• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN UMUM LOKASI. Letak dan luas. dalam wilayah administrasi Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEADAAN UMUM LOKASI. Letak dan luas. dalam wilayah administrasi Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

# Selim b au Embau Ba tan g L up a r Ba dau Semitau Danau Sentaru m N PETA K AW ASAN TNDS KAPUAS H ULU KAL BAR

TN DS Kab. K AP U AS HU LU Legenda : Kaw asan TN D S KO DYA PO NTIAN AK 90 0 90 km Skala 1 : 4.500.000 108 108 109 109 110 110 111 111 112 112 113 113 114 114 -3 -3 -2 -2 -1 -1 0 0 1 1 2 2

Letak dan luas

Di Hulu Sungai Kapuas, terdapat kawasan dataran banjir (flood plain) yang dikenal sebagai Danau Sentarum. Sebelumnya kawasan ini berstatus Suaka Margasatwa yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 757/Kpts-II/Um/10/1982 tanggal 12 Oktober 1982 dengan luas 80.000 Ha. Sejalan dengan perkembangannya, pada tanggal 4 februari 1999 dengan SK No.34/Kpts-II/1999 berubah menjadi Taman Nasional. Luas seluruh kawasan TNDS adalah 132.000 ha, ditambah dengan 65.000 ha yang diusulkan sebagai daerah penyangga.

Danau ini merupakan danau musiman satu-satunya hutan rawa air primer di Kalimantan Barat dan mempunyai tingkat keunikan yang tinggi, berada di sebelah cekungan sungai Kapuas, sekitar 700 km dari muara yang menuju laut Cina Selatan. Danau Sentarum yang menurut posisi geografisnya terletak pada 0o40' -0o55' LU dan 112o00' - 112o25' BT. Secara administratif, Danau Sentarum berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat.

Sumber Peta : PIKA Bogor, 2002

(2)

# Selim bau Em bau Ba ta ng L upar B ada u Se m itau Da na u Sen ta ru m N E W S PET A BATA S KE CA MA T AN TN DS DI KA PU AS HU LU B atas K aw as an TN D S B atas K e ca m ata n : B ada u B atang L upa r E m bau S elim bau S em itau S ka la 1 : 35 0 .000 Lege n da : # D ana u S ent a ru m 10 0 10 km 62 0000 62 0000 64 0000 64 0000 6600 00 6600 00 80000 80000 100 000 100 000 0 0

Semitau (disebelah Barat), Batang Lupar dan Badau (disebelah Utara), Selimbau (disebelah Selatan), dan Embau (disebelah Timur) kabupaten kapuas hulu Kalimantan Barat (Data administratif Kecamatan Selimbau, 2006). Peta batas kecamatan TNDS di Kapuas Hulu dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber Peta : PIKA Bogor, 2002

Gambar 5. Peta batas Kecamatan TNDS di Kabupaten Kapuas Hulu Kalbar.

Iklim

Data iklim meliputi data curah hujan, suhu udara, dan kelembaban nisbi di lokasi penelitian berdasarkan data dari Stasiun Pangsuma Putussibau. Secara umum, kawasan TNDS termasuk dalam iklim tropis basah dengan curah hujan tinggi hampir sepanjang tahun, dengan curah hujan tahunan berkisar antara 4000 mm/tahun. Musim kemarau terjadi antara bulan Juli sampai September dengan tingkat curah hujan terendah 115 mm pada bulan Juli. Sedangkan musim penghujan terjadi antara Oktober sampai Juni dengan curah hujan bulanan berkisar antara 394 mm atau bahkan lebih, dengan tingkat curah hujan tertinggi 653 pada bulan Desember.

(3)

0 100 200 300 400 500 600 700 C H (m m)

Jan Febr Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

Sumber data : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Pangsuma Putussibau

Gambar 6. Histogram curah hujan rata-rata bulanan Stasiun Pangsuma Putussibau (2006-2007)

Suhu udara rata-rata bulanan pada kawasan Danau Sentarum relatif sama di semua wilayah yaitu 27,2°C. Fluktuasi suhu udara bervariasi antara 23,1°C-33,3°C dengan nilai terendah yaitu pada bulan Juni dan nilai tertinggi pada bulan Juli.

Pada wilayah rawa yang selalu basah ini, kelembaban nisbi udara rata-rata bulanan selalu tinggi sepanjang tahun. Kelembaban nisbi terendah 78% pada bulan Februari dan tertinggi 87% pada bulan Januari.

Kelembaban Nisbi Udara

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Jan Febr Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

Suhu Udara

( % )

( °C )

Sumber data : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Pangsuma Putussibau

Gambar 7. Grafik suhu udara dan kelembaban nisbi udara rata-rata bulanan Stasiun Pangsuma Putussibau (2006-2007)

(4)

Kawasan ini relatif rendah, dengan ketinggian antara 25-50 m dpl. Keadaaan topografi TNDS sebagian besar datar dengan kelerengan di bawah 5% dikelilingi oleh perbukitan, dapat mencapai 400 meter dpl dan daerah perbukitan yang terdekat berjarak sekitar 500 meter. Vegetasi yang tumbuh di perbukitan memiliki habitat yang jauh berbeda dengan vegetasi hutan dataran rendah disekitarnya yang selalu tergenang. Kawasan ini merupakan cekungan dan merupakan daerah tangkapan hujan satuan wilayah sungai kapuas (Hadhi, 1996).

Dilihat dari ketinggian Danau Sentarum tampak seperti hamparan danau luas tertutup air, dengan pulau-pulau berhutan yang umumnya tergenang. Saat musim kemarau, danau melepaskan air ke Sungai Kapuas secara perlahan-lahan sehingga air danau semakin surut. Saatnya air danau kering, terlihat aliran sungai yang dangkal dan banyaknya genangan. Jika kekeringan berlanjut, permukaan danau terlihat retak-retak.

Tanah

Menurut peta tanah Kalimantan Barat skala 1:1.000.000 (LPT Th. 1972) jenis tanah pada kawasan ini adalah Organosol Glei Humus dengan bahan induk alluvial (Hadhi, 1996). Selanjutnya Giesen & Aglionby (2000) menyebutkan pada kawasan TNDS tanah yang berlereng terdiri dari tanah liat yang miskin hara dan pasir yang sedikit tanah liat dan kapur.

Hadhi (1996) menyebutkan bahwa secara umum keadaan tanah di kawasan ini dibagi ke dalam dua kategori yaitu tipe tanah dengan sedimen yang halus dan gambut yang berasal dari hanyutan air, dan tipe tanah gambut, glei humus dan Podsolid Merah Kuning (PMK), secara umum tanah pada kawasan ini mempunyai sedikit sekali status hara dan tidak subur.

(5)

Geologi

Sedangkan keadaan geologinya relatif sederhana. Kawasan TNDS sebagian besar terdiri dari liat dan liat koalin yang terdapat di lembah danau yang berasal dari tanah gembur di dasar bukit. Pembukaan kawasan akan terlihat selama musim kering (Juni-September). Giesen (1987) menyatakan bahwa kawasan ini secara garis besar di tutupi sedimen quarter (liat, pasir, dan aluvial), formasi tertier (batu pasir, batu bara, dan batu cadas).

Hidrologi

Menurut Giesen (1995) bahwa danau air tawar dan hutan tergenang memiliki keunikan tersendiri. Danau dan rawa yang dangkal serta teras-teras rendah yang sangat luas, aliran utama yang masuk ke danau Sentarum adalah sungai Embaloh Leboyan. TNDS merupakan daerah retensi/luapan banjir (retarding basin) dari sungai Kapuas. Berdasarkan studi ODA (Overseas Development Administration), TNDS dapat menyerap 25% luapan sungai kapuas dan saat kemarau 50% air dari danau tersebut mengalir ke sungai Kapuas yang memberikan konstribusi cukup berarti bagi sungai Kapuas di musim kemarau.

Tinggi permukaan air danau mengalami fluktuasi yang sangat drastis selama beberapa tahun, walaupun air tanah di seluruh kawasan naik turun rata-rata sekitar 10-12 meter/tahun dengan kisaran di atas 15 meter. Mekanisme pasang surut terjadi secara berkala dan telah berlangsung selama ribuan tahun. Kehidupan flora, fauna dan manusia di sekitar DAS Kapuas bagian hulu telah beradaptasi dengan kondisi alam yang khas ini.

