• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mendukung Upaya Pengurangan Risiko

Dalam dokumen Buku Pegangan Fasilitator (Halaman 42-49)

Salah satu tujuan dalam kegiatan penjangkauan adalah membantu penasun untuk mengurangi perilaku berisiko. PO dan klien bersama-sama melakukan penilaian mengenai perilaku berisiko yang dilakukan klien, alasan dari perilaku tersebut serta situasi yang memicu munculnya perilaku berisiko. Dari penilaian tersebut, PO bisa mendorong penasun untuk melakukan perubahan perilaku dengan tujuan untuk mengurangi dampak buruk dari perilaku berisiko.

Untuk membantu klien melakukan penilaian perilaku berisiko dan memberikan dukungan untuk secara terus menerus beperilaku yang lebih sehat, PO dapat menggunakan teknik dasar konseling. Sesi ini akan bertujuan agar peserta dapat memahami konsep risiko, perilaku berisiko dan bisa menerapkan teknik dasar konseling yang sudah didapat dari sesi sebelumnya untuk membantu klien melakukan penilaian dan perubahan perilaku berisiko.

Tujuan

Pada akhir sesi ini para peserta pelatihan akan:

3. Mempunyai pengetahuan tentang risiko, situasi risiko (kerentanan), penilaian perilaku berisiko dan melakukan penilaian risiko.

4. Mampu membantu peserta melakukan:

a. Diskusi tentang Pengetahuan HIV dengan penasun yang didampinginga b. Penilaian terhadap perilaku berisiko tertular HIV

c. Menegosiasikan pilihan penasun terhadap upaya pengurangan risiko yang realistis dengan situasinya

d. Mendukung upaya perubahan perilaku dari penasun yang didampinginya Waktu : 120 menit (2 jam)

Metode :

1. Brainstorming

2. Ceramah dan tanya jawab 3. Diskusi kelompok

4. Role play Prosedur

1. Bagian I : Pengantar dan brainstorming (5 menit)

2. Bagian II : Ceramah (penanyangan slide) dan tanya jawab (20 menit) 3. Bagian III : Diskusi kelompok (30 menit)

4. Bagian IV : Diskusi pleno (45 menit) 5. Bagian V : Role play (15 menit)

6. Bagian VI : Penutup dan pesan kunci (5 menit) Perlengkapan : LCD, Spidol, Flip Chart, slide presentasi, skenario

Tujuan:

1. Peserta memahami tujuan sesi ini dan aktifitas yang akan dilakukan selama sesi ini 2. Peserta dan fasilitator saling mengetahui aturan main dalam sesi ini

Waktu: 5 menit Perlengkapan: - Prosedur:

1. Fasilitator membuka sesi dengan perkenalkan diri.

2. Fasilitator menyampaikan garis besar sesi, dengan menyebutkan tujuan, waktu dan aktifitas yang akan dilakukan selama sesi.

3. Fasilitator menggali informasi mengenai pengetahuan dan pengalaman peserta sehubungan dengan penilaian perilaku berisiko dan tingkat perubahan motivasi pada klien.

Waktu : 20 Menit Perlengkapan :

1. Slide presentasi 2. LCD

Prosedur :

1. Fasilitator menjelaskan konsep RIsiko, Perilaku Berisiko dan Situasi Risiko. 2. Fasilitator menjelaskan konsep penilaian risiko dan pengurangan risiko. 3. Fasilitator menjelaskan tentang tahapan dan cara melakukan penilaian risiko:

a. Diskusi tentang Pengetahuan HIV dengan penasun yang didampinginga b. Penilaian terhadap perilaku berisiko tertular HIV

c. Menegosiasikan pilihan penasun terhadap upaya pengurangan risiko yang realistis dengan situasinya

Bagian I: Pengantar dan Brainstorming (5 Menit)

Bagian II: Ceramah dan Penayangan Slide

Konsep Risiko, Perilaku Berisiko dan Situasi Risiko (kerentanan) Pengertian Penilaian Risiko dan pengurangan risiko

Cara melakukan penilaian risiko

d. Mendukung upaya perubahan perilaku dari penasun yang didampinginya

4. Fasilitator juga melemparkan pertanyaan untuk melakukan evaluasi tentang sejauh mana peserta mampu mengikuti dan memahami paparan yang disampaikan.

Tujuan : Peserta memahami konsep yang diberikan dengan mendiskusikan contoh kasus Waktu : 30 menit

Perlengkapan :

1. Kasus kertas (scenario) 2. Flip chart

3. Spidol Prosedur :

1. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok; masing-masing kelompok mendapatkan masing-masing

kasus (Kasus Andri, Burhan dan Anna) untuk didiskusikan (lihat bagian 1. Skenario dari Kelengkapan Sesi_08).

