• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Mata Kuliah dan Silabus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Deskripsi Mata Kuliah dan Silabus"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Deskripsi Mata Kuliah dan Silabus

Mata Kuliah: KEPEMIMPINAN DALAM PAUD FORMAL DAN NON FORMAL

Kode Mata Kuliah: 4307643648

Dosen: CHANDRA ASRI WINDARSIH,S.H.,M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN GURU-PAUD

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) SILIWANGI BANDUNG

TAHUN 2017

(2)

SILABUS MATA KULIAH 1. Identitas Mata Kuliah

Nama Mata Kuliah : Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal

Nomor Kode : 4307643648

Jumlah SKS : 3 SKS

Semester : Ganjil

Program Studi/Jenjang : PG PAUD/S1

Dosen : Chandra Asri Windarsih, S.H.,M.Pd.

2. Kompetensi yang Diharapkan

Setelah mahasiswa mengikuti kuliah ” Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non

Formal” diharapkan memiliki kemampuan memahami, menghayati, dan

mengaplikasikannya dalam simulasi pembelajaran sesuai metode pembelajaran yang ditugaskannya.

3. Deskripsi Isi

Materi perkuliahan meliputi pokok-pokok bahasan Gambaran Umum Perkuliahan dan Pengertian Kepemimpinan, Pengertian Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal, Teori-Teori Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal, Fungsi dan Peranan Kepemimpinan, Model-Model Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal, Pengertian Manajemen PAUD, Konsep Manajemen Tujuan, Fungsi Manajemen Komponen Manajemen ,Prinsip Manajemen, Ruang Lingkup Manajemen ,Struktur Organisasi Manajemen PAUD Formal dan Non Formal, Manajemen Mutu Terpadu Dalam PAUD Formal dan Non Formal

4. Metode/Pendekatan Pembelajaran

a. Pendekatan pembelajaran : individual, kelompok, klasikal, dan bervariasi. b. Metode pembelajaran : ekspositori, inkuiri, diskusi.

c. Media pembelajaran : multi media.

5. Evaluasi

a. Kehadiran dalam perkuliahan. b. Penyelesaian tugas individu. c. Penyelesaian tugas kelompok.

d. Aktivitas dalam kegiatan pembelajaran. e. Ujian tengah semester.

f. Ujian akhir semester.

6. Pokok-pokok Materi Perkuliahan

Pertemuan 1 : Gambaran Umum Perkuliahan dan Pengertian Kepemimpinan Pertemuan 2 : Pengertian Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal Pertemuan 3 : Teori-Teori Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal

Pertemuan 4 : Fungsi dan Peranan Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal Pertemuan 5 : Model-Model Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal Pertemuan 6 : Pengertian Manajemen PAUD

(3)

Pertemuan 8 : Ujian Tengah Semester

Pertemuan 9 : Tujuan Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

Pertemuan 10 : Fungsi Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal Pertemuan 11 : Komponen Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal Pertemuan 12 : Prinsip Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

Pertemuan 13 : Ruang Lingkup Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal Pertemuan 14 : Struktur Organisasi Manajemen PAUD Formal dan Non Formal Pertemuan 15 : Manajemen Mutu Terpadu Dalam PAUD Formal dan Non Formal Pertemuan 16 : Ujian Akhir Semester

7. Daftar Buku

Aep Saefullah, Drs., MH., 2010. Kiat Menjadi Pemimpin Yang Sukses. Bandung : Pustaka Reka Cipta.

Bafadal, Ibrahim. 2006. Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman

Kanak-Kanak. Jakarta : Bumi Aksara.

Engkoswara, H. dan Komariah, Aan. 2011. Administrasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Fattah, Nanang. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Rosdakarya Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Marjory Ebbeck. 2004. Early Chilhood Professionals. Philadelphia, London : LEADING TODAY AND TOMORROW, MACLENNAN+PETTY,

Marno dan Supriyatno, Triyo. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan

Islam. Bandung : PT. Refika Aditama.

Muliawan, Jasa Ungguh. 2009. Manajemen Play Group dan Taman Kanak-Kanak, Yogyakarta : DIVA Press.

Mulyasa, 2007. Manajemen & Kepemimpinan Kepala PAUD. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Novan Ardy Wiyani. 2015. Manajemen PAUD Bermutu. Yogyakarta : Penerbit Gava Media.

Prasojo dan Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta : Penerbit Gava Media.

Robbin and Coulter. 2007. Manajemen. Edisi Kedelapan. Jakarta : PT Indeks.

Cimahi, Agustus 2017 Dosen Pembina,

(4)

KEPEMIMPINAN DALAM PAUD FORMAL DAN

NON FORMAL

Kegiatan Belajar 1 : Pengertian Kepemimpinan

Istilah kepemimpinan bukan merupakan istilah baru bagi masyarakat. Di setiap organisasi, selalu ditemukan seorang pemimpin yang menjalankan organisasi. Pemimpin berasal dari kata “leader” yang merupakan bentuk benda dari ”to lead” yang berarti memimpin.

Untuk memahami pengertian kepemimpinan secara jelas, maka perlu dikaji beberapa definisi yang dikemukakan para ahli kepemimpinan.

Ralph M. Stogdill (dalam Mulyasa, 2007) secara rinci memberi arti kepemimpinan yang dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :

1. Kepemimpinan sebagai titik pusat suatu kelompok.

2. Kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh.

3. Kepemimpinan adalah suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham atau kesepakatan. 4. Kepemimpinan adalah pelaksanaan pengaruh.

5. Kepemimpinan adalah tindakan atau perilaku. 6. Kepemimpinan adalah bentuk persuasi.

7. Kepemimpinan adalah suatu hubungan kekuatan/kekuasaan. 8. Kepemimpinan adalah sarana pencapaian tujuan.

9. Kepemimpinan adalah suatu hasil interaksi.

10. Kepemimpinan sebagai inisiasi (permulaan) dari struktur.

Feldmon dalam Wahjosumidjo (2010) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah usaha sadar yang dilakukan pimpinan untuk mempengaruhi anggotanya melaksanakan tugas sesuai dengan harapannya.

Newell dalam Wahjosumidjo (2010) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai pengembangan atau tujuan organisasi. Kedua pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Stogdil yang mengemukakan bahwa

kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok untuk 1mencapai tujuan

organisasi.

Kepemimpinan menurut Prasojo dan Sudiyono (2011) ada 6 teori, yaitu :

(5)

karena memiliki kelebihan-kelebihan dibanding yang lain atau para pengikutnya. Pada dasarnya kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin mencakup minimal tiga kelebihan yaitu : kelebihan ratio, kelebihan rohaniah dan kelebihan badaniah.

2. Teori sifat yaitu pada dasarnya seorang pemimpin juga dituntut untuk memiliki sifat-sifat yang positif sehingga para pengikutnya dapat menjadi pengikut yang baik, dan memberikan dukungan kepada pemimpinnya. Sifat-sifat kepemimpinan yang secara umum harus dimiliki seperti sikap melindungi, penuh percaya diri, penuh inisiatif, mempunyai daya tarik, energik, persuasif, komunikatif, dan kreatif.

3. Teori keturunan (teori pembawaan lahir) yang menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena keturunan atau warisan.

4. Teori Kharismatik menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena orang tersebut mempunyai kharisma (pengaruh) yang sangat besar. Seorang pemimpin kharismatik sering dianggap memiliki kekuatan gaib (supranatural power).

5. Teori Bakat menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena ada bakat di dalamnya. Bakat kepemimpinan seterusnya kemudian dikembangkan sehingga mampu berkembang.

6. Teori Sosial yang beranggapan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat menjadi pemimpin asalkan orang tersebut diberi kesempatan untuk memimpin. Asumsi dari teori ini bahwa setiap orang dapat dididik menjadi seorang pemimpin, karena kepemimpinan pada dasarnya dapat dipelajari, baik melalui pendidikan formal, maupun melalui praktik. Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan para ahli kepemimpinan tersebut, dapat digaris bawahi bahwa kepemimpinan pada dasarnya adalah suatu proses menggerakkan, mempengaruhi dan membimbing orang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi. Ada empat unsur yang terkandung dalam pengertian kepemimpinan, yaitu :

(1) unsur orang yang menggerakkan yang dikenal dengan pemimpin. (2) unsur orang yang digerakkan yang disebut kelompok atau anggota.

(3) unsur situasi dimana aktivitas penggerakan berlangsung yang dikenal dengan organisasi. (4) unsur sasaran kegiatan yang dilakukan.

Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

(6)

Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Secara umum kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian sesuatu maksud atau tujuan-tujuan tertentu.

2. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama. Pengertian pendidikan itu bersifat universal, berlaku dan terdapat pada kepemimpinan diberbagai bidang kegiatan atau hidup manusia.

Dalam satu situasi kepemimpinan terlihat adanya unsur : (1) orang-orang yang dapat mempengaruhi orang lain disatu pihak, (2) orang-orang yang mendapat pengaruh di lain pihak, (3) adanya tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai dan adanya serangkaian tindakan untuk mempengaruhi dan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya, sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya terjadi suatu hubungan timbal balik. Oleh karena itu pemimpin diharapkan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.

Kegiatan Belajar 2 : Pengertian Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal

Tiap-tiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di dalam lapangan pendidikan dapat disebut pemimpin pendidikan, misalnya orang tua di rumah, guru di sekolah, kepala sekolah di sekolah maupun pengawas pendidikan di kantor pembinaan pendidikan dan di daerah pelayanannya.

Kepemimpinan sangatlah dibutuhkan dalam pembinaan pendidikan termasuk kepemimpinan di PAUD.

(7)

Setelah dipahami pengertian pokok tentang kepemimpinan, maka dapat dipersempit bahwa kepemimpinan yang dimiliki oleh mereka dalam lapangan pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini.

Kata pendidikan menunjukkan arti yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu : (1) Pendidikan sebagai usaha atau proses mendidik dan mengajar seperti yang dikenal sehari-hari dan (2) Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang hakekat dan kegiatan mendidik dan mengajar dari zaman ke zaman dan mengajar dengan segala cabang-cabangnya yang telah berkembang begitu luas dan mendalam.

Oleh karena itu, kepemimpinan PAUD berperan pada usaha-usaha yang berhubungan dengan kegiatan atau proses mendidik dan mengajar disatu pihak, dan pada pihak lain yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan pendidikan dari mulai perencanaan sampai proses pelaksanaannya dengan menerapkan satu ilmu dengan segala cabang-cabangnya. Dari titik tolak itu dapatlah disimpulkan pengertian ”kepemimpinan pendidikan anak usia dini” adalah sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakkan guru/tutor yang ada hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan.

Kegiatan Belajar 3 : Teori-Teori Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh, mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktivitas organisasi secara keseluruhan.

Seorang pemimpin dalam PAUD baik pemimpin PAUD Formal maupun non formal harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi misalnya organisasi sekolah PAUD formal (TK, RA), PAUD Non Formal (KB, TPA). Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :

1. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)

Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”.

(8)

Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat- sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :

1) Kecerdasan

Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

2) Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial

Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

3) Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

4) Sikap Hubungan Kemanusiaan

Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya.

2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal, yaitu :

1) Konsiderasi, yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.

2) Struktur Inisiasi, yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.

(9)

Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.

3. Teori Kewibawaan Pemimpin

Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

4. Teori Kepemimpinan Situasi

Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.

5. Teori Kelompok

Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafah, keterampilan dan sikapnya.

Kegiatan Belajar 4 : Fungsi dan Peranan Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal

Pemimpin (leader) adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar bisa bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Ada 2 konsepsi tentang timbulnya kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang-orang lain dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan.

1. Teori Genetik (pembawaan sejak lahir). 2. Teori Sosial.

Peranan kepemimpinan mengutip dari pemikiran Joseph J Caruso (Roles and Responsibility) 1. Peranan Pemimpin sebagai direktur eksekutif/pemimpin pelaksana (executive director)

Pemimpin/direktur eksekutif biasanya adalah kepala administrasi pada sebuah pengelolaan manajemen PAUD yang besar dan bertugas melaporkan langsung pada dewan pengurus. Direktur eksekutif bertugas mengawasi seorang asisten, koodinator beberapa program pelayanan sosial dalam lembaga, memimpin program pada berbagai

(10)

tempat, dan memimpin seluruh pegawai melalui sebuah pusat rangkaian tugas. Pemimpin model ini seperti pemimpin yang lebih tinggi dari tingkat staf langsung namun memiliki sedikit kontak pribadi dengan staf yang bertanggung jawab pada anak dalam sebuah lembaga pendidikan AUD.

2. Peranan pemimpin sebagai pemimpin program (program director)

Pemimpin program adalah administrator yang bertanggungjawab akan berjalannya suatu program. Tanggung jawab pemimpin program biasanya, menjadi pengelola administrasi, pemantau, dewan pengurus pertemanan/ kerjasama, dan komunitas kerja sama, dan sebagian besar sebagai guru.

