• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V ANALISA PEMBAHASAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

87 BAB V

ANALISA PEMBAHASAN

Pengumpulan dan pengolahan data telah dilakukan dan disajikan pada bab sebelumnya yaitu bab EMPAT, selanjutnya hasilnya akan dianalisis dan diinterpretasikan untuk setiap kriteria yang dinilai mempunyai pengaruh pembahasan ini dimaksudkan untuk memberikan suatu gambaran dan pandangan yang lengkap dan tepat terhadap situasi yang dihadapi perusahaan selama ini. Selain itu, untuk mengetahui kondisi perusahaan dari waktu ke waktu selama pengukuran dilakukan. Dengan demikian dapat memudahkan melakukan pengendalian dalam upaya mencapai tingkat produktivitas yang lebih baik.

Analisa dan interpretasi dilakukan dalam dua tahap pertama analisa dari nilai pencapaian masing-masing kriteria yang digunakan dan yang kedua adalah pengukuran produktivitas totalnya.

5.1 Analisa Produktivitas Kriteria Produktivitas

Pembahasan ini dimulai dari hasil pengukuran masing-masing kriteria produktivitas yang digunakan sebelum dibahas mengenai hasil pengukuran produktivitas totalnya. Dengan demikian pembahasan dari masing-masing kriteria

(2)

88 ini henkandaknya dapat memberikan gambaran kepada manajemen perusahaan untuk dapat dijadikan perhatian dan selanjutnya dapat segera untuk dilakukan tindakan perbaikan guna membentuk kepada perusahaan dalam rangka meningkatkan produktivitas perusahaan.

5.1.1 kriteria produktivitas rasio 1

Rasio 1 =

Rasio ini mempunyai tingkat kepentingan tertinggi dari tujuh rasio produktivitas yang digunakan. Hal ini menunjukan bahwa rasio satu ini memperoleh perhatian khusus oleh perusahaan. Kondisi ideal bagi perusahaan agar proses produksi menjadi efisien adalah saat sejumlah tenaga dalam memproduksi barang adalah sama atau lebih kecil dengan jumlah produksi yang sama atau lebih besar. Jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam waktu produksi per bulan akan mempengaruhi secara signifikan dari produktivitas perusahaan. Rasio ini menunjukan banyaknya jumlah produk yang dihasilkan dalam rentang dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Angka rasio ini semakin baik apabila menunjukan nilai yang semakin besar.

Nilai pada kriteria ini memperlihatkan bahwa prestasi yang paling baik terjadi pada bulan april 2013, nilai yang diperoleh adalah sebesar 81,4111, dan berada pada skor 9 dengan bobot 16%, pencapaian kenaikan ini terjadi sampai sebesar 13,29% pada bulan maret dari rasio pada saat pengukuran dimulai, sedangkan sasaran perusahaan untuk kriteria ini adalah sebesar 77,95%,dan presinya tersebut telah tercapai.

(3)

89 Adapun prestasi terendah terjadi pada bulan maret 2013, nilai yang diperoleh adalah sebesar 73,82%, dan berada pada skor 3 dengan bobot 16%, pencapaian penurunan ini terjadi sampai -8,04% dari rasio pada saat pengukuran dimulai, sedangkan sasaran untuk kriteria ini adalah sebesar 77,95%, dan prestasi tersebut masih jauh dari tercapai.

Dari pengamatan nilai-nilai yang telah dipaparkan pada tabel nilai pencapaian bulanan berikut, rasio ini untuk mencapai sasaran sedikit sesuai harapan perusahaan.

