• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Penelitian

Krisis ekonomi Amerika Serikat di tahun 2008 telah menjadi krisis keuangan global yang melanda perekonomian dunia. Bermula dari beberapa perusahaan besar di Amerika yang bangkrut karena macetnya pembayaran kredit perumahan, membuat para investor ingin menarik kembali investasinya dan perolehan laba di lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen. Krisis ini menggelembung bukan hanya di Amerika Serikat namun meluas hingga ke Eropa dan Asia. Hal ini secara berurutan menyebabkan terjadinya perubahan yang serupa terhadap solvabilitas dan likuiditas perusahaan-perusahaan yang terkena imbas di negara-negara lain akibat dari krisis global ini.

Jatuhnya Lehman Brothers Inc di Amerika adalah awal dari krisis keuangan global yang kemudian mempengaruhi banyak sekali simpul-simpul finansial di berbagai negara (Depkeu, 2008). Lehman Brothers mengalami kebangkrutan akibat tidak mampu untuk membayar utang-utangnya kepada kreditor. Hal ini terjadi karena Lehman Brothers sebelumnya menerima suntikan dana dari para investor di berbagai belahan dunia dan juga termasuk bank dunia yang memberikan pinjaman dana yang cukup besar kepada Lehman Brothers. Krisis global berimbas sangat luar biasa, krisis global ini juga menyebabkan ribuan perusahaan di China dan Jepang mengalami kebangkrutan. Di Jepang tercatat sebanyak 1.429 perusahaan bangkrut sedangkan di China sebanyak 1.300

(2)

2 perusahaan bangkrut, ada yang sebagian masih bertahan namun mereka harus menunda produksi mereka. Total perusahaan yang bangkrut di China dan Jepang mencapai 2.729 perusahaan (Rahayu, 2008). Apabila perusahaan tidak bisa bertahan dari krisis ekonomi yang terjadi ini maka perusahaan dapat dinyatakan bangkrut.

Selain krisis global yang berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan, ada faktor lain yang juga dapat menyebabkan suatu perusahaan tidak dapat melanjutkan kelangsungan hidup usahanya adalah masalah tentang manipulasi akuntansi yang terjadi di dalam perusahaan. Terkait dengan kasus manipulasi akuntansi oleh pihak manajemen, Weiss (2002) dalam Trucker et al,. 2003 dalam Rudyawan dan Badera (2009) menyatakan bahwa dari 228 perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan. Masalah yang timbul adalah mengapa perusahaan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian bisa berhenti beroperasi atau dinyatakan bangkrut. Auditor dalam hal ini mempunyai peranan yang penting, karena pihak pengguna laporan keuangan akan lebih yakin dengan adanya pendapat atau opini yang dikeluarkan oleh auditor mengingat fungsi dari auditor itu sendiri untuk melakukan evaluasi atas penyajian laporan keuangan yang disajikan oleh pihak perusahaan.

Pendapat dari auditor dalam menilai kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan juga harus memperhatikan masalah going concern. Susanto (2009) menyatakan masalah terkait going concern pada perusahaan merupakan hal yang sangat penting untuk diungkapkan, agar perusahaan dapat membuat keputusan dan

(3)

3 mengambil tindakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sehingga terhindar dari kebangkrutan. Santosa dan Wendari (2007) juga menyatakan bahwa dengan adanya pengeluaran opini audit going concern dapat dipakai sebagai suatu alat yang dapat memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan.

Dengan adanya informasi opini audit going concern dapat meminimalkan resiko atas kerugian yang mungkin diterima oleh para stakeholders. Para stakeholders adalah para pihak baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Petronela (dalam Santosa dan Wedari, 2007) menyatakan going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas. Penekanan yang diberikan adalah terhadap adanya anggapan bahwa akan tersedia cukup waktu bagi perusahaan untuk melanjutkan usaha atau tidak akan mengalami likuidasi di masa yang akan datang.

Informasi terkait dengan going concern penting diungkapkan oleh pihak auditor. Peran dari auditor adalah untuk mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang menyesatkan sehingga dengan menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit, para pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang benar. Menurut SPAP Seksi 341 (2011) paragraf 2 menyatakan, auditor memiliki tanggung jawab untuk melakukan evaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Auditor melakukan evaluasi atas kesangsian yang berada di antara tanggal neraca hingga tanggal neraca tahun berikutnya, atau dapat

(4)

4 dikatakan berkaitan dengan semua peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca. Tanggung jawab auditor diharuskan mengevaluasi semua peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk menentukan ada atau tidaknya kesangsian yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Hal ini akan berkaitan dengan going concern opinion yang diberikan auditor dan dapat terlihat pada paragraf penjelas yang ada dalam laporan pertanggungjawaban auditor (laporan audit) dalam laporan keuangan perusahaan.

Selain oleh pihak auditor, informasi going concern juga harus diungkapkan oleh pihak manajemen karena akan mempengaruhi keputusan para stakeholders dan para pihak pengguna laporan keuangan lainnya. International Accounting Standards (IAS) 1 paragraf 23 menyatakan, dalam menyajikan laporan keuangan pihak manajemen akan mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasi mereka. Ketika para pihak manajemen menyadari dan mengetahui ada ketidakpastian yang berhubungan dengan kejadian yang mungkin memberikan keraguan yang signifikan tentang kemungkinan perusahaan untuk melanjutkan bisnisnya secara normal, maka pihak manajemen harus menyatakan hal tersebut dan laporan keuangan disajikan dengan asumsi going concern. Jadi dapat dikatakan manajemen juga mempunyai peranan dalam menyatakan informasi going concern.

Penelitian-penelitian sebelumnya telah dilakukan terkait dengan opini going concern yaitu Setyarno (2006), Santosa dan Wedari (2007), Susanto (2009), dan Rudyawan dan Badera (2009). Setyarno (2006) memberikan bukti bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh

(5)

5 signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Untuk variabel kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian Santosa dan Wedari (2007) menguji bagaimana pengaruh variabel-variabel seperti kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitiannya menyatakan variabel kualitas audit tidak berpengaruh, variabel kondisi keuangan berpengaruh negatif, variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif, variabel pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh, dan variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian yang menguji bagaimana pengaruh model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, leverage , dan reputasi auditor terhadap penerimaan opini audit going concern dilakukan oleh Rudyawan dan Badera (2009).

Terlihat hingga saat ini topik tentang bagaimana tanggung jawab auditor dalam mengungkapkan masalah going concern masih menarik untuk diteliti (Ruiz Barbadillo et. al., 2004 dalam Setyarno, 2006). Penelitian tentang peranan auditor atas masalah going concern sudah banyak dilakukan, tapi tidak ada penelitian berkaitan dengan peranan manajemen dalam mengungkapkan kondisi going concern ini. Oleh sebab itu, penulis beranggapan pentingnya tanggung jawab pihak manajemen dalam mengungkapkan masalah going concern juga sangat menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor apa

(6)

6 saja yang memiliki pengaruh pada pengungkapan pernyataan going concern yang dikeluarkan oleh pihak manajemen.

Faktor pertama adalah faktor struktur kepemilikan perusahaan. Hilmi dan Ali (2008) mengungkapkan struktur kepemilikan perusahaan ada yang dimiliki oleh pihak dalam atau manajemen perusahaan (insider ownership’s) dan ada juga yang dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership’s). Besarnya kepemilikan dari pihak luar (publik) akan memberikan tuntutan yang lebih besar kepada pihak manajemen, sehingga pihak manajemen lebih bersikap terbuka atas kondisi perusahaan terutama yang berkaitan dengan informasi going concern perusahaan.

Faktor kedua adalah komposisi dari komisaris independen. Adanya pembentukan dewan komisaris adalah salah satu cara yang dapat dipakai untuk memonitori manajemen. Namun penelitian Mace (1986) dalam Arifin (2005) menyatakan bahwa pengawasan dewan komisaris terhadap manajemen pada umumnya tidak efektif. Akan tetapi, hal ini dapat diatasi apabila dewan komisaris didominasi oleh anggota dari luar (independent board of director). Dengan adanya komisaris independen maka pengawasan kepada pihak manajemen akan menjadi lebih efektif, dapat meningkatkan tingkat transparansi dari pihak manajemen yang berkaitan dengan seluruh hasil kondisi perusahaan termasuk juga dengan informasi going concern sehingga dapat memberikan keyakinan kepada seluruh pihak yang berkepentingan bahwa perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya di masa yang akan datang.

Kualitas auditor adalah faktor yang dikaitkan dengan pengungkapan going concern. Dalam penelitian ini kualitas auditor diproksikan dengan dengan ukuran

(7)

7 Kantor Akuntan Publik (KAP). Craswell et. al., (1995) dalam Fanny dan Saputra (2005) dalam Rudyawan dan Badera (2009) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besarlah yang memiliki kualitas yang lebih tinggi. Auditor dari KAP besar diakui mempunyai kualitas yang lebih tinggi dalam melakukan proses auditnya sehingga pihak manajemen akan bersedia untuk mengungkapkan segala kondisi termasuk yang berhubungan dengan kelangsungan hidup perusahaan (going concern) untuk menghindari rusaknya citra manajemen karena menutupi kondisi yang terjadi.

Kondisi keuangan perusahaan merupakan gambaran dari tingkat kesehatan perusahaan yang sesungguhnya (Setyarno, 2006). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan rasio leverage sebagai salah satu faktor yang juga akan dianalisa pengaruhnya terhadap objektivitas pihak manajemen dalam mengungkapkan kondisi going concern. Rasio leverage dipilih karena dengan rasio ini dapat memberikan informasi tentang seberapa jauh kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Rudyawan dan Badera (2009) menyatakan semakin tinggi nilai dari rasio leverage maka semakin menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian akan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya.

Faktor lain yang ingin dianalisis oleh penulis dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan ukuran (size) perusahaan dan juga pertumbuhan perusahaan. Pada penelitian ini, penulis menggunakan total aset sebagai penentu besar kecilnya ukuran suatu perusahaan. Semakin besar nilai total aset yang dimiliki maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Hilmi dan Ali (2008) menyatakan bahwa

(8)

8 perusahaan yang besar umumnya memiliki sumber daya yang besar, lebih banyak staf akuntansi, sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk dapat mengatasi masalah keuangan yang terjadi di perusahaan sehingga kecil kemungkinan bagi perusahaan yang berukuran besar untuk dilikuidasi atau tidak dapat mempertahankan kelangsungan usahanya.

Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya (Rudyawan dan Badera, 2009). Pertumbuhan perusahaan digambarkan dengan pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan. Altman (1968) dalam Petronela (2004) dalam Santosa dan Wedari (2007) mengemukakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan laba negatif (negative growth) mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan. Pada laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen apabila terdapat pertumbuhan laba yang negatif menyebabkan manajemen dihadapi oleh suatu dilema, manajemen perlu melakukan pertimbangan untuk mengungkapkan atau tidak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan going concern karena dapat mempengaruhi reputasi perusahaan.

Masalah yang muncul berkaitan dengan pengungkapan going concern dari pihak manajemen adalah seberapa objektif pihak manajemen mau untuk mengungkapkan kondisi yang sebenarnya kepada publik khususnya para investor, di mana para investor berkepentingan untuk membuat suatu keputusan ekonomi yang berkaitan dengan investasinya kepada perusahaan. Dalam IAS 1 paragraf 23

(9)

9 menyatakan adanya tanggung jawab manajemen dalam melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dan hal ini akan menjadi basis manajemen dalam menyusun laporan keuangannya. Evaluasi yang dilakukan oleh manajemen harus diungkapkan secara rinci (bersikap objektif) kepada semua pihak yang berkepentingan agar reputasi manajemen tetap terjaga karena telah berani dalam mengungkapkan segala kondisi terutama yang berkaitan dengan adanya ketidakpastian signifikan yang menimbulkan keraguan akan kemampuan perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Melihat dari kondisi krisis global dan kasus manipulasi akuntansi yang telah terjadi seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, negara Singapura adalah salah satu negara di ASEAN yang ikut terkena dampak dari kondisi tersebut kemudian berpengaruh pada penurunan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Singapura mengalami penurunan yang cukup besar, hal ini mengakibatkan tidak sedikit perusahaan di Singapura yang mengalami kerugian dengan jumlah yang cukup signifikan, sehingga akan berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Perusahaan-perusahaan di Singapura sejak tahun 2003 diwajibkan untuk memenuhi Financial Reporting Standards (FRS) yang memiliki dasar yang sama dengan IFRS (Accounting Standards Council, 2008) sehingga segala ketentuan tentang asumsi kelangsungan hidup (assumptions going concern) juga harus dipatuhi. Pengungkapan status going concern oleh pihak manajemen bukanlah suatu hal yang mudah karena berkaitan erat dengan reputasi perusahaan itu sendiri. Apabila perusahaan tidak mengungkapkan masalah going concern

(10)

10 kepada masyarakat tetapi pihak auditor bisa menemukan keraguan terkait dengan masalah going concern, hal ini dapat menurunkan reputasi manajemen dalam melaporkan hasil performa manajemen dalam laporan keuangan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berkaitan dengan informasi going concern yang diungkapkan oleh pihak manajemen dengan menggunakan objek penelitian perusahaan-perusahaan yang berada di Singapura dalam suatu skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OBJEKTIVITAS MANAJEMEN DALAM MENGUNGKAPKAN INFORMASI GOING CONCERN : STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK SINGAPURA”.

1.2 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki ruang lingkup antara lain :

1. Faktor-faktor yang akan dianalisis berkaitan dengan objektivitas pengungkapan kelangsungan hidup perusahaan (going concern) oleh manajemen adalah adanya kepemilikan publik, komisaris independen, kualitas auditor, leverage perusahaan, ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan.

2. Pengambilan data akan diambil dari semua perusahaan terdaftar yang berada di Singapura (www.sgx.com). Perusahaan-perusahaan yang menjadi data penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar berturut-turut di SGX selama periode 2009-2011 dan telah menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

(11)

11 1. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan publik terhadap tingkat objektivitas

manajemen dalam mengungkapkan informasi going concern perusahaan,

2. Untuk mengetahui pengaruh komisaris independen terhadap tingkat objektivitas manajemen dalam mengungkapkan informasi going concern perusahaan,

3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas auditor terhadap tingkat objektivitas manajemen dalam mengungkapkan informasi going concern perusahaan,

4. Untuk mengetahui pengaruh leverage perusahaan terhadap tingkat objektivitas manajemen dalam mengungkapkan informasi going concern perusahaan,

5. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap tingkat objektivitas manajemen dalam mengungkapkan informasi going concern perusahaan, dan 6. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap tingkat

objektivitas manajemen dalam mengungkapkan informasi going concern perusahaan.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, untuk mengetahui apakah faktor-faktor seperti kepemilikan publik, komisaris independen, kualitas auditor, leverage perusahaan, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap objektivitas manajemen dalam mengungkapkan informasi going concern perusahaan. Selain itu juga menjadi masukan berkaitan dengan objektivitas manajemen dalam mengungkapkan informasi going concern perusahaan.

2. Bagi peneliti berikutnya, untuk dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya, serta memberikan kesempatan untuk lebih mengembangkan penelitian ini dengan memberikan variasi di dalam penelitiannya kemudian.

(12)

12 3. Bagi para calon investor, untuk menjadi bahan evaluasi atas perusahaan yang

mempunyai informasi going concern sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi.

1.4 Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis laporan keuangan tahunan dan laporan audit perusahaan-perusahaan yang berada di Singapura periode 2009-2011. Karakteristik pada penelitian ini antara lain :

1. Jenis penelitian ini menggunakan data kuantitatif ;

2. Metode pengumpulan data adalah dengan mengunduh data dari website Bursa Efek Singapura (www.sgx.com) ;

3. Dimensi waktu riset adalah melibatkan urutan waktu (time series) ; 4. Lingkungan riset adalah lingkungan rill (field research) ;

5. Unit yang dianalisis adalah beberapa sampel dari semua perusahaan terdaftar yang berada di Singapura, yang terdaftar berturut-turut selama periode 2009-2011 dan telah menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit selama periode pengamatan (2009-2011).

1.5 Sistematika Pembahasan

Bagian Sistematika pembahasan ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang lebih mendetail tentang penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengelompokkan skripsi ini ke dalam beberapa bab, yaitu sebagai berikut :

(13)

13 Pada bagian pendahuluan ini, penulis memberikan gambaran tentang latar belakang penulisan penelitian ini, menjelaskan tentang ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan selain itu juga sistematika pembahasan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan going concern, faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan going concern oleh manajemen dan konsep lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dianalisa oleh peneliti. Selain itu juga tentang perumusan hipotesisnya.

BAB III DESAIN PENELITIAN

Bagian Desian Penelitian menguraikan tentang metodologi penelitian yang akan dipergunakan dalam penelitian ini, yang mana meliputi informasi tentang populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengukuran, metode pengumpulan data, serta metode pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini.

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini membahas tentang hasil pengujian pada objek penelitian yang menguraikan tentang analisis data yang telah dikemukakan dalam BAB III, serta membahas tentang hasil pengujian atas hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya.

(14)

14 Pada bagian ini akan memberikan penjelasan tentang kesimpulan tentang apa yang telah dianalisa dan diteliti dari bab-bab sebelumnya, serta memberikan keterbatasan ataupun saran berkenaan dengan penelitian penulis yang dapat dipertimbangkan oleh pembaca maupun untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

(1) Setiap badan usaha atau orang yang melakukan kegiatan usaha pertambangan tanpa memiliki IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dipidana dengan

- Khusus training wilayah Gresik, panitia bisa membantu menyediakan akomodasi (penginapan)-Informasi lengkap hubungi panitia. - Beberapa program REGULER PROMO&NON PROMO,

Oknum jaksa berinisial Sis dari Kejaksaan Negeri Cibinong itu diduga menerima suap Rp99,9 juta dari orang yang kasusnya tengah dia tangani... Kepala Kejaksaan Negeri Cibinong,

Amanat yang dapat diambil dari novel Bulan Nararya adalah kewajiban kita sebagai sesama manusia harus saling menyayangi satu sama lain; sebagai manusia yang

Bapak Martinus Maslim, S.T., M.T., selaku ketua program studi Teknik Informatika Fakultas Teknolosi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dan juga selaku dosen

dianutnya.Sebagai negara yang bermayoritas penduduk agama Islam, Pancasila sendiri yang sebagai dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh agama yang tertuang dalam

TNDS terdiri atas sekumpulan danau musiman (23%), berwarna hitam kemerahan, yang muka airnya sangat tergantung atas curah hujan, dan limpasan air dari sungai kapuas, juga

Sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi dengan penerapan strategi