• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi

Penelitian dilakukan di kabupaten Kampar provinsi Riau. Kabupaten Kampar merupakan salah satu kabupaten memiliki potensi pengembangan agribisnis di propinsi Riau, yang meliputi agribisnis tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan. Iklim dan kesuburan lahan di kabupaten Kampar relatif homogen. Heterogenitas dilihat dari petani dengan komoditi unggulan yang diusahakan. Komoditi unggulan pertanian yang diusahakan di kabupaten Kampar yaitu: perkebunan sawit, karet, tanaman pangan, peternakan dan perikanan air tawar. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani yang mengusahakan komoditi unggulan tersebut.

Sampel

Pengambilan sampel petani (responden penelitian) dilakukan dengan metode pengambilan sampel gugus bertahap (multistage cluster sampling). Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), dalam praktek sering dijumpai populasi yang letaknya sangat tersebar secara geografis, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan kerangka sampel (sampling frame). Hal ini dapat diatasi dengan mengelompokkan unit analisis ke dalam gugus-gugus (cluster) yang merupakan satuan-satuan dimana sampel akan diambil. Pengambilan sampel dilakukan melalui tahap tertentu. Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

(1) Pengambilanl Sampel Tahap I. Populasi adalah semua petani yang

mengusa-hakan komoditi unggulan perkebunan sawit, karet, tanaman pangan, peternakan dan perkebunan yang ada di kabupaten Kampar (20 kecamatan). Sampel tahap pertama dipilih secara acak dua kecamatan untuk setiap komoditi unggulan, yaitu kecamatan yang mewakili petani yang mengusaha-kan masing-masing perkebunan sawit, perkebunan karet, tanaman pangan, peternakan dan perikanan, sehingga diperoleh 10 kecamatan.

(2)

(2) Pengambilan Sampel Tahap II. Pada setiap kecamatan dari sampel pada

tahap pertama dipilih secara acak satu desa, sehingga diperoleh sampling kedua 10 desa.

(3) Pengambilan Sampel Tahap III. Pada setiap desa dari 10 desa pada sampel

kedua, ditetapkan secara quota 30 orang petani (petani dipilih secara acak), sehingga jumlah sampel ketiga (petani responden penelitian) adalah 300 orang. Daftar Kerangka Penarikan Sampel Penelitian disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Daftar Kerangka Penarikan Sampel Penelitian

Petani dengan Komoditi Unggulan BIP/Kecamatan Sampel (Sample Tahap I)

Desa Sampel (Sample Tahap II) Jumlah Petani (Sample Tahap III) 1 Kelapa Sawit

ƒ Tapung ƒ Muara Mahat Baru 30

ƒ Tapung Hulu ƒ Sinama Nenek 30

2 Karet ƒ Salo ƒ Siabu 30

ƒ XIII Koto Kampar ƒ Tanjung Alai 30 3 Tanaman Pangan ƒ Pulau Rambai 30 ƒ Kampar Timur ƒ Pulau 30 ƒ Bangkinang Seberang

4 Peternakan ƒ Bangkinang ƒ Ridan Permai 30

ƒ Tambang ƒ Padang Luas 30

5 Perikanan ƒ Bangkinang Barat ƒ Kuok 30

ƒ Kampar ƒ Padang Mutung 30

Jumlah 10 10 300

Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dalam rangka memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti, dalam penelitian ini dilakukan upaya menambahkan informasi kualitatif pada data kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian adalah individu. Responden penelitiannya adalah “petani.”

(3)

Penelitian ini digunakan untuk maksud penelitian penjelasan (expla-natory research), yaitu menjelaskan hubungan kausalitas antara

peubah-peubah melalui pengujian hipotesis. Model teoritis yang akan diuji dalam

pene-litian ini meliputi beberapa bentuk hubungan kausalitas antar peubah. Berbagai hubungan peubah tersebut terdiri dari enam peubah, yaitu:

(1) Karakteristik Petani (X ). 1

(2) Karakteristik Sistem Sosial (X2)

(3) Kompetensi Penyuluh Pertanian (X ) 3

(4) Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Memberdayakan Petani (X ) 4

(5) Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Petani Bergribisnis (Y ) 1

(6) Tingkat Kemandirian Petani (Y2).

Hubungan antar peubah dalam model teoritis disajikan pada Gambar 5.

Peubah “peningkatan pendapatan dan ketangguhan bisnis pertanian” yang diduga outcome dari proses pemberdayaan, tidak diteliti dan tidak diuji dalam model (secara statistik). Peubah tersebut digunakan untuk memberikan arah dari kerangka berpikir dan membatasi penelitian dalam ruang lingkup keberlanjutan agribisnis petani.

Pengambilan data di lapangan secara intensif berlangsung selama tujuh bulan, yaitu dari bulan April 2007 sampai dengan Desemberi 2007. Namun demikian, sampai dengan bulan Juli 2008 masih dilakukan cross-check data untuk konfirmasi hasil kuantitatif penelitian dengan informasi kualitatif.

Data dan Instrumentasi Data

Ditinjau berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data utama untuk mengukur peubah dan hubungan antar peubah dalam penelitian. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka dan dapat dianalisis dengan menggunakan metode statistik. Semua peubah dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif.

Data kualitatif merupakan data dalam bentuk teks, tulisan, phrases atau

simbol-simbol yang menjelaskan atau mempersentasikan orang, tindakan atau gejala sosial. Kecuali bagi keperluan studi analisis isi, peneliti kualitatif sangat jarang menggunakan analisis statistik (Neuman, 1994). Dalam penelitian ini, data kualitatif dikumpulkan untuk memperjelas atau mempertajam hasil/temuan

(4)

masing-masing peubah dan hasil analisis hubungan antar peubah tersebut. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam dengan key informan. Key informan dalam penelitian ini meliputi: petani, pengurus kelompok tani, penyuluh pertanian, Kepala Balai Informasi Penyuluhan, Kepala Kantor Informasi Penyuluhan dan Kepala Dinas terkait agribisnis petani.

