LEMBAR JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ………... iv NOTA P E N G A N T A R PEMERINTAH
KABUPATEN PESISIR BARAT NOMOR
B.910/194/5.02/2014 TANGGAL 15 SEPTEMBER 2014 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PESISIR BARAT
TAHUN ANGGARAN 2015 ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 01
1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum -
APBD (KUA) ……….... 01
1.2 Tujuan Penyusunan KUA ... 14
1.3 Dasar Hukum Penyusunan KUA ... 14
1.4 Sistematika Kebijakan KUA Tahun 2015 …..… 19
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH ... 21
2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi
Makro Daerah ... 21
2.2 Kontribusi Sektor Perekonomian Terhadap
PDRB Kabupaten Pesisir Barat ... 29
2.3 Perkembangan Harga (Inflasi) ……….. 33
2.4 Rancangan Target Ekonomi Makro
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA
DAN PEMBIAYAAN DAERAH ... 51
4.1 PendapatanDaerah ... 4.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah ……….………. 51
4.1.2 Target Pendapatan Daerah ... 54
4.1.3 Upaya-upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target ... 58
4.2 Belanja Daerah ... 58
4.2.1 Kebijakan Terkait Perencanaan Belanja Daerah ... 60 4.2.2 Kebijakan Belanja Tidak Langsung ... 62 4.3 Pembiayaan Daerah ... …….. 67 4.3.1 Penerimaan Pembiayaan ... 68 4.3.2 Pengeluaran Pembiayaan ... 68 BAB V PENUTUP ... 69
Tabel II.1 Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah dan Padi Ladang
Per Kecamatan ……….. 22
Tabel II.2 Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Kabupaten Pesisir Barat
Per Kecamatan ……….. 23
Tabel II.3 Produksi Daging Hewan Ternak
Per Kecamatan ……….. 24
Tabel II.4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pesisir Barat
Tahun 2011-2013 (persen) ……….. 28
Tabel II.5 Kontribusi Per Sektor PDRB ADHB
Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2011-2013
Dan Prediksi 2014 (persen) ……….. 29
Tabel II.6 Kontribusi Per Sektor PDRB ADHK Kabupaten Pesisir Barat Tahun
2011-2013 dan Prediksi 2014 (persen) …….. 31
Tabel II.7 Rata-rata PDRB Perpakita Kabupaten Pesisir Barat
Tahun 2012 dan 2013 ………. 32
Tabel II.8 Tingkat Inflasi Kabupaten
Pesisir Barat Tahun 2010-2013 ………. 34
Tabel IV.1 Pendapatan dan Penerimaan
NOMOR : B.910/194/5.02/2014 TANGGAL : 15 September 2014
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PESISIR BARAT
TAHUN ANGGARAN 2015
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : KHERLANI
Jabatan : Penjabat Bupati Pesisir Barat
Alamat Kantor : Kantor Bupati Kabupaten Pesisir Barat, Jl. Kesuma II Nomor 7, Kec. Pesisir Tengah, Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung
Bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat, dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperlukan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang dijadikan dasar penyusunan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
KUA APBD meliputi asumsi-asumsi dasar dalam
APBD Tahun 2015.
Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2015 disusun dalam lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota Pengantar KUA ini.
Demikianlah Nota Pengantar KUA ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun 2015.
Krui, 15 September 2014
PENJABAT BUPATI PESISIR BARAT,
DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ………... iv NOTA P E N G A N T A R PEMERINTAH
KABUPATEN PESISIR BARAT NOMOR
B.910/195/5.02/2014 TANGGAL 15 SEPTEMBER 2014 TENTANG PRIORITAS DAN PLAFON
ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) KABUPATEN PESISIR BARAT
TAHUN ANGGARAN 2015 ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 01
1.1 Latar Belakang Penyusunan Prioritas
dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
APBD Tahun Anggaran 2015 ……….. 01
1.2 Tujuan Penyusunan PPAS ... 07
1.3 Dasar Hukum Penyusunan PPAS ... 08
BAB II RENCANA PENDAPATAN DAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH
TAHUN 2015 ... 16
BAB III PRIORITAS BELANJA DAERAH …………... 20
BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA
BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN
DAN PROGRAM/KEGIATAN ... 45
4.1 Plafon Anggaran Sementara
Berdasarkan Urusan
Pemerintahan Daerah ... 45
4.2 Plafon Anggaran Sementara
dan Belanja Tidak Terduga ... 76
BAB V RENCANA PEMBIAYAAN DAERAH ... 80
Tabel II.1 Target Pendapatan dan Penerimaan
Pembiayaan Daerah Tahun 2015 ……… 17
Tabel III.1 Prioritas Pembangunan Kabupaten
Pesisir Barat Per SKPD
Tahun Anggaran 2015 ……….…………. 24
Tabel IV.1 Nomenklatur SKPD Kabupaten
Pesisir Barat Tahun 2015 ……….. 46
Tabel IV.2 Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara Urusan
Pemerintahan Daerah………. 50
Tabel IV.3 Plafon Anggaran Sementara
Berdasarkan Program dan
Kegiatan Tahun Anggaran 2015 ...…………. 55
Tabel IV.4 Plafon Anggaran Sementara
Untuk Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial,
Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga
Tahun Anggaran 2015 ...…….………….. 79
Tabel V.1 Rincian Plafon Anggaran
Pembiayaan Daerah
NOMOR : B.910/195/5.02/2014 TANGGAL : September 2014
TENTANG
PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS)
KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN ANGGARAN 2015
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : KHERLANI
Jabatan : Penjabat Bupati Pesisir Barat
Alamat Kantor : Kantor Bupati Kabupaten Pesisir Barat, Jl. Kesuma II Nomor 7, Kec. Pesisir Tengah, Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung
Bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat, dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperlukan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang dijadikan dasar penyusunan Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)
anggaran 2015, prioritas belanja daerah, plafon anggaran sementara per Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), plafon anggaran sementara program dan kegiatan, plafon anggaran sementara belanja dan rencana pengeluaran pembiayaan daerah tahun anggaran 2015.
Secara lengkap Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2015 disusun dalam lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota Pengantar ini.
Demikianlah Nota Pengantar PPAS ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2015.
Krui, 15 September 2014
PENJABAT BUPATI PESISIR BARAT,
LAMPIRAN : NOTA PENGANTAR PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR BARAT NOMOR : B.910/194/5.02/2014
TANGGAL : 15 September 2014
TENTANG : KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN ANGGARAN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa pemerintah daerah melaksanakan bidang kewenangan urusan wajib dan urusan pilihan. Secara lebih spesifik pembagian urusan dimaksud, diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan urusan tersebut diimplementasikan dalam bentuk program dan kegiatan, dimana penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah, sedangkan penyelenggaraan urusan
didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara.
Berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana beberapa kali telah diubah, terakhir Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah,
komponennya meliputi: (a) asas umum pengelolaan keuangan daerah; (b) pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah; (c) struktur APBD; (d) penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD; (e) penyusunan dan penetapan APBD; (f) pelaksanaan dan perubahan APBD; (g) penatausahaan keuangan daerah; (h) pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; (i) pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD; (j) pengelolaan kas umum daerah; (k) pengelolaan piutang daerah; (l) pengelolaan investasi daerah; (m) pengelolaan barang milik daerah; (n) pengelolaan dana cadangan; (o) pengelolaan utang daerah; (p) pembinaan dan penggawasan pengelolaan keuangan daerah; (q) penyelesaian kerugian daerah; (r) pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah; dan (s) pengaturan pengelolaan keuangan daerah.
Sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2015, sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah sebelum terbentuknya DPRD, rancangan APBD kabupaten Pesisir Barat dibahas oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama SKPD terkait untuk selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Bupati Pesisir Barat.
Sinkronisasi kebijakan pemerintah daerah dengan pemerintah provinsi dan pusat, antara lain diwujudkan dalam penyusunan KUA (Kebijakan Umum APBD) dan PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara) yang disepakati bersama antara pemerintah daerah dan DPRD sebagai dasar dalam penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015. KUA dan PPAS Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015 berpedoman pada
RKPD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2015 yang telah
disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2015 dan RKPD Provinsi Lampung Tahun 2015.
Hasil sinkronisasi kebijakan tersebut disampaikan kepada Gubernur Provinsi Lampung bersamaan dengan penyampaian Rancangan Peraturan Bupati Pesisir Barat Tentang APBD Tahun Anggaran 2015 serta dokumen lainnya yang dipersyaratkan dalam rangka evaluasi Peraturan Bupati Pesisir Barat tentang APBD Tahun Anggaran 2015.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu memperhatikan kebijakan pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Lampung terkait tema dan prioritas pembangunannya pada tahun 2015. Adapun tema dan prioritas masing-masing adalah sebagai berikut:
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 menetapkan
tema pembangunan nasional adalah “Melanjutkan Reformasi bagi
Percepatan Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan”, dengan
sasaran yang harus dicapai pada Tahun 2015, adalah: 1. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 - 6,3 persen;
2. Inflasi diharapkan dapat terkendali pada kisaran 4,5 + 1 persen. Berdasarkan tema dan sasaran tersebut di atas, dalam RKP Tahun 2015 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015 terdapat 9 (sembilan) bidang pembangunan sesuai Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, dengan isu-isu strategis pada masing-masing bidang sebagai berikut:
1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
a. Pengendalian Jumlah Penduduk;
b. Reformasi Pembangunan Kesehatan:
1) Sistem Jaminan Sosial Nasional (demand and supply);
c. Reformasi Pembangunan Pendidikan; dan
d. Sinergi Percepatan.
2. Bidang Ekonomi
a. Transformasi Sektor Industri Dalam Arti Luas;
b. Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja;
c. Peningkatan Daya Saing UMKM dan Koperasi;
d. Peningkatan Efisiensi Sistem Logistik dan Distribusi; dan
e. Reformasi Keuangan Negara.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
a. Peningkatan Kapasitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
4. Bidang Sarana dan Prasarana
a. Peningkatan Ketahanan Air;
b. Penguatan Konektivitas Nasional:
1) Keseimbangan Pembangunan Antar Wilayah;
2) Pendorong Pertumbuhan Ekonomi; dan
3) Pembangunan Transportasi Massal Perkotaan.
c. Peningkatan Ketersediaan Infrastruktur Pelayanan Dasar:
1) Peningkatan Rasio Elektrifikasi Nasional;
5. Bidang Politik
a. Konsolidasi Demokrasi.
6. Bidang Pertahanan dan Keamanan
a. Percepatan Pembangunan MEF dan Almatsus POLRI dengan Pemberdayaan Industri Pertahanan; dan
b. Peningkatan Ketertiban dan Keamanan Dalam Negeri.
7. Bidang Hukum dan Aparatur
a. Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Kapasitas
Kelembagaan Publik;
b. Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.
8. Bidang Wilayah dan Tata Ruang
a. Pembangunan Daerah Tertinggal dan Perbatasan;
b. Pengelolaan Risiko Bencana; dan
c. Sinergi Pembangunan Perdesaan.
9. Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan
a. Perkuatan Ketahanan Pangan;
c. Percepatan Pembangunan Kelautan;
d. Peningkatan Keekonomian Keanekaragaman Hayati dan
Kualitas Lingkungan Hidup
Berdasarkan pada pentahapan dalam RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015, maka tema pembangunan Lampung Tahun
2015 yaitu “Pemantapan Perekonomian Daerah Sebagai
Landasan Pembangunan Berkelanjutan”, dengan prioritas
pembangunan daerah Provinsi Lampung sebagai berikut:
1. Memperkuat daya dukung infrastruktur dan konektivitas wilayah; 2. Revalitas pertanian dalam rangka pemantapan ekonomi daerah
untuk peningkatan rakyat yang berkeadilan;
3. Memperluas kesempatan kerja dan akses pelayanan pendidikan serta kesehatan;
4. Penguatan inovasi teknologi, pemantapan IPTEK, industri dan perdagangan serta energi;
5. Peningkatan pariwisata dan kebudayaan daerah melalui sinergi antar pemangku kegiatan;
6. Pemantapan pengelolaan sumber daya alam, lingkungan dan penanggulangan bencana; dan
Berikutnya sebagai kelanjutan dari tema dan prioritas pembangunan Provinsi Lampung 2015, pembangunan diprioritaskan pada percepatan implementasi program-program unggulan daerah, seperti:
1. Pengembangan infrastruktur perhubungan dan penanganan jalan akan diprioritaskan untuk mendukung pengembangan kawasan ekonomi dan kawasan strategis cepat tumbuh, pengendalian laju kerusakan jalan akibat dan peningkatan kinerja pengelolaan sumber daya air;
2. Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan melalui peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, pemberian beasiswa biaya hidup (living cost) bagi mahasiswa tidak mampu dan beasiswa program s2/s3 untuk para dosen dan tenaga kesehatan, pemantapan penerapan kurikulum 2013, pemerataan tenaga pendidik khususnya untuk daerah terpencil serta pemberian insentif bagi tenaga pendidik dan guru honor di daerah terpencil. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut anggaran belanja pendidikan dialokasikan sama dengan Tahun 2014 atau tidak mengalami penurunan;
3. Peningkatan kualitas, optimalisasi manajemen dan perluasan cakupan pelayanan kesehatan khususnya untuk masyarakat miskin serta pengembangan dan peningkatan sumber daya kesehatan;
4. Revitalisasi kawasan kumuh, daerah tertinggal dan perumahan rakyat serta pembangunan sarana air bersih/air minum dan prasarana dasar pemukiman;
5. Percepatan pembangunan pertanian dalam rangka peningkatan produksi, kesejahteraan petani dan daya saing daerah, dukungan terhadap akses permodalan lingkup pertanian dan pengembangan sistem distribusi daerah serta peningkatan SDM pertanian dan kelembagaannya;
6. Peningkatan peran perencanaan dalam pembangunan daerah melalui perkuatan jaring inovasi dengan perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga non pemerintah dan masyarakat serta peningkatan sinergitas dengan pemerintah pusat, kabupaten/kota, antar provinsi, antar forum dan antar pemangku kepentingan pembangunan;
7. Pengawasan dan pemantauan terhadap upaya perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup;
8. Perlindungan perempuan dan anak serta kesetaraan gender melalui peningkatan ekonomi produktif perempuan;
9. Pengembangan energi baru terbarukan dalam upaya
pemenuhan kebutuhan energi di daerah serta peningkatan rasio elektrifikasi daerah;
10. Pengembangan destinasi pariwisata dan kawasan wisata unggulan dengan dukungan infrastruktur dan sektor terkait secara terpadu serta pemberdayaan masyarakat sadar wisata; dan
11. Pengembangan potensi kelautan, perikanan budidaya dan perikanan tangkap serta pengembangan produk komoditi unggulan yang berbasis ekonomi lokal.
