Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Pertemuan 3
1. Alat Ukur Tanah
2. Pengukuran dengan Menyipat
Datar
1
http://haryono_putro.staff.gunadarma.ac.id/
Can be accessed on:Pendahuluan
Konstruksi alat ukur disesuaikan dengan
maksud dan penggunaan alat ukur.
a.
Alat ukur untuk menentukan beda
tinggi (dengan alat menyipat atau
waterpas)
b.
Alat ukur untuk mengukur
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
1. Lensa
Lensa : benda dari gelas yang dibatasi dua bidang lengkung. Sumbu optis: garis lurus yang menghubungkan dua titik pusat. Titik pusat optis terletak pada sumbu optis lensa.
Ada 2 lensa:
1. Lensa dengan tebal terbesar di tengah-tengah (KONVEKS)
2. Lensa dengan tebal terbesar di tepinya (KONKAF)
3
Lensa mempunyai titik api F yakni F1 dan F2. kedua titik
api ini terletak pada sumbu optis dengan jarak f dari
titik pusat optis lensa.
Untuk lensa konveks f dengan tanda +
lensa konkaf f dengan tanda –
Sesuai kesepakatan internasional;
Lensa konveks: F1 sebelah kiri lensa, F2 sebelah kanan
lensa
Lensa konkaf: F1 sebelah kanan lensa, F2 sebelah kiri
lensa.
Benda yang akan di cari bayangannya terletak disebelah
kiri lensa, dengan jarak a; jarak bayangan= b.
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Dalil-dalil pada lensa
- Semua sinar cahaya yang melalui titik pusat optis berjalan terus tidak dibiaskan.
- Semua sinar datang yang sejajar dengan sumbu optis lensa akan dibiaskan melalui titik api F2.
- Semua sinar datang yang melalui titik api F1 akan dibiaskan sejajar dengan sumbu optis.
5
Pembentukan
bayangan pada lensa
konveks
Keadaan pertama, bila a>f
Karena ∆AF1A’ ~ ∆OF1C, maka AA’:AF1 = OC:OF1 atau AA’: (a-f)=BB’:f, jadiAA’:BB’=(a-f):f…………(1) karena ∆AA’O ~ ∆BB’O, maka AA’:BB’=AO:BO
atauAA’:BB’= a:b Sehingga, (a-f);f=a:b
ab-bf=af bf+af=ab
jadi merupakan persamaan umum
lensa-lensa Besarnya bayangan BB’ = (a/b)AA’ = (b/a) besarnya benda
1
b
f
a
f
f b a 1 1 1 Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Keadaan kedua, a=f
jadi b=~
f
b
f
1
1
1
1
0
b
7
Keadaan ketiga, a<f
Dari rumus umum, Didapat,
Atau jarak bayangan b menjadi,
Karena a<f, maka a-f negatif, a dan f masing-masing +, maka jarak b menjadi negatif; artinya bayangan letak di sebelah kiri.
f
b
a
1
1
1
af
f
a
a
f
b
1
1
1
f
a
af
b
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Perbesaran bayangan= perbandingan antara sudut liat
dengan sudut benda yang dilihat oleh mata dengan dan
tanpa lup (lensa pembesar).
Benda dapat dilihat terang oleh mata pada jarak 25-30
cm-an.
Sudut lihat =tangen sudut liat itu.
Sudut lihat bayangan dengan lup= BB’:w; dengan sudut
lihat benda= AA’ pada jarak lihat terang w; AA’:w
Sehingga perbesarannya:
Sehingga perbesarannya,
Karena b negatif, maka rumus utk lensa pada
Lup=
W=jrk mata sampai bayangan
a
b
AA
BB
w
AA
w
BB
P
'
'
:
'
:
'
a
b
P
bf
f
b
b
f
a
atau
f
b
a
1
1
1
1
1
1
f
f
b
a
b
9Bila jarak antara mata dan lensa= e, maka
b=w-e, sehingga perbesaran,
Yang selalu akan lebih besar dari 1, utk
menghasilkan P yang besar, maka jarak titik
api f lensa harus kecil, supaya
menjadi besar.
f
e
w
f
f
e
w
1
P
f
e
w
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Pembentukan bayangan pada lensa
konkaf
Lensa konkaf mempunyai titik api negatif,
sehingga F1 terletak disebelah kanan dan F2
terletak disebelah kiri.
Rumus umum lensa konkaf:
f
b
a
1
1
1
113. Kesalahan-kesalahan yang
dibentuk oleh lensa
1.Aberasi sferis; sinar cahaya yang letaknya
jauh dari sumbu optis akan dibiaskan lebih banyak daripada sinar cahaya yang letaknya dekat dengan sumbu optis, akibatnya bayangan yang di hasilkan dari berbagai sinar cahaya tidak akan berimpit dan bayangan menjadi tidak terang.
2.Aberasi chromatis; sinar putih terdiri dari
beberapa sinar warna dengan panjang gelombang yang berbeda-beda, warna merah mempunyai gelombang panjang dan warna ungu mempunyai gelombang pendek, sinar ungu lebih dibiaskan dengan keras daripada sinar merah. Akibatnya sinar cahaya- sinar cahaya berwarna tidak mempunyai jarak titik api yang sama, sehingga bayangan menjadi tidak jelas.
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
3.
Astigmatisme; sinar cahaya yang datangnya tidak
terletak pada sumbu optis tidak mempunyai jarak titik
api yang sama pada bidang-bidang yang melalui
sumbu optis.
4.
Koma; ini disebabkan oleh abesari sferis terhadap
sinar cahaya yang memotong sumbu optis lensa.
5.
Melengkungnya bayangan dari benda yang terletak
dibidang tegaklurus pada sumbu optis lensa.
6. Salah bentuk bayangan; yang disebabkan karena
garis-garis lurus yang tidak memotong sumbu optis
lensa
mempunyai
garis-garis
lengkung
sebagai
bayangan.
13
4. Teropong
Secara sederhana, teropong terdiri dari dari dua
lensa; lensa obyektif (lensa benda) dan lensa okuler (lensa
mata). Lensa obyektif dengan jarak titik api besar, lensa
okuler dengan jarak titik api yang kecil.
untuk menhilangkan dan memperkecil kesalahan,
lensa dibuat dari beberapa lensa yang mempunyai koefisien
bias dan jari-jari bidang lengkung yang berlainan.
Lensa obyektif biasanya: bikonveks dari gelas krona (n=1,6)
Lensa okuler biasanya: konkaf-konveks dari gelas flinta
(n=1,5)
Dalam bentuk Ramsden, lensa okuler ttd dari 2 lensa
plankonveks yang dipasang dengan jarak 2/3f
Dalam Huygens lensa okuler ttd dari 2 lensa plankonveks
dengan jarak a, dengan susunan
cembung-plan-a-cembung-plan dengan f1:a:f2=3:2:1
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Benda yang letaknya tidak jauh dari teropong, oleh lensa
obyektif dibuat bayangan yang diperkecil dan terbalik,
bayangan ini menjadi benda utk lensa okuler yang
harus jatuh didalam titik api okuler. Mata yang berada
dibelakang lensa okuler akan melihat bayangan yang
dibentuk okuler diperbesar dan terbalik.
Benda yang letaknya sangat jauh dari teropong (a
besar), bayangan dari lensa obyektif akan jatuh di
bidang titik api sebelah kanan lensa obyektif dan
harus pada titik api okuler.
Gambarkan jalannya sinar dalam 2 keadaan diatas!!!
15
Beberapa yang perlu diketahui:
-
diafragma: dua garis salib sumbu dalam teropong
digunakan untuk mengarahkan bidikan ke suatu arah
tertentu.
-
Garis bidik: garis lurus yang menghubungkan titik-titik
tengah lensa obyektif dengan titik potong dua garis
diafragma.
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Langkah-langkah menggunakan
teropong:
a. Arahkan garis bidik teropong ke obyek bidik secara kasar dengan alat bidik yang terletak di bagian atas teropong.
b. Geser tabung okuler sejauh2nya, sehingga mata dapat melihat garis diafragma dengan terang.
c. Supaya mata dapat melihat dengan jelas, maka perlu menempatkan bayangan titik itu dibidang garis-garis diafragma, dengan
menggeser2 lensa penolong. Bila bayangan belum tepat di bidang diafragma maka dikatakan adanya paralaks atau kesalahan lihat.
