• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Pegangan Fasilitator

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Pegangan Fasilitator"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Buku Pegangan Fasilitator

Program Penanggulangan HIV dan AIDS

pada Kelompok Penasun

(Harm Reduction)

Pusat Penelitian HIV & AIDS Unika Atma Jaya Jakarta

(2)

Daftar Isi

Panduan Menggunakan Modul ... 4

Kerangka Materi Pelatihan ... 6

01. Pembukaan dan Penjelasan Tujuan Pelatihan ... 10

02. Situasi HIV dan AIDS Pada Penasun dan Harm Reduction di Indonesia ... 12

Kelengkapan Sesi_02: Situasi HIV/AIDS pada Penasun dan HR di Indonesia ... 17

03. Harm Reduction dan Outreach ... 18

Kelengkapan Sesi 03_HR dan Outreach ... 22

04. Membuka Lapangan Baru dan Kontak Awal ... 24

Kelengkapan Sesi_04: Membuka Daerah Baru ... 28

05. Membangun Komunikasi Lapangan... 31

Kelengkapan Sesi_05: Membangun Komunikasi Lapangan. ... 35

06. Praktik dan Kesimpulan Hari I ... 37

07. Penggunaan Teknik Dasar Konseling dalam Outreach... 38

Kelengkapan Sesi_07: Teknik Konseling Dasar dalam Outreach ... 41

08. Mendukung Upaya Pengurangan Risiko ... 42

Kelengkapan Sesi: 08_Mendorong Pengurangan Risiko ... 46

09. Dinamika Kelompok Penasun ... 49

Kelengkapan Sesi_09: Dinamika Kelompok ... 54

10. Fasilitasi Kelompok Penasun Untuk Pengurangan Risiko ... 55

Kelengkapan Sesi_10: Fasilitasi Kelompok ... 59

11. Praktek Pengurangan Risiko Pribadi dan Fasilitasi Pengurangan Risiko Kelompok ... 62

12. Merujuk ke Pelayanan Kesehatan ... 65

Kelengkapan Sesi_12: Merujuk ke Layanan Kesehatan ... 68

13. Berbicara di Depan Umum... 71

Kelengkapan Sesi_13: Berbicara di Depan Umum ... 76

14. Pengetahuan Dasar bagi Petugas Outreach ... 78

Kelengkapan Sesi_14: Pengetahuan Dasar PO ... 82

15. Mengelola Emosi ... 83

Kelengkapan Sesi 15: Mengelola Emosi ... 86

16. Kerelawanan dan Berkerja dengan Hati ... 89

(3)

18. Diskusi Permasalahan Outreach ... 97

19. HAM dan Harm Reduction ... 98

Kelengkapan Sesi 19: Harm Reduction dan Hak Asasi Manusia ... 100

20. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ... 101

Kelengkapan Sesi_20 : Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ... 104

Lampiran: ... 106

Evaluasi Penampilan Fasilitator Sesi ... 106

(4)

Panduan Menggunakan Modul

Modul ini merupakan modul pelatihan untuk pelatih (Training of Trainers) yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan dari petugas lapangan yang berkerja untuk program penanggulangan HIV dan AIDS pada kelompok pengguna napza suntik (penasun) atau program harm reduction. Modul ini disusun berdasarkan pemahaman bahwa para peserta pelatihan memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman yang bervariasi dalam melakukan kegiatan penjangkauan (outreach). Sampai dengan tahun 2012, program penanggulangan HIV dan AIDS pada penasun sudah berlangsung sekitar hampir 15 tahun sehingga kemungkinan besar sebagian dari para peserta sudah memiliki pengalaman lama dalam berkegiatan di lapangan. Tentu, ada sebagian pula yang baru masuk sebagai petugas lapangan karena mereka mengganti petugas sebelumnya atau mereka bekerja di sebuah wilayah yang baru saja melaksanakan program harm reduction. Oleh karenanya di dalam penggunaan modul ini, para pelatih perlu memperhatikan karakteristik dari calon peserta pelatihan. Pada sisi yang lain, pelatih perlu memperhatikan berbagai materi yang tersedia di dalam modul ini sehingga bisa memilih materi-materi yang lebih sesuai dengan tingkat pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman dari calon peserta.

Agar para pelatih dapat menggunakan materi yang disediakan di dalam modul ini secara efektif, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Pelatih perlu membaca secara lengkap modul ini dan berbagai bahan pendukung pelatihan. Modul ini terdiri dari 4 bagian:

a. Prosedur melaksanakan sesi.

b. Panduan untuk melakukan bermain peran, diskusi, dan curah pendapat pada setiap modul.

c. Bahan Presentasi untuk sesi-sesi tertentu yang memerlukan penjelasan lebih dalam dari fasilitator.

d. Bahan Bacaan yang diharapkan bisa memberikan informasi lebih jauh tentang topik-topik yang dibicarakan.

2. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pelatihan ini adalah 35 jam yang terdiri dari aktivitas kelas selama 31.5 jam yang berupa pemberian materi, diskusi, bermain peran dan kajian kasus dan aktivitas di luar kelas selama 3.5 jam yang berupa rekreatif. Jadwal kegiatan dan kisi-kisi materi pelatihan disediakan untuk mengetahui gambaran besar dari isi modul.

3. Struktur setiap sesi di dalam modul ini memiliki format yang standar yang sama yaitu berupa pengantar sesi, penyampaian materi/diskusi/latihan, ice breaking, dan kesimpulan sesi yang berupa penegasan beberapa pesan kunci pada sesi yang bersangkutan.

4. Karena tujuan utama dari pelatihan adalah peningkatan ketrampilan dalam kegiatan outreach, maka setiap hari akan diadakan latihan/praktek dari salah satu materi yang didiberikan dalam hari itu. Diharapkan dengan adanya sesi praktek ini, semua peserta memiliki kesempatan untuk mencoba ketrampilan yang diperkenalkan pada hari itu. Sesi-sesi praktek/latihan diberikan setiap malam.

(5)

5. Pelatih perlu melihat dengan cermat aktivitas sesi, bahan pendukung/media dan bahan bacaan yang disediakan agar bisa mengoptimalkan kegiatan sesi tersebut.

6. Modul ini diupayakan untuk menyajikan informasi terkini tentang program harm reduction, namun apabila pelatih merasa bahan yang disediakan kurang sesuai maka pelatih bisa secara kreatif membuatnya lebih menarik dan menambah informasi yang lebih baru atau segar, tetapi harus mempertimbangkan tujuan dari sesi yang bersangkutan.

7. Pelatih perlu membaca prosedur, presentasi, dan bahan pendukung sebelum memberikan pelatihan agar dapat membantu menjawab pertanyaan dari peserta maupun menangkap respon peserta sehingga dapat membantu pemahaman pesan-pesan penting.

8. Pelatih secara tim perlu mempersiapkan format kelas, bahan dan alat yang dibutuhkan, pembagian tugas dan menentukan alur penyampaian materi agar proses pelatihan lebih optimal.

9. Presentasi untuk sesi tertentu dimaksudkan untuk membantu pelatih menjelaskan lebih sistematis sebuah materi namun tidak harus digunakan oleh pelatih. Pelatih bisa menilai seberapa jauh pemahaman dari peserta. Jika peserta telah cukup paham dengan materi yang disampaikan melalui diskusi atau bermain peran maka tidak tidak perlu dilakukan presentasi. 10. Beberapa sesi di dalam modul dilengkapi dengan sejumlah permainan perkenalan, ice breaking

atau energizer untuk meningkatkan dinamikan kelas. Fasilitator bisa memanfaatkan permainan ice breaking dan energizer yang tersedia atau bisa menambah jenisnya sejauh sesuai dengan tujuan sesi yang bersangkutan.

(6)

Kerangka Materi Pelatihan

No Nama Sesi Tujuan Sesi Kegiatan Sesi Media Hari 1

1 Pembukaan & Penjelasan Tujuan Pelatihan

- peserta memahami tujuan dan alur pelatihan dan rencana tindak lanjut dari pelatihan ini

- Pengantar dari SUM

- Perkenalan dan Briefing tentang tujuan, alur dan tindak lanjut dari pelatihan

- Slide Presentasi

2 Situasi AIDS dan HR terkini

- Peserta memperoleh informasi terkini tentang status epidemi HIV pada penasun dan status intervensi harm reduction di Indonesia

- Pengantar

- Paparan situasi AIDS dan Kebijakan AIDS di Indonesia

-Ice Breaking

- Situasi Intervensi, kebijakan dan Cakupan Intervensi HR di Indonesia

- Kasus: Kebijakan LJASS

- Sharing situasi HIV dan HR di masing-masing wilayah jangkuannya - Pesan Kunci

- Slide Presentasi - Kliping tentang LJASS untuk diskusi

3 Refresh Konsep Outreach

- peserta diingatkan kembali tentang posisi outreach di dalam intervensi HR dan posisi dan peran mereka di dalam struktur intervensi HR

- Pengantar

- Intervensi Komprehensif HR - Posisi Outreach dalam Intervensi HR - Konsep dan tahapan Outreach - Ice Breaking

- Diskusi: Outreach dan Pengorganisasian Masyarakat

- Pesan Kunci

- Slide Presentasi '- Flip Chart untuk Diskusi Kelompok '- Buku Bacaan

4 Membuka Lapangan Baru dan Membuat Kontak Awal

- Peserta memahami langkah-langkah praktis untuk membuka daerah baru dan melakukan kontak awal dengan komunitas penasun di wilayah baru

- Pengantar

- Melakukan Pemetaan Sosial

- Sharing: Pengalaman Membuka Daerah Baru (Do and Don't)

- Memanfaatkan Jaringan Sosial Penasun untuk memulai kontak dengan Penasun di wilayah baru