Berdasarkan sumber data, data dalam penelitian ini dibedakan atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari sumbernya, yakni dari responden penelitian dan informan. Data sekunder yang sudah dikumpulkan atau diolah oleh lembaga atau instansi tertentu. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data tentang:

(a) Data lembaga pemerintah berkaitan dengan agribisnis petani (visi/misi lembaga penyuluhan dan dinas pertanian,sistem koordinasi, good will,

comitment dan open understanding, dsb) yang secara langsung/tidak langsung merupakan penyelenggara kegiatan pemberdayaan petani.

(b) Dukungan (political will dan comitment) dari Dinas Pertanian terkait dan Pemerintah Daerah terhadap upaya pemberdayaan petani.

(c) Data lokasi penelitian.

(d) Data lain yang menunjang tercapainya tujuan penelitian.

Instrumentasi

Menurut Sevilla (1988), paling tidak ada lima kriteria agar instrumen pe-ngumpulan data dikatakan baik, yaitu mencakup: (1) Kesahihan (validitas); (2) Ke-terandalan (reliabilitas); (3) Sensivisitas; (4) Obyektivitas, dan (5) Kelayakan (Fisibilitas).

Kesahihan (Validitas) Instrumen

Menurut Ancok (1987), suatu alat ukur dikatakan sahih atau valid apabila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat konsep yang sebenarnya ingin diukur. Menurut Sevilla (1988), kesahihan dalam penelitian adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau inti sebenarnya yang diukur. Menurut Renner (1962), dan Black dan Champion (1976), kesahihan menyangkut ketepatan dalam penggunaan alat ukur. Instrumen sebagai alat untuk pengumpulan data, harus dapat mengukur konsep yang hendak diukur. Ke-sahihan instrumen tersebut hendaknya, bersandar pada logika dan pembuktian statistik.

(5)

Menurut Downie dan Health (Black dan Champion, 1976) untuk menguji tingkat kesahihan instrumen penelitian ada tiga komponen yang harus dilakukan, yaitu: (1) Pengujian kesahihan konstruktif (constructive validity); (2) Pengujian kesahihan isi (content validity) dan (3) Pengujian kesahihan eksternal (external validity).

Pada instrumen penelitian dilakukan pengujian validitas instrumen dengan cara sebagai berikut:

(a) Validitas Isi (Content Validity).

Menunurut Singarimbun dan Effendi (1995), validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Sevilla et al., (1993) menyarankan dengan menggunakan prosedur dan tehnik antara lain: (1) Analisis dokumentasi atau pra survey, pada tahap ini menggunakan gagasan teoritis (theoretical constructs) yang langsung dihubungkan dengan tes yang direncanakan; (2) Konsultasi dengan para ahli atau pembimbing, dan (3) Penulisan soal.

(b) Validitas Konstruk (Construk Validity).

Sevilla et al., (1993), Black dan Champion (1999) mengatakan bahwa dalam validitas konstruk yang sangat penting adalah teori atau konsep yang mendukung tes. Validitas konstruk kadang-kadang disebut validitas konsep yang melibatkan penemuan korelasi positif antara beberapa variabel/konstruk yang menegaskan konsep. Menurut Kerlinger (2000), validitas konstruk terutama lebih menekankan pada teori, konstruk teoritis dan telaah empiris ilmiah yang meliputi pengujian relasi yang dihipotesiskan.

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), konstruk adalah kerangka teori dari suatu konsep. Jika peneliti ingin mengukur suatu konsep, ialah dengan mencari apa saja yang merupakan kerangka dari konsep tersebut. Tiga cara yang dipakai adalah: (1) Mencari definisi konsep melalui literatur; (2) Mendiskusikan konsep tersebut dengan ahli yang kompeten, dan (3) Menanyakan kepada calon responden.

Dalam penelitian ini, definisi peubah-peubah penelitian: Karakteristik sumberdaya petani, karakteristik sistem sosial, kompetensi penyuluh pertanian, kinerja pemberdayaan oleh penyuluh pertanian, tingkat pemenuhan kebutuhan petani beragribisnis dan tingkat kemandirian petani beragribisnis, validitas isi dan

(6)

validitas konstruk dilakukan dengan tehnik: mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur berdasarkan tinjauan literatur; mendiskusikan dengan dosen pembimbing (pembimbingan dan sidang komisi) dan menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur.

(2) Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Menurut Sevilla (1988), keterandalan atau reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran Pengujiannya dapat dilakukan secara (1) internal, yaitu pengujian dengan meng-analisis butir-butir pertanyaan yang ada; (2) eksternal, yaitu dengan melakukan test-retest.

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana seuatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan Bila suatu alat ukur (instrumen) dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dianggap reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas (keterandalan) menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.

Tabel 9. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Setiap Dimensi Peubah Penelitian

Koefisien

No Peubah dan Dimensi

Validitas Reliabilitas

1 Karakteristik Sistem Sosial (X2) 0,74 0,76

a. Nilai-nilai Sosial Budaya (X21) 0,70 0,74

b. Sistem Kelembagaan Petani (X22) 0,72 0,80

c. Akses Petani terhadap Tenaga Ahli, Kelembagaan

Penyuluhan dan Penelitian (X23) 0,78 0,81

d. Fasilitasi Agribisnis oleh Lembaga Pemerintah

(X24) 0,79 0.83

e. Akses Petani terhadap Kelembagaan Agribisnis

(X25) 0,75 0,79

(7)

Tabel 9. (lanjutan)

