• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DENGAN MODEL BANATHY PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DENGAN MODEL BANATHY PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS VII"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF

DENGAN MODEL BANATHY PADA MATA PELAJARAN IPA

SISWA KELAS VII

Ni Md Dwijayanti

1

, I Wyn Romi Sudhita

2

, L Pt Putrini Mahadewi

3

1,2,3

Jurusan Teknologi Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

{duwi.dcyankyu@gmail.com

1

,romisudhita@yahoo.com

2

,

mahadewi@undiksha.ac.id

3

}

Abstrak

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan desain pengembangan multimedia pembelajaran interaktif, (2) menguji validitas hasil pengembangan multimedia pembelajaran interaktif IPA untuk siswa kelas VII SMP, dan (3) mengetahui efektivitas penggunaan pengembangan multimedia pembelajaran interaktif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VII SMP. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan, dengan model Banathy. Penelitian ini melibatkan siswa kelas VII F dan G SMP Negeri 1 Banjar masing-masing sebanyak 30 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode (a) pencatatan dokumen, (b) kuesioner dan (c) tes. Data yang didapatkan dari metode pencatatan dokumen, dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data dari metode kuesioner, dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data yang didapat dari metode tes dianalisis secara statistik inferensial. Seperti yang dipaparkan dalam tujuan penelitian, (1) hasil desain pengembangan dengan metode pencatatan dokumen yaitu laporan perkembangan produk, yang tidak hanya menghasilkan produk, namun bisa mengubah sistem dari tatap muka menjadi sistem berorientasi komputer. (2) hasil evaluasi ahli isi sebesar 88% berada pada kualifikasi baik. Hasil evaluasi ahli desain sebesar 90% berada pada kualifikasi sangat baik. Hasil evaluasi ahli media sebesar 86,6% berada pada kualifikasi baik. Hasil uji perorangan sebesar 91,3% berada pada kualifikasi sangat baik. Hasil uji kelompok kecil sebesar 92,5% berada pada kualifikasi sangat baik. Hasil uji lapangan sebesar 92,6% berada pada kualifikasi sangat baik. (3) penghitungan hasil belajar secara manual diperoleh hasil t hitung sebesar 10,81. Harga t tabel taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Jadi harga t hitung lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Maka terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara sebelum dan sesudah menggunakan multimedia pembelajaran interaktif. Nilai rata-rata setelah menggunakan media (85,50) lebih tinggi dibandingkan sebelum menggunakan media (53,17).

(2)

Abstract

This study aims to (1) describe the development of multimedia interactive learning design, (2) test the validity of the results of the development of multimedia interactive learning science for students of class VII, and (3) determine the effectiveness of the use of the development of multimedia interactive learning on learning outcomes of students of class VII IPA. This type of research is the development of research, with Banathy models. The study involved students of class VII F and G SMP Negeri 1 Banjar each of 30 people. Data collection in this study was conducted using (1) the recording of documents, (2) questionnaire and (3) test. The data obtained from the method of recording documents, analyzed by descriptive qualitative. Data from the questionnaires, were analyzed by descriptive qualitative and quantitative descriptive. The data obtained from the test method inferential statistical analysis. As described in the research objectives, (1) the results of the design development of the method of recording a document that reports on the development of products, which not only produce, but can transform into a system of face-to-face computer-oriented systems. (2) the results of an expert evaluation of the contents by 88% at both qualifications. The results of the expert evaluation of the design by 90% at a very good qualification. Media expert evaluation results of 86.6% at a good qualification. Individual test results of 91.3% at a very good qualification. Small group of test results by 92.5% at a very good qualification. The results of the field test was 92.6% at a very good qualification. (3) learning outcomes manually tally the results obtained t count of 10.81. Price t table significance level of 5% is 2.000. So the price of t is greater than the price of the t table so that H0 is rejected and H1 is accepted. So there are significant differences between the students' science learning outcomes before and after the use of multimedia interactive learning. The average value after using the media (85.50) was higher than before using the media (53.17).

Key words: multimedia interactive learning, learning outcomes

PENDAHULUAN

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sofan, 2013:24). Sedangkan menurut Santrock dan Yussen (dalam Sofan, 2013) belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Belajar bisa dilaksanakan secara formal maupun non formal, untuk belajar yang formal dilaksanakan di sekolah. Di sekolah setiap anak atau peserta didik melakukan proses pembelajaran yang harus dilaksanakan.

Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi. Multimedia terbagi menjadi dua kategori antara lain: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat

memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.