Giesen (1987) memperkirakan kekeringan danau-danau ini berkaitan dengan pengurangan curah hujan bulanan di bagian hulu DAS Sungai Kapuas. Periode kering mulai terjadi pada bulan April, dan mencapai puncaknya pada bulan Agustus. Muka air danau akan kembali naik pada bulan September, dengan pasang tertinggi terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari.

Tanah gambut di sekitar danau tersebut berpotensi sebagai penyimpan air cukup tinggi yaitu sampai 12 kali dari berat keringnya. Air cenderung berwarna hitam/gelap, tingkat kesuburan/kandungan nutrisi di perairan tanah tersebut rendah

(6)

dan tingkat keasaman air cukup tinggi.

Aliran Sungai Tawang dan Kapuas merupakan potensi untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan sebagai air baku yang potensial untuk memenuhi kebutuhan penduduk disekitar aliran sungai kapuas dan kecamatan-kecamatan terdekat.

Keunikan Ekosistem

Menurut Anshari (2006), sungai Kapuas dan Danau Sentarum merupakan ekosistem lahan basah yang sangat tua. TNDS terdiri atas sekumpulan danau musiman (23%), berwarna hitam kemerahan, yang muka airnya sangat tergantung atas curah hujan, dan limpasan air dari sungai kapuas, juga berbagai hutan rawa yang unik (49%).

Danau-danau mengalami dua fase, yaitu fase basah dan fase kering secara berkala selama 3 bulan berturut-turut. Kekeringan total air di dalam TNDS akibat berkurangnya curah hujan di bagian hulu Sungai Kapuas, akibat penggundulan hutan sehingga kapasitas lahan untuk menyimpan air menjadi berkurang, juga perubahan pola curah hujan (Anshari, 2006).

Tipe Ekosistem

TNDS berkarakter hutan rawa pinggir danau yang pasang surut dipengaruhi cuaca dan iklim. Sebagian besar kawasan TNDS merupakan ekosistem dataran rendah berupa kumpulan danau-danau hamparan banjir yang hampir tidak ditumbuhi tumbuhan air. Namun dibeberapa danau yang berhubungan dengan Sungai Kapuas kita dapat menemukan Enceng Gondok, rumput kumpai serta rumput senarai.

Secara umum vegetasi di tiga areal penelitian merupakan formasi vegetasi rawa yang khas secara keseluruhan. Dari tujuh tipe ekosistem hutan rawa yang ada di TNDS (Giesen, 1987), terdapat tiga tipe ekosistem hutan rawa dilokasi penelitian, yaitu :

(7)

Tabel 2. Tipe ekosistem di lokasi penelitian

Tipe Ekosistem Tipe habitat

di lokasi penelitian Jenis yang umum dijumpai di lokasi penelitian Hutan rawa gelgah* Hutan rawa Barringtonia acutangula, Ixora mentangis,

Carralia bracteata, Memecylon edule

Hutan rawa terhalang Hutan rawa Mesua hexapetalum, Vatica manungau,

Diospyros coriaceae

Hutan rawa pepah Hutan rawa, peralihan, rawa gambut

Diospyros abnormis, Vitex pinnata

Hutan rawa tepian* Hutan rawa Fragraea fragrans

Hutan rawa gambut* Hutan rawa, peralihan, rawa gambut

Dryobalanops abnormis, Gluta wallichii, Cotylelobium burkii

Hutan dataran rendah Hutan rawa Vatica rassak

Hutan kerangas Hutan rawa, peralihan,

rawa gambut Timonius salicifolius

Sumber : Giesen, 1987

Keterangan : * tipe ekosistem yang ditemukan di lokasi penelitian

Flora di TNDS

Tumbuhan kawasan TNDS tercatat lebih dari 500 spesies, termasuk kedalam 99 famili (Giesen, 2000), 262 spesies terdapat di hutan tergenang yang terdiri dari pohon dan semak belukar, jenis-jenis anggrek dan jenis parasit, tumbuhan obat-obatan, selain itu terdapat spesies rumput air yang tidak biasa dan terdapat 30-43 spesies endemik (Giesen & Agloinby, 2000).

Dari seluruh flora di TNDS, hanya sedikit saja yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan tersebut. Pemanfaatan sumber daya alam selain berupa kayu bulat seperti tembesu dan kawi, juga sebagai kayu konstruksi, sumber buah-buahan, sayuran, rotan, obat-obatan, bahan pewarna, tali dan lain-lain. Dari 207 jenis flora yang tercatat, hanya 3% saja yang digunakan untuk kayu bakar (Anshari, 2006).