17
Menentukan perbesaran (P)
1.Dengan membandingkan sudut ω1 dan ω2. (dalam radial)
Sehingga perbesaran P=
Cara ini masih memberikan kesalahan, karena lensa obyektif sebagai lup dan f2 kecil.
Cara lain yakni dengan membandingkan antara diameter lensa obyektif dengan diameter lingkaran dibelakang lensa okuler
2
1
2
1
f
f
2
2
f
p
1
1
f
p
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
2. Mengukur langsung perbandingan sudut lihat benda dan
bayangan.
2 1 2 1L
L
D
L
D
L
P
19Medan Lihat
Medan lihat adalah sudut lihat suatu benda yang terbesar, yang dapat dilihat dalam teropong. Ini tergantung dari diafragma (yang terletak antara lensa obyektif dan okuler). Medan lihat akan sama dengan sudut puncak suatu kerucut yang mempunyai titik puncaknya di titik o lensa obyektif dan garis lukisnya melalui tepi A dan B diafragma. Oleh lensa obyektif dibuat bayangan yang letaknya dibidang diafragma, sehingga jarak bayangan b1=f1, maka,
Bila d dinyatakan dalam k kelipatan dari jarak f2 lensa okuler, maka d=k.f2
Sehinga,
Kesimpulan: bahwa medan lihat suatu teropong berbanding terbalik dengan perbesaran P pada lobang diafragma d yang tertentu.
1 f d
p
k
f
f
k
:
1
2
.
Geodetic Engineering
Civil Engineering UG 21
Nilai Terang (t)
Nilai terang bayangan teropong dari suatu benda adalah sebanding dengan banyaknya sinar cahaya yang jatuh pada satuan luas bayangan.
Banyaknya sinar cahaya ini sebanding lagi dengan jumlah seluruhnya cahaya yang masuk dalam teropong (D2).Tetapi berbanding terbalik dengan luas bayangan (P2)
Angka perbandingan c dapat ditentukan bila diketahui satua untuk nilai terang. Satu satuan nilai terang adalah nilai terang yang diperoleh dengan mata dari suatu benda yang dilihat, bila diameter pupil mata adalah O, maka untuk mata berlaku D2=O2, P=1 dan t=1
Sehingga: atau
Karena O = ±5mm2, maka nilai terang teropong menjadi: 2 2
.
P
D
c
t
1
.
2O
c
t
1
2O
c
2 2 2P
O
D
t
2 2)
(
5
1
P
Dmm
t
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Untuk mendapatkan bayangan tentang besarnya nilai
terang t, diberikan daftar sbb:
Terlihat bahwa, nilai terang t akan turun bila perbesaran
menjadi lebih besar, dimana diameter lensa obyektif
tetap. Misalkan pada diameter lensa obyektif 30mm,
maka jangan dibuat perbesaran P=30x, tetapi
buatlah perbesaran P=20x
D
30mm
30mm
40mm
40mm
P
20x
30x
20x
30x
t
0,45
0,20
0,80
0,36
23Nivo
Adalah suatu alat bantu yang
digunakan untuk mengetahui
apakah kedudukan alat sudah
dalam posisi yang baik (sumbu
vertikal dan horisontal saling
tegak lurus)
Ada 2 macam Nivo:
1.
Nivo kotak
Geodetic Engineering
Civil Engineering UG 25
PENGUKURAN TINGGI DENGAN
MENYIPAT DATAR
Pengukuran tinggi dengan menyipat datar
ini bertujuan untuk menetukan beda
tinggi antara 2 titik.
Beda tinggi dapat ditentukan dengan tiga
cara:
1.
Cara Barometris
2.
Cara Trigonometris
3.
Pengukuran menyipat datar
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Cara barometris
Barometer adalah alat untuk
mengukur tekanan
udara.
Tekanan udara= berat udara
dengan tebal tertentu.
Misal gambar: maka tekanan
di A adalah berat udara
yang tingginya a, di B=
berat udara dengan
ketinggian b
27
Cara Trigonometris
Cara ini memerlukan alat pengukur
sudut (theodolit)
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Cara pengukuran dengan menyipat
datar
Beda tinggi antara dua titik yaitu: jarak antara
kedua bidang nivo.
29
Alat ukur penyipat datar sederhana
tanpa teropong
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Syarat-syarat utk alat ukur
penyipat datar
-
Garis bidik teropong
harus
sejajar
dengan garis arah
Nivo
-
Garis
arah
nivo
harus
tegak
lurus
pada sumbu kesatu
alat ukur penyipat
datar
-
Benang
mendatar
diafragma
harus
tegaklurus
pada
sumbu kesatu
31Pengaturan alat
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Misal:
Dari gambar: d1=d2=d3=50m, a=1,724m;b=1,586m;c=2,208m dan d=1,892m
Berapa x dan y?
33
Istilah-istilah dalam sipat datar
- Garis vertikal: garis yang berimpit dengan arah gaya berat (mis:dgn unting-unting)
- Permukaan datar: sebuah permukaan melengkung yang pada tiap titiknya tegak lurus pada garis unting-unting. Untuk wilayah kecil permukaan datar diperlakukan sebagai bidang datar.
- Garis datar: sebuah garis di permukaan datar
- Bidang Horisontal: sebuah bidang datar tegaklurus arah gaya berat
- Garis Horisontal: sebuah garis pada bidang horisontal tegaklurus arah vertikal
- Datum: sembarang permukaan datar yang dipakai sebagai acuan (mis:permukaan air laut yang di anggap rata)
- DPL (diatas permukaan laut/ MSL, mean sea level) yi: tinggi rata-rata permukaan laut utk semua tingkat pasang surut selama periode lebih dari 19 tahun. Ada juga MHW (mean high water), MLW (mean low water).
- Elevasi: jarak vertikal dari sebuah datum
Geodetic Engineering
Civil Engineering UG 35
Menggunakan tg sudut bidik dengan garis jurusan
Nivo pada alat sipat datar (garis bidik tidak //
garis jurusan nivo
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Pada titik I.
tab=a0-b0
Sedang dari pembacaan akan didapat beda tinggi yang salah =t’ab=a1-b1 Atau a1-b1 = (a0+aoa1)-(bo+bob1)
=(a0-b0)+(a0a1-b0b1) =tab+tg α(d1-d2)
Sehingga, tab=(d1-b1)tg α (d1-d2)……… (1)
Pada titik II. (dgn cara yang sama)
t’ab = c0-e0
Atau c1-e1=(c0+c0c1)-(e0+e0e1) =(c0-e0)+(c0c1-e0e1)
=tab + (c0c1-e0e1)
Sehingga, tab = (c1-e1)-(d3-d4)tg α……….(2) Karena (1)=(2)=tab, maka
) 4 3 ( ) 2 1 ( ) 1 1 ( ) 1 1 ( d d d d e c b a tg 37
Contoh:
Dari pengamatan didapat:
a1=1,568m c1=1,826m d1=24,56m d3=89,43m
b1=0,826m e1=1,242m d2=124,66m d4=59,70m
Maka,
Tg α = -0.00144 (ini berarti garis bidk ke arah ke bawah) Dari pengukuran titik I’
Tab=(a1-b1)-tg(d1-d2)
=0.742-((-0.00144)x(-8-.10)) =0.742-0.115
= +0.617
Dari pengukuran titik II Tab=(c1-e1)-tg(d3-d4) =0.584-((-0.00144)x(+29.64)) ) 4 3 ( ) 2 1 ( ) 1 1 ( ) 1 1 ( d d d d e c b a tg 74 . 109 158 . 0 63 . 29 10 . 80 584 . 0 742 . 0
Geodetic Engineering Civil Engineering UG
Penentuan beda tinggi antara dua
titik
39
Geodetic Engineering
Geodetic Engineering
Geodetic Engineering
Geodetic Engineering
Geodetic Engineering