Diantara tugas tugas mereka adalah memelihara pemenuhan yang sesuai dengan hukum/peraturan, merekrut staf dan anak, membuat anggaran belanja dan mengumpulkan dana, memantau dan mengevaluasi staf, memimpin program evaluasi tahunan, bekerja sama dengan orang tua dan lembaga PAUD lainnya serta berbagai Instutusi pendidikan lainnya, merencanakan kurikulum, melaporkan dan mengerjakannya dengan dewan pengurus, mengawasi pemeliharaan fasilitas dan perlengkapan, dan perencanaan makanan yang dimasak di sekolah.

Karena pemimpin program selalu ada di tempat dan bekerja langsung di kelas atau di luar kelas (ruang staf). Pemantauan menjadi lebih luas dari direktur eksekutif. Program administrasi atau mengajar dapat mengambil banyak dari waktu pemimpin ini.

3. Peranan pemimpin sebagai koordinator pendidikan

Koordinator pendidikan adalah yang memberikan batasan dan lebih fokus pada kepemimpinan program. Tanggungjawabnya adalah untuk mengawasi komponen pendidikan/pembelajaran dari sebuah lembaga pendidikan atau program yang memastikan bahwa kelas dan staf berfungsi sesuai dengan garis pedoman program untuk memberikan keuntungan terbaik bagi anak. Koodinator ini bekerja pada area pengembangan staf, training dan kurikulum, dengan pembagian waktu yang telah disepakati.

Pada program yang lebih kecil, koordinator program mengawasi staf yang bekerja langsung dengan anak (mengajar anak) dan juga diawasi oleh pemimpin program.

4. Peranan pemimpin sebagai kepala guru/pemimpin guru (head teacher)

Tidak seperti pemimpin program dan koordinator pendidikan, yang lebih banyak bekerja dengan orang dewasa, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab utama berkerja dengan anak. Biasanya dikarenakan pengalaman, pendidikan, pelatihan, dan atau demontrasi keahlian guru kelas maka ia menjadi kepala guru/sekolah.

(11)

Pemimpin guru biasanya mengawasi pekerjaan dari beberapa kelas. Mereka mengawasi guru lain, dan diawasi oleh koordinator pendidikan atau pemimpin program. Sebagai kepala/pemimpin guru berusaha untuk menyatukan dua tanggungjawab dengan mengajar dan mengawasi.

Diantara tugas spesifik dari kepala/pemimpin guru adalah tiba lebih dulu di kelas untuk mempersiapkan dan menata bahan untuk aktivitas hari itu, menyiapkan/ memeriksa kehadiran harian, dan meneliti hasil rekaman pengamatan anak-anak, memberikan bantuan dalam perencanaan program orangtua, menghadiri pertemuan evaluasi dengan lembaga pelayanan sosial, menata/merencanakan konferensi (pertemuan) tahunan dengan masing-masing orang tua, membuat acara perpisahan/penyerahan, mengawasi anggota tim yang lain, mengajar anak, dan merencanakan serta memimpin pertemuan anggota (team guru).

5. Peranan pemimpin sebagai guru

Guru anak usia dini seringkali menjadi pengawas seorang asisten (guru pendamping, atau membayar seorang relawan, dalam rangka menambah tenaga kerja untuk mendidik dan mengurus anak-anak. Guru biasanya diawasi oleh pemimpin guru, koordinator, dan pemimpin program.

6. Peranan pemimpin sebagai penanggung jawab training dari Perguruan tinggi (college

supervisor)

College supervisor adalah seorang anggota fakultas dari sebuah perguruan tinggi yang

bertanggung jawab untuk melatih dan mengawasi beberapa individu yang beraspirasi

untuk bekerja pada lembaga PAUD. Kadang-kadang mereka mengawasi

pembantu/relawan yang berpengalaman yang bekerja pada program spesial atau untuk tingkat yang lebih tinggi. Seringkali, mereka mengawasi mahasiswa yang berencana mengajar anak usia dini.

7. Peranan pemimpin sebagai penasihat perkumpulan/asosiasi perkembangan anak (child

development assosiate (CDA) advisor)

Penasihat ini mungkin bagian dari program pelatihan CDA, atau pekerja freelance (bebas) dengan staf di kelas yang dengan surat kuasa dari CDA. Penasihat ini juga sering bekerja sama dengan sebuah perguruan tinggi, universitas, atau berbagai sumber dan pelatihan atau lembaga training, namun mungkin diikuti oleh seorang staf dari lembaga mereka sendiri atau lembaga pendidikan lainnya.

(12)

Konsultan dari lembaga pelatihan, kadang berkerja di tempat dengan sebuah program dengan seluruh atau seorang guru. Mereka mungkin juga bekerja dengans staf melalui kelompok diskusi. Hal ini adalah bentuk dari pengawasan pada program pemeliharaan anak dalam keluarga (family child care).

Peranan kepemimpinan menurut Marjory Ebbeck (2004) :

1. Peranan pemimpin sebagai orang yang membangun dan menyampaikan pilosofi dari visi dan misi.

2. Peranan pemimpin sebagai orang yang menyampaikan (mengajarkan, mengerjakan) kualitas pelayanan (dalam pelayanan PAUD).

3. Peranan pemimpin sebagai orang yang melakukan profesionalitas secara terus menerus dan mendorong seluruh anggota (staff) untuk melakukan hal yang sama.

4. Peranan pemimpin sebagai orang yang bertanggung jawab dan bersikap (berbuat/ bertingkah laku) sebagai pendukung/penyokong anak, orang tua, staf, profesinya, dan komunitas umum.

5. Peranan pemimpin sebagai orang yang membangun kolaborasi dan gaya kerjasama dalam kepemimpinan.

6. Peranan pemimpin sebagai orang yang sensitive dan responsive terhadap perubahan perubahan yang dibutuhkan serta mengelola perubahan dengan efektif.

Kunci kepemimpinan mengutip dari Rodd (1998) ada lima kepemimpinan yang efektif adalah kemampuan pemimpin untuk :

1. Menyediakan sebuah pandangan dan mengkomunikasikannya.

2. Membangun budaya kelompok.

3. Membuat tujuan dan sasaran-sasaran.

4. Memantau dan meningkatkan komunikasi.

5. Memfasilitasi dan mendorong pengembangan diri (anggota).

Sergiovanni dalam Mulyasa (2007) mengemukakan 5 peranan kepemimpinan Kepala PAUD, yaitu :

1. Kepemimpinan formal

Kepemimpinan formal mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk merumuskan visi, misi dan tujuan organisasi sesuai dengan dasar dan peraturan yang berlaku.

2. Kepemimpinan administratif

Kepemimpinan administratif, mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk membina administrasi seluruh staf dan anggota organisasi sekolah.

(13)

Kepemimpinan supervisi mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk membantu dan membimbing anggota agar bisa melaksanakan tugas dengan baik.

4. Kepemimpinan organisasi

Kepemimpinan organisasi mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk menciptakan

iklim kerja yang kondusif, sehingga anggota bisa bekerja dengan penuh semangat dan produktif.

5. Kepemimpinan tim.

Kepemimpinan tim mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk membangun kerja sama yang baik diantara semua anggota agar bisa mewujudkan tujuan organisasi sekolah secara optimal.

Kepemimpinan Kepala PAUD yang baik dapat membuat anggota menjadi percaya, loyal, dan termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi secara optimal. Untuk itu, keberhasilan kepemimpinan Kepala PAUD dapat dilihat dari performansi anggota. Salah satu faktor yang menunjukkan performansi anggota adalah semangat kerjanya.

Kegiatan Belajar 5 : Model-Model Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal

1. Kepemimpinan Visioner

Visi menggambarkan masa depan yang ideal, barangkali menyiratkan ingatan budaya yang sekarang dan aktivitas, atau barangkali menyiratkan perubahan.

Terbentuknya visi dipengaruhi oleh pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman professional, interaksi dan komunikasi, penemuan keilmuan serta kegiatan intelektual yang membentuk pola pikir tertentu (Gaffar, 1994 : 56).

Kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan ”school based management”. Kepemimpinan ini yang difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan (agen of change) yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi pelatih yang provisional dan menjadi pembimbing anggota lainnya.

Visioner Leadership didasarkan pada tuntutan perubahan zaman yang menuntut

dikembangkannya secara intensif peran pendidikan dalam menciptaka sumber daya menusia yang handal.

Untuk menjadi pemimpin yang Visioner, maka seseorang harus : a) Memahami konsep visi dan b) Memahami karakteristik dan unsur visi.

(14)

a) Memperjelas arah dan tujuan, mudah dimengerti dan diartikulasi.

b) Mencerminkan cita-cita yang tinggi dan menetapkan standart of excellence. c) Menembuhkan inspirasi, semangat, kegairahan, dan komitmen.

d) Menciptakan makna bagi anggota oeganisasi.

e) Merefleksikan keunikan, atau keistimewaan organisasi, dan seterusnya. f) Memahami tujuan visi.

Tujuan visi antara lain :

a) Memperjelas arah umum perubahan kebijakan organisasi. b) Memotivasi karyawan ke arah yang baik.

c) Membantu proses mengkoordinasi tindakan-tindakan tertentu orang-orang yang berbeda.

Langkah – langkah menjadi Visionary Leadership :

a) Penciptaan Visi, dari hasil kreatifitas pikir pemimpin berupa ide-ide ideal tentang cita-cita di masa depan.

b) Perumusan Visi

(1) Pembentukan dan perumusan visi oleh anggota tim kepemimpinan (2) Merumuskan strategi secara konsensus

(3) Membulatkan sikap dan tekad sebagai total commitment untuk mewujudkan visi ini menjadi suatu kenyataan.

c) Transformasi Visi, Kemampuan membangun kepercayaan

d) Implementasi Visi, Kemampuan pemimpin dalam menjabarkan dan menterjemahkan visi ke dalam tindakan.

2. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata : - Kepemimpinan (leadership) :

Setiap tindakan yang dilakukan oleh eseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan.

- Transformasional (transformational) :

Mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda.

Kepemimpinan Transformasional diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap para pengikutnya.

Formulasi dari teori Kepemimpinan Transformasional antara lain : a. Karisma

(15)

c. Perhatian yang individualisasi

Dikemukakan oleh Sudarwan Danim (2003) bahwa seorang kepala sekolah menerapkan teori Kepemimpinan Transformasional jika dia mampu mengubah energi sumber-sumber daya baik manusia maupun non manusia untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah.

Model kepemimpinan transformasial perlu diterapkan dalam dunia pendidikan, karena merupakan salah satu solusi krisis kepemimpinan terutama dalam bidang pendidikan. Olga Epitropika (2001) mengemukakan 6 hal mengapa kepemimpinan transformasial penting bagi suatu organisasi.

1) Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi.

2) Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan pelanggan.

3) Membangkitkan komitmen para anggota terhadap organisasi.

4) Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi.

5) Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan pemimpin. 6) Mengurangi stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan.

Implementasi model kepemimpinan transformasional falam organisasi/instansi

pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

- Mengacu pada nilai-nilai agama yang ada dalam organisasi/instansi atau bahkan suatu negara.

- Disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem organisasi atau instansi tersebut.

- Menggali budaya yang ada dalam organisasi tersebut.

Karena sistem pendidikan merupakan suatu sub sistem, maka harus memperhatikan sistem yang lebih besar yang ada di atasnya seperti sistem suatu negara.

Kegiatan Belajar 6 : Pengertian Manajemen PAUD 1. Pengertian Manajemen

Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan.

Manajemen adalah seperangkat proses yang dapat menjaga sistem yang kompleks, terdiri dari orang, teknologi dan berjalan secara perlahan. Aspek-aspek terpenting dalam

(16)

manajemen meliputi perencanaan, penganggaran, organizing, staffing, pengawasan, dan pemecahan masalah.

Henry Fayol, tahun 1916, memperkenalkan konsep manajemen yang berupa merencanakan, mengorganisasikan, memerintahkan dan mengawasi. Ketika ada orang yang bertanya kepadanya, apa tugas seorang dirut ? POSDCORB jawabnya, itu adalah kepanjangan dari Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting,

and Budgeting. Dia mengemukakan istilah itu pada tahun 1930. Hingga akronim

manajemen itu ringkas dan mudah diingat.

Siagian (1978) menyebutkan manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.

Mengenai pengertian manajemen dikemukakan oleh Ordway Tead (Drs.Sarwoto, 1979) : ”Management is the process and agency which direct and guides the operations of an organization in the realizing of established aim”.

Sedangkan Hersey dan Blanchard (1988) menyebutkan bahwa manajemen adalah suatu

proses bagaimana pencapaian sasaran organisasi melalui kepemimpinan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses kontinu yang bermuatan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan maupan bersama orang lain dalam mengkoordinasi dan menggunakan segala sumber untuk mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif, dan efesien.

Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily (1995) management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.

Menurut Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Robbin dan Coulter (2007) : manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain.

Istilah manajemen mengacu kepada proses pelaksanaan aktivitas yang diselesaikan secara efesien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain.

(17)

Sudah banyak para pakar telah mengemukakan tentang pengertian manajemen, seperti James AF Stoner yang mengemukakan bahwa, ”manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Sementara menurut R Terry, ”manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.”

Dari definisi-definisi manajemen tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang terdiri atas perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling) dengan menggunakan ilmu dan seni untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

2. Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan bisa diartikan sebagai suatu proses yang mengandung fungsi-fungsi yang harus dijalankan dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga pendidikan itu dapat berjalan secara efektif dan efesien menghasilkan peserta didik yang mempunyai pengetahuan, kepribadian dan keterampilan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Secara sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan dari studi dan praktik yang terkait dengan organisasi pendidikan.

Manajemen pendidikan merupakan proses manajemen dalam pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber secara efesien untuk mencapai tujuan secara efektif.

Mengadaptasi pengertian manajemen dari para ahli dapat dikemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai ”keseluruhan proses kerja sama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”.

Sedangkan Hadari Nawawi mengemukakan bahwa ”Administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah

(18)

orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”.

Secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan : a. Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan.

b. Manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya. c. Manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Manajemen PAUD

Imron Arifin yang juga ketua Yayasan Pendidikan Anak Saleh Malang dan Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Malang, menerangkan dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal, dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat, dan melalui jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Lalu PAUD berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan.

Manajemen Program PAUD adalah manajemen pendirian PAUD (membuka lembaga PAUD baru dan manajemen perbaikan/pembenahan PAUD (improvisasi manajemen PAUD yang sudah berjalan).

Kegiatan Belajar 7 : Konsep Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

Pendidikan merupakan suatu dimensi pembangunan. Proses pendidikan terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan di bidang ekonomi, yang saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional. Proses pendidikan berkenaan dengan semua upaya untuk mengembangkan mutu sumber daya manusia, sedangkan manusia yang bermutu itu pada hakikatnya telah dijabarkan dan dirumuskan secara jelas dalam rumusan tujuan pendidikan dan tujuan pendidikan itu sendiri searah dengan tujuan pembangunan secara keseluruhan.

Konsep manajemen menurut pengertian bahasa berarti ”pengelolaan”, sedangkan menurut substansinya adalah ”kerjasama” (cooperation) diantara anggota kelompok untuk mencapai suatu tujuan.

Konsep manajemen berhubungan dengan pembagian tugas dan pelimpahan wewenang atau tanggungjawab suatu pekerjaan. Sedangkan pembagian tugas dan pelimpahan wewenang tersebut secara normatif merupakan fungsi pimpinan.

(19)

Dengan demikian konsep manajemen dalam PAUD dapat dikatakan sebagai suatu proses untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan sebagainya untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan. Konsep Manajemen dalam PAUD :

1. Mengacu pada dasar ilmu, berarti ilmu yang diberikan harus sesuai dengan yang ada. 2. Mengacu pada dasar seni dan harus membekali peserta didik lebih terampil, tidak sekedar

pintar saja.

3. Mengacu pada dasar proses berarti perlu proses.

Kegiatan Belajar 8 : Ujian Tengah Semester

Kegiatan Belajar 9 : Tujuan Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

Tujuan manajemen PAUD adalah agar sistem yang ada dilembaga PAUD dapat berjalan secara efektif dan efisien. Sistem pendidikan dapat dikatakan efektif bila program kegiatan belajar yang berlangsung didalamnya berfungsi dengan baik dan mencapai tujuan institusionalnya, yaitu membantu anak meletakan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Apabila sebuah lembaga PAUD telah menjalankan fungsi-fungsi tersebut, maka lembaga itu telah berhasil mencapai tujuan yang sebenarnya.

Tujuan manajemen PAUD dilakukan agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif, dan efesien.

1. Produktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas.

2. Kualitas menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (products) dan/atau jasa (services) tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot dan/atau kinerjanya (Pfeffer end Coote, 1991).

3. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi.

4. Efesiensi berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan betul (doing things right) sementara efektivitas adalah menyangkut tujuan (doing the right things) atau efektivitas adalah perbandingan antara rencana tujuan yang dicapai, efesiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara input/sumber daya dengan output. Efesiensi pendidikan adalah

(20)

bagaimana tujuan itu dicapai dengan memiliki tingkat efesiensi waktu, biaya, tenaga dan sarana.

Kegiatan Belajar 10 : Fungsi Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

Manajemen pendidikan mempunyai fungsi yang terpadu dengan proses pendidikan khususnya dengan pengelolaan proses pembelajaran.

Dalam hubungan ini, terdapat beberapa fungsi manajemen pendidikan. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut :

Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu : (1) Planning (perencanaan); (2) Organizing (pengorganisasian); (3) Actuating (pelaksanaan); dan (4) Controlling (pengawasan).

Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi : (1) Planning (perencanaan); (2)

Organizing (pengorganisasian); (3) Commanding (pengaturan); (4) Coordinating

(pengkoordinasian); dan (5) Controlling (pengawasan).

Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup : (1)

Planning (perencanaan); (2) Organizing (pengorganisasian); (3) Staffing (penentuan staf); (4) Directing (pengarahan); dan (5) Controlling (pengawasan).

L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu : (1) Planning (perencanaan); (2)

Organizing (pengorganisasian); (3) Staffing (penentuan staf); (4) Directing (pengarahan); (5) Coordinating (pengkoordinasian); (6) Reporting (pelaporan); dan (7) Budgeting

(penganggaran).

Mengadopsi fungsi manajemen dari para ahli, fungsi manajemen yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara umum adalah melaksanakan planning, organizing, staffing,

coordinating, leading (facilitating, motivating, innovating), reporting, controlling.

Namun demikian dalam operasionalisasinya dapat dibagi dua yaitu fungsi manajemen pada tingkat/level makro/masso seperti departemen dan dinas dengan melakukan fungsi manajemen secara umum dan pada level institusi pendidikan mikro, yaitu sekolah yang lebih menekankan pada fungsi planning, organizing, motivating, innovating, controlling.

Demikian juga yang terdapat dalam buku Kapita Selekta Administrasi Dan Manajemen Pendidikan oleh Husnul Yaqin disebutkan paling tidak ada lima unsur pentng yang harus ada dalam manajemen pendidikan yang kita coba lihat isyarat-isyaratnya dalam al-Qur’an yang meliputi : (1) Planning (perencanaan), (2) Organizing (pengorganisasian), (3) Actuating (penggerakan), (4) Communication (komunikasi), dan (5) Controlling (pengawasan).

(21)

Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.

Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.

Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.

Kegiatan Belajar 11 : Komponen Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

Komponen manajemen PAUD adalah keseluruhan yang menjadi bagian dalam pengelolaan lembaga PAUD (TK, KB, RA, TPA, dan lain-lain).

