• Tidak ada hasil yang ditemukan

EUFEMISME PADA BERITA SURAT KABAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EUFEMISME PADA BERITA SURAT KABAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EUFEMISME PADA BERITA SURAT KABAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Suci Nia Priani dkk 1 Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Vol. 6, No. 2, Mei - Agustus 2021

EUFEMISME PADA BERITA SURAT KABAR DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA JENJANG

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Suci Nia Priani

1

, Burhan Eko Purwanto

2

, Agus Riyanto

3

1,2,3Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pancasakti Tegal

suci.nia98@gmail.com, burhanekopurwanto58@gmail.com, alkhalifiriyanto@gmail.com Abstrak

The purpose of this study is to describe the form of expressions and measurement scale of language politiness in the news of the newspaper Tribunjateng.com published in February-March 2020 and to describe the implications of using euphemism for learning Indonesian in Junior High School. This study uses a qualitative method approach. The data source in this study is discourse or news text for the Tribunjateng.com newspaper in February-March 2020. The form of data in this study is written data in the news text of the Tribunjateng.com newspaper in February-March 2020. Data collection techniques are reading techniques and note taking techniques. The data analysis was carried out, namely the equivalent method with the advanced technique using the determing element sorting technique. The result showed that euphemism was found, namely (1) the use of abbreviations in the form of initials, acronyms, and standardized forms, (2) the use of absorption, (3) the use of foreign terms, (4) use of metaphors and, (5) use of periphrasis. Of the five expressions, then measured using a politiness scale in the form of a cost-benefit-scale and indirectness scale. The results of this study are implied in Indonesian language lessons in Junior High School class VIII on KD (4.1) of the news (proud and motivating) that is read and heard.

Keywords: Euphemism, Language Politiness Scale, and Implication.. Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk ungkapan dan skala pengukuran kesantunan berbahasa dalam berita surat kabar Tribunjateng.com edaran bulan Februari-Maret 2020 dan mendeskripsikan implikasi penggunaan eufemisme terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah wacana atau teks berita surat kabar Tribunjateng.com edaran bulan Februari-Maret 2020. Wujud data dalam penelitian ini adalah data tertulis berupa penggalan pada teks berita surat kabar Tribunjateng.com edaran bulan Februari-Maret 2020. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik baca dan teknik catat. Analisis data yang dilakukan yaitu metode padan dengan teknik lanjutannya menggunakan teknik pilah unsur penentu. Hasil penelitian menunjukan bahwa ditemukan bentuk ungkapan eufemisme yaitu (1) penggunaan singkatan yang berupa inisialen, akronim, dan bentuk yang dibakukan, (2) penggunaan serapan, (3) penggunaan istilah asing, (4) penggunaan metafora, dan (5) penggunaan perifrasis. Dari ke lima ungkapan tersebut kemudian diukur menggunakan skala kesantunan berbahasa yang berupa skala kerugian-keuntungan (cost-benefit-scale) dan skala ketaklangsungan (indirectness scale). Hasil penelitian ini diimplikasikan dalam pelajaran bahasa Indonesia di SMP kelas VIII pada KD (4.1) Menyimpulkan isi dari berita (membanggakan dan memotivasi) yang dibaca dan didengar.

(2)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 2, Mei - Agustus 2021

2 EUFEMISME PADA BERITA SURAT KABAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Suci Nia Priani dkk.

Kata Kunci: Eufemisme; Implikasi; Skala Kesantunan Berbahasa.

PENDAHULUAN

Eufemisme (euphemism) adalah pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau kata tabu. Penggunaan eufemisme dianggap penting karena kesantunan seseorang dalam bertutur dapat mencerminkan karakter penuturnya, sehingga dalam kondisi apapun penutur dapat memilih kata-kata yang baik dalam mengungkapkan perasaannya. Sutarman (2017:47) dalam sebuah proses komunikasi eufemisme berguna untuk menjaga perasaan antara penutur dan lawan tutur supaya tidak ada pihak yang tersinggung atau kurang nyaman terhadap pemakaian kata tersebut. ). Eufemisme biasanya diperoleh dalam komunikasi masyarakat sehari-hari, salah satunya yaitu yang ditemukan dalam berita surat kabar Tribunjateng.com. Dalam rubrik berita surat kabar ditemukan penghalusan kata yang digunakan dalam penulisan berita, penulisan berita bermanfaat untuk memberikan informasi sehingga mempermudah pembaca dalam memahami isi berita yang sedang dikaji.

