• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sejak intrauterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Remaja merupakan masa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sejak intrauterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Remaja merupakan masa"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang dimulai sejak usia 10 sampai 19 tahun dan akan mengalami masa pubertas dalam perkembangannya (Depkes RI, 2008). Pubertas adalah proses pematangan hormonal yang mengakibatkan perubahan fisik secara pesat dan organ-organ reproduksi mulai berfungsi dengan munculnya karakteristik seks primer dan sekunder (Wong, et al., 2009).

Karakteristik seks primer masa pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi pertama yang disebut menarche (UNESCO, 2014). Usia menarche pada setiap remaja putri berbeda-beda, remaja putri di luar negeri mendapatkan menarche pada usia rata-rata 11 sampai 13 tahun (Lee et al., 2011; Motlagh et al., 2011; Bata, 2012; Marvan and Alcala-Herrera, 2014), sedangkan di Indonesia remaja putri mendapatkan menarche pada usia rata-rata 12 sampai 14 tahun (Batubara, 2012). Karakteristik seks sekunder masa pubertas pada remaja putri ditandai dengan penambahan tinggi badan dan berat badan, pembesaran payudara, pinggul melebar, tumbuh rambut di kelamin dan ketiak, kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif (Wong, 2009; Hurlock, 2004).

Perubahan masa pubertas mengakibatkan remaja putri mengalami osilasi, merupakan situasi yang berubah-ubah dari rasa terheran-heran, kelemahan dan

(2)

ketidakmantapan merasakan perubahan dirinya, disamping itu tumbuh rasa percaya diri untuk peran yang baru, sehingga memunculkan kegelisahan, kebimbangan, ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan (Kartono, 2006). Selain itu, kurangnya informasi tentang menarche dan perubahan fisik sebagai tanda dimulainya pubertas pada anak perempuan akan mempengaruhi pemahamannya dan secara psikologis tidak mampu mempersiapkan diri menghadapi menarche, sehingga menyebabkan munculnya perasaan negatif berupa cemas dan takut pada remaja tersebut (Vasta, et al. 2004; Proverawati dan Misaroh, 2009 ). Oleh karena itu, kecemasan remaja putri sebagian besar karena kurangnya pemahamannya terkait dengan perubahan yang terjadi pada masa pubertas, sehingga mempengaruhi persepsi dan sikapnya dalam menghadapi pubertas (Feldman, 2000).

Kecemasan merupakan pengalaman individu yang bersifat subyektif berupa perasaan takut, khawatir, kesulitan dan kesusahan terhadap sesuatu yang realistis maupun tidak realistis dan dirasakan individu sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan (Varcarolis, 2007; Videbeck, 2008; Sobur, 2013). Kecemasan menghadapi pubertas sering kali dialami remaja putri, seperti penelitian di California oleh Deardorff (2007), bahwa kecemasan sosial yang dialami remaja putri usia 11 tahun disebabkan ketidaktahuannya tentang pubertas sehingga tidak siap menghadapi perubahan fisik dan menarche pada masa pubertas.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Marvan dan Alcala-Herrera (2014), bahwa remaja putri di Mexico yang mengalami menarche pada usia 11 tahun menunjukkan sikap kecemasan atau kekhawatirannya dan merasa aneh pada

(3)

tubuhnya serta cenderung untuk merahasiakan kondisinya. Jayanti dan Purwanti (2011), melaporkan bahwa sebagian besar siswi yang berusia remaja awal di sekolah dasar menunjukkan sikap negatif termasuk kecemasan dan ketidaksiapan menghadapi perubahan masa pubertas khususnya menarche.

Kecemasan menghadapi masa pubertas sering kali berdampak negatif bagi perkembangan remaja selanjutnya, hal ini dijelaskan oleh Maldonado, et al. (2013), bahwa remaja yang mempunyai gangguan kecemasan memberikan dampak pada gangguan harga diri rendah di usia dewasanya dan remaja putri lebih banyak mengalami gangguan pikologis lanjut dibandingkan dengan remaja pria. Patton, et al. (1996), melaporkan bahwa remaja yang mengalami kecemasan sebagai akibat dari kurangnya pemahaman tentang reaksi menarche telah menunjukkan angka morbiditas depresi meningkat setiap tahun.

Selain itu, menurut Sieber (1977) cit. Astuti, et al. (2010), kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam proses belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi kognitif seseorang, sehingga mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, mengingat dan kesulitan dalam pemecahan masalah. Siswa yang mengalami kecemasan menunjukkan gangguan dalam proses belajar berupa kesulitan dalam menerima informasi penginstruksian dan kehilangan proses pengaturan penyimpanan informasi dalam memori (Tobias cit. Matthews, et al., 2000).

Sejauh ini, pemberian informasi tentang pubertas telah diupayakan pemerintah melalui program kegiatan Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja (EKRR) dan pembentukan Kader Kesehatan Reproduksi (KKR) yang terhimpun

(4)

dalam Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Demikian juga di Nusa Tenggara Barat, program tersebut telah dilaksanakan dengan terbentuknya 190 kelompok PIK-KRR dan Lombok Timur terbentuk 22 kelompok PIK-KRR untuk sasaran remaja SLTP dan SLTA, tetapi remaja awal di sekolah dasar belum menjadi sasaran program tersebut (BKKBN Provinsi NTB, 2014).

Hal yang sama diungkapkan oleh guru-guru di SDN Selong, bahwa siswa belum mendapatkan pendidikan kesehatan terkait dengan pubertas baik dari pihak sekolah maupun dari petugas kesehatan. Petugas Puskesmas hanya memberikan pendidikan kesehatan tentang hidup sehat melalui program kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Padahal Selong merupakan wilayah perkotaan yang memungkinkan remaja putri lebih awal mengalami pubertas, karena sesuai temuan Motlagh, et al. (2011) dan Emilia, et al. (2013), bahwa remaja yang tinggal di perkotan akan cenderung mengalami pubertas lebih awal dibandingkan dengan remaja yang tinggal di pedesaan.

Selain itu, budaya yang masih berkembang di Lombok bahwa pembicaraan tentang pubertas masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat, akibatnya remaja putri tidak dibekali informasi-informasi yang benar terkait pubertas. Remaja putri akan mempersepsikan pubertas sebatas informasi yang mereka ketahui baik dari media masa maupun orang lain yang belum tentu kebenarannya. Adanya budaya bahwa remaja putri yang sudah mengalami menstruasi dianggap sudah mampu untuk melangsungkan pernikahan tanpa memandang usianya, menjadi salah satu kecemasan dan kekhawatiran bagi remaja putri. Hal ini

(5)

dibuktikan dengan angka pernikahan wanita usia dini < 16 tahun sampai 19 tahun di Lombok Timur masih tinggi, yaitu sejumlah 1.267 orang (BKKBN Kabupaten Lotim, 2014).

Pemberian pendidikan kesehatan dengan berbagai metode dan media pada remaja telah banyak dilaporkan. Pandiangan, et al. (2006), melaporkan bahwa metode ceramah plus audio visual merupakan metode yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Mintarsih (2007), melaporkan bahwa media yang efektif dalam mempengaruhi pengetahuan remaja awal tentang kesehatan reproduksi adalah booklet. Sedangkan Khoiriyah (2014), melaporkan bahwa penggunaan metode ceramah dan tanya jawab dengan media leeflet dapat menurunkan kecemasan remaja putri menghadapi menarche.

Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang pubertas dengan metode ceramah tanya jawab yang memungkinkan komunikasi terjadi secara dua arah dan menggunakan media slide dan booklet untuk memperkuat penyampaian materi oleh edukator. Pemberian pendidikan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman remaja putri tentang pubertas sehingga dapat diketahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang pubertas terhadap kecemasan yang dialami oleh remaja putri di SDN Selong Lombok Timur menghadapi masa pubertas.

(6)

B. Perumusan Masalah.

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu; “Apakah ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap kecemasan remaja putri menghadapi pubertas di SDN se-kota Selong Lombok Timur?”

C. Tujuan Penelitian. 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan remaja putri manghadapi pubertas di SDN se-kota Selong Lombok Timur.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini untuk mengidentifikasi :

a. Perbedaan tingkat kecemasan sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada remaja putri di SDN se-kota Selong Lombok Timur pada kelompok intervensi dan kelompok kontrrol.

b. Perbedaan tingkat kecemasan remaja putri di SDN se-kota Selong Lombok Timur pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah pnedidikan kesehatan diberikan pada kelompok intervensi.

c. Perbedaan penurunan tingkat kecemasan remaja putri di SDN se-kota Selong pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

d. Adanya hubungan usia, pengetahuan, dukungan informasi keluarga dan dukungan informasi teman sebaya dengan tingkat kecemasan remaja putri di SDN se-kota Selong pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

(7)

D. Manfaat Penelitian. 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan ilmu yang memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan remaja putri menghadapi masa pubertas.

2. Manfaat praktis a. Bagi remaja

Menambah pengetahuan tentang perubahan fisik masa pubertas dan perawatan diri saat menstruasi serta menumbuhkan kesiapan remaja putri menghadapi pubertas.

b. Bagi guru

Meningkatkan keterlibatan guru untuk ikut serta mempersiapkan masa pubertas yang akan dialami oleh remaja putri.

c. Bagi institusi

Memberikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk menempatkan pendidikan kesehatan terkait persiapan pubertas dalam mata pelajaran terkait.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Memberikan kerangka pikir untuk pengembangan penelitian lainnya terkait dengan pendidikan kesehatan masa pubertas dan kecemasan yang muncul pada remaja putri menghadapi pubertas. Memberikan pertimbangan penggunaan metode dan media dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang pubertas pada pennelitian ini untuk penelitian selanjutnya.

(8)

e. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman terkait pemberian pendidikan kesehatan tentang pubertas dan menambah pemahaman tentang kecemasan yang dialami remaja putri menghadapi pubertas.

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti, penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan tehadap tingkat kecemasan remaja putri menghadapi pubertas di Selong Lombok Timur, belum pernah dilakukan tetapi ada beberapa penelitian serupa pernah dilakukan di tempat lain, di antaranya :

1. Deardorff (2007) dengan judul: “Puberty and Gender Interact to Predict Social Anxiety Symptoms in Early Adolescence”. Perbedaan dengan penelitian ini pada tujuan penelitiannya, yaitu mengetahui hubungan jenis kelamin pada gejala kecemasan sosial pada masa pubertas, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kecemasan remaja putri menghadapi masa pubertas. Disain penelitiannya menggunakan kuantitatif kohort, sedangkan penelitian ini menggunakan disain penelitian kuantitatif quasi-experiment dengan rancangan pre test-post test with control group. Sampel penelitiannya adalah sejak bayi baru lahir sampai usia 9,5-11 tahun, sedangkan penelitian ini menggunakan sampel berusia 10-12 tahun. Instrumen penelitiannya menggunakan penilaian kecemasan MASC (Multidimensional Anxiety Scale for Children), sedangkan penelitian ini menggunakan penilaian kecemasan STAIC-T (The State Trait Anxiety

(9)

Inventory for Children-Trait). Persamaan dengan penelitian ini adalah topik penelitian pada pubertas remaja.

2. Jayanti dan Purwanti (2011) dengan judul: “Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan anak dalam menghadapi menarche di SD Kretek Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes”. Perbedaan dengan penelitian ini pada tujuan penelitiannya, yaitu untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan anak dalam menghadapi menarche, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kecemasan remaja putri menghadapi masa pubertas. Disain penelitiannya menggunakan kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross-sectional, sedangkan penelitian ini menggunakan disain penelitian kuantitatif quasi-experiment dengan rancangan pre test-post test with control group. Sampel penelitiannya adalah anak usia 9-13 tahun, sedangkan penelitian ini menggunakan sampel berusia 10-12 tahun. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tentang kesiapan anak menghadapi menarche, sedangkan penelitian ini menggunakan penilaian kecemasan STAIC-T (The State Trait Anxiety Inventory for Children -Trait). Persamaan dengan penelitin ini adalah populasi penelitian pada remaja awal di SD, variabel dependen adalah menarche yang merupakan karakteristik primer dari pubertas.

3. Patton, et al. (1996) dengan judul: “Menarche and the onset of depression and anxiety in Victoria, Australia”. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tujuan penelitiannya untuk menguji hubungan antara menarche dengan kecemasan dan kejadian depresi remaja Australia, sedangkan penelitian ini untuk

(10)

mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kecemasan remaja putri menghadapi masa pubertas. Disain penelitiannya menggunakan survey, penelitian ini menggunakan disain penelitian kuantitatif quas-experiment dengan rancangan pre test-post test with control group. Instrumen penilaiannya menggunakan computerised form of the clinical interview schedule revised (CIS-R), sedangkan penelitian ini menggunakan penilaian kecemasan menggunakan STAIC (The State Trait Anxiety Inventory for Children- Trait). Persamaan dengan penelitian ni adalah subjek penelitiannya menggunakan remaja dengan topik menstruasi dan variabel penelitian kecemasan yang juga menjadi variabel penelitian ini.

4. Motlagh, et al. (2011) dengan judul: “Timing of puberty in Iranian girls according to their living area: a national study”. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tujuan penelitiannya untuk membandingkan waktu pubertas antara berbagai lokasi geografis dan etnis yang berbeda, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kecemasan remaja putri menghadapi masa pubertas. Disain penelitiannya mengguanakan kuantitatif dengan rancangan survei, sedangkan penelitian ini menggunakan kuantitatif quasi-experiment dengan rancangan pre test-post test with control group. Sampel penelitiannya adalah remaja usia 6-20 tahun, sedangkan penelitian ini menggunakan sampel penelitian berusia 10-12 tahun. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tentang pubertas, sedangkan penelitian ini menggunakan STAIC (The State Trait Anxiety Inventory for

(11)

Children- Trait). Persamaannya dengan penelitian ini adalah pada topik pubertas.

5. Emilia, et al. (2013) dengan judul: “Perbandingan Usia Menarche dan Pola Siklus Menstruasi antara Putri di Kota dan Desa di Sulawesi Selatan”. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitiannya bertujuan mengetahui perbandingan usia menarche dan pola siklus menstruasi, serta nutrisi, sosial ekonomi dan psikis antara remaja putri di kota dan desa, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kecemasan remaja putri menghadapi masa pubertas. Disain penelitiannya menggunakan kuantitatif dengan rancangan cross-sectional, sedangkan penelitian ini menggunakan disain penelitian kuantitatif quasi-experiment dengan rancangan pre test-post test with control group. Sampel penelitiannya menggunakan remaja putri di SMP, sedangkan sampel penelitian ini berusia 10-12 tahun. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tentang pubertas, sedangkan penelitian ini menggunakan STAIC (The State Trait Anxiety Inventory for Children- Trait). Persamaan dengan penelitian ini adalah pada topik menarche yang merupakan bagian dari topik pubertas.

6. Maldonado, et al. (2013) dengan judul: “Impact of Early Adolescent Anxiety Disorders on Self-Esteem Development From Adolescence to Young Adulthood”. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tujuan penelitiannya untuk mengetahui dampak dari ganggan kecemasan yang dialami remaja samapi dewasa, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kecemasan remaja putri menghadapi masa

(12)

pubertas. Disain penelitiannya menggunakan studi kohort, sedangkan penelitian ini menggunakan disain penelitian kuantitatif quasi-experiment dengan rancangan pre test-post test with control group. Sampel penelitiannya adalah remaja berusi 13, 16 dan 22 tahun sedangkan pada penelitian ini melibatkan sampel berusia 10-12 tahun. Persamaan dengan penelitian ini, yaitu mengkaji kecemasan remaja masa pubertas.

7. Marvan and Alcala-Herrera, et al. (2014) dengan judul: “Early menarche, depressive symptoms and coping strategies”. Perbedaannya, penelitiannya bertujuan untuk menngetahui hubungan antara waktu terjadinya menarche dan pengalaman menarche serta sikap remaja perempuan Meksiko terhadap menstruasi, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kecemasan remaja putri menghadapi masa pubertas. Disain penelitiannya menggunakan survei Cross-sectional, sedangkan penelitian ini menggunakan disain penelitian kuantitatif quasi-experiment dengan rancangan pre test-post test with control group. Sampel penelitiannya adalah remaja berusi 11-16 tahun, sedangkan penelitian ini sampel penelitian berusia 10-12 tahun. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tentang menarche dan sikap remaja menghadapi menarche, sedangkan penelitian ini menggunakan STAIC (The State Trait Anxiety Inventory for Children- Trait). Persamaan dengan penelitian ini, yaitu topik menarche yang merupakan bagian dari pubertas.

8. Khoiriyah (2014) dengan judul: “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menarche Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Santriwati Kelas 1 Pondok

(13)

Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta”. Perbedaannya, disain penelitiannya adalah eksperimen dengan rancangan one group pretest-posttest design, penelitian ini menggunakan disain penelitian kuantitatif quasi-experiment dengan rancangan pre test-post test with control group. Sampel penelitiannya adalah remaja kelas 1 SMP, sedangkan penelitian ini sampel penelitian berusia 10-12 tahun. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner checklist berupa kecemasan sedangkan penelitian ini menggunakan STAIC (The State Trait Anxiety Inventory for Children- Trait). Persamaan dengan penelitian ini, yaitu tujuan penelitian untuk mengetahui kecemasan remaja putri sebelum dan setelah pemberian pendidikan kesehatan pada topik menarche yang merupakan bagian dari pubertas.

9. Mintarsih (2007) dengan judul: “Pendidikan kesehatan menggunakan booklet dan poster dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di Kabupaten Tasikmalaya”. Perbedaannya, penelitiannya bertujuan untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media booklet dan poster, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kecemasan remaja putri menghadapi masa pubertas. Sampel penelitiannya adalah siswa kelas 1 SMP, sedangkan penelitian ini sampel berusia 10-12 tahun. Instrumen yang digunakan adalah booklet dan poster untuk pendidikan kesehatannya, sedangkan penelitian ini menggunakan booklet dan slide sebagai media dan ceramah tanya jawab sebagai metode pendidikan kesehatan. Persamaan dengan penelitian ini, yaitu

(14)

variabel independen yaitu pendidikan kesehatan, disain penelitian quasi experiment dengan rancangan nonrandomized pretest - posttest control group design.

10. Pandiangan, et al. (2006) dengan judul: “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi melalui Metode Ceramah, Media Audiovisual, Ceramah Plus Audiovisual pada Pengetahuan dan Sikap Remaja SLTP”. Perbedaannya, penelitiannya bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas metode pendidikan yang digunakan, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kecemasan remaja putri menghadapi masa pubertas. Sampel penelitiannya adalah siswa SMP, sedangkan penelitian ini sampel berusia 10-12 tahun. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan dan sikap, sedangkan penelitian ini menggunakan kuesioner kecemasan STAIC-T. Persamaan dengan penelitian ini, yaitu variabel independen yaitu pendidikan kesehatan, disain penelitian quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized pretest-posttest control group design.

Referensi

Dokumen terkait

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Penelitian pra-klinis dan penelitian klinis yang sudah ada menunjukkan bahwa pemberian FMT dari donor sehat kepada subjek yang mengalami sindroma metabolik dan

laporan biaya kualitas sebagai alat pengendalian biaya adalah bahwa setiap perusahaan menerapkan penyusunan laporan biaya kualitas yang merupakan salah satu usaha

Pada kalimat ini memiliki makna pria yang akan mem- inang (pasangan bunga pute) sedangkan kata roppona bisa berarti rumputnya atau- pun penghalang sehingga pada

4 Bagi peserta yang tidak menang lelang, pengembalian uang jaminan Lelang maksimal 5 (lima) hari kerja setelah penawaran umum dilaksanakan.. 5 Daftar Unit ini hanya merupakan

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk