• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Pengertian IPA

Menurut Iskandar (2001:2) IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Pendapat yang lain menyatakan IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam (Margono dkk,1998: 1) Sedangkan menurut Abdullah (1998: 18) IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang sangat dekat dengan kehidupan sehari – hari. Siswa dapat merasakan gejala – gejala disekitarnya sebagai bagian dari pembelajaran IPA. IPA dapat dipelajari dengan mengaitkan konsep yang didapat dalam belajar di kelas dan menghubungkannya dengan gejala yang terjadi di lingkungannya. Hal ini menunjukan mata pelajaran IPA sangatlah dekat dengan gejala alam disekitar.

IPA sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah memiliki ciri-ciri yang dimiliki yaitu berhubungan sangat dekat dengan kehidupan dan gejala alam sehari – hari. Namun pengetahuan tentang IPA tetaplah pengetahuan yang tersusun secara sistematis,IPA memiliki objek kejadian yang konkret. Hal ini menunjukkan bahwa IPA merupakan pengetahuan yang bersifat konkret dan sangat dekat dengan kehidupan peserta didik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan, Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam, peristiwa, dan gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.

(2)

8 2.1.2 Tujuan Mata Pelajaran IPA

Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan hidup manusia. “Belajar didefinisikan sebagai suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik dalam berpikir, bersikap dan berbuat” (Gulo, 2004: 8). Dari definisi tersebut, Gulo mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk mengubah tingkah laku seseorang. Jadi, jika seseorang belajar pada akhirnya orang tersebut akan mengalami perubahan baik dalam berpikir, bersikap ataupun berbuat.

Sedangkan menurut pengertian belajar menurut Slameto (2010: 2), didefinisikan sebagai berikut “belajar ialah suatu proses usaha perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.” Definisi ini juga menyebutkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut adalah perubahan secara keseluruhan yang merupakan hasil pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Jadi seseorang dikatakan belajar apabila ia berinteraksi dengan lingkungan dan memperoleh suatu pengalaman.

Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi, dan masyarakat.

2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4) Mengembangkan kesadaran tentang pesan dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari.

5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman kebidang pengajaran lain.

6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

7) Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari (BSPN, 2006:5).

(3)

9

Tujuan pembelajaran mata pelajaran IPA tersebut tidak dapat tercapai jika hanya menggunakan model pembelajaran yang konvensional tanpa melibatkan siswa secara aktif. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif. Kemudian siswa dapat membentuk makna tersendiri dari apa yang dipelajarinya. Membangun pemahaman pada setiap kegiatan belajar IPA akan memperluas pengetahuan IPA yang tidak hanya paham tentang alam semesta tetapi juga memiliki sikap ilmiah dan kepribadian yang baik.

2.1.3 Hakekat Pembelajaran IPA

Menurut taksonomi Bloom (1961) dalam Wikipedia (2010) Pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Di samping itu, pembelajaran IPA diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi.

Hakekat pembelajaran IPA sebagai proses belajar yang mengintegrasikan konsep-konsep alam yang meliputi mahluk hidup, benda-benda yang ada di bumi, energy, benda langit. Pembeljaran IPA yang bermanfaat pada aspek kognitif ini dapat sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini diharapkan pula menunjang aspek psikomotorik dan afektif berupa suatu sikap kebiasaan yang baik.

2.2 Model Pembelajaran Quantum

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Quantum

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembelajaran Quantum dengan demikian adalah Orkestrasi bermacam-macam

(4)

10

interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan belajar harus diramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menerapkan suasana belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005: 5). Berbagai kecerdasan majemuk baik kecerdasan linguistik, matematis, logis, spasial, kinetis, jasmani, musikal, interpesonal dan naturalis harus bersinergi dalam meggerakkan belajar siswa (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005: 6).