Penggunaan eufemisme dapat berpengaruh dalam penulisan surat kabar. Peran surat kabar dalam pembinaan bahasa bersifat positif ataupun negatif tergantung bagaimana insan pers dalam menggunakan bahasa secara konseptual. Muhammad (2017:3) kecenderungan pemakaian eufemisme sering dijumpai dalam berita surat kabar yang berfungsi untuk membantu pembaca agar mengurangi tabu bahasa dan persepsi atau kesan kasar. Irawati (2016:2) berita surat kabar merupakan suatu alat komunikasi yang berisi informasi aktual dari berbagai macam aspek kehidupan baik berita ekonomi, kriminal, politik, seni dan olahraga, luar negeri maupun dalam negeri. Beberapa pendapat yang dikembangkan oleh pakar bahasa mengenai pemakaian bentuk ungkapan eufemisme di dalam wacana masyarakat. Eufemisme atau eufemismus berasal dari bahasa Yunani yaitu eufhemizein artinya mempergunakan kosakata untuk mencapai tujuan yang baik.

Masyarakat Indonesia ialah masyarakat yang berbudi dan sangat menjunjung tinggi sopan santun dalam berbahasa serta sangat peka terhadap permasalahan etika khususnya dalam etika berbicara harus menggunakan bahasa yang baik dan benar menurut Sutarman (2017:109). Tujuan penggunaan eufemisme yang ditemukan ditujukan untuk menjaga perasaan orang agar tidak tersinggung. Menurut Sutarman (2017:66) berdasarkan penggunaan yang ditemukan bahwa ungkapan eufemisme dapat dibentuk dengan beberapa jenis yaitu sebagai berikut:

1. Penggunaan singkatan yang meliputi: inisialen, akronim, dan bentuk yang dibakukan 2. Penggunaan serapan

3. Penggunaan istilah asing 4. Penggunaan metafora 5. Penggunaan periphrasis

Salah satu aspek budaya yang melekat dalam bahasa ialah perlu adanya kesantunan berbahasa untuk menjalin suatu komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Ada kaitan erat antara eufemisme dengan kesantunan berbahasa karena suatu ungkapan halus tidak jauh dari suatu kesantunan dalam berbahasa (Sutarman 2017:101). Kesantunan menunjukkan perilaku yang memuat nilai kesantunan dalam pergaulan masyarakat sehari-hari. Kesantunan berbahasa ialah upaya yang dilakukan oleh penutur agar menghindari pengucapan bahasa yang tidak boleh membuat lawan tutur menjadi malu, tersinggung bahkan terhina menurut Gosman (dalam Hermaji, 2016:113). Oleh karena itu penggunaan bentuk ungkapan eufemisme agar terdengar lebih santun maka harus dilakukan pengukuran dengan menggunakan skala kesantunan berbahasa. Menurut pendapat Leech (dalam Asror, 2018) setiap maksim interpersonal itu dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Skala kesantunan berbahasa yang sesuai dengan penggunaan ungkapan eufemisme dalam berita surat kabar yaitu skala kerugian-keuntungan (cost-benefit-scale) dan skala ketaklangsungan (indirectness scale). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk ungkapan

(3)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 2, Mei - Agustus 2021

EUFEMISME PADA BERITA SURAT KABAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Suci Nia Priani dkk. 3 eufemisme dan diukur dengan menggunakan skala kesantunan berbahasa yang nantinya akan diimplikasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP kelas VIII semester ganjil dengan kurikulum 2013 pada KD (4.1) Menyimpulkan isi dari berita (membanggakan dan memotivasi) yang dibaca dan didengar.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini memiliki fungsi untuk meneliti sehingga dapat menemukan potensi dan masalah, memahami makna serta keunikan obyek yang akan diteliti. Penelitian ini mempunyai sifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan dapat berupa kata atau gambar, serta tidak menekankan pada angka. Penelitian kualitatif menggunakan data tertulis sehingga pengumpulan analisis data berupa analisis naratif.

Sumber data diperoleh yaitu wacana atau teks berita yang di dalam berita surat kabar Tribunjateng.com edaran bulan Februari-Maret 2020 yang mengandung bentuk ungkapan eufemisme dan untuk mengetahui penggunaan bentuk ungkapan eufemisme dan dapat diukur berdasarkan pada skala kesantunan berbahasa. Wujud data dalam penelitian ini berbentuk data tertulis pada penggalan teks yang terdapat pada berita yaitu berupa kata atau kalimat yang mengandung bentuk ungkapan eufemisme yang ditemukan dalam berita surat kabar Tribunjateng.com edaran bulan Februari-Maret 2020.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu teknik baca dan teknik catat. Teknik baca yaitu teknik dasar metode simak yang dilakukan terhadap tulisan orang baik di buku, majalah, koran, maupun yang lainnya. (Hermaji, 2016:156). Teknik pengumpulan dengan catatan, catatan yang dimaksud lebih kepada catatan peneliti karena wujud sumber data berupa teks berita yang ditemukan dalam berita surat kabar Tribunjateng.com edaran bulan Februari-Maret 2020.

Teknik analisis data dengan menggunakan metode padan. Sudaryanto (dalam Kesuma, 2007:47) menyatakan bahwa metode padan adalah metode analisis data yang dapat ditentukan diluar bahasa (langue) itu sendiri atau konteks yang masih bersangkutan. Teknik lanjutan yang digunakan yaitu teknik pilah unsur penentu, penelitian ini menganalisis data dengan memilah-milah satuan kebahasaan yang dianalisis berupa daya pilah yang bersifat mental oleh penelitinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk ungkapan eufemisme dalam berita surat kabar Tribunjateng.com edaran bulan Februari-Maret 2020 adalah objek penelitian. Penulis menganalisis dan mendeskripsikan wacana cuplikan teks berita surat kabar Tribunjateng.com edaran bulan Februari-Maret 2020 yang mengandung bentuk ungkapan eufemisme dan skala kesantunan berbahasa serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Hal ini akan dibahas sebagai berikut:

Bentuk Ungkapan Eufemisme

Kata yang sudah dianggap tabu diucapkan perlu digantikan kata-kata lain yang dirasa lebih baik konotasinya sebagai bentuk penghormatan pada orang lain yang diajak bicara. Bentuk ungkapan eufemisme mengacu pada materi yang sama dengan bentuk penyulingan kata untuk menghindari kata yang tabu. Berdasarkan penggunaan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, ungkapan eufemisme dibentuk dengan beberapa cara yaitu:

Penggunaan Singkatan

Pemakaian singkatan dapat dicapai dengan melalui usaha yaitu mempergunakan kata yang efisien. Penyingkatan merupakan suatu proses pemendekan bentuk yang dianggap panjang dengan penggabungan huruf awal menjadi bentuk baru yang lebih pendek sehingga lebih mudah diucapkan. Singkatan secara umum memiliki 3 bentuk yaitu inisialen, akronim, dan bentuk yang dibakukan.

(4)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 2, Mei - Agustus 2021

4 EUFEMISME PADA BERITA SURAT KABAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Suci Nia Priani dkk.

Inisialen

Inisialen merupakan bentuk singkatan dari beberapa kata yang dibentuk dengan mengambil huruf awal tiap kata menjadi satu deretan huruf. Penyingkatan dengan inisialen tidak harus mengambil huruf awalnya saja tetapi bisa mengambil lebih dari satu huruf untuk menyingkat satu kata saja.

Data (1): “Kedatangan tetangga jadi awal terkuaknya WS bocah 8 tahun dicabuli ayah kandung: kesepian.” (Tribunjateng, 16 Maret 2020)

Pada cuplikan wacana teks berita di atas ditemukan kata WS. Singkatan WS merupakan inisial nama seorang korban. Singkatan digunakan untuk menyembunyikan identitas. Hal tersebut dilakukan demi menjaga nama baiknya di masyarakat. Singkatan tersebut masuk ke dalam jenis referensi orang karena pada data tersebut inisial WS merupakan korban atas perbuatan tak senonoh yang dilakukan oleh ayah kandungnya. Inisial tersebut digunakan sebagai penghalusan agar terjaga identitas namanya dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena jika disebutkan secara jelas maka orang lain yang tidak berkepentingan bisa dengan gampang menemukan identitasnya sehingga pada data tersebut kata WS berfungsi untuk menghaluskan kata dan merahasiakan sesuatu.

Akronim

Akronim juga disebut dengan singkatan yang berupa gabungan huruf atau suku kata yang ditulis dan dilafalkan sesuai dengan kaidah berbahasa. Akronim memiliki beberapa kelebihan misalnya lebik praktis, singkat, ekonomis, dan sebagai pembentuk kata baru yang cukup produktif.

Data (2): “Waria bernama Mamat alias Faruk (31) adalah warga asli Madura yang mengontrak rumah di Banyumanik, Kota Semarang, itu mencuri gelang emas seberat Rp 44,3 gram.”Tribunjateng, 5 Maret 2020)

Pada cuplikan wacana teks berita di atas ditemukan kata waria. Waria merupakan gabungan suku kata dari kata wanita atau pria. Kata waria bersinonim dengan kata banci. Makna waria dalam konteks data tersebut yaitu seorang pria yang bertingkah laku seperti layaknya wanita atau bisa disebut dengan banci. Penggunaan akronim waria bertujuan untuk menyamarkan makna dari kata banci. Maka penggunaan kata akronim waria dianggap lebih halus untuk digunakan dibandingkan dengan kata banci karena agar tidak menyinggung perasaan orang lain sehingga pada data teks berita tersebut kata waria berfungsi untuk menghaluskan ucapan dan menyamarkan makna yang kasar.

Bentuk yang dibakukan

Dalam penggunaan bentuk singkatan tertentu harus dituliskan secara konsisten sesuai dengan ketentuan yang sudah dibakukan. Biasanya penulisan ini digunakan pada penyingkatan nama gelar, nama jabatan, pangkat, nama resmi lembaga pemerintahan, satuan ukuran, satuan ukuran, lambang kimia, dan lain-lain.

Data (3): “Kepada Yth. Kepala pelaksana BPBD Kab.Demak mohon ijin

melaporkan hasil assessment musibah orang tersambar petir”. (Tribunjateng, 29 Maret 2020) Pada cuplikan wacana teks berita di atas ditemukan kata Yth. merupakan singkatan dari kata yang terhormat kata tersebut sudah dibakukan menurut ejaan bahasa Indonesia (EBI). Kata Yth. lebih sering digunakan dibandingkan kata yang terhormat karena kata Yth. Berfungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan terutama dalam penulisan surat yang baik dan benar.

Penggunaan Serapan

Bahasa Indonesia banyak menyerap istilah atau kata baru dari bahasa asing maupun bahasa daerah sebagai upaya memperkaya kosakata. Menurut Raharjo (dalam Sutarman, 2017:76) kata serapan ada yang menyebutnya sebagai loan words, sebagian lagi menyebutnya words borrowing yang artinya kata pinjaman. Konsep loan dan borrow pada dasarnya sama karena tidak ada transfer satu bahasa ke bahasa lain dan tidak ada pengembalian kata pada bahasa.

Data (4): “Siapa bilang pelaku tabrak lari yang menyebabkan Mas Pur (Loper Koran Difabel) meninggal di Kalibanteng Semarang sudah bertanggungjawab? Sampai saat ini belum ada itikad baik

(5)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 2, Mei - Agustus 2021

EUFEMISME PADA BERITA SURAT KABAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Suci Nia Priani dkk. 5 dari penabrak ke kepolisian maupun keluarga korban. Kini sopir itu buron polisi.” (Tribunjateng, 2 Februari 2020)

Pada cuplikan wacana teks berita di atas terdapat kata difabel merupakan kata yang diserap dari bahasa Inggris yaitu dari kata different ability. Kata difabel dalam KBBI memiliki arti penyandang cacat atau keadaan yang tidak sempurna. Penggunaan kata difabel dianggap lebih halus dibandingkan dengan kata penyandang cacat karena dapat menyinggung perasaan orang lain yang mengalami keadaan tersebut sehingga kata difabel digunakan untuk menghaluskan makna kasar dari kata penyandang cacat. Penggunaan Istilah Asing

Penggunaan istilah asing dalam komunikasi pada dasarnya dilatarbelakangi yang sama dengan penggunaan kata serapan. Istilah asing mempunyai konotasi istilah yang berasal dari bahasa Inggris. Sutarman (2017:79-80) sebenarnya penggunaan kata asing tidak hanya mengacu pada istilah kata bahasa Inggris tetapi juga berlaku pada istilah dari bahasa daerah yang maknanya belum dipahami oleh masyarakat.

Data (5): “1 warga Kudus suspect corona setelah pulang dari Korsel, diisolasi di RSUD Dr Loekmonohadi” (Tribunjateng, 4 Maret 2020)

Pada cuplikan wacana teks berita di atas ditemukan kata suspect yang berasal dari bahasa Inggris yang mempunyai arti diduga. Kata suspect digunakan untuk menggantikan kata diduga karena biasanya dalam konteks tersebut kata diduga lebih mengarah ke suatu prasangka atau dugaan yang langsung tertuju kepada korban. Maka penggunaan kata suspect dianggap lebih halus dan tidak terkesan negatif dibandingkan kata diduga karena kata suspect berfungsi untuk menghaluskan ucapan.

Penggunaan Metafora

Menurut Keraf (dalam Sutarman, 2017:81) metafora merupakan suatu analogi yang membandingkan dua hal secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Di dalam media massa khususnya berita dalam surat kabar sering ditemukan ungkapan metaforis. Hal tersebut berfungsi untuk menyamarkan atau memperhalus makna yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Data (6): “Para perempuan yang tinggal di bekas zona konflik di Srilanka kini harus berjuang untuk melunasi hutang mereka, bahkan sampai harus menjual ginjal untuk membayar para lintah darah.” (Tribunjateng, 15 Februari 2020).

Pada cuplikan wacana teks berita di atas terdapat kata lintah darat yang merupakan satu metafora yang memiliki dua makna yaitu kata lintah darat yang berarti hewan penghisap darah dan kata lintah darat yang berarti rentenir. Jadi, perbandingan makna keduanya yaitu sesuatu yang bisa menghisap dan merugikan. Penggunaan kata lintah darat yang memiliki makna rentenir pada data tersebut digunakan untuk menyamarkan makna agar terdengar lebih halus dan tidak menyinggung perasaan seseorang sehingga kata lintah darat berfungsi untuk menghaluskan ucapan dari kata rentenir menjadi kata lintah darat.

Penggunaan perifrasis

Perifrasa merupakan mengungkapkan kembali suatu teks secara tertulis maupun lisan dengan mempergunakan kata-kata atau kalimat yang lebih panjang dari teks aslinya. Hal yang boleh diperbarui yaitu menyangkut penggunaan dan pemilihan kata-kata atau diksi. Penggunaan perifrasa mempunyai beberapa tujuan yaitu mempermudah memahami makna suatu teks, menciptakan bentuk wacana baru, dan memperhalus atau menyamarkan makna suatu teks.

Data (7): “Pelaku berinisial SA, salah satu kepala sekolah SMA swasta ini diduga melakukan tindakan tak senonoh kepada RA, yang tak lain adalah siswinya sendiri.” (Tribunjateng, 12 Maret 2020)

Pada cuplikan wacana teks berita di atas ditemukan kata tak senonoh yang berarti perbuatan kurang ajar atau mesum. Dalam konteks teks berita di atas kata tak senonoh digunakan untuk menggantikan kata mesum. Kata tersebut masuk ke dalam jenis referensi aktivitas karena kata tak senonoh merupakan perbuatan tidak terpuji yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa ikatan

(6)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 2, Mei - Agustus 2021

6 EUFEMISME PADA BERITA SURAT KABAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Suci Nia Priani dkk.

yang sah atau bisa disebut mesum. Kata tak senonoh berfungsi untuk menghaluskan makna kata mesum karena kata mesum memiliki makna konotasi yang kasar.

Skala Kesantunan Berbahasa

Pada hal ini diuraikan mengenai hasil skala pengukuran kesantunan berbahasa terhadap data bentuk ungkapan eufemisme yang terdapat pada cuplikan teks berita surat kabar Tribunjateng.com edaran bulan Februari - Maret 2020. Berikut hasil data yang selanjutnya disampaikan pada paparan sebagai berikut:

Skala Kerugian-Keuntungan (Cost-benefit scale)

Skala kerugian dan keuntungan merupakan skala yang menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Makna skala kerugian-keuntungan (cost-benefit-scale) yaitu jika semakin memberikan keuntungan kepada lawan tutur maka semakin santunlah tuturan itu. Tetapi apabila tuturan yang memberikan keuntungan kepada penutur merupakan tuturan yang kurang santun.

Data (1): “Kedatangan tetangga jadi awal terkuaknya WS bocah 8 tahun dicabuli ayah kandung: kesepian.” (Tribunjateng, 16 Maret 2020)

Berdasarkan data pada cuplikan wacana teks berita di atas ditemukan kata WS. Kata WS merupakan singkatan inisial nama pada cuplikan wacana berita tersebut yang berguna untuk menyamarkan atau merahasiakan identitas korban. Akan tetapi penggunaan kata WS dikatakan tidak santun karena pada teks berita tersebut mengarah pada kalimat terkuaknya WS bocah 8 tahun dicabuli ayah kandung. Kata dicabuli tersebut yang menyebabkan tidak santunnya cuplikan wacana teks berita di atas karena kata dicabuli dapat membebani serta merugikan baik pihak korban atau lawan tutur. Skala Ketaklangsungan (Indirectness Scale)

Skala ketaklangsungan menyangkut ketaklangsungan tuturan. Skala ini berupa rentangan ketaklangsungan tuturan sebagai indikator kesantunannya. Makna skala ketaklangsungan yaitu jika tuturan semakin tidak langsung maka semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, jika tuturan semakin langsung maka semakin kurang santunlah tuturan itu.

Data (2): “Siapa bilang pelaku tabrak lari yang menyebabkan Mas Pur (Loper Koran Difabel) meninggal di Kalibanteng Semarang sudah bertanggungjawab? Sampai saat ini belum ada itikad baik dari penabrak ke kepolisian maupun keluarga korban. Kini sopir itu buron polisi.” (Tribunjateng, 2 Februari 2020)

Berdasarkan data pada cuplikan wacana berita di atas terdapat kata difabel merupakan eufemisme yang berupa serapan. Kata difabel diserap dari bahasa Inggris yaitu dari kata different ability. Kata difabel pada data tersebut dikatakan tidak santun karena secara langsung penggunaan kata difabel mengarah kepada identitas korban yang tidak dirahasiakan yaitu pada kalimat tabrak lari menyebabkan mas Pur (loper koran difabel) meninggal di Kalibanteng Semarang.

IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

Dalam sebuah proses kegiatan pembelajaran guru hendaknya menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran yakni seperti mengadakan diskusi kelompok, mendorong peserta didik agar aktif dalam mengemukakan pendapat atau pertanyaan dan memberikan tugas individu ataupun kelompok. Berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran bahasa Indonesia di SMP yang mengungkapkan tentang bentuk eufemisme pada berita surat kabar Tribunjateng.com edaran bulan februari-maret tahun 2020 dan diukur menggunakan skala kesantunan berbahasa kemudian diimplikasikan ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP kelas VIII semester ganjil. Kompetensi dasar 4.1 yaitu menyimpulkan isi dari berita (membanggakan dan memotivasi) yang dibaca dan didengar. Implikasi pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP tentang bentuk ungkapan eufemisme yang diukur dengan skala kesantunan berbahasa dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran bahasa Indonesia untuk menambah wawasan ilmu

(7)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 2, Mei - Agustus 2021

EUFEMISME PADA BERITA SURAT KABAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Suci Nia Priani dkk. 7 pengetahuan peserta didik dalam penulisan berita dan sebagai acuan pendidik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Acuan tersebut didasarkan pada kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bentuk ungkapan eufemisme berbeda jenisnya sehingga peserta didik dapat membedakan dan mengelompokkan jenis ungkapan tersebut sebagai acuan dalam penulisan atau penyimpulan terhadap isi berita.

SIMPULAN

Penggunaan bentuk ungkapan eufemisme pada berita surat kabar Tribunjateng.com edaran bulan februari-maret tahun 2020 ada lima jenis diantaranya: (1) penggunaan singkatan dalam bagian ini kejelasan dan singkatan terbagi menjadi tiga bagian yaitu inisialen, akronim, dan bentuk dibakukan. (2) penggunaan serapan, (3) penggunaan istilah asing, (4) penggunaan metafora, dan (5) penggunaan perifrasa. Dari hasil penelitian ini ditemukan dua puluh lima data yang telah dipersentasikan yaitu penggunaan singkatan ada dua belas data yang masing-masing terbagi atas inisialen ditemukan lima data dengan persentase 20%, akronim ditemukan enam data dengan persentase 24%, dan bentuk dibakukan ditemukan satu data dengan persentase 4%, penggunaan serapan ditemukan tiga data dengan persentase 12%, penggunaan istilah asing ditemukan tiga data dengan persentase 12%, penggunaan metafora ditemukan dua data dengan persentase 8%, dan penggunaan perifrasa ditemukan lima data dengan persentase 20%. Semua data tersebut sudah dianalisis sesuai dengan prosedur penelitian yang telah ditentukan.

Dari hasil data penggunaan bentuk ungkapan eufemisme pada berita surat kabar Tribunjateng.com edaran bulan februari-maret tahun 2020 ada lima jenis diantaranya: (1) penggunaan singkatan dalam bagian ini kejelasan dan singkatan terbagi menjadi tiga bagian yaitu inisialen, akronim, dan bentuk dibakukan. (2) penggunaan serapan, (3) penggunaan istilah asing, (4) penggunaan metafora, dan (5) penggunaan perifrasa. Dari semua data tersebut kemudian dilakukan pengukuran dengan menggunakan skala kesantunan berbahasa yaitu skala kerugian-keuntungan (Cost-benefit scale) yang menghasilkan data sebanyak dua belas data dengan persentase 48% dan skala ketaklangsungan (indirectness scale) yang menghasilkan data sebanyak tiga belas data dengan persentase 52%. Semua data diukur dan dianalisis sesuai dengan prosedur penelitian yang telah ditemukan.

Implikasi terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP dari penelitian ini dapat memberikan alternatif belajar peserta didik tentang materi teks berita terutama akan menambah kosakata dalam pemilihan bahasa yang akan digunakan dalam penulisan berita dan dapat membantu pendidik dalam pembelajaran berita pada kelas VIII semester ganjil dengan kurikulum 2013 serta kompetensi dasar (KD) 4.1 yaitu menyimpulkan isi dari berita (membanggakan dan memotivasi) yang dibaca dan didengar. Peserta didik akan lebih mudah mengetahui dan memahami tentang materi penyimpulan dan menanggapi isi berita karena dari penelitian ini telah mendapatkan hasil yang berupa data dari berita surat kabar Tribunjateng.com dengan menggunakan ungkapan yang lebih halus dan santun.

SARAN

Saran dari peneliti dalam penelitian ini yaitu bagi guru bahasa Indonesia hendaknya memberi ilmu pengetahuan yang lebih tentang penggunaan eufemisme terhadap kesantunan berbahasa kepada peserta didiknya. Pemberian yang dilakukan oleh guru agar peserta didik lebih menguasai dan dapat diterapkan ketika akan menulis sebuah berita, menyimpulkan berita, ataupun memberikan tanggapan berita tersebut supaya paham akan kata yang kiranya pantas digunakan atau tidak. Kemudian guru harus mengubah strategi pembelajaran bahasa Indonesia lebih kreatif dan inovatif agar materi tentang berita dapat tersampaikan dengan baik, tidak membosankan, dan memotivasi peserta didik.

(8)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 2, Mei - Agustus 2021

8 EUFEMISME PADA BERITA SURAT KABAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Suci Nia Priani dkk.

REKOMENDASI

Sebaiknya penggunaan ungkapan eufemisme agar diminimalisasi dalam segala situasi apapun baik dalam penulisan berita ataupun kehidupan masyarakat sehari-hari, karena selama zaman mengalami perubahan maka tingkat penggunaan ungkapan akan semakin banyak. Untuk itu dalam pembelajaran, baik pendidik maupun calon pendidik harus segera menerapkan pola pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk menggunakan ungkapan halus secara baik dan benar ketika melakukan penulisan, komunikasi atau pun mengunggah sesuatu pada laman media sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Asror, Abdul Ghoni dan Syahrul Udin. 2018. “Skala Kesantunan dan Faktor Penyebabnya Pada Acara Indonesia

Lawyers Club Episode (Ketika Ahok Minta Maaf)”. Jurnal Ilmiah. Volume 3. Halaman 25.

Astuti, Tri dan Tri Wahyudi. 2017. “Kesantunan Berbahasa Dalam Surat Kabar Linggau Pos”. Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajaran. Volume 1 Nomor 1. Halaman 130-131.

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta

Hermaji, Bowo. 2016. Teori dan Metode Sosiolinguistik. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.

Irawati, Diyan Nia. 2016. “Analisis Eufemisme Pada Berita Utama Surat Kabar Solopos Edisi Bulan Januari 2015”. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Halaman 2-3. Online: http://eprints.ums.ac.id/43952/33/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf (diunduh 18 Desember 2019). Jayanti, Rezeki Rika dkk. 2019. “Eufemisme dan Difemisme Pada Judul Berita Surat Kabar Harian Balikpapan

Pos Periode April-Mei 2018”. Jurnal Ilmiah Volume 2 Nomor 1. Halaman 80.

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibooks. Mislikhah, St. 2014. “Kesantunan Berbahasa”. Jurnal Ilmiah Volume 1 Nomor 2. Halaman 287.

Muhammad. 2017. Eufemisme Di Dalam Surat Kabar. Sleman: Deepublish. Oksana V, Shemshurenko dan Shafigullina Liliya Sh. 2015. “Politically Correct Euphemisms in Mass Media (Based on American and Turkish

Online Periodicals of the Beginning of the 21 st Century)”. Jurnal Internasional. Volume 8 Nomor 5. Halaman

128.

Ridwan, Yuliana dkk. 2019. ”Euphemism of Political News in Republika Online Mass Media”. Jurnal Penelitian Sosial, Pendidikan, dan Humaniora. Volume 384. Halaman 291.

Rubby, Tia dan Dardanila. 2008. “Eufemisme Pada Harian Seputar Indonesia”. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume Nomor 1. Halaman 57.

Sabarua, Jefrey Oxianus. 2019. “Eufemisme Sebagai Alternatif Kesantunan Berbahasa Dalam Interaksi Pembelajaran di Kelas”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti Volume 6 Nomor 1. Halaman 75-76. Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sulistyono, Yunus. 2016. “Struktur dan Fungsi Eufemisme Dalam Rubrik Obituari Harian Kompas”. Jurnal Ilmiah Volume 1 Nomor 2. Halaman 75.

Sutarman. 2017. Tabu Bahasa dan Eufemisme. Surakarta: Yuma Pustaka.

Winita, Sucia dan Ermanto. 2018. “Euphemisms In The Headlines Of Haluan Newspaper”. Jurnal Pendidikan dan Penelitian Humaniora Volume 301. Halaman 506 dan 507.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat pengaruh struktur vegetasi (pohon, semak dan rumput) terhadap iklim mikro (suhu dan kelembaban udara) yang

(1) Berdasarkan formulir isian tentang UKL dan UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian

Isi Ideologi dan Kemampuan Fiskal.. Dalam memilih kebijakan pembiayaan kesehatan, setiap negara perlu memastikan kecukupan fiskal. Bukti menunjukkan bahwa pelayanan

SPASIAL DISTRIBUSI PEMILIH PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 9 APRIL 2014 DI KABUPATEN NGAWI”.. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk

1. Keluarga: kedua orang tua saya yakni Made Riza Subiyanto dan Sri Harwiati, kedua kakak saya yakni Anam Pramudya Nirbaya dan Ardhi Widatama 3. Teman-teman pendidikan Fisika

[r]

Suatu analisis pendudukan Jepang di Jawa juga terdapat dalam buku War Nationalism and Peasants Java Under The Japanese Accupation 1942-1945 , dalam buku ini

Kelompok 2 (kelas 3 dan 4) dari hasil uji kruskal wallis rata-rata total skor kenyamanan 62.26, menunjukkan bahwa kelompok 2 pada kategori “cukup nyaman” seperti lebar