Komponen tersebut, yaitu :

1. Manusia

Manusia adalah komponen yang terpenting dalam kegiatan manajemen karena adanya kegiatan manajemen dilatarbelakangi oleh adanya manusia yang berkumpul dalam suatu organisasi. Organisasi itu sendiri merupakan suatu wadah yang dijadikan sebagai media bagi sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di lembaga PAUD merupakan media yang bersifat konkret (trangible) yang digunakan oleh stakeholders PUAD, khususnya pendidik PAUD dalam memberikan layanan PAUD kepada peserta didik.

3. Program Kerja

Setiap organisasi sudah barang tentu memiliki program, kerja. Sebagai salah satu komponen manajemen, program kerja tersebut disusun dan ditetapkan untuk mencapai tujuan dari organisasi yang telah ditetapkan oleh pimpinan dan anggotanya.

(22)

Kegiatan manajemen, termasuk kegiatan manajemen PAUD tidaklah berada atau dilakukan di ruang yang hampa dan vakum. Dia berada pada realita lingkungan alam dan lingkungan masyarakat yang dinamis.

Kegiatan Belajar 12 : Prinsip Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

Douglas (1963: 13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut : 1. Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja. 2. Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab.

3. Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya.

4. Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia. 5. Relativitas nilai-nilai.

Prinsip di atas memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan praktiknya harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan nilai-nilai. Hal ini hampir selaras dengan apa yang dikemukakan Fattah (1996) yang mengklasifikasikan prinsip manajemen ke dalam tiga ranah yaitu :

1. Prinsip manajemen berdasarkan sasaran : bahwa tujuan adalah sangat esensial bagi organisasi.

2. Prinsip manajemen berdasarkan orang : adalah suatu aktivitas manajemen yang diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia.

3. Prinsip manajemen berdasarkan informasi : adalah aktivitas manajemen yang membutuhkan data dan informasi secara cepat, lengkap dan akurat.

Kegiatan Belajar 13 : Ruang Lingkup Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

Pada prinsipnya ruang lingkup manajemen di PAUD sama dengan di lembaga pendidikan lainnya, yang membedakannya hanya dari segi peristilahannya saja. Adapun ruang lingkup manajemen di PAUD adalah sebagai berikut :

No Aspek Manajemen Ruang Lingkup Kegiatan

1 Program Pembelajaran 1. penyusunan program kerja tahunan

2. penyusunan kalender pendidikan

3. penyusunan satuan kegiatan tahunan & mingguan 4. pengaturan pembukaan tahun ajaran baru

(23)

6. pengaturan kegiatan bermain 7. pengaturan kegiatan evaluasi

8. pengaturan kegiatan bimbingan dan penyuluhan 9. pengaturan penutupan tahun ajaran

2 Kesiswaan 1. perencanaan kesiswaan

2. pengaturan penerimaan siswa baru

3. pengelompokan siswa, pencatatan kehadiran siswa 4. pembinaan disiplin siswa, pengaturan mutasi siswa 5. pengaturan kelulusan

6. pengaturan pelaksanaan program layanan khusus

3 Kepegawaian 1. perencanaan pegawai

2. pengadaan pegawai 3. pengangkatan pegawai 4. pembagian pegawai 5. pengembangan pegawai

6. pengurusan kenaikan pangkat pegawai 7. pengurusan mutasi pegawai

8. pemberhentian pegawai

4 Sarana dan Prasarana 1. pengadaan sarana & prasarana

2. pendistribusian sarana & prasarana 3. pemakaian sarana & prasarana 4. pemeliharaan sarana & prasarana 5. inventarisasi sarana & prasarana

5 Keuangan 1. perencanaan anggaran tahunan

2. pengadaan anggaran 3. pendistribusian anggaran 4. pelaksanaan anggaran 5. pembukuan keuangan 6. pertanggungjawaban keuangan 6 Hubungan dengan Masyarakat

1. analisis kebutuhan hubungan dengan masyarakat

2. pengembangan program hubungan dengan

masyarakat

3. pengaturan pelaksanaan hubungan dengan

masyarakat

4. pencatatan kegiatan hubungan dengan masyarakat

Manajemen PAUD sendiri dapat diartikan sebagai suatu manajemen pendirian pada pendidikan anak usia dini. Persyaratan untuk memasuki dunia PAUD ialah peserta didik berusia dini (0-6 tahun), ada penyelenggara dari badan hukum, ada pengelolah PAUD, serta adanya tenaga kerja pendidik PAUD.

(24)

Sarana prasarana PAUD yang harus disediakan antara lain ialah memiliki kurikulum, memiliki program kegiatan belajar-bermain dan mengajar (PKBM), dan tersedia sumber dana untuk pelaksanaan atau operasional pendidikan.

Dalam manajemen PAUD sendiri memiliki orientasi terhadap penyelengaraan kesehatan gizi yang meliputi pertumbuhan, layanan kecerdasan dan psikologis, layanan sosial dan sikap serta, layanan keagamaan dan spiritualisasi.

Hal yang telah dijabarkan di atas bertujuan agar anak yang terdidik dapat memiliki pengalaman belajar yang optimal, kecerdasan otak yang berkualitas, pertumbuhan fisik yang sehat, perkembangan psikososial positif, dan bertumbuh sesuai dengan dunia anak.

Selain substansi pengelolaan program PAUD yang meliputi manajemen personalia atau SDM, kurikulum (menu) kegiatan bermain dan belajar kemudian manajemen peserta didik, manajemen keuangan lembaga, dan manajemen humas serta manajemen sarana-prasarana.

Kegiatan Belajar 14 : Struktur Organisasi Manajemen PAUD Formal dan Non Formal

Berbicara mengenai bentuk struktur organisasi dikenal ada tiga bentuk struktur organisasi yang utama/pokok, yaitu : (1) bentuk struktur organisasi garis (line organization), (2) bentuk struktur organisasi garis dan staf (line and staff organization), (3) bentuk struktur organisasi fungsional (functional organization). Selain itu, ada bentuk struktur organisasi yang dibuat secara insidental diperlukan, yaitu bentuk struktur organisasi panitia (committee

organization), sehingga dengan demikian menjadi empat bentuk struktur organisasi, tetapi

yang akan dikemukakan disini adalah organisasi garis dan struktur organisasi fungsional.

1. Bentuk Struktur Organisasi Garis

Bentuk struktur organisasi ini diciptakan oleh Henry Fayol. Dalam bentuk struktur organisasi garis ini, manajer misalnya membawahi kepala-kepala bagian seperti produksi dan pemasaran. Kepala-kepala bagian membawahi pengawas dan para pengawas membawahi para kepala sekolah dan guru.

Apabila salah satu model bentuk struktur organisasi garis dimaksud dituangkan dalam gambar dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.

Manajer Kepala Bagian/ Seksi Kepala Bagian/ Seksi Kepala Sekolah Kepala Sekolah Kepala Sekolah Pengawas

Pengawas Pengawas Pengawas

Kepala Sekolah

(25)

2. Bentuk Struktur Organisasi Fungsional

Bentuk struktur organisasi fungsional baik digunakan pada lembaga/institusi yang sudah memerlukan orang-orang yang spesialisasi, sehingga pada lembaga/institusi yang memiliki organisasi ini hendaknya lembaga/institusi yang mempunyai beberapa bagian bidang unit kerja yang mempunyai keahlian khusus. Pada organisasi ini akan didapat

berupa 1pemimpin pada tiap bagian yang dapat membawahi beberapa bagian. Jadi,

pemimpin pada setiap bagian mempunyai wewenang untuk memberi tugas pada bagian mana saja yang ada di bawahnya, hanya hubungannya tidak langsung.

Apabila salah satu model bentuk struktur organisasi fungsional dituangkan dalam gambar dapat dilihat di bawah ini.

Kegiatan Belajar 15 : Manajemen Mutu Terpadu Dalam PAUD Formal dan Non Formal

1. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MTT)

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana mengungkapkan bahwa MMT merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk memaksimalkan daya saing lembaga melalui upaya perbaikan secara terus menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan. MMT menurut West-Burnham adalah semua fungsi dari organisasi lembaga pendidikan ke dalam falsafat holistik yang dibangun berdasarkan konsep mutu, kerja tim, produktivitas, dan prestasi kerja serta kepuasan pelanggan.

Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan n Bagian Kurikulum

Guru Guru Guru Guru

Bagian Kepegawaian

Bagian Keuangan

(26)

Kemudian Edward Sallis mengartikan MMT sebagai upaya menciptakan budaya mutu di mana tujuan setiap anggotanya ingin menyenangkan pelanggannya, dan di mana struktur organisasinya mengizinkan mereka untuk berbuat seperti itu. Sedang Peter dan Waterman mendefinisikan MMT sebagai penciptaan budaya organisasi yang ditentukan dan didukung oleh pencapaian kepuasan pelanggan secara terus menerus melalui sistem teringterasi yang terdiri dari bermacam alat, teknik, dan pelatihan-pelatihan. Tindakan perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dalam proses organisasi diharapkan akan menghasilkan produk dan pelayanan yang bermutu tinggi.

Berdasarkan keempat definisi tersebut dapat diambil tiga kata kunci terkait dengan MMT, yaitu perbaikan terus-menerus, fokus pada pelanggan, dan mutu.

Imam Musbikin mengungkapkan bahwa pengertian mutu dalam konteks pendidikan meliputi :

a. Input pendidikan

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk

berlangsungnya proses pendidikan. Jadi, pada dasarnya input pendidikan merupakan sesuatu yang berpengaruh terhadap proses pendidikan. Misalnya sumber daya, perangkat lunak, serta berbagai harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses.

b. Proses pendidikan

Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain dalam kegiatan pendidikan. Pada tingkat sekolah, dalam proses pendidikan terdapat pengambilan keputusan, proses pengelolaan sekolah, proses pengelolaan program, proses pembelajaran, proses monitoring, dan proses evaluasi.

c. Output pendidikan

Output pendidikan pada dasarnya merupakan sesuatu yang dihasilkan dari proses

pendidikan. Output pendidikan juga dapat diartikan prestasi sekolah yang dihasilkan dari kinerja sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari pemenuhan terhadap suatu standar, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, serta etika kerjanya.

Lebih lanjut, Sudarwan Danim juga mengungkapkan bahwa mutu pendidikan mengacu pada masukan, proses pembelajaran, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu :

1) Kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti kepala sekolah, guru, karyawan, serta peserta didik.

(27)

2) Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, sarana dan prasarana, dan lainnya.

3) Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan perangkat lunak, seperti peraturan, struktur organsiasi, dan deskripsi kerja.

4) Mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita.

Sedangkan Oemar Hamalik mengartikan mutu pendidikan dari dua segi, yaitu segi normatif dan segi deskriptif. Pada arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) instrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan instrinsik, mutu pendidikan adalah produk pendidikan, yaitu manusia yang terdidik sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, mutu pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Kemudian pada segi deskriptif mutu pendidikan ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya, misalnya hasil tes belajar.

2. Prinsip Mutu Dalam Implementasi MMT

Ada 14 prinsip mutu dalam implementasi MMT di lembaga pendidikan yang diadopsi dari 14 prinsip mutu Deming.

1) Untuk menjadi lembaga pendidikan yang bermutu perlu ada kesadaran, niat, dan usaha yang sungguh-sungguh dari segenap unsur di dalamnya.

2) Lembaga pendidikan yang bermutu dapat dicapai jika pendidik, staf, dan pimpinan secara keseluruhan memberikan kepuasan kepada pelanggannya.

3) Perhatian lembaga pendidikan selalu ditujukan pada kebutuhan dan harapan para pelanggan.

4) Lembaga pendidikan yang bermutu tumbuh dan berkembang serta bekerja sama dengan baik antarsesama unsur di dalamnya untuk mencapai mutu yang ditetapkan. 5) Diperlukan pimpinan lembaga pendidikan yang mampu memotivasi, mengarahkan,

dan mempermudah serta mempercepat proses perbaikan mutu.

6) Semua kinerja pendidikan di lembaga pendidikan harus selalu berorientasi pada mutu karena setiap unsur yang ada di dalamnya telah berkomitmen kuat pada mutu. Implikasi dari orientasi ini adalah semua kinerja yang tidak bermutu ditolak dan dihindari.

7) Upaya perbaikan mutu suatu lembaga pendidikan dilakukan secara kontinu.

8) Segala keputusan untuk perbaikan mutu dan layanan pendidikan di lembaga pendidikan harus selalu di dasarkan pada data dan fakta untuk menghindari adanya kelemahan dan keraguan dalam pelaksanaannya.

(28)

9) Penyajian data dan fakta dapat ditunjang dengan berbagai alat dan teknik untuk perbaikan mutu yang dapat dianalisis dan disimpulkan sehingga tidak menyesatkan. 10) Hendaknya pekerjaan di lembaga pendidikan tidak dilihat sebagai pekerjaan rutin

yang sama saja dari waktu ke waktu karena bisa membosankan.

11) Dari waktu ke waktu prosedur kerja yang digunakan di lembaga pendidikan perlu ditinjau apakah mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak. Jika tidak, maka prosedur tersebut harus diubah dengan yang lebih baik lagi.