Masalah prestasi belajar siswa banyak faktor yang menyebabkan, seperti faktor yang ada di luar peserta didik tersebut, antara lain intelegensi yang rendah, kurangnya motivasi belajar, cara belajar yang kurang efektif, minimnya frekuensi dan jumlah waktu belajar, tingkat disiplin yang rendah dan media belajar atau bahan ajar yang masih kurang. Dengan adanya masalah tersebut, tingkat pencapaian tujuan pembelajaran kelas VII semester genap di SMP Negeri 1 Banjar, untuk mata pelajaran IPA masih tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukan dari rendahnya daya capai kurikulum dan daya serap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, dilihat dari daftar nilai ulangan harian kelas VII F dan G pada semester ganjil dalam mata pelajaran IPA belum memuaskan secara merata. Hal tersebut ditemukan pada nilai rata-rata kelas VII F dan G pada mata pelajaran IPA yaitu 60, yang pada kelas VII F ada 26 siswa sedangkan kelas VII G ada 28 siswa yang tidak memenuhi KKM (Kriteria

(3)

Ketuntasan Minimal) dari 30 siswa atau bisa dibilang 99% dari kedua kelas tersebut.

Model Banathy yang berorientasi pada tujuan pembelajaran dapat membantu guru dalam proses pembelajaran. Karena guru sebagai fasilitator untuk siswa, sebaiknya mampu memilih memilih dan merancang atau membuat multimedia pembelajaran interaktif yang sesuai dengan karakteristik siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar dan siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan khususnya mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1 Banjar. Penggunaan multimedia pembelajaran interaktif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa atau peserta didik dalam proses pembelajaran yang pada tujuannya dapat meningkatkan hasil belajar yang ingin dicapainya. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi khususnya penggunaan multimedia pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran diharapkan dapat membantu memecahkan masalah belajar yang dihadapi seperti halnya yang terjadi di SMP Negeri 1 Banjar.

Dari identifikasi masalah yang ada, 1) intelegensi yang rendah, 2) kurangnya motivasi belajar, 3) cara belajar yang kurang efektif, 4) minimnya frekuensi dan jumlah waktu belajar, 5) tingkat disiplin yang rendah, dan 6) media belajar atau bahan ajar yang masih kurang. Dari identifikasi di atas menunjukan bahwa siswa-siswi yang ada di SMP Negeri 1 Banjar sangat membutuhkan media belajar atau bahan ajar yang masih kurang yang sesuai dengan karakteristik siswa, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa. Selain itu proses pembelajaran akan berlangsung lebih efektif dan efisien. Multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy untuk mata pelajaran IPA adalah media yang perlu dikembangkan di SMP Negeri 1 Banjar. Multimedia pembelajaran interaktif ini, diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari materi yang disajikan melalui kombinasi teks, gambar, audio dan video yang dirancang khusus, sehingga menarik

minat siswa untuk belajar mandiri maupun dengan guru mata pelajaran tersebut. Sedangkan model Banathy ini lebih berorientasi pada hasil pembelajaran. Berdasarkan data yang ditemukan saat observasi dan wawancara dengan salah satu guru IPA kelas VII F dan G tersebut, maka dalam penelitian pengembangan ini mencoba untuk mengembangkan “Multimedia Pembelajaran Interaktif Dengan Model Banathy pada Mata Pelajaran IPA Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng”.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka adapun permasalahan yang muncul untuk dijadikan dasar pada penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah desain pengembangan multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy pada mata pelajaran IPA siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng? (2) Bagaimanakah validitas hasil pengembangan multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy pada mata pelajaran IPA siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Banjar, menurut review ahli, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan? (3) Bagaimanakah efektivitas penggunaan multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy pada mata pelajaran IPA siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng?

Tujuan yang diharapkan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk (1) Mendeskripsikan desain pengembangan multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy pada mata pelajaran IPA siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. (2) Menguji validitas hasil pengembangan multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy pada mata pelajaran IPA siswa kelas VII semester

(4)

genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. (3) Mengetahui efektivitas penggunaan multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VII semester genap di SMP Negeri 1 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Jenis penelitian pengembangan yang digunakan dalam pengembangan multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA adalah model pengembangan Banathy. Model Banathy ini termasuk ke dalam model pengembangan sistem instruksional yang merupakan salah bentuk pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemilihan model pengembangan ini didasari atas pertimbangan bahwa model Banathy ini yang lebih berorientasi pada sistem instruksional. Dalam model ini tidak hanya menghasilkan produk namun bisa mengubah sistem, dari sistem tatap muka menjadi sistem berbasis komputer.

Sofan (2006:14) menyatakan bahwa tahapan penelitian pengembangan pada model Banathy dibagi menjadi 6 (enam) yaitu: 1) Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan umum maupun tujuan yang lebih spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai peserta didik. 2) Mengembangkan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat untuk menilai keberhasilannya. 3) Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa yang harus dipelajari. Kemampuan awal siswa harus dianalisis atau dinilai agar mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai. 4) Merancang sistem, yakni

kegiatan menganalisis sistem dan setiap komponen sistem. Dalam langkah ini juga ditetapkan jadwal dan tempat pelaksanaan dari masing-masing komponen instruksional. 5) Mengimplementasikan dan melakukan tes hasil, yakni kegiatan melatih (uji coba) sekaligus menilai efektivitas sistem. Dalam tahap ini perlu diadakan penilaian atas apa yang dilakukan siswa agar dapat diketahui seberapa jauh siswa mampu mencapai hasil belajar. 6) Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.

Penelitian ini menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu (1) metode pencatatan dokumen, (2) metode kuesioner dan (3) metode tes. Menurut Agung (2012) metode pencatatan dokumen adalah metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis. Pada penelitian ini pencatatan dokumen dilakukan dengan membuat laporan tentang tahap-tahap yang telah dilakukan

dalam mengembangkan produk

multimedia interaktif. Pada penelitian pengembangan ini, metode pencatatan dokumen dimulai pada tahap analisis di SMP Negeri 1 Banjar. Dokumen yang dapat dikumpulkan adalah berupa daftar nilai ulangan harian siswa kelas VII F dan VII G untuk mata pelajaran IPA, buku paket yang digunakan oleh siswa, silabus kurikulum 2013 yang digunakan sebagai pedoman oleh guru, dan catatan hasil wawancara serta observasi yang dilakukan.

Metode kuesioner adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti (Nasution, 2012:128). Metode kuesioner ini digunakan untuk mengukur kelayakan produk yang telah dibuat baik itu pada evaluasi (Expert Judgement) dari para ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran dan siswa saat uji coba perorangan, kelompok dan lapangan.

Efektivitas penggunaan multimedia pembelajaran interaktif dapat diukur dengan menggunakan metode tes.

(5)

Metode tes merupakan cara untuk mengetahui kemampuan dari peserta baik itu kemampuan pengetahuan, ketrampilan, intelegensi. Metode tes ini dilakukan dilakukan dengan cara pre-test dan

post-test untuk mengukur pengetahuan siswa

sebelum dan sesudah menggunakan multimedia pembelajaran interaktif dengan menggunakan soal-soal pilihan ganda.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian pengembangan ini berupa (1) laporan pengembangan produk, (2) lembar kuesioner dan (3) soal tes pilihan ganda.

Laporan perkembangan produk, digunakan untuk mengumpulkan data tentang desain pengembangan produk mulai dari tahap analisis hingga desain.

Lembar kuesioner (angket), digunakan untuk mengumpulkan data hasil evaluasi (expert judgement) dari ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain dan ahli media pembelajaran, siswa saat uji coba perorangan, kelompok, dan lapangan.

Soal-soal tes pilihan ganda digunakan untuk mengumpulkan data nilai hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan multimedia pembelajaran interaktif. Tujuan mengumpulkan data nilai siswa, agar dapat mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia pembelajaran interaktif terhadap peningkatan hasil belajar yang dilakukan dengan cara menggunakan uji t untuk sampel berkorelasi.

Di dalam penelitian pengembangan ini digunakan tiga teknik analisis data, yaitu (1) teknik analisis deskriptif kualitatif, (2) teknik analisis deskriptif kuantitatif dan (3) teknik analisis statistik inferensial.

Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skor.

Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan mengelompokkan informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik dan saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan selanjutnya.

Dalam analisis statistik inferensial digunakan untuk mengetahui tingkat

keefektivan produk terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas VII G SMP Negeri 1 Banjar, sebelum dan sesudah menggunakan produk pengembangan multimedia pembelajaran interaktif dalam pelajaran IPA. Data uji coba kelompok

sasaran dikumpulkan dengan

menggunakan pre-test dan post-test

terhadap materi pokok yang diuji cobakan. Hasil pre-test dan post-test kemudian dianalisis yang menggunakan uji t berkorelasi dengan penghitungan manual. Sebelum melakukan uji hipotesis (uji t berkorelasi) dilakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desain pengembangan multimedia pembelajaran interaktif telah dilakukan dengan metode pencatatan dokumen. Pencatatan dokumen dilakukan dengan mencatat tahap-tahap yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur pengembangan. Produk yang dihasilkan bukan hanya berupa produk, namun yang berorientasi sistem. Sistem pembelajaran yang diperbaharui dari sistem tatap muka menjadi sistem berbasis komputer. Dalam model Banathy ada 6 tahap yaitu,

Tahap 1 merumuskan tujuan (formulate objectives) yang dilihat dari silabus materi yang akan dibuatkan multimedia pembelajaran interaktif. Adapun beberapa kompetensi yang ingin dicapai melalui multimedia pembelajaran interaktif ini adalah sebanyak 3 (tiga) Kompetensi Dasar.

Tahap 2 mengembangkan tes (develop test) dengan membuat instrumen untuk evaluasi (Expert Judgement) dari para ahli isi, desain pembelajaran, media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Instrumen tersebut akan digunakan pada saat uji produk yang sudah dikembangkan.

Tahap 3 analisis kegiatan belajar (analyzing learning task) untuk mengananlisis karakteristik anak yang dilakukan dengan interview dan observasi secara umum karakteristik siswa di SMP Negeri 1 Banjar, dan ditemukan beberapa analisis seperti latar belakang ekonomi,

(6)

tingkat intelegensi, agama, serta keanekaragaman gaya belajar anak.

Tahap 4 mendesain sistem instruksional (design system) perlu data-data seperti materi pembelajaran, gambar-gambar pendukung, animasi pengetikan, dan lain-lain. Untuk mempermudah proses pengembanga, maka disusunlah

storyboard terlebih dahulu. Stroryboard ini

dibuat sebagai gambaran isi dari multimedia pembelajaran interaktif yang akan dibuat.

Tahap 5 melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test

output) implementasi terhadap multimedia

yang telah dikembangkan pada siswa SMP Negeri 1 Banjar untuk mengetahui respon siswa tehadap multimedia pembelajaran interaktif dari segi kemenarikannya dan kelayakannya. Evaluasi yang dilakukan dititik beratkan pada tahap implementasi/ekskusi (Implementation) karena pada tahap ini dilakukan validasi multimdeia pembelajaran oleh para ahli dan uji coba produk.

Tahap 6 mengadakan perbaikan (change to improve) ditahap ini dilaksanakan perbaikan ketika diketahui hasil dari uji coba ke beberapa pengguna produk.

Produk ini telah melewati tahap uji ahli yaitu (1) uji ahli isi mata pelajaran yang memperoleh skor 88% yang berada pada kualifikasi baik, (2) uji ahli desain pembelajaran yang memperoleh skor 90% yang berada pada kualifikasi sangat baik, dan uji ahli media pembelajaran yang memperoleh skor 86% yang berada pada kualifikasi baik.

Setelah produk tersebut direvisi sesuai saran dan masukan dari para ahli, maka produk tersebut dapat diuji cobakan ke siswa. Uji coba yang dilakukan yaitu (1) uji coba perorangan, (2) uji coba kelompok kecil, (3) uji coba lapangan.

Uji coba yang dilakukan pertama yaitu uji coba perorangan dengan jumlah responden sebanyak 3 orang dengan 1 siswa berprestasi belajar tinggi, 1 siswa berprestasi belajar sedang, dan 1 siswa berprestasi belajar rendah. Dari analisis data dan analisis komentar yang diberikan responden saat uji coba perorangan,

diperoleh persentase jawaban siswa untuk tiap komponen penilaian adalah 91,3% dan berada pada kualifikasi sangat baik.

Pada uji coba kelompok kecil, subjek coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Banjar sebanyak 12 (dua belas) siswa. Siswa tersebut terdiri dari empat orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, empat orang siswa dengan prestasi belajar sedang dan empat orang siswa dengan prestasi belajar rendah. Dari data yang diperoleh, persentase tingkat pencapaian multimedia pembelajaran interaktif pada saat uji coba kelompok kecil memperoleh nilai sebesar 92,5% dan berada pada kualifikasi sangat baik.

Uji coba yang terakhir yaitu uji coba lapangan diberikan kepada 30 orang siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Banjar. Dari data yang diperoleh, persentase tingkat pencapaian multimedia pembelajaran interaktif pada saat uji coba lapangan memperoleh nilai sebesar 92,6% dan berada pada kualifikasi sangat baik.

Efektivitas pengembangan multimedia pembelajaran interaktif IPA telah dilakukan dengan metode tes. Dalam penelitian ini di ukur dengan memberikan lembar soal pilihan ganda terhadap 30 orang peserta didik kelas VII G SMP Negeri 1 Banjar melalui pretest dan posttest.Nilai rata-rata

pretest sebesar 53,17 dan nilai rata-rata posttest sebesar 85,50. Berdasarkan nilai pretest dan posttest 30 siswa tersebut,

maka dilakukan uji-t untuk sampel berkolerasi secara manual. Sebelum pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas sebaran data dan homogenitas varians.

Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil t hitung sebesar 10,81. Kemudian harga t hitung dibandingkan dengan harga t pada tabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 30 + 30 – 2 = 58. Harga t tabel untuk db 58 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, harga t hitung lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara sebelum dan sesudah menggunakan multimedia pembelajaran interaktif.

(7)

Pembahasan dalam penelitian pengembangan ini jelas membahas hasil-hasil pengembangan untuk menjawab pertanyaan dalam pengembangan multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy pada mata pelajaran IPA siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Secara umum ada 3 pertanyaan ilmiah yang harus dijawab dalam penelitian pengembangan multimedia pembelajaran interaktif IPA, yaitu 1) Bagaimanakah desain pengembangan multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy pada mata pelajaran IPA siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng?, 2) Bagaimanakah validitas hasil pengembangan multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy pada mata pelajaran IPA siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Banjar, menurut review ahli, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan?, 3) Bagaimanakah efektivitas penggunaan multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy pada mata pelajaran IPA kelas VII semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng?.

Pembahasan pertama, Desain pengembangan multimedia pembelajaran interaktif IPA telah dilakukan dengan

metode pencatatan dokumen.

Berdasarkan pencatatan dokumen yang telah dilakukan, menghasilkan laporan pengembangan produk. Produk ini tidak hanya berupa produk, namun yang berorientasi sistem. Sistem pembelajaran yang diperbaharui dari sistem tatap muka menjadi sistem berbasis komputer. Laporan pengembangan produk dirancang sesuai tahapan-tahapan model Banathy. Desain pengembangan multimedia pembelajaran interaktif ini menghasilkan

storyboard. Storyboard yang menampilkan

desain pengembangan multimedia pembelajaran interaktif yang mencakup tentang layout/tata letak, pewarnaan dan ukuran teks.

Pembahasan kedua, Validitas hasil pengembangan multimedia pembelajaran interaktif IPA telah dilakukan dengan metode kuesioner. Berdasarkan uji validasi yang telah dilakukan, menghasilkan instrumen berupa angket hasil evaluasi ahli isi, hasil evaluasi ahli desain pembelajaran, hasil evaluasi ahli media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan.

Berdasarkan hasil evaluasi (expert judgement) ahli isi melalui instrumen berupa angket, hasil yang diperoleh yaitu 88% yang berada pada kualifikasi baik. Media ini dinilai berdasarkan kriteria yang terdapat pada uji ahli isi yaitu sebagai berikut.

Pertama, Ketepatan materi dengan indikator. Materi yang disajikan di dalam multimedia pembelajaran interaktif harus sesuai dengan indikator pembelajaran yang terdapat dalam RPP yang digunakan pada multimedia pembelajaran interaktif. Kriteria ini memperoleh skor 4 (baik) karena materi pada media sudah mencakup keseluruhan indikator pembelajaran. Berdasarkan hasil tersebut, ketepatan materi dengan indikator sudah baik.

Kedua, Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran. Selain harus sesuai dengan indikator pembelajaran, materi dalam multimedia interaktif juga harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang terkandung dalam RPP. Kriteria ini mendapat skor 5 (sangat baik) karena materi yang disampaikan pada multimedia pembelajaran interaktif sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil tersebut, materi tersebut sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai.

Dari hasil penilaian dan komentar tersebut, dapat disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran interaktif ini valid menurut ahli isi.

Media ini dinilai berdasarkan kriteria yang terdapat pada uji ahli desain pembelajaran yang didukung oleh prinsip dasar sistem instruksional, yaitu sebagai berikut:

Pertama, Kejelasan judul program. Judul program merupakan gambaran awal

(8)

materi yang akan dibahas. Judul harus memberikan gambaran tentang sekilas materi yang akan dibahas dalam multimedia pembelajaran interaktif. Oleh karena itu, judul harus dibuat secara jelas dan tepat. Kriteria ini mendapatkan skor 5 (sangat baik). Skor 5 diperoleh apabila judul yang dibuat jelas. Berdasarkan hasil tersebut maka kejelasan judul program sudah sangat baik.

Kedua, Kejelasan petunjuk penggunaan. Petunjuk penggunaan pada multimedia interaktif bertujuan untuk membantu pengguna dalam memahami cara penggunaan media. Oleh karena itu, petunjuk penggunaan media haruslah jelas agar mudah dipahami oleh pengguna. Kriteria ini mendapatkan skor 4 (baik) karena petunjuk media telah disajikan secara jelas. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka petunjuk penggunaan multimedia pembelajaran interaktif sudah disajikan dengan jelas, sehingga mudah dipahami pengguna media.

Dari keseluruhan kriteria tersebut multimedia pembelajaran interaktif ini memperoleh hasil yaitu 90% dengan kualifikasi sangat baik dan dapat dikatakan bahwa media ini valid menurut ahli desain pembelajaran.

