• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jambu Biji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jambu Biji"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Jambu Biji

Jambu biji (Psidium guajava) bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanovich Vavilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika Selatan, dan Uni Soviet antara tahun 1887-1942. Seiring dengan berjalanya waktu, jambu biji menyebar di beberapa negara seperti Thailand, Taiwan, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Australia.

Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa Yunani, yaitu “psidium” yang berarti delima, sementara “guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol. Adapun taksonomi tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone (biji berkeping dua) Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava Linn

Menurut Susilawati (2001), tanaman jambu biji dapat berproduksi sepanjang tahun dan dapat tumbuh dengan berbagai kondisi lingkungan, walaupun pada lahan kering sekalipun namun hasil yang diperoleh tentu berbeda. Menurut Parimin (2007), komoditi jambu biji yang diusahakan pada lahan subur mampu menghasilkan buah jambu biji dengan kualitas terbaik karena ketersediaan air yang cukup dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian musim.

Jambu biji yang diusahakan dilahan kering menggunakan pengairan tadah hujan, pada musim hujan buah jambu biji dapat menghasilkan jumlah yang banyak dengan kualitas terbaik. Sebaliknya, pada musim kemarau kuantitas jambu biji menurun.

(2)

Umumnya umur tanaman jambu biji hingga sekitar 10-15 tahun. Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun, buah jambu biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah kuning muda mengilap setelah matang.

2.2. Komposisi Kimia Jambu Biji

Menurut Parimin, (2007), jambu biji mengandung berbagai zat gizi yang dapat digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Kandungan lengkap kadar gizi yang terdapat dalam 100 gram jambu biji masak segar adalah protein sebanyak 0,9 gram; lemak 0,3 gram; karbohidrat 12,2 gram; kalsium 14 miligram; fosfor 28 miligram; besi 1,1 miligram; vitamin A 25 SI; Vitamin B1 0,02 miligram; vitamin C 87 miligram; dan air 86 gram dengan total kalori sebanyak 49 kalori. Biji jambu biji kering mengandung 14 persen minyak atsiri, 15 persen protein, dan 13 persen tepung.

Jambu biji mengandung vitamin C yang cukup tinggi. Kandungan vitamin C jambu biji dua kali lebih banyak dari jeruk manis hanya 49 miligram per 100 gram. Vitamin C sangat baik sebagai zat antioksidan.

2.3. Manfaat Jambu Biji

Menurut Parimin, (2007) jambu biji mengandung tanin yang menimbulkan rasa sepat pada buah, tetapi bermanfaat memperlancar sistem pencernaan dan sirkulasi darah serta menyerang virus. Jambu biji juga mengandung kalium yang berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi ke sel tubuh, serta menurunkan kadar kolesterol total dan tekanan darah tinggi (hipertensi).

Namun tidak semua jenis jambu biji banyak mengandung likopen hanya beberapa saja seperti jambu biji merah getas dan jambu pasar minggu, jumlah asam askorbat yang terkandung di dalam jambu biji bervariasi tergantung varietas, iklim dan tempat tumbuh. Jambu biji juga merupakan sumber pectin, kandungan pectin meningkat selama pemasakan buah dan menurun dengan cepat dalam buah yang terlalu matang. Kandungan kimia seperti eugenol, galic acid, limonene,

(3)

myricetin, resin, phyrocatechal dan tanin mampu mencegah dan mengobati penyakit diare dan diabetes melitus.

2.4. Ragam Jenis Jambu Biji

Ada beberapa jenis atau varietas jambu biji yang banyak dikenal masyarakat antara lain sebagai berikut.

1. Jambu Biji Bangkok Epal

Jambu bangkok epal atau epal biji banyak dikenal di Malaysia. Bobot buah hanya 400 gram per buah. Permukaan kulit buahnya halus, rata, dan licin serta warna buah saat matang hijau kekuning-kuningan.

2. Jambu Biji Pasar Minggu

Jambu biji pasar minggu adalah jenis unggul karena hasil seleksi kultivar jambu biji kebun rakyat pada tahun 1920—1930. Bobot buah jambu ini sekitar 150—200 gram/buah. Daging buahnya merah, berasa manis, bertekstur lembut, dan beraroma harum.

3. Jambu Biji Merah Getas

Ukuran buahnya cukup besar dengan ukuran 400 gram per buah. Jambu ini banyak diminati karena selain rasanya lebih enak, ternyata dapat meningkatkan trombosit darah pada penderita demam berdarah. Jika diamati dari produktivitasnya, jambu biji merah getas cukup tinggi karena mampu berbuah sepanjang tahun dan berbuah lebat.

2.5. Teknik Budidaya Jambu Biji Secara Umum

Tahapan budidaya jambu biji secara umum terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pembibitan, pengolahan lahan, penanaman bibit, pemeliharaan, pemupukkan, pengendalian hama dan penyakit dan panen.

1. Pembibitan

Proses pembibitan merupakan langkah awal untuk menentukan tingkat keberhasilan budidaya. Ciri-ciri bibit unggul antara lain cepat berbuah atau berumur genjah, produktivitas tinggi, kuantitas dan kualitas buah baik, tahan terhadap hama dan penyakit, rasa buah manis, enak, beraroma harum, buah tahan

(4)

disimpan dalam jangka waktu lama, penampilan buah menarik, serta memiliki nilai jual cukup tinggi.

Perbanyakan tanaman dengan cara mencangkok memiliki beberapa kelebihan yaitu bibit yang diperoleh memiliki sifat yang sama dengan induknya, tanaman cepat berbuah dan cepat besar, teknik pelaksanaannya mudah dan sederhana dan tingkat keberhasilan lebih besar. Sedangkan kekurangan dari perbanyakan cangkok adalah bibit yang diperoleh terbatas dan pohon induk menjadi rusak karena banyak cabang yang dicangkok. Dalam satu cabang dapat dicangkok sebanyak 2-4 tempat (sistem cangkok majemuk), lakukan penyiraman secara rutin bila kering atau tidak ada hujan, setelah 4-8 minggu cangkokan sudah berakar dan dapat dipotong.

2. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pembuatan jarak dan lubang tanam. Umumnya, jarak tanam pada lahan yang subur lebih lebar

dibandingkan dengan tanah kurang subur, jarak tanam jambu biji adalah 4 m x 4 m atau dalam satu hektar ditanami 625 tanaman. Tujuan pengaturan jarak

tanam di antaranya jumlah tanaman dapat disesuaikan dengan keinginan, produksi per satuan luas tertentu lebih optimal, memudahkan perawatan dan pemeliharaan tanaman, dan kebutuhan pupuk lebih mudah.

3. Penanaman Bibit

Waktu penanaman sebaiknya dilakukan saat musim hujan dan kebutuhan tehadap bibit dalam satu hektarnya perlu diperhitungkan, dengan luas kebun satu hektar akan ditanami jambu biji dengan jarak tanam 4 m x 4 m sehingga kebutuhan bibit yang diperlukan adalah 625 tanaman. Kebutuhan bibit cadangan yang biasa digunakan sebesar 10% dari kebutuhan normal.

4. Pemeliharaan Tanaman

Tanaman yang telah ditanam perlu pemeliharaan secara baik dan intensif. Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam pemeliharaan tanaman jambu biji diuraikan sebagai berikut.

a. Penyiraman

Jambu biji memerlukan air yang cukup selama fase pertumbuhan, baik pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Penyiraman tanaman dilakukan dengan

(5)

beberapa cara, yaitu dengan menggenangi kebun, menggunakan selang, ember atau embrat, serta sistem tetes.

b. Penyulaman

Penyulaman tanaman perlu dilakukan agar populasi tanaman per satuan luas lahan tetap sama sehingga jumlah produksi tidak berkurang. Bibit penyulam dapat diperoleh melalui pencangkokan batang yang besarnya disesuaikan dengan umur penanaman.

c. Penyiangan

Rumput atau gulma yang tumbuh di sekitar tanaman perlu disiangi agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Penyiangan sebaiknya dilakukan sedini mungkin agar tidak mengganggu tanaman jambu biji, dilakukan secara manual dengan cara dicabut atau dicangkul.

d. Pembungkusan

Tujuan dari pembungkusan buah adalah agar buah lebih mulus dan mengilap, tidak cacat, tidak terserang oleh hama dan penyakit, warna buah lebih menarik, nilai jual lebih baik dan diterima di berbagai konsumen, serta meningkatkan produksi buah.

5. Pemupukan Tanaman

Manfaat pupuk adalah menjaga kesuburan tanah, menyediakan unsur hara secara bertahap, menambah daya serap tanah terhadap air sehingga kelembapan tetap terjaga, menyediakan unsur hara (terutama N, P, dan S), serta membantu penguraian bahan organik sehingga hasil perombakan nutrisi dapat diserap oleh tanaman setiap saat. Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik dibuat dari bahan organik sisa tanaman atau kotoran hewan setelah melalui proses pelapukan atau dekomposisi seperti pupuk kandang dari kotoran sapi, kambing, kerbau, guano, kotoran walet, kompos dan pupuk anorganik terbuat dari bahan-bahan kimia.

Pupuk kandang dan pupuk kimia diberikan dua kali dalam satu tahun dengan masing-masing dosis setengahnya waktu pemberian pupuk dilakukan pada saat awal dan akhir musim hujan. Penyemprotan dilakukan secara merata di seluruh tajuk/daun dengan interval 7-14 hari sekali sesuai fase pertumbuhan dan disesuaikan keadaan tanaman.

(6)

6. Pengendalian Hama dan Penyakit jambu Biji

Hama pada tanaman jambu biji bisa menyerang daun, bunga, buah, dan bagian lainnya. Adapun jenis-jenis hama yang biasa menyerang tanaman jambu biji dijelaskan sebagai berikut.

Ulat daun

Ulat daun (Srapsicrates rhothia) sering menyerang dan memakan daun jambu biji dengan gejala ditandai dengan banyaknya daun yang rusak serta tidak utuh sehingga pertumbuhan tanaman terganggu dan produksi berkurang. Pengendalian serangan hama ulat dapat dilakukan dengan penyemprotan Decis atau Curacron dengan konsentrasi 1,5-2 cc/liter air dengan interval pengendalian satu minggu sekali.

Belalang

Belalang (Valanga niyricormis) sering memakan daun jambu biji sehingga menimbulkan daun rusak atau tidak utuh. Pengendalian belalang dengan menyemprotkan Decis 2,5 EC dengan konsentrasi 2 cc/liter.

Selain hama tanaman, penyakit tanaman jambu biji juga dapat merugikan petani jambu biji. Ada beberapa penyakit yang menyerang tanaman jambu biji, di antaranya sebagai berikut.

Bercak daun

Bercak daun sering menyerang daun-daun jambu biji, terutama daun tua. Penyakit ini disebabkan oleh Cercospora sp, Pestalotiopsis sp., dan Gloeosporium sp. Gejala serangan Cercospora psidii menyebabkan bercak putih berukuran besar dan tidak teratur. Pengendalian bercak daun menggunakan Dithane dengan takaran satu sendok makan yang dilarutkan dalam 10 liter air, lalu disemprotkan secara merata sebanyak seminggu sekali.

Antraknose

Antraknose merupakan penyakit berbahaya bagi tanaman jambu biji. Antraknose disebabkan oleh jamur Colletricum gloeoosporioides Penz. atau Glomerella cingulata Ston. Penyakit ini biasa menyerang buah, daun, dan tunas muda tanaman jambu biji dengan gejala serangan terlihat pada tunas muda yang berwarna cokelat kemudian mengering.

(7)

7. Panen Jambu Biji

Tanaman jambu biji asal cangkok, okulasi, dan sambung pucuk akan segera berbuah ketika berumur 6-12 bulan setelah penanaman di kebun. Pada tahun pertama biasanya tanaman baru belajar berbuah sehingga hanya menghasilkan 2-4 buah/tanaman/tahun.

Sementara pada tahun kedua mampu menghasilkan sekitar 10-25 buah/tanaman/tahun, pada tahun ketiga tanaman mampu berproduksi antara 30-45 kg/tanaman/tahun, sedangkan pada umur 4 tahun, produksi berkisar 60-75 kg/tanaman/tahun. Produksi buah akan terus bertambah hingga berumur 6-8 tahun dengan masa produksi hingga 15 tahun. Jambu biji mampu berbuah sepanjang tahun, musim panen raya buah jambu biji antara bulan Agustus-November dan Desember - Februari.

2.6. Kebutuhan Jambu Biji

Kebutuhan jambu biji diperoleh dari jumlah jambu biji yang dibutuhkan oleh pedagang pengumpul setempat dengan besar permintaan tetap setiap bulan sebesar 15,9 ton dan dalam satu tahun berjumlah 191 ton. Sementara produksi jambu biji setiap bulan beragam, pada musim hujan rata-rata menghasilkan 10,81 ton per bulan sedangkan pada musim kemarau rata-rata produksi hanya mencapai 2,27 ton per bulan dan penurunan produksi sebesar 75 persen.

2.7. Pemanfaatan Teknologi Irigasi Tetes

Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang dapat hidup. Tidak terkecuali tanaman seperti tanaman buah-buahan, salah satu tanaman buah yang membutuhkan banyak air adalah tanaman jambu biji.

Metode pengairan pada tanaman jambu biji terdiri dari dua cara tergantung sumber air berasal, sumber air yang berasal dari hujan jatuh langsung ke lahan atau ke saluran air di sekitar tanaman atau biasa disebut tadah hujan. Sedangkan sumber air berasal dari sungai atau air tanah yang mengalir ke lahan pertanian melalui saluran irigasi.

Adapun kelebihan pengairan tadah hujan pada tanaman jambu biji adalah biaya yang dikeluarkan tidak ada dan mudah dilakukan, sedangkan kelemahan

(8)

dari pengairan tadah hujan, yaitu saat musim panas tanaman mengalami kekeringan yang menyebabkan hasil produksi turun. Berbanding terbalik dengan tadah hujan kelebihan dari irigasi adalah pengairan tidak bergantung pada musim hujan karena dapat diperoleh dari sungai dan air tanah, jambu biji dapat berproduksi walaupun pada musim kemarau sehingga dapat memenuhi permintaan jambu biji, akan tetapi irigasi yang digunakan sering mengabaikan ketersediaan air tanah karena penggunaan yang berlebihan dapat menghilangkan cadangan air didalam tanah. Salah satu irigasi yang dinilai cukup efektif dan efisien adalah irigasi tetes.

Menurut Sudarmin (2007), irigasi tetes adalah suatu sistem pemasok air dan pupuk yang tersaring ke dalam tanah melalui sistem pemancar (emiter). Irigasi tetes menggunakan debit air kecil dan konstan serta tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena gaya kapiler dan gravitasi. Irigasi tetes dapat diaplikasikan terhadap tanaman berumur panjang seperti mangga, rambutan dan jambu biji. Secara umum irigasi tetes memiliki mekanisme pekerjaan seperti Gambar 1, dibawah ini.

Gambar 1. Skema Cara Kerja Irigasi Tetes

Cara kerja dari sistem irigasi tetes tergolong sederhana, air tanah ditarik oleh mesin pompa melalui pipa yang dipasang dalam tanah tempat sumber air berada. Kemudian air masuk ke dalam toren penampung air, selanjutnya air tersebut di aliri ke seluruh pipa disamping tanaman, dimana pipa tersebut telah dilubangi dan dilengkapi emiter.

Adapun alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan irigasi tetes antara lain adalah

(9)

a) Mesin Pompa Jet Pump berkapasitas 300 liter per menit b) Torn air berkapasitas 2000 liter

c) Tiang Toren u/ menyanggah torn d) Pipa PVC diameter 4 mm

e) Selang Polytube diameter 0.25 inchi f) Kran besi, sistem buka tutup

g) Emiter, tempat aliran air keluar

Irigasi tetes dibedakan berdasarkan metode pemberian air terhadap suatu tanaman antara lain adalah :

1. Drip Irrigation

Air diaplikasikan ke tanah pada satu titik dalam bentuk tetesan-tetesan melalui emiter point.

2. Subsurface irrigation

Air diaplikasikan dibawah permukaan tanah menggunakan emiter point maupun line source.

3. Bubbler Irrigation

Air diaplikasikan ke permukaan tanah dengan aliran kecil 4. Spray Irrigation

Air diaplikasikan melalui microsprinkler untuk membuat semprotan kecil di dekat permukaan tanah.