- Sharing: Membuat kontak awal - Pesan Kunci - Flip Chart - Perlengkapan Outreach 5 Membangun Komunikasi Lapangan - Peserta mampu memperkenalkan program dan memporomosikan layanan yang disediakan - Peserta mampu untuk memberikan informasi ringkas tentang HIV, Napza dan IMS

- Peserta memahami strategi untuk memelihara kontak yang sudah dikembangkan

- Pengantar

- Dasar-dasar ketrampilan komunikasi - Hambatan Komunikasi Efektif

- Role Play: perkenalan diri dan program - Role Play: Berbicara tentang IMS - Pesan Kunci - Slide Presentasi - Naskah Perkenalan Diri - Naskah Berbicara tentang IMS

(7)

6 Praktek & Kesimpulan

- Peserta mampu melakukan pemetaan sosial

- Peserta mengingat pesan-pesan kunci yang muncul dalam pelatihan hari pertama

- Pengantar - Tugas Kelompok - Presentasi Kelompok

- Kesimpulan Pelatihan Hari 1 dan Pesan Kunci untuk masing-masing sesi

- Flip chart - Slide Presentasi Hari 2 7 Menggunakan Teknik Konseling Dasar dalam Outreach

Peserta mengetahui dan mampu menerapkan prinsip-prinsip konseling dalam outreach

- Pengantar

- Penjelasan tentang prinsip-prinsip dasar konseling

- Role play : Berbicara secara mendalam - Role play: Menggali permasalah - Diskusi kasus role play

- Pesan Kunci - Slide Presentasi - Naskah untuk berbicara secara mendalam - Naskah untuk menggali permasalahan - Flip Chart 8 Mendukung Pengurangan Risiko

Peserta mengetahui teknik-teknik:

- Asesmen risiko individual - Fasilitasi kebutuhan untuk mengurangi risiko

- Motivasi perubahan perilaku untuk mengurangi risiko

dan mampu menerapkannya dalam outreach

- Pengantar

- Penjelasan tentang teknik asesmen risiko individual, teknik fasilitasi kebutuhan untuk mengurangi risiko, teknik motivasi untuk perubahan perilaku dalam outreach - Membahas sebuah kasus dalam kelompok untuk melakukan asesmen risiko,

memfasilitasi kebutuhan untuk pengurangan risiko.

- Role play berdasarkan kasus, yaitu melakukan teknik motivasi perubahan perilaku

- Pesan Kunci

- Slide Presentasi - Naskah Kasus: Assessment risiko dan Fasilitasi Pengurangan Risiko

- Flip Chart - Naskah Role Play: Motivasi Perubahan Perilaku 9 Dinamika Kelompok Penasun Peserta dapat mengidentifikasi

karakteristik interaksi sosaial dari sebuah kelompok penasun

Peserta bisa mengetahui berbagai jaringan risiko dan jaringan dukungan

- Pengantar

- Jaringan sosial penasun dan pengaruhnya terhadap status kesehatan seseorang - Tugas kelompok: Memetakan jaringan risiko

- Tugas kelompok: Memetakan jaringan dukungan

- Kesimpulan

- Flip Chart

10 Fasilitasi Kelompok Peserta memahami berbagai teknik untuk melakukan fasilitasi kelompok

- Pengantar

- Teknik-teknik fasilitasi kelompok - Sharing; Pengalaman melakukan fasilitasi kelompok - Kesimpulan - Slide Presentasi 11 Praktek Pengurangan Risiko dan Fasilitasi Kelompok & Kesimpulan

Peserta dapat melakukan konseling pengurangan risiko dan menjadi fasilitator untuk pengurangan risiko kelompok

- Pengantar

- Prinsip Pengurangan Risiko

- Praktek Pengurangan risiko individu dan kelompok

- Pesan Kunci dan Kesimpulan hari ke-2

(8)

Hari 3 12 Merujuk ke Layanan Kesehatan Peserta mampu mengidentifikasi jaringan layanan kesehatan di wilayahnya

Pesera mampu memberikan rujukan layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan penasun

- Pengantar

- Pemetaan Layanan Kesehatan dan identifikasi kesenjakan pelayanan - Informasi Rujukan: LJASS, TRM, VCT dan ART - Pesan Kunci - Flip Chart - Buku Bacaan 13 Berbicara di depan umum Peserta mampu mengidentifikasi isu-isu penting di dalam melakukan presentasi di dalam sebuah forum

- Pengantar

- Presentasi: Teknik dan Tips - Sharing: Pengalaman melakukan Penyuluhan/ceramah

- Role Play: Presentasi Program HR untuk umum - Pesan Kunci - Slide Presentasi - Flip Chart - Buku Bacaan 14 Pengetahuan Dasar bagi Petugas Outreach

Peserta mengetahui informasi dasar yang harus dimiliki oleh petugas lapangan agar mampu memberikan informasi yang memadai tentang kegiatan dan layanan HR

- Pengantar

- Diskusi: Identifikasi kesenjangan antara penguasaan informasi petugas lapangan dan kebutuhan informasi penasun tentang kegiatan dan layanan HR

- Usulan kebutuhan penguatan informasi untuk technical assistance pada bulan Mei 2012

- Pesan Kunci

- Flip Chart

15 Mengelola Emosi - Peserta bisa mengenali berbagai faktor yang bisa mempengaruhi kejenuhan & ketegangan

- Peserta memahami bahwa permasalahan emosional menjadi salah satu penyebab relapse

- Pengantar

- Diskusi: Penyebab kejenuhan dan stress di dalam bekerja dan upaya-upaya

mengatasinya

- Studi Kasus: Situasi yang membuat memicu seseorang ingin menggunakan kembali napza (suges)

- Pesan Kunci - Flip Chart - Kasus: Suges 16 Kerelawanan dan Bekerja dengan Hati

- Peserta mampu memahami konsep kerelawanan di dalam kegiatan sosial - Peserta memahami bahwa landasan utama bekerja dengan kelompok marginal adalah dengan memiliki empati dan komitmen yang kuat atas situasi dari sebuah kelompok marginal

- Pengantar

- Diskusi: Arti Kerelawanan dan Posisi Petugas Lapangan

- Permainan Lifecourse

- Refleksi: Makna program HR bagi saya - Pesan Kunci

(9)

Hari 4 17 Seks di dalam

Program HR

- Peserta memahami bahwa penasun memiliki resiko menularkan atau tertular HIV melalui perilaku seks yang tidak aman - Peserta mampu mempromosikan dan mempraktekkan penggunaan kondom - Peserta mampu berbicara tentang seks dengan nyaman dengan penasun

- Pengantar

- Diskusi: Kehidupan seks di kalangan penasun

- Permainan kartu: Kartu Variasi Risiko Seks - Gender dan Seksualitas

- Brainstorming hambatan berbicara tentang seks

- Praktek Pemasangan Kondom dan Promosi Kondom - Pesan Kunci - Flip Chart - Slide Presentasi - Dildo - Kondom 18 Diskusi: Permasalahan Outreach & Kesimpulan - Peserta mampu mengidentifikasi isu-isu strategis di dalam outreach dan menemukan alternatif solusi atas isu lapangan yang muncul

- Pengantar

- Diskusi Kelompok yang akan

membicarakan tentang pengelolaan tim outreach, etika outreach dan dokumentasi) - Pesan Kunci & Kesimpulan hari ke-4

- Flip Chart

Outbond/Team Building

- Peserta dapat membentuk team, menentukan tujuan team dan bekerjasama dalam team

Disesuaikan dengan tempat (apakah perlu dikelola sendiri atau mau dikontrakkan?)

Disesuaikan dengan Aktivitasnya

Hari 5 19 HAM & HR - Peserta memahami nilai

dasar intervensi HR - Peserta mampu

mengidentifikasi kebijakan yang berpotensi melanggar HAM pada penasun

- Pengantar

- Intervensi berbasis Hak Asasi Manusia - Diskusi: Situasi kekerasan dan diskriminasi terhadap penasun di wiayah jangkauan - Pesan Kunci - Slide Presentasi - Flip Chart 20 Informasi Strategis: Pelaksanaan UU 35 dan PP Wajib Lapor

- Peserta mengetahui pokok-pokok permasalahan di dalam UU 35 dan PP wajib lapor dan implikasinya terhadap kegiatan lapangan

- Pengantar

- Konsep korban dan penanganannya dalam UU 35

- Institusi Penerima Wajib Lapor

- Diskusi: Implikasi UU 35 dan IPWL dalam kegiatan lapangan - Pesan Kunci - Slide Presentasi - Flip Chart Kesimpulan dan Evaluasi

- Peserta dapat mengingat pesan-pesan kunci yang telah diperoleh selama pelatihan

- Peserta memberikan feedback atas proses pelatihan

- Pengantar

- Debriefing tentang proses dan pesan kunci dalam pelatihan

- Pengisian lembar evaluasi - Penutupan Pelatihan: SUM

- Slide Presentasi - Lembar Evaluasi

(10)

01. Pembukaan dan Penjelasan Tujuan Pelatihan

Tujuan:

Peserta mengetahui tujuan pelatihan, alur dan rencana tindak lanjut dari pelatihan. Pengantar

Program penanggulangan HIV/AIDS pada penasun khususnya melalui penjangkauan di Indonesia dilakukan sejak tahun 1999. Saat ini puluhan lembaga pemerintah maupun organisasi masyarakat sipil melakukan kegiatan penjangkauan kepada penasun dan pasangan seksualnya di berbagai propinsi di Indonesia.

Tahun 2009 WHO, UNAIDS dan UNODC merekomendasikan s paket intervensi komprehensif bagi penasun untuk mengurangi perilaku berisiko dan memperkecil dampaknya. Pelaksanaan paket intervensi komprehensif bertujuan untuk merealisasikan akses universal berbagai layanan kesehatan penting bagi penasun untuk mencegah penularan HIV, merawat dan mengobati berbagai penyakit yang diakibatkan oleh HIV/AIDS.

