PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 1 LHOKSUKON MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
ROHANTIZANI
NIM. 8126171031
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
ROHANTIZANI. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Koneksi Matematis Siswa SMP Negeri 1 Lhoksukon Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa di SMP Negeri 1 Lhoksukon pada materi kubus dan balok melalui pembelajaran berbasis masalah. Tes diikuti oleh 40 orang siswa untuk masing-masing kelas eksperimen dan kontrol. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang diperoleh, siswa diberikan tes kemampuan awal, pretes kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis, dan postes kemapuan pemecahan masalah dan koneksi matematis. Tes kemampuan pemecahan masalah mempunyai nilai reliabilitas 0,7875(tinggi) dan valid untuk semua butir soal. Sedangkan soal koneksi matematis mempunyai nilai reliabilitas 0,7557(tinggi) dan valid untuk semua butir soal. Peningkatan kemampuan pertama kali dianalisis menggunakan rumus gain ternormalisasi untuk kemudian diolah menggunakan rumus ANAVA dua jalur. Rumus ANAVA dua jalur juga digunakan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang diajarkan melalui pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah karena nilai F pada faktor pembelajaran (PBM dan PMB) sebesar 5,33 dengan nilai signifikansi 0,00 < 0,05. Sedangkan nilai F
berdasarkan KAM 101,62 dengan taraf signifikansi 0,00, sehingga H0 ditolak.
Dengan kata lain, terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah (PBM) dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran biasa (PMB), (2) nilai F pada faktor pembelajaran (PBM dan PMB) sebesar 35,199 dengan nilai signifikansi 0,00 < 0,05. Sedangkan nilai F berdasarkan KAM 78,62 dengan taraf
signifikansi 0,00, sehingga H0 ditolak, dengan demikian terdapat peningkatan
kemampuan koneksi matematis antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah (PBM) dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran biasa (PMB), (3) diperoleh nilai F sebesar 0,171 dengan nilai signifikansi sebesar 0,10
> 0,05, sehingga H0 diterima artinya tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dan (4) nilai F sebesar 2,163
dengan nilai signifikansi sebesar 0,12 > 0,05, sehingga H0 diterima yang artinya
tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa.
ii
ABSTRACT
ROHANTIZANI. Improvement Problem Solving Ability and Mathematical Connections Students of SMP Negeri 1 Lhoksukon Through Application of Problem Based Learning (PBL) Model. Thesis. Medan State University Graduate Program, 2014.
This study aims to determine the increase in the problem solving and mathematical connections students at SMP Negeri 1 Lhoksukon for the cube and beam through problem-based learning. The tests were followed by 40 students for each expereimen and control class. To find out how much improvement is
obtained, students were givengiven tests the mathematical test , problem solving
and mathematical connections pre-test, and problem solving and mathematical connections posttest. Problem solving ability got 0,7875 for reliability (high) dan valid for all test item. However connectical mathematics test got 0,7557 (high) for reliability and valid for all test item Increased capabilities were first analyzed using the normalized gain and processed using two ways ANOVA formula. Two ways ANOVA formula is also used to determine whether an interaction between learning models and students ability to increase problem solving skills and mathematical connections. The results showed that (1) an increase in problem-solving ability is taught through problem-based learning is higher than the value of problem solving ability as F on learning factor ( PBM and PMB ) of 5,26 with a 0.00 significance value < 0.05 . While the value of F by KAM 99,945 with a
significance level of 0.00, so H0 is rejected . In the other words, there is an
increase in mathematical problem solving ability among the students who were given a problem-based learning ( PBM ) than students who were given the usual learning (PMB), (2) the value of F on learning factor (PBM and PMB) is at 38,940 with a significance value of 0,00 < 0,05 . While the value of F by KAM
86,429 with a significance level of 0.00, so H0 is rejected , thus there is an
increase in the ability of mathematical connection between the students who were given a problem-based learning (PBM) than students who were given the usual learning (PMB) , (3) obtained F value of 0.171 with a significance value of 0,874
> 0,05 , so H0 is accepted meaning that there is no interaction between the model
of learning and early math abilities of students to the improvement of students' mathematical problem solving ability , and (4) F value of 1,819 with a value
significance of 0,169 > 0,05 , so H0 is accepted , which means there is no
interaction between the model of learning and early math abilities of students to the improvement of students' mathematical connection capabilities.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Koneksi Matematis Siswa SMP Negeri 1
Lhoksukon Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)”.
Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai
penghulu yang telah membawa ummatnya kepada alam ilmu pengetahuan.
Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan
Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan pelajaran matematika
dengan pembelajaran berbasis masalah(PBM). Sejak mulai dari persiapan sampai
selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, dan
bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang tulus dan penghargaan yang setingggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan baik
langsung maupun tidak langsung sampai terselesaikannya tesis ini. Semoga Allah
swt memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan yang diberikan. Terima
kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:
1. Orangtua tercinta Ayah H. Zainal Abidin Yusuf, ST., Mama Hj. Yusmani
Yunus, Ayah Rusli, Mama Aminah dan Mama Adik-adik tersayang
iv
S.H.I. , juga Cek Ernawati, S.E. yang telah memberikan cinta, kasih sayang,
perhatian dan dukungan moril maupun materi sejak sebelum kuliah, dalam
perkuliahan hingga menyelesaikan pendidikan ini. Serta seluruh keluarga besar
yang senantiasa selalu mendoakan dan mendukung penulis. Semoga dapat
membahagiakan kalian semua.
2. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor beserta staf-stafnya di
Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd.,
Bapak Syarifuddin, M.Sc.,Ph.D, dan Bapak Prof. Dr. Abdul Hasan Saragih,
M.Pd, berturut-turut selaku Direktur, Asisten Direktur I, dan II Program
Pascasarjana Unimed. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Prof. Dr.
Hasratuddin, M.Pd, berturut-turut selaku Ketua dan Sekretaris Prodi
Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unimed dan Bapak Dapot Tua
Manullang, SE., M.Si sebagai pegawai di Prodi Matematika yang telah banyak
membantu penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan hingga
selesai.
3. Bapak Prof. P. Siagian, M.Pd. dan bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku
Dosen pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu di sela
kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan saran-saran yang sangat
membangun lagi berarti bagi penulis. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd,
Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd. dan Bapak Dr. Deni Setiawan, M.Pd. selaku
narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam
penyempurnaan tesis ini.
4. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Lhoksukon bapak Drs. Syarifuddin yang telah
v
di sekolah, staf tata usaha, serta guru pelajaran matematika ibu Samiyem dan
Munjiah, S.Pd.I. yang bersedia membantu dalam proses penelitian.
5. Semua pihak serta rekan-rekan satu angkatan master Hap-Hap Program Studi
Pendidikan Matematika 2012 Chriswijaya, Fitri, Sri Yunita, Winmery, Ika,
Lili, Ina, Yusnarti, k’Wanti, k’Yulia, k’Devi, k’Yunita, bg Hilman, bg Erik,
Juindi, Daut, dan Suwanto yang telah banyak memberikan bantuan dan
dorongan dalam penyelesaian tesis ini. Juga untuk Regina, Ima, Dina Purnama,
k’ Lia, k’Mimi, Tiwi, Ade, dan Rina. Dan kepada semua “Sahabat Pelangi” Iin,
Nailul, Nisak, Afri, Rahmi, Sari, dan Yus. Tetap semangat dan semoga
silaturrahim tetap terjalin antara kita.
6. Semua pihak yang tidak tersebut satu-persatu di sini. Terimakasih atas bantuan
do’a dan dukungannya.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga
tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga
dapat memperkaya khazanah penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat
memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.
Medan, 16 Juni 2014
vi
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 12
1.3. Pembatasan Masalah ... 12
1.4. Rumusan Masalah ... 12
1.5. Tujuan Penelitian ... 13
1.6. Manfaat Penelitian... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15
2.1. Pemecahan Masalah Matematika ... 15
2.2. Koneksi Matematis ... 20
2.2.1. Pengertian Koneksi Matematis ... 20
2.2.2. Tujuan dan Jenis koneksi matematis ... 22
2.3. Pembelajaran Berbasis Masalah... 26
2.3.1. Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah ... 32
2.3.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 34
2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 37
2.3.4. Pembelajaran Biasa ... 38
2.4. Penelitian yang Relevan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 43
2.5. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah ... 45
2.6. Kerangka Konseptual ... 48
2.7. Hipotesis Penelitian ... 53
BAB III METODE PENELITIAN ... 54
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54
3.2. Populasi dan Sampel ... 54
3.3. Desain Penelitian ... 55
3.4. Variabel Penelitian ... 56
3.5. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 57
3.6 Uji Coba Instrumen ... 63
3.7Bahan Ajar dan Pengembangannya ... 66
3.8 Prosedur Penelitian ... 66
3.9 Definisi Operasional ... 76
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 77
4.1 Hasil Penelitian ... 77
4.2 Pembahasan ... 114
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129
5.1 Kesimpulan ... 129
5.2 Saran ... 130
DAFTAR PUSTAKA ... 132
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah... 37
Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Biasa... 42
