Pendekatan Studi Perbandingan
Pemerintah
Pendekatan Kelembagaan/Institusi onal/Tradisional Pendekatan Behavioural/Tingkah Laku Pendekatan Paskabehavioural1. Pendekatan Kelembagaan
(1920an-1930an)
Ditemukan pada masa sebelum Perang
Dunia II (sekitar tahun 1920an-1930an)
Fokus utama adalah negara
Pembahasan : sifat undang-undang dasar,
masalah kedaulatan, kedudukan dan
kekuasaan lembaga-lembaga kenegaraan formal, seperti parlemen, badan eksekutif, yudkikatif dsbg
Tujuan Pendekatan
Kelembagaan
Tujuan dari pendekatan ini ialah untuk melihat sejauh mana adanya lembaga-lembaga dalam kehidupan sebuah negara,
contohnya : bagaimana peran dan fungsi dari
kehadiran lembaga-lembaga dalam tata kehidupan sebuah negara melalui mekanisme pemerintahan, dan bagaimana peran pemerintah dalam
menyediakan saluran dan ruang untuk berdemokrasi
Hubungan antara lembaga-lembaga dalam kehidupan sebuah negara
Pendekatan ini bersifat formal dan deskriptif
Kelemahan dari pendekatan ini adalah kurang memperhatikan organisasi-organisasi non-formal
Menurut pendekatan ini, negara ditafsirkan sebagai “suatu
badan norma-norma konstitusional yang formal” (a body of formal constitutional norms)
Contoh dari pendekatan ini adalah R. Kranenberg, Algemene Staatsleer “ilmu negara umum”
Tahun 1930-an : untuk melihat politik sebagai kegiatan atau proses dan negara sebagai arena perebutan kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat, oleh charles E. Merriam (1934) Political Power : Its Composition and Incidence dan
Harold D. Lasswell (1936) Politics : who gets what, when, how.
Mazhab Chicago (chicago school) adalah esensi dari politik adalah kekuasaan, terutama kekuasaan untuk menentukan kebijakan umum
Pendekatan ini banyak digunakan dinegara maju yang memegang teguh demokrasi seperti Amerika, Inggris dan Negara-negara di Eropa
2. Pendekatan Behavioural/Tingkah
Laku (1950an-1960an)
Pendekatan perilaku timbul di Amerika pada tahun 1950-an setelah Per1950-ang Dunia II
Faktor-fator muncul pendekatan ini adalah:
1. Sifat deskriptif dari ilmu politik sangat tidak memuaskan 2. Ilmu politik dianggap tidak realistis dan sangat berbeda
dengan kenyataan sehari-hari
3. Ilmu politik ternyata tidak mampu menjelaskan
sebab-sebab timbulnya komunisme dan fasisme
4. Ada kekhawatiran jika ilmu politik tidak maju pesat, maka
ia akan ketinggalan dibanding dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti sosiologi
5. Di Amerika dirasakan adanya semacam keraguan di
kalangan pemerintah mengenai kemampuan para sarjana ilmu politik
Pendekatan behavioral merupakan...
sebuah reaksi terhadap spekulasi teori
yang memberikan uraian penjelasan, kesimpulan dan penilaian berdasarkan norma-norma atau aturan-aturan dan standar-standar kekuasaan maupun
etnosentrisme, formalisme dan deskripsi barat yang menjadi karakteristik
Basis pendekatan behavioural
Basis pendekatan behavioural
(1950an-1960an):
Pendekatan empiris yang sistematis
Perluasan skema-skema yang bersifat
klasifikasi
Konseptualisasi pada abstraksi
Penyusunan hipotesis melalui data
Pendapat Para Ahli
Pelopor pendekatan ini ialah David
Hume (seorang filsafat skeptis) dan
WilliamJames (seorang filsafat praktis) (1842-1910) yang menekankan
empirisme, voluntarisme, tindakan-tindakan individual, serta hubungan antara kesadaran dan tujuan
Konsep ini mirip dengan prinsip-prinsip
individualisme Locke, menambahkan
Mazhab behavioralisme, yang
mempunyai pandangan sama dengan
filsuf Charles S. Pierce (1839-1914)
yang menciptakan istilah pragmatisme
John Dewey (1859-1952), yang
berusaha membangun filsafat praktis mengenai kebenaran yang tidak
didasarkan pada prinsip-prinsip ideal, melainkan pada observasi terhadap pengalaman
Pikiran Pokok....
Salah satu pemikiran pokok dari
pelopor-pelopor pendekatan perilaku adalah bahwa tidak ada gunanya membahas
lembaga-lembaga formal karena bahasan itu tidak banyak memberi informasi mengenai
proses politik yang sebenarnya.
Sebaliknya, lebih bermanfaat bagi peneliti untuk mempelajari manusia itu sendiri
serta perilaku politiknya, sebagai gejala-gejala yang benar-benar dapat diamati.
Pendekatan ini membahas kepada tingkah laku perseorangan para impelementor politik itu sendiri bukan parlemen nya (subjek orientation)
Contoh : jika para penganut pendekatan tingkah laku mempelajari parlemen maka yang dibahas adalah tingkah laku anggota parlemen yaitu
1. Bagaimana pola pemberian suaranya (voting behavior) terhadap rancangan
undang-undang tertentu (apakah pro atau anti dan mengapa demikian), pidato-pidatonya, giat tidaknya memprakarsai rancangan undang-undang,
2. Bagaimana berinteraksi dengan teman sejawat, kegiatan lobbying, latar belakang
sosialnya, dan sebagainya.
3. Mereka pada umumnya meneliti tidak hanya tingkah laku dan kegiatan-kegiatannya
(action), melainkan juga orientasi terhadap kegiatan tertentu seperti sikap, motivasi,
Ciri Khas dari Pendekatan
Behavioural
Pendekatan behavioralis menampilkan suatu ciri khas, yaitu suatu orientasi kuat untuk lebih mengilmiahkan ilmu politik.
Orientasi ini merupakan beberapa konsep pokok oleh David Easton (1962) dan Albert Somit (1967), yang diuraikan sebagai berikut:
1. Perilaku politik menampilkan keteraturan (regularitas). Keteraturan ini
harus dirumuskan dalam generalisasi.
2. Generalisasi-generalisasi ini pada dasarnya harus dapat dibuktikan
keabsahan atau kebenarannya (verification)
3. Teknik-teknik penelitian yang cermat harus digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisis data.
4. Pengukuran dan kualifikasi (antara lain melalui statistik dan
matematika) harus digunakan untuk mencapai kecermatan dalam penelitian.
5. Harus ada usaha untuk membedakan secara jelas antara norma
(ideal atau standar yang harus menjadi pedoman untuk tingkah laku) dan fakta (sesuatu yang dapat dibuktikan berdasarkan pengamatan atau pengalaman).
6. Penelitian harus bersifat sistematis dan berkaitan erat dengan pembinaan teori.
7. Ilmu politik harus bersifat murni (pure science) dalam arti bahwa usaha untuk memahami dan
menjelaskan perilaku politik harus mendahului usaha untuk menerapkan penegtahuan itu bagi penyelesaian masalahmasalah sosial. dalam mengadakan penelitian politik diperlukan sikap
terbuka serta integrasi dengan konsep-konsep dan teori-teori dalam ilmu lainnya. Dalam proses
interaksi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya telah muncul istilah-istilah baru seperti yang telah berkembang pada sosiologi dan
antropologi,misalnya sistem politik, fungsi, peranan, struktur, budaya politik, dan sosialisasi politik,
Contoh Penelitian dari Pendekatan Perilaku
Contoh dari pendekatan perilaku adalah
karya Almond dan Verba,
The Civic Culture (1963), suatu studi
yang mempelajari kebudayaan politik di lima negara demokrasi, yang sesudah lebih dari sepuluh tahun diteliti kembali oleh sarjana-sarjana yang sama dalam terbitan Civic Culture Revisited.
Salah satu ciri khas pendekatan perilaku ini ialah pandangan bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem sosial dan negara sebagai suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem
Gabriel A. Almond dengan ”analisis
struktural-fungsional”-nya,
Karl W. Deutsch dengan ”sistem
cybernetika”nya,
David easton dengan ”analisis sistem”,
telah mengarang A Systems Analysis of Political Life (1965).
Tradisional VS Behavior
Perbedaan antara para tradisionalis dan para penganut perilaku dapat disimpulkan sebagai berikut:
Namun, Kaum behavioralis mempunyai anggapan sama dengan kaum institusionalis bahwa rakyat pada akhirnya merupakan wasit untuk kekuasaan.
Tradisionalis Behavioural
Menekankan Nilai dan Norma Menekankan Fakta
Segi filsafat Segi Ilmu terapan/Ilmu Murni
Aspek sosiologis Aspek psikologis
Tekhnik Analisis Behavioural
Tekhnik analisis yang digunakan ialah
dari bottom to top
Tekhnik yang digunakan untuk
menetapkan variabel-variabel
independen yang penting meliputi
analisa regresi, analisa faktor, Gutman Scaling, analisa indikator, dan ukuran-ukuran statistik lain
Tujuan Riset Behavioural
Menurut Eulau (1963) adalah untuk
menjelaskan ”mengapa orang secara
politik bertindak sebagaimana yang ia lakukan, dan mengapa sebagai hasilnya proses-proses dan sistem-sistem politik berfungsi sebagaimana yang berlaku”.
Tugas kaum behavioral adalah
mendefinisikan kembali hubungan
individu dan kelompok pada umumnya, dan dengan berbagai macam kelompok pada khususnya.
Mazhab Chicago
Dari berbagai tokoh seperti A.Lawrence Lowell, Harold Gosnell, Charles Merriam, Harold D. Laswell, dan Walter Lippman :
1. Mazhab ini menggeser tekanan perhatiannnya menjauhi ideal
dan institusi politik kepada penelaahan terhadap sepak terjang individual dan kelompok.
2. Mazhab ini lebih mendukung paradigma ilmu eksakta
ketimbang paradigma normatif (bagaimana orang bertindak, bukan bagaimana seharusnya mereka bertindak.)
3. Mazhab ini lebih menyukai penjelasan-penjelasan mengenai
tingkah laku yang diambil dari teori-teori proses belajar dan motivasi ketimbang modelmodel kekuasaan institusional.
4. Mazhab ini membagi dua ilmu politik behavioral dalam dua
garis penyelidikan baru yaitu : distribusi dari sikap,
kepercayaan, pendapat, dan preferensi individual; dan model-model proses belajar bermasyarkat. (social learning).
Wallas, dalam bukunya Human Nature In Politics, melihat bagaimana
pendekatan behavioural atau sikap dan pendapat terbentuk dari efek pembagian kerja terhadap kepribadian individual.
Yang kemudian hal ini menjadi psikologi sosial kehidupan modern.
dari model ekonomi menuju model psikologi bagi politik. Ia tertarik pada