Prinsip utama yang menjadi dasar dalam implementasi paket komprehensif ini adalah keterpaduan diantara intervensi-intervensi yang dikembangkan. Oleh karena itu, keterkaitan dan koordinasi antar berbagai intervensi menjadi faktor yang menentukan efektivitas dan efisiensi program penanggulangan HIV/AIDS di kelompok penasun. Lembaga yang melaksanakan sebuah intervensi tertentu perlu memastikan keterpaduannya dengan intervensi yang dilaksanakan oleh lembaga lain. Pengembangan sistem rujukan yang kuat menjadi tuntutan mendasar untuk menerapkan prinsip keterpaduan ini. Outreach dijadikan platform dari berbagai komponen intervensi komprehensif. Outreach sangat efektif untuk mengakses kelompok-kelompok penasun yang tersembunyi dan juga media yang sangat efektif untuk menjalankan LJASS, promosi kondom, pemberian informasi kepada penasun serta merujuk penasun ke layanan TRM atau perawatan HIV. Dalam kaitannya dengan paket komprehensif, kegiatan penjangkauan ini merupakan komponen yang mendasar bagi setiap program pencegahan dan perawatan HIV. Dengan kata lain, tanpa outreach paket intervensi komprehensif tidak bisa berjalan optimal.

Pentingnya kegiatan oureach ini harus didukung oleh sumber daya manusia yang mumpuni, yakni petugas outreach (PO) yang qualified dan handal. PO dalam melaksanakan tugasnya harus mempunyai pengetahuan yang mumpuni tentang konsep intervensi terpadu Harm Reduction, posisi outreach dalam program intervensi dan pengetahuan strategis lainnya. Lebih lanjut, PO harus trampil untuk membuka akses, melakukan komunikasi dan edukasi kepada penasun, menawarkan berbagai upaya pengurangan resiko, memberikan dukungan pada para penasun untuk mepertahankan perubahan perilaku lebih baik, lebih aman dengan mengembangkan rujukan layanan khusunya yang terkait adiksi atau perawatan HIV/AIDS. Dalam kegiatan oureach, PO juga mendorong agar penasun dan pasangannya agar terlibat dalam upaya advokasi.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas maka para PO perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan terkait tugas dan tanggung jawab mereka. Pelatihan ini rancang secara khusus untuk membekali pengetahuan dan keterampilan para PO dalam pelaksanaan outreach.

(11)

Tujuan Pelatihan

1. Memberikan pemahaman pada para peserta tentang intervensi komprehensif HR dan posisi outreach dalam intervensi.

2. Memberikan keterampilan pada para Petugas Outreach (PO) untuk; membuka akses dan memperluas jangkauan, melakukan komunikasi dan konseling pengurangan resiko, untuk merujuk para dampingan ke pelayangan kesehatan.

3. Memberikan informasi setrategis terkait perkembangan Napza, HIV/AIDS, HAM, dan Kebijakan terkait NAPZA dan HIV/AIDS

Waktu : 30 menit Prosedur :

• Perwakilan SUM membuka dan memberikan pengantar pelatihan • Fasilitator menjelaskan tujuan training (“Goal of Training”).

• Fasilitator memperkenalkan diri dan meminta peserta untuk menyebutkan nama dan lama menjadi PO di lembaganya.

• Fasilitator dan Peserta membuat kesepakatan belajar. Tujuan Pelatihan:

Peserta/Petugas Outreach akan:

1. Mengetahui tujuan program intervensi komprehensif HR, 2. Mengetahui peran outreach dalam intervensi komprehensif HR, 3. Mengetahui peran dan tugas PO ,

4. Terampil melakukan penjangkauan dan pendampingan, 5. Terampil merujuk dampingan ke pusat pelayanan kesehatan,

6. Terampil mendorong dampingan untuk membuat kelompok dan mengelolanya,

7. Mendapatkan informasi strategis terkait napza, HIV/AIDS, HR dan HARM serta kebijakan terkait HR.

Metode

• Ceramah, diskusi dan Tanya jawab

Perlengkapan : Meta plan, kertas plano dan spidol

(12)

02. Situasi HIV dan AIDS Pada Penasun dan Harm Reduction di

Indonesia

Pengantar

Kasus AIDS pertama kali di Indonesia dilaporkan pada tahun 1987 di Bali. Pada tahun 1993 terjadi peledakan pertama di Indonesia yaitu dengan penambahan kasus baru selama tahun 1993 melebihi angka seratus. Bila dilihat pada pertambahan kasus baru setiap tahun, sejak pertama kali Indonesia melaporkan kasus HIV/AIDS maka terjadi peningkatan yang sangat cepat dan tajam.

Pola penularan HIV/AIDS di Indonesia didominasi oleh hubungan heteroseksual. Pada tahun 2000, di Indonesia terjadi perubahan yang sangat menyolok penularan HIV/AIDS, yaitu melalui pengguna Napza suntik yang menggunakan jarum suntik tidak seteril secara bergantian. Pada kurun waktu 10 tahun mulai 1995 – 2005 proporsi penularan melalui penggunaan jarum suntik tidak steril meningkat lebih dari 50 kali lipat, dari 0,65 % pada tahun 1995 menjadi 35,87 % pada tahun 2004 (Depkes, 2006).

Penularan HIV dikalangan pengguna Napza suntik (Penasun) terjadi melalui beberapa cara penggunaan alat suntik tidak steril secara bergantian, melalui perilaku risiko tinggi (sek vaginal atau anal tanpa kondom), penularan ibu ke anak (mother-to-child transmission = MTCT).

Pemerintah telah merespon permasalahan penggunaan Napza dan HIV/AIDS mulai dari respon kebijakan, pengembangan program intervensi, pelibatan masyarakat dan stakeholders. Program Intervensi dengan pendekatan Harm Reduction sudah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1999. Yayasan Hati-Hati Bali telah memulai kegiatan penjangkauan dan pendampingan pada Penasun untuk mencegah penularan HIV. Lokakarya Nasional Pertama pada tahun 1999 yang membahas mengenai kaitan antara penggunaan Napza dengan cara suntik dan HIV/AIDS di Puncak, Bogor adalah respon awal terhadap isu HIV/AIDS dan Penasun. Pada tahun 2003 Departemen Kesehatan RI memasukan pengurangan dampak buruk Napza menjadi salah satu pendekatan yang harus dalam penanggulangan HIV/AIDS pada Penasun. Komitmen Sentani pada tahun 2004 merupakan respon politis pertama untuk penerapan pengurangan dampak buruk Napza.

Respon kebijakan berupa; Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2006. Kepmenkes RI No.567/Menkes/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) telah diterbitkan.Uji Coba PTRM di Indonesia ditetapkan dengan SK Menkes Nomor 494/MENKES/SK/VII/2006 tentang Penetapan RS dan Satelit Uji Coba PTRM serta Pedoman PTRM. Didukung dengan SK Menkokesra selaku Ketua KPAN Nomor 02/PER/MENKO/KESRA/I/2007: Kebijakan Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS Melalui Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Suntik. Undang-Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika, Surat edaran Mahkama Agung No 7 tahun 2009 tentang menempatkan pemakai narkoba ke dalam panti terapi dan rehabilitasi, dan PP no 25 tahun 2011 tentang wajib lapor pecandu Narkotika.

(13)

Namun demikian, kondisi ini masih menimbulkan berbagai kendala dalam implementasinya. Pelaksanaan dilapangan sangat dinamis. Petugas Outreach yang merupakan pelaksana di lini terdepan harus mengetahui kondisi terkini tentang situasi HIV/AIDS di tingkat nasional dan wilayah kerja mereka.

Tujuan

Pada akhir sesi ini para peserta pelatihan akan;

1. Memperoleh informasi terkini tentang status epidemic HIV pada Penasun

2. Memperoleh informasi terkini tentang status intervensi Harm Reduction di Indonesia Waktu : 40 menit

Metode : Brainstorming

Ceramah dan Tanya jawab Prosedur

1. Bagian I : Pengantar dan Brain storming : 5 menit 2. Bagian II : Ceramah dan penanyangan slide 10 menit

3. Bagian III : Sharing Situasi HIV/AIDS dan HR dan kasus LJSS di Wilayah Masing- Masing : 20 menit

4. Bagian IV : Penutup dan pesan kunci 5 Menit

Perlengkapan : Slide Presentasi, LCD, Spidol dan Flip Chart

Tujuan :

1. Peserta memahami tujuan sesi ini dan aktifitas yang akan dilakukan selama sesi ini 2. Peserta dan Fasilitator saling mengetahui aturan main dalam sesi ini

Waktu : 5 menit Perlengkapan : - Prosedur :

1. Fasilitator membuka sesi dengan perkenalkan diri

(14)

2. Fasilitator menyampaikan garis besar sesi, dengan menyebutkan tujuan sesi, lama sesi, dan aktifitas yang akan dilakukan

3. Fasilitator mengingatkan kembali bahwa tujuan pelatihan ini adalah agar PO mempunyai informasi terkini tentang HIV/AIDS dan HR dan terampil menyampaikan informasi ini pada saat mereka melakukan Penjangkauan dan Pendampingan.

(15)

Waktu : 10 Menit Perlengkapan : Slide presentasi Prosedur :

• Fasilitator memaparkan situasi HIV/ AIDS, Intervensi Harm Reduction di Indonesia (Slide Paparan 02_Situasi HIV/AIDS)

Tujuan

1. Peserta dapat memberikan informasi tentang situasi HIV/AIDS, HR, dan kasus LJSS di wilayah masing-masing

2. Peserta menunjukan data kasus HIV/AIDS, HR dan Kasus LJSS di lembaga dan wilayah masing-masing

3. Peserta dapat saling menanggapi dan memberikan feed back terhadap info dari peserta lain.

Waktu : 20 menit

Perlengkapan : Pertanyaan Pemandu (Gunakan Pertanyaan pemandu 02) Kertas Plano dan Spidol

Prosedur :

1. Fasilitator meminta para peserta menyampaikan informasi tentang HIV/AIDS, HR dan kasus LJSS di lembaga dan wilayah kerja masing-masing.

