4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tinjauan pustaka ini memberikan penjabaran mengenai dasar-dasar teori yang akan dipakai dalam penelitian ini sebagai parameter rujukan untuk dilaksanakannya penelitian. Penjabaran teori yang dilakukan dalam penelitian menjelaskan tentang penelitian terdahulu, user interface, eight golden rules, analisa data, dan validasi data yang dijabarkan pada penjelasan dibawah ini.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti diantaranya :
a) Muhammad Yazid, Rizky Arya Pratama, Slamet Riyadi, User Interface Evaluation of Indonesian Online News Portals: Case Study of Vivanews and Detikcom, 2017 [6].
Penelitian ini bertujuan untuk evaluasi website Vivanews dan Detikcom menggunakan teori eight golden rules. Hasil dari penelitian tersebut berupa pernyataan perbandingan dari kedua website yang sudah di evaluasi yang sesuai dengan teori eight golden rules. Evaluasi yang sudah dilakukan dapat berguna untuk meningkatkan usabilitas dan fungsionalitas portal website tersebut.
b) Mokhamad Solikin, Evaluasi Interface Aplikasi Ujian Nasional Berbasis Komputer, 2017 [4].
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberterimaan user interface aplikasi ujian nasional berbasis komputer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan penyebaran kuesioner dimana kuesioner ini menggunakan acuan eight golden rules (Shneiderman, 2010). Kemudian perhitungan hasil menggunakan skala likert yang berfungsi untuk menghitung hasil dari kuesioner tersebut. uji validitas hasil dilakukan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
c) Susila, M. Suyatno & Sukoco, Evaluasi User Interface Pada Aplikasi Pacitan Tourism, 2016 [7].
penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sekaligus mengembangkan aplikasi Pacitan Tourism. Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan teori eight
5
golden rules dari Shneiderman (2005) sebagai indikator dasar pembuatan kuesioner. Kuesioner akan disebarkan pada pengguna aplikasi dengan sistem broadcast. Pengukuran data dari kuesioner dilakukan dengan menggunakan skala likert kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan aplikasi SPSS for Windows versi 16.0. setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan statistik dimana jenis statistik yang digunakan yaitu statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul. d) Hari Agustiyo, Kusrini, Henderi, Evaluasi Usability Aplikasi Pelayanan
Masyarakat Jangka Joyoboyo Polres Kediri, 2018 [8]
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aplikasi pelayanan masyarakat dengan menggunakan metode aturan eight golden rules dari shneiderman (2005) dan dikombinasikan dengan salah satu metode usability testing yaitu retrospective think-aloud guna memperkuat hasil dari evaluasi. Narasumber yang dituju pada penelitian ini tidak jelas keberadaannya, sehingga penelitian ini menggunakan teknik quota sampling untuk mendapatkan sampel penelitian. Kemudian narasumber diminta untuk mengisi kuesioner untuk mendapatkan hasil dari tingkat usability system. Hasil yang ditemukan pada kuesioner akan dihitung menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas, kemudian hasil akhir dari uji statistik tersebut akan diuji testing dengan menggunakan teknik restrospective think-aloud untuk mendapatkan hasil yang lebih valid.
2.2 User Interface
User interface merupakan sebuah tampilan grafis yang diprogram sehingga dapat dibaca oleh sistem operasi komputer agar dipahami oleh pengguna [2]. User interface juga merupakan salah satu pemicu yang bisa membuat kenaikan traffic pada sebuah website, karena pengguna dapat berinteraksi dengan logika pemrograman melalui user interface. Desain user interface menjadi sangat penting karena semakin efisien suatu desain antarmuka maka semakin betah pula user untuk berlama-lama di website tersebut [2].
6
2.3 Delapan Aturan Emas (Eight Golden Rules)
Eight golden rules menurut Ben Shneiderman (2010) memiliki 8 variabel diantaranya :
1. Mengupayakan Konsistensi (Strive for consistency)
Suatu program harus konsisten pada antarmuka yang dapat memudahkan pengguna yang ingin menggunakan sistem tersebut. Antarmuka pengguna juga sebaiknya menampilkan aspek dasar yang serupa dengan antarmuka lain. Ben Shneiderman sendiri menuliskan bahwa “urutan sebuah tindakan yang dikatakan konsisten harus ditunjukkan dalam sebuah situasi yang serupa. Istilah yang sama harus digunakan dalam sebuah prompt menu, dan/atau layar bantuan atau bisa juga warna kemudian tata letak, huruf besar, dan font harus selalu konsisten pada keseluruhan halaman. Kecuali pada bagian seperti konfirmasi yang diperlukan pada perintah penghapusan, atau gema pada kata sandi, semua harus dipahami dan jumlahnya terbatas”[9]. Menurut Cha dan Romli [13] konsistensi antarmuka memungkinkan pengguna untuk terbiasa dengan sistem sehingga membantu mereka untuk menggunakan sistem dengan baik.