Berikut adalah tabel nilai pencapaian bulanan Tahun 2013 untuk Rasio 1:

Tabel 5.1Indikator Pencapaian Nilai

Rasio 1(Total Produk Yang Dihasilkan / Jumlah Karyawan)

NO. PERIODE TAHUN 2013 INDIKATOR PENCAPAIAN NILAI

SEKARANG SEBELUMNYA 1. JANUARI 128 80 2. FEBRUARI 96 128 3. MARET 48 96 4. APRIL 144 48 5. MEI 144 144 6. JUNI 48 144

(4)

90 5.1.2 Kriteria Produktivitas Rasio Dua,

Rasio 2 =

Rasio ini menunjukan banyaknya total produk yang dihasilkan (ton/bulan) dibandingkan dengan jumlah jam kerja yang terpakai (jam/bulan). Angka dari rasio ini semakin baik apabila menunjukan nilai yang semakin besar. Rasio ini mempunyai makna bahwa perusahaan ingin dapat melakukan proses produksi secara efisien. Kondisi yang ideal bagi perusahaan adalah saat hasil dari rasio ini sama atau lebih kecil dari nilai standar awal rasio dua, atau keadaan saat hasil dari pembilang mempunyai nilai yang tetap atau lebih besar maka pembagi dalam keadaan yang tetap atau lebih kecil nilainya.

Nilai pada kriteria ini memperlihatkan bahwa prestasi yang paling baik terjadi pada bulan mei 2013, nilai yang diperoleh adalah sebesar 128, dan berada pada skor 8 dengan bobot 16%,

Tabel 5.2 Indikator Pencapaian Nilai

Rasio 2(Total Produk yang Dihasilkan / Jumlah Jam Kerja)

NO. PERIODE TAHUN 2013 INDIKATOR PENCAPAIAN NILAI

SEKARANG SEBELUMNYA 1. JANUARI 64 80 2. FEBRUARI 80 64 3. MARET 64 80 4. APRIL 112 64 5. MEI 128 112 6. JUNI 64 128

(5)

91 5.1.3 Kriteria Produktivitas Rasio Tiga,

Rasio 3 =

Melalui rasio ini perusahaan menginginkan efisiensi dalam pemakaian energi dalam proses produksi. Rasio ini mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi bagi perusahaan yang berarti pengeluaran perusahaan untuk energi mempunyai jumlah yang besar. Oleh karena itu kondisi ideal bagi perusahaan adalah saat pembagisama atau lebih kecil dari periode sebelumnya dalam menghasilkan produk dalam jumlah yang sama atau lebih besar. Rasio ini menunjukan banyaknya total produk yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah pemakaian energi dalam rentang waktu bulan. Angka ini semakin baik apabila menunjukan nilai yang semakin besar.

Nilai pada kriteria ini menunjukan bahwa prestasi pencapaian terbaik adalah pada bulan Mei 2013, nilai yang diperoleh adalah 4,9783 dengan skor 10, yang pencapaian skor terbaik. Dalam kebijakan perusahaan memberi bobot 15 dalam rasio ini.

(6)

92 Tabel 5.3 Indikator Pencapaian Nilai

Rasio 3(Total Produk yang Dihasilkan / Jumlah Listrik yang Digunakan)

NO. PERIODE TAHUN 2013 INDIKATOR PENCAPAIAN NILAI

SEKARANG SEBELUMNYA 1. JANUARI 135 30 2. FEBRUARI 135 135 3. MARET 135 135 4. APRIL 135 135 5. MEI 150 135 6. JUNI 135 150

5.1.4 Kriteria Produktivitas Rasio Empat,

Rasio 4 =

Rasio ini mewakili kriteria efektivitas dalam proses produksi perusahaan. Kondisi ideal bagi perusahaan adalah saat pembilang mempunyai nilai sama atau lebih kecil dari nilai periode sebelumnya. Yang berarti tingkat kerusakan barangpai bernilai kecil. Rasio ini merupakan perbandingan antara total produk yang diperbaiki dengan total produk yang dihasilkan dalam tiap bulannya. Angka dalam rasio ini semakin baik apabila menunjukan nilai yang semakin kecil.

Nilai pada kriteria ini menunjukan bahwa presatsi tetinggi terjadi pada bulan April 2013, dengan nilai rasio 0,0018% dan dengan bobot 13 menempatkan pada skor 9. Pada rasio ini tidak terjadi perbedaan yang signifikan yang artinya nilai dari rasio ini stabil tiap bulannya.

(7)

93 Tabel 5.4 Indikator Pencapaian Nilai

Rasio 4(Total Produk yang Dihasilkan / Total produk yang Dihasilkan)

NO. PERIODE TAHUN 2013 INDIKATOR PENCAPAIAN NILAI

SEKARANG SEBELUMNYA 1. JANUARI 104 91 2. FEBRUARI 91 104 3. MARET 104 91 4. APRIL 117 104 5. MEI 91 117 6. JUNI 104 91

5.1.5 Kriteria Produktivitas Rasio Lima,

Rasio 5 =

Rasio ini juga memperlihatkan efektivitas proses produksi perusahaan dan kondisi idealnya adalah saat pembilang mempunyai nilai yang sama atau lebih kecil dari periode sebelumnya. Rasio ini merupakan perandingan antara total produk yang diperbaiki dengan total produk yang baik dalam tiap bulannya. Angka dari rasio ini semakin baik apabila menunjukan nlai yang semakin kecil.

Nilai pada kriteria ini menunjukan bahwa presatsi tetinggi terjadi pada bulan April 2013, dengan nilai rasio 0,0018% dan dengan bobot 13 menempatkan pada skor terbaik yaitu 10 Pada rasio ini tidak terjadi perbedaan yang signifikan yang artinya nilai dari rasio ini stabil tiap bulannya.

(8)

94 Tabel 5.5 Indikator Pencapaian Nilai

Rasio 5(Total Produk yang Diperbaiki / Total produk yang Baik)

NO. PERIODE TAHUN 2013 INDIKATOR PENCAPAIAN NILAI

SEKARANG SEBELUMNYA 1. JANUARI 117 104 2. FEBRUARI 117 117 3. MARET 117 117 4. APRIL 117 104 5. MEI 130 117 6. JUNI 130 117

5.1.6 Kriteria Produktivitas Rasio Enam,

Rasio 6 =

Rasio ini mewakili kriteria inferensial dalam proses produksi perusahaan. Kondisi idealnya bagi perusahaan adalah saat pembilang mempunyai nilai sama atau lebih kecil dari nilai periode sebelumnya. Yang berarti tingkat jam lembur bernilai kecil. Rasio ini merupakan perbandingan antara total jam lembur dengan total jam kerja normal. Angka dalam rasio ini semakin baik apabila menunjukan nilai yang semakin kecil.

Nilai pada kriteria ini menunjukan bahwa presatsi rasio terbaik karena nilai yang stabil tiap bulannya terjadi selama satu semester yaitu 0,0556%. Hanya 1 orang yang absen tiap bulannya, dikarenakan sering terjadinya pertukaran karyawan

(9)

95 ditiap shiftnya, jadi tidak kekurangan karyawan dan adanya konsekuensi bagi karyawan yang absen.

Tabel 5.6 Indikator Pencapaian Nilai

Rasio 6(Total Tenaga Kerja Absen / Total Tenaga Kerja)

NO. PERIODE TAHUN 2013 INDIKATOR PENCAPAIAN NILAI

SEKARANG SEBELUMNYA 1. JANUARI 26 104 2. FEBRUARI 26 26 3. MARET 26 26 4. APRIL 26 26 5. MEI 26 26 6. JUNI 26 26

5.1.7 Kriteria Produktivitas Rasio Tujuh,

Rasio 7 =

Rasio ini juga memperlihatkan interferensial proses produksi perusahaan dan kondisi idealnya adalah saat pembilang mempunyai nilai sama atau lebih kecil dari periode sebelumnya. Rasio ini merupakan perbandingan antara total jam kerja absen dengan total tenaga kerja. Angka dalam rasio ini semakin baik apabila menunjukan nilai yang semakin kecil.

Nilai pada kriteria ini menunjukan bahwa presatsi tetinggi terjadi pada bulan februari 2013, dengan nilai rasio 0,0533% dan dengan bobot 14 menempatkan pada skor terbaik diperiode ini.

(10)

96 Tabel 5.7 Indikator Pencapaian Nilai

Rasio 7(Total Jam Lembur / Total Jam Kerja Normal)

NO. PERIODE TAHUN 2013 INDIKATOR PENCAPAIAN NILAI

SEKARANG SEBELUMNYA 1. JANUARI 126 70 2. FEBRUARI 140 126 3. MARET 140 140 4. APRIL 126 140 5. MEI 126 126 6. JUNI 126 126

5.2 Analisa Pengkuran Produktivitas Total

Pada bulan januari sampai juni tahun 2013, produktvitas line produksi mengalami peningkatan pada tiap kriteria rasionya,

Pada bulan januari 2013 index performance mencapai sampai 20.14% dengan nilai pencapaian 559 meningkat hingga 700, hal ini dikarenakan adanya perbaikan dan peningkatan stock awal tahun, terlihat peningkatan yang sangat signifikan pada tiap rasionya pada rasio 1 mancapai skor aktual 8 yang berarti termasuk kategori skor baik danbegitu pula pada rasio 3,4,5 dan 7 mencapai katergori baik. Sedangkan pada rasio 2 terdapat nilai skor 4 yang berarti termasuk kedalam kategori skor sedang. Kategori skor terendah terjadi pada rasio 6 yaitu dengan skor 2 dan termasuk kategori skor buruk yang berarti waktu jam lembur sangat berpengaruh sekali.

(11)

97 Pada bulan pebruari 2013 performance indicator dengan indek performance 2,14% terjadinya penurunan dari bulan januari, hal ini juga terlihat pada tiap nilai rasionya. Pada rasio 1,3,4,dan 5masih termasuk kategori skor baik akan tetapi nilainya mengalami penurunan pada rasio 1 dan 4. Pada rasio 7 mencapai nilai skor 10 dengan kategori skor sangat baik dikarenakan sedikitnya jumlah tenaga kerja yang absen.

Pada bulan maret 2013 terjadi penurunan pada performance indicator -8,04%, terlihat juga pada perolehan nilai rasio 1 mendapat skor 3 dengan kategori skor sedang hal ini disebabkan karena tenaga kerja mengalami penurunan produktivitas. Pada rasio 2 mencapai skor 4 dengan kategori skor sedang hal ini tidak terjadi penurunan yang sangat significan dari periode sebelumnya. Nilai rasio tertinggi dicapai pada rasio 7 yaitu dengan skor 10 dengan kategori skor sangat baik.

Pada periode april 2013 mengalami peningkatan pada performance indicator 13,29%. Perolehan skor tertinggi terjadi pada rasio 5 hal ini terjadi karena semakin sedikitnya jumlah produk yang diperbaiki. Nilai pencapaian terrendah masih terjadi pada rasio 6 hal ini memerlukan perhatian yang khusus manajemen perusahaan.

Pada periode mei 2013 terjadi sedikit pengingkatan dari periode sebelumnya sebesar 0,62%, perolehan nilai rasio tertinggi terjadi pada rasio 3 dan rasio 5 hingga mencapai skor 10 terjadi pada kriteria efisiensi dan efektivitas.

(12)

98 Hal ini terjadi karena penurunan pada rasio 1 dan 2 hal ini dapat dilihat disebabkan karena penurunan tingkat performce tenaga kerja dan pemanfaatan jam kerja yang kurang efektif.

5.3Usaha Peningkatan Produktivitas

Setelah dilakukan pembahsan dan interprestasi dari produktivitas yang dihasilkan, yang merupakan bagian terpenting untuk menarik suatu kesimpulan dari sebuah penelitian. Oleh karena itu kesimpulan yang tepat seharusnya dihasilkan oleh interprestasi dan analisis yang tepat pula. Untuk itu tanpa analisis dan interprestasi yang tepat, sebaik apapun pengolahan data tidak akan mampu menghasilkan kesimpulan.

Dengan demikian setelah analisis dan interprestasi ini selanjutnya dilakukan langkah-langkah usaha peningkatan produktivitas secara terus menerus (continuous improvement) yang sistem persoalan diatas yang telah dilakukan pembahasan dengan pendekatan metode pengukuran produktivitas Model Objektive Matrix (OMAX) dapat memberikan gambaran dan pandangan yang jelas, tepat serta terarah dalam usaha peningkatan produktivitas perusahaan pada umumnya dan peningkatan produktivitas divisi produksi PT.XYZ khususnya.

Pada dasarnya perbaikan terus menerus dalam perusahaan merupakan suatu kesatuan pandangan yang komprehensif dan terintegrasi yang bertujuan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Untuk itu sebelumnya memberikan langkah-langkah usaha peningkatan produktivitas dengan melakukan pebaikan terus menerus hendaknya terlebih dahulu dijelaskan rekapitulasi dari indikator yang perlu mendapatkan perhatian dalam peningkatan produktivitas.

(13)

99 Dengan adanya perbaikan yang terus menerus pada penelitian ini, untuk itu dilakukan langkah-langkah antara lain sebagai berikut:

Dengan memahami kebutuhan perbaikan dengan mengidentifikasikan masalah berdasarkan data yang ada. Dari indikator-indikator yang ada dalam peningkatan produktivitas pada divisi produksi PT.XYZ ini, penulis membatasi pada kriteria-kriteria yang sangat berpengaruh. Dengan demikian untuk mendapatkan kriteria-kriteria yang berpengaruh dari indikator yang ada, penulis lakukan berdasarkan metode PARETO, agar lebih memfocuskan perhatian pada masalah utama dan sangat penting (paling dominan) untuk segera dilakukan perbaikan secepatnya. Kategori kriteria yang paling dominan adalah kriteria yang terjadi penurunan paling banyak, artinya kriteria yang berada dibawah skor tiga berjumlah besar dalam setiap periodenya.

Dalam hal ini besarnya penurunan dari beberapa periode merupakan yang paling dominan diantara kriteria-kriteria yang lainnya. Klasifikasi terhadap indikator yang terdiri dari 8 kriteria, dibagi kedalam 3 kelas sesuai hukum PARETO, dengan cara:

- Urutan nilai penurunan dari yang paling terbesar - Hitung nilai komulatif

- Hitung nilai presentase komulatif

- Klasifikasikan kriteria sesuai dengan hukum PARETO

Menyatakan masalah yang ada dari kriteria yang sudah dilakukan. Berdasarkan hasil diagram PARETO diatas dari 10 jenis kriteria yang ada, kriteria Total

(14)

100 Produk yang Dihaslikan / Jumlah karyawan mengalami penurunan tertinggi dari keseluruhan yang berpengaruh pad divisi produksi PT.XYZ.

Setelah penentuan masalah utama sudah diketahui, selanjutnya mencari apa yang menjadi penyebab masalah dari masalah utama kriteria yang berpengaruh yaitu kriteria Total Produk Yang Dihasilkan / Jumlah Karyawan. Hal ini dapat dilakukan dengan diagram sebab akibat (diagram tulang ikan / fish bone diagram).

(15)
(16)

102 Analisa diagram sebab akibat dilakukan dengan tujuan untuk dapat menyelesaikan masalah, dimulai dengan mencari penyebab masalah terlebih dahulu, kemudian dicari solusinya. Dalam penelitian ini penentuan penyebab yang paling berpengaruh dibatasi hanya bagi penyebab-penyebab yang dapat diukur dan memiliki satuan. Hal ini mengingat bahwa penyebab yang dapat diukur sulit ditentukan seberapa besar pengaruhnya tidak dapat dibandingkan dan biasanya bila penyebab ini dipakai, maka penelitian hanya berisifat subyektif.

Dari penelitian ini dan juga dari hasil wawancara penulis dengan pihak manajemen PT. XYZ, faktor-faktor yang merupakan penyebab dari masalah rendahnya prestasi/produktivitas pada kriteria Total Produksi Yang Dihasilkan / Jumlah Karyawan adalah sebagai berikut:

1. Faktor Manusia

Masalah yang timbul pada faktor manusia adalah kurangnya pengawasan dari atasnya baik secara berkala ataupun inspeksi mendadak, dan tidak adanya pemberian sangsi yang tegas pada operator bekerja dengan tidak disiplin dan tidak hati-hati yang menyebabkan prosedur (SOP) yang ada tidak dijalankan dengan baik, serta mengakibatkan waktu yang ada terbuang sia-sia tanpa ada hasil. Selain itu kurangnya rasa memiliki dan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab pada setiap operator.

2. Faktor Mesin/Alat

Permasalahan pada faktor mesin dan alat ini adalah tidak ada kurang alat bantuan, yang mengakibatkan para operator dalam bentuk tidak ergonomis. Permasalahan lain adalah belum adanya perawatan yang rutin baik mingguan,

(17)

103 bulanan maupun skala tahunan, akibatnya yang dilakukan para teknisi adalah perbaikan bila terjadi kerusakan. Hal ini sering terjadi mesin rusak pada saat proses produksi berlangsung. Selain itu kurangnya pengetahuan para teknisi dalam hal mesin-mesin.

3. Faktor Material

Material adalah merupakan faktor yang sangat penting dalam proses produksi, dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah masalah saat penerimaan barang, karena tidak semua material yang masuk sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, sehingga pabrik memerlukan waktu yang lebih untuk penyesuaian dan menyebabkan waktu operasi menjadi tertunda. Hal ini memungkinkan karena kurangnya komunikasi antara pihak pabrik, pembelian dan suplier, sehingga sering terjadi pengiriman materia dari suplier tidak sesuai dengan spek yang telah ditentukan oleh pabrik.

4. Faktor Lingkungan

Situasi dan kondisi lingkungan suatu pabrik sangat mempengaruhi jalannya proses produksi, dengan ruangan yang terlalu panas.

Permasalahan pada faktor ini adalah sering terjadinya back order dari marketing/sales yang mengakibatkan bagian PPIC merubah jadwal yang telah dibuat jauh dari sebelumnya, begitu pula dengan produksi harus mengikuti perubahan dan kerja mesin maupun operator menjadi tidak maksimal, merembet semua sampai kebagian gudang raw material. Yang jelas dari adanya back order akan mengakibatkan kinerja dari divisi-divisi yang ada kaitannya dengan produksi menjadi tidak maksimal. Dan permasalahan utamanya adalah tidak adanya target

(18)

104 pencapaian produksi, sehingga PPIC maupun Departemen produksi kurang terbebani dengan tidak adanya terget produksi.

Gambar

Tabel 5.1Indikator Pencapaian Nilai
Tabel 5.2 Indikator Pencapaian Nilai
Tabel 5.6 Indikator Pencapaian Nilai

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengusung tema yang ditujukan untuk memberi informasi bagi pelajar atau mahasiswa maupun masyarakat umum, dengan bangga kami mempersembahkan sebuah acara

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berkaitan dengan informasi going concern yang diungkapkan oleh pihak manajemen

Provinsi Sulawesi Tengah adalah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang

Untuk menggambarkan cara kerja algoritma lebih baik, akan dibuat suatu program sederhana yang dapat menghitung nilai PageRank jika diberikan gambaran dari jaringan yang

Ada beberapa tips dalam memberikan pemahaman anak tentang seks antara lain: Menanamkan rasa malu, misalnya dengan membiasakan anak untuk ganti baju di tempat

Berapa nilai dari kecepatan spesifik untuk digunakan menentukan bentuk atau jenis impeller pompa sentrifugal yang sesuai dengan head dan kapasitas yang telah

Kerja Sama Internasional adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh negara yang menyangkut aspek bilateral, regional, dan internasional untuk mencapai tujuan

Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti menggunakan dokumentasi berupa buku yaitu novel “Ayah” karya Andrea Hirata yang