Untuk tanaman jambu biji, metode irigasi tetes yang paling baik adalah bubbler irrigation, karena menggunakan aliran air langsung ke permukaan tanah dekat dengan tanaman. Penggunaan teknologi baru atau adopsi teknologi baru pada pertanian akan berpengaruh pada biaya usahatani. Selain akan mempengaruhi biaya, penggunaan teknologi baru juga berpengaruh terhadap penerimaan petani.

Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi dari adanya pengaruh teknologi baru yaitu menaikkan fungsi produksi sehingga output yang dihasilkan lebih tinggi dengan menggunakan input yang sama atau menghasilkan jumlah output yang sama dengan pemanfaatan sumber daya yang lebih sedikit (Halcrow dalam Mochammad Fajar Tirtayasa, 2009). Kemungkinan yang terjadi pada penggunaan teknologi irigasi tetes diharapkan dapat menaikkan jumlah output dengan

(10)

mengorbankan lebih banyak biaya namun keuntungan yang didapat lebih besar daripada tanpa teknologi.

2.7.1. Keunggulan dan Kelemahan Irigasi Tetes

Irigasi tetes memiliki beberapa keunggulan dibandingkan tadah hujan, adapun keunggulan dari irigasi tetes antara lain adalah

1. Penghematan air 30-50 persen.

2. Mengurangi perkembangan serangga, penyakit dan jamur. 3. Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, siraman

4. Perencanaan kontruksi dan pemeliharaan irigasi tetes yang relatif murah Sementara kelemahan dari irigasi tetes adalah irigasi tetes. Dalam penerapannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, biaya yang dikeluarkan antara lain digunakan untuk membeli peralatan mulai dari mesin pompa air, pipa saluran, emiter hingga biaya listrik untuk pompa.

2.7.2. Karakteristik Desain Irigasi Tetes Jambu Biji

Karakteristik desain irigasi terdiri dari kebutuhan irigasi tanaman jambu biji, karakteristik irigasi tetes, ketersediaan air, jumlah pohon yang teririgasi setiap harinya, kebutuhan selang dan kebutuhan bubbler emiter (Tabel 4).

Tabel 4. Karakteristik Desain Irigasi Tetes Jambu Biji Per Hektar, 2009

No Unsur Nilai Satuan

1 Kebutuhan Irigasi Berdasarkan Analisa Neraca Air FAO 45 liter/hari

2 Karakteristik Irigasi Tetes

a. Debit Selang Irigasi Tetes 0,5 Liter / mnt

b. Jumlah selang Irigasi per Tanaman 4 buah

c. Lama Irigasi 1,5 jam

3 Ketersediaan Air

a. Potensi Debit Sumur 0,5-1,1 liter/dtk

b. Debit rata-rata pompa 5 liter/dtk

c. Lama Pengisian Air per tangki 2500 liter 8,33 menit

d. Volume Air Seluruh Tanaman 28.125 liter

e. Kedalaman Sumur 10 liter

4 Jumlah pohon teririgasi setiap hari 625 pohon

5 Kebutuhan selang

a. Selang diameter 0,25 inci 625 meter

b. Selang Irigasi diameter 4 mm 2.648 meter

6 Kebutuhan Emiter Bubbler u/ 625 phn 2.500 buah

(11)

Berdasarkan data diatas, kebutuhan irigasi untuk tanaman jambu biji adalah sebanyak 45 liter per hari dengan luas lahan satu hektar dan jumlah tanaman sebanyak 625 tanaman, berarti jumlah kebutuhan air untuk seluruh tanaman adalah 28.125 liter air per hari. Waktu yang dibutuhkan untuk mengaliri air ke seluruh tanaman tergantung pada kapasitas mesin pompa, kapasitas torn air dan emiter yang digunakan.

Mesin pompa yang digunakan adalah mesin pompa merk Honda berkapasitas 300 liter per menit atau 5 liter per detik, untuk torn air digunakan yang berkapasitas 2.000 liter air untuk 2.500 meter persegi lahan jadi untuk satu hektar lahan dibutuhkan empat buah torn air. Sedangkan emiter yang cocok digunakan untuk tanaman jambu biji adalah bubbler emiter karena air yang keluar bukan berupa tetesan tapi berupa aliran kecil dan masing-masing tanaman menggunakan empat buah emiter yang disesuaikan dengan kebutuhan dan efisiensi.

2.8. Tata Niaga Buah Jambu Biji

Menurut Parimin (2007), pemasaran buah jambu biji dari petani (produsen) sampai konsumen melewati rantai pemasaran dari yang sederhana sampai kompleks. Mata rantai tersebut melibatkan petani (produsen), pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan konsumen. Sebagai gambaran mata rantai jalur tata niaga buah jambu biji sebagai berikut (Gambar 4).

Gambar 2. Tata Niaga Jambu Biji Petani Jambu Biji

- Supermarket - Pasar Induk Pedagang pengumpul

Pedagang Besar/Pengecer Pedagang besar

Pasar dalam negeri Pasar luar negeri

Indutri olahan Sirop, Juice

(12)

Pada saluran pemasaran yang pertama, petani menjual jambu biji ke pedagang pengumpul, kemudian dari pedagang pengumpul dijual kembali ke pedagang besar dan pedagang pengecer. Untuk pasar dalam negeri pedagang besar menjual ke supermarket dan swalayan, sedangkan dari pedagang pengecer, jambu biji dijual ke pasar induk.

Harga ditingkat petani berkisar Rp1.500 hingga Rp5.500,- sedangkan harga jual ke supermarket mencapai Rp8.000 hingga Rp10.000,- per kilogram. Selain dalam bentuk buah segar, jambu biji juga bisa dipasarkan dalam bentuk sirop dan jus.

2.9. Analisis Karakteristik Usahatani Jambu Biji

Analisis karakteristik usahatani jambu biji, dilakukan untuk mengetahui gambaran usahatani secara umum yang dilakukan para petani jambu biji di lokasi penelitian. Dengan menarik kesimpulan dari survei pada petani responden mulai dari kepemelikan lahan, luas lahan yang diusahakan, jarak tanam yang digunakan dalam penanaman jambu biji, tingkat pendidikan, tingkat usia, jumlah tanggungan, alasan memilih jambu biji sebagai usahataninya dan kendala yang dihadapi selama melakukan usahatani jambu biji.

2.10. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai jambu biji cukup banyak dengan beragam salah satunya adalah penelitian mengenai kelayakan finansial dari usahatani jambu biji yang telah dilakukan sebelumnya oleh Susilawati pada tahun 2001. Hasil penelitian tersebut menyebutkan analisis kelayakan investasi financial usahatani petani pemilik pada lahan seluas 1 ha pada tingkat diskonto 17% diperoleh NPV (Net Present Value) sebesar Rp49.638.501, nilai Net B/C rasio Rp3,00 dan IRR sebesar 47.21%. Tingkat pengembalian investasi terjadi 4 tahun 1 bulan setelah tanam.

Sedangkan untuk usahatani penyakap diperoleh NPV sebesar Rp37.348.881, Net B/C rasio Rp2,77 dan IRR 45,71%. Tingkat pengembalian investasi terjadi 4 tahun 2 bulan setelah tanam, hal ini membuktikan usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik dan penyakap layak serta menguntungkan untuk dilaksanakan.

(13)

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usahatani jambu biji yang dilaksanakan oleh petani pemilik dan penyakap sangat sensitif terhadap penurunan harga output dan produksi, hal ini dapat dilihat dari nilai elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan bila terjadi kenaikan harga pupuk dan pestisida. Penurunan harga output atau produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penurunan NPV sebesar 4,1 persen untuk usahatani pemilik dan 3,9 persen untuk usahatani penyakap.

Tetapi karena fluktuasi penurunan harga output lebih tinggi dibandingkan penurunan produksi, usahatani jambu biji yang dilakukan petani lebih peka terhadap perubahan harga output, dimana penurunan harga output sebesar 25% menyebabkan penurunan NPV sebesar 101,9 persen untuk usahatani pemilik dan 97,5 persen untuk usahatani penyakap.

Hasil penelitian selanjutnya yang terkait analisis kelayakan finansial jambu biji dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji Petani Primatani di kota Depok pada tahun 2009 oleh Mochammad Fajar Tirtayasa. Penelitian tersebut menganalisis pendapatan usahatani yang dilakukan kelompok tani jambu biji Mekar Sejahtera, kelompok tani tersebut memproduksi jambu biji dengan cara irigasi tetes dengan jumlah tanaman 40 tanaman seluas 2000 meter persegi dan jarak tanam 7 x 7 meter.

Kelompok tani Mekar Sejahtera menerapkan irigasi tetes sebagai teknologi guna memanfaatkan air bagi tanaman jambu biji pada musim kemarau dan dampak yang ditimbulkan sangat menguntungkan bagi petani. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jumlah produksi jambu biji pada musim kemarau meningkat 446 persen dengan total peningkatan 82 persen dan analisis nilai R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh adalah 2,27 serta R/C rasio atas biaya total sebesar 1,88.

Penelitian teknologi irigasi tetes pada jambu biji dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian terdahulu yaitu di Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Depok. Langkah tersebut guna memberikan gambaran langsung bahwa penggunaan irigasi tetes dapat dilakukan pada tanaman jambu biji. Berdasarkan pada hasil pengamatan dan penelusuran data di lokasi tersebut, diperoleh rekapitulasi jumlah produksi dengan irigasi tetes pada bulan Agustus tahun 2009

(14)

yang dibandingkan dengan jumlah produksi tanpa irigasi tetes pada bulan Agustus tahun 2008 (Tabel 5).

Tabel 5. Perbandingan Jumlah Produksi Jambu Biji Tadah Hujan dan

Irigasi Tetes di Desa Pasir Jaya, Periode Bulan Agustus 2008 dan 2009 Irigasi Tetes Tadah Hujan

(%) Perubahan Periode Panen Jumlah Panen (Kg)

Periode Panen Jumlah Panen (Kg) 08/01/2009 15 08/01/2009 2 650 08/04/2009 15 08/04/2009 3 400 08/07/2009 20 08/07/2009 3 567 08/10/2009 20 08/10/2009 4 400 8/13/2009 30 8/13/2009 4 650 8/16/2009 35 8/16/2009 5 600 8/19/2009 40 8/19/2009 10 300 8/22/2009 55 8/22/2009 14 293 8/25/2009 65 8/25/2009 16 306 8/28/2009 75 8/28/2009 19 295

Sumber : Rekapitulasi Produksi Jambu Biji PokTan Mekar Sejahtera Depok, 2009

Berdasarkan tabel diatas, jumlah produksi rata-rata jambu biji setelah menggunakan irigasi tetes meningkat sebesar 446 persen dan secara total meningkat sebesar 75 persen. Peningkatan jumlah produksi yang disebabkan adanya irigasi tetes menjadi dasar pertimbangan dalam penelitian jambu biji di desa Ragajaya.

Gambar

Gambar 1. Skema Cara Kerja Irigasi Tetes
Tabel 4. Karakteristik Desain Irigasi Tetes Jambu Biji Per Hektar, 2009
Gambar 2. Tata Niaga Jambu Biji Petani Jambu Biji
Tabel 5. Perbandingan Jumlah Produksi Jambu Biji Tadah Hujan dan

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168,

/*PENGHAPUSAN SEBUAH ELEMEN*/ void DelFirst(List *L, address *P); /*P adalah alamat elemen pertama list sebelum penghapusan*/ /*elemen list berkurang satu, firstelemen baru

Bagi pihak Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Andam Dewi Sukarami Solok agar lebih memberikan penguatan terhadap perempuan binaan, agar mereka benar-benar bisa berubah

Hasil penelitian ini menunjukkan faktor yang mempengaruhi kemauan pekerja informal untuk membayar jaminan kesehatan naional yakni pengetahuan akan jaminan kesehatan nasional,

Pendampingan pastoral adalah suatu profesi pertolongan, seorang pendeta atau pastor terlibat dalam hubungan dengan orang lain untuk menemukan jalan keluar atas

Kebijakan kriminalisasi yang merupakan salah satu sarana penal, tentu berkaitan dengan perbuatan yang pada awalnya bukan pidana yang kemudian dapat berubah menjadi perbuatan

Telah berhasil dilakukan modifikasi permukaan elektrode karbon aktif monolit untuk sel superkapasitor dari kayu karet dengan metode aktivasi fisika dan kimia.. Penggunaan

Hal ini terbukti dari jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk berbagai sektor, tenaga kerja TIK menempati urutan pertama (Workforce- IBM, 2006 dalam Zainal Hasibuan,