Model pembelajaran quantum merupakan pembelajaran yang mengkondisikan suasana yang kondusif. Seperti yang dipaparkan oleh Bobbi de porter dan Mark reardon bahwa semua unsur dalam pembelajaran dapat menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menerapkan suasana belajar. Membuat peserta didik terlibat secara langsung dan aktif. Ada banyak interaksi yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Interaksi ini memungkinkan siswa belajar secara efektif dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini menunjukan model pembelajaran quantum melibatkan siswa secara aktif dan mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki siswa dengan berbagai kecerdasan majemuk yang bersinergi dalam belajar siswa.

2.2.2 Karakteristik Pembelajaran Quantum

Menurut Miftahul Huda Quantum sebagai salah satu model belajar dapat memadukan berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat memengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri siswa sehingga secara langsung dapat memengaruhi proses belajar mereka. Model Quantum dengan teknik peta pikiran (mind mapping) dan simulasi, misalnya, memiliki manfaat yang sangat baik untuk meningkatkan potensi akademis (prestasi belajar) maupun potensi kreatif yang terdapat dalam diri siswa.

(5)

11

Meskipun model pembelajaran quantum dapat berpusat pada mata pelajaran tertentu, tetapi juga memungkinkan guru untuk meninjau materi yang disajikan dari berbagai sudut mata pelajaran. Sehingga materi yang akan disajikan merupakan materi yang benar – benar dipahami dan diterapkan pada kehidupan siswa. Metode yang digunakan dalam penyelidikan tentunya bergantung dengan materi yang sedang dipelajari.

Menurut Sugiyanto (2009:74-78) karakteristik model pembelajaran Quantum sebagai berikut:

1) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar.

2) Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan halangan sehingga menimbulkan hal-hal seperti: suasana yang menyengkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.

3) Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. Dengan kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak membosankan.

4) Menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Dengan kebermaknaan dan kebermutuan akan menghadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman perlu diakomodasi secara memadai.

5) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis. Sedangkan isi pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang fleksibel, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.

6) Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar. Ini mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses pembelajarannya dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.

(6)

12

7) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi. Dalam prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya belajar siswa dan pembelajar.

Dari karakteristik pembelajaran quantum ini terlihat banyak kelebihan dari model ini. Kelebihan ini dapat dimaksimalkan dalam proses pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran quantum. Kelebihan pembelajaran quantum tersebut yaitu:

1. Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.

2. Karena Quantum lebih melibatkan siswa, maka saat proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.

3. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.

4. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

5. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri

6. Karena model pembelajaran quantum membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif setiap harinya.

7. Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.

Dari kelebihan – kelebihan yang ada pada pembelajaran quantum ini, semakin memberikan optimisme untuk keberhasilan penelitian ini. Dengan disajikan dengan suasana yang aktif dan dengan suasana yang menyenangkan serta siswa dituntut aktif, siswa akan mudah untuk menyerap materi yang disampaikan karena siswa merasa suasana yang menyenangkan dan dapat diterapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Meminimalkan perilaku guru yang terlalu menekankan penguasaan konsep belaka kepada

(7)

13

siswanya, karena dalam model ini konsep hanya diberikan sesuai dengan kebutuhan. Bukan tentang banyaknya konsep yang dapat diterima oleh siswa, tetapi seberapa tingkat pemahaman siswa mengenai konsep tersebut. Dengan tujuan utama memberikan suasana menyenangkan dan aktif, tentu model ini mampu meningkatkan motivasi belajar yang berdampak pada hasil belajar siswa. Kesiapan guru menerapkan model ini dan tidak semua sekolah mempunyai sarana dan prasarana untuk pembelajaran quantum menjadi kendala dalam penerapan model ini.

2.2.3 Prinsip pembelajaran Quantum

Prinsip quantum yang utama adalah dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang menekankan untuk memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada tingkat kesenangan dari peserta didik atau siswa. Semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Ini menunjukan pembelajaran dengan model quantum tersusun dengan konteks yang jelas. Tujuan dalam pembelajaran quantum harus menjadi konsep yang jelas, tujuan ini dicapai tidak hanya dengan belajar dengan mendengarkan dan mebaca tetapi langsung dialami oleh siswa itu sendiri. Pada saat tujuan pembelajaran tercapai siswa berhak mendapatkan sebuah penghargaan dari kerjanya dalam pembelajaran quantum, reward ini bisa berupa tepuk tangan secara bersama diakhir pembelajaran.