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional perlu diselaraskan dan dilaksanakan secara terpadu dengan pembangunan sektor-sektor nasional. Prioritas pembangunan Provinsi Lampung yang disusun sesuai dengan karakteristik,potensi, aspirasi dan permasalahan yang ada ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Berbagai upaya terus-menerus dilakukan secara berkesinambungan dan bersinergi, termasuk melakukan terobosan-terobosan baru melalui program-program unggulan daerah.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2015 menetapkan tema pembangunan daerah
adalah ”Meningkatkan kualitas pelayanan publik dan tata kelola
pemerintahan berbasis kompetensi untuk mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan yang berkeadilan, inovatif,
berbudaya, transparan dan akuntabel, dengan prioritas
1. Melanjutkan penyelenggaraan birokrasi dan tata kelola kepemerintahan (governance) untuk menciptakan pelayanan publik yang berkeadilan;
2. Pembangunan ketahanan pangan dengan pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan serta penanganan bencana dan kerawanan pangan;
3. Penguatan perekonomian daerah melalui pemberdayaan masyarakat pedesaan, pengelolaan sumberdaya pertanian, perikanan, dan kehutanan serta pengelolaan sumberdaya air dan energi;
4. Perluasan aksesibilitas dan kualitas pendidikan bagi semua kelompok masyarakat tanpa diskriminasi;
5. Pemantapan pelayanan kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat yang berkeadilan, berkualitas dan terjangkau;
6. Pembangunan, pemeliharaan dan perluasan sarana
prasarana wilayah dan pengembangan kawasan perkotaan yang ramah lingkungan dan berkarakter budaya Lampung; dan
7. Menjaga dan memelihara kondusifitas daerah untuk
memantapkan tata kelola pemerintahan yang menciptakan rasa aman dan damai bagi masyarakat.
Adapun garis besar kebijakan umum penyusunan KUA– PPAS kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut:
1. APBD merupakan kerangka kebijakan publik yang memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah dan masyarakat yang tercermin dalam rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan. Program/Kegiatan direncanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga anggaran merupakan hasil sinergi Musrenbang Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2014, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pesisir Barat tahun 2015, arah kebijakan Bupati Pesisir Barat serta prioritas pembangunan Pemerintah Pusat dan Provinsi Lampung;
2. Capaian target pembangunan daerah Tahun 2015
diselaraskan dengan RKPD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2015;
3. Belanja hibah dan bantuan sosial disesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial;
4. APBD Tahun Anggaran 2015 disusun dengan pendekatan
ekonomis, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat;
5. Arah kebijakan keuangan daerah difokuskan untuk mengatasi
masalah–masalah mendasar yang menjadi prioritas
pembangunan tahun 2015, yaitu: (1) Melanjutkan
Penyelenggaraan birokrasi dan tata kelola kepemerintahan (governance) untuk menciptakan pelayanan publik yang berkeadilan; (2) Pembangunan ketahanan pangan dengan
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan serta
penanganan bencana dan kerawanan pangan; (3) Penguatan perekonomian daerah melalui pemberdayaan masyarakat pedesaan, Pengelolaan sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan serta pengelolaan sumberdaya air dan energi; (4) Perluasan aksesibilitas dan kualitas pendidikan bagi semua kelompok masyarakat tanpa diskriminasi; (5) Pemantapan pelayanan kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat yang berkeadilan, berkualitas dan terjangkau; (6)
Pembangunan, pemeliharaan dan perluasan sarana
prasarana wilayah dan pengembangan kawasan perkotaan
yang ramah lingkungan dan berkarakter budaya Lampung; dan (7) Menjaga dan memelihara kondusifitas daerah untuk memantapkan tata kelola pemerintahan yang menciptakan rasa aman dan damai bagi masyarakat.
1.2 Tujuan Penyusunan KUA
Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015, bertujuan untuk:
1. Melakukan optimalisasi pendapatan dan belanja daerah terhadap APBD Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015; 2. Meningkatkan mutu pelayanan kepada para pengguna jasa
layanan pemerintah secara lebih optimal;
3. Mewujudkan sinergitas program nasional, provinsi dan daerah dalam upaya peningkatan kinerja pemerintah yang berkeadilan dalam pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat di daerah; dan
4. Mewujudkan tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah.
1.3 Dasar Hukum Penyusunan KUA
Berikut adalah dasar hukum dari peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai dasar dalam penyusunan KUA Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015, sebagai berikut:
1. Undang–undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Undang–undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang–undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
8. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82);
9. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2012 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Baru Kabupaten Pesisir Barat di Provinsi Lampung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 231, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5364);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Rebuplik Indonesia Nomor 4664);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Tata Kerja Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen serta Tunjangan Kehormatan Professor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 85 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5016);
18. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
19. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan bagi Guru PNS;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015;
24. Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 02 Tahun 2013 Tentang Pemberlakuan secara Mutatis Mutandis Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat di Kabupaten Pesisir Barat;
25. Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 01 Tahun
2013 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat; dan
26. Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2015.
1.4 Sistematika Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2015
Kebijakan Umum Anggaran Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015, tujuan penyusunan KUA, dasar hukum penyusunan KUA dan sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
Bab ini berisi tentang perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya (2014) dan rencana target ekonomi makro pada tahun perencanaan (2015).
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
Bab ini berisi asumsi dasar yang digunakan dalam APBN, laju inflasi, pertumbuhan PDRB dan asumsi-asumsi lainnya.
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
Bab ini memuat tentang kebijakan perencanaan pendapatan daerah, target dan upaya-upaya dalam mencapai target pendapatan daerah tersebut, kebijakan belanja dan kebijakan pembiayaan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang harapan dari pembuatan KUA Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015 agar dapat menjadi pedoman penyusunan APBD Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015.
BAB II
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah
Salah satu indikator ekonomi makro yang dapat
menggambarkan perkembangan ekonomi suatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan produktifitas dan pendapatan masyarakat daerah tersbut akan meningkat melalui penciptaan kesempatan kerja, investasi dan peluang berusaha. Struktur perekonomian yang dimiliki oleh Kabupaten Pesisir Barat masih mengacu pada kabupaten induk yaitu Kabupaten Lampung Barat yang didominasi oleh sektor pertanian sebagai penopang utama perekonomian.
Sektor pertanian didukung oleh 5 sub sektor. Sub sektor perkebunan dan tanaman bahan makanan (tabama) mampu membentuk 45,34 persen dari nilai PDRB Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013. Besarnya sumbangan sub sektor tersebut dapat dilihat dari luas panen dan produksi padi untuk Kabupaten Pesisir Barat. Perhatikan (Tabel II.1) dan produksi tanaman perkebunan rakyat (Tabel II.2) di bawah ini:
Tabel II.1
Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah dan Padi Ladang per Kecamatan
NO Kecamatan
Padi Sawah Padi Ladang
Luas (Ha) Produksi (Ha) Luas (Ha) Produksi (Ha) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01 Pesisir Selatan 2.529 20.632 129 337 02 Bengkunat 600 4.917 600 1.645 03 Bengkunat Belimbing 1.085 7.222 2.875 7.084 04 Ngambur 1.502 11.946 175 610 05 Pesisir Tengah 345 2.112 10 13 06 Karya Penggawa 915 6.221 - - 07 Way Krui 303 2.823 10 - 08 Krui Selatan 435 3.751 35 13 09 Pesisir Utara 479 3.962 5 13 10 Lemong 490 4.077 55 40 11 Pulau Pisang - - - - Jumlah 8.683 67.663 3.849 9.755
Tabel II.2
Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Kabupaten Pesisir Barat per Kecamatan NO Kecamatan Luas (Ha) Kelapa Dalam Kelapa Kopi Robusta Lada **) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01 Pesisir Selatan 2.166,8 3.065,4 710,0 32,8 02 Bengkunat 488,3 32.685,1 810,0 346,3 03 Bengkunat Belimbing 649,3 5.742,1 935,0 391,9 04 Ngambur 937,6 17.187,9 735,8 263,9 05 Pesisir Tengah 299,9 - 22,0 4,1 06 Karya Penggawa 502,3 - 465,5 33,3 07 Way Krui 252,0 - 27,0 7,2 08 Krui Selatan 115,5 - 44,0 8,5 09 Pesisir Utara 939,3 - 1.154,0 45,2 10 Lemong 748,7 - 2.070,0 740,4 11 Pulau Pisang * * * * Jumlah 7.100,3 58.680,5 6.973,3 1.873,6
*sumber: PDRB Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013 (diolah)
Berikutnya (Tabel II.3) menyajikan populasi dan produksi daging hewan ternak di Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2014 di bawah ini:
TABEL II.3
PRODUKSI DAGING HEWAN TERNAK PER KECAMATAN
NO Kecamatan Ternak Besar Ternak Kecil
Sapi Kerbau Kambing Domba
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 01 Pesisir Selatan 8.047 3.182 - 245 02 Bengkunat 6.733 3.500 - 147 03 Bengkunat Belimbing 6.405 2.705 - 98 04 Ngambur 9.196 - - 98 05 Pesisir Tengah 21.677 - 1.950 69 06 Karya Penggawa 4.270 3.182 - - 07 Way Krui 4.762 1.114 - 20 08 Krui Selatan 4.927 1.591 - - 09 Pesisir Utara 5.419 3.819 - 245 10 Lemong 6.733 1.273 - - 11 Pulau Pisang * * * * Jumlah 2012 78.169 20.366 1.950 922 Jumlah 2011 ** ** ** **
Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat
* data masih bergabung dengan kecamatan induk ** data masih bergabung dengan kabupaten induk
Pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan III 2014 diperkirakan sedikit mengalami perlambatan dari 5,7% (yoy) pada triwulan II 2014, dan berada dalam kisaran 5,3 – 5,8% (yoy) pada triwulan III 2014. Pada sisi perkembangan harga, tekanan inflasi Provinsi Lampung pada triwulan III 2014 berada pada kisaran inflasi sekitar 3,90% - 4,40% (yoy). Sesuai dengan polanya, inflasi menjelang perayaan hari besar keagamaan nasional cenderung meningkat. Namun demikian secara tahunan tren penurunan masih terjadi dikarenakan base year
effect yang sangat tinggi akibat kenaikan BBM pada tahun 2013.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung melambat signifikan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya dari 6,4% (yoy) pada triwulan IV 2013 menjadi 5,3% (yoy) pada triwulan I 2014. Pertumbuhan periode laporan lebih rendah dibanding rata-rata lima tahun terakhir 5,9% (yoy). Secara triwulanan, PDRB Provinsi Lampung tumbuh 7,6% (qtq) atau di bawah rata-rata pertumbuhan triwulan I selama lima tahun terakhir (9,9% qtq). Dengan perkembangan tersebut, maka perekonomian Lampung pada periode ini mencatatkan
output riil sebesar Rp11,89 triliun. Walaupun mengalami perlambatan,
pertumbuhan Provinsi Lampung triwulan I 2014 masih lebih tinggi daripada nasional yang sebesar 5,2% (yoy).
Dari sisi permintaan, penyebab perlambatan ekonomi pada periode laporan berasal dari penurunan kinerja investasi dan perlambatan ekspor. Sementara itu, dari sisi penawaran, perlambatan kinerja sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air menahan laju pertumbuhan
ekonomi Lampung pada periode laporan, meskipun sektor lainnya mengalami peningkatan.
Struktur perekonomian Lampung pada triwulan I 2014 masih didominasi oleh 3 sektor utama yaitu pertanian (36,9%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) (16,1%) dan industri pengolahan (14,7%). Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pangsa sektor pertanian dan sektor PHR mengalami peningkatan cukup signifikan (5,1% dan 0,2%). Sementara sektor industri pengolahan mengalami penurunan pangsa dalam total perekonomian (-2,4%).
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung meningkat
dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya dari 5,3% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 5,7% (yoy) pada triwulan II 2014. Pertumbuhan Prov. Lampung triwulan II 2014 masih lebih tinggi daripada nasional yang sebesar 5,1% (yoy). Secara triwulanan, PDRB Provinsi Lampung tumbuh 4,7% (qtq) atau di atas rata-rata pertumbuhan triwulan II selama lima tahun terakhir (4,1% qtq). Dengan perkembangan tersebut, maka perekonomian Lampung pada periode ini mencatatkan output riil sebesar Rp 12,44 triliun atau mencapai 2,3% dari perekonomian nasional.
Dari sisi permintaan, pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi pada periode laporan berasal dari masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan peningkatan konsumsi nirlaba. Sementara itu, dari sisi penawaran, peningkatan kinerja sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) menjadi penggerak terbesar laju pertumbuhan ekonomi Lampung pada periode
laporan, meskipun sektor lainnya mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan I 2014.
Struktur perekonomian Lampung pada triwulan II 2014 masih didominasi oleh 3 sektor utama yaitu sektor pertanian (36,7%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) (15,5%) dan industri pengolahan (13,3%). Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pangsa sektor industri pengolahan dan sektor PHR mengalami peningkatan (1,0% dan 0,1%). Sementara sektor pertanian mengalami penurunan pangsa dalam total perekonomian (-1,4%).
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat memprediksi laju
pertumbuhan ekonomi sebesar 12,19% sampai dengan 15%. Ada beberapa sektor yang diharapkan mampu naik pertumbuhan ekonominya, yaitu: sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Dari beberapa sektor di atas akan dapat digunakan untuk mengukur kemajuan ekonomi di Kabupaten Pesisir Barat sebagai hasil dari pembangunan di bidang ekonomi, sebagai dasar proyeksi awal atau perkiraan penerimaan wilayah untuk perencanaan pembangunan baik sektoral maupun regional. Berikut ini adalah table laju pertumbuhan ekonomi Atas Dasar Harga Konstan, sebagai berikut
Tabel Ii.4
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pesisir Barat Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2011 - 2013 ( Persen ) LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014* 1. PERTANIAN 8,67 3,00 5,83 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 4,12 6,09 5,11 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3,01 7,79 5,40
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
5,13 14,05 9,59 5. BANGUNAN 4,43 6,82 5,63
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 5,92 4,62 5,27 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 12,60 6,81 9,71 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 4,92 8,31 6,61 9. JASA-JASA 12,09 7,24 9,67
Sumber : BPS Kabupaten Lampung Barat, Tahun 2014 * Angka Prediksi
2.2 Kontribusi Sektor Perekonomian Terhadap PDRB Kabupaten Pesisir Barat
Seiring laju pertumbuhan ekonomi sebagaimana analisa di atas, kesembilan sektor mengalami perubahan peran dalam pembentukan PDRB baik menurut harga berlaku maupun harga konstan. Berikut tabel kontribusi sektor perekonomian terhadap PDRB berdasarkan ADHB dan ADHK.
Tabel lI.5
Kontribusi Per Sektor PDRB ADHB Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2011-2013 dan Prediksi 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA 2011 2012 2013 2014* PRIMER 57,10 58,06 57,24 57,24 1. PERTANIAN 54,39 55,49 54,66 54,66 2. PERTAMBA -NGAN & PENGGALIAN 2,71 2,57 2,58 2,58 LAPANGAN USAHA 2011 2012 2013 2014* SEKUNDER 6,28 5,91 5,97 5,97 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2,94 2,78 2,88 2,88 4. LISTRIK, GAS &
5. KONSTRUKSI DAN BANGUNAN 2,92 2,73 2,67 2,67 TERSIER 36,62 36,03 36,79 36,79 1. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 13,77 13,13 13,58 13,58 2. PENGANGKU-TAN & KOMUNIKASI 4,38 4,44 4,57 4,57 3. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSA-HAAN 3,12 2,99 3,15 3,15 4. JASA-JASA 15,34 15,47 15,49 15,49 TOTAL PDRB (Ratus Rp) 1.106.887,31 1.266.944,39 1.392.640,31 1.601.536,36 Sumber : Analisa PDRB ADHB Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013, diolah *Angka Prediksi
Tabel II.6
Kontribusi Per Sektor PDRB ADHK Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2011-2013 dan Prediksi 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA 2011 2012 2013 2014* PRIMER 58,60 58,97 58,30 58,20 1. PERTANIAN 55,59 56,06 55,34 55,26 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3,01 2,91 2,96 2,94 SEKUNDER 8,47 8,16 8,42 8,13 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3,60 3,44 3,55 3,41
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,50 0,49 0,54 0,55 5. KONSTRUKSI DAN BANGUNAN 4,37 4,23 4,34 4,17 TERSIER 32,93 32,87 33,28 33,41 1. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 20,70 20,34 20,40 20,30 2. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 4,24 4,44 4,54 4,65 3. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 3,37 3,28 3,41 3,42 4. JASA-JASA 4,62 4,81 4,94 5,05 TOTAL PDRB (Ratusan Rp) 507.786,14 547.164,14 570.948,50 589.649,80
Sumber : Analisa PDRB ADHK Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013, diolah
Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi, bahwa PDRB perkapita Kabupaten Pesisir Barat juga akan bergerak sesuai perkembangan yang ada. Pada tahun 2012 PDRB perkapita riil per bulan adalah Rp 314.977,- dan secara nominal mampu mencapai Rp 729.321,- per bulan. Sedangkan pada tahun 2013 PDRB per kapita riil per bulan adalah Rp 302.298,34,- dengan nilai nominal perkapita adalah sebesar Rp 737.357,- .
Dapat diilustrasikan, bahwa setiap penduduk Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2013 yang jumlah penduduk tengah tahunnya diperkirakan 157.391 jiwa, berpendapatan rata-rata 737 ribu rupiah untuk setiap bulannya. Yang dimaksud pendapatan disini adalah nilai tambah bruto (upah, gaji, laba, sewa tanah, bunga uang, penyusutan dan pajak tak langsung neto), bukan nilai produksi (perkalian dari jumlah produksi dengan harga satuannya). Nilai tambah bruto merupakan bagian dari nilai produksi. Berikut ini tabel III.6 PDRB perkapita Kabupaten Pesisir Barat tahun 2012-2013
Tabel II.7
Rata-rata PDRB Perkapita Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2012 dan 2013
URAIAN 2012 2013
PDRB HK (JUTA RUPIAH) 547.164,14 570.948,50
PDRB HB (JUTA RUPIAH) 1.266.944,39 1.392.640,31
Jumlah penduduk tengah tahun 144.763 157.391
PDRB per kapita HK Rp 3.779.724 3.627.580
PDRB per kapita HB Rp 8.751.852 8.848.284
Pada tahun 2012 PDRB perkapita riil per bulan adalah Rp 314.977,- dan secara nominal mampu mencapai Rp 729.321,- per bulan. Sedangkan pada tahun 2013 PDRB per kapita riil per bulan adalah Rp 302.298,34,- dengan nilai nominal perkapita adalah sebesar Rp 737.357,-
Dapat diilustrasikan, bahwa setiap penduduk Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2013 yang jumlah penduduk tengah tahunnya diperkirakan 157.391 jiwa, berpendapatan rata-rata 737 ribu rupiah untuk setiap bulannya. Yang dimaksud pendapatan disini adalah nilai tambah bruto (upah, gaji, laba, sewa tanah, bunga uang, penyusutan dan pajak tak langsung neto), bukan nilai produksi (perkalian dari jumlah produksi dengan harga satuannya). Nilai tambah bruto merupakan bagian dari nilai produksi.
2.3 Perkembangan Harga (Inflasi)\
Perubahan harga barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga merupakan hal yang dapat dielakkan dalam sebuah perekonomian. Perubahan harga tersebut dapat berupa kenaikan, penurunan. Rata-rata tertimbang perubahan harga tersebut pada kurun waktu tertentu dalam suatu wilayah itulah yang kita kenal dengan inflasi.
Laju inflasi di Kabupaten Pesisir Barat tahun 2010 adalah 4,31 % dan di tahun 2011 naik 9,89% dan pada tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 3,67%, begitu juga tahun
2013 turun hingga mencapai 2,30%. Secara jelas terlihat pada Tabel.III.7 berikut ini :
Tabel II.8
Tingkat Inflasi Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2010-2013
NO TAHUN INFLASI KOMULATIF
1. 2010 4,31
2. 2011 9,89
3. 2012 3,67
4. 2013 2,30
Sumber : BPS Kabupaten Lampung Barat, Tahun 2013
Perkembangan inflasi Provinsi Lampung pada triwulan I 2014 menunjukkan laju yang menurun di angka 5,22% (yoy) dari sebelumnya 7,56% (yoy) pada triwulan IV 2013. Penyumbang inflasi non fundamental yaitu volatile foods mengalami penurunan signifikan, sementara inflasi fundamental/inti dan inflasi administered price masih mengalami peningkatan. Selain itu, ekspektasi konsumen terhadap inflasi masih mengalami peningkatan yang diperkirakan karena akan diselenggarakan Pemilihan Umum Legislatif pada April 2014 sehingga mendorong peningkatan ekspektasi.
Perkembangan inflasi tahunan Provinsi Lampung pada triwulan II 2014 menunjukkan laju yang menurun di angka 6,39% (yoy) dari sebelumnya 6,55% (yoy) pada triwulan I 2014. Penyumbang inflasi
non fundamental yaitu volatile foods mengalami penurunan signifikan,
mengalami peningkatan. Selain itu, ekspektasi konsumen terhadap inflasi masih mengalami peningkatan yang diperkirakan karena akan diselenggarakan Pemilihan umum Presiden Bulan Juli 20014 dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada Juli 2014 sehingga mendorong peningkatan ekspektasi.
2.4 Rancangan Target Ekonomi Makro Pada Tahun Perencanaan
Dari sisi pengeluaran, perekonomian domestik pada triwulan II 2014 masih menunjukan tren melambat meskipun masih tumbuh cukup kuat. Konsumsi Rumah Tangga tumbuh melambat sejalan dengan melambatnya indeks penjualan eceran dan penjualan mobil. Sementara Konsumsi Pemerintah tumbuh lebih rendah akibat bergesernya pembayaran gaji ke-13 ke triwulan III 2014 dan
penghematan belanja kementrian dan lembaga. Di sisi lain,
pertumbuhan investasi cenderung melambat khususnya investasi bangunan sebagai dampak kebijakan stabilisasi akan tetapi investasi non bangunan diperkirakan meningkat yang ditopang oleh kinerja manufaktur yang masih kuat. Kinerja sektor eksternal masih lemah tertahan oleh kinerja ekspor batubara dan mineral. Selain itu, investor diperkirakan mulai bersikap “wait and see” sejalan dengan menunggu
hasil Pemilu Presiden Tahun 2014. Dengan melambatnya
pertumbuhan investasi dan konsumsi, maka impor mengalami kontraksi. Secara year on year, sepanjang triwulan II 2014 Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sebesar 5,60%, Konsumsi Pemerintah 1,15%, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 4,83%, Ekspor 0,74%, dan
Ada beberapa alternatif kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2014. Perlunya pemerintah meningkatkan penyerapan anggaran APBN dan meningkatkan konsumsi masyarakat, serta meningkatkan kemajuan sektor perdagangan dan jasa. Berikutnya yang harus menjadi perhatian khusus dan mendalam oleh pemerintah adalah kebijakan tentang BBM bersubsidi, perlu dicarikan penyelesaian yang bisa diterima secara baik oleh semua stakeholder. Laju pertumbuhan ekonomi pada semester II-2014 masih akan dibayangi kebijakan Bank Indonesia yang masih memprioritaskan stabilisasi ekonomi dengan mempertahankan BI rate. Dengan demikian, pasokan dana ke dalam perekonomian tidak akan meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi pun tidak bisa melaju kencang. Selain mempertahankan BI rate pada level 7,5%, bank sentral juga menerapkan kebijakan pengetatan uang muka atau loan to value (LTV) untuk mengerem laju pertumbuhan kredit properti (KPR). Dalam pada itu, lembaga keuangan Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun fiskal 2014. Penurunan tersebut dipicu prediksi lemahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia khususnya Amerika Serikat (AS) pada kuartal I dan penurunan proyeksi pertumbuhan sebagian negara berkembang. IMF memprediksi perekonomian global tumbuh 3,4% tahun ini atau 0,3% lebih rendah dari prediksi sebelumnya. Meski begitu, proyeksi IMF itu masih di alas tingkat pertumbuhan global pada 2013 sebesar 3.2%.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 didorong dengan upaya antara lain meningkatkan koordinasi kebijakan dengan pemerintah
dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan agar proses penyesuaian ekonomi dapat berjalan baik dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ke depan yang lebih sustainable. Dengan arah kebijakan ekonomi makro di atas serta dengan memperhatikan lingkungan eksternal dan domestik, pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan sekitar 5,8 persen–6,2 persen lebih
tinggi dari perkiraan pertumbuhan tahun 2013 sebesar 5,7 persen.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas ekonomi yang terjaga.
Pada tahun 2015, laju pertumbuhan ekonomi diproyeksikan akan tumbuh positif sebesar 5,5–6,0 persen dengan tingkat laju inflasi sebesar 3,5-5,0 persen, menurunnya angka penggangguran terbuka sebesar 1-2 persen, perkiraan pendapatan per kapita sebesar Rp 7,63 – Rp 7,88 juta dengan asumsi kenaikan tingkat inflasi dipengaruhi oleh harga beberapa komoditas di awal tahun 2015, adanya kebijakan pemerintah penyumbang inflasi dan trend inflasi yang mengikuti harga minyak dunia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar berlaku pada triwulan I-2014 mencapai Rp. 2.401,2 triliun dan PDB atas dasar harga
konstan 2000 mencapai Rp.706,6 triliun, pertumbuhan ekonomi
triwulan I-2014 dibandingkan triwulan IV-2013 yang diukur dari kenaikan PDB atas dasar harga konstan meningkat sebesar 0,95 persen (q-to-q).
Perekonomian Indonesia tumbuh 5,21 persen pada triwulan
I-2014 karena ditopang oleh semua sektor, kecuali sektor
Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar
0,38 persen. Pada tahun 2006 laju pertumbuhan hanya 3,50 persen
terendah sepanjang lima tahun terakhir, tahun 2009 sebesar 5,64 persen dan mencapai puncaknya tahun 2012 mampu menembus dikisaran angka 5,72 persen. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi pertahunnya selama kurun waktu 2008-2013 yaitu 5,17 persen per tahun atau secara total sebesar 25,83 persen. Capaian laju pertumbuhan pada tahun 2010 sebesar 5,72 persen merupakan hasil dari capaian seluruh sektor ekonomi.
Selanjutnya, dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan
ekonomi pada triwulan I 2013 didorong oleh hampir semua sektor kecuali sektor Pertambangan dan Penggalian yang tumbuh sebesar 0,38% (YoY). Sementara itu, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi secara year on year pada triwulan I-2014 adalah sektor
Pengangkutan dan Komunikasi (10,23%), sektor gas diperkirakan naik
30-50%, perdagangan besar dan eceran meningkat 8-10% serta industri logam dasar besi dan baja sebesar 3-5%.
BAB III
ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH
RAPBN 2015 disusun pada masa transisi antara pemerintah dan DPR saat ini kepada pemerintah dan DPR baru hasil pemilihan umum 2014. Oleh karena itu, RAPBN 2015 disusun sebagai baseline budget,
dalam artian hanya memperhitungkan kebutuhan pokok
penyelenggaran pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Hal itu ditujukan untuk memberi ruang gerak bagi pemerintahan baru untuk melaksanakan program/kegiatan sesuai dengan platform, visi dan misi yang telah direncanakan. RAPBN 2015 juga menjadi bagian awal pelaksanaan RPJMN ketiga periode 2015-2019 dari empat tahapan pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Selain memenuhi amanat Undang-undang Dasar Tahun 1945, RAPBN 2015 disusun dengan mengacu pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan RKP Tahun 2015. Di samping itu, penyusunan RAPBN 2015 juga memperhatikan kesepakatan pemerintah dengan DPR dan pertimbangan DPD pada pembicaraan pendahuluan RAPBN 2015.
Kebijakan fiskal dan moneter Indonesia pada tahun 2015 akan lebih konservatif dan berhati-hati. Hal ini terkait dengan tantangan-tantangan global yang akan muncul tahun depan, seperti perbaikan di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dan risiko yang harus diwaspadai adalah dari perlambatan
Oleh karena itu, pemerintah harus dapat menjaga stabilitas ekonomi agar pertumbuhan berkelanjutan dapat terus terjadi. Stabilitas ekonomi mutlak perlu dijaga, mengingat hal tersebut akan memberikan landasan yang solid serta menjadi prasyarat bagi pertumbuhan yang berimbang dan berkelanjutan. Stabilitas yang harus dijaga ini utamanya dari neraca transaksi berjalan yang masih mengalami defisit dan mempengaruhi nilai tukar rupiah. Hal ini dituangkan dalam asumsi pertumbuhan yang juga ditetapkan pada tingkatan realistis dan konservatif yaitu sebesar 5,6 persen di RAPBN 2015.
Inflasi pada bulan juli 2014 yang mencapai 4,53 persen diantisipasi dengan bertahannya BI rate selama 7 bulan sebesar 7,5 persen pada bulan juli 2014. pada keseluruhan tahun 2014 diharapkan laju inflasi dapat terjaga sebesar 5 Persen. Rendahnya tingkat inflasi pada bulan Juli 2014 disebabkan antara lain dari beberapa produk pertanian yang menjadi kebutuhan konsumsi mengalami penundaan panen. Sehingga ketika kita berada pada bulan ramadhan yang bertepatan dengan musim panen, pelemahan pertumbuhan di sektor retail menyebabkan pasokan untuk rumah tangga tersedia cukup melimpah dan dapat memenuhi permintaan yang ada, keberhasilan dari perubahan strategi dalam mempersiapkan pasokan bahan kebutuhan pokok jelang ramadhan di tahun 2014 dan konstibusi dari pasar-pasar modern yang cukup mampu mengendalikan harga.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2015 masih beresiko karena setidaknya ada empat tantangan yang harus dihadapi, keempat tantangan pertumbuhan ekonomi itu tidak lepas dari isu global dari luar negeri. Meskipun upaya pemulihan ekonomi global menunjukan
perbaikan seperti menguatnya pertumbuhan Amerika, Jepang, dan negara maju lainnya, kondisi ekonomi global masih dihadapkan pada ketidakstabilan yang cukup tinggi dan dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi nasional.
Dengan tetap menerapkan 4 (empat) pilar strategi pembangunan (pro growth, pro job, pro poor, pro environment), RAPBN 2015 diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional dalam RKP 2015, seperti pertumbuhan ekonomi 5,6 persen, angka kemiskinan menjadi 9-10 persen, dan tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,5-5,7 persen. Selain itu, sasaran pembangunan 2015 yang akan dicapai adalah antara lain peningkatan taraf pendidikan penduduk menjadi 8,37 tahun, jumlah peserta jaminan kesehatan menjadi 86,4 juta jiwa, rasio polisi dengan jumlah penduduk menjadi sebesar 1 berbanding 582, serta penurunan biaya logistik nasional menjadi 23,6 persen dari PDB. Terkait lingkungan dan SDA, Pemerintah menargetkan indeks kualitas lingkungan hidup mencapai sebesar 64,5, peningkatan rasio elektrifikasi menjadi 83,18 persen, bauran energi baru dan terbarukan 6 persen serta pembangunan infrastruktur limbah di 764 kawasan. RAPBN 2015 diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional dalam RKP 2015.
Dalam kerangka tersebut, asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan dalam RAPBN 2015 adalah sebagai berikut: (1) pertumbuhan ekonomi 5,6 persen; (2) inflasi 4,4 persen; (3) suku bunga SPN 3 bulan 6,2 persen; (4) rata nilai tukar rupiah Rp11.900 per dolar Amerika Serikat; (5) harga minyak mentah Indonesia (ICP)
USD105 per barel; (6) lifting minyak mentah 845 ribu barel per hari dan lifting gas bumi 1.248 ribu barel setara minyak per hari.
Dalam kerangka tersebut, asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan dalam RAPBN 2015 adalah sebagai berikut: (1) pertumbuhan ekonomi 5,6 persen; (2) inflasi 4,4 persen; (3) suku bunga SPN 3 bulan 6,2 persen; (4) rata nilai tukar rupiah Rp11.900 per dolar Amerika Serikat; (5) harga minyak mentah Indonesia (ICP) USD105 per barel; (6) lifting minyak mentah 845 ribu barel per hari dan lifting gas bumi 1.248 ribu barel setara minyak per hari.
Faktor eksternal yang berpotensi menghadang pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2015 antara lain; (1) Isu rencana kebijakan pengurangan stimulus moneter (tapering off) oleh Bank Sentral Amerika Serikat; (2) Resiko perlambatan pertumbuhan dan perlambatan kinerja perekonomian sejumlah negara mitra seperti Tiongkok, seperti diketahui laju pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal pertama tahun 2014 ini hanya 7,4 persen atau lebih rendah daripada periode yang sama tahun 2013 yakni 7,7 persen; (3) Resiko gejolak likuiditas masih mewarnai pasar keuangan global akibat dimulainya normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat, termasuk antisipasi kenaikan suku bunga; (4) Tren penurunan harga komoditas internasional, penurunan harga komoditas ini secara langsung berdampak pada penurunan kinerja ekspor nasional.
Selanjutnya tantangan dari dalam negeri antara lain terkait dukungan infrastruktur dan sumber energi serta dampak jangka pendek kebijakan pelarangan ekspor bahan mineral tambang sebagai upaya hilirisasi, masalah ketimpangan pendapatan dan stabilitas fiskal
nasional. Kebijakan fiskal tahun 2015 akan diarahkan untuk penguatan kebijakan fiskal dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan, dengan arah kebijakan ekonomi makro memperhatikan berbagai faktor serta perkembangan ekonomi global dan domestik. Perkiraan asumsi dasar ekonomi makro dalam RAPBN 2015, antara lain pertumbuhan ekonomi 5,5 persen-6,0 persen, inflasi 3,5 persen-5,0 persen dan nilai tukar Rp.11.500-Rp.12.100 per dolar AS.
Tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 6,0 persen-6,5 persen, harga ICP minyak 830 ribu-900 ribu barel per hari, defisit anggaran pada RAPBN 2015 ditetapkan sebesar 1,7 persen-2,5 persen terhadap PDB, atau tidak mengalami perubahan dari usulan awal. Arah defisit anggaran tahun 2015 adalah untuk memperkuat stimulus fiskal dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan dengan tetap mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan fiskal.
Pendapatan negara dan hibah diperkirakan mencapai 14,9 persen terhadap PDB yang didukung oleh penerimaan perpajakan sebesar 11,5 persen terhadap PDB dan penerimaan bukan pajak sebesar 3,4 persen terhadap PDB. Belanja negara diperkirakan sebesar antara Rp 1.400 triliun sampai Rp 1.662,5 triliun terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar 10,7 persen terhadap PDB dan transfer ke daerah sebesar 5,2 persen terhadap PDB. Sedangkan defisit APBN diperkirakan sekitar 1,7- 2,5 persen terhadap PDB.
Kebijakan pembangunan dalam tahun 2015, telah dijabarkan secara rinci dalam RKP tahun 2015, yang menjadi dasar dalam penyusunan RAPBN tahun 2015 ini. Seperti yang telah disepakati bersama Dewan Perwakilan Rakyat, tema RKP tahun 2015 adalah:
“Melanjutkan Reformasi Pembangunan Bagi Percepatan
Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan”. Berdasarkan tema tersebut, tema kebijakan fiskal tahun 2015 adalah “Penguatan Kebijakan Fiskal dalam Rangka Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
yang Berkelanjutan dan Berkeadilan”. Kebijakan fiskal tahun 2015
tetap ditujukan untuk optimalisasi pendapatan negara, pengendalian deficit APBN serta pengendalian utang negara.
Strategi kebijakan fiskal tahun 2015 diarahkan untuk
memperkuat stimulus fiskal guna mendorong akslerasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sekaligus perbaikan pemerataan hasil-hasil pembangunan nasional agar memenuhi aspek keadilan dengan tetap mengendalikan resiko dan menjaga Kesinambunagn fiskal. Untuk dapat mendorong akselerasi pertumbuhan eknomi ditetapkan
beberapa langkah,langkah pertama yang diambil adalah
mengendalikan defisit dalam batas aman melalui optimalisasi pendapat dengan tetap menjaga iklim investasi dan menjaga
konservasi lingkungan, meningkatkan kualitas belanja dan
memperbaiki struktur belanja.
Langkah kedua melalui penurunan rasio utang terhadap PDB melalui pengendalian pembiayaan yang bersumber dari utang dalam batas yang aman dan terjaga atau manageable, net negative flow,serta mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif.
Langkah berikutnya,mengendalikan resiko Fiskal dalam batas aman,melalui pengendalian rasio utang tehadap pendapatan dalam negeri,debt servis ratio terhadap pendapatan dalam negeri,rasio utang terhadap PDB, dan menjaga komposisi utang dalam bats aman serta penjaminan yang terukur.Terkait dengan kebijakan di bidang pendapatan negara,arah kebijakan perpajakan dalam tahun 2015 adalah kebijakan dalam rangka optimalisasi penerimaan perpajakan
melalui penyempurnaan peraturan,ekstensfikasi,intensifikasi,dan
pengendalian potensi, selain itu tarif cukai menjadi kebijakan dalam rangka pengendalian konsumsi barang kena cukai,yaitu penyesuaian tarif cukai hasil tembakau.
Kebijakan utama untuk menoptimalkan penerimaan sumber daya alam migas dalam tahun 2015 melalui peningkatan produksi migas yang bersumber dari peningkatan produksi lapangan,pencapaian target lifting minyak mentah dan lifting gas bumi, mengupayakan terciptanya efisiensi cost recovery, dan memperbaharui harga jual gas. Dalam RAPBN tahun 2015 pendapatan negara direncanakan mencapai Rp1.662,5 triliun. Jumlah ini naik 10,7 persen dari target pendapatan negara pada APBNP tahun 2014 yang sebesar Rp1.635,4 triliun. Sementara itu, anggaran belanja negara direncanakan mencapai Rp1.816,7 triliun, naik 5,2 persen dari pagu belanja negara pada APBNP Tahun 2014 yang sebesar Rp1.876,9 triliun.
Dengan basis kebijakan fiskal dan asumsi dasar ekonomi makro ke depan, pendapatan negara dalam RAPBN 2015 direncanakan
mencapai Rp2.019,9 triliun. Dengan konfigurasi seperti itu, dalam RAPBN 2015 terdapat defisit anggaran sebesar Rp257,6 triliun atau 2,32 persen terhadap PDB.
Pendapatan negara direncanakan terdiri atas penerimaan perpajakan Rp1.370,9 triliun, PNBP Rp388,0 triliun, dan penerimaan hibah Rp3,4 triliun. Dalam rangka mencapai target pendapatan negara, langkah-langkah yang ditempuh dalam kebijakan penerimaan perpajakan tahun 2015 antara lain penggalian potensi wajib pajak orang pribadi golongan pendapatan tinggi dan menengah atas, menggali sektor ekonomi non-tradable seperti properti, jasa keuangan dan perdagangan, dan menggali potensi pajak dari beberapa transaksi ekonomi strategis; penyesuaian kebijakan kepabeanan dan pajak penghasilan; pemberian insentif fiskal, penerapan kebijakan hilirisasi pada sektor/komoditas tertentu; serta penyesuaian tarif cukai hasil tembakau. Sementara itu, kebijakan optimalisasi PNBP meliputi optimalisasi lifting migas dan pengendalian cost recovery, serta perbaikan sistem dan administrasi PNBP.
Anggaran belanja negara untuk tahun 2015 direncanakan sebesar Rp2.019,9 triliun, terdiri atas belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.379,9 triliun serta anggaran transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp640,0 triliun. Kebijakan anggaran belanja Pemerintah Pusat dalam RAPBN tahun 2015 akan diarahkan mendukung pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, mendukung pencapaian sasaran pembangunan yang berkelanjutan, meningkatkan efektivitas kebijakan subsidi yang tepat sasaran, mendukung percepatan pencapaian minimum essential force di bidang
pertahanan, mendukung pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka ketahanan pangan, air, dan energi, meningkatkan dan memperluas akses pendidikan yang berkualitas, meningkatkan kualitas pelaksanaan SJSN di bidang kesehatan dan ketenagakerjaan, serta meminimalkan dampak ketidakpastian melalui dukungan cadangan risiko fiskal.
Sementara itu, arah kebijakan anggaran transfer ke daerah dan dana desa pada tahun 2015 adalah perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah serta antar-daerah, peningkatan DAU menjadi 27,7 persen dari PDN neto, dukungan pelaksanaan otonomi khusus Papua, Papua Barat dan NAD serta pembangunan infrastruktur untuk Papua dan Papua Barat sebesar Rp16,5 triliun. Transfer ke daerah juga mendukung penyelenggaraan urusan keistimewaan DIY sebesar Rp0,5 triliun serta pendanaan Desa sebesar Rp9,1 triliun, secara bertahap sesuai dengan amanat UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Defisit RAPBN 2015 direncanakan akan dibiayai dengan pembiayaan bersumber dari dalam negeri sebesar Rp281,4 triliun dan pembiayaan bersumber dari luar negeri sebesar negatif Rp23,8 triliun. Kebijakan umum pembiayaan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah diarahkan antara lain meliputi: pengendalian rasio utang terhadap PDB, pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif, kebijakan negative net flow atas pinjaman luar negeri, pengalokasian penyertaan modal negara (PMN) kepada BUMN untuk percepatan pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas usaha BUMN, pengalokasian dana PMN kepada organisasi/lembaga keuangan internasional dan