Menurut Jerry Cao et al. [10] disebutkan bahwa konsistensi dibagi menjadi 2 yaitu, konsistensi eksternal dan konsistensi internal. Konsistensi eksternal mengacu pada konsistensi user interface yang harus sama dan konsisten untuk semua platform, sedangkan konsistensi internal merupakan sebuah persyaratan dalam desain yang harus dipenuhi. Kategori utama dalam konsistensi internal antara lain warna, tipografi, bahasa, visual umum, tata letak, dan interaksi.
Gremillion et al. [11] menjelaskan bahwa konsistensi eksternal tidak selalu diperlukan, tetapi konsistensi internal sangatlah penting. Lain halnya pada penjelasan lain menjelaskan tentang konsistensi visual dimana ada beberapa area yang membutuhkan perhatian ekstra untuk konsistensi yaitu tipografi, elemen user interface, dan warna.
Kesimpulan dari pendapat para ahli terebut adalah bahwa dalam membuat website agar konsisten perlu memperhatikan warna, tata letak, tipografi, bahasa, interaksi, ukuran huruf (font).
7
2. Kegunaan yang Universal (Universal usability)
Universal usability digunakan untuk mengenali kebutuhan yang berbeda terhadap setiap pengguna dan memfasilitasi transformasi konten. Misalnya, menambahkan fitur bantuan untuk para penguna pemula, dan juga fitur yang dapat digunakan oleh pengguna berpengalaman seperti shortcut dan akses cepat lainnya.
Rancangan ini memfasilitasi transformasi konten/fitur, artinya sebuah aksi yang dilakukan pengguna tidak hanya terbatas dengan sebuah tombol atau shortcut, tetapi terdapat opsi lain hint / opsi lainnya yang diberikan untuk memudahkan pengguna pemula [4].
3. Menawarkan Feedback Informatif (Offer informative feedback)
Feedback diperlukan untuk memberi tahu kepada pengguna atas tindakan yang dilakukan. Format pada feedback harus dimengerti oleh pengguna yang berpengalaman maupun awam karena apabila feedback tersebut tidak dipahami maka bisa mengakibatkan kesalahan yang dilakukan akan menjadi lebih besar dan fatal. Seperti menggunakan bahasa yang sesuai dengan bahasa pada negara pengguna serta menggunakan bahasa yang dapat dimengerti pengguna awam.
Shneiderman menjelaskan ada dua macam tindakan yaitu tindakan sering dan kecil dimana respon yang diberikan bisa sederhana dan tindakan jarang dan besar dimana responnya harus lebih substansial. Itu berarti feedback tersebut harus bermakna dan jelas agar dipahami pengguna. Tindakan yang sering digunakan dapat berupa klik/ketukan, pemuatan, pengguliran, perubahan ikon, animasi, dan lain-lain. jenis feedback ini menunjukkan perubahan kecil dalam sistem [12].
Cha dan Romli [13] berpendapat feedback informatif seperti ketika pengguna tidak memasukkan format yang tepat, sistem akan memberikan informasi yang membimbing pengguna agar memahami dengan proses yang harus dilakukan selanjutnya. Ini juga terjadi ketika pengguna mengklik menu, feedback informatif ditampilkan ketika pengguna mendapatkan notifikasi tentang keadaan saat ini dan sehingga pengguna akan tahu apa yang dilakukan selanjutnya.
8
Jerry Cao et al. [10] menjelaskan feedback dengan warna dimana blok warna mengacu pada membagi konten ke dalam kisi dan menerapkan warna yang berbeda untuk membuat mosaik seperti kartu. Status hover berwarna juga cukup mudah digunakan saat mengarahkan mouse ke setiap blok konten, perubahan warna akan memberikan feedback visual kepada pengguna. Indikator yang terdapat pada offer informative feedback yaitu setiap action harus mempunyai umpan balik dari sistem dan umpan balik tersebut harus informatif.
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai offer informative feedback diketahui bahwa tindakan yang sering digunakan dapat berupa klik/ketukan, pemuatan, pengguliran, perubahan ikon, animasi, lencana ikon, pemberitahuan, kotak pesan dialog, tombol berwarna atau dinonaktifkan, memuat animasi, peringatan sebaris, tooltips, efek hover, tombol & tautan, navigasi, formulir, content loading dan progress bar, selain itu setiap aksi harus memiliki feedback dari sistem dan feedback harus informatif.
4. Desain Dialog untuk Menghasilkan Penutupan (Design dialogue to yield closure)
Rangkaian tugas perlu digolongkan agar pengguna dapat menyelesaikan tugas pada suatu tindakan. Ben Shneiderman [18] menjelaskan tentang dialog desain “Urutan tindakan harus memiliki proses awal, tengah dan akhir.” dari pernyataan ini dijelaskan bahwa langkah antarmuka harus memiliki urutan agar mempermudah pengguna untuk memahami apa yang akan dilakukan selanjutnya. Pada tahap akhir, pengguna diberikan penutupan dengan pemberitahuan bahwa tugas selesai dan akan diberikan petunjuk untuk melanjutkan.
Desain yang baik adalah desain yang tidak ambigu, menambahkan dialog diperlukan agar pengguna tidak kebingungan, dan dialog yang berguna untuk menjelaskan alur yang akan dilakukan kepada pengguna. Pengguna tidak perlu menebak-nebak alur yang akan dilakukan selanjutnya. Memberitahu apa yang mereka lakukan sangat perlu seperti pesan dialog “terima kasih” dan sebuah bukti tanda terima cek pembelian ketika sudah menyelesaikan pembelian onlinenya [13]. Pesan penutupan ini salah satunya bisa ditemukan di gmail saat setelah mengirim pesan.
9
5. Menawarkan Penanganan Kesalahan Sederhana (Offer simple error handling)
Antarmuka yang baik tentunya harus di desain untuk mencegah dan menghindari kesalahan yang terjadi. Setidaknya sistem harus dikembangkan sebaik mungkin agar dapat meminimalkan atau mengurangi kesalahan sebanyak mungkin yang akan dilakukan pengguna. Apabila ada terjadi kesalahan maka sistem diharuskan membuat pengguna dengan cepat memahami cara memecahkan dan menyelesaikan kesalahan tersebut. Maka sistem harus memberitahu cara memecahkan masalah tersebut, setidaknya diberikan instruksi langkah yang sederhana dan mudah dimengerti untuk menyelesaikan sebuah masalah dengan cepat. Cha dan Romli [13] berpendapat pencegahan kesalahan dan penanganan kesalahan adalah salah satu cara yang dapat mencegah pengguna melakukan kesalahan dan jika mereka melakukannya, mereka ditawarkan instruksi yang jelas dan informatif untuk memungkinkan mereka pulih.
Indikator dari offer simple error handling terbagi menjadi 4 antara lain interface harus bisa membuat pengguna tidak membuat kesalahan yang serius, interface harus memiliki petunjuk dalam pengisian data, interface harus menampilkan pesan kesalahan ketika pengguna salah akses, dan interface harus menampilkan cara atau langkah dalam memperbaiki kesalahan. [4]
6. Mengizinkan Tindakan Balik yang Mudah (Permit easy reversal of actions) Aturan keenam yaitu Permit easy reversal of actions memberitahukan bahwa setiap tindakan harusnya memiliki pilihan “undo” untuk memudahkan pengguna apabila terjadi kesalahan. Pilihan “undo” ini harus diberikan pada berbagai titik saat terjadi setelah ada tindakan tunggal, memasukkan data atau keseluruhan dari rangkaian tindakan. Menurut Shneiderman “Fitur ini mengurangi sebuah kecemasan, karena sebagai pengguna akan tahu bahwa kesalahannya dapat diatasi sehingga mendorong eksplorasi opsi yang tidak dikenal.".
Jerry Cao et al. [10] menjelaskan tips dalam mengaplikasikan opsi “undo” yaitu, a. Opsi undo harus selalu tidak mengganggu. Jika opsi undo membutuhkan konfirmasi untuk setiap skenario, itu bisa mengganggu aliran pengguna sebagai kesalahan.
