1 0 5 10 15 20 Indonesia Pasar Modern Super/Hyper Minimarket Pasar Tradisional 3,7 4,8 0,4 7 2,9 10,2 11,4 0,1 18,4 9,4 Jun-16 Jun-17
Pengaruh Retailing Mix dan Service Quality Terhadap Purchase Decision
Pada PT Akur Pratama (Toserba Yogya) Sukabumi
Ade Munhiar 1) dan Zulfa Jalillah 2)1) Program Studi Manajemen, Institut Manajemen Wiayata Indonesia ademunhiar@imwi.ac.id
2) Program Studi Manajemen, Institut Manajemen Wiayata Indonesia zulfajalillah19@gmail.com
ABSTRACT
This study aims to determine : the effect of retailing mix on purchase decision, the effect of service quality on purchase decision, and the influence of retailing mix and service quality simultaneously on purchase decision. The subjects of this study are customers who visited and purchases products to Yogya Department Store Sukabumi with a total of 100 respondents. Methods of data collection through surveys by using questionnaires. Data analysis techniques used in this study are validity test, reliability test, classical assumption test and hypothesis test. The results of this study indicate that (1) retailing influences partially and significantly on the purchase decision with value (3,847> 1,9847), (2) service quality has a partial and significant effect on the purchase decision with value (5,466> 1,9847), (3) retailing mix and service quality simultaneously have a positive and significant effect on purchase decision with value (64,811> 3,94). Further research is needed by the company, increasing pricing, marketing and responsiveness in service to consumers.
Keywords: Retailing Mix, Service Quality and Purchase Decisions.
PENDAHULUAN
Perkembangan perdagangan ritel semakin berkembang pesat dan teknologi semakin canggih, sehingga perubahan gaya hidup lebih cepat dan masyarakat bebas memilih gerai mana saja sesuai dengan kebutuhan dan keingininannya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pasar ritel terbesar di Asia Tenggara, dimana tingkat penjualan ritel tahun 2016 dari penjualan yang akan ditransaksikan secara digital mencapai $ 245 dan $ 5,29 miliar atau 2,2%. Penjualan ritel semester I (2016 -2017) mengalami perlambatan, seperti halnya Nielsen retail audit dalam PT.Sumber alfaria trijaya tbk menyatakan bahwa pasar tradisional mencapai 9,4% menjadi 2,9%, minimarket meningkat sebesar 18,4 menjadi 7%, Super/Hyper
sebesar 0,1 menjadi 0,4%, pasar modern sebesar 11,4 menjadi 4,8 dan secara pasar nasional mencapai 10,2% menjadi 3,7%.
Gambar 1.1
Penjualan Ritel Semester I (2016-2017) Sumber : PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk,
(2018).
Kegiatan bisnis ritel bertujuan untuk menjual produk dan jasa yang ditawarkan
kepada konsumen sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya serta setiap melakukan kegiatan bisnis tanpa saluran distribusi akan sulit bagi konsumen untuk memperoleh barang ataupun jasa. Para ritel berusaha meningkatkan atau memenuhi kebutuhan konsumen melalui produk yang berkualitas, harga terjangkau atau mencoba berbeda harga dengan pesaing, kenyamanan saat berbelanja, pelayanan yang cepat tanggap atau prima, serta banyak program promosi yang menarik. Hal ini dapat disebut sebagai bentuk pemikat atau rasa ketertarikan konsumen pada produk yang ditawarkan oleh pengecer. Sehingga, dapat meningkatkan pembelian dan keuntungan bagi perusahaan atau pengecer.
Ritel memiliki proses mata rantai distribusi atau jalur distribusi antara produsen ke konsumen terakhir terkait barang yang akan di jual kepada konsumen. Pembuatan suatu produk harus melalui beberapa tahapan, di mulai dari bahan pokok yang akan di produksi oleh produsen dikirim ke distributor, kemudian dari distributor melakukan pengemasan produk dan terakhir produk siap jual kepada konsumen atau pengecer. Tahun 2017, Lembaga Konsultan A.T Karney menyatakan bahwa negara yang termasuk 10 besar pasar ritel dalam Global
Ritel Development Index (GRDI), yaitu India,
Tiongkok, Malaysia, Turki, Uni Emirat Arab, Vietnam, Maroko, Indonesia, Peru dan Colombia. Indonesia berada di posisi ke 8 dari 30 negara berkembang di seluruh dunia yang mencapai skor 55,9, sedangkan India berada diposisi pertama dengan skor sebesar 71,7 berhasil menggeser negara Tiongkok sebesar 70,4 yang disebabkan oleh investasi asing meningkat, pertumbuhan ekonomi dan pangsa pasar berpeluang besar. Namun belakangan ini, perusahaan yang bergerak dibidang riteler atau pengusaha eceran mengalami gulung tikar dan berdampak beberapa gerai tutup baik negara maju maupun negara berkembang.
Khususnya negara Indonesia, dalam lima tahun terakhir perusahaan yang terdaftar emiten atau perusahaan yang menanamkan saham baik swasta maupun BUMN di Bursa Efek Indonesia (BEI) menujukkan bahwa 10 perusahaan yang mengalami perlamban penjualan pada tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2013, diantaranya yaitu Matahari Putra Prima, Mitra Adiperka, Hero, Supra Boga, Electronic City, Ramayana, Sumber Alfaria Trijaya, Ace Hardware, Midi Utama serta perusahaan retail di berbagai kota tutup, seperti GAP (PT. Gilang Agung Persada), 2 gerai Matahari Departemen Strore,Tbk di pasar Block M dan Manggarai, 8 gerai Ramayana, Lotus, 3 Gerai Debenhams, Bebe Store, Hero Supermarket, 2 Hypermarket dan 7 Eleven. Selain itu, dalam data APRINDO (Asosiasi Peritel Indonesia), tingkat ritel online mencapai 1,4% atau US$ 4,89 juta, tetapi jumlah ritel
offline sebesar US$ 320 miliar. Jadi, para
konsumen masih sering menggunakan transaksi ritel offline dibanding ritel online.
Retailing mix adalah kombinasi variabel yang
berperan sebagai proses upaya menarik perhatian konsumen dan berhubungan dengan Service Quality (Kualitas Pelayanan) yang bertujuan untuk meningkatkan nilai produk yang ditawarkan terhadap konsumen, sehingga menciptakan kepuasan konsumen, keuntungan bagi perusahaan dan citra atas produk yang dibeli. Secara tidak langsung
service quality dapat mempengaruhi perilaku
konsumen saat berbelanja.
Sciffman dan Kanuk (2010) menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah bagaimana semua tindakan atau respon, kegiatan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan individu, keluarga, ataupun kelompok pada saat mencari, memilih, membeli, menggunakan dan menghabiskan produk dan jasa yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen setelah melakukan kegiatan tersebut. Howard dalam Durianto (2004) yang dikutip dari jurnal
Kurniawan, Daniel (2017) menjelaskan bahwa pembelian beberapa unit produk tertentu dan produk yang dibutuhkan pada periode tertentu ini disebut dengan rencana pembelian atau Purchase decision.
PT. Akur Pratama (Toserba Yogya) merupakan toko yang menggunakan format supermarket dan departemen store. Toserba Yogya memiliki beberapa cabang termasuk Sukabumi yang beralamat di Jl. RE. Martadinata No.3 Sukabumi. Toserba Yogya dikelilingi oleh pesaing atau kompetitor dari mulai pasar tradisional hingga pasar modern, hingga mereka mencoba menarik perhatian konsumen dengan menggunakan kartu member/anggota Toserba YOGYA yang memiliki keunggulan ataupun keuntungan dari kartu tersebut. Lokasi Toserba YOGYA terletak di area yang mudah dijangkau oleh konsumen seperti transportasi umum dan tersedia area parkir yang cukup luas dan fasilitas pendukung lainnya. Sebagai konsumen memiliki berbagai macam kebutuhan dan keinginan berbeda, hal ini pihak perusahaan harus mengetahui dan memahami perilaku konsumen.
TINJAUAN PUSTAKA
Marketing Mix
Marketing berperan sangat penting bagi
semua kegiatan bisnis, baik produk ataupun jasa. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai target atau tujuan yaitu adanya faktor – faktor pendukung kegiatan marketing baik dalam pemilihan produk, penetapan harga, saluran distribusi yang baik dan promosi secara efektif. Stanton dalam Murshid (2010) berpendapat bahwa pemasaran adalah semua aktifitas berhubungan dengan kegiatan usaha yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan, mempromosikan, mendistribusikan produk dan jasa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pembeli. Anoraga, Panji (2009)
mendefinisikan manajemen pemasaran adalah proses analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian terhadap barang dana jasa, sehingga dapat menghasilkan kepuasan bagi berbagai pihak yang terlibat. Kotler dan Amstrong (2012) menyatakan bahwa Marketing mix
merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk menerapkan strategi pemasaran dan mencapai tujuan pada target pasarnya. Kotler dan Amstrong mentapkan komponen marketing mix dalam bauran pemasaran menjadi 4P yaitu produk,
price, place dan promotion. Namun,
Sumarwan (2015) berpendapat bahwa perusahaan yang bergerak dibidang jasa dikenal dengan 7P (4P + 3P) yaitu produk (product), harga (price), lokasi atau distribusi
(place), promosi atau komunikasi
(promotion), orang - orang (people), proses (process) dan bukti (proof).
Saluran Distribusi (Marketing Channnel)
Marketing channel berkaitan dengan
semua aktivitas pemasaran yang berperan untuk mempelancar penyaluran produk dan jasa, dari mulai produsen sampai ke konsumen. Tjipotono (2015) berpendapat bahwa saluran distribusi adalah suatu rangkaian perantara untuk mempermudah penyaluran barang dan jasa baik dikelola oleh pemasar maupun independen dalam mengirim atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen.
Retailing Mix
Ritel adalah semua kegiatan usaha yang
memasarkan produk dan jasa kepada konsumen secara langsung, baik secara peribadi, keluarga ataupun kelompok sesuai dengan kebutuhan konsumen. Kotller dan Keller (2013) pada jurnal Jatmika dan Roslina menjelaskan bahwa bisinis eceran adalah semua aktivitas yang terlibat dalam menjual barang dan jasa secara langsung
kepada konsumen untuk kebutuhan pribadi. Utami, W.C (2017) berpendapat bahwa
retailing mix mempunyai peran dalam
penentuan strategi pemasaran termasuk upaya pengelolaan yang berhubungan dengan sumber daya, pemasaran, keuangan serta operasional.
Dimensi Retailing Mix
Gambar 1.2 Retaling Mix
Sumber : Lamb, Hair dan Mc Daniel (2011).
Gambar 1.2 di atas menunjukkan bahwa
Retailing mix dikenal dengan kombinasi 6P (Product, Promotion, Place, Price, Personnel dan Presentation) untuk digunakan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir sebagai target pasar yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, Lamb, Hair dan Mc Daniel (2011). Akan tetapi, menurut Philip Kotler (2005) dalam Apriasto, A.F (2011) menjelaskan bahwa ada 6 variabel dimensi retailing mix, yaitu : a) Keragaman Produk (Product Assortment),
yaitu suatu perusahaan yang menawarkan atau menjual produk yang bervariasi. Seperti merk, warna, kualitas dan lain - lain.
b) Harga (Price), yaitu sejumlah uang yang memiliki unsur yang digunakan untuk pembelian suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen.
c) Lokasi (Place) suatu faktor penentuan tempat toko yang strategis. Dimana para konsumen mudah menjangkau lokasi saat berkunjung dan memberikan keamanan saat berbelanja.
d) Promosi (Promotion), Perusahaan yang menawarkan atau mengkomuikasikan kepada konsumen atau target pasar mengenai produk ataupun jasa.
e) Layanan Toko (Store Service), para karyawan memilki kineja yang baik dalam melayani para konsumen, memudahkan informasi yang jelas dan akurat mengenai suatu prduk maupun jasa dan memberikan kemudahan dalam pemilihan suatu produk ataupun jasa.
f) Atmosfer Toko (Store Atmosphere), susana dalam toko dapat menarik perhatian para konsumen, memberikan kenyamanan saat berbelanja dan dapat meningkatkan daya beli produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan para konsumen.
Service Quality
Service adalah layanan yang memberikan
manfaat dan menciptakan kepuasan bagi konsumen. Kotler dan Keller dalam Mardhotillah dan Choirini I. (2013) menjelaskan bahwa kualitas merupakan totalitas karakterisitik dan fitur yang memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan dengan nyata terhadap suatu produk dan jasa. Sedangkan Parasuraman, Zeithmal dan Berry (1988) dalam Indrawan Rizky,(2015) menjelaskan bahwa SERQUAL merupakan perbandingan sebagai alat pengukur atribut layanan yang bertujuan untuk menilai layanan yang diberikan oleh perusahaan atau penjual. Service quality atau SERQUAL bertujuan untuk upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen berdasarkan harapan dan ketepatan dalam menyampaikan pelayanan kepada konsumen. Haryono (2015) berpendapat bahwa tingkat
Target Pasar
Produk
Keluasan, kedalaman & keragaman produk
Promosi Periklanan, publisitas & hubungan masyarakat
Lokasi
Site & lokasi perdagangan
Harga Presentasi
Tata letak & suasana Personalia Pelayanan pelanggan & penajualan pribadi
Mengenali
kebutuhan Pencarian Informasi AlternatifEvaluasi Keputusan Pembelian Pasca PembelianPerilaku
tinggi rendahnya suatu kualitas pelayanan dapat ditentukan oleh layanan yang diberikan secara real/nyata dan presepsi konsumen atas layanan yang konsumen terima.
Dimensi Service Quality
Panasuraman, Zeithmal dan Berry (1988) dalam Indrawan, Rizky terdapat 5 (lima) pendekatan dimensi utama Service quality, sebagai berikut :
1. Ketanggapan (Responssiveness)
Dimensi ini berkaitan dengan para karyawan yang bersedia membantu melayani dan merespon serta memberikan informasi kepada konsumen dengan tanggap
2. Jaminan (Assurance)
Mencakup kemampuan, pengetahuan, kesopanan dan sifat yang dimiliki oleh para staff karyawan. Sehingga konsumen tidak menilai ragu, beresiko dengan produk yang ditawarkan.
3. Empati (Empathy)
Perusahaan dapat berkomunikasi dengan baik, memahami masalah para konsumennya, melakukan tindakan dan memberikan perhatian serta waktu yang nyaman secara personal terhadap konsumen.
4. Keandalan (Reliability)
Perusahaan yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan terhadap konsumen sesuai dengan apa yang dijanjikan secara nyata, akurat dan memuaskan. Misalnya, karyawan atau staff memberikan pelayanan yang sama/tidak ada kesalahan, tepat waktu,simpatik dan terpercaya.
5. Bukti fisik (Tangibles)
Kualitas pelayanan yang diharapkan konsumen, perusahaan yang memiliki kemampuan, perlengkapan dan sarana prasarana yang dapat diandalkan secara bukti fisik yang nyata. Misalnya, gedung, parkiran, gudang, perlatan yang
digunakan untuk karyawan dan lain – lainnya.
Purchase Decision
Setiap pengambilan keputusan, konsumen akan dihadapkan dengan mempertimbangkan layak atau tidaknya suatu produk ataupun jasa berdasarkan informasi – informasi yang mereka dapatkan atau terima dan proses pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta beberapa pilihan alternatif yang ada. Faktor pengambilan keputusan konsumen dapat dipengaruhi secara individu (Internal) maupun lingkungan (external). Kotler dan Amstrong (2012) berpendapat bahwa purchase decision adalah produk mana yang akan dibeli. Stanton dalam Naufal S.R.H. (2017) mengemukakan bahwa purchase decision suatu proses keputusan untuk melakukan evaluasi yang berdasarkan alternatif dan sebagai konsumen dapat memutuskan untuk membeli atau tidak terhadap produk dan jasa. Kinnear dan Tylor dalam Soebagyo dan Hartono (2014) berpendapat bahwa purchase
decision adalah suatu tahap kecendrungan
konsumen dalam bertindak sebelum benar – benar membuat keputusan pembelian.
Dimensi Purchase Decision
Kotler (2012) dalam Mundir berpendapat bahwa terdapat 5 (lima) dimensi dalam proses purchase decision (Y), yaitu :
Gambar 1.3 Proses Purchase Decision Sumber : Kotler dan Keller, (2012).
1) Pengenalan Masalah
Proses pengenalan masalah akan muncul ketika konsumen menemukan perbedaan antara keinginan dan kebutuhannya.
2) Pencarian Informasi
Konsumen mengumpulkan informasi dan memilih dari berbagai sumber. Sumber informasi kosumen terdiri dari 4 kelompok,yaitu :
a. Sumber Pribadi yang meliputi keluarga, tetangga, teman dan kenalan. b. Sumber Komersial meliputi pedagang perantara, iklan, pengemasan dan tenaga penjual.
c. Sumber Umum meliputi media massa dan organisasi ranting konsumen. d. Sumber Pengalaman meliputi
penanganan, pemerikasaan dan penggunan terhadap produk.
3) Evaluasi Alternatif
Setelah melukan pencarian konsumen akan menganalsis atau mengevaluasi merek dan manfaat dari beberapa alternatif.
4) Keputusan Pembelian
Konsumen menentukan keputusan pembelian, seperti jenis pembelian, waktu dan cara pembayaran berbelanja.
5) Keputusan Pasca Pembelian
Konsumen akan merasa puas ketika produk yang dibeli sesuai dengan harapannya. Konsumen akan membeli ulang dan merekomendasikan hal baik kepada orang lain.
Model Analisis dan Hipotesis
Gambar 1.4 Model Analisis
Berdasarkan model analisis diatas, maka dapat mengambil keputusan sementara (Hipotesis) sebagai berikut :
H0-1 = Retailing mix tidak berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Purchase
Decision pada Toserba Yogya Sukabumi.
Ha-1 = Retailing mix berpengaruh positif dan
signifikan terhadap purchase decision pada Toserba Yogya Sukabumi. H0-2 = Service quality tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
Purchase Decision pada Toserba
Yogya Sukabumi.
Ha-2 = Service Quality berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
PurchaseDecision pada Toserba Yogya Sukabumi.
H0-3 = Retailing mix dan Service Quality tidak
berpegaruh positif dan signifikan terhadap Purchase decision pada Toserba Yogya Sukabumi.
Ha-3 = Retailing mix dan Service Quality
berpegaruh positif dan signifikan terhadap Purchase Decision pada Toserba Yogya Sukabumi.
METODE PENELITIAN
Metode ini bertujuan untuk mempermudah kegiatan penelitian yang harus dipelajari berdasarkan data yang bersifat rasional, empiris dan memiliki keriteria tertentu. Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan asosiatif.
Populasi dan Sampel Penelitian
Sugiono (2013) mendefinisikan bahwa populasi adalah suatu objek atau subjek yang memiliki karakteristik dan kuantitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Sedangkan sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, jika populasi besar dan tidak memungkinkan untuk mempelajari semua populasi yang ada. Purchase Decision (Y) Retailing Mix (X1) Service Quality (X2) H1 H3 H2
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sampling Insidental.
Sampling Insidental adalah sampel yang
berdasarkan kebetulan atau setiap konsumen yang berkunjung membeli produk Toserba Yogya dengan menyebar kuesioner sebanyak 100 responden.
Operasional Variabel
X1 adalah retailing mix yang terdiri dari 6 dimensi yaitu keragaman produk (product
assortment), harga (price), lokasi (place),
promosi (promotion), layanan toko (store
service), dan atmosfer toko (store atmosphere). Retailing mix adalah kombinasi
varibel yang digunakan untuk mempengaruhi keputusan konsumen dan memuaskan kebutuhan konsumen. Indikator retailing
mix, antara lain :
a. Product Assortment : Keragaman produk. merek, timing dan alokasi.
b. Price : Permintaan, biaya dan persaingan. c. Place : Lokasi yang strategis, keamanan
terjamin, dan sarana parkir memadai. d. Promotion : Iklan (melalui media cetak
dan elektronik) dan sales promotion. e. Store Service : Customer service,fasilitas
gerai dan jam operasional toko.
f. Store Atmosphere : Atribut fisik baik secara interior maupun eksterior toko dan suasana dalam toko.
X2 adalah service quality yang memiliki 5 dimensi yaitu daya tanggap
(responssivness), jaminan (assurance),
empati (empathy), keandalan (reliability), dan bukti fisik (tangible). Service quality adalah alat ukur atribut layanan, seberapa besar tingkat keunggulan layanan yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen. Indikator service quality, antara lain : a. Daya Tanggap (Responssivness) :
Memberikan informasi yang jelas kepada konsumen, memberikan layanan dengan cepat dan kertersediaan dalam
memberikan waktu untuk menanggapi permintaan dengan cepat.
b. Jaminan (Assurance) : Menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam menjelaskan kepada konsumen, keamanan fasilitas fisik perusahaan dan staf karyawan memiliki etika keramahan dan kesopanan.
c. Empati (Empathy) : Mengutamakan kepentingan konsumen, memahami masalah para konsumen dan bertindak demi kepentingan konsumen serta memiliki jam operasi yang nyaman. d. Keandalan (Reliability) : Menyediakan
produk sesuai janji, menyampaikan kegunaan produk secara benar, dapat diandalkan dalam menangani masalah pelanggan, menawarkan produk sesuai dengan waktu yang dijanjikan dan menyimpan catatan atau dokumentasi tanpa kesalahan.
e. Bukti fisik (Tangible) : Daya tarik fasilitas fisik, kenyamanan dan kebersihan gedung, perlengkapan material digunakan perusahaan dan penampilan karyawan.
Y adalah purchase decision yang memiliki 5 dimensi yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Purchase decision yaitu proses keputusan konsumen dalam pencarian, memilih, membeli, menggunakan beragam produk dan merek pada priode tertentu atas alternatif yang ada. Indikator
purchase decision, antara lain :
a. Pengenalan Masalah : Pengenalan kebutuhan
b. Pencarian Informasi : Sumber pribadi, sumber komersial, sumber umum dan sumber pengalaman.
c. Evaluasi Alternatif : Sikap dan keyakinan terhadap produk
d. Keputusan Pembelian : Memilih produk, memilih merek, dan tempat pembelian kuantitas.
e. Perilaku Pasca Pembelian : Merasa puas, memiliki peluang membeli kembali, merekomedasikan produk (mengatakan sesuatu yang bai tentang produk) kepada orang lain.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data bertujuan untuk mempermudah mendapatkan data dan dapat menemukan atau memecahkan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner (angket). Dengan demikian, kuesioner tersebut disebarkan kepada responden Toserba Yogya dengan pernyataan secara tertulis.
Analisis Data Pengujian Validitas
Uji validitas digunakan sebagai alat ukur untuk menunjukkan tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen, dikatakan valid apabila dapat mengukur dan mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk menentukan pernyataan valid atau tidak, maka dapat menggunakan dua sisi dengan taraf signifikan 0,05.
1) Jika r hitung ≥ r tabel, maka item pertanyaan berkolerasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). 2) Jika r hitung ≤ r tabel, maka item – item
pertanyaan tidak berkolerasi signifikan terhadap skor total(dinyatakan tidak valid).
Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur indikator – indikator dari variabel atau konstruk dalam suatu kuesioner dan variabel yang dikatakan reliabel atau lebih baik sempurna jika nilai Crobach Alpha (α) mencapai > 0,7, namun sebaliknya jika nilai
Crobach Alpha (α) < dari 0,6 maka nilainya
kurang baik.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk menentukan kepastian dari hasil persamaan regresi yang memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Untuk menguji uji asumsi klasik yang terdiri dari Uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilihat dari analisis statistik (nilai Z skewness atau 1-Sample
Kolmogrov-Smirnov test) dengan taraf
signifikan nilai > α 0,05 dan analisis grafik ditribusi normal serta normal probability plot . Jika kurva menjukkan membentuk lonceng dan P-plot menyebar di area garis, maka dapat dikatakan terdistribusi normal.
2. Uji Multikolonieritase
Uji multikolineraritas untuk mengukur ada atau tidaknya kolerasi tinggi antara variabel bebas (independen) dalam model regresi. Uji multikolinearitas dapat dilihat dari VIF (Variance Inflantion Factor) dan nilai tolerance. Selain itu, untuk mengetahui tinggi atau rendahnya multikolinearitas yaitu dengan nilai VIF ≤ 10 dan nilai tolerance ≥ 0,10. Jika terdapat kolerasi tinggi antar variabel yang pada umumnya diatas 0,9, maka hasilnya menujukkan terdapat kolerasi multikolinearitas dan begitu juga sebaliknya.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas atau mengukur ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Uji
Heteroskedastisitas dapat dilihat dari scatterplot. jika titik – titik menyebar dengan berbentuk pola di atas dan bawah nol pada sumbu Y, maka terjadi heteroskedastisitas dan begitupun sebaliknya.
Teknik Analisis Data
Teknik pengambilan data menggunakan analisis deskriptif dengan skala ordinal. Narimawati, Umi (2010) berpendapat bahwa untuk pengumpulan data dapat dilkukan dengan cara memberikan angket/kuesioner atau penyataan secara tertulis kepada responden untuk diberi jawaban. Isi kuesioner ini terdapat 5 kriteria, yaitu : 1 = sangat tidak setuju (STS), 2 = tidak setuju (TS), 3 = netral (N), 4 = setuju (N) dan 5 = sangat setuju (SS).
Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kolerasi anatara variabel independen dan variabel dependen. Uji hipotesis terdiri dari analisis regresi linear berganda, koefisien determinasi (R2), uji t
dan uji F.
1. Analisis Regresi Linear Berganda. Analisis ini bertujuan untuk mengukur ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan hubungan antar variabel independen dan dependen. 2. Analisis Koefisien Determinasi (R2).
Analsis yang dapat mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Gujarati dalam Ghozali (2013) berpendapat bahwa jika uji empris menghasilkan Adjusted R2 negatif, maka
nilai Adjusted R2 dianggap nol.
3. Uji T (Parsial)
Uji T digunakan untuk menguji seberapa jauh masing – masing variabel independen secara individu atau parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen dengan taraf signifikan 0,05.
4. Uji F (Simultan)
Analisis uji F (simultan) dapat digunakan untuk menguji apakah variabel independen memiliki pengaruh secara simultan terhadap dependen dengan taraf signifikan 0,05.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Uji ValiditasHasil uji validitas dapat ditentukan berdasarkan perbandingan r hitung dan r tabel serta taraf siginifikan 0,05 dengan dua sisi. Diketahui n = 100 dan r tabel = 0,914. Maka, hasil uji validtas menunjukan bahwa r hitung ≥ r tabel dan dapat dinyatakan item tersebut valid.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan bahwa 3 variabel yaitu retailing mix, service quality, dan purchase decision telah menggunakan teknik Cronbach Alpha dengan nilai >0,7. Hasil nilai Cronbach Alpha dari variabel
Retailing Mix (RM) sebesar 0,874, variabel Service Quality (SERQUAL) sebesar 0,906,
dan variabel Purchase Decision (PCD) nilai
Cronbach Alpha sebesar 0,904. Maka, dari
semua nilai Cronbach Alpha > 0,7 dapat dinyatakan reliabel.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heterokedastisitas.
Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan perhitungan spss dengan hasiilnya, sebagai berikut : Pertama, nilai signifikansi (Asymp.Sig.(2-tailed) dalam 1- Sample Kolmogorov-Semirov sebesar 0,731
> 0,05. Artinya nilai residual tersebut normal. Kedua, grafik normalitas (histogram) menunjukkan bahwa garis kurva membentuk lonceng dan grafk P – plot di atas menunjukkan bahwa data telah menyebar di area garis diagonal dan mengikuti garis histogram. Maka, hal ini dapat dinyatakan terdistribusi normal.
Gambar 1.5
Grafik Histogram Normalitas
Gambar 1.6
Normal Probability Plot Normalitas
Uji Multikolonieritas
Hasil uji multikolonieritas menujukkan bahwa nilai Coefficients antar variabel X1
(Retailing Mix) dan X2 (Service quality)
memiliki masing – masing nilai VIF sebesar 1,792 ≤ 10 dan nilai tolerance sebesar 0,558 ≥ 0,10. Maka, dapat dinyatakan variabel X1
(Retailing Mix) dan X2 (Service quality) tidak
terjadi multikolonieritas.
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk ada atau tidaknya heteroskedastisitas atau mengukur ketidaksamaan variance dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi.
Gambar 1.7
Scatterplot Heteroskedastisitas
Grafik scatter plot menujukkan bahwa titik – titik yang ada pada diagram menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu y dan tidak membentuk pola. Maka dapat dinyatakan variabel X1
(Retailing Mix) dan X2 (Service quality) tidak
terjadi heterokedastisitas.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis terdiri dari uji analisis regresi linear berganda, uji koefisien determinasi (R2), uji t dan uji f. Perhitungan
peneltian ini menggunakan program SPSS, berikut hasil pengujian hipotesis :
Uji Analisis Regresi Linear Berganda Hasil persamaan regresi berganda sebagi berikut : Y = 3.088 + 0.359 X1 + 0.539 X2,
maka hal ini memiliki arti atau makna yaitu : 1. Nilai konstanta sebesar 3.008. Jika variabel retailing mix dan service quality sama dengan nol (0), maka variabel
purchase decision sebesar 3,088.
2. Nilai koefisien X1 = 0,359. Jika variabel
retailing mix mengalami peningkatan
besar satu satuan dan variabel service
quality tidak mengalami perubahan atau
dianggap tetap, maka variabel purchase
decision sebesar 0,359.
3. Nilai koefisien X2 = 0,539. Jika service
satuan, maka purchase decision
meningkat sebesar 0,359 dan kedua variabel memiliki kolerasi yang positif. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil nilai Adjusted R Square (R2) sebesar 0,563. Maka hal ini, dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Retailing Mix) dan X2 (Service quality) berpengaruh secara bersama – sama terhadap variabel Y
(Purchase Decision) sebesar 0,563 = 56,3%.
Sedangkan sisanya 43,7% telah dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel lainnya.
Uji t
Hasil variabel X1 dalam t hitung yaitu
3,847 dan dapat dihitung dengan nilai signifikan 0,05/2 = 0,025 (2 sisi) serta degree
of freedom (df) = n–k- 1atau 100-2- 1= 97 dan
nilai t tabel 1,9847. Karena, nilai t hitung > t tabel (3,847 > 1,9847), maka Ha diterima pengujian ini menunjukkan bahwa retailing
mix memiliki pengaruh secara parsial dan
berpengaruh signifikan terhadap purchase
decision.
Hasil variabel X2 dalam t hitung yaitu
5,446 dan dapat dihitunng dengan nilai signifikan 0,05/2 = 0,025 (2 sisi) serta degree
of freedom (df) = n–k- 1atau 100-2- 1= 97 dan
nilai t tabel 1,9847. Karena, nilai t hitung > t tabel (5,466 > 1,9847), maka Ha diterima. Pengujian ini menunjukkan bahwa service
quality memiliki pengaruh secara parsial
terhadap purchase decision.
Uji F
Hasil nilai uji F yaitu 64,811 dengan nilai signifikan 0,05. Karena, nilai F hitung > F tabel (64,811> 3,94), maka Ha diterima. Pengujian ini menunjukkan bahwa retailing
mix dan service quality berpengaruh secara
simultan terhadap purchase decision.
Pembahasan Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh retailing
mix dan service quality terhadap purchase decision pada PT. Akur Pratama (Toserba
Yogya), dapat dibuat pembahasan sebagai berikut :
Pengaruh retailing mix terhadap purchase
decision
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa
retailing mix berpengaruh siginifikan terhadap purchase decision dengan hasil model analisis regresi linear berganda yaitu Y = 3.088 + 0.359 X1 + 0.539 X2. Hal ini
menyatakan bahwa nilai konstanta 3,088 dan nilai koefisien X1 = 0, 539 , jika retailing mix ditingkatkan atau mengalami perubahan besar satu satuan, maka retailing mix berpengaruh siginifikan terhadap purchase
decision.
Nilai t hitung > t tabel (3,847 > 1,9847, hasilnya menunjukkan bahwa retailing mix secara parsial berpengaruh signifikan terhadap purchase decision. Dengan demikian, semakin tinggi peningkatan
retailing mix yang diberikan oleh perusahaan
maka semakin tinggi pula tingkat purchase
decision pada PT. Akur Pratama (Toserba
Yogya) Sukabumi.
Hal ini selaras dengan hasil penelitian terdahulu oleh Ni Luh Made Manasaputri Sri Autami dan I Gusti Agung Ketut Gede Suasana (2015) dengan judul Pengaruh
Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Pada Gerai Chatime menyimpulkan bahwa bahwa secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian dan variabel lokasi memiliki pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian. Selain itu, Hafiz Ihsan-ur-Rehman, Muhammad Ashar, Bakhtawar Javed, Mayda Khalid & Rabia Nawaz (2014) dengan judul Impact Of Retail Store
Characteristics On Consumer Purchase Intention, Pakistan. menyimpulkan bahwa
store atmosphere, location berpengaruh
terhadap purchase intention.
Pengaruh service quality terhadap
purchase decision
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa
service quality berpengaruh siginifikan
terhadap purchase decision dengan hasil model analisis regresi linear berganda yaitu Y = 3.088 + 0.359 X1 + 0.539 X2. Hal ini
menyatakan bahwa nilai konstanta 3,088 dan nilai koefisien X = 0.539, jika service quality ditingkatkan atau mengalami perubahan besar satu satuan, maka service quality berpengaruh siginifikan terhadap purchase
decision.
Nilai nilai t hitung > t tabel (5,466 > 1,9847), hasilnya menunjukkan bahwa
service quality memiliki pengaruh secara
parsial terhadap purchase decision. Artinya, semakin tinggi tingkat service quality yang diberikan, maka semakin tinggipula purchase
decision pada PT. Akur Pratama (Toserba
Yogya) Sukabumi.
Hal ini selaras dengan penelitian terdahulu oleh Andriansyah, Fauzi (2016) yang berjudul Pengaruh Store Atmosphere dan Service Quality terhadap keputusan pembelian Konsumen (Studi Kasus pada De’Tuik Garden Resto dan Cafe Bandung) menyimpulkan bahwa secara parsial masing - masing variabel memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Selain itu, Ghatak Roy Ranjit (2014) dengan judul Effect Of Service Quality On
Behavioral Purchase Intentions : Study On University Student In India menyimpulkan
bahwa kedua variabel memiliki kolerasi
Behavior Purchase Intention pemuda India
dalam pengaturan ritel pakaian jadi. Peneliti lainnya dilakukan oleh Junio A, Nabila H.Z, Sheilla S.A, dan Suresh Kumar (2013) dengan judul The Analysis of Product, Price,
Place, Promotion and Service Quality onCustomers’ Buying Decision of Convenience Store: A Survey of Young Adult in Bekasi, West Java, Indonesia menyimpulkan bahwa variabel product,
price, place, promotion and service quality
memiliki pengaruh terhadap customers
buying decision dari konsumen yang datang
ke of Convenience Store.
Pengaruh retailing mix dan service quality terhadap purchase decision
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa
retailing mix dan service quality secara
simultan berpengaruh siginifikan terhadap
purchase decision. Hasil uji f memperoleh
nilai F hitung > F tabel (64,811> 3,94), maka Ha diterima. Artinya, retailing mix dan
service quality secara simultan berpengaruh
siginifikan terhadap purchase decision pada PT. Akur Pratama (Toserba Yogya). Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan
bahwa nilai Adjusted R Square (R2) sebesar
0,563. Hal ini menjelaskan bahwa variabel X1
(Retailing Mix) dan X2 (Service quality)
berpengaruh secara simultan terhadap variabel Y (Purchase Decision) sebesar 0,563 = 56,3%. Sedangkan sisanya 43,7% telah dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel lainnya.
Hasil ini selaras dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rumagit (2013) dengan judul Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix) Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Di Jumbo Swalayan Manado menyimpulkan bahwa variabel retailing mix secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Selain itu, penelitian ini selaras dengan Mongdong, G.V dan Tumewu, J.F (2015) dengan judul Analyzing The Effect Of
Marketing Mix, Service Quality and Brand Equity On Consumer Buying Decision In Indomaret Manado menyimpulkan bahwa
secara simultan bauran pemasaran, kualitas pelayanan dan ekuitas merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dan secara parsial ekuitas merek tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan mengenai pengaruh retailing mix dan service quality terhadap purchase decision pada PT Akur Pratama (Toserba Yogya), sebagai berikut :
1. Retailing Mix (X1) memiliki pengaruh
secara parsial dan signifikan terhadap
Purchase Decision (Y). Hasilnya telah
menunjukan bahwa nilai t hitung > t tabel (3,847 > 1,9847). Maka Ha diterima atau terdapat pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.
2. Service Quality (X2) memiliki pengaruh
secara parsial dan signifikan terhadap
Purchase Decision (Y). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai t hitung > t tabel (5,466 > 1,9847). Maka Ha diterima atau terdapat pengaruh yang siginifikan terhadap variabel Y.
3. Retailing Mix (X1) dan Service Quality
(X2) berpengaruh yang signifikan
terhadap Purchase Decision (Y). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai F hitung > F tabel (64,811 > 3,94). Maka, Ha diterima atau adanya hubungan antara Retailing
Mix (X1) dan Service Quality (X2).
SARAN
Saran mengenai pengaruh retailing mix dan service quality terhadap purchase decision pada PT Akur Pratama (Toserba Yogya), sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor harga, promosi dan layanan toko mempengaruhi purchase desicion
konsumen. Maka hal ini, perlu adanya strategi penetapan harga, promosi dengan tepat. Pertama, penentuan harga dapat
menggunakan harga diskon dan hadiah ataupun poin secara berjangka. Kedua, penentuan promosi dapat menggunakan media massa dan brand ambassador seperti televisi, artis yang terkenal, sehingga konsumen lebih tertarik berbelanja. Ketiga, penentuan layanan toko dengan penempatan harga dapat membuat rincian harga jelas dan sesuai. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dimensi daya tanggap mempengaruhi
purchase desicion konsumen. maka hal
ini, perlu adanya peningkatan pelatihan karyawan dalam memberikan informasi yang jelas terutama konsumen yang berusia >32 tahun. Karena, semakin tinggi
service quality yang diberikan, maka akan
semakin tinggi pula daya beli konsumen atau purchase desicion dan konsumen akan merasa nyaman saat berbelanja. Selain itu, upaya dalam meningkatkan daya penjualan, perusahaan dapat menggunakan sistem online atau e-commerce. Jadi, para konsumen dapat berbelanja via online dan order sesuai lokasi atau paket antar.
3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah atau meneliti variabel lain dan mengkaji lebih dalam terutama yang berkaitan dengan manajemen
retailing mix dan service quality terhadap purchase decision. Karena, 43,7% dipengaruhi oleh faktor lain. Maka, diperlukanlah penelitian secara mendalam. Agar penelitian ini dapat menghasilkan peningkatan lebih baik.
Daftar Pustaka
Anoraga, Panji. (2009). Manajemen Bisnis Cetakan ke- 4. Jakarta : Rineka Cipta. A.T Karney. (2017). Indonesia Masuk daftar
10 pasar ritel terkatif. Diakses dari
http://databoks.katadata.co.id pada tanggal 27 Mei 2018.
Bursa Efek Indonesia (BEI),PT. (2018). 2013
– 2017 Pertumbuhan Penjualan Emten
Ritel Turun.Diakses dari
https://databoks.katadata.co.id pada tanggal 08 Juli 2018.
Emarketer. (2016). Retail Ecommerce sales
in Southeast Asia : Opportunities and Challenges for six key markets.
Diakses dari
http://www.emarketer.com pada tanggal 27 Mei 2018.
Fitriya, Usman. (2017). Mengapa Banyak
Departemen Store Di Indonesia Di
Tutup. Diakses dari
https://www.cermati.com/artikel/men gapa-banyak-department-store-di-indonesia-tutup pada 28 November, 2017.
Ghatak, Roy R. (2014). Effect of Service
Quality on Behavioral Purchase Intentions: Study on University Students in India. The International
Journal of business & management : Amity University, Vol. 2, Issue 7 (ISSN 2321 – 8916).
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21 Upgrate PLS Regresi.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Hal,105 Hafiz Ihsan-ur-Rehman, Muhammad Ashar,
Bakhtawar Javed, Mayda Khalid & Rabia Nawaz, (2014). Impact Of Retail
Store Characteristics On Consumer Purchase Intention, Pakistan. International Journal of Sales, Retailing and Marketing, Vol. 3, No.1, ISSN 2045-810X
Haryono, Tri A. (2015). Effect Of The Quality
Of Services and Location Of Consumer Decision To Use The Service Fotocopy
SIMONGAN. Journal of Management
: Universitas Pandanaran Semarang, Vol.1, No.1, ISSN : 2502-7689 Indrawan, Rizky. (2017). Pengaruh Kualitas
Layanan dan Citra Merek Terhadap Niat Beli Kembali Jasa Sewa Kendaraan Perusahaan dii PT. Adi Sarana Armada Tbk. (Assa Rent) Cabang Bandung. Jakarta : Tesis,
Universitas Widyatama.
Julianto, A.P. (2017). Perusahaan Ritel
Banyak Yang Tutup, Apa Yang Sebenarnya Terjadi. Diakses dari
http://ekonomi.kompas.com pada tanggal 27 Desember 2017.
Kinnear dan Tylor dalam Soebagyo dan Hartono. (2014). Analisa Pengaruh
Store Image Terhadap Purchase Intention di Toserba “Ramai” Ngawi.
Jurnal Manajemen Pemasaran : Universitas Kristen Petra, Vol.1, No.2. Kotler dan Amstrong. (2012). Principles Of
Marketing 14th ed. New Jersey :
Prentice Hall. Hal, 5
Kotler dan Keller. (2012). Marketing
management— 14th ed. New Jersey :
Prentice Hall.
Kotler,(2012) dalam Mundir. (2015).
Analisis Pengaruh Harga, Lokasi, dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus pada Toko Mitra Nelayan Tanara Serang Banten). Jakarta : Skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hiadyatullah.
Kurniawan, D. (2017). Pengaruh Perceived
Risk, Store Image dan Store Theatrics Terhadap Purchase Intention L’OCCITANE Tunjangan Plaza Surabaya. Surabaya : Skripsi, Universitas Widya Mandala.
Mardhotillah, Choirini I. (2013). Pengaruh
Kualitas Layanan Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Baseball Food Court Universitas
Negeri Surabaya. Jurnal Mahasiswa :
Unversitas Negeri Surabaya
Masifnya. (2017). Sejakala Toko Ritel Dunia,
Siapa Saja Yang Berguguran. Diakses
dari https://ekbis.sindonews.com pada tanggal 25 Desember 2017
Michael,Reily. (2017). GAP Tutup Semua
Gerai di Indonesia Pada Awal Tahun Depan. Diakses dari http ://KataData.com pada tanggal 23 Januari 2018
Mundir. (2015). Analisis Pengaruh Harga,
Lokasi dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian ( Studi Kasus Pada Toko Mitra Nelayan Serang Banten). Jakarta : Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Narimawati, Umi dalam Eva
Meilianai.(2010). Analisis Deskriptof. Diaskes dari http://elib.unikom.ac.id pada tanggal 07 Agustus 2018.
Nielsen dalam PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (2018). Penjulan ritel di pasar
Tradisional dan pasar modern
melambat. Diaskes dari
https://databoks.katadata.co.id pada tanggal 08 Juli 2018
Profil PT Akur Pratama (YOGYA). Diakses
dari http://www.toserbayogya.com pada 07 Desember 2017.
Philip Kotler dalam Apriasto, A.F. (2011) .
Analisis Pegaruh Retailing mix dan Service Quality Terhdap Kepuasan Konsumen di Minimarket Kita Tegal.
Semarang : Universitas Negeri Semarang
Rumagit, R.R. (2013). Pengaruh Bauran
Penjualan Eceran (Retailing Mix) Pengaruhnya Terhadap Keputuasan Pembelian di Jumbo Swalayan
Manado. Diakses dari
https://ejournal.unsrat.ac.id pada tanggal 16 Oktober 2017.
Stanton dalam Murshid. (2010). Definisi
Pemasaran. Diakses dari
http://repository.uin-suska.ac.id pada tanggal 23 Januari 2018.
Sugiono. 2013. Metode Penelitian Manajemen Cetakan ke- 1 . Bandung :
Alfabeta.
Sumarwan, U. (2015). Perilaku Konsumen. Bandung : Ghalia indonesia.
Tjiptono, Fandy. (2015). Strategi Pemasaran Edisi 4. Yogyakarta : CV Andi Offset (ANDI).
Utami, W.C. (2017). Manajemen Ritel :
Strategi Dan Implementasi Operasional Bisnis Ritel Modern Di Indonesia. Jakarta : Selemba Empat