• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK A. PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK A. PENDAHULUAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENCEGAH TERJADINYA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN DAGO KECAMATAN

COBLONG WILAYAH PUSKESMAS DAGO KOTAMADYA BANDUNG Chatarina Suryaningsih

ABSTRAK

Demam berdarah disebabkan oleh Virus Dengue. (WHO, 1999). Penyakit DBD ini merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Adapun daerah yang menjadi endemik di kota Bandung adalah Cibeunying, Cicadas, Arcamanik dan Cijerah, Dago. Menurut data dari Puskesmas Dago, kelurahan Dago ini mempunyai jumlah kasus DBD tertinggi di daerah Dago yaitu tahun 2004 mencapai 32 orang dan Tahun 2005 terhitung dari bulan januari sampai bulan Agustus sebanyak 22 orang.

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue, di Kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas Dago Bandung.

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 98 responden yaitu masyarakat di Kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas Dago Bandung. Teknik sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah random sampling

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Diperoleh hasil sebagai berikut: perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit DBD adalah 20,41% baik, 78,57% cukup dan 1,02% kurang. Perilaku dalam menjaga kesehatan lingkungan 54,08% cukup, 45,92% baik. Perilaku dalam kebiasaan hidup sehat sehari-hari 51,02% kurang, 44,90% cukup, dan 4,08 % baik.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perilaku masyarakat dapat di dukung dari banyak tidaknya informasi penyuluhan petugas kesehatan puskesmas pada masyarakat, mengenai pencegahan penyakit DBD, dari adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan dan perilaku kebiasaan hidup sehat, dari dukungan faktor ekonomi. Oleh karena itu diperlukan suatu penyampaian pendidikan kesehatan yang dapat meningkatkan kesadaran dari masyarakat.

A. PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue disebabkan oleh Virus Dengue. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). (WHO, 1999). Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan: demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38°C-40°C); manifestasi pendarahan, dengan bentuk: uji tourniquet positif puspura pendarahan, epitaksis, hepatomegali (pembesaran hati); syok, tekanan nadi menurun, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah; trombositopeni, pada hari ke 3-7 ditemukan

(2)

penurunan trombosit sampai 100.000/mm³; hemokonsentrasi, meningkatnya nilai hematokrit. Masa inkubasi virus ini terjadi selama 4-6 hari.

Menurut badan Litbang Depkes, pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu Lingkungan. Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk. Sebagai contoh: menguras bak mandi atau penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu; mengganti air pada vas bunga; menutup dengan rapat tempat penampungan air; mengubur kaleng-kaleng bekas. Biologis, pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu atau ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14). Kimiawi, cara pengendalian ini antara lain dengan: pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu; memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam. Dari kesimpulan pencegahan DBD ini ditemukan suatu Cara yang efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, menyemprot dengan insektisida, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dan lain-lain sesuai dengan kondisi setempat.

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung (tahun 2004-2005) Jumlah kasus DBD di Jawa Barat mencapai 1.590 kasus, dan terhitung tanggal 1 Januari hingga 15 Februari 2005 jumlah korban meninggal mencapai 50 orang. Sedangkan penderita demam berdarah dengue (DBD) tahun 2005 di kota Bandung sudah mencapai 182 orang, dan ini termasuk KLB (kejadian luar biasa), mereka tersebar di sejumlah kecamatan. Adapun daerah yang menjadi daerah endemik di kota Bandung adalah Cibeunying, Cicadas, Arcamanik dan Cijerah, Dago. Menurut data dari Puskesmas Dago, kelurahan Dago ini mempunyai jumlah kasus DBD tertinggi di daerah Dago yaitu tahun 2004 mencapai 32 orang dan Tahun 2005 terhitung dari bulan januari sampai bulan Agustus sebanyak 22 orang.

(3)

Faktor-faktor yang berhubungan erat dengan penyebaran penyakit DBD, diantaranya adalah kebiasaan perilaku masyarakat dalam menampung air bersih untuk keperluan sehari-hari, perilaku kesehatan dalam menjaga sanitasi atau kebersihan lingkungan yang kurang baik, penyediaan air bersih yang langka, jarak rumah yang berdekatan, dan adanya perubahan musim. (Hendarwanto, 1999). Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori ini disebut teori S-O-R atau stimulus-organisme-respons. Skinner membedakan adanya dua respons, yaitu: 1Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu dan termasuk perilaku emosional. Stimulus ini disebut eliciting stimulation, karena menimbulkan renpons tetap; 2Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu. Stimulus ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1Perilaku tertutup (covert behavior) adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2Perilaku terbuka (overt behavior) adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat dilihat orang lain. ( Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan hasil study pendahuluan di kelurahan Dago Bandung yang berada di jantung perkotaan dan merupakan daerah yang padat penduduknya. Dengan jumlah penduduk 25302 orang, 5516 KK terdiri dari 13 RW. Melalui observasi lingkungan fisik didapatkan data, banyak sekali rumah yang berdempetan, kumuh, kurang pencahayaan, banyak genangan air, terdapat selokan didepan rumah. Melalui wawancara dengan petugas kesehatan dan kader puskesmas Dago didapatkan data bahwa kelurahan Dago

(4)

ini merupakan salah satu daerah endemis. Menurut mereka upaya yang dilakukan semenjak kejadian sampai sekarang sudah sering dilakukan yaitu dengan menggalakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) secara terus menerus, program 3-M, penyuluhan tentang DBD di Kelurahan Dago oleh petugas puskesmas 1 bulan satu kali yang sudah dilakukan kurang lebih 8 kali di hitung dari bulan januari tahun 2005, usulan fogging ke Dinkes jika ada kasus DBD, pemberdayaan posyandu di Kelurahan Dago yang berjalan setiap hari dengan baik. Melalui wawancara dengan warga di Kelurahan Dago, warga mengatakan bahwa daerahnya sering terkena DBD secara berulang tiap tahun dan mereka mengatakan tahu tentang penyakit DBD dan cara-cara mencegahnya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak dapat mempraktekkan karena kebersihan rumah mereka tampak kurang baik, mereka mempunyai perilaku hidup sehat yang sangatlah kurang karena mereka mencuci baju di halaman rumah sehingga banyak genangan air, jendela rumah hanya 1 bahkan ada rumah yang tidak ada jendela, di dalam rumah banyak tergantung baju-baju, mereka membuang sampah ke sembarang tempat. Melalui angket berisikan tentang pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikap (covert behavior) masyarakat dalam mencegah penyakit DBD, yang disebarkan ke 15 responden yang di ambil secara acak di Kelurahan Dago, didapatkan hasil bahwa 14 responden menjawab pertanyaan dengan benar mengenai pengetahuan dalam mencegah penyakit DBD, dan 11 responden menjawab pertanyaan dengan benar mengenai sikap dalam mencegah penyakit DBD. Sehingga dapat disimpulkan covert behavior masyarakat di Kelurahan Dago ini sudah baik. Sedangkan melalui angket berisikan tentang pertanyaan mengenai perilaku masyarakat (overt behavior) dalam mencegah penyakit demam berdarah dengue, sebanyak 28 pertanyaan. Angket ini diedarkan ke-15 responden warga di Kelurahan Dago, dilakukan secara random. Dan didapatkan hasil bahwa 11 responden mempunyai perilaku hidup yang kurang baik dalam menjaga kebersihan lingkungan hidup mereka.

Berdasarkan data bahwa perilaku kesehatan masyarakat dago yang kurang baik maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit Demam Berdarah dengue, sehingga penyakit DBD ini tidak terjadi lagi.

(5)

B. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan merupakan suatu penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan variabel-variabel utama subyek studi (Budiarto, 2003). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu secara jelas, yaitu mengenai gambaran perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue. (Arikunto, 2002). Dengan variabel dalam penelitian ini adalah perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue, sub variabel adalah perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan dan kebiasaan hidup sehat.

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sejumlah individu yang memiliki satu sifat atau ciri yang sama (Hadi, 1994). Dari populasi nantinya akan diambil suatu contoh atau sampel yang diharapkan dapat mewakili populasi. Subyek yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah masyarakat di kelurahan Dago wilayah kerja puskesmas Dago, Bandung yang terdiri dari 5516 KK dan dibagi 13 RW.

Teknik sampling dalam penelitian ini random sampling atau pengambilan sampel secara acak. Random sampling ini digunakan apabila anggota populasi ini bersifat homogen, setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Random sampling ini juga dapat memberikan data kuantitatif yang lebih representatif dari populasi yang besar. (Notoatmodjo, 2002). Sehingga diperoleh jumlah sampel adalah 98 responden. Sedangkan penentuan banyaknya sampel tiap RW dialokasikan dengan alokasi proporsional.

3. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Kelurahan Dago RWI sampai RWI3 sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan selama 1 bulan.

(6)

4. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen dalam penelitian ini yaitu kuisioner (daftar rertanyaan). Sebelum dianalisis, kuisioner mengenai gambaran perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue diuji ketepatan sebagai alat ikur dengan uji validitas dan uji reabilitas. Kuisioner diuji cobakan pada masyarakat yang mempunyai karakteristik sama dengan daerah yang akan diteliti.

Untuk menentukan kevalidan dari item kuesioner digunakan korelasi product moment pearson yaitu dengan mengkorelasikan skor total subvariabel yang dihasilkan oleh masing-masing responden dengan skor masing-masing-masing-masing butir item. Sedangkan untuk uji reliabilitas digunakan metode koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner. Angket yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal menandainya dengan mudah dan cepat (Sudjana, 1989). Bentuk kuesioner yang digunakan berupa pertanyaan dengan pilihan tertutup artinya semua jawaban sudah disediakan dan responden tinggal memilih jawaban yang telah ada. Komponen kuesioner terdiri atas perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan dan kebiasaan hidup sehat dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue, sebanyak 28 pertanyaan.

C. HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian terhadap 98 responden masyarakat di Kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas Dago Bandung, yang diolah dan dianalisis untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue. Berdasarkan hasil penelitian dapat digambarkan karakteristik responden berupa tingkat pendidikan, pekerjaan yaitu sebagai berikut :

(7)

1. Karakteristik Responden

Tabel 1 Tingkat Pendidikan Responden

Dari tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (42.86%) berpendidikan terakhir SMP, hampir sebagian responden lainnya (32.65%) berpendidikan terakhir SD dan sebagian kecil responden lainnya (24.49%) berpendidikan terakhir SMA.

Tabel 2 Pekerjaan Responden

PekerjaanResponden f %

Pedagang 27 27.55

Wiraswasta 29 29.59

Ibu Rumah Tangga 22 22.45

Pembantu Rumah Tangga 20 20.41

Total 98 100.00

Dari tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa pekerjaan responden adalah hampir sama banyaknya yaitu wiraswasta (29,59%), pedagang (27,55%), Ibu rumah tangga (22.45%) dan pembantu rumah tangga (20.41%).

2. Variabel Perilaku Masyarakat

Hasil penelitian mengenai variabel perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue, di Kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas Dago Bandung akan disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Pendidikan Terakhir f %

SD 32 32.65

SMP 42 42.86

SMA 24 24.49

(8)

Diagram 1 Perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit DBD

Variabel Perilaku Masyarakat

Cukup 78,57% (70 orang) Kurang 1,02% (1 orang) Baik 20,41% (20 orang) Kurang Cukup Baik

Berdasarkan Diagram 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku yang cukup baik dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue, dan hampir sebagian responden mempunyai perilaku yang baik, dan hanya sebagian kecil responden mempunyai perilaku yang masih kurang dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue.

3. Sub Variabel Perilaku Masyarakat dalam Menjaga Kesehatan Lingkungan Hasil penelitian mengenai sub variabel perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue di kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas Dago Bandung akan disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :

Diagram 3.1 Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan untuk mencegah terjadinya DBD

Sub Variabel Perilaku Menjaga Kesehatan Lingkungan

Cukup 54,08% (53 orang) Baik 45,92% (45 orang) Kurang Cukup Baik

(9)

Berdasarkan diagram 3.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku yang cukup baik dalam menjaga kesehatan lingkungan untuk mencegah terjadinya demam berdarah dengue, dan hampir sebagian responden mempunyai perilaku yang baik, dan tidak ada responden mempunyai perilaku yang kurang dalam menjaga kesehatan lingkungan untuk mencegah terjadinya demam berdarah dengue.

4. Sub Variabel Perilaku Kebiasaan Hidup Sehat Masyarakat

Hasil penelitian mengenai sub variabel perilaku kebiasaan hidup sehat masyarakat sehari-hari dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue di kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas Dago Bandung akan disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :

Diagram 4.1 Perilaku kebiasaan hidup sehat masyarakat sehari-hari dalam mencegah terjadinya demam berdarah dengue

Sub Variabel Perilaku Kebiasaan Hidup Sehat

Kurang 51,02% (50 orang) Cukup 44,90% (44 orang) Baik 4,08% (4 orang) Kurang Cukup Baik

Berdasarkan diagram 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku kebiasaan hidup sehat sehari-hari yang kurang dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue, dan hampir sebagian responden mempunyai perilaku yang cukup baik, dan hanya sebagian kecil responden mempunyai perilaku kebiasaan hidup sehat sehari-hari yang sudah baik dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue.

(10)

D. PEMBAHASAN

1. Perilaku Masyarakat dalam Menjaga Kesehatan Lingkungan untuk Mencegah Terjadinya DBD

Berdasarkan diagram 3.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat mempunyai perilaku yang cukup baik dan hampir sebagian masyarakat mempunyai perilaku yang baik dalam menjaga kesehatan lingkungan, hal ini dapat dilihat dari hasil analisa angket menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai kriteria baik dalam melakukan kegiatan kerja bakti di lingkungan rumah, membuang sampah pada tempatnya atau dibakar, menutup rapat tempayan atau tempat minum di rumah, menjaga kebersihan dalam dan luar rumah, dan masyarakat juga berusaha lebih meningkatkan kebersihan rumah dan lingkungan luar rumah di musim hujan. Masyarakat ini mempunyai kriteria cukup baik dalammenyediakan tempat penampungan sampah dihalaman rumah, membersihkan bak mandi atau WC dengan menguras air dan menyikat dindingnya 1 minggu 2 kali, mengubur atau membuang barang bekas dan barang yang sudah tidak terpakai, menempatkan ban-ban bekas di tempat tertutup, dan membersihkan selokan dekat rumah. Masyarakat sudah dapat mempraktekkan secara langsung bagaimana menjaga kesehatan lingkungan dalam mencegah penyakit demam berdarah dengue didukung dengan data hasil observasi.

Hendrawan 1999, menyatakan bahwa penyakit demam berdarah dengue ini bisa terjadi akibat adanya penyebaran penyakit dari suatu sumber di kota besar, sehingga bisa menularkan penyakit DBD ini ke daerah-daerah di sekitarnya karena nyamuk aedes aegypti ini mempunyai kemampuan terbang antara 40 m sampai 100 meter sehingga penyebaran penyakit DBD ini bisa cepat menyebar. Jarak rumah juga mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah lain, semakin dekat jarak antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah sebelah, bahan-bahan pembuat rumah, kontruksi rumah, warna dinding dan pengaturan barang-barang dalam rumah menyebabkan rumah tersebut disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitian penyakit menular membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak–desakan dan kumuh mempunyai kemungkinan yang lebih besar. Termasuk kontainer disini adalah jenis atau bahan kontainer, letak kontainer, bentuk, warna, dan kedalaman air. Asal air

(11)

mempengaruhi nyamuk dalam pemilihan tempat bertelur. Ketinggian tempat tinggal berpengaruh terhadap syarat-syarat ekologis yang diperlukan oleh vektor penyakit. Di Indonesia nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus dapat hidup pada daerah dengan ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut. Iklim merupakan salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, dan kecepatan angin.

2. Perilaku Kebiasaan Hidup Sehat Masyarakat

Berdasarkan diagram 3.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku kebiasaan hidup sehat sehari-hari yang kurang dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue. Untuk berperilaku hidup sehat sehari-hari masyarakat mempunyai banyak hambatan yaitu dalam kebiasaan hidup sehat memakai obat nyamuk setiap malam, memakai krim anti nyamuk di rumah sebagian besar masyarakat mempunyai kriteria kurang, hal ini disebabkan faktor ekonomi yaitu dapat dilihat dari karakteristik pekerjaan responden sebagai pembantu rumah tangga, ibu rumah tangga, pedagang kecil, dan wiraswata, sehingga masyarakat kurang mampu untuk membeli obat dan krim anti nyamuk. Menurut Notoatmodjo, 2003 meskipun perilaku adalah bentuk respons terhadap stimulus dari luar, namun dalam memberikan respons tergantung pada faktor-faktor lain yang disebut determinan perilaku. Determinan ini diantaranya yaitu determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan ekonomi, faktor ini merupakan faktor dominan yang dapat mempengaruhi perilaku. Masyarakat ini juga kurang mempunyai kesadaran dalam berperilaku hidup sehat sehari-hari dapat dilihat dari sebagian besar responden mempunyai kriteria kurang dalam melakukan penyemprotan nyamuk sehingga banyak nyamuk yang berterbangan di dalam rumah, pemberian bubuk ABATE di bak mandi sehingga dapat menimbulkan hidupnya jentik nyamuk, memberikan usulan pengasapan fogging jika ada warga yang terkena demam berdarah, melakukan pemeriksaan jentik nyamuk secara rutin. Menurut teori Snehandu B. Kar. menganalisa perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari niat atau kesadaran seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatan. (behavior intention).

(12)

Hampir sebagian masyarakat mempunyai perilaku hidup sehat sehari-hari cukup baik, hal ini disebabkan walaupun mereka mempunyai faktor penghambat dalam ekonomi tetapi hampir sebagian masyarakat ini mampu mengatasi hambatan tersebut dengan menggunakan alternative lain yaitu tidak mampu membeli obat nyamuk dan krim anti nyamuk mereka menggunakan kelambu di tempat tidur sehingga tidak ada nyamuk yang menggigit pada saat mereka tidur. Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan yang membagi perilaku dalam berbagai tingkatan diantaranya yaitu Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Pada masyarakat ini juga kesadaran mengikuti kegiatan penyuluhan tentang pencegahan demam berdarah dari petugas kesehatan mempunyai kriteria baik, sehingga walaupun masyarakat mempunyai karakteristik tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, namun masyarakat ini mau menambah informasi mengenai DBD ini dengan sering mengikuti kegiatan penyuluhan. Dengan adanya informasi dari penyuluhan, masyarakat diharapkan mengerti dan dapat berperilaku yang baik dalam kebiasaan hidup sehat sehari-hari. Seperti yang dilakukan di Puskesmas Dago yang didapatkan melalui hasil wawancara langsung dengan petugas puskesmas, upaya yang dilakukan semenjak kejadian berjangkitnya penyakit demam berdarah dengue sampai sekarang sudah sering dilakukan yaitu dengan menggalakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) secara terus menerus, program 3-M, penyuluhan tentang DBD di Kelurahan Dago oleh petugas puskesmas 1 bulan satu kali yang sudah dilakukan kurang lebih 12 kali di hitung dari bulan januari tahun 2005, usulan fogging ke Dinkes jika ada kasus DBD, pemberdayaan posyandu di Kelurahan Dago yang berjalan setiap hari dengan baik. Dari hasil observasi Di puskesmas Dago ini juga dipasang poster-poster yang berisikan tentang bagaimana mencegah terjadinya penyakit demam berdarah yang dapat dilihat dan dibaca oleh masyarakat yang datang ke puskesmas. Menurut Skinner perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dengan adanya upaya-upaya ini diharapkan akan menimbulkan suatu rangsangan positif bagi masyarakat untuk berperilaku yang cukup baik dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah.

(13)

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Perilaku kebiasaan hidup sehat masyarakat sehari-hari dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue di kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas Dago Bandung sebagian besar (51,02%) mempunyai perilaku yang kurang, hal ini disebabkan karena faktor ekonomi yang kurang dengan karakteristik pekerjaan responden sebagai pembantu rumah tangga, ibu rumah tangga, pedagang kecil, wiraswasta. Hampir sebagian (44,90%) masyarakat mempunyai perilaku hidup sehat sehari-hari cukup baik, hal ini disebabkan walaupun mereka mempunyai faktor penghambat dalam ekonomi tetapi sebagian masyarakat ini mampu mengatasi hambatan tersebut dengan menggunakan alternative lain yaitu mengganti penggunaan obat nyamuk dengan menggunakan kelambu tidur.

Saran

Sebagai tindak lanjut hasil penelitian, untuk meningkatkan perilaku dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue di Kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas Dago Bandung, penulis menganjurkan saran sebagai berikut:

1. Bagi tenaga kesehatan di puskesmas Dago Kelurahan Dago Bandung untuk senantiasa meningkatkan upaya penyuluhan di puskesmas dan di posyandu serta memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat mengenai pencegahan terjadinya penyakit demam berdarah dengue secara rutin, berkesinambungan dan mengenai pentingnya menjaga kesehatan lingkungan yang akan berpengaruh terhadap timbulnya penyakit demam berdarah dengue. Sehingga masyarakat lebih banyak mendapatkan informasi dan dapat mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga petugas kesehatan senantiasa lebih menggalakan program PSN, program 3-M dan lebih sering melakukan foging. Sehingga penyakit demam berdarah dengue ini dapat dicegah.

2. Penelitian ini memberikan gambaran perilaku masyarakat dalam pencegahan terjadinya penyakit demam berdarah dengue. Maka dapat ditindak lanjuti dengan meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruh terjadinya penyakit demam berdarah dengue.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

1. Alimul. A. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.

2. Azhali dkk. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Penyakit Infeksi Tropik. Bagian/ UPF Kesehatan Anak FK Unpad. RSHS Bandung.S

3. Effendy. N. 1998. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. 4. FKUI. 1997. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius. 5. Http: //www. dinkes-dki.go.id/db.html

6. Http: //biomed.ee.itb.ac.id/pkmputer/demam_berdarah.htm

7. Noer. S. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

8. Notoatmojo. S. 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip dasar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

9. _____________ 2003. Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

10. _____________. 2002. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. 11. Nasir. Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

12. Suharsimi. Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

13. Unpad. 2004. Panduan Penyusunan dan Penulisan Skripsi Program Sarjana. Bandung : Unpad.

14. WHO. 1998. Demam Berdarah Dengue. Edisi II. Jakarta : EGC. 15. WWW. Sumber-alkes. Com

Gambar

Tabel 2 Pekerjaan Responden
Diagram 3.1 Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan untuk  mencegah terjadinya DBD
Diagram 4.1 Perilaku kebiasaan hidup sehat masyarakat sehari-hari dalam   mencegah terjadinya demam berdarah dengue

Referensi

Dokumen terkait

Selama penyusunnan penulisan ilmiah ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa menciptakan sebuah aplikasi website memerlukan waktu yang relative lama dan tidak mudah, dan

Pada penulisan ilmiah ini Penulis mencoba mengangkat masalah ini yaitu membuat suatu permainan sederhana yang dapat dimainkan oleh siapa saja Program aplikasi ini dibuat

Universitas Kristen

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: “Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi kayuhan lengan

Parang kelan lang kinagat ko sila sa leeg para mahawaan, ngayon mas bakla pa sila kesa sa akin. Tim: Ano ka girl Vampire ang

Utara terkhusus untuk sahabat tercinta penulis yang selalu mendukung dan banyak.. memberikan masukan Arnike Doya, Mia Rhamayani dan Ari

Berdasarkan analisis data dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Silabus dan SAP pada mata kuliah praktik pencabutan gigi tetap pada mahasiswa Poltekkes

Selanjutnya, dilakukan penyajian data yang bertujuan untuk memperoleh kesimpulan-kesimpulan gaya bahasa dalam cerpen siswa, yaitu penggunaan dan fungsi gaya