Menurut Bobbi De Porter model pembelajaran quantum menggunakan prinsip – prinsip ada 5 yaitu:

 Segalanya berbicara;

 Segalanya bertujuan;

 Pengalaman sebelum pemberian nama;

 Akui setiap usaha; dan

 Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.

Menurut Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005: 10 Kerangka perencanaan pembelajaran quantum dikenal dengan singkatan TANDUR yaitu:

(8)

14 1) Tumbuhkan

Penyertaan menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Penyertaan akan memanfaatkan pengalaman mereka, mencari tanggapan “Yes!” dan mendapat komitmen untuk menjelajah.Tumbuhkan dilakukan dengan strategi menyertakan pernyataan pantomim, lakon pendek, drama, video, cerita dll. Yang membuat siswa tertarik melakukan pembelajaran. 2) Alami

Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pengalaman membuat guru dapat mengajar “melalui pintu belakang” untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan siswa, menciptakan pengalaman bisa menggunakan strategi permainan, stimulasi, dan tugas kelompok

3) Namai

Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas mengurutkan dan mendefinisikan. Penamaan dan dibangun diatas pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu. Penamaan adalah saatnya mengajarkan konsep, keterampilan, berfikir, dan strategi belajar dengan menggunakan peta konsep, gambar, poster, jembatan keledai.

4) Demonstrasikan

Demonstrasi akan memberi siswa peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan siswa ke dalam pemebelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka. Dalam pembelajaran siswa harus diberi kesempatan membuat kaitan, berlatih, dan menunjukkan apa yang mereka ketahui.

5) Ulangi

Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa ingin tahu. Jadi pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan.

6) Rayakan

Perayaan memberi rasa rampung dan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan siswa. Rayakan keberhasilan mereka dengan pujian, tepuk tangan, acungkan jempol, bernyanyi bersama. Hal ini akan membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar.

Pembelajaran quantum memiliki kerangka perencanaan pembelajaran yang menuntut siswa secara aktif. Kerangka pembelajaran ini disingkat dengan TANDUR. Dalam perencanaannya siswa diberikan daya tarik dengan

(9)

15

menggunakan alat peraga, sehingga dalam diri siswa tumbuh semangat untuk mengikuti pembelajaran dengan sendirinya. Siswa dapat dihadapkan pada pengelompokan, dalam kelompok ini siswa diajak untuk mengalami sendiri pembelajaran yang sedang berlangsung. Penanaman konsep yang diberikan dengan penamaan, dimana siswa dituntut untuk berfikir mandiri yang dibantu melalui peta konsep ataupun berbagai gambar. Dalam pembelajaran quantum siswa juga diajarkan untuk percaya diri dalam mendemonstrasikan hasil pekerjaannya, hal ini sangat baik untuk perkembangan peserta didik dan melalui demonstrasi siswa dapat mengaplikasikan materi dalam kehidupan sehari-hari. Agar materi lebih matang ditangkap peserta didik, maka perlu diberikan pengulangan walau secara singkat sebagai pemantapan materi dan membangun rasa ingin tau. Pembelajaran quantum menunjukan bahwa setiap pekerjaan yang bagus berhak mendapatkan hasil yang memuaskan, hasil ini dapat dihargai dengan reward atau perayaan. Reward ini berguna sebagai penghargaan dari kerja keras peserta didik atas keberhasilannya, sehingga peserta didik terpacu untuk mengulanginya lagi.

2.2.4 Model Pembelajaran Quantum dalam Pembelajaran IPA sesuai Standar Proses

Suatu model pembelajaran memiliki sintaks yang berisi langkah – langkah yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran. Berikut adalah sintaks model pembelajaran quantum yang dikenal dengan sebutan TANDUR Bobbi DePorter,et al.,(2004:10) adalah sebagai berikut:

1. Tumbuhkan

Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BagiKu” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan belajar.

2. Alami

Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.

3. Namai

Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah “masukan”.

(10)

16

Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”.

5. Ulangi

Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.

6. Rayakan

Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.

Penyajian dalam model pembelajaran Quantum merupakan model pembelajaran yang ideal untuk mata pelajaran IPA, karena menekankan kerjasama antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran ini juga efektif karena memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan pemahaman belajar dan hasil belajar siswa secara signifikan.

Penyajian pembelajaran Quantum mengikuti langkah-langkah prosedur yang disingkat TANDUR menurut Bobbi DePorter, (1999: 10) sebagai berikut:

1) Tumbuhkan, artinya seorang guru dalam mengajar harus dapat menimbulkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran dengan berbagai macam, sehingga dengan minat yang ada maka pembelajaran akan dapat berjalan dengan lancar.

2) Alami, maksudnya seorang guru dalam mengajar harus mampu menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh siswanya. Guru dalam mengajar memberikan contoh peristiwa yang pernah dilihat anak-anak sehari-hari.

3) Namai, maksudnya seorang guru dalam mengajar menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti, strategi yang mudah dilakukan dalam penyampaian dengan multimetode dan multimedia.

4) Demonstrasikan, maksudnya guru dalam mengajar memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu, artinya guru dalam mengajar menggunakan alat peraga untuk mendemonstrasikan materi yang diajarkan, sehingga siswa akan mudah mengingat isi pesan yang disampaikan oleh guru.

5) Ulangi, maksudnya guru dalam mengajar dapat menunjukkan cara yang mudah untuk mengulang materi yang telah dipelajari. Misalnya dengan memberikan rangkuman yang diajarkan tadi. 6) Rayakan, maksudnya seorang guru dalam mengajar dapat

memberikan pengakuan atas usaha siswa untuk menyelesaikan tugas dan pemerolehan keterampilan serta ilmu pengetahuan. Kelas dapat menjadi rumah tempat siswa, tidak hanya terbuka terhadap

(11)

17

umpan balik, tetapi juga menjadi tempat untuk belajar mengakui dan mendukung orang lain, tempat mereka mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh.

Pembelajaran dalam model pembelajaran quantum mempunyai langkah-langkah yang terencana dan pembelajaran ini menekankan kerjasama antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran ini dinilai efektif dalam materi IPA karena memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan pemahaman belajar dan hasil belajar secara signifikan. Seperti yang dijelaskan oleh Bobby DePorter, (1999: 10), pembelajaran quantum memiliki langkah-langkah yang disingkat TANDUR. Bobby DePorter menjelaskan pembelajaran diawali dengan menumbuhkan minat siswa untuk kemudian menciptakan pengalaman umum siswa yang dapat dimengerti semua siswa. Siswa juga diberikan strategi dalam pembelajaran dan mendemonstrasikannya dan diberikan beberapa pertanyaan untuk memastikan bahwa siswa benar-benar mengerti tentang apa yang mereka pelajari dan diakhiri dengan rasa suka cita tentang apa yang mereka dapat dalam pembelajaran.

Tabel 1. Langkah – langkah pembelajaran model quantum sesuai standar proses.

KEGIATAN KET

Pendahul uan

Kegiatan Awal

− Guru mengkomunikasikan tujuan belajar, yaitu siswa dapat mendiskusikan materi dan mengaplikasikannya dan hasil belajar yang diharapkan akan dicapai oleh tiap siswa.

− Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh yaitu mendiskusikan materi dan melakukan percobaan dan presentasi laporan

(12)

18 hasil pelaksanaan tugas.

− Guru memberikan motivasi, dengan menyampaikan semenarik mungkin tentang materi yang akan dipecahkan oleh siswa.

− Guru meminta siswa untuk berkelompok 3 atau 4 siswa dalam satu kelompok.

Inti Eksplorasi

− Memberikan informasi awal tentang materi berdasarkan pengalaman siswa sehari-hari − Memberikan langkah-langkah pelaksanaan

diskusi kelompok.

− Guru memberikan contoh soal berkaitan dengan materi serta cara penyelesaiannya (modeling). − Bersama kelompoknya, siswa melakukan

diskusi berdasarkan materi yang diberikan. − Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi

dan memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan.

Elaborasi

− Siswa melakukan percobaan untuk menyelesaikan tugas bersama kelompoknya. − Siswa membuat laporan hasil kerja kelompok

dengan berupa drama pendek.

− Siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya berupa drama di depan kelas.

− Memberikan kesempatan kepada kelompok untuk memberikan tanggapan/pertanyaan.

Konfirmasi

(13)

19

yang sudah dilakukan siswa.

− Dengan bimbingan guru, siswa mengkomunikasikan pengalamannya dalam melaksanakan, sebagai refleksi selama mengikuti pembelajaran.

Penutup − Memberi rasa kegembiraan kepada siswa setelah berhasil dalam pembelajaran bisa dengan tepuk tangan atau bernyanyi untuk menutup pelajaran. − Melakukan kegiatan tindak lanjut.

Dengan langkah – langkah pembelajaran ini, peneliti yakin akan keberhasilan penerapan model pembelajaran quantum untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA di SDN Jlegiwinangun 02 Kebumen yang dilaksanakan pada semester ganjil 2014/2015.

2.3 Hasil Belajar

2.3.1 Hakikat hasil belajar

Proses pembelajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar, yang berarti pembelajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan porolehan dari dari prosesbelajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil belajar menurut Dimyati dalam Ranti (2007: 12) dalam http://one.indoskripsi.com adalah hasil proses belajar di mana pelaku aktif dalam belajar adalah siswa dan pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Sejalan dengan Dimyati, Menurut Nana Sudjana (2005: 3) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah melalui proses pembelajaran.

Berikut adalah klasifikasi domain/ranah hasil belajar menurut taksonomi Bloom (dalamPurwanto 2008: 50-53):

(14)

20

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi atau karakteristik nilai.

3. Ranah Psikomotoris

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan di bidang fisik, gerakan-gerakan skill, gerakan ekspresif dan interpretatif.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek kompetensi kemanusiaan saja. Hasil belajar yang diharapkan dicapai siswa pada ranah kognitif yaitu siswa dapat mengetahui atau menyebutkan konsep dari gaya dan menggunakannya dalam masalah yang berkaitan dengan berbagai fenomena yang terjadi disekitarnya. Pada ranah afektif yaitu siswa dapat mengembangkan karakter yang diharapkan (tekun, kerjasama, dan tanggung jawab), siswa juga dapat berpikir kreatif dan berlatih berkomunikasi. Pada ranah psikomotor yaitu siswa mampu menggunakan alat peraga dan memecahkan aktivitas pemecahan masalah menggunakan alat peraga. Jadi ketiga ranah menurut taksonomi Bloom tersebut, kesemuanya harus dapat dicapai oleh siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Jika ketiga ranah tersebut telah tercapai, dapat dikatakan bahwa siswa telah berhasil dalam belajarnya.

Menurut Mulyana (2002: 190) faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat berasal dari dalam diri seseorang (internal) dan dari luar diri seseorang (eksternal). Berikut adalah faktor – faktor tersebut :

a. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan kedalam faktor sosial dan non sosial.

1) Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam situasi sosial. Termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya.

(15)

21

2) Sedangkan faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan sebagainya.

b. Faktor Internal

Uzer (dalam Mulyana, 2002:133) mengklasifikasikan faktor internal mencakup:

1) Faktor Jasmaniah (fisiologi), yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.

2) Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:

a) Faktor Intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.

b) Faktor Non Intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis, faktor yang berasal dari diri sendiri (Internal), seperti Intelegensi, minat, sikap dan motivasi.

Faktor Eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik. Di samping itu, di antara beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar ialah peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan khususnya dalam pelajaran yang berlaku peranan guru dan keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Karena bagaimanapun juga guru akan menjadi sutradara serta sumber dalam pembelajaran, meskipun bukan satu – satunya sumber. Dalam hal ini efektivitas pengelolahan faktor bahan, lingkungan, dan instrumen sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar, hampir keseluruhannya bergantung pada guru. Selain itu, faktor sosial yang juga banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, keadaan keluarga dan letak rumah semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

(16)

22

Sedangkan pada faktor internal, kesiapan siswa baik secara jasmani maupun psikologi sangat berpengaruh pada prestasi belajarnya. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Secara logika, semakin tinggi tingkat intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Begitu juga sebaliknya, jika intelegensinya rendah maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah. Namun, hal ini bukan satu – satunya faktor mengenai tinggi rendahnya prestasi belajar, karena banyak faktor lain juga yang mempengaruhinya. Faktor selanjutnya adalah minat, minat merupakan kecenderungan, kegairahan menginginkan sesuatu. Oleh karena itu minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu. Motivasi serta emosi siswa mempengaruhi proses belajarnya, sehingga juga akan mempengaruhi prestasi belajarnya.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa hasil belajar yang diinginkan dalam pembelajaran yaitu siswa memahami konsep materi sebagai pengetahuan dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa itu sendiri melalui evaluasi. Dalam hal ini model pembelajaran quantum sebagai sarana dimana siswa dapat mendapatkan pengetahuan tersebut. Hasil belajar tersebut diambil melalui evaluasi yang dilakukan setiap akhir pembelajaran. Hasil belajar sendiri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang merupakan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang meliputi kecerdasan anak, kesiapan dan kematangan, bakat anak, kemauan belajar dan minat. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah model penyajian materi belajar, pribadi dan sikap guru, suasana pembelajaran, kompetensi guru dan masyarakat.

Untuk memperoleh hasil belajar siswa, maka dilaksanakan evaluasi atau penilaian untuk mengukur sejauh mana siswa memahami atau menguasai materi. Sedangkan untuk melaksanakan evaluasi atau penilaian tidak hanya menilai konsep atau materi tetapi dampak sikap yang ditimbulkan dan keterampilan motorik juga harus dinilai. Model evaluasi yang sesuai adalah model kesesuaian oleh Ralph W. Tyler, John B. Carol dan Lee J. Cronbach

(17)

23

(dalam Purwanto, 2008: 27). Kegiatan evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana tujuan pendidikan yang diberikan dalam pengalaman belajar telah dapat dicapai siswa dalam bentuk hasil belajar. Objek evaluasi adalah tingkah laku siswa yang mengalami perubahan pada akhir kegiatan pembelajaran. Perubahan perilaku yang dievaluasi bukan hanya pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik. Untuk aspek kognitif evaluasi dilakukan dengan teknik tes menggunakan instrumen tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Sedangkan untuk aspek psikomotorik dan aspek sikap diukur menggunakan teknik non tes observasi dengan rubrik penilaian proses yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung.

2.4 Penelitian yang relevan

Isna Noor Izzati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kuantum Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Banyuputih O4 Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2008/2009. Menjelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Banyuputih O4. Yaitu pada kondisi awal (sebelum menerapkan model quantum) nilai rata-rata siswa adalah 5,5 dan siswa yang belajar tuntas (mencapai KKM) adalah 43,33%. Setelah menerapkan model quantum nilai rata-rata siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 5,50, siklus I 6,47; dan pada siklus II 7,33 dan pada siklus III naik menjadi 8,4. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 43,33%, tes siklus I 80% setelah dilakukan refleksi terdapat 6 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 60), namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II menjadi 96,67% setelah dilakukan refleksi III semua siswa sudah mencapai ketuntasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Z. M. Zaenuri (2009). Dengan judul “Upaya meningkatkan prestasi belajar IPA dengan Model Quantum Teaching siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Kwarasan Kec. Juwiring Kab. Klaten tahun pelajaran 2009/2010”. Hasil yang diperoleh adalah terdapat peningkatan

(18)

24

prestasi belajar yang signifikan pada signifikansi 5% dibandingkan dengan saat dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model ekspositori.

Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan oleh Isna Noor Izzati dan Z. M. Zaenuri telah menunjukan keberhasilannya dalam penggunaan model pembelajaran quantum. Dari kedua penelitian menunjukan peningkatan hasil belajar yang menunjukan ketuntasan lebih dari 80% siswa. Penulis memilih dua penulis tersebut karena sangat relevan dengan penelitian yang akan dilakukan dilingkungan berbeda. Dari kedua hasil penelitian yang menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar pada siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model quantum. Oleh karena itu, peneliti juga optimis bahwa pada penelitian ini juga akan berhasil untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas V di SDN Jlegiwinangun 02 pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

2.5 Kerangka Berpikir

Salah satu tujuan pembelajaran IPA SD yang tercantum dalam BSPN, 2006:5. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan tuntutan yang sangat tinggi yang tidak mungkin dapat dicapai hanya dengan hafalan konsep, latihan pengerjaan soal yang bersifat rutin, serta proses pembelajaran dengan model ceramah. Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, dapat menghambat kemampuan belajar IPA siswa dalam pemecahan masalah, sehingga perlu dipilih dan diterapkan suatu model pembelajaran untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah Quantum. Model Quantum memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa,

(19)

namai-25

buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.

Model Quantum dilaksanakan dengan langkah – langkah: menciptakan suasanya menyenangkan dan kondusif, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok agar siswa mengalami sendiri pembelajaran yang berlangsung, mengembangkan dan menyajikan hasil karya atau mendemonstrasikan melalui presentasi, serta melakukan tanya jawab dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, kemudian diakhiri dengan reward yang dapat berupa nilai dan tepuk tangan. Melalui model quantum, siswa akan lebih tertarik mengikuti pelajaran karena siswa dihadapkan pada hal yang konkret dan aktif yang dekat dengan kehidupan sehari – hari sehingga mereka tertarik untuk mempelajarinya. Dengan model ini siswa dituntut untuk mengalami sendiri dalam pembelajaran, sehingga siswa akan terlibat secara aktif dan nantinya daya serap akan lebih baik. Sehingga model quantum dapat digunakan sebagai usaha perbaikan atau sebuah tindakan untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

2.6 Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaran masih harus diuji terlebih dahulu secara empiris (Sumadi Suryabrata, 2003: 21). Oleh karena itu agar rumusan jawaban dipecahkan, maka seorang peneliti memerlukan suatu pedoman yang digunakan sebagai tuntunan. Pedoman itu berupa jawaban sementara atau hipotesis.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

(20)

26

1. Dengan menggunakan model pembelajaran Quantum diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD N Jlegiwinangun 02 Kebumen.

2. Penggunaan langkah-langkah model pembelajaran Quantum dengan tepat diduga dapat memperjelas penyampaian materi pelajaran dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA kelas V SD N Jlegiwinangun 02 Kebumen.

Gambar

Tabel 1. Langkah – langkah pembelajaran model quantum sesuai  standar proses.

Referensi

Dokumen terkait

Pakaian tradisional aceh biasa disebut Ulee Balang.. PAKAIAN ADAT

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Hubungan Revisi dengan Tingkat Stres Mahasiswa dalam

Pentingbagisayauntukmenjadi yang terdepandanberjuanguntukmelakukansesuatu yang lebihbaikdari orang lain. Sayaadalah orang

Layanan Dial-Up merupakan jasa akses internet yang memanfaatkan jaringan telepon biasa dan modem dial up, pelanggan diharuskan berlangganan ke Internet Service Provider

Maksimum khusus dalam arti untuk tiap jenis pidana terdapat maksimum ancaman pidananya, sedangkan untuk batas pemidanaan yang paling rendah ditetapkan minimum umum. Minimum umum

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

bahwa dengan telah diundangkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah

Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu: “sistem” dan “pemerintahan”. Sistem berarti keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian