BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia tentu masih sangat memerlukan tindakan yang mampu memajukan negara ini. Warga perbatasan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara yang berada dalam satu desa, memilih menjadi warga Negara Malaysia ketimbang jadi WNI (Liputan6, Nov 2014). Berita yang baru juga datang dari daerah yang sama mengenai maraknya WNI yang memilih memiliki identitas ganda atau bahkan hingga pindah menjadi WN Malaysia. Anggota DPRD kabupaten Nunukan meminta pemerintah pusat menanggapi serius maraknya pemberitaan warga yang memiliki KTP ganda atau pindah negara di wilayah perbatasan RI-Malaysia, tepatnya di Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kompas, Juli 2016).
Berita ini menunjukan bahwa sangat penting adanya pembangunan di daerah perbatasan terkhususnya Kabupaten Nunukan. Semakin banyak warga negara yang pindah mampu berdampak langsung pada hilangnya kedaulatan NKRI sebagai suatu negara yang berdulat. Kedua berita diatas memilik alasan yang berbeda, dimana yang pertama karena alasan lapangan pekerjaan yang minim, kemudian yang kedua karena kebutuhan ekonomi. Reporter kompas mengabarkan bahwa WNI mendapatkan dana BRM (Bantuan Rakyat Malaysia) masing-masing senilai 600 Ringgit Malaysia bagi Lansia dan 800 Ringgit Malaysia bagi warga usia sekolah (Kompas, Juli 2016). Masalah pembangunan menjadi sangat krusial, dimana akses pekerjaan yang sangat minim ditambah lagi kebutuhan ekonomi sebagai penunjang kebutuhan sehari-hari di wilayah Kabupaten Nunukan menjadikan banyak WNI yang memilih pendah kewarganegaraan menjadi WN Malaysia.
Melihat fenomena tersebut penulis menggunakan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) sebagai suatu instansi pemerintahan, yang akan berperan penting dalam mengatasi keterbelakangan pembangunan dalam beberapa aspek mulai dari SDM hingga pembangunan infrastruktur jalan raya khususnya di Kabupaten Nunukan. Mengingat hal tersebut penulis akan menjelaskan lebih dalam mengenai prospek kerja dari BNPP yang di tetapkan melalui Peraturan Presiden (PERPRES).
Penulis juga akan mencobah membedah masalah yang terjadi menggunakan beberapa pandangan teori dimana, penulis akan melihat perbandingan pembangunan antara Indonesia
dan Malaysia melalui teori aksesibilitas dimana penulis akan mencoba menjabarkan perbandingan pembangunan antara kedua negara, kemudian fenomena perpindahan WNI menjadi WN Malaysia jelas menjadi masalah bagi Kedaulatan NKRI, yang juga akan penulis jelaskan unsur dari kedaulatan sendiri yang mampu menjadi permasalahan kedaulatan apabila fenomena WNI memilih pindah menjadi WN Malaysia terus terjadi. Semua fenomena yang telah dijelaskan kemudian akan ditutup oleh penulis dengan melihat secara terbalik menggunakan teori realis mengenai unsur-unsur kecurigaan ataupun prasangkan buruk antara kedua negara.
2.1. Teori Aksesibilitas
Teori aksesibilitas dalam hal ini aksesibilitas yang memiliki makna ekonomi, dan berkaitan dengan daya jangkau atau keterjangkauan suatu lokasi, sehingga mempengaruhi biaya. dalam mengkaji parameter ekonomi suatu lokasi tentu perlu dilakukan penghitungan secara spesifik untuk mengetahui biaya dan manfaat sesuai daya jangkau yang ada. Ini sangat berkaitan dengan teori lokasi menurut Von Thünen dalam Sumbangan Baja (2012:242-243), dalam teori lokasinya, von Thünen memberikan tujuh asumsi sebagai berikut :
• Wilayah sangat jauh dari kota dan wilayah pertanian sebagai wilayah belakang (hinterland), disebut sebagai keadaan terisolir (isolated state)
• Pemukiman padat di pusat wilayah • Tanah, iklim dan topografi seragam
• Fasilitas pengangkutan sederhana, sehingga berat barang menentukan biaya (cost)
Teori aksesibilitas ini mengantar penulis masuk kedalam teori lokasi yang mana memiliki asumsi-asumsi dasar yang erat kaitannya dengan keadaan yang terjadi di lapangan. Pada poin pertama, Wilayah sangat jauh dari kota dan wilayah pertanian sebagai wilayah belakang (hinterland), disebut sebagai keadaan terisolir (isolated state). Dilihat dari letak wilayah, Kabupaten Nunukan berada tepat pada garis perbatasan Indonesia-Malaysia, yang diyakini mampu menjadi poros pintu utama dengan negara tetangga. Namun, yang terjadi bahwa pintu depan mengalami keterlambatan pembangunan sehingga menjadi pintu belakang bagi Indonesia. Keterbelakangan ini kemungkinan juga diakibatkan lokasi yang susah ditempuh dengan kendaraan bermotor bisaa. Akses menuju Kabupaten Nunukan yang sebagian besar menggunakan jalur perairan mengakibatkan lambatnya arus pembangunan dikarenakan tingginya harga bahan baku. Jauh dari pembangunan-pembangunan yang modern, mulai dari makanan, gaya hidup hingga, tingkat pendidikan menjadikan KabupatenNunukan terlihat
sebagai sebuah desa yang lusuh. Segala sesuatu yang kemudian berada di wilayah yang jauh dari perkotaan tentu akan sangat menghambat arus pembangunan. Lokasi yang sebagian besar arus transportasi melalui perairan menjadikan Kabupaten Nunukan sulit untuk dijangkau. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan teori, dapat dikatakan Kabuapten Nunukan masih terisolir yang dalam kenyataannya adalah suatu kondisi terpencil karena jauh dari hubungan lalu lintas.
Poin keempat, Fasilitas pengangkutan sederhana, sehingga berat barang menentukan biaya tentu menjadi bukti nyata kondisi di Kabupaten Nunukan. Harga pasar dan biaya transportasi yang mahal dikarenakan infrastruktur yang kurang memadai, menjadikan warga kabupaten Nunukan malas untuk beraktifitas di wilayah Indonesia dibanding untuk beraktifitas di wilayah Malaysia.Kekurangan yang dimiliki oleh Indonesia menjadikan Malaysia melambung jauh, tentu hal tersebut nampak dari investasi yang dilakukan Malaysia ke wilayah Kalimantan Utara, khususnya Kabupaten Nunukan, segala bentuk perlengkapan hingga makanan diimpor dari Malaysia dengan harga yang relatif terjangkau. Akses pasar Malaysia yang ditandai dengan tranportasi dan biaya yang murah, sangat menarik perhatian warga negara Indonesia, ditambah lagi Bantuan Rakyat Malaysia yang diberikan secara cuma-cuma bagi bagi warga perbatasan di Malaysia. Tentu ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia untuk cepat bangun dan berlari agar bisa lebih jauh dari keterbelakangan di wilayah perbatasan.
2.2. Kedaulatan Negara
Kedaulatan negara menjadi salah satu konsep dimana negara secara resmi akan diakui oleh dunia internasional sebagai negara yang berdaulat, yang mana unsure terpenting dimana suatu negara harus memiliki wilayah administrative. Namun, berbicara mengenai negara bukan hanya wilayah yang menjadi unsur perhatian namun telah diatur dalam hukum internasional melalui Pasal 1 Konvensi Montevideo The Convention on Rights and Duties of State of
1933(Jawahir Thontowi, 2016 : 55):
“The State is a person of international law should phases the following qualifications: Permanent Population; defined territory; legal government; and capacity to enter into international relations with the other states.”
Hal tersebut dapat diterjemahkan negara sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki unsur-unsur sebagai berikut; Penduduk tetap; batas wilayah yang jelas; pemerintahan yang legal; dan kemampuan untuk menjalin hubungan internasional dengan negara-negara lain.
Dapat dikatakan bahwa keempat unsur ini saling berketergantungan untuk membentuk kedaulatan suatu negara.
Secara teoritis penulis menghubungkan keterkaitan menurunnya WNI, menjadi WNM jelas menjadi ancaman kedaulatan. Dengan asumsi bahwa apabila terjadi perpindahan kebangsaan dari waraga negara Indonesia menjadi warga negara Malaysia justru akan melemahkan kadaulatan Indonesia, dengan alasan bahwa apabila perpindahan kebangsaan diwilayah kedaulatan Indonesia terus menerus terjadi, maka suatu ketika wilayah tersebut akan kehilangan hak atas kepemilikan kewarganegaraan di wilayah tersebut.Unsur perpindahan kebangsaan ini dapat dilihat sebagai suatu penyakit menular, dimana berawal dari satu kemudian saling menarik terus menerus yang dapat mengakibatkan ancaman besar jika hal ini terus dibiarkan.
Jelas terlihat ketika kedaulatan atas masyarakat itu hilang dalam wilayahperbatasan Kabupaten Nunukan, maka disitu keutuhan Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan akan terancam. Hukum internasional yang meliputi hal ini melemah, tanpa ada suatu konflik nyata yang menimbulkan suatu perang. Indonesia akan dianggap tidak mampu mempertahankan kedaulatannya sendiri. Walaupun Indonesia memiliki pemerintahan yang baik namun tidak mampu menunjang keutuhan warga negaranya yang akhirnya pindah menjadi warga negara Malaysia.Pada kenyataannya Indonesia sebagai suatu negara yang memiliki kedaulatan akan dianggap gagal, dan disitu tentu dunia akan melihat hal tersebut.
Dengan demikian, perlunya seluruhwarga negara Indonesia memandang Kabupaten Nunukan dalam hal ini daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia sebagai pintu depan negara kita, bukan sebagai pulau terluar yang terlupakan sehingga perlunya perhatian dan penataan yang baik. Pembangunan daerah perbatasan harus didahulukan oleh negara. Menurunnya jumlah WNI manjadi WNM jelas dikarenakan masalah pembangun. Melihat pembangunan itu adalah masalah utama WNI memilih pindah menjadi WNM, maka penulis mencoba menggambarkan bahwa pembangunan sangat diperlukan sebagai bentuk mempertahankan kedaulatan NKRI.
2.3. Teori Realis
Masalah pembangunan di Kabupaten Nunukan, melibatkan sangat banyak aktor. Negara sebagai sebuah aktor tunggal memiliki peran penting. penulis mencoba melihat menggunakan kacamata realis guna melihat dari sisi lain untuk mengeksplorasikan dampak kemungkinan yang akan terjadi akibat fenomena tersebut. Kebutuhan yang dibutuhkan di
Kabupaten Nunukan, perlu ditekankan kembali bahwa negara juga perlu memenuhi dan memperhatikan kondisi di wilayahnya, perihal yang terjadi di Kabupaten Nunukan, sudah menjadi tanggungjawab negara juga dalam menentukan keberlanjutan kondisi yang dialami. Dalam Jill Steans & Llyod Pettiford (2009 : 51) mengatakan, untuk menjamin segala sesuatunya, Uni Soviet percaya bahwa penting untuk menjamin Jerman tidak lagi memiliki potensi ancaman bagi Uni Soviet di masa yang akan datang. Hal tersebut dilihat dari pendangan realis mengenai bagaimana status Jerman setelah PD II, apakah masih menjadi suatu ancaman besar atau tidak.