(8)

Kawasan TNDS juga memiliki sejumlah fauna yang beraneka ragam, yang tercatat sebagai salah satu habitat ikan air tawar terlengkap di dunia, daerah penyedia sekaligus sebagai pemasok terbesar ikan hias air tawar diantaranya adalah Arwana (Sclerophages formosus) jenis super merah (Super red dragon

fish) dan Ulang uli (Botia macracranthus) yang berhasil menembus pasaran

internasional dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Giesen & Agloinby, 2000).

Pada kawasan ini tercatat paling tidak 120 jenis ikan termasuk jenis yang langka serta bernilai tinggi, sekitar 250 spesies burung, 143 spesies mamalia, tiga jenis buaya, dan lusinan tumbuhan yang juga hanya ada di Danau Sentarum.

Fauna lain yang langka dan dilindungi namun terancam punah di antaranya : Ora, kelompok-kelompok bekantan (Nasalis lavartus), Siamang/ungka

(Hylobates muelleri), Beruang madu (Helarctos malayanus), Macan Dahan

(Neofelis nebulosa), Layang-layang (Hirundapus giganteus), Bangau Susu (Ciconia starmii), Burung ruwai (Argusianus argus), Karau paruh merah (Ciconia

stormi), dan beberapa jenis fauna lainnya (Anshari, 2006).

Sosial Ekonomi Masyarakat

Kawasan TNDS menghasilkan berbagai sumber daya alam sehingga menarik minat manusia untuk datang dan tinggal di kawasan ini. Penduduk yang bermukim di kawasan TNDS memiliki budaya/etnis yang berbeda yaitu suku Melayu dan suku Dayak (Dayak Iban, Embaloh dan Kantu'). Suku melayu merupakan mayoritas penduduk kawasan TNDS dan mempunyai peranan yang lebih besar terhadap masyarakat disekitar kawasan.

(9)

Aksesibilitas

Kawasan TNDS terletak di Dati II Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Untuk mencapai kawasan TNDS dapat digunakan transportasi umum (bus umum) dari Pontianak menuju Semitau selama ± 15 jam. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan transportasi air (motor bandung) dari kecamatan Semitau menuju kecamatan dibagian utara, yaitu Lanjak dan Badau yang berbatasan dengan Malaysia, sungai Tawang, Kapuas dan Nibung merupakan sarana perjalanan jalur sungai menuju Danau Sentarum.

Gambar

Gambar 4. Peta kawasan TNDS di Kabupaten Kapuas Hulu Kalbar.
Gambar 5. Peta batas Kecamatan TNDS di Kabupaten Kapuas Hulu Kalbar.
Gambar 6.  Histogram curah hujan rata-rata bulanan Stasiun Pangsuma Putussibau (2006-2007)

Referensi

Dokumen terkait

Tenet khilafah berhubung rapat dengan prinsip Tauhid. Tenet ini menjelaskan bahawa manusia hanyalah pemegang amanah Allah SWT dan menggunakan kekayaan dari

17.Dari antara ‘Schema Driven Theory’ dan ‘Behavior Driven Theory’, mana yang paling akurat untuk digunakan dalam konteks assessment center. Jelaskan

Kepala )eksi Penun&ang 0edik mempunyai tugas pokok  memimpin pengoordinasian, peren"anaan keutuhan pelayanan  penun&ang medis, dan melaksanakan kegiatan

Terdapat pelaku yang langsung melakukan kekerasan simbolik dengan pelecehan seksual.. Juga terdapat pelaku yang memulai dengan modal menjalin pertemanan sehingga

Maka dari itu masyarakat Indonesia diharapkan mau berpartisipasi dalam pelestarian dan pemanfaatan sumber energi listrik yang mana listrik merupakan kebutuhan pokok manusia,

1. Hasil pengujian statistik dengan metode T-Test menunjukkan bahwa variasi pada arah serat ampas tebu dengan pola anyaman memberikan pengaruh pada kekuatan tarik

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagai bukti pemenuhan syarat calon Presiden/Wakil Presiden *), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pare dan Morasa (2017) dan Baidok dan Septiarini (2015) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak