa anggotanya.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sanggar Kemuning Dusun Kabong Jaya Desa Mekar Jaya, Belitung Timur. Terpilihnya Sanggar Kemuning sebagai lokasi penelitian karena sanggar ini masih mengadakan latihan kesenian Melayu secara rutin serta memiliki fasilitas seperti alat musik yang cukup lengkap sebagai penunjang proses latihan.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian yang paling utama adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2013: 305) . Maksudnya adalah peneliti merupakan alat yang berperan aktif dalam pengumpulan data. Pendapat Sugiyono ini diperkuat oleh pendapat Haris (2010: 222) yaitu:

(41)

Selain peneliti berlaku aktif, peneliti juga dibantu oleh kisi-kisi wawancara dan observasi yang telah disiapkan sebelumnya serta beberapa dokumen penting seperti buku, catatan, maupun rekaman dokumentasi. Untuk mengumpulkan data-data ini peneliti menggunakan bantuan susunan daftar pertanyaan yang digunakan dalam wawancara. Daftar pertanyaan yang telah disusun hanya digunakan sebagai panduan. Pertanyaan bisa berkembang menyesuaikan situasi dan kondisi pada saat wawancara berlangsung.

Adapun kisi-kisi daftar pertanyaan ada dalam tabel berikut : Tabel I: Kisi-kisi pertanyaan wawancara

No Aspek yang diteliti Pertanyaan 1. Sanggar Kemuning 1. Kapan terbentuk ?

2. Arti Sanggar Kemuning ? 3. Perkembangan yang didapat

selama berdirinya Sanggar Kemuning ?

4. Kesulitan yang dialami ? 5. Kategori dalam Sanggar ? 6. Minat dari para anggota ? 7. Prestasi yang diraih ? 8. Jabatan lain ?

9. Keinginan yang belum dicapai ? 2. Teknik Vokal 1. Teknik vokal yang diketahui ?

2. Pernafasan yang digunakan dalam bernyanyi ?

(42)

4. Hal yang belum dicapai dalam bernyanyi lagu Melayu ? 3. Alat Musik a. Tangga nada yang digunakan ?

b. Alat yang digunakan? c. Lirik lagu ?

d. Pengalaman yang didapat ? e. Waktu berada di Sanggar ? f. Kesulitan yang dialami ? g. Keinginan yang belum tercapai

?

Tabel 1. Kisi-kisi wawancara

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu :

1. Observasi

Observasi merupakan sebuah tindakan awal yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui kondisi serta fenomena yang terjadi di lokasi yang akan diteliti. Tindakan observasi akan memberikan gambaran umum kepada peneliti untuk selanjutnya fenomena serta permasalahan yang ada dianalisis serta ditentukan tujuannya.

(43)

baik dari sisi vokal pada penyanyi, iringan beserta alat musiknya, tata rias dan busananya, serta anggota sanggar.

2. Wawancara

Metode wawancara sangat umum dilakukan dalam suatu penelitian. Wawancara merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi dengan cara memberikan pertanyaan. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan tokoh yang dianggap penting dan menguasai bidang yang diteliti. Beberapa topik pertanyaan sudah disiapkan sebelumnya dan bisa berkembang sesuai dengan keadaan dan situasi saat wawancara berlangsung. Menurut Endraswara, wawancara mendalam biasanya dilakukan dengan santai, informal dan masing-masing pihak seakan-akan tidak mempunyai beban psikis sehingga akan memperoleh kedalaman data yang menyeluruh dan lebih bermanfaat (2006: 214). Hasilnya berupa teks atau kata-kata.

(44)

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk melihat perkembangan dan perubahan di Sanggar Kemuning. Dokumentasi digunakan untuk menguatkan hasil penelitian. Dokumen yang berhasil ditemukan yaitu berupa video pertunjukan, video pada saat latihan, sedangkan dokumen tertulis maupun catatan sejarah mengenai Sanggar Kemuning tidak ditemukan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif dan disajikan dalam bentuk teks naratif. Sugiyono (2008: 336) menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.

Proses analisis data kualitatif menurut Seiddel dalam Moleong (2013: 248) adalah sebagai berikut:

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri,

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya,

(45)

Selanjutnya meenurut Janice McDrury (Collaborative Group Alaysis of Data, 1999) dalam Moleong (2013: 248) tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut :

a. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data,

b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data,

c. Menuliskan ‘model’ yang ditemukan, d. Koding yang telah dilakukan

Adapun langkah-langkah analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Tahap pertama analisis data adalah analisis pengumpulan data. Pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu (pada bulan April - Juni). Fokus masalah Karakteristik Vokal di Sanggar Kemuning. Selanjutnya peneliti mulai membuat draft pertanyaan selama penelitian berlangsung, seperti gambaran umum tentang Sanggar Kemuning, sejarah terbentuknya, kegiatan dilakukan, teknik vokal, setelah itu menetapkan sasara-sasaran pengumpulan data yang telah diperoleh selama penelitian melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

(46)

terhadap data mana yang akan dibuang dan mana yang merupakan data penting yang sesuai dengan tujuan penelitian.

3. Tahap ketiga yaitu penyajian data. Pada tahap ini penyajian menggunakan dalam bentuk teks naratif. Untuk mempermudah dalam penyajian data, perlu adanya kecenderungan kognitif yaitu menyederhanakan informasi yang kompleks dan konfigurasi yang mudah dipahami.

Tahap akhir yaitu kesimpulan yang diambil sejak awal permulaan perolehan data, serta diverifikasi selama peneliti berlangsung dan dikembangkan data yang telah terkumpul. Verifikasi antara lain meliputi istilah penyebutan dalam latihan dalam latihan teknik vokal, serta cara bernyanyi dengan gaya vokal Melayu di Sanggar Kemuning.

G. Teknik Keabsahan Data

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan diri berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2009: 241). Denzim dalam Moeloeng (2013: 330), membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, teknik, penyelidik, dan teori. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

(47)

yang telah ada seperti studi pustaka yang dilakukan dibeberapa perpustakaan umum, buku pribadi dan artikel yang terdapat dalam internet untuk mendapatkan data mengenai Karakteristik Vokal Pada Musik Melayu Sanggar Kemuning.

Triangulasi teknik, sebagai berikut :

Gambar 7. Triangulasi “teknik” pengumpulan data (bermacam-macam cara pada sumber yang sama).

(Sugiyono, 2009: 242)

Pada triangulasi teknik, menurut Patton (1987: 3290) dalam buku Moloeng (2013: 331), terdapat dua strategi, yaitu : pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa tekni pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data yang sama. Pada triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data dari sumber yang berbeda-beda dengan menggunakan teknik yang sama.

(48)

Triangulasi sumber, sebagai berikut :

Gambar 8. Triangulasi “sumber” pengumpulan data (satu teknik pegumpulan data pada bermacam-macam sumber data A, B, dan C).

(Sugiyono, 2009: 242)

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987: 331) dalam Moloeng (2013: 330).

Hal itu dapat dicapai dengan jalan :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

(49)

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

(50)

BAB IV

KARAKTERISTIK VOKAL PADA MUSIK MELAYU DI SANGGAR KEMUNING, BELITUNG TIMUR

A. Karakteristik Vokal Melayu a) Cengkok

Cengkok, berarti sebuah ayunan nada yang menggunakan improvisasi atau berjalan begitu saja tanpa adanya yang mengatur. Penulis akan memberikan contoh beberapa cengkok nada yang dipakai Sugartri pada lagu Zapin Budi, berdasarkan pendapat narasumber. Notasi tertulis lagu Zapin Budi :

Gambar 9. Potongan notasi asli Zapin Budi

Notasi setelah dinyanyikan dengan cengkok menjadi :

Gambar 10. Setelah diberi cengkok

(51)

selanjutnya. Cengkok yang dilakukan penyanyi juga bermacam-macam menurut karakter si penyanyi.

Berikut ini adalah notasi asli lengkap lagu Zapin Budi :

Gambar 11. Notasi Asli Zapin Budi

Notasi menyanyikan dengan cengkok :

(52)

Pada penjabaran analisa melodi berdasarkan masing-masing frase diatas, tidak sedikit frase mendapat sentuhan cengkok sebagai salah satu ciri khas vokal melayu. Cengkok merupakan gaya khas melayu yang harus dinyanyikan dengan luwes, tidak kaku, dan fleksibel. Serta cengkok akan menambah atau memperindah dan menghidupkan kalimat lagu, sehingga nada-nada yang sederhana dapat menjadi rangkaian nada yang indah dan penuh hiasan.

b) Generek

Generek,yang berarti satu ide improvisasi dengan menggunakan nada-nada yang beridentitas rapat dan juga menggunakan improvisasi dalam menyanyanyikan lagu-lagu Melayu.

Notasi tertulis lagu Zapin Budi :

Gambar 13. Potongan notasi asli Zapin Budi

Notasi menyanyikan dengan generek :

Gambar 14. Setelah diberi generek

(53)

semestinya pada ketukan ke 4 (dalam lingakaran), menjadi ketukan ke 3 bernilai yang 1/8 ketuk selajutnya menjad 1/16 setelah ketukan ke 5.

Berikut ini adalah notasi asli lagu Zapin Budi :

Gambar 15. Notasi Asli Zapin Budi

Notasi menyanyikan dengan generek :

(54)

Penggunaan teknik generek menurut Sugiartri cukup sering digunakan oleh penyanyi melayu. akan tetapi pada lagu Zapi Budi ini tidak menggunakan banyak genrek, dikarenakan lagu ini mempunyai 8 birama serta adanya pengulangan pada syair selanjutnya. Menurut Sugiartri teknik ini ridak lah mudah, harus menyesuaikan dengan nada dan syair lagu. Meski sering menggunakan teknik ini, Sugiartri mengtakan bahwa terlalu sering menggunakan generek juga tidak baik karena akan membuat lagu terasa bosan untuk didengar.

c) Patah Lagu.

Patah Lagu, yang berarti suatu ide improvisasi melodi dengan memberikan tekanan-tekanan (aksentasi) pada nada-nada tertentu.

Berikut ini adalah notasi asli lagu Zapin Budi :

(55)

Notasi menyanyikan dengan patah lagu :

Gambar 18. Setelah diberi patah lagu

Dari penjabaran analisa lagu zapin budi di atas pada kata “hendak” mendapat sentuhan patah lagu. Sugiartri menambahkan patah lagu pada kata “hendk” dengan menambahkan 2 nada asli yaitu dengan menaikkan 2 nada kemudian turun 1 nada. Serta Sugiartri menyanikan nada yag semestinya bernilai 1/8 ketuk menjadi 1/16 pada ketukan 1 dan 2, diikuti 1/8 pada ketukan ke 3. Dalam teknik ini, penyanyi harus yakin dalam penekanan-penekanan nada yang ada dalam sebuah lagu.

(56)

melakukan pembahasan tersebut yaitu agar para pembaca atau penyanyi melayu dapat memahami dan mempraktikkan dengan mudah tentang bagaimana cara bernyanyi melayu menggunakan sentuhan cengkok, generek, dan patah lagu.

Lagu Melayu yang dibahas yaitu lagu Zapin Budi. Lagu Zapin Budi ini menceritakan tentang kita sebagai manusia harus saling menghormati berbagai macam budaya dan saling menghormati yang lebih tua. Lagu tersebut, menggunakan teknik vokal melayu, yaitu cengkok, generek dan patah lagu.

(57)

ataupun terdapat pemenggalan kata yang sangat berbeda dengan Bahasa lainnya.

Penyanyi juga harus menghindari cengkok, generek, patah lagu serta vibrasi yang berlebihan sehingga tidak menimbulkan kebosanan bagi pendengar. Hal tersebut merupakan salah satu cara agar lagu terdengar indah, vibrasi akan muncul dengan sendirinya jika sudah tergolong matang, bukan dibuat-buat misalnya dengan menggetarkan tenggorokan. Kreatif yang dimaksud adalah pandai memberi sentuhan cengkok melayu dengan indah dan enak didengar namun tidak mengubah notasi dan syair lagu yang tertulis. Menurut Sugiartri, tentang cara memproduksi nafas saat bernyanyi dengan ketika sedang bernyanyi lagu Melayu modal utama dalam bernyanyi Melayu bisa memperluwes cengkok sehingga keindahan cengkok Melayu tersebut dapat dinikmati oleh pendengar.

B. Teknik Vokal

(58)

setiap proses berkaryanya. Dari proses ia mempunyai guru, pengalaman dan ilmu yang tidak bisa ia dapatkan di sekolah.

Teknik vokal yang digunakan Sugiartri saat menyanyikan lagu-lagu melayu memang sangat banyak. Kajian teori yang peneliti gunakan sebagai pedoman, teknik vokal ada beberapa komponen yaitu teknik pernafasan, intonasi, artikulasi dan pembawaan. Inilah beberapa teknik vokal yang digunakan Sugiartri saat menyanyikan lagu Zapin Budi:

1. Teknik Pernafasan

Pernafasan yang dipakai Sugiartri saat bernyanyi adalah pernafasan diafragma. Pernafasan ini memang tepat digunakan saat bernyanyi karena pengeluaran nafas terjadi dengan cara diafragma menekan paru-paru dari bawah dibantu oleh otot perut dan otot-otot sisi badan atau tulang rusuk. Sehingga udara yang masuk bisa ditampung secara maksimal sebagai simpanan udara saat memproduksi suara. Sruti biasa melatih pernafasan dengan berolah raga dan meditasi pernafasan.

(59)

Sugiartri sangat tenang dalam mengambil nafas sehingga caradan udara yang dihembuskan pun keluar dengan tenang dan halus.

2. Intonasi

Menurut Sugiartri, intonasi yang baik ini ia dapat dari sering melatih perasaan dan telinganya dengan mendengarkan macam-macam lagu. Ketepatan nada dalam bernyanyi juga diperhatikan oleh Sugiartri dengan sering mendengarkan lagu-lagu melayu. Dengan pendengaran yang baik maka sangat membantu Sugiartri untuk menghasilkan nada-nada yang jernih.

Alasan yang kedua adalah adanya kontrol pernafasan yang dikuasai Sugiartri. Ia harus bisa mengontrol pemanfaatan pernafasannya apalagi dalam mencapai nada-nada yang tinggi. Latihan dengan menggunakan sebuah kalimat lagu dengan berbagai nada dasar sangat membantu mempertajam rasa musikalitas Sugiartri. Kemampuan membidik nada yang dimiliki Sugiartri sangat baik. Hal ini didapat karena ia sering berlatih, baik berlatih menyanyi maupun berlatih mendengarkan.

3. Artikulasi

(60)

dari melodi hingga syairnya. Menurut Sugiartri bernyanyi dengan hati itu caranya seperti orang berbicara. Ia mendalami perannya saat bernyanyi, tentunya didukung dengan pengucapan dan artikulasi yang jelas agar pendengar bisa menerima pesan dari lagu tersebut.

Dalam bernyanyi, seorang penyanyi pasti memiliki ciri khas yang membuat orang lain dengan mudah dapat mengenalinya. Pengucapan ketika seseorang berbicara dan bernyanyi sangatlah berbeda. Ketika bernyanyi, artikulasi vokal Sugiartri terdengar ringan dengan resonansi keatas sehingga suaranya terdengar ringan, bersih dan nyaring mendayu-dayu.

4. Pembawaan

(61)

C. Pembahasan

Dapat dilihat pada hasil wawancara dengan Sugiartri pada tanggal 26 April 2015, teknik vokal yang digunakan dalam bernyanyi melayu yaitu pernafasan diafragma. Teknik diafragma merupakan teknik vokal dasar dalam bernyanyi, tak hanya dalam bernyanyi melayu, teknik pernafasan diafragma digunakan dalam bernyanyi musik genre apapun.

(62)

Hasil penelitian selanjutnya Sanggar Kemuning. Sanggar kemuning merupakan kesenian yang lahir dari budaya masyarakat, maka sudah sepantasnya dekat dengan rakyat. Hal ini pula yang terjadi di desa Mekar Jaya. Meski bukan kesenian asli desa Mekar Jaya, namun kesenian ini telah menjadi bagian kehidupan masyarakat sejak lama.

Sanggar Kemuning yang mengalami perkembangan secara drastis telah menunjukan keeksisannya. Masyarakat masih tetap setia menonton dan mengadakan pertunjukan berbagai macam Sanggar. Bukan hanya sebagai pemenuhan hiburan semata, namun juga sebagai penggerak massa dan sarana untuk bersosialisasi.

Desa Mekar Jaya memiliki apresiasi yang tinggi terhadap pertunjukan Sanggar. Dengan berbagai syarat aspek dan indikator apresiasi yang rumit, masyarakat yang sebenarnya mempunyai tingkat pendidikan menengah ini ternyata benar-benar mencintai dan ingin mempertahankan keberlangsungan serta perkembangan kesenian di Sanggar Kemuning.

(63)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang Karakteristik Vokal Pada Musik Melayu di Sanggar Kemuning Belitung Timur, dapat ditarik kesimpulan bahwa Karakterisitik vokal seseorang dipengaruhi oleh :

a. Cengkok

Cengkok merupakan gaya vokal khas melayu yang harus dinyanyikan dengan luwes, tidak kaku, dan fleksibel.

b. Generek

Generek pada umunya terdapat dibagian ketukan akhir pada setiap birama. Generek dinyanyikan dengan cepat namun tetap luwes.

c. Patah Lagu

Patah lagu terjadi karena penekanan (aksentuasi) nada-nada tertentu pada saat bernyanyi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Penyanyi Sanggar, disarankan untuk meningkatkan kemampuan berlatih vokal, khususnya vokal melayu.

(64)
(65)

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogykarta : Penerbit Kanisius.

Budidharma, Pra. 2001. Metode Vokal Profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Finalti, Canggih. 2012. Kajian Teknik Vokal Gaya Keroncong Asli di Orkes Keroncong Surya. Skrispsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Seni Musik, FBS UNY.

Fauzi, Ahmad. 2011. ”13 Bab II Tinjauan Kepustakaan A. Teori Terkait 1 ...”,

https://rafikhn.files.wordpress.com/2012/08/karakter-siswa.pdf. Diunduh

pada tanggal 15 Juni 2015

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif utuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik.

Universitas of Horizon .

Kurdi, Aserani. 2011. “Bahan Diklat Seni Musik SMKN 1 Tanjung”,

http://aseranikurdi.fles.wordpess.com/. Diunduh pada tanggal Selasa 2

Maret 2015.

Moleong, Lexi. J. 2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

_______, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Nisfi, Yussi Faridan. 2012. Karakteristik Pupuh Kinanti Kawali. Skrispsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Seni Musik, FBS UNY.

Pranadjaja. 1976. Seni Menyanyi. Jakarta : C.V Baru.

Prmayuda, Yudha. 2010. Buku Pintar Olah Vokal. Yogyakarta: BUKUBIRU. Pusat Musik Liturgi. 2014. Menjadi Dirigen II. Yogyakarta.

Soewito, D.S. 1996. Mengenal Alat Musik (Tradisional da Non Tradisional). Bogor : Titik Terang.

(66)

_______, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : CV.Alfabeta, 2009. Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2001. Metode Penelitian Sosial Agama.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Takari, Muhammad. 2014. “Kesenian Melayu”, http://scribd.com/. Diunduh pada tanggal Senin 4 Maret 2015.

Tim Pusat Liturgini. 1986.Menjadi Dirigen Jilid II Membentuk Suara. Yogyakarta : Pusat Musik Liturgini

(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)

Lampiran 5. Pedoman Wawancara

1) Tujuan Wawancara

Tujuan wawancara ini adalah untuk mendapatkan data-data tentang Karakteristik Vokal Melayu di Sanggar Kemuning, Belitung Timur.

2) Pembatasan Wawancara

a) Seputar Sanggar Kemuning (sejarah dan perkembangan Sanggar Kemuning).

b) Teknik vokal Melayu.

3) Kisi-kisi Wawancara

No Aspek yang diteliti Pertanyaan 1. Sanggar Kemuning 1. Kapan terbentuk ?

2. Arti Sanggar Kemuning ? 3. Perkembangan yang didapat

selama berdirinya Sanggar Kemuning ?

4. Kesulitan yang dialami ? 5. Kategori dalam Sanggar ? 6. Minat dari para anggota ? 7. Prestasi yang diraih ? 8. Jabatan lain ?

9. Keinginan yang belum dicapai ? 2. Teknik Vokal 1. Teknik vokal yang diketahui ?

(74)

3. Kesulitan yang didapat dalam bernyanyi Melayu ?

4. Hal yang belum dicapai dalam bernyanyi lagu Melayu ? 3. Alat Musik 1. Tangga nada yang digunakan ?

2. Alat yang digunakan? 3. Lirik lagu ?

4. Pengalaman yang didapat ? 5. Waktu berada di Sanggar ? 6. Kesulitan yang dialami ? 7. Keinginan yang belum tercapai

(75)

Lampiran 6. Hasil Wawancara

HASIL WAWANCARA

Hasil wawancara tgl 12, 29 April 2015. Wawancara ini dilakukan untuk melengkapi data agar dapat membantu peneliti dalam penelitian.

P = peneliti, J = Januarsih (Narasumber) P = Sebile Tebentuk e Sanggar Kemuning ?

J = Waktu itu Sanggar Kemuning mulai ade tahun 2014 P = Arti dari Sanggar Kemuning to ape buk ?

J = Dari nameSanggar Kemuning dak de arti sendrik dari name itu, tapi waktu duluk e Sanggar Kemuning ne kamek artiek kembang nak warne e puteh terus bauk e beserongen gitu kemane-mane. Jadi kamek ngarapek Sanggar Kemuning ne dapat mawak name baik Sanggar kan masyarakat Belitong ne kemane-mane sampai tingka tinggi la pukok e.

P = Amin. Ow gitu buk ye ?

J = Ye kak, muje kamek to nak la rase e mawak name baik Belitong ne kemane-mane, ade rase bangge gitu kan daerah kite ne. Muje jarang kan ade seni kayak gini palingen gak sebangkak belitong lah. Hehe

P = Ye buk, muda-mudaen tecapai buk ye. Terus buk, perkembangan nak didapat selamak tebentuk Sanggar ne ape buk ?

J = Alhamdulillah, petame-tame kamek dapat nampilek karya-karya kamek ne untuk ditunton urang atau masyarakat kite disinek ne. Terutame dari kecamatan, kamek disuro tampil ngewakilek Kecamatan ke Kabupaten kan dari Kabupaten Alhamdulillah dapat sampa ngewakilek Provinsi kak. Jadi ade rase bangge gitu walaupun kamek baru Sampai Provinsi ne.

P = oww

J = Ye kak, seni kite ne pun termasuk seni langka sebenar e, tapi itu la urang lain dak dapat nikmatek ukan karne ape, karne urang dak tau kadang-kadang ape ken maksud e atau arti dari musik kite ne, macam campak kan gambus. Sebenar e beda kan musik urang lain, tapi itu la dukungan dari pemerintah e kurang kan seni ne ape agik seni kite ne didaerah-daerah jao dari kte ibarat e. Kadang-kadang nak rotes, tapi gimane agik muje ibuk kan bia-biak disinek dak de kuase ape la ye disinek ne. Jadi nok ade e sajak la, gak urang belitong jak dak ape-ape lah, pukok e urang belitong e sendirik jangan sampai bosan kan karya seni musik kite ne dari turun-temurun nak kak. Gak mikak la penerus e kak, agik mudak-mudak ne, harapan urang tue dalam arti yang tau musik melayu ne.

P = Amin buk. Ow ye buk, ade ke kesuliten waktu ngendiriek sanggar ne buk ? J = pasti e se ade kak, banyak. Dari penari e terutame, muje masing-masing la

(76)

walaupun dak dapat ngikut tap dukongan dari biak-biak ne Alhamdulillah tetap ade la, kadang-kadang nunton mawak sekeluarge nunton kamek tampil. P = agik e buk ?

J = ape agik e ye, kayak displin laien juak, biak-biak ne kadan-kadang dak dapat tepat waktu ape agik nak mudak-mudak ne, lum dapat masing-masing ngehargeek waktu, sementare kamek rajin latien malam, mun latien e jam 7 kadang-kandang datang e jam setengah 8, ade nok datang e jam 8 ntah kemane-mane gerangen e, ibuk se dak marah cuman ngasin kan kawan nok lain e, muje la daang jam 7 kurang misal e lum-lum juak latien muje nunggu kawan e lum bedatangen, ngasin kadang-kadang, tapi sekali agik name e jak agik mudak kan agik dayang, pemikeren e lum penoh kan ngehargeek waktu tek. Ukan base ape se sebenar e kak, takut balik e malam mun datang e jam 8, sementare latien e ukan gak sekali kan bekali-kali ibarat e sampai biak-biak ne dak de salah agik e ape agik misal nak tampi diundang urang dinas, latien e rajin banyak bemain e. Terus dak nyaman kan urang tue e mun balik malam to, ape agik isok enak sekula, tapi se biak-biak ade=ade la. Untong e urang tue e se ngerti la kak Alhamdulillah kan nak ngendukong anak e ngikut seni ini ne.

P = hmmm, kalok dalam Sanggar ne ade berape macam buk urang-urang e ? J = kalok sanggar ne ade 4 macam, SD, SMP, SMA, kan umum kak. Mun la

dekat-dekat nak lumbe se kamek latien biase e mun la ade kabar ade lumbe kamek langsung nyarik bahan untuk latian e.

P = Kalok minat dr Pemain sanggar e buk ?

J = biak-biak ne untong la kadang-kadang ibuk salut kan biak-biak ne, ade ajak ilmu e nambaek musik, tari kamek ne biar keliaten bagus. Utak die ne digunaek untong e, ntah ade jiwe seni dari keluarge e, tapi ibuk bangge kan biak-biak ne mandiri rate-rate. Walaupun kadang-kadang tengkaren kan nakal to. Haha

P = haha ye nak buk, untong la dapat nuog ibuk juak. Hehe. Prestasi e selamak ini ape buk?

J = kamek isak dapat juare di tingkat Kabupaten ke tingkat Provinsi, selain itu kategori Sanggar kamek rajin juak ngikut lumbe vokal group dan dapat kategori penata kostum tebaik ibuk agik duluk e rajin bedandan. hehe

2004 : Juara 1 Lomba Musik dan Tari 2005 : Penghargaan Penata Kostum Terbaik 2007 : Juara II Lomba Musik dan Tari 2011 : Juara II Lomba Musik dan Tari 2013 : Juara II Lomba Musik dan Tari

Juara III Lomba Vokal Group

2014 : Juara III Lomba Vokal Group Lagu Daerah P = Jabatan lain e ibuk disinek buk ape ?

(77)

P = Keinginan nok lum tecapai ade ke buk ?

J = mual kak, cite-cite e kamek mun dapat ngewakilek tingkat Nasional kak, dari duluk e lum tecapai-capai sampai sekarang, kameka se berusahe la mudah-mudahen dapat, due’ek kak ye. Hehe itu la harapen kamek ne kak dari duluk e.

P= Amin buk,mudahn la, rezeki pun dak kan kemane buk, mudah-mudahen dapat ngerase e.

Sumber 2 : P = peneliti, S = Sugiartri (Narasumber) Pada tanggal : 12-29 April 2015

P = Dek

S = uy kak, nak nanyak ape?

P = Teknik vokal yang diajarek ibuk diguneek di nyanyi melayu ape ajak dek? S = teknik vokal nak diajarek e, pernapasan kak, care becakap e ape name e tek,

aaah artikulasi kak, dinamik e, intonasi dari lagu-lagu to, kan ekspresi e kak care kite mawaek lagu to, gaye-gaye e harus sesuai kan lagu e la. Kan cengkok juak, generek, kan patah lagu ade juak dalam melayu kite ne teknik e.

P = Pernafasan ape ajak yang diguneek dalam nyanyi Melayu ?

S = nak aku tau e kan diajarek dari ibuk se diafragma kak, pernafasan e nyaman makai nok itu, kerase beda e mun makai pernafasan nok lain yang mudha kepak, mun makai pernafasan nok ini ndak.

P = ooow, terus dek kesulitan ape yang didapat waktu nyanyi Melayu ?

S = nak dak pandai e cengkok e kak, agak susah mundak dipelajarek terus, aku jak ini lum gilak pandai se sebenar e, tpi mun belajar terus mual dapat, itulah kunci e se menurut aku kak, muje aku disinek juak banyak-banyak latien jadi nak pandai mundak en se dak kan pandai-pandai. Terus kalok kite makai cenngkok, generek, kan patah lagu to harus ati-ati kalk jangan sampai kelebeen kan jangan sampai kesikiten, mun kelebeen dak bagus jadi e, mun kurang dak nyaman juak didengar jadi yang sedang-sedang ajaklah, tergantung dari tipe lagu e gimane.

P = ow, dapat ilmu baru ini se kakak. Hehe

S = eew, kite disinek same-same belajar kak, ape agik aku jak gak diajarek dari ibuk. Hehe

P = ye la dek, hehe. Makase ye dek waktu e. S = ye kak same-same.

(78)

P = Bang, tangga nada ape ini diguneek disinek ne biase e? R = uuy, kamek biase e makai tangga nada A kan E mayor dek. P = oow, alat yang diguneek bang dalam Musik Melayu?

R = banyak se sebenar, terutame umum e la ye gendang Melayu, accordion, hadra, jimbe, kan gambus. Biase e makai biola kan bedok juak kamek, biar bedentum kae urang belitong te bunyi e. Haha

P = ow ye bir bedentum nak bg. Hehe. Lirik lagu e bang? R = maksud e dek

P = ye maksud e lirik lagu nak diguneek dalam lagu to berupa ape, misal e cinta-cinta ke gitu ? heehe

J = heew, sing ade-ade la dek ko ne pertnyaan e. Hmm, kalok lirik lagu to biase e berupe pantun dek, misal nyeriteek daerah kite ne, kesenian, urang kelaut, maras taun biase e ditempat kite ne, urang bekebun, kan hasel alam daerah kite ne.

P = oww gitu bang, kalok e. Haha. Hmm, pengalaman bang, ape nok didapat disinek ne?

R = banyak dek, terutame dapat kawan kan sedare lah. P = kalok e dapat judoh juak bang. Hehe

R = eew la pulak, kalok itu se abg lum dapat. Hehe. Pengetahuan dek tentang musik, ade nak baru misal e dapat gaye musik baru, dimodip sendirik gitu kan biak-biak ne, jadi ade nuansa baru dari setiap musik kan lagu nak kamek bawaek ne, itu la paling. Kan dapat pengalaman juak.

P = abang la berape lamak disinek bang? R = lum lamak juak se, sekitar 2 tahun la. P = uy, sedang juak la itu bang, la lamak juak.

R = ye la, dak kerase mun kan biak-biak ne awet mudak juak sikit rase e, muje disinek abang la nak tue e. Haha

P = ow gitu, piker tek nak paling mudak bang. Hehe R = heew, mudak ape la ye, la semakin tu ne.

(79)
(80)
(81)
(82)

Lampiran 8. Foto Dokumentasi

Gambar 28. Saat wawancara ketua Sanggar Kemuning (Dokumentasi Fitria, 29 April 2015)

Gambar 30. Sanggar Kemuning Saat dipanggung (Dokumentasi Fitria, 25Mei 2015)

Gambar

Gambar (b) Posisi Diafragma  waktu mengeluarkan nafas.
Gambar 2. Resonansi
Gambar 6. Skema Kerangka Berpikir
Tabel I: Kisi-kisi pertanyaan wawancara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian, fungsi musik, dan alat musik pada Musik Paranaue Pada Komunitas Seni Bela Diri Ginga Firme Capoeira

“ Bentuk Dan Fungsi Musik Gondang Sabangunan Batak Toba Pada Grup Horas Rapolo Musik Di Semarang ” saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

Hambatan-hambatan yang didapatkan pada pembelajaran Mata Kuliah Vokal Wajib I di Prodi Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan T.A 2013/2014 .... Cara

Ditinjau dari latar belakang terbentuknya Sanggar Payung Bertuah, kegiatan apa saja yang dilakukan, bentuk musik pengiring Pencak Silat serta fungsi musik pengring Pencak

Skripsi ini diajukan kepada Panitian Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Seni

Pertama, prinsip kesatuan organik yang telah lama didirikan. Dengan ini dimaksudkan fakta bahwa setiap elemen dalam sebuah karya seni sangat diperlukan oleh

Metode Kelas Vokal merupakan salah satu mata kuliah yang tercantum di dalam kurikulum Prodi Pendidikan Musik Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta sebagai penciri

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat akulturasi pada fasad rumah si Pitung di Marunda, dengan pengaruh kebudayaan yang sangat beragam dari berbagai etnis