• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Usaha Kerajinan Rotan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal Usaha Kerajinan Rotan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Proposal Usaha Kerajinan Rotan

DISUSUN OLEH

ASEP SOPYAN, SP.,M.Si Penata Tk.I

Nip. 19650720 199303 1 007 No. Hp 081321782532

(2)

2

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan potensi sumber daya alam melimpah.Oleh karena itu struktur ekspor Indonesia pada awalnya sebagian besar berasal dari sumber alam yang dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu migas dan non migas. Dalam upaya meningkatkan ekspor produk non migas, pemerintah Indonesia berkomitmen mendukung percepatan liberalisasi perdagangan dengan melakukan pengembangan 10 produk utama, 10 produk potensial, dan tiga jasa (Depperindag, 2008). Salah satu produk utama tersebut adalah produk furniture, yang termasuk di dalamnya adalah industri furniture rotan.

Rotan merupakan salah satu komoditas hasil hutan non kayu yang cukup penting dan potensial.Rotan juga merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis, sehingga tanaman ini banyak dijumpai di Indonesia. Rotan Indonesia mempunyai posisi yang dominan di pasar dunia, yaitu menguasai 80% bahan baku rotan dunia. Selain di Indonesia, tanaman produk rotan dapat pula dijumpai di Philipina, Thailand, Malaysia, India, Vietnam, Madagaskar, dan Maroko. Namum, potensi terbesar saat ini terdapat di Indonesia. Hal ini dapat terlihat bahwa di Indonesia, rotan tumbuh secara alami dan tersebar di Daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya, dengan potensi sekitar 622.000 ton/tahun (Biro Humas Depperindag, 2008). Tetapi selain rotan, terdapat pula industri kertas, dimana cakupannya didasarkan pada pengelompokan atau kategorisasi yang ada di dunia internasional dan di dalam negeri.

Di pasaran Internasional harga ekspor rotan mentah dan setengah jadi Indonesia masih jauh lebih rendah dibanding dengan harga ekspor hasil industry furnitute rotan.Apabila dibandingkan, ekspor hasil industry furniture rotan lebih menguntungkan (Asmindo, 2009). Selain itu, industry kerajinan rotan tidak memerlukan investasi yang besar serta mampu menyerap tenaga kerja yang banyak, sehingga Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan industri furniture rotan. Karena selain memiliki pasokan bahan baku murah, Indonesia juga memiliki potensi tenaga kerja yang cukup banyak.

Untuk itu, pembuatan proposal ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai analisis pemasaran industry rotan,

(3)

3

B. Potensi Rotan Indonesia

 Di tinjau dari segi dominasi penguasaan potensi bahan Baku Rotan Dunia, Indonesia memiliki potensi sekitar 85% bahan baku rotan dunia. Kondisi ini selayaknyalah bisa menjadikan Indonesia menjelma menjadikan penghasil produk mebel dan Kerajinan rotan terbesar di dunia .

 Hal ini di tentunya baru akan dapat di wujudkan jika kita memiliki perencanaan strategis jangka panjang untuk pengembangan industri rotan ini .

 Industri yang kuat adalah industri yang di dukung dengan Ketersediaan bahan baku secara permanen dan lestari .

Pada kasus industri mebel dan kerajinan berbasis rotan, Komitmen adanya regulasi pemerintah untuk menutup ekspor bahan baku adalah langkah yang tepat dan sangat strategis, ini amat penting mengingat Indonesia sebagai penghasil bahan baku 85% suplay dunia

.

Cirebon di kenal sebagai barometer industri mebel dan kerajinan rotan Nasional dan Dunia. Disamping Cirebon, di beberapa wilayah, industri ini juga sangat berkembang di Surabaya, Solo, Jepara dan Jabodetabek, yang sebelum krisis bahan baku beberapa tahun lalu mampu mengekspor lebih dari 3.000 Kontainer produk mebel dan kerajinan rotan per bulan.

Perkembangan industri rotan Indonesia mencapai puncaknya tahun 1988, dua tahun setelah pemerintahan melarang ekspor semua jenis rotan mentah. Waktu itu industri rotan di Italia, Spanyol, Belanda, Jepang, Taiwan, Cina, dan negara-negara lainnya tutup, Karena terhentinya pasokan bahan baku dari Indonesia. Permintaan mebel dan kerajinan rotan dunia pun terpusat ke Indonesia. Ini membuat industri mebel rotan dalam negeri tumbuh subur. Perkembangan ini terus berlanjut sampai akhirnya pemerintahan mengeluarkan kebijakan yang membuka ekspor bahan baku rotan pada 2005.

(4)

4

C. Masa Sulit Industri Mebel & Kerajinan Rotan Indonesia

Sejak bahan baku rotan di perbolehkan untuk diekspor, satu demi satu industri mebel & Kerajinan rotan di Indonesia berguguran sebagai akibat kelangkaan bahan baku yang sesuai standar mutu ekspor dan kelangkaan jumlah pasokan yang di butuhkan industri ini.

Sementara di negara-negara pesaing kita, semakin berpesta merebut kue pasar internasional dengan sangat agresif sehingga pasar mebel Indonesia terdistorsi sangat parah sehingga hampir 60% industrinya menjadi lumpuh, atau bahkan koma dan banyak pula yang akhirnya terpaksa harus mati.

Ribuan tenaga keja kehilangan lapangan kerjanya dan terus berdampak sistematik mereduksi potensi dan roda ekonomi sekitar industri ini menjadi loyo dan cenderung mati suri.

Indonesia kemudian menjadi pilihan terakhir bagi para pembeli luar negeri setelah China, Vietnam, Philipina, dll yang sebenarnya tidak memiliki bahan baku sebesar Indonesia.

D. Prospek

Setelah perjuangan panjang dan melelahkan, akhirnya fajar baru penuh harapan akhirnya tiba. Adanya kesepakatan tiga menteri yakni Menteri Perdagangan Gita Irawan, Menteri Perindustrian Mohammad S. Hidayat, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan di Cirebon 28 Oktober 2011, telah memberikan semangat dan harapan baru bagi para pelaku usaha mebel dan Kerajinan rotan Indonesia untuk kembali dapat memenangkan pasar Internasional yang selama beberapa waktu telah menghilangkan dari kita.

Respon positif para pembeli luar negeri dalam waktu sangat singkat terasa sangat Kentara dan semakin Kuat Ketika Menteri Perdagangan Gita Irawan Wirjawan, mengeluarkan Peraturan yang tertuang dalam Permendag No. 35 tentang Ketentuan Ekspor Rotan yang berisi larangan ekspor bahan baku rotan, Permendag No.36 tentang

(5)

5

Pengangkutan Rotan Antar Pulau, dan No. 37 tentang barang yang dapat disimpan digudang dalam penyelenggaraan sistem resi gudang.

 Cirebon yang merupakan sentra industri mebel rotan terbesar di Indonesia sangat merasakan imbas dari kebijakan tersebut. Perusahaan-perusahaan mebel rotan yang hampir mati mulai berbenah menyambut order-order dari buyer yang pada mulanya membeli di China.

 Importir yang datang merupakan pelanggan lama dari berbagai negara seperti AS, Kanada, dan negara-negara Eropa lainnya. Mereka sudah lama menghilang dan mulai mengontak lagi setelah mendengar ekspor bahan baku rotan di hentikan.  Dengan di tutupnya ekspor bahan baku rotan, industri mebel dan Kerajinaan

rotan yang bertebarkan di Cirebon dan Sentra-sentra lainnya mulai di hampiri para buyer.

 Adanya lapangan ekspor bahan baku rotan tersebut membuat China tidak lagi berani berpameran mebel rotan di IMM Cologne dari 2 tahun lalu.

