i
SKRIPSI
Rasionalitas Indonesia dalam Menyetujui
Liberalisasi Perdagangan di Forum APEC 2013
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata S-1
Jurusan Hubungan Internasional
OLEH
Lalu Zhaharal Imam Zhahid Wijaya 09260151
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL dan POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberi-kan rahmat dan
anugerah-Nya sehingga skripsi dengan judul “RASIONALITAS INDONESIA
DALAM MENYETUJI LIBERALISASI PERDAGANGAN DALAM FORUM
APEC 2013” dapat diselesaikan dengan baik. Selama penyusunan skripsi ini,
penulis telah memperoleh banyak bantuan dari beberapa pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Gonda Yumitroo MA selaku ketua jurusan Hubungan Internasional
2. Ibu Dyah Estu K, M.Si selaku dosen pembimbing I atas waktu dan bimbingan
yang telah diberikan.
3. Bapak Nurudin, M.Si selaku dosen pembimbing II atas waktu dan bimbingan
yang telah diberikan.
4. Bapak dan ibu dosen di jurusan Ilmu Hubungan Internasional yang telah
memberikan ilmu kepada saya meskipun saya tidak maksimal menerima ilmu
tersebut.
5. Penguji 1 bapak Hapid Adim M.A
6. Penguji 2 bapak hapidz Ageng M.A
7. Almarhum mamiq Lalu Wijaya dan mamak Dra. Baiq Rohmini dan adek tercinta
Baiq Lulu Ayu Widya Wijaya yang telah memberikan semangat tiada henti
sehingga masih bisa bertahan dan mendukung selama mengerjakan skripsi.
Semua saya dedikasikan untuk kalian.
8. Kepada semeton perjuangan Muwardi Sutasoma, S.Si yang selalu menemani
berdiskusi . Terima kash atas keluangan waktu dan luangan pikiran.
9. Seluruh semeton seluruh keluarga besar mahasiswa Mahasiswa Tatas Tuhu
iii
10. Seluruh semeton sahabat beraye, yang sudah menemani selama 5 tahun di malang
kalian semua semangat dan selalu mendukung baik susah senang.
11. Teman-teman IMM Renaissance FISIP yang banyak memberikan pelajaran
tentang hidup berorganisasi selama kuliah
12. Teman-teman keluarga besar HI UMM
13. Universitas Muhammadyah Malang (kampus putih) tetap terus mencerdaskan
anak bangsa. Terima kasih sudah membesarkan sampai dengan lulus ini.
14. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak telah banyak membantu selama
penelitian.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan Skripsi ini. Penulis
berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Malang, Mei 2014
vi Halaman
HALAMAN JUDUL ... ...i
LEMBAR PERSETUJUAN ... .ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v
KATA PENGANTAR ... vi
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1.3.1. Tujuan ... 7
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 7
1.3.2.1. Praktis ... 7
1.3.2.2. Akademis ... 7
1.4. Penelitian Terdahulu ... 8
1.5. Landasan Konsep ... 12
1.5.1. Perdagangan Bebas ... 13
1.5.2. Landasan Teori ... 15
1.3.2.1. Birocratic Model Policy ... 15
1.6. Metodologi Penelitian ... 20
1.6.1. Jenis Penelitian ... 20
1.6.2. Ruang Lingkup Penelitian ... 21
1.6.2.1. Batasan Materi ... 21
1.6.2.1. Batasan Waktu ... .21
vii
1.6.4. Metode Analisis Data ... 21
1.6.5. Hipotesis ... 22
1.6.5. Sistematika Penulisan ... 22
BAB II PERKEMBANGAN APEC DAN PERAN AKTIF INDONESIA .... 24
2.1. Sejarah Terbentuknya APEC ... 24
2.2. Perkembangan APEC ... 30
2.3. Peran Aktif Indonesia dalam APEC... 41
BAB III RASIONALITAS INDONESIA DALAM MENYETUJUI LIBERALISASI PERDAGANGAN DALAM FORUM APEC 2013 ... 45
3.1. Pro dan Kontra dalam Menyetujui Liberalisasi Perdagangan di Forum APEC 2013 ... 45
3.1.1. Respon Dukungan Terhadap Liberalisasi Perdagangan di Forum APEC 2013 ... ...45
3.1.2. Respon Kontra pada Kebijakan Pemerintah karena Menyetujui Liberalisasi Perdagangngan dalam Forum APEC 2013…….. ... 53
3.2. Keuntungan Indonesia dari Liberalisasi Perdagangan APEC dilihat dari Bidang Ekspor, Infrastruktur dan UMKM ... ..59
3.2.1. Bidang Ekspor ... 60
3.2.2. Bidang Infrastruktur ... 80
3.2.3. Bidang UMKM ... 84
BAB IV PENUTUP ... 95
4.1. Kesimpulan ... 95
4.2. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 98
viii DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1. Kualitas Infrastruktur beberapa negara ASEAN ... ...81
ix Halaman
Tabel 3.1. Dampak dari Berbagai Liberalisasi Perdagangan pada Sektor
Ekspor Indonesia ... 60
Tabel 3.2. Nilai Ekspor Indonesia ke Jepang ... 64
Tabel 3.3. Nilai Ekspor Indonesia ke Ameria Serikat ... 65
Tabel 3.4. Nilai Ekspor Indonesia ke Singapura ... 66
Tabel 3.5. Nilai Ekspor Indonesia ke Korea Selatan ... 66
Tabel 3.6. Nilai Ekspor Indonesia ke Malaysia ... 67
Tabel 3.7. Nilai Ekspor Indonesia ke Thailand ... 68
Tabel 3.8. Nilai Ekspor Indonesia ke Cina ... 69
Tabel 3.9. Nilai Ekspor Indonesia ke Australia ... 69
Tabel 3.10. Nilai Ekspor Indonesia ke Filipina... 70
Tabel 3.11. Nilai Ekspor Indonesia ke Hongkong ... 71
Tabel 3.12.Nilai Ekspor Indonesia ke Vietnam ... 72
Tabel 3.13. Nilai Ekspor Indonesia ke Kanada ... 73
Tabel 3.14. Nilai Ekspor Indonesia ke Meksiko ... 74
Tabel 3.15. Nilai Ekspor Indonesia ke Rusia ... 74
Tabel 3.16. Nilai Ekspor Indonesia ke Selandia Baru ... 75
Tabel 3.17. Nilai Ekspor Indonesia ke Chile ... 76
Tabel 3.18. Nilai Ekspor Indonesia ke Papua Nugini ... 76
Tabel 3.19. Nilai Ekspor Indonesia ke Brunei Darussalam ... 77
x
Tabel 3.21. Nilai Ekspor Indonesia ke Taiwan ... 79
Tabel 3.22. Total Ekspor Indonesia ke APEC tahun 2009-2013 ... 80
Tabel 3.23. Masalah Utama Investasi Indonesia ... 81
Tabel 3.24. Kualitas Infrastruktur Negara-Neagara ASEAN... 82
Tabel 3.25. Perkembangan Anggaran Infrastruktur Indonesia 2007-2013 ... 83
xi Halaman Grafik 3.1. Jumlah anggota Koperasi ... ...89
Grafik 3.2. Jumlah UMKM atau Unit Tahun 2011 ... 90
xii Alison Graham T. 1971. Essence of Decision: Explaining the Cuban Missile
Crisis. Boston, Little, Brown.
BI (2008), ”Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012. Integrasi Ekonomi ASEAN
dan Prospek Perekonomian Nasional”, Januari, Jakarta: Bank Indonesia
Bayu Perwita Anak Agung, Mochamad Yanyan Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Brotisilo, Agus. 1997. aspek-aspek Hukum Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN, Badan Pembinaan Hukum Nasional. Departemen Kehakiman RI. Jakarta.
Budiyono, Zaenal. 2008. Demokrasi bukan Basa-Basi. DCSC Publishing. Jakarta.
Caporaso James. “internatinal relations theory and multilaterallism search for fondation” dalam jhon Gerard Ruggie (ed). Multilateralism Matters : the teory and praxis of an instituational from. 1993 (New York : Columbia university press).
Fazayana, Ranti. 2004. Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam Perdagangan Bebas. PT Gramedia Widiasarana. Jakarta.
Hidayat, Nur. 2011. Pengaturan APEC Buisness Card/ABTC Sebagai Implementasi dari Perjanjian Kerjasama APEC di Indonesia. Skripsi S1. Universitas Andalas. Padang.
Jackson, Robert dan Sorensen, georg. 2005. “Pengantar Studi Hubungan Internasional”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Februari 2005.
.
Kanisius. 2005. Kebudayaan, perdagangan, dan globalisasi. IKAPI. Yogyakarta. Kym Anderson, dkk. 2009. Indonesia in a reforming world economy (Effects on
Agriculture, Trade and The Environment).The university of Adelaide Press. South Australia.
Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi. PT Pustaka LP5ES Indonesia. Yogyakarta.
Perwita, Banyu Agung. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Plano C Jack dan Roy olton. 1999. Kamus hubungan internasional. Abrdin. Bandung.
xiii Rosenau James N., Gavin Boyd, Kenneth W. Thomson.1976. world politics :
introductio. New York: the free press.
Sadono Sukrino. “pengantar ilmu mikroekonomi”. 2002. Graha Grafindo. Jakarta.
Suandi, Edy dan Anto, Hendrie. 2000. Ekonomi Indonesia Memasuki Milenium III. UII press. Yogyakarta.
WEF (2006), The Global Competitiveness Report 2006-2007, Geneva: World Economic Forum.
WEF (2007), The Global Competitiveness Report 2007-2008, Geneva: World Economic Forum.
BI (2008), ”Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012. Integrasi Ekonomi ASEAN
dan Prospek Perekonomian Nasional”, Januari, Bank Indonesia. Jakarta..
Sumber Internet:
http://www.tempokini.com. di akses tanggal 3 september 2014.
http://www.sayangi.com/ekonomi/ekuin/read/8617/ketum-kadin-apec-selesai-indonesia-tak-dapat-keuntungan di akses tanggal 7 januari 2013.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:qCDvVb4O50wJ:jkw- lipi.org/wp-content/uploads/2014/01/7__APEC-dan-Proses-Integrasi- Ekonomi__Sigit-Aris-Prasetyo__JKW-Vol.-2-No.2-Thn-2011__Page258-273.pdf+&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id di akses tanggal 1 Januari 2014.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/10/05/2325554/Menteri.Ekonomi.A PEC.Sepakati.Kelanjutan.Perdagangan.Bebas di akses tanggal 23 januari 2014.
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/107513/pengusaha-ritel-dukung-pelaksanaan-apec-di-surabaya di akses tanggal 1 juli 2014.
http://microsite.metrotvnews.com/indonesiamemilih/read/2013/04/23/350/148881 /IGJ-Kecam-Rendahnya-Komitmen-APEC-Terhadap-Perubahan-Iklim di akses 1 juli 2014.
http://www.kemlu.go.id di akses tanggal 1 oktober 2013.
http://www.amazine.co/24522/apa-itu-apec-fakta-sejarah-informasi-lainnya/. di akses tanggal 5 november 2013.
xiv
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/01/09/-mengintip-pertumbuhan-ekonomi-dan-pers-india--626676.html. di akses tanggal 8 januari 2014.
http://www.aktual.co/ekonomibisnis/090002sby-langgar-uud-1945-dalam-forum-apec-mpr-diminta-tegas di akses 1 juli 2014.
http://www.tabloiddiplomasi.org di akses tanggal 15 september 2014.
http://www.klndepkeu.tripod.com/biro/bagian/bag1/1subag1/apec.htm. diakses 12 November 2013.
http://www.deplu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&ID P=3&P=Regional&l=id di akses tanggal 7 januari 2013.
http://dekopin.coop/artikel/detail/132 di akses tanggal 7 januari 2013.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF APEC BAGI INDONESIA.pdf.akses 25 oktober
2008 Baiq L. S. W. Wardhani, Dosen Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
FISIP Unair Surabaya ”APEC Bagi Indonesia Sebagai Mitra Atau Pemangsa” diakses 07/09/2009.
http://www.scribd.com/doc/52729162/18/diskriminatif diakses pada tanggal 10 januari 2011.
http://indonesia.ucanews.com/2013/10/02/aktivis-kecam-ktt-apec/ di akses 1 juli 2014.
http://www.klndepkeu.tripod.com/biro/bagian/bag1/1subag1/apec.htm. di akses 15 bnovember
http://nasional.kompas.com/read/2013/04/09/09295272/Ramalan.Soeharto.Abad. Ke21 12 november 2013.
http://www.gatra.com/kolom-dan-wawancara/39803-masih-perlukan-apec-bagi-indonesia.html. diakses 12 November 2013.