Tabel 3.1. Tabel Desain Penelitian ... 55
Tabel 3.2 Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 56
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah ... 57
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Pretes Kemampuan Koneksi Matematis ... 58
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Postes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 59
Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 60
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Soal Postes Kemampuan Koneksi Matematis ... 62
Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Kemampuan Koneksi ... 62
Tabel 3.9 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Awal Dengan Mean60 .... 67
Tabel 3.10 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Awal Dengan Mean<60.... 67
Tabel 3.11 Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Jenis Uji Statistik yang Digunakan ... 75
Tabel 4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 79
Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Tes KPM Siswa ... 80
Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ... 81
Tabel 4.4 Deskripsi Mean dan Standar Deviasi KAM ... 82
Tabel 4.5 Uji Normalitas Kemampuan Awal ... 84
Tabel 4.6 Uji Homogenitas KAM ... 85
Tabel 4.7 Pengelompokan Kemampuan Awal Siswa ... 86
Tabel 4.8 Rata – Rata Gain KPM ... 87
Tabel 4.9 Uji Normalitas Gain KPM Berdasarkan Pembelajaran ... 91
Tabel 4.10 Uji Homogenitas Gain KPM Berdasarkan Pembelajaran ... 92
Tabel 4.11 Rata-Rata Gain Koneksi Matematis ... 93
Tabel 4.12 Uji Normalitas Gain Koneksi Berdasarkan Pembelajaran... 98
Tabel 4.13 Uji Homogenitas Gain Koneksi Berdasarkan Pembelajaran ... 99
Tabel 4.14 Rangkuman Uji ANAVA Kemampuan Pemecahan Masalah ... 101
Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis KPM ... 103
Tabel 4.16 Rangkuman Uji ANAVA Kemampuan Koneksi Matematis ... 104
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Jawaban Siswa Menyelesaikan Masalah ... 3
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 74
Gambar 4.1 Rata-rata Kemampuan Awal Matematika ... 83
Gambar 4.2 Perbedaan Rata-Rata Gain Kemampuan Pemecahan Masalah .... 88
Gambar 4.3 Perbedaan Standar Deviasi Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 89
Gambar 4.4 Selisih Rata-Rata Gain Kemampuan Pemecahan Masalah ... 89
Gambar 4.5 Perbedaan Rata-Rata Gain Kemampuan Koneksi Matematis ... 94
Gamabr 4.6 Perbedaan Standar Deviasi Gain Kemampuan Koneksi ... 95
Gambar 4.7 Selisih rata-rata Gain Kemampuan Koneksi ... 96
Gambar 4.8 Interaksi Antara Faktor Pembelajaran Dan Kemampuan Awal Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 102
Gambar 4.9 Interaksi Antara Faktor Pembelajaran Dan Kemampuan Awal Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis ... 105
Gambar 4.10a Proses Jawaban Siswa Kelas Esperimen pada Kemampuan Pemecahan Masalah ... 107
Gambar 4.10b Proses Jawaban Siswa Kelas Esperimen pada Kemampuan Pemecahan Masalah ... 108
Gambar 4.11 Proses Jawaban Siswa Kelas Kontrol pada Kemampuan Pemecahan Masalah ... 109
Gambar 4.12 Jawaban nomor 3 dan 4 Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 109
Gambar 4.13 Jawaban nomor 3 dan 4 Pemecahan Masalah Kelas Kontrol... 110
x
Gambar 4.15 Jawaban nomor 1 dan 2 Kemampuan Koneksi Kelas Kontrol ... 111
Gambar 4.16 Jawaban nomor 3 dan 4 Kemampuan Koneksi
Kelas Eksperimen ... 112
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN ... 135
LAMPIRAN I ... 136
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Eksperimen) ... 137
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kontrol) ... 163
Lembar Aktifitas Siswa ... 171
Kisi-Kisi Soal Pretes Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis ... 197
Kisi-Kisi Soal Postes Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis ... 200
Kisi- Kisi Soal Kemampuan Awal Matematika ... 203
Soal Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Koneksi ... 206
Soal Kemampuan Awal Matematika ... 219
LAMPIRAN II ... 224
Data Penelitian ... 225
LAMPIRAN III ... 237
Hasil Uji Coba Instrumen ... 238
LAMPIRAN IV ... 275
Dokumentasi Penelitian ... 276
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masalah merupakan sesuatu yang tidak terlepas dari diri manusia,
sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan kemampuan
yang dituju dalam pembelajaran matematika. Jantungnya matematika adalah
pemecahan masalah. Selanjutnya NCTM (National Council of' Teachers of
Mathematics) menegaskan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah salah
satu aspek penting dalam menjadikan manusia menjadi literat dalam matematika.
Dalam menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan
canggihnya teknologi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai
keterampilan dan pengetahuan. Keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki
tersebut antara lain adalah kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan ini
sangat penting, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu
dihadapkan pada berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut
pengetahuan untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya.
Kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan siswa sebagai bekal
dalam memecahkan masalah dan masalah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Kemampuan pemecahan masalah amatlah penting bukan saja bagi
mereka yang kemudian hari akan mendalami matematika, melainkan juga bagi
mereka yang akan menerapkannya baik dalam bidang studi lain maupun dalam
2
dalam semua bagian pembelajaran matematika, dan juga tidak harus diajarkan
secara terisolasi dari pembelajaran matematika.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan matematika
sekolah. Secara umum tujuan pendidikan matematika di sekolah dapat
digolongkan menjadi : 1) Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada
menata penalaran dan membentuk kepribadian siswa; 2) Tujuan yang bersifat
material menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan
matematika. Dengan memiliki kemampuan pemecahan masalah, siswa tidak
hanya dapat menyelesaikan soal biasa yang diberikan guru, melainkan
soal-soal yang lebih rumit atau soal-soal-soal-soal yang membutuhkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Kemampuan pemecahan masalah juga dapat membuat siswa
mampu menyelesaikan jenis soal terbuka (open ended).
Hasil pengukuran Third kini Trends International in Mathematics and
Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa kemampuan matematika peserta
didik SMP berada di urutan 34 dari 38 negara, dan kemampuan IPA berada di
urutan ke-32 dari 38 negara. Sedangkan Programme for International Student
Assessment (PISA) terakhir, menunjukkan bahwa kemampuan literasi matematika
siswa Indonesia sangat rendah. Indonesia menempati peringkat ke-61 dari 65
negara peserta pemeringkatan.
Hasil observasi awal pada siswa SMP kelas VIII untuk kemampuan
3
Gambar 1.1 Jawaban Siswa Menyelesaikan Masalah
Siswa belum mampu menyelesaikan soal pemecahan masalah seperti di
atas. Soal di atas adalah soal sistem persamaan linear dua variabel yang open
ended. Pertanyaan dari soal tersebut adalah: Chris menyatakan bahwa nilai x = 5
dan y = 2 adalah penyelesaian yang tepat untuk sistem persamaan 2 + 3 = 8
5 −2 = 1.
Winmery tidak setuju dengan pendapat Chris. Siapakah yang benar? Mengapa?
Jelaskan jawabanmu. Dari Gambar terlihat bahwa siswa tidak membuat diketahui,
ditanya, dan jawaban, serta tidak mengecek kembali jawaban yang telah mereka
kerjakan. Jawaban yang dituliskan pun masih kurang tepat. Dari fakta tersebut
kita dapat melihat bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih sangat
kurang dan perlu ditingkatkan. Hal ini memperlihatkan bahwa pendidikan
Indonesia perlu diperbaiki dan harus lebih fokus kepada pembelajaran yang
berorientasi pemecahan masalah.
Namun dalam perbaikan pendidikan Indonesia ini perlu disadari pula
4
mengendalikan proses mengajar belajar, tidak ada yang berarti bila peserta didik
tidak secara bersungguh-sungguh di dalam kegiatan belajarnya. Ini berarti peserta
didik sendiri ikut menentukan rendah tingginya hasil belajar matematika.
Kemampuan pemecahan masalah siswa belum mencapai taraf ketuntasan
belajar. Dari hasil observasi awal juga terlihat bahwa kegagalan menguasai
matematika dengan baik diantaranya disebabkan siswa kurang menggunakan nalar
dalam menyelesaikan masalah.
Oleh karena itu, dipandang perlu melakukan suatu pengkajian secara
sistematis tentang variabel-variabel yang bersumber dari dalam diri peserta didik,
yang secara teoretis mempengaruhi hasil belajar matematika. Pengkajian ini
dimaksudkan sebagai langkah awal untuk memperoleh informasi yang akurat,
agar selanjutnya dapat ditentukan langkah-langkah yang lebih tepat dalam usaha
peningkatan hasil belajar matematika dengan membenahi variabel-variabel yang
berpengaruh itu.
Dalam menjawab soal tersebut siswa juga diharuskan menjawab secara
individu. Fakta ini menunjukkan bahwa siswa yang belajar secara individu kurang
memiliki kemampuan memecahkan masalah serta memilih strategi yang tepat
dalam memecahkan masalahnya.
Kemampuan lain yang penting dimiliki siswa adalah kemampuan koneksi
matematis. Kemampuan koneksi matematis ini penting karena merupakan salah
satu dari tujuan pembelajaran matematika yaitu (1) kemampuan pemecahan
masalah (problem solving); (2) kemampuan berargumentasi (reasoning); (3)
Kemampuan berkomunikasi (communication); (4) Kemampuan membuat koneksi
5
matematis bertujuan untuk membantu pembentukan persepsi siswa, dengan cara
melihat matematika sebagai bagian terintegrasi dengan kehidupan. Materi
pelajaran akan tambah berarti dan menyenangkan jika siswa mempelajari materi
pelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan mereka.
Kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan seseorang dalam
memperlihatkan hubungan internal dan eksternal matematika yang meliputi:
koneksi antar topik matematika, koneksi dengan disiplin ilmu lain, dan koneksi
dengan kehidupan sehari-hari. Koneksi matematis merupakan pengaitan
matematika dengan pelajaran lain, atau dengan topik lain.
Pentingnya siswa perlu diberikan latihan-latihan yang berkenaan dengan
soal-soal koneksi adalah bahwa dalam matematika semua konsep berkaitan satu
sama lain seperti dalil dengan dalil, antara teori dengan teori, antara topik dengan
topik, dan antara cabang matematika. Oleh karena itu agar siswa berhasil belajar
matematika, siswa harus diberi banyak kesempatan untuk menemukan kaitan itu
(koneksi matematik).
Kemampuan koneksi matematis penting karena dapat memperluas
wawasan siswa, maksudnya dengan koneksi matematik, siswa akan memperoleh
suatu materi yang cakupan permasalahannya menjangkau berbagai aspek, baik di
dalam ataupun di luar sekolah. Dengan demikian, siswa tidak hanya bertumpu
pada materi yang sedang dipelajarinya saja, tetapi secara tidak langsung siswa
memperoleh banyak pengetahuan yang pada akhirnya dapat menunjang
peningkatan kualitas hasil belajar siswa secara menyeluruh.
Koneksi matematis merupakan suatu kemampuan yang penting dimiliki
6
yang padu bukan sebagai materi yang berdiri sendiri, maksudnya bahwa pelajaran
matematika terdiri atas geometri, aljabar, trigonometri, aritmetika, kalkulus,
statistika yang masing-masing di dalamnya terdiri dari berbagai topik atau materi.
Dalam pembelajaran, topik-topik itu dapat dikaitkan satu sama lain dan
hendaknya jangan terpisah, matematika tidak diajarkan sebagai topik yang
terpisah. Masing-masing topik tersebut bisa dilibatkan atau terlibat dengan topik
lainnya.
Dengan adanya kemampuan koneksi matematis, siswa dapat menyatakan
relevansi dan manfaat matematik baik di sekolah ataupun di luar sekolah
maksudnya, melalui koneksi matematik siswa diajarkan keterampilan dan konsep
dalam memecahkan masalah dari berbagai bidang yang relevan, baik dengan
matematika itu sendiri maupun dengan bidang di luar matematika.
Melihat beberapa poin tentang pentingnya kemampuan koneksi matematis,
maka ada baiknya pula melihat fakta yang ada seputar rendahnya kemampuan
koneksi matematis tersebut. Karena, kenyataan dilapangan mengungkapkan
bahwa rata-rata nilai kemampuan koneksi matematika siswa sekolah menengah
rendah, nilai rata-ratanya kurang dari 60 pada skor 100, yaitu sekitar 22,2% untuk
koneksi matematika siswa dengan pokok bahasan lain, 44,9% untuk koneksi
matematika dengan bidang studi lain, dan 7,3% untuk koneksi matematika dengan
kehidupan sehari-hari.
Hasil observasi awal yang peneliti lakukan pada siswa SMP Negeri 2
Pematangsiantar menunjukkan bahwa siswa kurang mampu menjawab soal yang
berkaitan dengan koneksi matematis meskipun soal tersebut sudah diarahkan pada
7
panjang. Panjang taman tersebut 4 meter lebihnya dari lebarnya. Keliling taman
tersebut adalah 44 m. Berapa panjang dan lebar taman tersebut? Untuk
menyelesaikan soal tersebut siswa harus mampu menuliskan permasalahan dalam
bentuk persamaan linear satu variabel, dimana untuk menyelesaikannya
dibutuhkan kemampuan koneksi matematis yaitu koneksi antar topik matematika.
Banyak siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Mereka hanya
mampu menuliskan, misalnya lebar = y dan panjang = y + 4, namun sulit
menghitung penyelesaian dari soal tersebut. Dari 30 orang siswa tidak satu pun
menjawab dengan benar.
Rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa sedikit banyak
disebabkan oleh kurangnya minat siswa mempelajari matematika. Siswa kurang
mengetahui manfaat dari mempelajari matematika. Di samping itu, faktor soal
yang biasa diberikan oleh guru juga lebih sering soal-soal yang hanya
membutuhkan hafalan.
Pembelajaran yang dilakukan pun belum mampu membantu siswa
menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan masalah sehari-hari. Koneksi
dengan topik lain juga jarang dikaitkan.
Siswa melakukan kegiatan belajar berupa hafalan dan jarang
memanfaatkan kemampuan koneksi matematis yang sebenarnya sudah dimiliki
hanya saja tidak pernah dikembangkan.
Dengan melihat beberapa kepentingan dan fakta yang ada maka diperlukan
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
sekaligus meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Soal yang
8
pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa maka peneliti menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah.
Dewasa ini banyak usaha telah dilakukan pemerintah guna memperbaiki
mutu pendidikan dan pengajaran matematika, diantaranya dengan mengadakan
pelatihan-pelatihan, workshop, dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
namun hasil yang dicapai belum juga sesuai dengan harapan, dimana hasil belajar
matematika sekolah ternyata tidak memuaskan semua pihak. Penyebabnya yang
sangat esensial diduga metode pembelajaran yang belum mengarahkan siswa
untuk memahami suatu materi secara benar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ruseffendi (1991: 465) mengatakan bahwa objek yang mungkin menjadi
penyebab siswa kesulitan belajar matematika adalah materi yang diajarkan,
metode pembelajarannya, dan siswa yang belajar.
Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan yang dicanangkan oleh Mendiknas
tanggal 2 Mei 2002 yang diiringi dengan perubahan kurikulum 1994 ke kurikulum
2004 merupakan bukti nyata keseriusan pemerintah dalam menciptakan
pendidikan ke arah yang lebih baik khususnya mata pelajaran matematika.
Menurut Hudojo (2005: 3-4) agar kurikulum matematika dapat dilaksanakan di
depan kelas, maka faktor-faktor berikut ini perlu mendapat perhatian: (1) kesatuan
yang utuh, (2) perumusan tujuan, (3) pemilihan dan pengorganisasian
bahan-bahan, (4) strategi penyampaian, (5) keberhasilan. Adapun tujuan pembelajaran
matematika menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2009: 346) adalah
9
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Mencermati tujuan dari pembelajaran matematika tersebut, maka
diperlukan suatu metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk memahami
secara benar suatu materi yang diajarkan. Dengan memahami secara benar suatu
materi yang diajarkan, maka hasil belajar siswa dapat ditingkatkan sesuai dengan
harapan dan tujuan kurikulum. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran guru
sebagai tenaga pengajar .
Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivis adalah usaha
untuk membangun konsep-konsep/prinsip matematika dengan kemampuannya
sendiri melalui internalisasi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali.
Berdasarkan pandangan konstrukstivis tersebut, maka banyak bermunculan
pendekatan pembelajaran misalnya problem solving, penemuan, realistik, dan
kontekstual.
Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi,
sangat bergantung pada kemampuan guru mengelola pembelajaran yang dapat
menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga menjadi titik
10
pendidikan yang menunjukkan bahwa pembelajaran akan berhasil apabila siswa
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan hal tersebut
penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
pemecahan masalah dan koneksi matematis pada siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, melalui model pembelajaran berbasis
masalah, kegiatan belajar yang dilakukan akan lebih bermakna. Arends (2008: 43)
menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) dapat membantu siswa untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah,
mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri.
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu pembelajaran yang
berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator. Masalah kontekstual yang
diberikan bertujuan untuk memotivasi siswa, membangkitkan gairah belajar,
meningkatkan fokus belajar siswa, menemukan konsep yang sesuai dengan
materi, belajar terfokus pada pemecahan masalah, dan dengan adanya interaksi
sesama siswa dan guru siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Salah satu ciri
utama PBM adalah berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu.
Melalui pembelajaran yang proses belajar-mengajarnya diawali dengan
menghadapkan siswa dalam masalah dunia nyata maka akan mengarahkan kepada
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Selain itu, akan dapat
meningkatkan kemampuan koneksi siswa baik koneksi antara matematika dengan
pelajaran lain, koneksi matematika dalam kehidupan sehari-hari, maupun
kemampuan siswa dalam mengkoneksikan konsep antar pokok bahasan dalam
matematika itu sendiri. Bila kemampuan pemecahan masalah dan koneksi
11
dalam mempelajari matematika selanjutnya ataupun mempelajari pelajaran
lainnya. Jadi, dalam pembelajaran perlu adanya model pembelajaran yang
penekanannya mengarah kepada kemampuan pemecahan masalah dan koneksi
matematis.
Dalam pembelajaran matematika yang paling penting ditekankan adalah
keterampilan dalam proses berpikir. Siswa dilatih untuk dapat mengembangkan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, dan konsisten. Hal ini dapat
diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi
matematis siswa.
Akar permasalahan dalam penelitian ini adalah kenyataan bahwa hasil
belajar siswa kurang memuaskan, dan pembelajaran yang terjadi selama ini
kurang menekankan pada melatih siswa menggunakan kemampuan pemecahan
masalah dan koneksi matematika.
Dari latar belakang yang telah diuraikan, pembelajaran berbasis masalah
yang akan diteliti dalam hal ini adalah pembelajaran berbasis masalah yang dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi
matematis siswa.
1.2. Identifikasi Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas, maka masalah yang dapat
diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
1) Kemampuan pemecahan masalah siswa terhadap materi pelajaran
matematika masih rendah dan perlu ditingkatkan.
2) Kemampuan koneksi matematis siswa yang masih kurang dan perlu
12
3) Proses jawaban siswa masih belum tepat.
1.3. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas banyak permasalahan yang muncul dan
membutuhkan penelitian tersendiri untuk memperjelas dan mengarahkan yang
akan diteliti, oleh karena itu pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang masih rendah
2. Kemampuan koneksi matematis siswa masih belum baik
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi masalah utama
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang
diajarkan melalui PBM lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan
melalui pembelajaran biasa?
2. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang
diajarkan melalui PBM lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan
melalui pembelajaran biasa?
3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal
siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa?
4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal
siswa terhadap kemampuan koneksi matematis siswa?
5. Bagaimanakah proses jawaban siswa menjawab soal tes kemampuan
13
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas yang menjadi tujuan penelitian
adalah:
1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang diajar melalui pembelajaran berbasis
masalah lebih tinggi daripada siswa yang diajar melalui pembelajaran
biasa.
2. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis
siswa yang diajar melalui pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi
dairpada siswa yang diajar melalui pembelajaran biasa.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan
kemampuan awal siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran
kemampuan awal siswa terhadap kemampuan koneksi matematis
siswa.
5. Untuk mengetahui bagaimana proses jawaban siswa menjawab soal tes
kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis.
1.6. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian, diharapkan hasil penelitian ini
bermanfaat untuk:
1. Bagi Siswa, diharapkan dengan model pembelajaran berbasis masalah
14
arahan dan bimbingan guru. Diharapkan siswa secara aktif dalam
membangun pengetahuan, meningkatkan kemampuan koneksi
matematikanya serta memperoleh pengalaman baru dan belajar lebih
bermakna.
2. Bagi Guru, memberi sumbangan kepada guru-guru untuk menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah dalam peningkatan kemampuan
pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa serta menghasilkan
alternatif model pembelajaran matematika dalam usaha-usaha perbaikan
proses pembelajaran.
3. Bagi kepala sekolah, dapat memberikan kewenangan dan izin kepada
setiap guru untuk mengembangkan model-model pembelajaran untuk
meningkatkan kemmpuan pemecahan masalah dan koneksi matematis
siswa dan hasil belajar pada umumnya.
4. Bagi peneliti, mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam
melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu
pengetahuan tentang meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
129
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran
melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah secara umum dapat
dibuat kesimpulan mengenai kemampuan pemecahan masalah dan koneksi
matematis siswa sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang memperoleh
pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah
(kelompok eksperimen) lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran langsung (kelompok kontrol).
2. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah
(kelompok eksperimen) lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa (kelompok kontrol).
3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal
terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
4. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal
130
5.2 Saran
Penelitian mengenai pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran
berbasis masalah masih merupakan awal dari upaya meningkatkan kompetensi
guru mengajar, maupun kompetensi siswa dalam belajar. Oleh karena itu,
berkaitan dengan temuan dan kesimpulan dari studi ini, dipandang perlu agar
rekomendasi-rekomendasi berikut dilaksanakan oleh guru matematika, lembaga
dan peneliti lain yang berminat.
1. Kepada Guru
Pemberian masalah pada LAS harus dapat disesuaikan dengan waktu dalam
pembelajaran. Guru harus mampu memaksimalkan langkah pembelajaran
berbasis masalah dan tidak mengabaikan bagaimana siswa menampilkan hasil
diskusinya. Karena dengan itu dapat dilihat bagaimana siswa mengerjakan
LAS.
Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya membiasakan soal-soal yang
mengarah pada pemecahan masalah. Guru dapat mengadopsi soal dari buku
dan memodifikasi soalnya sehingga menjadi soal yang tidak biasa.
Pembelajaran melalui penerapan model PBM dapat dijadikan guru sebagai
salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
koneksi matematis siswa.
Pembelajaran melalui penerapan model PBM dapat dimanfaatkan guru untuk
menjaring informasi dalam upaya mengetahui penguasaan siswa terhadap
pelajaran matematika dan miskonsepsi yang terjadi pada siswa terhadap
konsep yang dipelajarinya, agar dapat dilakukan tindakan pengayaan maupun
131
Sebaiknya guru membiasakan para siswanya untuk berlatih melakukan
pemecahan masalah dan koneksi dalam belajar matematika yang menuntut
siswa untuk mengalami proses belajar dengan memahami masalah,
merencanakan strategi, melaksanakan strategi, dan memeriksa kembali.
Karena melalui kegiatan-kegiatan tersebut dapat melatih siswa dalam
memahami materi /konsep lain sehingga siswa menjadi pembelajar yang
bekerja secara sistematis dan mandiri.
Guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang dapat meningkatkan
keaktifan siswa. Dengan demikian kejenuhan dan ketakutan siswa dalam
belajar matematika dapat teratasi, karena dalam pembelajaran ini para siswa
akan mampu meningkatkan pemahamannya dan dapat juga meningkatkan
daya ingatnya terhadap apa yang dipelajarinya, karena para siswa akan
menemukan sendiri apa yang ingin ia ketahui dari materi yang dipelajarinya.
2. Kepada Lembaga yang Terkait
Pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah
masih asing bagi siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah dengan
harapan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi
matematis siswa.
3. Kepada Peneliti yang Berminat
Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi
dengan meneliti kemampuan lain secara lebih terperinci yang belum terjangkau
oleh peneliti, misalnya pada kemampuan penalaran matematis, kemampuan
berpikir kreatif ataupun kemampuan komunikasi matematis yang menggunakan
132
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richards I. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asmin. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik
dan Modern. Medan: Larispa.
Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Daulay, Leny. 2011. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Koneksi
Matematika Siswa SMP Dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis
Masalah. Jurnal Paradikma PPs UNIMED. (Online)
http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Article-0735/25828/leni-agustina-daulay. Akses tanggal 15 Oktober 2013. Vol 4, No.1 Juni 2011. Medan: Universitas Negeri Medan.
Farawita, Lely. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Penalaran Logis Siswa Smp. Tesis. Medan: Universitas Negeri Medan.
Guntoro, Bambang. 2011. Problem Solving Dalam Pembelajaran Matematika.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. ISBN. 978-602-95793-1-4. (online).http://eprints.unsri.ac.id/1533/1/PROSIDING_SEMNAS_U_PGR I_2011.pdf. Akses tanggal 10 Oktober 2013. Palembang: Universitas PGRI Palembang.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2009.
Hake, R.R. 2007. Design-Based Research In Physics Education: A Review in A.E.
Kelly, R.A. Lesh, & J.Y. Baek, eds. (in press), Handbook of Design
Research Methods in Mathematics, Science, and Technology Education.
Erlbaum. (Online) www.physics.indiana.edu. /~hake/DBR-Physics3.pdf .
Diakses tanggal 28 Januari 2014.
Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Malang: UM Press.
Talib, Irwan J. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
133
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Minarni, Ani . 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. PROSIDING.ISBN :
978-979-16353-8-7. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika. FMIPA UNY. Yogyakarta. 10 November 2012. Online. http://eprints.uny.ac.id/7496/1/P%20-%2010.pdf. Akses tanggal 20 Maret 2014. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Napitupulu, E. 2008. Developing Reasoning Skill And Problem Solving Trought
Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan Matematika Paradikma Vol. 1 Edisi Juni 2008. Medan: Universitas Negeri Medan.
Nasution, Haryati Ahda. 2013. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Dan Komunikasi Matematik Siswa Pada Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Pembelajaran Langsung Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. UPT. Perpustakaan Unimed, Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika, Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unimed. Vol.6, No.1, Juni 2013. Online.(Akses tanggal 24 Februari 2014). Medan: Universitas Negeri Medan.
Nasution, Noehi,dkk. 2007. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Universitas
Terbuka. Jakarta: Universitas Terbuka.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. ISBN
0-87353-480-8. United States of America: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Paingin. 2013 “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematik dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah”. Tesis. Medan: Universitas Negeri Medan.
Permana, Yanto., Sumarmo. 2007. Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan
Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Educationist Vol. I No. 2/Juli 2007. ISSN: 1907 – 8838. Online. http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._I_No._2 Juli_2007/6_Yanto_Permana_Layout2rev.pdf. akses tanggal 26 Maret 2014. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Polya, G. 1957. How to Solve It. A New Aspect of Mathematical Method (2nd
ed).(Online).http://math.hawaii.edu/home/pdf/putnam/PolyaHowToSolveIt
.pdf. New Jersey : Princeton University Press. (diakses tanggal 12 Agustus 2013).
Rajagukguk, W. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
134
Kanopan T.A. 2009/2010. JurnalVISI (2011) 19 (1) 427-442. ISSN
0853-0203.(Online). akademik.nommensen-id.org/...Vol...1
.../5_WamintonRaja-Gg.doc . (Diakses 12 Agustus 2013).
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Russeffendi. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sinaga, Bornok. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPs UNESA.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Tandiling, Edy. Pengembangan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Melalui
Pendekatan Advokasi Dengan Penyajian Masalah Open-Ended Pada Pembelajaran Matematika. PROSIDING. ISBN : 978 –979 –16353 –9 –4. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik" pada tanggal 9 November 2013 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Penerbit Prestasi Pustaka.
Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika. Edisi Ke-3. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Yulianti, Kartika. 2012. Menghubungkan Ide-Ide Matematik melalui Kegiatan