Dalam hal yang sama penulis juga melihat eksistensi Malaysia di wilayah perbatasan Nunukan yang melalui pandangan realis tidak melihat adanya tindakan yang berakibat negatife
peace namun lebih kepada kecurigaan terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
Malaysia. Pemerintah Malaysia yang dilansir surat kabar harian Kompas (Juni, 2016) menawarkan Bantuan Rakyat Malaysia bagi setiap masyarakat perbatasan baik yang ada di Indonesia maupun di wilayah Malaysia untuk memperoleh bantuan uang tunai apabila warga tersebut memiliki identitas berkebangsaan Malaysia.
Ini merupakan suatu cara yang dianggap mampu memberikan tingkatan kecurigaan penuh terhadap apa yang diingankan oleh Malaysia. Berbagai pertanyaan kemudian keluar bahwa disini ada unsur politik yang dimainkan oleh pemerintah Malaysia. Warga negara Indonesia semakin banyak memilih pindah, kemudian karena tidak terlalu aktif lagi fenomena ini maka pemerintah Malaysia ikut campur tangan dengan memberikan bantuan.
Kecurigaan yang timbul pada saat itu adalah keiinginan Malaysia dalam memiliki warga negara di wilayah Indonesia agar kemudian dapat dijadikan masalah yang mengundang banyak perhatian dari seluruh dunia. Dan dengan menguasai warga negara di wilayah Indonesia maka Malaysia akan memiliki power lebih atas Indonesia. Menurut (Schweller dalam Handbook HI, 2013 : 766) kompatibel dengan premis realis jika kita mengasumsikan bahwa tujuan jenis kebijakan aliansi ini bukan keamanan, tetapi perolehan.Keinginan memperoleh oleh Malaysia atas penduduk di wilayah Indonesia mulai terlihat. Segala cara dilakukan untuk bisa menaklukan keutuhan kedaulatan dalam unsur masyarakat atas wilayah kedaulatan NKRI. Ancaman kedaulatan akan berdampak besar bagi kepentingan nasional yang terdapat diwilayah konflik.
Adanya fenomena ini mengharuskannegara dalam pandangan kaum realis sebagai aktor utama harus menanggapi dengan mendorong perluasan kekuasaan sebagai upaya untuk mengejar kepentingan nasional. Dalam artian bahwa Indonesia harus bisa memperkuat wilayah perbatasan antara Indoensai-Malaysia untuk mencegah terjadinya ancaman kedaulatan.
2.4. Penelitian terdahulu
• E-Jurnal oleh Meltiana Mahasiswi Progran S1 Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman mengenai “Dampak penggunaan mata uang ringgit terhadap proses kegiatan transaksi jual-beli masyarakat di Pulau Sebatik”
Penulis Meltiana mencoba mengkaji mengenai aspek yang menyebabkan terjadinya penggunaan ringgit dalam pasar wilayah kedaulatan Indonesia sebagai alat pembayaran yang sah oleh masyarakat Pulau Sebatik. Meltiana sengat menekankan dampak dari kecenderungan penggunaan mata uang ringgit yang berakibat pada lemahnya rasa nasionalisme.
Penulis memiliki kesamaan konsep dan jenis penilitian yang di lakukan. Dalam karya ilmiah ini, penulis memiliki anggapan yang sama secara garis besar, dengan adanya ketergantungan bukan hanya mata uang tetapi juga seluruh sarana-prasarana penunjang kebutuhan. Penulis akan lebih mendalami pada pembangunan jalan raya dan akses transportasi lainnya, yang nantinya merambat hingga kebutuhan lainnya. Tentu hal tersebut berdampak buruk bagi keutuhan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Diakses melalui e-jurnal.com)
• E-Jurnal oleh Widuri Hidayanti Mahasiswa Program S1 Ilmu
Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman mengenai “Studi tentang perkembangan dan penanganan wilayah perbatasan Kalimantan Timur”
Widuri mengkaji bentuk pembangunan di wilayah perbatasan Kalimantan Utara yang notabene berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia. Widuri melihat masih banyak sekali kesenjangan dalam pembangunan yang menghambat pertumbuhan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Timur. Widuri membahas bagaimana upaya pemerintah dengan tidak menjauhkan Kalimantan Timur dari proses pembangunan yang lebih baik dan layak. Widuri mencoba menggambarkan bagaimana bentuk dari situasi pembangunan yang sudah ada namun kurangnya perhatian pemerintah dalam merawat setelah dilakukan pembangunan seperti infrastruktur jalan raya misalnya.
Tulisan Widuri dengan penulis saat ini memiliki kesamaan masalah yang dialami di wilayah Kalimantan Utara dimana kurangnya pembangunan yang membuat wilayah Kalimantan Utara sangat terbelakang yang membuat sebagian masyarakat Kabupaten
Nunukan, Kalimantan Utara memilih untuk menjadi warga negara Malaysia akibat adanya pembangunan yang dianggap memenuhi standar kelayakan untuk ditempati dan dilalui. Tentu ini menjadi usaha pemerintah juga dalam memperhatikan pembangunan agar lebih merata. (Diakses melalui e-jurnal.ip.fisip-unmul.ac.id)
2.5. Kerangka Berpikir
Teori Aksesibilitas
Konsep Kedaulatan Negara Teori Realisme
Kabupaten Nunukan merupakan daerah yang menjadi perbatasan antara Indonesia-Malaysia. Namun, daerah ini mengalami suatu masalah yang mana beberapa warga negara Indonesia berpindah kebangsaan dan menjadi warga negara Malaysia.dengan alasan pertama yang ditemui karena bantuan pemerintah Malaysia kepada masyarakatnya yang berada di perbatasan. Kemungkinan masyarakat sekitar perbatasan Indonesia memiliki ketertarikan akan bantuan yang ditawarkan oleh pemerintah Malaysia sehingga mereka bersedia emnjadi warga negara Malaysia dengan ketentuan utama mendapatkan bantuan pemerintah Malaysia di perbatasan.
Kab. Nunukan Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia
Beberapa Warga Negara Indonesia memilih menjadi Warga Negara Malaysia dikarenakan bantuan oleh
Pemerintah Malaysia
Masih kurangnya pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah daerah
Peran BNPP dalam proses pembangunan Infratsruktur jalan raya di Kab. Nunukan
Fenomena tersebut kemudian diteliti penulis lebih dalam dan mengetahui lebih lanjut sebab akibat masyarakat perbatasan di Kabupaten Nunukan memilih pindah dikarenakan kurangnya pembangunan. Hal tersebut diyakini penulis sebagai alasan karena pembangunan yang masih buruk di wilayah perbatasan Indonesia dibandingkan di perbatasan Malaysia.
Untuk menggali lebih dalam fenomena yang terjadi, penulis melihat menggunakan beberapa pandangan dan teori terdahulu yang mampu menjelaskan fenomena tersebut secara ilmiah dan teoritis. Penulis kemudian melihat melalui pandangan aksesibiltas yang mana menjelaskan mengenai ruang akses kebutuhan yang diperhitungkan dalam pembangunan, kemudian dikaitkan juga dengan teori lokasi untuk memperhitungkan titik berat dari lokasi pembangunan. Konsep kedaulatan negara digunakan penulis untuk menjabarkan perihal yang termasuk dalam kedaulatan suatu negara dan bagaimana negara tersebut bisa memiliki kedaulatan. Namun tidak berhenti disitu saja, penulis juga memandang menggunakan pandangan realisme guna melihat akan adanya potensi ancaman kedaulatan dari Malaysia bukan berupa tindakan perang tetapi tindakan yang mampu menyebabkan konflik.
Sebagaimana BNPP sebagai instansi yang berperan dalam pembangunan di setiap wilayah perbatasan maka, dibutuhkan peran BNPP di Kabupaten Nunukan sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat dalam upaya menunjang kesejahteraan masyarakat di sekitar perbatasan.