2. Peserta diminta untuk mendiskusikan tentang apa yang akan dilakukan oleh mereka sebagai PO ketika menghadapi perilaku berisiko dan situasi risiko yang dimiliki oleh subjek kasus tersebut. Hal-hal apa saja yang penting untuk dipertimbangkan dalam mendorong si subjek untuk pengurangan risiko?

3. Peserta berdiskusi dalam kelompok selama 30 menit dan menuliskan hasil diskusi pada kertas flip chart

Tujuan : Peserta memahami kasus yang diberikan dan mempunyai persepsi yang sama tentang kasus yang berhubungan dengan perilaku berisiko dan motivasi untuk melakukan perubahan perilaku. Waktu : 45 menit Perlengkapan : 1. Spidol 2. Flip chart Prosedur :

1. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kasus.

Bagian III: Diskusi kelompok (30 menit)

2. Peserta dari kelompok lain memberi komentar, pendapat dan pertanyaan tentang hasil diskusi. 3. Fasilitator memberikan kesimpulan dari seluruh kasus yang didiskusikan.

Tujuan : Peserta memahami penerapan teknik dasar konseling dalam membantu klien melakukan evaluasi perilaku berisiko, kebutuhan akan pengurangan perilaku berisiko, penilaian tingkat motivasi dan cara meningkatkan motivasi.

Waktu : 20 menit

Perlengkapan : Skenario, perlengkapan standar outreach (tanda pengenal, alat tulis, materi Komunikasi Informasi Edukasi/KIE).

Prosedur :

1. Satu kelompok yang ditunjuk diberikan skenario untuk diperankan berdasarkan kasus yang sudah didiskusikan

2. Kelompok tersebut diberi waktu 5 menit untuk mempersiapkan diri 3. Kelompok memainkan peran berdasarkan skenario dalam waktu 10 menit 4. Peserta yang lain menjadi pengamat

5. Sesudah role play dilakukan, peserta yang lain memberi pendapat kemudian disimpulkan oleh fasilitator (5 menit).

Tujuan : Memberikan ringkasan dan pesan kunci pada para peserta Waktu : 5 menit

Prosedur :

1. Fasilitator menyampaikan kembali tentang pentingnya keterampilan konseling dalam membantu klien melakukan penilaian perilaku berisiko, kebutuhan untuk pengurangan perilaku berisiko dan tingkat motivasi perubahan; serta cara meningkatkan motivasi untuk berubah . 2. Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi selanjutnya.

Bagian VI: Penutup dan pesan kunci (5 menit) Bagian VI: Role play (20 menit)

Kelengkapan Sesi: 08_Mendorong Pengurangan Risiko

I. Diskusi Kasus Kelompok

S K E N A R I O: PENILAIAN RISIKO Andri

Andri adalah seorang manajer perusahaan multinasional yang sangat sibuk. Sampai saat ini dia masih lajang walaupun sering berganti-ganti pacar. Sudah sejak lama karena kesibukan dan tekanan

pekerjaannya, dia sering menggunakan ekstasi dan shabu-shabu selain minum alkohol. Enam bulan yang lalu, kawan-kawan dekatnya memperkenalkan dia dengan putaw. Mereka berkelompok biasanya menginap di daerah Puncak atau ke Ancol untuk menyuntik putaw. Pada kesempatan ini mereka biasanya membawa pasangan mereka masing-masing atau kenalan yang ditemui di café atau restoran sebelum mereka menginap.

Meskipun Andri pernah membaca bahwa penularan HIV dapat terjadi melalui penggunaan jarum suntik bersama dan melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom, tetapi dia tidak merasa perlu untuk berhati-hati karena semua kawan menyuntiknya adalah orang yang berpendidikan. Dan tidak ada seorangpun pasangan seksualnya yang berprofesi sebagai pekerja seks. Sampai dengan saat ini belum ada seorangpun diantara mereka yang pernah menjalani tes antibodi HIV.

Andri berpendapat bahwa kemungkinan dia terinfeksi HIV sangat kecil. Kalaupun ada, penularan itu terjadi apabila dia sedang ketagihan dan nyuntik dengan orang yang belum begitu dikenalnya yang dia temui di bar.

Burhan

Burhan adalah laki-laki Batak yang tidak mempunyai pekerjaan tetap serta tidak lulus SMU. Pekerjaan utama dia adalah preman di daerah Jakarta Barat. Dia menggunakan berbagai jenis obat-obatan mulai dari ganja, rohipnol, dan akhir-akhir ini semakin sering menggunakan putaw, selain tentu saja alkohol. Saat ini dia menyewa rumah kecil di daerah kumuh yang ditinggalinya bersama pacar terbarunya. Lima tahun yang lalu Burhan pernah menjalani tes antibodi HIV melalui program pencegahan HIV yang dilaksanakan oleh sebuah LSM dan hasil tesnya adalah negatif.