12) Perlunya pengakuan dan penghargaan bagi yang telah berusaha memperbaiki mutu kerja dan hasilnya.

13) Harus dijalin hubungan saling membutuhkan satu sama lain antara pendidik dan pimpinan, pendidik dan staf, pendidik dan pendidik lainnya, pendidik dan peserta didik, pendidik dan wali peserta didik, serta pendidik dan masyarakat di sekitar ia berada.

14) Lembaga pendidikan mentradisikan pertemuan antarpendidik dan peserta didik maupun dengan orang tua peserta didik untuk mereview proses pembelajaran dalam rangka memperbaiki layanan pendidikan yang bermutu.

3. Tujuan MMT

E. Mulyasa mengungkapkan bahwa tujuan dari diimplementasikan MMT di lembaga pendidikan antara lain untuk :

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif lembaga pendidikan dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang dimilikinya.

2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

3) Meningkatkan tanggung jawab lembaga pendidikan kepada wali peserta didik, masyarakat, dan pemerintah mengenai mutu penyelenggaraan pendidikannya.

4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antarlembaga pendidikan mengenai mutu pendidikan yang hendak dicapai.

4. Manfaat MMT

Tony Bush dan Marianne Coleman menjelaskan bahwa MMT yang di-implementasikan di lembaga pendidikan dapat memberikan tiga manfaat, yaitu :

1) Dapat menggerakkan nilai, moralitas, karakter ataupun akhlaq yang jelas. Nilai, moralitas, karakter maupun akhlaq tersebut berasal dari suatu keyakinan bahwa dalam mengimplementasikan MMT semua pihak harus bekerja dengan maksimal baik di

(29)

awal, dipertengahan hingga di akhir. Semuanya harus dilakukan dengan baik dan benar mulai dari awal, rights time and right everytime.

2) Dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan wali peserta didik. Wali peserta didik menyekolahkan anaknya dengan kebutuhan-kebutuhan ataupun harapan-harapan tertentu. Implementasi MMT menjadikan pihak lembaga pendidikan mengetahui kebutuhan dan harapan tersebut serta menjadikan pihak lembaga pendidikan fokus dan mampu memenuhi kebutuhan dan harapan wali peserta didik. Itulah sebab tujuan akhir dari MMT adalah kepuasan para pelanggan, kepuasan para pelanggan dapat tercapai manakala penyelenggaraan pendidikan bermutu. Pelanggan sendiri adalah wasit terhadap mutu dan lembaga pendidikan tidak akan mampu bertahan tanpa pelanggan.

3) Dapat mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan atau sesuatu yang buruk. Hal ini sangat mungkin sekali dicapai karena implementasi MMT merupakan perluasan dan pengembangan diri dari jaminan mutu (quality assurance). Jaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas dari catat dan kesalahan (zero defects).

Stakeholders dalam implementasi MMT di lembaga pendidikan antara lain kepala

sekolah, pendidik, staf, peserta didik, wali peserta didik, dan masyarakat. Kepala sekolah merupakan top leader sekaligus manager, pendidik dan staf merupakan pelanggan internal. Kemudian peserta didik, wali peserta didik, masyarakat, dan pemerintah merupakan pelanggan eksternal.

5. Implementasi MMT Di Lembaga Pendidikan

Kepala Sekolah Guru dan Staf Peserta Didik

Gambar Lembaga Pendidikan dengan Hirarki Tradisional Peserta Didik

Guru dan Staf Kepala Sekolah

(30)

Gambar Lembaga Pendidikan dengan Hirarki Terbalik MMT

Salis mengungkapkan bahwa kunci sukses implementasi MMT di lembaga pendidikan adalah mata rantai internal-eksternal yang efektif antara produsen dan pelanggan. Pada implementgasi MMT di lembaga pendidikan, peran kepala sekolah adalah memberikan dukungan dan wewenang kepada pendidik, staf, dan peserta didik bukannya malah mengontrol mereka. Hal tersebut dapat digambarkan dengan membandingkan grafik organisasi hirarkis tradisional dengan hirarki terbalik MMT.

Hirarki terbalik MMT tersebut diadopsi dari ide-ide Karl Albertcht. Dalam implementasinya di lembaga pendidikan, MMT berubah pola hubungan dengan memberikan sebuah fokus pelanggan yang jelas. Fokus tersebut tidak berdampak pada struktur otoritas dalam lembaga pendidikan dan juga tidak mengurangi peran kepemimpinan kepala sekolah. Hirarki terbalik MMT menekankan pada pola hubungan yang berorientasi pada pemberian layanan dan pentingnya pelanggan bagi lembaga pendidikan.

6. Langkah Implementasi

Langkah-langkah tersebut antara lain :

1) Melakukan perbaikan secara terus menerus. 2) Menentukan standar mutu.

3) Melakukan perubahan kultur. 4) Merubah organisasi.

5) Mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan.

Gambar

Gambar Lembaga Pendidikan dengan Hirarki Tradisional   Peserta Didik

Referensi

Dokumen terkait

Materi yang dibahas pada perkuliahan ini meliputi beberapa konsep ilmu kimia seperti: pengantar kajian ilmu kimia, struktur atom, Sistem Periodik Unsur

Mata kuliah ini mengkaji tentang konsep dasar ruang dan tempat, mengkaji tentang peta, globe, dan atlas, persebaan penduduk dalam ruang, persebaran gejala alam, persebaran

Mata kuliah ini berisi materi tentang lingkungan terkait dengan kependudukan, perubahan sosial ekonomi-budaya, peran iptek sebagai penyebab dan solusi, pengelolaan dan

Kajian perkuliahan meliputi: (1) Persoalan-persoalan Pokok dalam Pengembangan Ilmu (Matematika dan Pendidikan Matematika), (2) Karakteristik Ilmu (Matematika dan

1) Modifikasi alokasi waktu. Pengelolaan proses belajar mengajar. Pengelolaan proses belajar mengajar.Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi

Standar Kompetensi :Mahasiswa mampu memahami teori-teori menyimak apresiatif dan kreatif puisi/nyanyian pembacaan cerpen, lawak, drama, film dan menerapkannya dalam

PTSP6-101, Gambar Struktur Bangunan 3 sks, Building Structure Drawing Mata kuliah Gambar Struktur Bangunan membahas tentang pengetahuan dan tata cara di dalam menggambar rekayasa dan

PTSP6-205, Analisis Struktur I 3 sks, Structural Analysis I Dalam mata kuliah ANALISIS STRUKTUR I, mahasiswa mempelajari tentang Struktur Rangka Batang SRB dan Struktur Balok Statis