10
b. Opsi undo tidak seharusnya muncul dengan berlebihan atau terlalu sering, tujuannya adalah untuk membuat aliran pengguna menjadi lebih cepat, jadi meminimalkan gangguan.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut disimpulkan opsi “undo” sangat dibutuhkan oleh pengguna, karena hal ini membuat para pengguna tidak dikelilingi rasa takut akan kesalahan yang akan dilakukannya, kinerja pengguna pun akan menjadi cepat. Pengguna tidak perlu berhati-hati dan dengan mudah melakukan apa yang mereka inginkan. Opsi “undo” juga harus mempermudah para pengguna dan opsi ini harus selalu tidak mengganggu.
7. Mendukung Tempat Kendali Internal (Support internal locus of control) Aturan ini memberitahukan bahwa sangat penting memberikan kendali dan kebebasan untuk pengguna agar mereka dapat mengontrol aplikasi sepenuhnya. Operator yang berpengalaman sangat menginginkan hal tersebut. Edward berpendapat pengguna harus ditempatkan pada pengendalian kontrol dan berikan bantuan proaktif. Memungkinkan pengguna untuk menyelesaikan tugas menggunakan urutan langkah apa pun yang biasanya mereka gunakan. Penguna dapat meninggalkan sistem dan kembali lagi nanti dan sistem berada dalam kondisi yang sama. Indikator dari variabel ini yaitu interface menyediakan informasi yang dibutuhkan ketika mengalami kesulitan, interface memudahkan pengguna dalam pengisian data, perintah pada aplikasi harus mudah dipahami. [4]
Membuat pengguna dapat melakukan apapun yang mereka inginkan pada aplikasi tersebut dapat membuat pengguna merasa nyaman dan mungkin terus menggunakan aplikasi. Pengguna harus menjadi pemulai tindakan atau pembuat tindakan sebagai narasumber. Pengguna keluar atau masuk itu adalah keputusan pengguna.
8. Mengurangi Beban Memori Jangka Pendek (Reduce short-term memory of load)
Aturan ini memberitahukan bahwa informasi visual sangat penting untuk pengguna, karena mengenali sebuah sesuatu lebih mudah daripada harus mengingat sesuatu. Cha dan Romli [13] berpendapat tampilan antarmuka harus sederhana untuk mengurangi beban memori jangka pendek. Antarmuka
11
dirancang sesederhana mungkin, tetapi masih mempromosikan respons positif dari pengguna.
Jakob Nielsen [14] berpendapat bahwa menjelaskan dalam websitenya yang berjudul “short-term memory and web usability” dimana Seluruh ide dari sebuah menu adalah untuk mengandalkan pengenalan daripada mengingat (salah satu dari 10 heuristik dasar untuk desain antarmuka pengguna). Ada banyak masalah kegunaan lain dalam desain menu, dan menu yang lebih pendek tentu lebih cepat untuk dipindai. Tetapi jika membuat menu terlalu pendek, pilihannya menjadi terlalu abstrak dan tidak jelas.
2.4 Wawancara
Penelitian ini menggunakan sebuah metode wawancara yang digunakan untuk mendapatkan data. Wawancara dilakukan oleh dua pihak yang biasa disebut pewawancara dan terwawancara. Dimana pewawancara bertugas sebagai pemberi pertanyaan dan terwawancara atau narasumber bertugas menjawab pertanyaan. Pewawancara memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Pewawancara atau moderator harus bisa mengarahkan diskusi dan harus tanggap dalam memahami perilaku dan sikap narasumber yang muncul ketika diskusi berlangsung.
2. Moderator harus bisa mengatasi hal-hal yang muncul ketika diskusi berlangsung dan mengarahkan sikap dan perilaku narasumber. [15]
3. Pewawancara atau moderator harus mempunyai keterampilan komunikasi yang cakap. Keterampilan ini mencakup keterampilan mendengarkan, menyusun kata-kata, mengamati, dan menyimpulkan hasil wawancara. [17] Untuk mendapatkan data dari wawancara, terdapat beberapa prosedur wawancara yang digunakan, antara lain :
2.4.1 Identifikasi Partisipan
Berdasarkan penelitian terdahulu, eight golden rules merupakan penelitian kualitatif [18] dilihat dari worksheet yang diberikan kepada pengguna sebagai acuan untuk membuat desain user interface yang baik. Teknik purposive sampling biasa digunakan sebagai teknik untuk pengambilan sampel, menurut Sugiyono (2010) [20] purposive sampling adalah sebuah teknik pengambilan sampel dari sumber data yang dilakukan dengan beberapa pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu
12
tersebut bisa jadi beberapa orang yang dianggap paling tahu mengenai apa yang diinginkan peneliti atau mengenai apa yang dievaluasi oleh orang tersebut. Sehingga peneliti dapat dengan mudah dalam mendalami objek atau situasi yang diteliti. 2.4.2 Jenis Wawancara
Penelitian ini menggunakan jenis wawancara terstruktur yang disebutkan oleh Guba dan Lincoln (1981: 160-170). Jenis wawancara terstruktur adalah jenis wawancara dimana seorang peneliti yang menetapkan sendiri beberapa masalah dan beberapa pertanyaan yang akan langsung diajukan kepada seorang terwawancara [15].
2.4.3 Protokol Wawancara
Format wawancara yang digunakan dinamakan protokol wawancara [15]. Protokol wawancara berbentuk terbuka yang dibuat dengan rapi dan ketat. Masalah pada rancangan penelitian dijadikan acuan dalam menyusun protokol wawancara. Dalam penelitian ini, pertanyaan untuk narasumber/terwawancara menggunakan acuan dalam variabel dan indikator dari eight golden rules. [4] 2.4.4 Tempat Wawancara
Dalam menentukan tempat wawancara sebisa mungkin didiskusikan bersama dengan narasumber. Tempat wawancara diharuskan adalah tempat yang cukup tenang dan nyaman bagi narasumber. Tempat wawancara dapat berada di lokasi seperti rumah atau tempat narasumber bekerja (bukan di laboratorium). Proses wawancara dilakukan dengan posisi peneliti dan narasumber berhadap-hadapan dan diantara mereka terdapat alat perekam yang berfungsi agar suara keduanya dapat didengar dan terekam dengan baik. [17]
2.4.5 Proses Wawancara
Selama berjalannya wawancara, pertanyaan harus disesuaikan berdasarkan waktu wawancara, hargai partisipan yang telah bersedia di wawancara dan tetap selalu bersikap sopan dan santun. Pewawancara yang baik adalah pewawancara yang lebih banyak mendengarkan partisipan saat bicara daripada berbicara terus-menerus. Waktu wawancara setidaknya harus selesai dalam waktu satu jam. Namun, jika tidak memungkinkan selesai dalam waktu satu jam lama wawancara paling lama tidak lebih dari waktu tiga jam. Jika lebih dari tiganya maka dapat membuat narasumber kehilangan fokusnya. Jika pada
13
waktu tersebut data tidak diperoleh dengan maksimal, maka dapat dilakukan pada hari berikutnya. [17]
2.4.6 Transkrip Wawancara
Dalam membuat transkrip wawancara peneliti harus benar-benar mendengarkan rekaman wawancara dengan teliti kemudian menuliskan dengan kata-kata yang sesuai dengan apa yang telah direkam [23]. Proses membuat transkrip umumnya mengambil waktu yang banyak, karena data transkrip tersebut akan digunakan untuk proses analisa data [24].
2.5 Metode Menyimpulkan Gagasan Utama Tersirat
Gagasan utama adalah pemikiran, makna, atau poin yang ingin diungkapkan oleh penulis tentang topik tersebut. Metode ini digunakan untuk menemukan gagasan utama yang tersembunyi, gagasan utama tersebut tidak langsung terlihat seperti mencari gagasan utama biasanya tetapi pembaca dapat menemukan dalam bacaaan tersebut. Metode ini dilakukan dengan cara menemukan subject, verb, dan critical information hingga dapat menghasilkan gagasan utama yang diinginkan. Subject menjelaskan tentang siapa atau apa paragraf ini, verb menjelaskan tentang apa yang dilakukan subject dalam paragraf, dan critical information menjelaskan tentang bagaimana, mengapa, apa, atau dimana. [29]
2.6 Analisis Data 2.6.1 Reduksi data
Awal dari analisa data adalah reduksi data. Reduksi data diawal dengan identifikasi satuan kemudian dilanjutkan dengan membuat kode pada setiap ‘satuan’ tersebut. proses ini menggunakan open coding [24]. Open coding dilakukan dengan cara :
a. Identifikasi satuan (unit)
Satuan yang diidentifikasi yaitu bagian paling kecil yang ditemukan dalam sebuah data hasil wawancara yang memiliki arti atau maksud jika dapat dikaitkan pada fokus dan masalah penelitian.
14 b. Membuat kode
Setelah ditemukan satuan, maka dilanjutkan dengan membuat kode pada setiap satuan tersebut agar tetap dapat ditelusuri asal usul atau sumber data/satuannya.
2.6.2 Kategorisasi
Setelah dilakukan reduksi data, maka selanjutnya dilakukan kategorisasi. Proses ini disebut axial coding, dimana proses dari axial coding sendiri terdiri dari dua langkah proses antara lain: [15]
a. Menyusun kategorisasi
Setelah dilakukan reduksi data yang menghasilkan satuan beserta kode satuannya, maka setelah itu satuan tersebut di kategorisasi dengan memilah setiap satuan ke dalam bagian yang memiliki kesamaan.
b. Setiap kategorisasi diberikan nama yang disebut ‘kategori/tema’ 2.6.3 Sintesisasi
Sintesisasi digunakan untuk mencari hubungan antara satu kategori dengan satu kategori lainnya. Setelah ditemukan hubungan antar kategori tersebut maka diberikan label lagi. [15]
2.6.4 Menyusun ‘hipotesis kerja’
Hipotesis kerja dilakukan dengan cara mendeskripsikan suatu pernyataan yang seimbang. Hipotesis kerja ini merupakan sebuah teori yang berasal dari data dan masih terkait dengan data itu. Hipotesis kerja hendaknya dapat terkait sekaligus menjawab rumusan penelitian. [15] Dalam penelitian kualitatif tidak dapat merumuskan hipotesis tetapi bahkan diharapkan bisa mampu menemukan hipotesis [28].
2.7 Validitas Data (Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data)
Keabsahan data merupakan aspek yang perlu digunakan untuk penentuan sebuah penelitian kualitatif. Kebasahan data memiliki kriteria khusus tertentu. Kriteria tersebut terdiri dari derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan dan kepastian. Masing-masing kriteria tersebut memiliki teknik pemeriksaan sendiri. Pada penelitian ini teknik dari keabsahan data menggunakan semua kriteria itu.
15 2.7.1 Kredibilitas (Derajat Kepercayaan)
Kriteria derajat kepercayaan berfungsi untuk membuktikan tingkat kepercayaan penemuan yang dapat dicapai dengan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan yang sedang diteliti. [15]
Teknik pemeriksaaan yang digunakan dalam kriteria ini adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan kebenaran data yang memanfaatkan sesuatu proses untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu [15]. Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi metode dimana metode ini dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama. penelitian ini menggunakan data wawancara, observasi dan dokumentasi untuk dilakukan triangulasi.
2.7.2 Keteralihan
Teknik pemeriksaaan yang digunakan dalam kriteria keteralihan adalah dengan cara uraian rinci (thick description). Peneliti melaporkan hasil penelitiannya secara rinci agar mudah dibaca oleh pembaca dan dapat memahami beberapa temuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsirannya yang diuraikan secara rinci dengan tanggungjawab berdasarkan kejadian-kejadian nyata. [15]
2.7.3 Kebergantungan dan Kepastian
Konsep yang digunakan dalam prosesi ini yaitu menggunakan proses Auditing. Hal ini dilakukan terhadap proses saat penelitian maupun terhadap hasil penelitian. Sebelum melakukan proses auditing perlu pengecekan kelengkapan catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi. Catatan tersebut perlu dikategorikan terlebih dahulu. Menurut Halpern, klasifikasi yang perlu dipenuhi untuk melakukan auditing antara lain: [15]
1. Data mentah, termasuk bahan yang didapat dari perekaman secara elektronik, catatan lapangan tertulis ataupun dokumen, foto, dan semacamnya serta hasil survei.
2. Data yang direkduksi dan hasil analisis data, termasuk di dalamnya penulisan secara lengkap catatan lapangan, rangkuman catatan, dan catatan teori seperti hipotesis kerja, konsep, dan semacamnya.
16
3. Rekonstruksi data dan hasil sintesis, termasuk didalamnya struktur kategori: tema, definisi dan hubungan-hubungannya, kesimpulan, dan laporan akhir. 4. Catatan tentang proses penyelenggaraan, termasuk di dalamnya catatan
metodologi dan catatan tentang keabsahan data.
5. Bahan yang berkaitan dengan maksud dan keinginan. [15]
Setelah klasifikasi yang ditentukan untuk proses auditing terpenuhi, maka dilanjutkan dengan proses auditing dengan mengikuti langkah proses mencakup identifikasi masalah penelitian, meninjau literatur, merancang kerangka kerja, mendapatkan data, analisa data, validitas data, dan kesimpulan dan saran [27]