Hasil evaluasi dari ahli media pembelajaran untuk multimedia pembelajaran interaktif memperoleh nilai sebesar 86,6% dengan kualifikasi baik. Media ini dinilai berdasarkan kriteria yang terdapat pada uji ahli media pembelajaran yang didukung oleh prinsip dasar sistem instruksional yaitu sebagai berikut.

Pertama, Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran. Dalam pembuatan multimedia pembelajaran interaktif harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran ini juga terdapat di dalam RPP yang digunakan pada multimedia pembelajaran interaktif. Kriteria ini mendapat skor 4 (baik). Skor 4 diperoleh karena di dalam multimedia pembelajaran interaktif tersebut sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil tersebut, kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran sudah baik.

Kedua, Keseimbangan Warna. Menurut Wawan dan Tegeh, (2009:78),

sebuah layar yang lengkap memiliki keseimbangan elemen. Elemen berwarna gelap akan lebih terlihat dari pada elemen berwarna lembut. Warna hijau yang terlihat gelap, akan lebih terlihat terang dengan warna putih. Kriteria ini mendapatkan skor 4 (baik). karena elemen warna yang disajikan sudah seimbang. Berdasarkan hasil tersebut, keseimbangan warna sudah baik.

Secara keseluruhan multimedia pembelajaran interaktif ini valid menurut ahli media pembelajaran.

Uji coba perorangan adalah uji coba yang dilakukan pertama dengan jumlah responden sebanyak 3 orang dengan 1 siswa berprestasi belajar tinggi, 1 siswa berprestasi belajar sedang, dan 1 siswa berprestasi sedang rendah. Dari analisis data yang diberikan responden saat uji coba perorangan, ketiga siswa tersebut memberikan skor yang sama yaitu skor 5 (sangat baik) terhadap kesesuaian tayangan materi, kesesuaian video dengan materi, kualitas video yang digunakan, dan skor 4 (baik) terhadap kejelasan suara.

Dari analisis data dan analisis komentar yang diberikan responden saat uji coba perorangan, diperoleh persentase jawaban siswa untuk tiap komponen penilaian adalah 91,3 % dan berada pada kualifikasi sangat baik. Sehingga multimedia pembelajaran interaktif ini valid menurut uji coba perorangan.

Uji coba yang kedua adalah uji coba kelompok kecil. Uji coba kelompok kecil dilakukan kepada 12 orang siswa SMP Negeri 5 Singaraja dengan 4 siswa berprestasi belajar tinggi, 4 siswa berprestasi belajar sedang, dan 4 siswa berprestasi belajar rendah. Dari analisis data yang diperoleh, siswa cenderung memberikan skor 4 (baik) pada kriteria kejelsan suara. Hal ini disebabkan karena keterbatasan volume laptop saat siswa menggunakan multimedia pembelajaran interaktif. Untuk kriteria kesesuaian video dengan materi cenderung mendapat skor 5 (sangat baik). Serta untuk kriteria yang lain, sebagian besar memberikan skor 4 (baik) dan 5 (sangat baik). Maka secara keseluruhan, persentase tingkat pencapaian multimedia pembelajaran

(9)

interaktif pada saat uji coba kelompok kecil memperoleh nilai sebesar 92,5% dan berada pada kualifikasi sangat baik, sehingga multimedia pembelajaran interaktif ini valid menurut uji coba kelompok kecil.

Uji coba yang terakhir yaitu uji coba lapangan diberikan kepada 30 orang siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Banjar. Dari data yang diperoleh, persentase tingkat pencapaian multimedia pembelajaran interaktif pada saat uji coba lapangan memperoleh nilai sebesar 92,6% dan berada pada kualifikasi sangat baik. Penilaian yang diberikan oleh siswa sangat bervariasi. Ada yang cenderung memberikan skor 5 (sangat baik) terhadap kejelasan paparan materi, ada pula yang cenderung memberikan skor 4 (baik) pada kriteria kesesuaian musik yang digunakan.

Pertama,Kejelasan paparan materi. Penjabaran materi pada media pembelajaran haruslah jelas. Kejelasan paparan materi tersebut disesuaikan dengan materi berdasarkan RPP dan sumber materi yang digunakan, seperti buku pedoman yang biasa peserta didik pakai dalam proses belajar. Kriteria ini kebanyakan mendapatkan skor 5 (sangat baik) karena kejelasan paparan materi dalam multimedia pembelajaran interaktif sudah jelas oleh peserta didik atau siswa. Serta dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah oleh peserta didik. Berdasarkan hasil tersebut, penyajian materi dalam multimedia pembelajaran interaktif ini sudah sangt jelas sesuai dengan RPP yang digunakan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa multimedia pembelajaran interaktif ini valid menurut uji coba lapangan.

Jadi, berdasarkan penilaian yang telah dilakukan maka jelas dihasilkan sebuah multimedia pembelajaran interaktif yang telah teruji validitasnya berdasarkan ahli isi, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Secara umum, multimedia pembelajaran interaktif ini tidak perlu direvisi sehingga dilanjutkan untuk mengetahui efektivitas produk terhadap hasil belajar siswa.

Pembahasan ketiga, Efektivitas pengembangan multimedia pembelajaran interaktif IPA telah dilakukan dengan metode tes. Dalam penelitian ini di ukur dengan memberikan lembar soal pilihan ganda terhadap 30 orang peserta didik kelas VII G SMP Negeri 1 Banjar melalui

pretest dan posttest. Berdasarkan nilai pretest dan posttest 30 orang siswa

tersebut, maka dilakukan uji-t untuk sampel berkorelasi.

Rata-rata nilai pretest adalah 53,17 dan rata-rata nilai posttest adalah 85,50. Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil t hitung sebesar 10,81. Kemudian harga t hitung dibandingkan dengan harga t pada tabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 30 + 30 – 2 = 58. Harga t tabel untuk db 58 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, harga t hitung lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara sebelum dan sesudah menggunakan multimedia pembelajaran interaktif.

Dilihat dari konversi hasil belajar di kelas VII SMP Negeri 1 Banjar, nilai rata-rata posttest peserta didik 85,50 berada pada kualifikasi Sangat Baik, dan berada di atas nilai KKM mata pelajaran IPA sebesar 75. Melihat nilai rerata atau mean

posttest yang lebih besar dari nilai rerata

atau mean pretest, dapat dikatakan bahwa multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Berdasarkan simpulan, adapun saran yang disampaikan berkaitan dengan pengembangan multimedia pembelajaran interktif ini adalah sebagai berikut.

Bagi Siswa, Multimedia pembelajaran interaktif ini telah tervalidasi dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka disarankan bagi siswa untuk menggunakan multimedia pembelajaran interaktif ini secara mandiri, sehingga siswa dapat menggunakan multimedia pembelajaran interaktif ini dimana dan kapan pun.

Bagi guru untuk multimedia pembelajaran interaktif ini agar diterapkan lebih lanjut dalam proses belajar mengajar

(10)

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efekti dan efisien.

Bagi kepala sekolah agar menyimpan multimedia pembelajaran interaktif ini dengan baik, sehingga dapat menambah koleksi sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru maupun siswa.

Penelitian ini telah menghasilkan multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy dengan kategori baik dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Disarankan bagi teknolog pembelajaran agar menggunakan model Banathy, dalam mengembangkan sumber belajar dan produksi media pembelajaran sehingga mampu memenuhi tugas pokok jabatan fungsional pengembang Teknologi Pembelajaran.

Penelitian ini telah dilakukan dan dilewati dengan lancar, sehingga disarankan bagi peneliti lain agar menggunakan model Banathy dalam mengembangkan produk sejenis. Multimedia pembelajaran interaktif IPA ini telah teruji validitas dan efektivitasnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa, maka diharapkan bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam. UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam proses pembuatan skripsi ini, sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1) Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah banyak membantu kelancaran studi dan administrasi sehingga penelitian ini berjalan dengan baik.

2) Drs. I Dewa Kade Tastra, M.Pd, Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan yang telah banyak memberikan arahan, petunjuk, dan saran dalam pelaksanaan penelitian.

3) Drs. Wayan Romi Sudhita, M.Pd, pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan, petunjuk, dan saran dalam pelaksanaan penelitian. 4) Luh Putu Putrini Mahadewi, S.Pd.,

M.S., pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan, petunjuk,

dan saran dalam pelaksanaan penelitian.

5) Para Dosen di Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha yang telah banyak memberikan motivasi dan saran yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.

6) I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd., ahli media pembelajaran yang telah membantu dalam validasi produk pengembangan.

7) Drs. I Dewa Kade Tastra, M.Pd., ahli desain pembelajaran yang telah membantu dalam validasi produk pengembangan.

8) Prof. Dr. Nyoman Wijana, M.Si., ahli isi yang telah membantu dalam validasi produk pengembangan dan uji judges.

9) Ida Bagus Adi Parwata, S.Pd., M.Pd., kepala SMP Negeri 1 Banjar, yang telah memberikan izin penelitian dan membantu dalam pelaksanaan uji coba produk pengembangan.

10) Made Ayu Parwiyani,S.Pd., guru mata pelajaran IPA yang telah membantu saya dalam melakukan penelitian dan membantu pelaksanaan uji coba media pembelajaran.

11) Semua siswa kelas VII F dan G SMP Negeri 1 Banjar yang telah menjadi subyek dalam penelitian ini.

12) Teman-teman mahasiswa dan seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, saran, dan dorongan.

13) Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Anak Agung Gede. 2012.

Metodologi Penelitian Pendidikan.

Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Alfiyanto, Bagus. 2010. Pengertian

Multimedia. Tersedia pada:

bagusalfiyanto.blogspot.com/2010/0 4/pengertiang-multimedia.html/?m-1 (Diakses pada tanggal 16 Desember 2013).

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan

(11)

Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi

Pustaka Publisher.

Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).

Jakarta: Bumi Aksara.

Candiasa, I Made. 2010. Statistik Univariat

dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS.

Singaraja: Undiksha Press.

Darmayasa. 2012. Bhagavad Gita

(Nyanyian Tuhan). Denpasar:

Yayasan Dharma Sthapanam. Daryanto. 2013. Media Pembelajaran.

Yogyakarta: Penerbit Gava Media. Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013.

Desain Pembelajaran Berbasis

Pencapaian Kompetensi. Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher.

Kementerian Pendidikan Nassional. 2013.

Penelitian Pengembangan. Tersedia

pada:

http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/i ndex.php (Diakses pada tanggal 15 Desember 2013).

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha Press.

---. 2012. Statistik Pendidikan : Teknik

Analisis Data Kuantitatif. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha. Pardana, Adi. 2012. Pengembangan

Multimedia Interaktif Internet untuk Informasi pada Mata Pelajaran TIK Kelas XI Semester I di SMA Negeri 5

Denpasar Tahun Pelajaran

2011/2012 (Tidak diterbitkan).

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Puslitjaknov. 2008. “Metode Penelitian Pengembangan”. Tersedia pada www.infokursus.net (diakses tanggal 10 November 2013).

Pratiwi, Yuli. 2012. Pengaruh Penggunaan

Media Pembelajaran Berbasis

Multimedia Interaktif Terhadap Hasil

Belajar TIK Siswa Kelas VII

Semester Genap SMP Negeri 2 Ubud Tahun Pelajaran 2011/2012

(Tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Rohman, Muhammad dan Sofan Amri.

2013. Strategi dan Desain

Pengembangan Sistem

Pembelajaran. Jakarta: Prestasi

Pustaka Publisher.

Santyasa, I Wayan. 2009. Metode Penelitian Pengembangan dan Teori

Pengembangan Modul (Tidak

diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Setiawan, Yudi. 2012. Pengembangan

Media Pembelajaran Berbasis Web untuk Mata Pelajaran IPA Kelas VII Semester Genap di SMP Negeri 4 Melaya Tahun Pelajaran 2011/2012

(Tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sudatha, Wawan dan Tegeh. 2009.

Desain Multimedia Pembelajaran.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Sukardi, Sukma. 2012. Model

Pembelajaran Bela H.Banathy.

Tersedia pada :

http://sukmayumagic.blogspot.com/2 012/12/model-pembelajaran-bela-hbanathy-briggs_4.html (Diakses pada tanggal 11 Desember 2013). Tegeh, I Made dan I Made Kirna. 2010.

Metode Penelitian Pengembangan Pendidikan. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Undiksha. 2011. Pedoman Penulisan

Skripsi dan Tugas Akhir Program Sarjana dan Diploma Undiksha.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Usman. 2011. Teori Hasil Belajar.

Tersedia pada:

http://fuddinbatavia.com/?p=336 (Diakses pada tanggal 11 Desember 2013).

Wulandary. 2012. Model Pengembangan

Sistem Instruksional. Tersedia pada:

http://wulandary.blogspot.com/2012/

05/model-pengembangan-sistem-instruksional.html

(Diakses

pada

tanggal 11 Juli 2014).

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan UUJN yang baru tersebut Peraturan Jabatan Notaris (PJN) yang lama mendefenisikan Notaris sebagai Pejabat Umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta

In this new proposed encoding, data is directly embedded in tags which names are derived from SWE Common component names. Since tags are used, optional fields can be

Dengan fakta yang ada, bahwa masyarakat Batak Angkola di Tulang Bawang Barat masih melaksanakan upacara adat mangupa patobang anak , maka hal ini merupakan suatu

Namun demikian umur tanaman memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap rasio daun batang.Sementara interaksi perlakuan tinggi potong dan umur tanaman

Tinggi Hilal yang ditampilkan pada kedua gambar di atas dinyatakan sebagai ketinggian pusat piringan Bulan dari horizon-teramati dengan elevasi pengamat dianggap 0

Media yang digunakan Guru dalam Berkomunikasi dengan Siswa Deafblind.. Guru menggunakan media kongkrit dan bahasa isyarat secara

Lalu Finoechiaro yang menyatakan bahwa bahasa adalah simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu atau

Devie Widyasari, A210080027. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Tujuan dari