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/ekonomi-bisnis/analisis-apecdan-kepentingan- indo.html di akses tanggal 19 november 2013.
http://murtiningsih.blog.uns.ac.id/2009/10/07/teori-perdagangan- internasional/
di akses tanggal 19 november 2013.
xv
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/10/08/1704443/Inilah.Tujuh.Hasil.K esepakatan.APE C.2013. di akses tanggal 3 november 2013.
http://menegpp.go.id di akes tanggal 3 september 2014
www.apecsec.org.sg/ diakses 4 september 2014
http://www.apecsec.org.sg/ Pendahuluan APEC hal 2 diakses 4 september 2014
http://www.depdag.go.id diakses 7 septermber 2014.
http//www.Indonesia.go.id akses 10 september 2014.
http://www.apec2013.or.id di akses tanggal 14 september 2014.
www.setkab.go.id di akses tanggal 14 september 2014.
http://kbbi.web.id/ekspor diunduh tanggal 11 November 2014.
www.kemenkeu.go.id/sites/.../Kajian_Kerja_Sama_Bilateral_RI-AS.pdf diunduh tanggal 28 september 2014 jam 20.00.
http:// www.depdag.go.id diakses 11 november 2014.
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Inisiatif%20Indonesia%20Untuk%2 0Pembiayaan%20Investasi%20Infrastruktur%20Di%20G20.pdf diunduh tanggal 24 oktober 2014 jam 23.05 WIB.
http://www.depkop.go.id (di akses tanggal 16 oktober 2014).
http://www.depkop.go.id (di akses tanggal 16 oktober 2014).
http://paue.ugm.ac.id (di akses tanggal 18 oktober 2014).
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/31013-3-478126269633.doc (diakses tanggal 8 19 oktober 2014).
http://www.depkop.go.id (diakses tanggal 19 oktober 2014)
http://www.depkop.go.id/phocadownload/renstra/2009-2014/renstra_2010-2014 02_bab_01.pdf hal.5 (di akses tanggal 19 oktober 2014).
http://www.depkop.go.id di hal 1-2. akses tanggal 13 november 2014.
http://www.indonesia.go.id di akses tanggal 21 oktober 2014.
xvi
www.spi.or.id di akses tanggal 9 november 2014.
http://igj.or.id di akses tanggal 11 november 2014.
http://hizbut-tahrir.or.id/ di akses tanggal 11 november 2014.
http://beamcharged.com di akses tanggal 11 november 2014.
http://www.pp-frontmahasiswanasional.org di akses tanggal 11 november 2014.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pada 1989 beberapa pemimpin negara Asia Pasifik melakukan pertemuan
multilateral yang terjalin dalam satu lingkaran organisasi yang bernama Asia
Pacific Economic Cooperation (APEC). Organisasi ini bergerak pada bidang
kerjasama ekonomi yang dilatar belakangi saling ketergantungan negara-negara di
kawasan asia pasifik. Kerja sama APEC dibentuk dengan pemikiran bahwa
dinamika perkembangan Asia Pasifik yang semakin kompleks dengan di warnai
oleh perubahan besar pada pola perdagangan dan investasi, arus keuangan dan
teknologi, serta perbedaan keunggulan komparatif, sehingga diperlukan konsultasi
dan kerja sama intra regional.1
Anggota ekonomi APEC memiliki keragaman wilayah, kekayaan alam
serta tingkat pembangunan ekonomi, sehingga pada tahun tahun pertama, kegiatan
APEC difokuskan secara luas pada pertukaran pandangan (exchange of views) dan
pelaksanaan proyek-proyek yang didasarkan pada inisiatif-inisiatif dan
kesepakatan para anggotanya. Semua ini didasari dengan kemajuan tranportasi
dan teknoloogi yang terus berkembang pesat. Sehingga sangat berpotensial untuk
melakukan kerjasama untuk mengembangkan perdagangan ekonomi.
Adapun anggota - anggota APEC adalah Australia, Brunei Darussalam,
Kanada, Chili, China, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia,
1
2
Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia, Singapura, China
Taipei, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam2.
Berbicara masalah APEC kita tidak terlepas dari negara Indonesia. Pada
tanggal 19 november 1994. Pada pertemuan di Bogor disepakati bahwa negara
yang sudah pada tingkat industriali sasi (negara-negara maju) akan mencapai
sasaran perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka (liberalisasi) paling
lambat tahun 2010, dan wilayah yang tingkat ekonominya sedang berkembang
paling lambat tahun 2020.3
Sehubungan dengan ini, para pemimpin ekonomi APEC sepakat untuk
memperluas dan mempercepat program pemudahan perdagangan dan investasi di
kalangan APEC. Selain itu, disepakati peningkatan kerja sama pembangunan di
antara anggota melalui program pengembangan sumber daya manusia,
pengembangan pusat-pusat pengkajian APEC dan kerja sama dibidang IPTEK
(termasuk alih teknologi). Deklarasi Bogor dikenal sebagai Deklarasi Tekad
Bersama (Declaration of Common Resolve)4. Untuk sebuah kemajuan bersama,
namun melihat kekondisian ekonomi saat ini menjadi pertanyaan besar bagi
bangsa Indonesia, mampukah negara berkembang Indonesia untuk bersaing di
dunia perdagangan bebas internasional.
Kemudian Indonesia kembali menjadi menjadi tuan rumah untuk
menyelenggrakan KTT APEC pada tanggal 5-7 Oktober 2013 yang berlangsung di Bali.
2
Apa itu APEC fakta sejarah dan informasinya http://www.amazine.co di akses tanggal 5 november 2013
3
Kerjasama ekonomi asia pacifik/asia pacific economi cooperation dalam http://www.klndepkeu.tripod.com diakses 12 November 2013.
3
Bagi pemerintah APEC saat ini dianggap sebagai salah satu forum ekonomi
regional terpenting di Asia Pasifik, karena melibatkan partisipasi para pemimpin
ekonomi negara-negara kunci di kawasan, seperti Amerika Serikat, China, Jepang,
Australia, dan tujuh anggota ASEAN. Selain itu, setiap tahun menteri luar negeri,
menteri perdagangan, menteri keuangan dan menteri-menteri lain hadir dalam
pertemuan-pertemuan APEC. Kehadiran para pemimpin dan menteri APEC
tersebut selama ini juga dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk melakukan
pembahasan masalah-masalah bilateral dan regional. Hal ini didukung oleh
komitmen menteri-menteri perdagangan APEC yang melakukan pertemuan setiap
tahun guna mencari solusi kongkret sistem perdagangan multilateral di bawah
semangat Bogor Goals.
APEC turut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik dan kemajuan perekonomian
global. Selain itu, anggota-anggota APEC juga berkontribusi terhadap 53% GDP
dunia serta 44% volume perdagangan dunia. Tingkat pertumbuhan rata-rata per
tahun anggota APEC adalah 2,5%. Angka ini jauh lebih tinggi ketimbang ekonomi
non-APEC yang hanya mencapai 1,3% per tahun pada periode yang sama.
Gabungan ekonomi para anggota APEC meningkat dua kali lipat dari US$ 17,7
triliun di tahun 1989 menjadi US$ 35,8 triliun di tahun 2010. Total perdagangan
barang dan jasa APEC juga meningkat lima kali lipat dari US$ 3,1 triliun di tahun
4
Foreign Direct Investment (FDI) yang masuk ke kawasan APEC meningkat 715%
antara tahun 1989 dan 2010.5
Ikut andilnya Indonesia dalam menyetujui forum APEC ini tidak lepas dari
pro dan kontra. Banyak kalangan pakar ekonomi berpandangan andilnya
Indonesia menyetujui forum APEC ini adalah hanya memberikan efek yang tidak
baik bagi perekonomian Indonesia. Bagi Rizal Ramli berkumpulnya
negara-negara maju untuk menyusun percepatan liberalisasi pasar bagi para pemegang
modal pada krisis ekonomi. Di negara-negara maju, banyak barang yang
dihasilkan sudah overproduksi. Namun karena krisis yang menimpa, pasar dalam
negeri mereka mengalami pelemahan daya beli. APEC semakin mengukuhkan
semangat liberalisasi perdagangan yang bisa mengancam sistem ekonomi
kerakyatan, seperti yang diamanatkan konstitusi. Berbagai komitmen tersebut
akan mendorong pemerintah Indonesia membuka pasar bebas seluas-luasnya. Hal
itu diwujudkan dengan penghapusan tarif, menghapuskan berbagai subsidi
domestik dan semua bentuk perlindungan ekonomi domestik. Akibatnya
Indonesia semakin menjadi pasar bagi produk impor dari negara-negara maju.6
Tidak hanya para ekonom yang mengkritik kebijakan pemerintah namun dari
kalangan lain seperti para peneliti para pengusaha dari kalangan menengah
kebawah mengkritik kebijakan tersebut. Pemerintah masih belum memiliki
konsep yang jelas untuk untuk mengikuti perdagangan bebas APEC ini.
5
Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC) http://www.deplu.go.id di akses tanggal 7 januari 2013
6
5
Ilham berpendapat pemerintah telah menelantarkan koperasi dan UMKM
dengan terus membuka pasar Indonesia terhadap produk-produk dari luar
Indonesia. Indonesia membuka diri pada APEC. Di satu sisi Indonesia membuka
pasar untuk produk-produk luar negeri, tetapi tidak mendorong koperasi dan
UMKM untuk tumbuh. Sejauh ini keberadaan APEC kurang membawa manfaat
nyata bagi Indonesia. Sampai saat ini, Indonesia masih menjadi obyek sasaran
pelaku perdagangan internasional. Sementara koperasi dan UMKM tidak
dikembangkan. Jadi, pemerintah lebih ramah pada tamu-tamu asing untuk masuk
ke Indonesia dibanding ramah pada pelaku usaha di sektor domestik.7 Segala
bentuk regulasi ekonomi, baik kebijakan maupun peraturan, tidak
sungguh-sungguh dibuat untuk melindungi kepentingan nasional apalagi untuk
mensejahterakan rakyat Indonesia.
Menurut Nining Indroyono, Direktur Usaha Kecil Mikro (UKM) Centre
Universitas Indonesia (UI) dirinya sudah membaca kalau UMKM memang tidak
mendapat perhatian lebih di APEC karena memang sedari dulu UMKM nasional
kurang mendapatkan sentuhan dari pemerintah. Memang secara pendidikan
pelaku UKM memang sebagian besar bukan dari orang yang berpendidikan, di
samping itu dianggap berpenghasilan rendah. Wajar saja pemerintah tidak
menganggap dan tidak memperjuangkan. Negeri ini bisa belajar dari negara
seperti China, karena 70% ekspor China kontribusi dari UKM negaranya. Tapi di
sini pemerintah hanya memandang sebelah mata. Sejauh ini Kementrian Koperasi
7
6
dan UKM hanya memberikan pemberdayaan saja, tapi tidak diimbangi dengan
permodalan.8
Indonesia seharusnya berkaca pada India yang memaksimalkan kekuatan
ekonomi domestik memberikan yang pemasukan ekonomi terhadap negara. India
mampu memberikan persaingan dalam perdagangan bebas dengan memanfaatkan
dari sektor pertanian sektor industri. Terlihat dari Sejak 1997, pertumbuhan
ekonomi India rata-rata mencapai lebih dari 7% sehingga angka kemiskinan
berkurang sekitar 10%. India meraih pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)
sebesar 9,6% pada 2006, 9,0% pada 2007, dan 6,6% pada 2008. Berdasarkan data
IMF, pertumbuhan ekonomi India meningkat secara signifikan beberapa tahun
terakhir. Kini, India adalah negara dengan PDB terbesar ke-11 di dunia.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada dekade ini disinyalir terjadi sebesar
5,8%. Hal ini membuat India menganut sistem pasar bebas dengan menekankan
perdagangan luar negeri dan investasi dari luar negeri.9
Defisit neraca perdagangan pertama kali dalam 40 tahun terakhir
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pasar domestik yang sangat
terbuka. Pemrintah Indonesia yang berani untuk mengambil langkah untuk
menyetujui forum APEC ini (liberalisasi perdagangan). Liberalisasi ekonomi
hanya akan bermanfaat bila diandaikan seluruh negara memiliki kemampuan yang
merata, sesuatu yang sebetulnya sangat berpengaruh negatif. Bila tidak,
liberalisasi pasti akan menjadi bumerang bagi Indonesia.
8
Ibid
9“Mengintip” pertumbu
7 1.2Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas maka peneliti mengajukan
permasalahan sebagai berikut : Mengapa pemerintah Indonesia menyetujui liberalisasi perdagangan dalam forum APEC 2013 ?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa tentang
rasionalitas Indonesia dalam menyetujui liberalisasi perdagangan dalam forum
APEC 2013.
1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1Praktis
Adapun manfaat dari penelitian ini bagi masyarakat luas juga mahasiswa
adalah upaya pemahaman terhadap masyarakat Ilmu Hubungan Internasional
sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, sumbangan
pemikiran, serta penggunaan konsepsi dalam mengoperasionalkan dengan isu
yang dibahas.
1.3.2.2Akademis
Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya penelitian
dibidang Ilmu Hubungan Internasional yakni untuk mengethui rasionalitas
kebijakan luar negeri indonesia dalam menyetujui liberasi perdagangan dalam
forum APEC. Dengan menggunakan , konsep perdagangan bebas dan teori ketiga
dari Graham T. Alison yaitu birocratic politic model sebagai alat rasionalitas
8 1.4 Penelitian Terdahulu
Baiq L.S.W wardhani juga menuliskan tentang forum APEC dengan judul
artikel “ APEC 2020 bagi Indonesia Mitra atau pemangsa ?10, dalam tulisannya bagaimanakah posisi indonesia pada tahun 2020, apakah APEC menjadi mitra
produktif untuk membangun perekonomian Indonesia ataukah indonesia hanya
sebagai pemangsa perekonomian nasional. APEC
“Bogor goal” merupkan deklarasi yang ditetapkan pada tahun 1994. Pada deklarasi tersebut, para pemimpin negara anggota APEC telah bersepakat untuk
menetapkan tahun 2020 sebgai batas waktu pencapaian perdagangan dan investasi
yang bebas dan terbuka di kawasan asia pasifik khususnya di negara sedang
berkembang. Wardhani, melihat kondisi nyata di Indonesia memasuki pasar bebas
memasuki pasar bebas pada tahun 2020 mendatang, yang dapat menimbulkan
dampak negatif bagi perekonomian nasional. Seperti adanya kesenjangan sosial
yang semakin lebarnya jurang si miskin dan melemahnya kontrol pemerintah
dalam perekonomian. Perekonomian nasional lebih banyak dikuasai pihak asing
dengan dijualnya aset-aset penting negara menguasai hidup orang banyak.
Selain itu Nur Hidayat dalam skripsinya yang berjudul “Pengaturan APEC
Buisness Card/ABTC Sebgai Implementasi dari Perjanjian Kerjasama APEC di
Indonesia” dengan pendekatan 1. Prinsip Most Favored Nation (MFN Principle),
2. Prinsip National Treatment (NT Principle), 3. Prinsip Resproritas(Resprosity).
Mengatakan berdasarkan deklarasi Bogor memberikan pada point ke tujuh.
mengeluarkan kebijakan bersama dalam APEC memberikan kemudahan dengan
memberlakukan kartu perjalanan pebisnis APEC (KPP APEC) implementasi KPP
10
9
APEC di negara-negara anggota-anggota APEC yang memberlakukan KPP APEC
di negaranya (meratifikasinya) untuk dapat melakukan semua kegitatan ekonomi
dari negara-negara APEC dengan bebas tanapa ada hambatan dari negara yang
dilalui.11
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sigit Aris Prasetyo dalam
penelitiannya Tren Integrasi ekonomi kawasan Asia Pasifik merupakan
perkembangn regional yang sulit dihindari negara-negara di kawasan tersebut,
termasuk Indonesia. Bahkan, Indonesia sebenarnya telah lama terlibat proses
guliran integrasi ekonomi kawasan. Proses pembentukan FTA ASEAN hingga
terbentuknya AEC 2015, APEC-Bogor Goals (1994) dan beberapa FTA bilateral
maupun regional yang dilakukan seperti Indonesia-Japan Economic Partnership
Agreement (IJEPA). Secara garis besar, kurangnya antusiasnya Indonesia akan
FTAAP didasarkan pada beberapa alasan. Pertama, dikhawatirkan terbentuknya
FTAAP dapat mengubah nature APEC yang voluntary menjadi legally binding
dan legal based karena setiap FTA pasti dilakukan melalui perundingan yang
mengikat. Kedua, Indonesia lebih mendorong tercapainya Bogor Goals terlebih
dahulu. Ketiga, hingga kini masih memfokuskan pembentukan ASEAN Economic
Community (AEC) tahun 2015. Dalam hal ini agar Indonesia mampu bersikap
bijak, mengombinasikan antara kebijakan perdagangan bebas dengan melindungi
kepentingan dalam negerinya, khususnya sektor pertanian, industri dan sektor
sensitif lainnya.12
11
Skripsi Nur Hidayat Jurusan Hukum Universitas Andalas angkatan 2006 dengan judul “Pengaturan APEC Buisness Card/ABTC Sebagai Implementasi dari Perjanjian Kerjasama APEC di Indonesia”
11
menyetujui
liberalisasi
perdagangan
dalam forum
APEC
Jika pada penelitian terdahulu, peneltian pertama dan penelitian ketiga
membahas tentang bagaimana kesiapan Indonesia dalam mengikuti APEC apakah
hanya sebuah mitra atau pemangsa yang dapat memberikan dampak negatif bagi
perekonomian Indonesia. Kemudian pada dalam penelitaian ini membahas
rasionalitas Indoensia dalam menyetujui liberalisasi perdagangan dalam forum
APEC kemudian pro dan kontra dalam menyetujui liberalisasi dalam forum
APEC. sehingga hal ini membedakan antara peneliti dan peneliti terdahulu.
Kemudian dalam penelitian ketiga membahas tentang “Pengaturan APEC
Buisness Card/ABTC sebagai implementasi dari perjanjian kerjasama APEC di
Indonesia” penelitian terdahulu yang ketiga ini lebih menitikberatkan pada
manfaat dan kegunaan buisness card dalam kerjasama APEC dan Indonesia untuk
memudahkan para pebisnis melakukan transaksi pedagangan. sehingga beberapa
penelitian terdahulu tersebut menandingkan dengan apa yang diteliti sehingga
dalam hal ini berbeda dengan peneletian sebelumnya peneliti hanya lebih
memfokuskan pada rasionalitas Indonesia dalam menyetujui forum APEC
12 1.5Landasan Konsep
1.5.1 Perdagangan Bebas
Perdagangan bebas seperti yang dikatakan oleh Adam Smith,
perdagangan sebagai kebijakan yang mampu meningkatkan kemakmuran
nasional. Sedangkan menurut David Ricardo seorang tokoh aliran klasik
menyatakan bahwa nilai penukaran ada jikalau barang tersebut memiliki
kegunaan dengan demikian suatu barang dapat ditukarkan jika dapat
digunakan. Selanjutnya David Ricardo juga membuat perbedaan antara barang
yang dapat dibuat atau diperbanyak sesuai dengan kemauan orang, dilain
pihak ada barang yang sifatnya terbatas misalnya lukisan dari pelukis ternama,
barang kuno dan sebagainya.13
Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu
kepada penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau
hambatan perdagangan lainnya. Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan
sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan
pemerintah) dalam perdagangan antar individu-individu dan
perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda. Perdagangan internasional
sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan yang diterapkan
pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada barang impor.
Secara teori, semua hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh perdagangan
bebas. Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian perdagangan yang
didukung oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan
hambatan baru kepada terciptanya pasar bebas. Perjanjian-perjanjian tersebut
sering dikritik karena melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan besar.
13
13
Banyak ekonom yang berpendapat bahwa perdagangan bebas meningkatkan
standar hidup melalui teori keuntungan komparatif dan ekonomi skala besar.
Sebagian lain berpendapat bahwa perdagangan bebas memungkinkan
negara maju untuk mengeksploitasi negara berkembang dan merusak industri
lokal, dan juga membatasi standar kerja dan standar sosial. Sebaliknya pula,
perdagangan bebas juga dianggap merugikan negara maju karena ia
menyebabkan pekerjaan dari negara maju berpindah ke negara lain dan juga
menimbulkan perlombaan serendah mungkin yang menyebabkan standar
hidup dan keamanan yang lebih rendah. Perdagangan bebas dianggap
mendorong negara-negara untuk bergantung satu sama lain, yang berarti
memperkecil kemungkinan perang.
Tujuan akhir dari penghapusan ketentuan tarif dan mekanisme proteksi
nasional adalah agar pasar dapat berjalan tanpa ada hambatan. Namun
pendekatan pasar bebas tidak memperhitungkan fakta bahwa tidak semua
mitra dagang sederajat seperti juga semua produk dan jasa.
1.5.2 Faktor-faktor perdagangan bebas
Faktor-faktor yang menentukan kinerja logistik suatu negara dalam
perdagangan bebas adalah sebagai berikut:
Efisiensi proses pengurusan bea cukai dan prosedur perbatasan
Kualitas infrastruktur yang terkait perdagangan dan transportasi
Kemudahan mengatur pengiriman dengan harga yang kompetitif
Kompetensi dan kualitas jasa logistik
Kemampuan untuk melacak dan menelusuri pengiriman
14 waktu yang diharapkan14.
Prinsip perdagangan bebas ini di landasi dengan pemikiran bahwa melalui partisipasi yang lebih luas dari kalangan masyarakat Internasional
yang didalamnya terdapat individu-individu atau kelompok-kelompok yang
menjual yang dapat dihasilkan dengan tingkat efisiensi yang paling tinggi
masyarakat bagi tersedianya produk-produk yang lebih besar jumlahnya lebih
tinggi kualitasnya beraneka ragam wujudnya.15
Dengan adanya perdagangan bebas ini secara otomatis Indonesia juga
harus mengikuti kebijakan yang ada dalam kesepakatan Indonesia dalam
menyetujui liberalisasi forum perdagangan dalam forum APEC 2013 dimana
perdagangan bebas mengharuskan untuk menghapus adanya hambatan ekspor
maupun impor seperti halnya mengurangi hambatan tarif, pembatasan mata
uang dan kuota impor. Sehingga hal ini akan memudahkan industri dalam
negeri untuk mengekspor barang ke luar negeri dan mengimpor barang baik
mentah maupun jadi dengan biaya yang lebih rendah. Sehingga diharapkan
dengan adanya perdagangan bebas ini akan mempermudah para industri
dalam negeri untuk bisa lebih bersaing dan akses bahan yang lebih mudah
dan akan mempercepat laju ekonomi Indonesia melalui mudahnya barang
masuk dan keluar dengan biaya yang lebih murah.
14
Peta jalan percepatan pencapaian tujuan pembangunan millennium di Indonesia dalam http://www.scribd.com/doc/52729162/18/diskriminatif diakses pada tanggal 10 januari 2011 15
15 1.5.3 Landasan Teori
1.5.3.1 Birocratic Model Policy
Penulis ingin mengambil teori pengambilan kebijakan yang
dikembangkan oleh Graham T. Allison adalah kompetisi antara unit-unit
pembuat kebijakan, dan kebijkan luar negeri adalah hasil kesepakatan antara
komponen-komponen birokrasi. Akhirnya dalam politik Internasional, para
ahli yang ada pada cabang pemerintahan juga memainkan peranan yang
mempengaruhi hubungan antar negara. setiap unit dalam pemrintahan
memiliki petimbangan yang berbeda-beda dalam membuat suatu kebijakan
tergantung pada tujuan yang hendak dicapai atau dipertahanakan.
Allison’s third model, the Beucratic model, but instead of ansumming control by leaders at the top, the beucratic Politics
Model hypothesizes intensive competition among the
desicion-making units, and the foreign policies are the result of
bergaining among the components of a bureucracy.16
Kemudian apa yang digambarkan Mochtar Masoed dalam birocratic
model policy ini bagaimana setiap pemain seperti menteri pejabat penasehat
jenderal anggota parlemen dan lain-lain berusaha menetapkan tujuan menilai
berbagai alternatif sarana pilihan melalui suatu proses intelektual. Kemudian
tidak ada capaian tujuan yang menjadi keinginan masing-masing dalam proses
tawar menawar dalam proses pengambilan keputusan suatu kebijakan. Karena
tujuan masing-masing pemain dalam proses pengambilan keputusan ini
memiliki kepentingan yang berbeda-beda, termasuk pimpinan tertinggi suatu
16
16
negara. Dalam model ketiga ini bargaining games menjadi sebuah acuan
dalam penentuan perilaku politik luar negeri kemudian apa yang harus kita
pelajari adalah bagaimana kita memperoleh informasi tentang persepsi, posisi
kekuasaan dan manover dari pemain-pemain yang terlibat didalamnya. selain
kita harus tahu, menurut Mochtar Masoed adalah yang pertama siapa yang
ikut bermain ? atau kepentingan atau perilaku siapa yang punya pengaruh
penting pada keputusan-keputusan pemerintah; yang kedua apa yang
menentukan sikap masing-masing pemain itu ? yang ketiga bagaimana
sikap-sikap para pemain itu diagresikan sehingga menghasilkan keputusan dan
pemerintah ? sehingga dalam analisisnya bagaimana kewenangan
pejabat-pejabat pemerintahan dalam rangka menerapkan wewenang jabatannya untuk
dapat dirasakn mereka yang diluarnya.17
Berangkat dari model ketiga teori birocratic model politic yang
disampaikan Graham T Allison. Semenjak tahun 1983 ekonomi Indonesia
semakin merangkak naik. Terkait dengan persetujuan Presiden Suharto yang
menyetujui forum APEC. Banyak yang memberi masukan diantaranya
golongan pengusaha dan para teknokrat yang terus mendukung presiden
Suharto untuk menyetujui liberalisasi perdagangangan 2015. Kemudian
Indonesia lagi-lagi menjadi tuan Rumah APEC pada tanggal 5-7 Oktober 2013
lalu. Melihat apa yang digambarkan oleh Alison suatu proses dimana
pemain-pemain seperti presiden, para menteri, penasehat, jendral, anggota parlemen
17
17
dan lainnya berusaha menetapkan tujuan, menilai berbagai alternatif sarana
untuk menetapkan pilihan melalui suatu proses intelektual.18
Dalam menetukan suatu kebijakan tidaklah mudah perlu proses yang
panjang dalam menentukan suatu kebijakan terlebih pada kebijakan luar
negeri suatu negara kemudian dalam hal ini Indonesia dalam menyetujui
liberalisasi dalam forum APEC 2013. Banyaknya dukungan bahkan tekanan
dan kecaman terhadap pemerintah Indonesia dalam menyetujui liberasi
perdagangan tersebut. Adapun dari dari kalangan pengusaha-pengusaha yang
memberikan guliran dukungan terhadap pemerintah untuk menyetujui
liberaliasi perdangan dalam forum APEC 2013 ini. Terlihat dukungan yang
mendorong pemerintah Indonesia seperti Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit
Indonesia (Gapki).19 Yang menganggap bahwasanya Indonesia cukup cerdik
untuk meracik kepentingan negara berkembang yang tak bisa diingkari pula
oleh negara maju. Dengan mengusung kelestarian lingkungan, pembangunan
perdesaan, sekaligus pengurangan kemiskinan. Tidak hanya dukungan
kalangan pengusaha kelapa sawit guliran dukungan dari Asosisasi Pengusaha
Retail Indonesia (APRINDO). APRINDO Bentuk dukungan itu diwujudkan
dalam keikutsertaan pengusaha ritel dalam workshop bertema 'Retailing Services:
Potential for and Challenges to Enhancing SME Participation in Supply Chains in
APEC. Dalam workhshop itu di anggap mampu mengembangkan
perkembangan sektor "retailing” dan selalu mempertimbangkan tingkat
pembangunan ekonomi masing-masing anggota APEC. Terlihat dukungan
18Mochtar masoed. “ilmu hubungan internasional disipl
in dan metodologi. Jakarta : LP3ES, 1990. Hal 237.
19
18
dari beberapa anggota APEC yang mensponsori workhshop ini adalah China,
Thailand, Amerika Serikat, dan Taiwan.20
Dalam menyetujui Forum liberalisasi APEC ini ada juga yang tidak
menyetujui dan memberikan kecaman terhadap pemerintah karena dapat
memberikan dampak negatif bagi perekonomian Indonesia yang terlihat apa
yang sampaikan di ketua anti utang Indonesia, Dani menilai bahwa Pertemuan
Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang
sedang digelar di Bali hingga 8 Oktober mendatang merupakan ancaman
terhadap penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan sebagaimana
diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945.
Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin negara APEC akan membuat
komitmen-komitmen politik untuk memperluas agenda liberalisasi dan
fasilitasi serta perdagangan di Indonesia Pemerintah Indonesia akan terus
didorong membuka pasar dalam negerinya untuk ekspansi produk impor dari
negara-negara anggota APEC.21 Kecaman juga datang dari para aktivis yang
tergabung dalam Aliansi Rakyat Indonesia dan Aliansi Mahasiswa menentang
liberalisasi perdagangan APEC ini, aliansi ini mengkritik pemerintah dalam
MP3EI (masterplan Percepatan dan perluasan Pembangunan Indonesia)
menjadi penyebab konversi lahan besar-besaran yang merampas hak petani
dan ekploitasi besar-besaran sumber daya alam oleh investor.22 Kemudian
kecaman juga datang dari IGJ (indonesia global for justice). Indonesia for
Global Justice (IGJ) mengecam rendahnya komitmen negara-negara kerja
20
Pengusaha ritel dukung pelaksanaan APEC di surabya dalam http://www.antarajatim.com di akses tanggal 1 juli 2014.
21
SBY melanggar undang-undang 1945 dalam forum APEC dalam http://www.aktual.co di akses 1 juli 2014
22
19
sama ekonomi negara-negara Asia Pasifik (APEC) dalam mencegah dan
mengurangi dampak buruk perubahan iklim.