Trend Perkembangan Ekspor Mebel dan Kerajinan Rotan yang terus Meningkat Pasca Ditutupnya Ekspor Bahan Baku rotan, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Data Ekspor Mebel Indonesia

Tahun 2007 - 2013

(6)

6

Data Ekspor Mebel dan Kerajinan Berbasis Rotan

Tahun 2000 - 2013

Sumber data : Badan Pusat Statistik (BPS), diolah dan ditabulasi oleh AMKRI 2014

PERTUMBUHAN NILAI TRANSAKSI EKSPOR MEBEL DUNIA

TAHUN 2000 - 2013

Sumber data : CSIL diolah oleh AMKRI 2014

Tabel pertumbuhan nilai transaksi ekspor mebel dunia di atas menunjukan adanya pertumbuhan positif sejak tahun 2009. Ini menunjukan bahwa industri mebel dan kerajinan indonesia memiliki peluang untuk terus berkembang mengingat adanya permintaanpasar yang terus meningkat yang diimbangi dengan beberapa kekuatan pendukung yang kita miliki.

(7)

7

18 NEGARA EKSPORTIR PRODUK MEBEL DUNIA

Sumber data : CSIL diolah oleh AMKRI 2014

Data 18 negara eksportir produk mebel dunia diatas memperhatikan keperkasaan China yang menduduki peringkat pertama dunia dengan nilai ekspor lebih dari 52 miliar dolar AS. Posisi Indonesia masih dibawah Vietnam yang menempati posisi ke tujuh dunia dengan nilai ekspor mebel 5,3 miliar dan Malaysia yang menempati posisi ke sebelas dunia dengan nilai ekspor 2,3 miliar dolar AS. Sementara posisi Indonesia di pringkat ke 18 dunia dengan nilai 1,8 miliar dolar AS.

(8)

8 DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia ( AMKRI ). 2014 Masalah usaha mebel dan kerajinan rotan di Indonesia. DPD AMKRI Cirebon Raya.

Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO). 2009. Ekspor Rotan

Indonesia 1990-2006. Jakarta.

Astuty, E. D. 2000. Kajian Daya Saing Ekspor Komoditas Pertanian. Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2009. Data Perkembangan Ekspor Hasil Hutan Indonesia

1990-2007. Pusat Data dan Informasi. Jakarta.

Departemen Perdagangan. 2008. Pengembangan Industri Pengolahan Rotan Indonesia. Biro Umum dan Humas. Jakarta.

Hady, H. 2001. Ekonomi Internasional. Ghalia Indonesia. Jakarta. Januminro, C. F. M. 2000. Rotan Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.

Tambunan, T. T. H. 2001. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Todaro, M. P. 1994. Economic Development in the Third World. Longman, New York.

Virnaristanti, I. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Mebel dan Kerajinan Rotan

Indonesia ke Jepang [skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen

IPB. Bogor.

Gambar

Tabel pertumbuhan nilai transaksi ekspor mebel dunia di atas menunjukan adanya pertumbuhan positif sejak  tahun  2009

Referensi

Dokumen terkait

sistem informasi penjualan kerajinan rotan berbasis mobile yang berisi.. informasi dari Klaster Rotan trangsan dan produk-produk kerajinan

bahan baku mebel yang terdiri dari rotan washed and sulphurized (WS), rotan bulat pendek, rotan kikis buku, rotan polis, rotan bulat kupasan, rotan belahan hati, kulit rotan,

Ruang lingkup pembahasan adalah perencanaan dan perancangan sebuah bangunan Pusat Informasi, Promosi dan Perdagangan Industri Kerajinan Rotan sebagai fasilitas informasi, promosi

Penopang eksistensi Industri kerajinan rotan di Teluk Wetan salah satunya adalah para pengusaha rumahan (Wawancara dengan Taskan, 14 Mei 2019), meskipun

Semenjak ditutupnya keran ekspor rotan melalui 5 paket kebijakan larangan ekspor rotan tahun 2011, industri furnitur rotan Indonesia tidak kesulitan lagi dalam memperoleh

Pengolahan barang setengah jadi menghasilkan produk seperti rotan bulat kupasan, kulit rotan, hati rotan dan berupa komponen mebel terpisah.. Sedangkan barang jadi adalah produk siap

Produk yang dibuat kebanyakan rotan olahan rotan setengah jadi sebagaibahan baku kerangka atau komponen mebel dan sisanya adalah untuk bahan baku kerajinan.Bahan baku rotan dari

24 Gambar 4.3 Diagram Proses Industri Kerajinan Rotan Masuk di Desa Hargosari