BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Subjek Penelitian
4.1.1 Tempat dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 April 2011 di Grand Wahid Hotel Salatiga, salah satu hotel berbintang empat yang ada di Salatiga. Hotel yang berdiri pada tanggal 24 Desember 2005 beralamatkan di Jl. Jendral Sudirman No. 2 Salatiga. Hotel ini berdiri berkat kerjasama dengan franchsior Choice Hotel Indonesia yang berkedudukan di Jakarta. Pada bulan Oktober 2007, Choice Hotel Indonesia melepaskan diri dari master franchisor Choice Hospitality International, dan berdiri sendiri dengan nama Core Hotels Indonesia. Lalu pada sekitar bulan Mei – Juni 2008, PT. Grand Wahid memutuskan untuk mengelola sendiri operasional hotel dan keluar dari management Core Hotel Indonesia. Sejak saat itu, Quality Hotel Wahid
Salatiga berubah nama menjadi Grand Wahid Hotel Salatiga. Pergantian nama ini berlaku efektif sejak tanggal 01 Juli 2008.
Grand Wahid Hotel Salatiga memiliki kapasitas kamar sebanyak 103 kamar. Secara terperinci kamar-kamar tersebut adalah:
Superior (38 kamar)
Deluxe (42 kamar) Executive (19 kamar) Suite (3 kamar)
President suite (1 kamar).
Grand Wahid Hotel Salatiga mempekerjakan karyawan sebanyak 101 orang yang terbagi atas 76 orang karyawan laki-laki dan 25 Orang Karyawan Perempuan. Jumlah karyawan sebanyak itu terbagi ke dalam 10 (sepuluh) divisi, dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 4.1
Pembagian Karyawan Grand Wahid Hotel
No Divisi Housekeeping, Grand Wahid Hotel berhasil mendapatkan profil responden berdasarkan devisi, jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan dan etnisitas. Secara berturut-turut profil responden dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 4.2 di atas memperlihatkan data responden berdasarkan devisinya. Responden yang berasal dari devisi frontoffice ada 10 orang (32%) sementara di devisi housekeeping ada 21 orang (68%).
Tabel 4.3
Jenis Kelamin Responden Frequency Percent
Valid laki-laki 18 58.1
Perempuan 13 41.9
Total 31 100.0
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki, yaitu 58.1%. Sisanya, yaitu 41.9% berjenis kelamin perempuan.
Tabel 4.4 Pendidikan Responden
Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan Karyawan Grand Wahid Hotel bisa dikatakan cukup beragam. Tingkat pendidikan karyawan terentang dari SMA sampai Sarjana (S1). Yang terbanyak adalah karyawan dengan tingkat pendidikan D3 (29.0%), sementara yang terkecil adalah karyawan dengan tingkat pendidikan D2 (6.5%).
Frequency Percent
Valid SMA 5 16.1
D1 7 22.6
D2 2 6.5
D3 9 29.0
S1 8 25.8
Tabel 4.5 Etnis Responden
Etnis Frekwensi Prosentase
Jawa 21 67.7
Non-Jawa 10 32.3
Total 31 100
Tabel 4.5 di atas memperlihatkan profil responden berdasarkan etnisitasnya. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa etnis Jawa sangat dominan, yaitu 67.7%, sementara etnis non Jawa ada 10 orang atau 32.3%.
4.2. Hasil Penelitian
Tabel 4.6.
Data Kompetensi Lintas Budaya dan Harga diri
No. Responden
Data
Kompetensi Lintas Budaya (X) Harga Diri (Y)
1 A1 81 104
Setelah dilakukan analisis korelasi Rank Spearman sebagaimana tampak pada tabel 4.7. diperoleh nilai korelasi sebesar 0,891 ke arah positif dengan angka signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini bermakna bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara kompetensi lintas budaya dengan harga diri diterima.
Correlation Coefficient 1.000 .891**
Sig. (2-tailed) . .000
N 31 31
Harga Diri Correlation Coefficient .891** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 31 31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel Korelasi Spearman di atas memperlihatkan koefisien korelasi sebesar 0.891 dengan taraf signifikansi sebesar 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi antara kompetensi lintas budaya dengan harga diri. Dibaca berdasarkan kriteria Guilford, maka koefisien korelasi tersebut berada pada tingkat 0,800 – 1,000. Hal ini berarti tingkat keeratan hubungan antara kompetensi lintas budaya dan harga diri sangat kuat.
4.4. Pembahasan
mampu untuk mengelolanya dengan baik sehingga membuatnya yakin pada kemampuan sendiri, bersikap mandiri dan bertindak aktif dalam menggapai berbagai tujuan dari kehidupannya. Harga diri dibutuhkan oleh siapa saja, tidak terkecuali karyawan hotel.
Dalam usaha perhotelan, karyawan hotel merupakan ujung tombak. Karyawan hotel adalah orang-orang yang secara langsung berhubungan dengan para pengunjung hotel dan mempresentasikan produk-produk hotel. Oleh karena itu, karyawan harus memahami mengenai pentingnya memberikan kepuasan kepada para tamu dan dapat melihat segala hal dari sudut pandang para tamu. Kemampuan dalam mengelola dan mempertahankan kepuasan para tamu merupakan faktor yang utama karena hal tersebut akan memberi nilai lebih yang akan memberikan ketertarikan para tamu untuk menggunakan jasa Hotel.
Para pengunjung hotel pada dasarnya bukan pengunjung tetap. Para pengunjung hotel datang secara silih berganti. Pengunjung ini datang dengan berbagai macam kepentingan dan latar belakang budaya. Kenyataan ini membuat karyawan hotel akan selalu berhadapan dengan situasi yang berubah-ubah dan dalam situasi tersebut para karyawan hotel dituntut untuk mampu melayani setiap pengguna jasa hotel dengan dengan pelayanan yang berkualitas.
budaya. Dengan memiliki kompetensi lintas budaya, seorang karyawan hotel akan lebih percaya diri, mandiri dan bertindak aktif.