Dia tidak mengenal seorangpun yang telah terinfeksi HIV/AIDS, oleh karena itu dia memandang enteng terhadap masalah ini. Burhan berpendapat bahwa dia dapat tertular HIV karena penggunaan peralatan nyuntiknya bersama-sama rekannya. Dia dan teman-temannya membersihkan jarum suntik dengan pemutih sebelum menggunakannya. Meskipun Burhan memahami bahwa hubungan seks tanpa kondom berisiko tinggi, tetapi dia tidak menggunakannya kecuali bila pasangannya memaksa.

Anna

Anna adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi negeri di Pulau Jawa. Sejak masih SMU di kota kelahirannyaManado, dia telah menggunakan ganja bersama dengan rekan-rekan sekolahnya. Setelah meneruskan pendidikannya ke pulau Jawa, lepas dari pengawasan orangtua, dia mulai

menggunakan berbagai jenis narkoba mulai dari ekstasi, shabu-shabu sampai dengan putaw. Selain itu dia juga mengkonsumsi minuman beralkohol.

Untuk menunjang gaya hidupnya, dia memberikan pelayanan seksual kepada orang yang mampu membayarnya. Pada saat itu dia memiliki pacar yang kadang-kadang menginap di rumah kontrakannya. Setiap berhubungan seksual dengan pacarnya yang sekarang atau dengan pacar-pacar terdahulunya, dia tidak pernah menggunakan kondom. Sementara itu, kalau sedang stone karena suntikan putaw, Anna lebih sering tidak menggunakan kondom.

Walaupun Anna belum pernah tes antibodi, tetapi dia berpendapat bahwa kemungkinan tertular HIV sangat kecil karena tamunya kebanyakan orang-orang yang berpenampilan bersih. Menurut Anna kemungkinan terbesar dia tertular HIV adalah melalui penggunaan bersama jarum suntik yang kadang-kadang dilakukannya bersama IDU-lainnya.

II. Role Play Skenario 1.

1. Membicarakan Resiko pribadi antara PO dan Dampingannya.

2. Seorang peserta bertindak sebagi PO dan seorang peserta bertindak sebagai Dampingan. 3. PO menemui IDU yang sudah beberapa kali dijangkau.

4. Tujan PO menemui IDU ini adalah untuk membicarakan prilaku berisiko IDU sehubungan dengan Perilaku menggunakan NAPZA dan Perilaku Seksnya.

5. Tentukan setting dimana pertemuan itu akan dilakukan. 6. Identifikasi bagaimana kondis KD saat ditemui

7. Lakukan pembicaraan untuk mengetahui prilaku resiko KD dan rencana perubahan prilaku yang akan dia lakukan.

8. PO dimintak untuk menerapkan teknik-teknik berbicara dengan klien, yakni; empati, mendengar aktif, memperhatikan bahasa tubuh, melakukan paraphrase.

Setelah melakukan Role Play, peserta memberikan feedback terhadapa peran yang dimainkan. Fasilitator melakukan ringkasan dan debriefing dari permainan peran yang telah dilakukan Skenario 2.

Fasilitator meminta peserta untuk berperan sebagai PO dan IDU yang mau melakukan perubahan prilaku

1. PO mendatangi IDU yang sudah terpapar informasi NAPZA, IMS dan HIV/AIDS dan sudah berkeluarga.

2. PO mengajak PO untuk membicarakan resiko prilakunya termasuk resiko perilaku seks. 3. IDU menyampaikan pada PO bahwa dia ingin memakai kondom tetapi IDU masih ragu. 4. IDU juga ingin berhenti memakai narkoba suntik.

5. PO ingin menjelaskan tentang kondom dan menyakinkan IDU agar memakai kondom. PO juga ingin membantu IDU berhenti menggunakan narkoba suntik.

6. Bagaimana upaya PO untuk mendukung rencana IDU tersebut IDU. PO mempraktikan cara menegosiasikan perubahan prilaku yang akan dilakukan oleh IDU.

7. Ingat prinsip perubahan prilaku bisa dimulai dari hal kecil yang paling mudah dilakukan sampai pada hal yang paling ideal. Contoh perubahan ideal orang tidak menggunakan napza suntik lagi. Tapi hal ini tidak mudah, maka perlu dimulai dengan pengurangan resiko yang paling masuk akal.

Setelah melakukan Role Play, peserta memberikan feedback terhadapa peran yang dimainkan. Fasilitator melakukan ringkasan dan debriefing dari permainan peran yang telah dilakukan

09. Dinamika Kelompok Penasun

Dalam dokumen Buku Pegangan Fasilitator (Halaman 42-49)

Dokumen terkait