2. Fasilitator memastikan bahwa masing-masing lembaga dan wilayah telah ada perwakilan yang menyampaikan situasi terkini tentang HIV/AIDS, HR dan kasus LJSS.

3. Peserta memberikan tanggapan dan feed back terhadap informasi yang telah disampaikan oleh peserta lain.

Bagian II

Situasi HIV/AIDS dan Harm Reduction di Indonesia

Bagian III

(16)

4. Fasilitator memastikan bahwa data yang disampaikan ada dokumentasinya, bukan berdasarkan penyampaian lisan seingat peserta.

Tujuan :

• Memberikan ringkasan dan pesan kunci pada para peserta Waktu : 5 menit

Prosedur :

1. Fasilitator menyampaikan pada para peserta bahwa sebagai PO, peserta harus selalu mengetahui inforamsi terkini tentang HIV/AIDS dan HR, di daerahnya dan di level Nasional. 2. Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi

selanjutnya.

(17)

Kelengkapan Sesi_02: Situasi HIV/AIDS pada Penasun dan HR di

Indonesia

Sharing Pelaksanaan Program HR di Lembaga dan Wilayah Masing-Masing Peserta • Pertanyaan ini bersifat terbuka dan bisa ditambah jika menurut Fasilitator perlu.

• Tujuan pertanyaan ini adalah untuk mengetahui Program HR apa yang dilaksanakan oleh lembaga, apa yang berjalan dengan baik, apa yang tidak dilaksanakan? Bagaimana dukungan semua pihak? Adakah pihak yang kontra. Apa rencana PO yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan Program. Panduan Pertanyaan:

1. Bagaimana perilaku penggunaan napza dan penggunaan jarum suntik pada penasun di wilayah anda bekerja?

2. Seberapa tahu anda tentang perilaku seks dari penasun di wilayah anda bekerja?

3. Layanan HR apa saja yang ada di wilayah anda? Seberapa jauh dimanfaatkan oleh penasun di situ?

4. Selain lembaga anda, apakah ada lembaga lain yang bekerja di bidang HR?

(18)

03. Harm Reduction dan Outreach

Pengantar

WHO, UNAIDS dan UNODC pada tahun 2009 secara bersama-sama merekomendasikan suatu paket intervensi komprehensif harm reduction untuk mengurangi perilaku berisiko dan memperkecil dampaknya. Selain itu dengan dilaksanakannya paket intervensi komprehensif tersebut diharapkan bisa lebih merealisasikan akses universal terhadap berbagai layanan kesehatan yang penting bagi penasun untuk mencegah penularan HIV dan merawat serta mengobati berbagai penyakit yang diakibatkan oleh AIDS. Landasan dasar dari model intervensi ini adalah outreach(penjangkauan dan pendampingan) dalam semua aktivitas dan layanan yang dikembangkan. Prinsip Intervensi komprehensif adalah pragmatis jangka pendek, efektif, menggunakan berbagai strategi, serta melibatkan pecandu dan mantan pecandu dalam berbagai kegiatan. Model ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan para penasun dan pasangan seksualnya.

Outreach sebagai landasan intervensi adalah strategi efektif untuk menemukenali, melibatkan, dan memungkinkan Penasun mengurangi risiko tertular HIV. Beberapa studi menunjukkan bahwa outreach efektif dan berperan penting dalam program pencegahan HIV komprehensif dikalangan Penasun dan pasangan seksual mereka. Secara sederhana posisi outreach dalam kegiatan intervensi dapat digambarkan sebagai berikut;

Outreach merupakan kegiatan penjangkauan yang berbasis masyarakat dengan tujuan utama adalah mendorong upaya untuk meningkatkan kesehatan dan pengurangan resiko terhadap penularan HIV bagi individu maupun kelompok yang sulit dilayani secara efektif oleh penyedia layanan kesehatan masyarakat pada umumnya. Tujuan utama PO melakukan outreach adalah untuk:

(19)

• Masuk ke dalam kelompok sasaran.

• Meningkatkan pengetahuan tentang penyebaran HIV di antara kelompok sasaran.

• Membantu kelompok sasaran menilai risiko mereka tertular HIV dan memberikan berbagai pilihan sebagai alternatif perilaku yang berisiko tinggi.

• Mendukung terjadinya perubahan perilaku.

• Mendorong keterlibatan kelompok sasaran dalam advokasi pencegahan.

Walaupun tujuan ini disusun secara kronologis, namun penting untuk dipahami bahwa pada saat Pekerja Outreach (PO) bekerja di masyarakat, proses untuk menjalankan model ini dapat menjadi lebih luwes sesuai kebutuhan masyarakat dan perseorangan pada waktu itu. Misalnya, tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyebaran HIV merupakan kegiatan yang berkesinambungan selama pelaksanaan program.

Tujuan:

Pada akhir sesi ini peserta akan:

1. Memahami konsep outreach dan konsep Intervensi Komprehensif Harm Reduction 2. Memahami posisi outreach dan peran PO dalam struktur intervensi Harm Reduction Prosedur:

1. Bagian I : Penjelasan tentang Tujuan Sesi (5’)

2. Bagian II : Diskusi tentang Outreach dan Intervensi komprehensif Harm Reduction (45’)

3. Bagian III : Ice Breaking (5 menit)

4. Bagian IV : Memahami Konsep Outreach dan Intervensi Komprehensif Harm Reduction (30’)

5. Bagian V : Penutup dan Ringkasan Sesi (5’) Perlengkapan

1. Flip Chart dan spidol 2. Slide Presentasi 3. Buku Bacaan Metod

• Brain storming, Diskusi kelompok, Ceramah dan Tanya Jawab,

Bagian I :

Pembukaan (5’)

(20)

Tujuan:

• Peserta memahami Tujuan sesi ini dan kaitannya dengan sesi-sesi berikutnya Prosedur :

• Fasilitator menjelaskan garis besar sesi ini dengan menyebutkan tujuan dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam sesi ini.

Tujuan:

• Peserta mendiskusikan pengalaman mereka dalam melakukan penjangkauan di program HR.

• Peserta mendiskusikan pemahaman mereka tentang Program Intervensi • Peserta mendiskusikan Peran PO dalam Program Intervensi HR

Waktu : 45 menit

Perlengkapan : Kertas Flip Chart, meta plan dan spidol warna warni, kertas plano Methode : Diskusi Kelompok (15 menit) dan Pleno (30 menit)

Prosedur :

1. Fasilitator menjelaskan tujuan diskusi adalah untuk mengidentifikasi apa pemahaman peserta tentang outreach, intervensi Harm Reduction, dan Peran PO dalam Outreach.

2. Fasilitator membagi peserta dalam tiga kelompok (tema: Outreach, Program Intervensi, dan Peran PO) (Gunakan panduan diskusi 03_refresh outreach).

3. Pembagian kelompok berdasarkan lembaga atau wilayah masing-masing. 4. Setiap kelompok akan didampingi oleh seorang Fasilitator.

5. Setelah diskusi kelompok, semua peserta kembali ke kelas dan untuk mengikuti diskusi kelas.

6. Masing-masing kelompok menunjuk wakilnya untuk mepresentasikan hasil diskusi kelompok.

7. Fasilitator meminta peserta lain memberikan feed back terhadap semua presentasi. 8. Fasilitator melakukan debriefing hasil diskusi

Bagian II:

(21)

Prosedur :

Fasilitator meminta salah seorang peserta memperagakan gaya dia pergi ke Lapangan untuk melakukan penjangkauan dan para peserta yang lain menirukan.

Tujuan :

1. Peserta memahami konsep Harm Reduction dan Outreach 2. Peserta memahami posisi outreach dalam Intervensi HR Waktu : 30 menit

Perlengkapan : Slide Power Point , Flip Chart dan Spidol Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Prosedur :

1. Fasilitator menjelaskan tujuan sesi

2. Fasilitator menjelaskan slide konsep outreach dan intervensi komprehensif HR (Gunakan slide 03_Harm Reduction dan Outreach)

3. Fasitator memastikan bahwa peserta memahami model intervensi dengan menyakan pada peserta bagaimana posisi outreach dalam model intervensi

4. Fasilitator meminta beberapa orang peserta untuk menjelaskan model intervensi HR dan model outreach

5. Peserta mengomentari penjelasan fasilitator dan peserta yang menjelaskan model intervensi HR dan model Outreach

6. Fasilitator melakukan debriefing tentang konsep outreach dan intervensi komprehensif Harm Reduction

Tujuan :

• Memberikan ringkasan dan pesan kunci pada para peserta

Bagian V.

Pesan kunci dan penutup

Bagian III: Ice Breaking : (5 menit)

Bagian IV:

(22)

Waktu : 10 menit Prosedur

• Fasilitator meminta beberapa orang peserta untuk menyebutkan peran outreach dalam intervensi

• Fasilitator meminta beberapa orang peserta untuk menyebutkan proses outreach • Fasilitator meminta beberapa orang peserta untuk menyebutkan peran PO • Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi

selanjutnya.

Kelengkapan Sesi 03_HR dan Outreach

Panduan Diskusi: Outreach dan Program Intervensi HR

Kelompok 1.

Pengalaman Outreach Tantangan dan Hambatan

Peserta mendiskusikan bagaimana Pengalaman PO melakukan Outreach dalam Progam Intervensi Harm Reduction di wilayah kerja lembaga. Hal yang akan didiskusikan adalah;

1. Apa pengertian outreach menurut anda?

2. Siapa melakukan outreach dan bagaimana melakukannya? 3. Siapa yang anda outreach?

4. Apa yang dilakukan selama outreach? Kelompok 2.

Peserta mendiskusikan Program Intervensi HR di Wilayah mereka, hal yang akan dibahas adalah:

1. Apa pengertian program intervensi Harm Reduction? 2. Apa saja yang harusnya ada dalam Intervensi HR?

3. Program apa yang ada di lembaga anda? Apa yang ada di wilayah anda? 4. Program apa yang tidak ada?

Kelompok 3.

(23)

1. Siapakah PO? Apa yang dilakukan PO dalam Program HR?

2. Bagaiman PO mencari/menemukan IDU? Apa hambatan dan Tantangannya? 3. Apa yang dilakukan PO ssetelah menemui IDU?

4. Apa kewajiban PO terhadap lembaga

(24)

04. Membuka Lapangan Baru dan Kontak Awal

Pengantar

Untuk dapat menjangkau Penasun dan pasangannya sesuai dengan target program, maka Petugas Outreach (PO) memulai membuka akses terhadap jaringan social kelompok sasaran (Penasun dan Pasangan Penasun). Mengembangkan hubungan awal yang baik dan membangun kepercayaan. PO mengidentifikasi anggota kelompok yang terlihat penting, memperluas akses melalui rujukan dan jaringan yang sudah dikenal. PO juga harus menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar wilayah penjangkauan.

PO membuat rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam waktu tertentu dan membuat peta social wilayah dan sasaran yang akan dijangkau. Pemetaan sosial Penasun dilakukan sebagai metode untuk melakukan penilaian cepat karateristik penasun dan kondisi social lokasi dimana mereka berada. Hasil pemetaan dapat digunakan sebagai acuan memulai membuka daerah baru dan melakukan kontak awal dengan komunitas penasun di wilayan baru. Pemetaan social harus diperbaharui secara berkala agar lembaga yang melakukan program memperoleh informasi terbaru.

Tujuan :

1. Memahami langkah praktis membuka wilayah baru dan melakukan kontak awal 2. Memahami jaringan sosial penasun

3. Dapat membuat peta jaringan sosial penasun Posedur

1. Bagian I : Pembukaan (5 menit)

2. Baigan II : Diskusi (Sharing: Pengalaman Membuka daerah baru (25 menit) 3. Bagian III : Ice Breaking (5 menit)

4. Bagian IV : Membuat Peta Sosial Penasun (25 mmenit)

5. Bagian V : Memanfaatkan Jaringan Sosial Penasun untuk memulai kontak dengan Penasun di wilayah baru (25 menit)

6. Bagian VI : Penutup dan pesan kunci (5 menit) Perlengkapan

• Plano

• Spidol warna warni dan ketas meta plan warna warni Metode : Role Play, Curah Pendapat dan Tanya Jawab

Tujuan:

• Peserta memahami Tujuan sesi ini dan kaitannya dengan sesi-sesi berikutnya

Bagian I.

Pembukaan

(25)

Prosedur :

• Fasilitator menjelaskan garis besar sesi ini dengan menyebutkan tujuan dari membuka lapangan baru dan membuat kotak awal, membuat peta sosial penasun dan memanfaatkannya untuk membuka wilayah baru

• Fasilitator menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.

Tujuan :

1. Peserta dapat saling belajar dari pengalaman Peserta lain dalam membuka wilayah baru dan melakukan kontak awal.

2. Peserta dapat mengambil pelajaran baik (Do the best Pratices) dan pelajaran buruk (Do NOT) dari praktik membuka akses baru .

Waktu : 25 menit

Perlengkapan : Kertas Plano , Spidol Prosedur

1. Fasilitator meminta para peserta untuk menceritakan pengalam masing-masing dalam membuka wilayah baru (Gunakan 04_Panduan Sharing membuka Lapangan baru) 2. Fasilitator mencatat apa yang baik (Do best practices ) dan apa yang buruk (Do Not) dari

pengalaman masing peserta

3. Peserta saling menanggapi pengalaman masing-masing peserta

4. Fasilitator memastikan bahwa semua lembaga ada perwakilan yang sharing pengalaman mereka, jika ada lembaga yang belum terwakili maka fasilitator meminta wakil lembaga untuk berbicara.

5. Fasilitator menjelaskan tentang cara membuka wilayah baru dengan memanfaatkan peta sosial penasun (reframing)

Prosedur: Fasilitator menawarkan pada peserta yang mau memimpin kegiatan Ice Breaking

Bagian II :

Diskusi (sharing ) Pengalaman

Membuka Wilayah Baru dan Pemetaan Sosial

(Do and Do NOT)

(26)

Tujuan :

1. Peserta dapat membuat peta sosial Penasun wilayah baru 2. Peserta trampil mengidentifikasi karateristik wilayah baru 3. Peserta trampil mengidentifikasi penasun diwilayah baru

4. Peserta trampil melakukan kontak awal dengan Penasun di wilayah baru

Metode : Role Play

Bahan : Role play membuka lapangan baru_pemetaan social (Gunakan 04_ Panduan Role Play membuat peta hubungan sosial penasun).

Prosedur

• Fasilitator menjelaskan tujuan sesi

• Fasilitator meminta voluntir untuk membuat peta jaringan sosal penasun (Gunakan 04_ Panduan Role Play membuat peta hubungan sosial penasun).

• Fasilitator meminta voluntir bertindak berperan sebagaimana yang ditunjukkan dalam scenario role play.

• Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk menjelaskan peta yang sudah mereka buat.

Tujuan :

1. Peserta memahami jaringan social penasun

2. Peserta memanfaatkan jaringan social penasun untuk memulai kontak baru Waktu : 25 menit

Metode : Role Play dan Tanya jawab. Perlengkapan

• Peta sosial penasun yang sudah dibuat pada sesi sebelumnya

Bagian IV

Memanfaatkan Jaringan Sosial Penasun untuk memulai kontak

dengan Penasun wilayah baru (25 menit)

(27)

Prosedur

• Fasilitator menjelaskan tujuan sesi ini adalah untuk memberikan pemahaman pada para peserta tentang jaringan social penasun dan memanfaatkannya dalam memulai kontak baru.

• Fasilitator memanfatkan peta hasil diskusi untuk memulai kontak awal dengan penasun

• Fasilator meminta dua orang voluntir untuk memerankan kegiatan kontak awal (Gunakan 04_Panduan melakukan kontak awal) atau (gunakan slide presentasi 04_panduan membuka lapangan baru_ Pemetaan)

• Fasilitator menekankan bahwa kegiatan membuka kontak awal bisa dimulai dengan mamanfaatkan jaringan sosial penasun, mulailah kontak dengan memperkenalkan diri pada penasun dan program. Penasun juga bisa diminta referensi teman-teman yang bisa dijangkau selanjutnya. Peta sosial akan membantu PO dalam membuka wilayah baru dan melakukan kontak awal.

Tujuan :

1. Memberikan ringkasan dan pesan kunci pada para peserta Waktu : 10 menit

Prosedur

• Fasilitator menekankan kembali Tips membuka Wilayah baru dan membuat kontak awal. (Gunakan slide 04_pemetaan jika perlu)

• Fasiltator menekankah bahwa petingnya pemetaan social untuk membuka wilayah baru dan memanfaatkan jaringan social penasun untuk memulai kontak awal.

• Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi selanjutnya.

Bagian V. Pesan Kunci dan Penutup

Kenali wilayah kerja anda, Orang berpengaruh diwilayah anda, Stake holder local, dan karateristik wilyah.

Kenali Penasun dan karateristiknya, Petakanlah hubungan antara penasun satu dengan yang lainnya. Manfaatkan hasil pemataan ini untuk anda berkerja dilapangan

Datanglah ke tempat penjangkauan kenalkan diri anda dan lengkapi diri dengan ID. Taati etika kerja jaga kepercayaan KD

(28)

Kelengkapan Sesi_04: Membuka Daerah Baru

Panduan: Sharing Pengalaman Membuka Wilayah Baru

Pada sesi ini peserta akan berbagi pengalaman bagaimana membuka Wilayah baru. Pengalama sukses dan pengalaman tidak sukses dalam membuka wilayah baru.

Fasilitator meminta peserta mengingat pengalaman suksesnya dalam memulai melakukan penjangkauan di wilayah baru. Fasilitator mencatat poin jawaban peserta di kertas Plano.

Tanyakan:

1. Selama menjadi PO berapa wilayah yang menjadi tanggung jawab penjangkauan anda? 2. Wilayah mana saja? Bagaimana cara anda pertama kali masuk ke wilayah X?

3. Siapa yang anda temui pertama kali di wilayah X?

4. Apakah anda mengidentifikasi jaringan pertemana penasun di wilayah x? 5. Bagaimana cara mengidentifikasinya?

6. Siapa sumber informasi untuk mendapatkan informasi adanya penasun di wilayah X 7. Dari mana anda mendapat informasi penasun di wilayah X pertama kali?

8. Bagaimana anda mengenalkan diri sebagai PO dengan penasun di wilayah X pertama kali? 9. Bagaimana anda menjaga kontak dengan penasun di wilayah X?

10. Apakah anda membuat peta wilayah ?

11. Apakah anda mengidentifikasi layanan yang ada di wilayah X?

12. Apakah anda mengidentifikasi tongkrongan? Ada berapa tongkorongan di wilayah X? Setiap poin jawaban peserta di tulis di kertas Plano. Pada kertas plano di tulis

Membuka wilayah jangkauan baru. Memetakan Jaringan social penasun wilayah baru. Menjaga kontak dengan wilayah dan penasun baru.

Role Play: Membuat Peta Hubungan Sosial Penasun Fasilitator memulai dengan:

1. Menyiapkan kertas Plano dan alat tulis untuk membuat peta. 2. Membagikan kertas kosong pada semua peserta.

3. Meminta 3 orang volunteer maju ke depan kelas. Satu orang bertugas sebagai pembuat peta dan satu orang bertugas sebagai penasun yang akan diases (identifikasi) jaringan sosialnya dan satu orang bertugas sebagai PO

4. Setelah 3 orang di siap, maka fasilitator menjelaskan bahwa tujuan Role Play ini adalah untuk mempraktikan bagaimana cara kita membuat peta sosial seorang penasun.

(29)

6. Fasilitator meminta PO mengases (identifikasi) teman-teman Pensun X. Sebelumnya PO mengenalkan diri dulu pada Penasun dan menjelaskan mengapa PO menemuninya.

Mengases Jaringan sosial Penasun. :

PO : Siapa saja teman teman Penasun (X) yang menggunakan drug? Penasun X : menyebutkan… A, B, C, D, …dst sampai habis temannya

Pembuat Peta : Menggambarkan di kertas Plano (dengan menempelkan kertas berwarna ke kertas plano) dan mebuat garis penghubung sebagai tanda bahwa Penasun X berteman denga A, B, C, D, dst

PO : Siapakah diantara teman teman Penasun X tersebut yang Pensun Penasun X : oh ..si A, temanku cucaw, B. bukan … C..ya sekali-sekali cucau juga.

D… ga dia baik banget tempat ngutang..

Pembuat Peta : Membuat gambar di kertas plano dan menandai teman cucau (penasun) dengan tanda (*).

PO : Masih ada lagi?

Penasun X : ada W pacar gua bukan penasun

Pembuat Peta : Membuat tanda di kertas Plano dan juga membuat garis hubung dengan W

PO : Temanmu si A punya teman juga?

Penasun X : Ya dong , A punya teman Rx.. Rz. Ry…dst

Pembuat Peta : Membuat Tanda di Peta dan membuat garis penghubung antara A dengan Rx, Rz, dan Ry

PO : Apakah ada di antar mereka itu penasun? Penasun X : Ya, si dia pernah cerita si Tz, Tx, Ty… dst

Pembuat Peta : Membuat Gambar dan member tanda (*) Tz, Tx, Ty dst

Dialog ini diteruskan sampai jaringan petemanan Penasun X dan teman dari teman Penasun X teridentifiakasi semua. Dan terbentuknya sebua peta jaringan sosial Penasun X

Pada saat Role Play berlangsung semu.a peserta memperhatiakan dan membuat peta sosial di kertas yang telah dibagikan.

Setelah selesai Fasilitator meminta 3 orang Voluteer tadi duduk di tempat mereka masing-masing. Fasilitator menjelaskan bagaimana peta jaringan sosial ini dapat digunakan untuk membuaka wilayah baru atau menjangkau penasun baru.

Panduan: Role Play melakukan Kontak Awal

1. Fasilitator meminta Peserta kembali memperhatikan peta sosial yang sudah dibuat pada sesi sebelumnya.

(30)

3. Seorang berperan sebagai PO dan seorang berperan sebagai Penasun (potensial KD) yang berpengaruh di salah satu wilayah jangkauan.

4. Fasilitator meminta PO mempraktikan bagaimana dia melakukan kontak awal denga penasun yang berpengaruh di wilayah jangkauan baru.

5. Pastikan PO sudah siap dengan perlengkapan penjangkauannya dan sudah berencana menemui Penasun berpengaruh tadi.

6. Peserta lain memperhatikan dan mencatat hal-hal terbaik dari role play ini, perhatikan bagaimana cara PO membuka pembicaraan awal, memperkenalkan diri, meyampaikan tujuannya menemui potensial KD, perhatikan juga bagaimana PO menutup pembicaraan dan menrencakan meminta referensi nama penasun lain dan merencanakan pertemuan dengan teman-teman KD .

Pesan Kunci:

Untuk memulai menjangkau di wilayah baru

Mulailah dengan identifikasi Sumber daya yang ada (Penasun yang dikenal atau Orang Penting dan berpengaruh di wilayah itu) telusuri jaringan sosialnya.

(31)

05. Membangun Komunikasi Lapangan

Pengantar

Setiap kali PO melakukan penjangkauan dan pendampingan, ia selalu akan bertemu dengan orang dan akan berkomunikasi dengan mereka. Keterampilan berkomunikasi menjadi syarat bagi seorang PO. Ada saatnya PO harus menjadi pendengar yang baik dengan menunjukkan empati pada klien. PO dalam menyampaikan informasi juga tidak boleh berlebihan (over acting), menghakimi atau bertindak sebagai seorang petugas medis, penegak hukum atau penyelesai semua masalah penasun. Ketika komunikasi terjadi , maka penyampai pesan dan penerima pesan akan melibatkan tiga komponen yang ada dalam dirinya, yakni perasaan, fikiran, dan cara penyampaian atau penerimaan pesan. Membangun komunikasi dilapangan juga merupakan seni (arts). Lingkungan, tempat, waktu, budaya komunitas adalah hal penting perlu diperhatikan ketika pesan disampaikan.

Untuk membangun komunikasi yang baik di Lapangan, PO bisa memulai dengan memperkenalkan diri pada penasun atau orang yang dianggap penting yang ditemui di lapangan. Identitas lembaga yang lengkap dan tujuan program yang jelas perlu dikomunikasikan dengan penasun dan orang-orang penting yang ditemui di Lapangan.Identitas diri dan Identitas lembaga yang jelas akan menambah kepercayaan Penasun terhadap PO.

Mengkomunikasikan HR dengan Penasun di lapangan akan lebih menarik jika dilengkapi dengan media KIE. PO harus memahami pesan yang ada dalam media KIE tersebut. Pemberian media KIE perlu juga diikuti dengan penjelasan yang cukup agar media tersebut efektif digunakan. Pemberian media hanya sekedar membagikan adalah contoh pemberian pesan yang tidak efektif.

Prosedur

1. Bagian I : Jelaskan Tujuan Sesi ( 5 menit)

2. Bagian II : Praktik memperkenalkan diri dan program pada penasun (30 menit) 3. Bagian III : Ice breaking (5 menit)

4. Bagian IV : Praktik membicarakan Napza, HIV/AIDS dan IMS (30 menit) 5. Bagian V : Pemahaman tentang membangun komunikasi lapangan (10) 6. Bagian VI : Penutup dan Pesan Kunci sesei ini (10)

Perlengkapan

1. Naskah perkenalan diri dan lembaga

2. Naskah berbicara tentang Napza, IMS dan HIV/AIDS

3. Slide Presentasi Membangun Komunikasi Lapangan (Presentasi_04)

Metode

1. Role Play

(32)

Tujuan :

3. Peserta memahami tujuan sesi ini dan aktifitas yang akan dilakukan selama sesi ini 4. Peserta dan Fasilitator saling mengetahui aturan main dalam sesi ini

Waktu : 5 menit Perlengkapan :

Prosedur :

4. Fasilitator membuka sesi dengan perkenalkan diri

5. Fasilitator menyampaikan garis besar sesi, dengan menyebutkan tujuan sesi, lama sesi, dan aktifitas yang akan dilakukan

6. Fasilitator mengingatkan kembali bahwa bahwa tujuan pelatihan ini adalah PO terampil melaksanakan Penjangkauan dan Pendampingan

Waktu : 30 menit

Metode : Role Play (Panduan 05_membangun Komunikasi) Perlengkapan : Naskah Perkenalan Diri pada penasun dan stake holder Prosedur :

• Fasilitator meminta peserta untuk melakukan praktik memperkenalkan diri pada Klien baru dan orang-orang yang berpengaruh pada klien

• Fasilitator meminta peserta memperkenalkan diri ke stakeholder local.

• Fasilitator meminta peserta memperkenalkan diri di depan BEM mahasiswa, organisasi kepemudaan

• Peserta lain memperhatikan dan member komentar (Luar Biasa, Bagus, atau Lumayan)

Bagian I : Jelaskan Tujuan Sesi

( 5 menit)

Bagian III : Ice breaking

(5 menit)

(33)

Perengkapan : Yel-yel lembaga/Tim PO Prosedur :

• Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk mengenalkan lembaga meneriakan yel-yel lembaga/tim POnya.

• Peserta menirukan teriakan yel-yel lemaga/Tim PO yang diminta Fasilitor • Peserta member komentar dan member applause

Waktu : 30 Menit

Metode : Role Play (gunakan 05_panduan_membangun komunikasi) Perlengkapan :

• KIE tentang Napza, IMS , HIV/AIDS • Naskah Berbicara tentang IMS Prosedur :

• Fasilitator menjelaskan bahwa pada sesi ini para peserta akan melakukan praktik menyampaikan informasi tentang Napza, IMS, HIV/AIDS pada Penasun dan tokoh masyarakat. Peran anda dalam praktik ini akan didapat dalam naska scenario yang akan dibagikan.

• Fasilitator membagikan naska scenario yang telah disiapkan (Skenario Role Play O5_Komunikasi di Lapangan )

• Peserta mempelajari dan mempersiapkan diri untuk praktik. (beri waktu 5-10 menit) jika ada pertanyaan dari peserta fasilitator memberikan penjelasan.

• Fasilitator meminta relawan untuk tampil ke depan kelas mempraktikan scenario yang dia dapat.

• Peserta lain memberikan memperhatikan dan memberikan apresiasi terhadap peserta yang sedang memerankan berbicara depan umum

• Peserta lain bisa juga memberikan kritik dan memberikan solusi terhapad kekurangan peserta yang dikritik.