Padahal, kerjasama ekonomi regional memiliki tanggung jawab dalam
mengurangi beban pelepasan emisi karbon di atmosfer. Kecaman IGJ muncul
setelah adanya pertemuan tingkat menteri APEC pada 7-21 April 2013 di
Surabaya, Jawa Timur, yang menyepakati dilanjutkannya Putaran Doha dalam
perundingan WTO Desember mendatang. Melalui Putaran Doha, APEC
bersepakat memperluas liberalisasi perdagangan dengan menghilangkan
hambatan-hambatan. Menurutnya, perluasan kerjasama perdagangan yang
didorong APEC justru memperparah krisis iklim. Ada hubungan erat antara
perdagangan dan tingkat polusi.23
Namun Desakan dan guliran dukungan kelompok kepentingan untuk
mentenyetujui forum APEC ini di sambut positif dari pemerintah sehingga
pemerintah antusias untuk menyejutui forum liberaslisasi APEC ini. Dalam
keterangan persnya menteri perdagangan Gita Wiryawan menegaskan
menindaklanjuti dari pertemuan Deklarasi Bogor, para menteri telah
menegaskan kembali ikomitmen mereka untuk mencapai perdagangan dan
investasi bebas dan terbuka (free and open trade investment) di seluruh
kawasan pada 2020 Ia menganggap bahwa sejumlah kemajuan signifikan
dalam mencapai tujuan ini hingga saat ini telah dicapai. Namun masih
dibutuhkan kerja keras terutama dalam bidang liberalisasi pertanian, investasi
dan jasa serta hambatan non tarif.24
23
IGJ kecam rendahnya komitmen APEC terhadap perubahan iklim dalam http://microsite.metrotvnews.com di akses 1 juli 2014
24
20
Dalam pembahasannya formulasi regulasi juga merupakan unsur penting
dari komitmen regional Indonesia pada Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).
Deklarasi Honolulu yang ditandatangani para pemimpin APEC pada tahun 2011
mengikat Indonesia untuk melakukan pendekatan seluruh-pemerintah pada
manajemen regulasi, menilai dampak regulasi dan mendukung praktik-praktik
konsultasi publik dalam penyusunan regulasi baru dan menilai ulang regulasi
lama. Indonesia diwajibkan melaporkan penerapan praktik-praktik ini pada tahun
2013, pada saat Indonesia akan mengetuai APEC. Dukungan dari DPR juga terus
bergulir terlihat bagaimana DPR bagaimana DPR RI mensosialisasikan misi
keketuaan Indonesia dalam APEC 2013 keseluruh parlemen negara-negara di
kawasan Asia Pasifik melalui acara 21st Asia Pacific Parliamentary Forum
(APPF) yang digelar sejak 27 hingga 31 Januari 2013 di Vladivostok, Russia.
Sehingga dalam jajaran pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono
sangat mendukung dalam menyetujui liberalisasi perdagangan dalam forum
APEC 2013 tahun lalu.
METODE PENELITIAN 1.6.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian ekplanasi, yaitu
penelitian yang menjelaskan unit analisa sebagai variabel dependen. Dan
unit eksplanasi sebagai variabel independen. Unit analisis dalam
penelitian ini adalah rasionalitas Indonesia yaitu bagaimana
tindakan-tindakan pemerintah Indonesia dalam proses pengambilan keputusan.
Kemudian unit ekplanasi dalam menyetujui liberalisasi perdagangan
21
penelitian reduksionis, yaitu penelitian yang unit ekplansinya lebih rendah
dari tingkat anallisis.
1.6.2 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.2.1 Batasan Materi
Untuk memperjelas dan menghindari pembahasan yang meluas
maka penulis ingin membatasi penelitian ini pada permasalahan : pro dan
kontra Indonesia dalam APEC dan rasionalitas Indonesia dalam
menyetujui liberalisasi perdagangan dalam forum APEC 2013 ditinjau
Dari sudut pandang Ekspor, UMKM dan Infrastruktur.
1.6.3.1 Batasan Waktu
Peneliti memberikan lingkup kajian pada tahun yaitu semenjak
Indonesia menjadi tuan rumah APEC pada tahun 1994 kemudian menjadi
tuan rumah APEC pada tahun 2013.
1.6.3 Metode Pengambilan data
Penelitian ini dilakukan merupakan studi pustaka, maka teknik
pengumpulan datanya adalah melalui studi literatur yang mana data
diperoleh melalui media cetak dan elektronik, seperti buku, jurnal, artikel,
skripsi, surat kabar, dan internet. Semua sumber tersebut dimanfaatkan
untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dan dijadikan pendukung dalam
penelitian ini.
1.6.4 Metode Analisis Data
Berdasarkan pada pola penentuan alur dalam penulisan, penelitian
ini masuk kedalam analisa penalaran deduktif. Analisa deduktif
22
atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat lebih
khusus.
Jika dihubungkan dalam penulisan peneletian ini, metode deduktif
diawali dengan menentukan konsep atau teori, hipotesis serta alur
penelitian berdasarkan kasus yang dikaji. Selanjutnya melakukan
pemahaman berdasar acuan konsep atau teori tersebut baru kemudian
melakukan penelitian untuk mencari hasil sesuai dengan rumusan masalah
yang telah ditentukan. Dengan demikian konteks dari penalaran deduktif
tersebut adalah penekanan konsep atau teori merupakan kunci utama
dalam memahami suatu masalah.
1.6.5 Hipotesis
Hipotesis dari peneletian ini adalah Indonesia dalam kerjsama APEC
dibidang ekonomi merupakan upaya kepentingan nasional ekonomi Indonesia
yang dapat dicapai melalui perdagangan bebas kawasan, kemudian dalam proses
menyetujui liberalisasi tersebut banyaknya dukungan-dukungan
kelompok-kelompok kepentingan yang mendorong pemerintah sehingga menyetujui
liberalisasi perdagangan dalam forum APEC.
1.6.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini adalah sebgai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
23 1.4 Manfaat penelitian
1.5 Penelitian terdahulu
1.6 Landasan konsep
1.6.1 Perdagangan bebas
1.6.2 Birocratic model policy
1.7 metode penelitian
1.7.1 Jenis penelitian
1.7.2 Ruang l;ingkup peneletian
1.7.3 Metode pengambilan data
1.7.4 Metode analisa data
1.7.5 Hipotesa
1.8 sistematika penulisan
BAB II . Dalam bab ini akan membahas tentang
2.1 Perkembangan APEC
2.2 Peran aktif Indonesia
BAB III. dalam bab ini akan membahas tentang
3.1 Pro dan Kontra dalam Menyetujui Liberalisasi Perdagangan dalam
Forum Apec 2013.
3.2 Keuntungan Indonesia dari Liberalisasi Perdagangan APEC dilihat
dari Bidang Ekspor, Bidang Infrastruktur dan Bidang UMKM.
BAB IV. PENUTUP
1. Kesimpulan