Bagian V :

Praktik membicarakan Napza, HIV/AIDS dan IMS (30 menit)

Bagian V

Membangun Komunikasi Lapangan

(10’)

(34)

Waktu : 10 menit Perlengkapan : Slide presentasi Prosedur :

• Fasilitator menayangkan slide presentasi tentang Dasar-dasar Komunikasi (gunakan slide Presentasi 05_Membangun Komunikasi_keterampilan komunikasi)

• Peserta memperhatikan slide dan memberikan feed back

Tujuan :

1. Peserta dapat memahami dasar-dasar komunikasi efektif.

2. Peserta dapat mempraktikan berkomunikai dengan Penasun dan orang-orang penting, serta pihak-pihak terkait lainya, tentang tugas PO, lembaga, tujuan program, HIV/AIDS, HR dan IMS

Waktu : 10 menit Prosedur :

1. Peserta diminta menyebutkan kembali isu penting dalam sesi ini

3. Fasilitator memberikan ringkasan dan pesan penting dalam sesi ini, yaitu: PO trampil memperkenalkan diri, memperkenalkan program, trampil menyampaikan informasi terkait HIV/AIDS dan HR dan IMS.

Dalam menyampaikan pesan jelas ringkas dan tidak over acting dan over information

4. Fasilitator menutup sesi dan mengingatkan peserta untuk sesi berikutnya.

(35)

Kelengkapan Sesi_05: Membangun Komunikasi Lapangan.

Scenario Role Play: Membangun Komunikasi Lapangan Pilihlah salah satu dari dua skenario di bawah ini untuk dipraktekkan:

1. Memperkenalkan diri dan Program pada Kelompok Penasun

Setting:

• Anda seorang PO hari ini anda akan menemui sekelompok pecandu di Wilayah jangkauan anda.

• Kelompok pecandu ini sudah berkumpul di tongkrongan yang berupa rumah kosong yang sering dijadikan tempat mereka berkumpul. Saat anda datang sudah ada 5 orang; 3 diantara mereka Penasun, seorang pacar penasun, satu orang preman lokal. Jarak beberapa meter ada 2 orang tidak dikenal, dan beberapa tukang ojek nongkrong.

Peran anda :

• adalah mempraktikan cara memperkenalkan diri dan memperkenalkan program pada mereka. Pada saat anda menjelaskan tiba-tiba ada seorang tidak dikenal datang, dan 2 orang pecandu gugup dan berusaha melarikan diri. Orang tidak dikenal tadi hanya mendekati anda dan tidak memberikan komentar apa-apa. Anda diminta memperkenalkan diri dan program pada kelompok ini dan orang tidak dikenal tadi. Selain itu anda harus menyakinkan Penasun yang gugup dan mau pergi tadi untuk tetap mendengar penjelasan anda. Sukses atau tidaknya anda memperkenalkan diri dilihat dari antusiasme kelompok tadi terhadap penjelasan anda dan membuat kesepakatan untuk bisa ketemu lagi. Tentukan tempat dan waktu pertemuan yang akan datang. Anda juga diminta pada saat membuat kesepakatan pertemuan yang akan datang mereka boleh membawa teman. • Pastikan anda telah mempersiapkan diri sebelum datang ke kelompok penasun tersebut.

Periksa ID dan perlengkapan KIE yang diperlukan apakah sudah anda bawa.

2. Memperkenalkan diri pada Stakeholder lokal (Pak Lurah)

Hari ini anda akan memperkenalkan diri dan program HR yang dilakukan oleh lembaga anda pada stakeholder lokal. Anda akan mengenalkan diri ke Lurah di wilayah kerja anda.

Setting:

Anda menemui Pak Lurah di kantornya jam 10 pagi. Lurah mempersilahkan anda duduk dan memberi waktu 10 menit untuk anda menjelaskan maksud kedatangan anda.

Anda sebagai PO akan memperkenalkan diri dan program HR di Lembaga Anda yang dijalankan di wilayah kelurahan yang menjadi wilayah kerja Pak Lurah yang anda temui. Saat anda

(36)

memperkenalkan diri pastikan bahwa anda membawa ID dan perlengkapan lapangan yang diperlukan.

Pak Lurah tidak begitu tertarik dengan program anda karena di kelurahan sudah sering sekali dilakukan program penyuluhan Narkoba. Tugas anda adalah menyakinkah Lurah bahwa Program HR yang dilakukan bukan hanya penyuluhan Narkoba.

Skenario: Bicara tentang Napza dan HIV/AIDS Pilihlah salah satu dari tiga skenario di bawah ini untuk dipraktekkan:

1. Setting tongkrongan.

Anda sebagai seorang PO hari ini akan mendatangi tongkrongan yang sering digunakan para penasun dan pecandu drug lainnya berkumpul. Tujuan anda adalah menjelaskan informasi tentang Napza. Perlengkapan anda adalah ID, Brosur Napza dan Bahan Bacaan Napza. Selain itu anda juga punya daftar alamat layanan tentang lembaga yang dapat memberikan pelayanan Rehabilitasi Napza.

2. Setting di Rumah Penasun Dampingan

Anda menemui seorang Penasun Dampingan yang berperilaku berisiko. Pada saat pertemuan sebelumnya anda mengetahui bahwa Dampingan ini adalah seksual aktif dan pernah melakukan hubungan seks baik dengan pacarnya atau dengan WPS.

Anda akan memberikan informasi tentang IMS pada dampingan dan menawarkannya alat pencegah (kondom). Dampingan bersikap tertutup dan menolak menerima kondom. Anda diminta memperagakan pemakaian kondom pada Dampingan anda. Pastikan anda membawa perlengkapan penjangkauan, termasuk kondom, alat peraga, dan juga bahan bacaan yang mendukung pekerjaan anda.

3. Setting ditempat di tongkrongan

Anda hari ini menemui Dampingan yang sudah mulai mengeluh tentang rasa sakit saat kencing. Anda akan membicarakan tentang HIV/AIDS dan mendorong dia untuk VCT. Tugas anda adalah

membicarakan tentang HIV/AIDS dan cara menularnya dan cara mengetahu seseorang terinfeksi (VCT). Anda juga menawarkan dia untuk VCT dan memberikan informasi rujukan VCT.

(37)

06. Praktik dan Kesimpulan Hari I

Hari ini anda telah mendapatkan informasi terkini situasi HIV/AIDS dan Harm reduction pada sesi pagi pertama. Anda juga telah mendapatkan penyegaran tentang outreach yang menjadi platform dalam kegiatan intervensi HR. Sharing membuka lapangan baru dan melakukan kontak awal telah memperkaya hasanah dan pemikiran anda dalam outreach. Ide dan pemikiran cemerlang anda tentang Outreach, progam HR mesti anda komunikasikan. Bagaimana cara mengkomunikasikannya telah diberikan tips pada sesi ke 5 sore tadi.

Tugas anda saat ini adalah mempraktikkan informasi dan keterampilan yang anda dapatkan hari ini. Caranya silahkan anda melakukan outreach pada teman-teman baru anda dari wilayah lain (bukan teman selembaga dan teman sedaerah). Anda bisa juga meng outreach fasilitator atau panitia atau karyawan hotel atau orang disekitar tempat pelatihan ini.

Anda bertindak sebagai PO. Anda bisa memilih tema pembicaraan sesuai dengan orang yang anda ajak bicara:

1. Kondisi tekini penasun diwilayah anda dan wilayah teman baru anda 2. Program HR yang ada di wilayah teman anda dan wilayah anda 3. Informasi dasar HIV atau Narkoba (untuk sasaran umum) 4. Mengenalkan lembaga anda (untuk sasaran umum)

5. Pengenalan program harm reduction (untuk sasaran umum)

6. Menggali informasi situasi penggunaan napza di Yogya (untuk sasaran umum) Buatlah catatan singkat dari kegiatan yang anda lakukan;

Catatan itu berupa:

• Bagaimana langkah anda mendapatkan teman baru yang anda outreach itu? • Bagaimana anda memperkenalkan diri?

• Dimana anda bertemu dan berdiskusi, pukul berapa, ada siapa saja yang hadir?

• Apa yang anda dapatkan dan apa respon dari teman anda terhadap tema pembicaran? Catatlah hal-hal penting dari pertemuan anda dan apa tindak lanjut dari pertemuan ini.

Catatan ini dibuat dalam bentuk laporan PO. Dikumpul ke Panitia besok pagi sebelum sesi pertama.

(38)

07. Penggunaan Teknik Dasar Konseling dalam Outreach

Pengantar

Kegiatan penjangkauan (outreach) adalah salah satu cara untuk membawa layanan kesehatan dan layanan lainnya kepada individu atau kelompok orang yang karena status sosialnya tidak bisa menjangkau atau dijangkau oleh layanan public, termasuk layanan kesehatan. Salah satu kunci keberhasilan dari kegiatan penjangkauan adalah orang yang melakukan penjangkauan (petugas penjangkau/outreach worker) mempunyai kedekatan khusus dengan kelompok yang dijangkau (misal: berasal dari kelompok masyarakat yang sama, mempunyai latar belakang masalah yang sama, dll). Dengan kesamaan latar belakang maka outreach worker akan lebih mudah diterima oleh kelompok yang dijangkau. Peningkatan keterampilan dari outreach worker juga menjadi penting dalam mendukung kegiatan penjangkauan.

Untuk dapat membawa layanan kepada para penasun dan membuat mereka mau menggunakan layanan, maka dibutuhkan hubungan yang positif antara outreach worker dan penasun. Dalam hubungan yang positif berarti penasun merasa nyaman saat berkomunikasi (berbicara dan mendengarkan) dengan outreach worker. Dalam hubungan tersebut outreach worker harus dapat melakukan komunikasi sesuai dengan kondisi alami penasun, membina hubungan yang baik (rapport), bersama menyusun komitmen untuk perubahan perilaku, serta memberikan informasi tentang perilaku berisiko dan strategi untuk mengurangi perilaku tersebut. Outreach worker perlu mempunyai beberapa keterampilan teknik dasar konseling untuk dapat melakukan berbagai kegiatan tersebut di atas secara optimal. Dengan demikian, diharapkan bahwa outreach worker akan mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan para jangkauannya dalam mendukung kegiatan penjangkauan.

Tujuan

Pada akhir sesi ini para peserta pelatihan akan:

1. Mempunyai pengetahuan tentang beberapa teknik dasar konseling yang dapat digunakan untuk berkomunikasi efektif dengan jangkauan.

2. Mampu mempraktekkan beberapa teknik dasar konseling yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan efektif.

Waktu : 90 menit

Metode : Ceramah dan tanya jawab Role play dan diskusi Prosedur

BAGIAN 1

(39)

Tujuan :

1. Peserta memahami pentingnya komunikasi yang efektif dalam melakukan penjangkauan 2. Peserta memahami beberapa bentuk teknik konseling dasar yang dapat digunakan untuk

berkomunikasi efektif dengan jangkauan. Waktu : 45 menit

Perlengkapan : LCD projector, spidol, flip chart, slide presentasi Prosedur :

1. Fasilitator membuka diskusi mengenai apa yang biasa dilakukan oleh PO saat menjangkau. 2. Fasilitator mengarahkan diskusi mengenai komunikasi dengan jangkauan, dengan cara

menanyakan kepada peserta, kesulitan apa aja yang sering dialami saat berkomunikasi dengan jangkauan, kemudian mencatatnya di flipchart  fasilitator menggali informasi mengenai pengetahuan dan pengalaman PO terkait komunikasi dengan jangkauan dan teknik konseling. 3. Fasilitator memberikan pengantar bahwa dalam berkomunikasi dengan jangkauan, diperlukan

beberapa “tips dan trik” agar komunikasi yang terjadi lancar dan terbuka  kaitkan dengan masalah-masalah yang diungkapkan pada diskusi awal (no.2).

4. Fasilitator menampilkan slide presentasi sampai slide 10.

5. Lanjutkan dengan tanya jawab; jelaskan lebih lanjut jika peserta membutuhkan penjelasan.

BAGIAN II

ROLEPLAY DAN LATIHAN Tujuan :

1. Peserta bisa mempraktekkan beberapa teknik konseling dasar dalam berkomunikasi dengan efektif

Waktu : 45 menit

Perlengkapan : LCD projector, spidol, flip chart, slide presentasi, kertas berisi tugas untuk kelompok yang berperan sebagai PO

Prosedur :

1. Fasilitator membagi peserta menjadi 2 kelompok besar. Kelompok 1 diminta untuk mencari pasangan dari kelompok 2. Jika ada “sisa” peserta, mereka diminta untuk berperan sebagai pengamat.

2. Kelompok 1 diminta untuk berperan sebagai penasun dan diminta untuk mempersiapkan sebuah cerita untuk diceritakan kepada PO (lihat scenario role play pada panduan sesi_07).

(40)

3. Kelompok 2 diajak keluar ruangan sejenak dan diminta untuk berperan sebagai PO. Masing-masing diberikan tugas spesifik, separuh kelompok diminta untuk menggunakan teknik

konseling dasar yang sudah diajarkan (probing, summarizing, paraphrasing, empati, mendengar aktif), separuh lagi diminta untuk bersikap acuh, tidak memperhatikan, dsb (kebalikan dari teknik-teknik yang diajarkan).

4. Kelompok 2 masuk kembali ke dalam ruangan. Kelompok 1 dan 2 kemudian berproses selama kurang lebih 15 menit dalam kelompok kecil (pasangan), sementara fasilitator dan pengamat mengobservasi proses yang terjadi pada tiap pasangan.

5. Fasilitator melakukan debriefing (20 menit) Panduan Debriefing:

a. Apa yang dirasakan oleh kelompok 1 yang berperan menjadi penasun? (Gali dari pasangan di mana PO menjadi PO yang melakukan teknik komunikasi baik maupun buruk)

b. Apa yang dirasakan oleh kelompok 2? (Gali dari pasangan di mana PO menjadi PO yang melakukan teknik komunikasi baik maupun buruk)

c. Apa yang bisa dipelajari dari proses ini?

Semua jawaban peserta dituliskan di kertas flip chart sebagai referensi saat fasilitator menutup sesi.

6. Fasilitator menutup sesi dengan menekankan kembali bahwa komunikasi dengan menggunakan beberapa teknik konseling dasar ini dapat membuat dampingan/jangkauan merasa lebih nyaman dan terbuka, sehingga bisa membantu PO dalam melakukan penjangkauan  kaitkan dengan jawaban-jawaban peserta pada saat debriefing di langkah

(41)

Kelengkapan Sesi_07: Teknik Konseling Dasar dalam Outreach

Skenario: Role Play Skenario I

A, laki-laki, 18 tahun, menggunakan heroin suntik, selama 3 bulan, sebelumnya ganja dan alkohol sejak SMP. Saat ini duduk di kelas 3 SMA dan terancam dikeluarkan dari sekolah karena sering bolos. Orang tua belum tahu kalau A menggunakan narkoba. A ditemui di tempat tongkrongan, sedang menunggu teman untuk membeli putaw dan tampak gelisah.

Skenario II

B, perempuan, 23 tahun, ibu rumah tangga, mempunyai 1 orang anak berumur 4 tahun. Suaminya baru saja meninggal, belum jelas penyebabnya, diduga HIV/AIDS. B dan suami sama-sama pengguna heroin suntik sejak 3 tahun yang lalu. B ditemui di rumahnya. Seorang teman B memberi tahu petugas lapangan kalau B sering berkeluh kesah kepadanya karena bingung apa yang harus ia lakukan sekarang.

(42)

08. Mendukung Upaya Pengurangan Risiko

Pengantar

Salah satu tujuan dalam kegiatan penjangkauan adalah membantu penasun untuk mengurangi perilaku berisiko. PO dan klien bersama-sama melakukan penilaian mengenai perilaku berisiko yang dilakukan klien, alasan dari perilaku tersebut serta situasi yang memicu munculnya perilaku berisiko. Dari penilaian tersebut, PO bisa mendorong penasun untuk melakukan perubahan perilaku dengan tujuan untuk mengurangi dampak buruk dari perilaku berisiko.

Untuk membantu klien melakukan penilaian perilaku berisiko dan memberikan dukungan untuk secara terus menerus beperilaku yang lebih sehat, PO dapat menggunakan teknik dasar konseling. Sesi ini akan bertujuan agar peserta dapat memahami konsep risiko, perilaku berisiko dan bisa menerapkan teknik dasar konseling yang sudah didapat dari sesi sebelumnya untuk membantu klien melakukan penilaian dan perubahan perilaku berisiko.

Tujuan

Pada akhir sesi ini para peserta pelatihan akan:

3. Mempunyai pengetahuan tentang risiko, situasi risiko (kerentanan), penilaian perilaku berisiko dan melakukan penilaian risiko.

4. Mampu membantu peserta melakukan:

a. Diskusi tentang Pengetahuan HIV dengan penasun yang didampinginga b. Penilaian terhadap perilaku berisiko tertular HIV

c. Menegosiasikan pilihan penasun terhadap upaya pengurangan risiko yang realistis dengan situasinya

d. Mendukung upaya perubahan perilaku dari penasun yang didampinginya Waktu : 120 menit (2 jam)

Metode :

1. Brainstorming

2. Ceramah dan tanya jawab 3. Diskusi kelompok

4. Role play Prosedur

1. Bagian I : Pengantar dan brainstorming (5 menit)

2. Bagian II : Ceramah (penanyangan slide) dan tanya jawab (20 menit) 3. Bagian III : Diskusi kelompok (30 menit)

4. Bagian IV : Diskusi pleno (45 menit) 5. Bagian V : Role play (15 menit)

6. Bagian VI : Penutup dan pesan kunci (5 menit) Perlengkapan : LCD, Spidol, Flip Chart, slide presentasi, skenario

(43)

Tujuan:

1. Peserta memahami tujuan sesi ini dan aktifitas yang akan dilakukan selama sesi ini 2. Peserta dan fasilitator saling mengetahui aturan main dalam sesi ini

Waktu: 5 menit Perlengkapan: - Prosedur:

1. Fasilitator membuka sesi dengan perkenalkan diri.

2. Fasilitator menyampaikan garis besar sesi, dengan menyebutkan tujuan, waktu dan aktifitas yang akan dilakukan selama sesi.

3. Fasilitator menggali informasi mengenai pengetahuan dan pengalaman peserta sehubungan dengan penilaian perilaku berisiko dan tingkat perubahan motivasi pada klien.

Waktu : 20 Menit Perlengkapan :

1. Slide presentasi 2. LCD

Prosedur :

1. Fasilitator menjelaskan konsep RIsiko, Perilaku Berisiko dan Situasi Risiko. 2. Fasilitator menjelaskan konsep penilaian risiko dan pengurangan risiko. 3. Fasilitator menjelaskan tentang tahapan dan cara melakukan penilaian risiko:

a. Diskusi tentang Pengetahuan HIV dengan penasun yang didampinginga b. Penilaian terhadap perilaku berisiko tertular HIV

c. Menegosiasikan pilihan penasun terhadap upaya pengurangan risiko yang realistis dengan situasinya

Bagian I: Pengantar dan Brainstorming (5 Menit)

Bagian II: Ceramah dan Penayangan Slide

• Konsep Risiko, Perilaku Berisiko dan Situasi Risiko (kerentanan) • Pengertian Penilaian Risiko dan pengurangan risiko

• Cara melakukan penilaian risiko

Gambar

Gambar diatas menunjukan posisi outreach dalam program intervensi.

Referensi

Dokumen terkait