Koefisien

No Peubah dan Dimensi

Validitas Reliabilitas

2 Kompetensi Penyuluh Pertanian (X3) 0,73 0,75

a. Kompetensi Managerial (X31) 0,72 0,74

b. Kompetensi Komunikasi (X32) 0,71 0,80

c. Kompetensi Membelajarkan

Petani (X33) 0,68 0,81

d. Kompetensi Interaksi Soail(X34) 0,70 0.83

3 Kinerja Penyuluh Pertanian dalam

0,71 0,82

Memberdayakan Petani (X4)

0,72 0,85

a. Pengembangan Perilaku Inovatif Petani (X41)

0,75 0,84

b. Penguatan Tingkat Parrtisipasi Petani (X42)

0,78 0,83

c. Pengutan Kelembagaan Petani (X43) d. Penguatan Akses Petani terhadap Berbagai

0,76 0,80

) Sumberdaya (X44

0,75 0,79

e. Penguatan Kemampuan Petani Berjaringan (X45)

0,72 0,75

f. Kaderisasi (X46)

4. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan

Kapasitas Petani Beragribisnis (Y1) 0,72 0,81

0,70 0,86 a. Peningkatan Produktivitas (Y11) 0,71 0,83 b. Pemasaran (Y12) 0,69 0,86 c. Peningkatan Pendapatan (Y13) 0,72 0,85 d. Keamanan Usaha/Agribisnis (Y14) 0,71 0,82 e. Berkelompok (Y15) 0,69 0,84 f. Berjaringan (Y16)

g Peningkatan Prestasi/Kemajuan Usaha Agribisnis

(Y17) 0,73 0,79

5 Tingkat Kemandirian Petani Beragribisnis (Y ) 2 0,70 0,83

a. Kemandirian Intelektual (Y21) 0,71 0,87

b. Kemandirian Sikap Mental (Y22) 0,70 0,82

c. Kemandirian Manajemen (Y23) 0,71 0,84

d. Kemandirian Sosial (Y24) 0,70 0,82

e. Kemandirian Materil (Y25) 0,69 0,83

(8)

Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 12 for WINDOWS. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen disajikan pada Tabel 9 Hasil pe-ngujian validitas dan reliabilitas, semua instrumen layak digunakan. Hal ini dapat dijelaskan karena nilai koefisien validitas dan reliabilitas lebih besar dari nilai r tabel.

Pengukuran Peubah

Model teoritis yang akan diuji dalam penelitian ini meliputi beberapa bentuk hubungan antar peubah. Sub peubah dan indikator penelitian dari masing-masing peubah, disajikan berikut ini:

(1) Karakteristik Petani (X1)

Karakteristik petani adalah ciri-ciri yang melekat pada diri petani sebagai individu manusia. Sub Peubah dan parameter karakteristik petani dirinci pada Tabel 10.

Tabel 10. Peubah dan Indikator Karakteristik Petani (X ) 1 Peubah: KARAKTERISTIK SUMBERDAYA PETANI (X1)

Nama Peubah Indikator

X11 Umur Jumlah tahun hidup (sejak lahir) sampai

dengan wawancara dilakukan

X12 Pendidikan formal Jumlah tahun pendidikan formal yang pernah

diikuti

X13 Pendidikan non formal Frekwensi dan lama pendidikan non formal

(kursus/pelatihan) yang diikuti

Jumlah jenis sumber pengetahuan/informasi/ keterampilan/sikap positif yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari secara

X14 Pendidikan informal

informal (yang bersumber dari keluarga inti, kerabat/tetangga/teman petani, media cetak (koran, majalah, dsb.) dan media elektronik (radio, tv, dsb.)

X15 Pengalaman bisnis tani Jumlah tahun melakukan agribisnis

(2) Karakteristik Sistem Sosial (X ) 2

Selain karakteristik petani, sistem sosial adalah faktor yang harus diper-hatikan dalam melakukan upaya pemberdayaan dan diduga berpengaruh terhadap kemandirian petani. Sistem sosial adalah suatu set (satuan) kehidupan sosial yang

(9)

tersusun dari unsur-unsur yang satu sama lainnya saling berhubungan dan pengaruh mempengaruhi. Sistem sosial mengatur bagaimana hubungan diantara anggota-anggotanya, bagaimana status dan peranan masing-masing anggota, serta hak dan kewajibannya. Pemberdayaan bertujuan terjadinya perubahan positif petani dari sistem sosial. Dalam perubahannya itu ada faktor-faktor penghambat atau pendukung. Sub Peubah dan parameter dari peubah karakteristik sistem sosial, disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Peubah dan Indikator Karakteristik Sistem Sosial (X ) 2 Peubah: KARAKTERISTIK SISTEM SOSIAL (X2)

Nama Peubah Indikator

X21 Nilai-nilai Sosial a. Tingkat keinovatifan masyarakat untuk mencoba

teknologi/ide-ide baru yang yang diperkenalkan penyuluh atau diperoleh dari media.

Budaya

b. Tingkat keterbukaan masyarakat terhadap budaya luar c. Tingkat keuletan masyarakat dalam mencari nafkah.

d. Tingkat kegotong-royongan masyarakat dalam kegiatan pertanian dan pada aspek kehidupan lainnya.

e. Tingkat penghargaan masyarakat terhadap prestasi (need achievement)

a. Tingkat kesesuaian pembentukan kelembagaan dengan kebutuhan dan aspirasi anggota

X Sistem

Kelembagaan Petani

22

b. Tingkat keterbukaan pengelolaan kelembagaan petani c. Tingkat kesesuaian aturan dengan pelaksanaan dalam

kelembagaan

d. Tingkat keefektifan penegakan sanksi dalam kelembagaan e. Tingkat kemanfaatan kelembagaan bagi petani

X23 Akses terhadap

tenaga ahli, kelembagaan penyuluhan dan penelitian

a. Tingkat akses petani menemui dan meminta bantuan kepada penyuluh pertanian jika ada kesulitan.

b. Tingkat kemanfaatan kelembagaan penyuluhan (misal: Balai Informasi Penyuluhan, dsb) bagi petani.

c. Tingkat kemanfaatan lembaga penelitian (hasil penelitiannya) bagi petani.

X24 Fasilitasi

Agribisnis oleh Lembaga Pemerintah

a. Fasilitasi dinas-dinas terkait meningkatkan akses petani terhadap sarana produksi (bibi unggul, irigasi, alsintan, dsb.)

b. Fasilitasi dinas-dinas terkait meningkatkan akses petani terhadap permodalan.

c. Fasilitasi dinas-dinas terkait meningkatkan akses petani terhadap pemasaran hasil pertanian

d. Fasilitasi dinas-dinas terkait meningkatkan akses petani terhadap pengolahan hasi pertanian

(10)

Tabel 11 (lanjutan)

Nama Peubah Indikator

X24 Fasilitasi

Agribisnis oleh Lembaga Swasta

a. Fasilitasi lembaga swasta (perusahaan inti pada pola PIR)

meningkatkan akses petani terhadap sarana produksi (bibit unggul, irigasi, alsintan, dsb.)

b. Fasilitasi lembaga swasta (perusahaan inti pada pola PIR) meningkatkan akses petani terhadap permodalan.

c. Fasilitasi lembaga swasta (perusahaan inti pada pola PIR) meningkatkan akses petani terhadap pemasaran hasil pertanian h. Fasilitasi lembaga swasta (perusahaan inti pada pola PIR)

meningkatkan akses petani terhadap pengolahan hasil pertanian a. Tingkat perhatian dan dukungan pemimpin lokal memotivasi petani

mencari,memunculkan dan menyebarkan ide-ide/teknologi baru untuk kemajuan pertanian

X26 Kepemimpinan Lokal

b. Tingkat keaktifan pemimpin lokal memfasilitasi petani menjalin hubungan dengan pihak-pihak luar secara sinergis dan saling menguntungkan.

c. Tingkat kepedulian pemimpin lokal terhadap permasalahan petani d. Tingkat keterbukaan pemimpin lokal terhadap kritik untuk kemajuan

agribisnis petani.

e. Tingkat keterbukaan pemimpin lokal menampung aspirasi petani

(3) Kompetensi Penyuluh Pertanian (X ) 3

Kompetensi adalah kemampuan (kecakapan memadai) yang harus dimiliki oleh penyuluh pertanian sehingga yang bersangkutan dapat mewujudkan visi dan misi (tugas) pemberdayaan yang diamanahkan kepadanya.. Kompetensi tersebut kombinasi (cluster) pengetahuan, keterampilan dan aktivitas yang ditampilkan dalam suatu situasi kerja. Pada Tabel 12 disajikan sub peubah dan parameter kompetensi penyuluh pertanian.

(4) Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Memberdayakan Petani (X ) 4

Kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan adalah perilaku yang diperagakan secara aktual oleh penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas (misi) pemberdayaan yang diamanahkan kepadanya. Pemberdayaan adalah

(11)

Tabel 12. Peubah dan Indikator Kompetensi Penyuluh Pertanian (X3) Peubah: KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN (X3)

Nama Peubah Indikator

a. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian mengidentifikasi kebutuhan (need assement) petani sebelum merencanakan kegiatan

pemberdayaan. X31 Kompetensi

Managerial

b. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian melibatkan petani dalam menyusun program pemberdayaan.

c. Tingkat keaktifan penyuluh pertanian melaksanakan program (kegiatan) pemberdayaan petani.

d. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian melakukan evaluasi setiap kegiatan pemberdayaan

e. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian memberi contoh mengelola waktu dan dana secara baik

X Kompetensi Komunikasi

a. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian berkomunikasi dengan efektif (mudah dimengerti dan diikuti petani)

32

b. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian menjalin relasi (hubungan) dengan petani atau pihak terkait agribisnis petani.

c. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian bernegosiasi dengan pihak lain untuk kepentingan petani.

d. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian menggunakan berbagai media komunikasi dalam kegiatan pemberdayaan.

X Kompetensi Pembelajaran Petani

a. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian memotivasi/ mengembangkan kemauan belajar petani.

33

b. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian membelajarkan petani sesuai dengan kemampuan diri (pengetahuan, sikap dan keterampilan) petani

d. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian membelajarkan petani berdasarkan potensi sumberdaya yang dimiliki petani dan lingkungan (lahan, iklim, kearifan lokal).

d. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian menggunakan berbagai metode belajar yang efisien dan efektif

e. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian belajar bersama petani, untuk memperoleh kemanfaatan bersama.

f. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian memotivasi petani untuk belajar sesuatu dan membelajarkannya kepada petani lain pada setiap kesempatan

X34 Kompetensi

Interaksi Sosial

a. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian menyesuaikan diri dengan budaya setempat

b. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian selalu membelajarkan petani berdasarkan kemampuannya.

c. Tingkat kemampuan penyuluh pertanian mengidentifikasi dan memanfaatkan kelompok penekan untuk kesejahteraan masyarakat secara bermartabat (adil dan beradab).

(12)

upaya yang dilakukan dalam memberikan daya (kapasitas) kepada petani agar mampu mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki, mampu menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi (khususnya berkaitan dengan agribisnis), sehingga mereka mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam menjalankan dan meningkatkan agribisnis untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Kinerja penyuluh pertanian diukur berdasarkan persepsi petani terhadap perilaku aktual yang dilakukan penyuluh pertanian dalam memenuhi kebutuhan pengembangan kapasitas petani. Ber-dasarkan kajian deduktif, kinerja penyuluh pertanian ini dioperasionalkan dalam bentuk sub peubah (aspek kinerja) dan parameter disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Peubah dan Parameter Kinerja Penyuluh Pertanian Memberdayakan Petani (X ). 4

Peubah: KINERJA PENYULUH PERTANIAN (X4)

Nama Peubah Indikator

a. Tingkat aktulisasi (perilaku aktual yang ditampilkan) penyuluh pertanian meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik dalam beragribisnis kepada petani

X Pengembang-an Perilaku Inovatif Petani

41

b. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian menyadarkan petani akan potensi diri, sumberdaya dan peluang yang dimiliki

c. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian meningkatkan motivasi, sikap kerja keras/ketekunan petani dalam beragribisnis

d. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian meningkatkan adopsi inovasi petani.

e. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian meningkatkan/ memunculkan keinginan petani untuk maju dan mandiri

a. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian memfasilitasi petani dalam mengidentifikasi kebutuhan. X Penguatan Tingkat Partisipasi Petani 42

b. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian dalam meningkatkan tingkat partisipasi petani dalam proses perencanaan kegiatan/ program penyuluhan

c. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian dalam meningkatkan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan kegiatan.

d. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian dalam meningkatkan tingkat partisipasi petani dalam mengevaluasi kegiatan/program.

e. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian menjadikan etani berpartisipasi sampai pada tingkat “petani mau, mampu dan berkesempatan untuk berubah”

(13)

Tabel 13 (lanjutan)

Peubah: KINERJA PENYULUH PERTANIAN (X4)

Nama Peubah Indikator

a. Tingkat kepuasan petani terhadap upaya penyuluh pertanian memanfaatkan potensi kelembagaan yang berasal dan berakar kuat dalam masyarakat.

X Penguatan Kelemba-gaan Petani

43

b. Tingkat kepuasan petani terhadap upaya penyuluh pertanian memotivasi kerjasama dan meningkatkan dinamika kelompok c. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian membantu /memfasilitasi

penyelesaian masalah yang terjadi dalam kelompok

d Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian membantu /memfasilitasi, memotivasi kelompok maju dan berprestasi.

e Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian membantu /memfasilitasi atau menumbuhkan dan membangun kerjasama kelompok petani dengan lembaga pemasaran

f Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian menumbuhkan dan membangun kerjasama kelompok petani dengan lembaga pengolah hasil pertanian. g Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian membantu /memfasilitasi/

menumbuhkan dan membangun kerjasama kelompok petani dalam memperkuat permodalan sendiri’

X44 Penguatan Akses Petani terhadap Berbagai Sumberdaya

a. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian membantu

/memfasilitasi/memotivasi petani senantiasa mencari informasi untuk kemajuan agribisnisnya.

b. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian membantu /memfasilitasi

petani untuk mengusai informasi

c. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian memotivasi, memfasilitasi petani akses terhadap sarana produksi (benih, pupuk,alsintan, obat-abatan) yang berkualitas dan ramah lingkungan.

d. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian memotivasi, memfasilitasi petani akses terhahadap modal.

e. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian memotivasi, memfasiltasi

petani untuk akses terhadap pasar. f. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian

memotivasi, memfasiltasi petani akses terhadap pngolahan hasil pertanian

X45 Penguatan

Kemampuan a. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian memotivasi petani untuk melakukan kerjasama antar kelompok tani Petani

Berjaringan b. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian memfasilitasi (membantu

terwujudnya) kerjasama antar kelompok tani

c. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian mendampingi petani memgembangkan kerjasama dengan sesama kelompok tani. d. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian memotivasi kerjasama

kelompok tani dengan lembaga agribisnis terkait (lembaga penyedia saprodi, lembaga pemasaran, lembaga pengolahan hasil, lembaga permodalan, dsb.)

(14)

Tabel 13 (lanjutan)

Nama Peubah Indikator

d. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian mendampingi petani X45 Penguatan

Kemampuan memgembangkan kerjasama sinergis kelompok tani dengan lembaga agribisnis terkait

Petani Berjaringan

X Kaderisasi a. Tingkat aktulisasi penyuluh pertanian memotivasi, memfasilitasi petani untuk menjadi kader

46

b. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian membangun kemampuan petani untuk menjadi kader

c. Tingkat aktualisasi penyuluh pertanian mendampingi kader jika menemui kesulitan dalam menyelesaikan masalah petani.

(5) Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Petani Beragribisnis (Y1)

Pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah terpenuhinya kebutuhan untuk mengembangkan kapasitas petani (pemenuhan kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen) agar petani memiliki kemandirian beragribisnis dalam rangka better farming, better busines, friendly environments dan better living. Indikator dan parameter dari tingkat pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis disajikan pada tabel 14.

Tabel 14. Sub Peubah dan Parameter PengukuranTingkat Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Petani Beragribisnis (Y ) 1 Peubah: Tingkat Pemenuhan Kebutuhan pengembangan Kapasitas Petani Beragribisnis (Y1)

Nama Peubah Indikator

Y Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Produktivitas Beragribisnis

a. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani untuk penggunaan sarana produksi yang berkualitas dan ramah lingkungan

11

b. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani agar mampu memupuk modal c. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan,

motivasi dan komitmen petani menggunakan teknologi yang efektif dan efisien spesifik lokasi

d. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani untuk mampu berproduksi yang lebih menguntungkan secara tehnis, ekonomis, sosial dan lingkungan.

(15)

Tabel 14 (lanjutan)

Nama Peubah Indikator

Y Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Pemasaran

a. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani dalam pemasaran hasil pertanian dan mampu meningkatkan “bargaining positin”

12

b. Tingkat terpenuhinya kebutuhan petani untuk akses informasi harga hasil pertanian.

c. Tingkat terpenuhinya kebutuhan petani untuk akses informasi saluran pemasaran yang menguntungkan.

Y13 Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Keamanan usaha/agribisnis petani

a. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman dan hewan bagi petani.

b. Tingkat terpenuhinya kebutuhan petani untuk akses informasi prakiraan cuaca/iklim bagi petani.

c. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen penanganan pasca panen yang lebih baik

Y Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Berkelompok

a. Tingkat terpenuhi kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani mampu bekerjasama, menyelesaikan masalah bersama dalam kelompok petani.

14

b. Tingkat terpenuhi kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani untuk mampu mencapai tujuan bersama kelompok petani.

c. Tingkat terpenuhi kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani untuk menggalang meningkatkan kekuatan bersama meningkatkan daya tawar menawar (bargaining position) atau kekuatan bersama melalui kelompok bagi petani.

d. Tingkat terpenuhi kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani untuk menyalurkan aspirasi bagi petani. Y Pemenuhan

Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Berjaringan

a. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani dan kelompoknya menjalin kerjasama secara sinergis antar kelompok tani

15

b. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani dan kelompoknya menjalin kerjasama dengan lembaga saprodi

c. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani dan kelompoknya menjalin kerjasama dengan lembaga permodalan

d. Tingkat terpenuhinya pengetahuan, keterampilan motivasi dan komitmen petani dan kelompoknya menjalin kerjasama dengan lembaga pemasaran

e. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani dan kelompoknya menjalin kerjasama dengan lembaga pengolahan hasil pertanian

(16)

Tabel 14 (lanjutan)

Indikator

Nama Peubah

a. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani untuk lebih berprestasi (mengembangkan usaha) dalam agribisnis pertanian

Y Pemenuhan Kebutuhan Pengembang-an Kapasitas Berprestasi/ Kemajuan Usaha 16

b. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani untuk mandiri (tidak ketergantungan pada orang lain).

c. Tingkat terpenuhinya kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan komitmen petani untuk menngembangkan inovasi yang spesifik lokasi

(4) Tingkat Kemandirian Petani (Y2)

Kemandirian petani adalah adalah perwujudan kemampuan (perilaku aktual yang ditampilkan) petani untuk memanfaatkan segala potensi dirinya dalam menjalankan agribisnis sesuai kehendak sendiri (merdeka) dan diyakini man-faatnya, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan kajian deduksi, indikator dan parameter kemandirian petani ini disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Peubah dan Parameter Tingkat Kemandirian Petani (Y2) Peubah: Tingkat Kemandirian Petani (Y2)

Nama Peubah Indikator

a. Tingkat kemampuan memanfaatkan sumberdaya lahan secara maksimal

Y11 Kemandirian

Intelektual

b. Tingkat kemampuan memanfaatkan waktu yang dimiliki untuk kegiatan produktif agribisnis

c. Tingkat kemampuan petani membuat keputusan

“rasional”(misal: Memilih komoditi yang menguntungkan dan berorientasi pasar, tidak ikut-ikutan teman).

d. Tingkat kemampuan petani menyelesaikan masalah

e. Tingkat kemampuan petani berkreatifitas dan mengembangkan aspirasi dalam bisnis petani (misal: Menerapkan integrated farming system)

f. Tingkat kemampuan petani aktif mencari, menemukan, mengadopsi dan menyebarkan ide/teknologi baru

Y12 Kemandirian a. Tingkat kemampuan senantiasa memupuk iman dan tagwa (misal:

mengsyukuri nikmat dan sabar, tawakkal dalam menghadapi musibah)

Sikap Mental

b. Tingkat keuletan dalam bekerja

c. Tingkat kemampuan menerima pembaharuan (inovatif ) dalam beragribisnis

(17)

Tabel 15 (lanjutan)

Nama Peubah Indikator

Y12 Kemandirian

d. Tingkat kemampuan mengambil resiko dalam pengembangan usaha. Sikap Mental

(sambungan) e. Tingkat kemampuan petani percaya diri dalam berinteraksi terhadap pihak lain.

Y Kemandirian a. Tingkat kemampuan mengambil keputusan secara “mandiri” tanpa tergantung pihak lain.

13

Manajemen

n berkomunikasi secara konvergen/relasional dengan berbagai pihak. b. Tingkat kemampuan membuat perencanaan dalam setiap kegiatan

agribisbisnisnya.

c. Tingkat kemampuan melaksanakan kegiatan agribisnis sesuai dengan yang direncanakan.

d. Tingkat kemampuan mengevaluasi (menilai keberhasilan kegiatan) agribisnisnya.

e. Tingkat kemampuan memiliki semangat untuk menghasilkan produksi yang bermutu dan mampu bersaing di pasar.

Y Kemandirian Sosial

a. Tingkat kemampuan berinteraksi secara egaliter dengan lingkungan sekitarnya

14

b. Tingkat kemampuan melakukan kerjasama sinergi dalam kelompok c Tingkat kemampuan menjalin kerjasama sinergis antar kelompok tani. d. Tingkat kemampuan menjalin jaringan kerjasama kemitraan dengan

kelembagaan saprodi, permodalan, kelembagaan pemasaran dan kelembagaan lainnya yang berkaitan dengan agribisnis.

Y Kemandirian a. Tingkat kemampuan menggunakan saprodi yang berkualitas untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

15

Material

b. Tingkat kemampuan menyisihkan sebagian pendapatan agribisnisnya untuk pengembangan usahanya..

c. Tingkat keberhasilan melakukan investasi untuk pengembangan diri dan keluarga (misal: investasi untuk mengikuti pelatihan, pendidikan anak,dsb.).

d. Tingkat kemampuan memperoleh modal usaha. Y Kemandirian

Pembinaan Diri

a. Tingkat kemampuan memanfaatkan sumber informasi dari berbagai media untuk kepentingan agribisnisnya.

16

b. Tingkat kemampuan memanfaatkan tenaga pemberdayaan (penyuluh, pendamping, dsb.)

c. Tingkat kemampuani memanfaatkan peluang-peluang pelatihan d. Tingkat kemampuan berbagi pengetahuan dengan orang lain.

(18)

Menurut Kerlinger (2003), pengukuran adalah penetapan atau pemberian nilai atau angka-angka pada suatu peubah, objek atau kejadian-kejadian menurut aturan tertentu, sehingga dapat dihubungkan antara konsep-konsep abstrak dengan realitas. Menurut Neuman (1994), dalam penelitian sosial, proses pengukuran re-latif lebih sulit dari ilmu esakta. Konsep-konsep yang ditelaah dalam penelitian sosial mengenai fenomena sosial yang lebih abstrak.

Mengacu kepada berbagai pemikiran (Kerlinger, 2003; Neuman, 1994 dan Effendi, 1989), dalam penelitian ini untuk mengukur peubah diterapkan prinsip isomorfisme atau persamaan bentuk. Artinya, diupayakan terdapat kesamaan yang dekat antara realitas sosial diteliti dengan “nilai” yang diperoleh dari pengukuran. Tujuan tersebut dicapai dengan cara meneliti literatur sebanyak mungkin yang membicarakan konsep dan membuat definisi dari konsep. Konsep ini masih merupakan variabel laten (construct). Setelah tersusun sub peubah (indikator) penyusun konsep, kemudian dari masing-masing sub peubah ditentukan indikan-indikan sub peubah. Indikan-indikan-indikan inilah yang diamati dalam penelitian dan dianggap sebagai “realitas” dari konsep dan yang diukur dalam penelitian. Indikator ini dibuat menjadi sebuah pernyataan yang mudah dipahami oleh petani (parameter) yang akan dipersepsikan oleh petani sesuai kenyataan di lapangan dan yang akan diukur.

Tingkat pengukuran yang digunakan adalah menggunakan ukuran

“ordi-nal”. Setelah pertanyaan-pertanyaan dibuat untuk masing-masing indikan

diten-tukan skor. Agar informasi dapat mengukur lebih tepat dan lengkap dari setiap indikan, digunakan jenjang (range) yaitu: 1, 2, 3, dan 4. Cara pengukuran adalah dengan menghadapkan responden dengan “pernyataan” yang telah disusun dan diminta untuk memberikan persepsi pada setiap pernyataan, yaitu: (1) “Sangat Tidak Setuju,” (2) “Tidak Setuju,” (3) “Setuju,” dan (4) “Sangat Setuju” Skor ini dijumlahkan untuk mendapatkan skor gabungan untuk setiap sub peubah.

Dalam melakukan analisis, dibutuhkan data-data (hasil pengukuran) yang dapat diolah sehingga menghasilkan informasi yang dimengerti, bermanfaat dan sesuai dengan tujuan penelitian. Pada peneltitian diperoleh data mentah (raw data) yang belum sesuai dengan asumsi atau tipe analisis. Untuk keperluan itu, dilakukan transfomasi data.

(19)

Transformasi data dalam penelitian ini (sesuai dengan yang dilakukan Soemardjo,1999) digunakan untuk menghitung nilai keragaman yang muncul atau terjadi dalam setiap peubah penelitian, terutama variabel yang berskala ordinal. Melalui transformasi skala yang semula ordinal dirubah menjadi skala interval atau bahkan skala rasio sehingga layak diuji dengan menggunakan uji statistik

Melalui proses transformasi setiap indikator memiliki nilai 0 – 100, Nilai indek terkecil diberikan untuk jumlah skor terendah dan nilai 100 untuk skor tertinggi. Angka di belakang koma dibulatkan sesuai dengan ketentuan pem-bulatan matematik yang berlaku dalam penggunaan komputer. Rumus umum transformasi yang digunakan dalam penelitian inimengikuti Li (1975) yang digunakan Sumardjo (1999), adalah:

(a) Transformasi indek sub variabel:

Jumlah Skor yang dicapai – Jumlah skor minimum yang diharapkan x 100 Jumlah skor maksimum yang diharapkan – jumlah skor minimum yang diharapkan

(b) Transformasi indek variabel:

Jumlah Skor yang dicapai – Jumlah skor minimum yang diharapkan x 100 Jumlah skor maksimum yang diharapkan – jumlah skor minimum yang diharapkan

Keterangan: selang nilai indeks transformasi peubah adalah 0 – 100

Nilai indeks transformasi minimum dicapai apabila semua parameter setiap indikator setelah diukur menunjukkan angka 1, sedangkan nilai maksimum 4. Dengan menggunakan pengukuran ini, maka sebaran data yang merupakan skala interval berkisar antara nilai 0 sampai 100. Pengelompokan kategori menggunakan 4 tingkatan, yaitu:

(a) : 0 - ≤ 49 = sangat rendah (b) : 50 -≤ 69 = rendah

(c) : 70 -≤ 85 = tinggi

(d) : 85 – ≤ 100 = sangat tinggi

Pengumpulan Data

Data primer kuantitatif dikumpulkan melalui waawancara berdasarkan kuesioner terstruktur. Data primer kualitatif dikumpulkan berdasarkan kuesioner (pertanyaan terbuka), indept interview kepada beberapa responden dan diskusi

(20)

dengan berbagai nara sumber serta pengamatan partisipasipatif Selain responden petani, untuk memperoleh data primer kualitatif digunakan informan. Tehnik penentuan informan dilakukan dengan tehnik bola salju bergulir (snow balling).

Analisis Data

Pada analisis data dilakukan dua tahapan kegiatan, yaitu: (1) Eksplorasi data dan (2) Pengujian hipotesis. Eksplorasi data dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai data yang diperoleh. Pengujian hipotesis dilakukan dengan statistik inferensial. Analisis statistik bersumber dari: Agresti dan Finlay (1999) dan Johnson, et al. (2002). Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 12 for WINDOWS. Pengujian hipotesis dijlakukan melalui tahapan berikut ini:

(1) Analisis Korelasi Pearson.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara sub variabel dan variabel bebas terhadap sub variabel dan variabel terikat yang berskala interval (parametrik). Semua sub variabel dan variabel dalam penelitian ini menggunakan data yang berskala interval (setelah ditransformasikan dari data yang sebelumnya ordinal). Sesuai dengan model hubungan hipotesis, sub variabel dan variabel yang menunjukkan keeratan hubungan yang signifikan, dilanjutkan ke analisis regresi ganda. Pada analisis data ini, ditetapkan signifikansi 1 persen; 5 persen dan 10 persen. Korelasi Pearson product moment, menggunakan rumus:

( )

(

)

xy

∑ ∑

x y rxy = n

( )

{

n

x2−

x2

}

{

n

y2−

( )

y 2

}

Keterangan: r = koefisien korelasi n = banyaknya kasus x = variabel bebas y = variabel terikat

(2) Analisis Regresi Ganda.

Analisis regresi ganda digunakan untuk mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan oleh persamaan yang bersifat linier, yang melibatkan dua variabel bebas atau lebih. Pengaruh antara masing-masing varibel bebas terhadap

(21)

Y = β ο + β1 X1 + ….. + βk X + k ε

Keterangan: Y = variabel terikat o β = intersep k β β1.. = koefisien regresi ε = error

Besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat, digunakan

2

Koefisien Determinasi (KD). KD = r x 100 %, r = Koefisien Korelasi

(3) Analisis Jalur

Menguji pengaruh langsung dan tak langsung dari variabel bebas terhadap

variabel terikat digunakan Path Analysis (analisis jalur). Menurut Kerlinger (2000), Path Analysis adalah suatu bentuk terapan dari analisis multiregresi. Diagram jalur digunakan untuk membantu konseptualisasi masalah atau menguji hipotesis yang kompleks.

Melalui analisis jalur, dapat dihitung besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Besarnya pengaruh tersebut disebut koefisien jalur, yang sesungguhnya adalah koefisien regresi yang telah dibakukan (beta). Besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung, dapat digunakan untuk menentukan pengaruh total, sehingga memungkinkan peneliti untuk mempelajari besarnya peranan tiap komponen dalam sistem atau model kausal yang dirumuskan. Berikut ini dijelaskan cara perhitungannya:

cy1 c32 c31 cy2 cy3 c21 X1 X2 Y X3 Keterangan: Pengaruh X1 terhadap Y - Pengaruh langsung: X1 – Y1 = cy1 - Pengaruh tidak langsung: X1 – X2 – Y = c c21 y2 X1 – X – Y = c3 31 cy3 X1 – X2– X – Y = c3 21 c32cy3

-

Pengaruh total = cy1 + c21 cy2 + c31 cy3 + c21 c32cy3

(22)

Diagram Jalur secara Konseptual dari penelitian ini disajikan pada Gambar 7. X1

X3

X2

X4 Y1 Y2

Gambar 7. Pengaruh antar Variabel secara Konseptual pada Penelitian Pemberdayaan Petani untuk Pemenuhan Kebutuhan

Pengembangan Kapasitas dan Kemandirian petani

Beragribisnis (Kasus di Kabupaten Kampar Provinsi Riau) Persamaam strukturalnya, berdasarkan pengujian hipotesis:

(1) Hipotesis 1, X = 4 β*x4x X1 1 +β*x x4 2 X2 + β*x x4 3 X + ε3 (2) Hipotesis 2, Y1 =β *y x X1 1 1 +β* y x X1 1 2 +β* y x1 3 X31 + β* y1x X + 4 4 ε β (3) Hipotesis 3, Y2 = β *y x X2 1 1 + * y2 x X1 1 2 + β *y y Y +ε2 1 1 β (4) Hipotesis 4, Y = 1 β *y x1 41 X41 +………+ * y x1 46 X46 ε (5) Hipotesis 5, Y2 = β *y y2 11 Y11 +………+ β *y y2 17 Y17+ε Keterangan: X = karakteristik petani 1

X2 = karakteristik sistem sosial X3 = kompetensi penyuluh pertanian

= kinerja penyuluh pertanian memberdayakan petani X4

X41... X46 = aspek-aspek dari kinerja penyuluh dalam memberdayakan petani

Y1 = pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis Y11… Y17 = aspek-aspek dari pemenuhan kebutuhan pengembangan kapaitas

petani beragribisnis

= kemandirian petani beragribisnis Y2

* = koefisien lintas (path)

β

Gambar

Tabel 8.  Daftar Kerangka Penarikan Sampel Penelitian
Tabel  11. Peubah dan Indikator Karakteristik Sistem Sosial (X )  2
Tabel 12. Peubah dan Indikator Kompetensi Penyuluh Pertanian (X 3 )
Tabel 14 (lanjutan)  Indikator Nama Peubah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kembalinya seorang mantan narapidana anak ke Lembaga Pemasyarakatan Anak atau yang dapat disebut sebagai residivis merupakan salah satu dampak dari adanya

Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan model layanan perpustakaan di bagian front office, penyusunan skenario dan analisa cost benefit terhadap skenario dengan

Analisis 15 komponen asam amino ikan Layang Deles (Decapterus makrosoma) segar dan hasil olahan inmana yang dihidrolisis secara basa, dilakukan dengan menggunakan

digunakan Penulis adalah data jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke.. Sumatera Utara melalui pintu masuk bandar udara Polonia Medan,

Media teka teki silang atau tebak kata, tidak hanya dapat digunakan saat pelajaran bahasa Arab berlangsung di kelas namun dapat dikerjakan secara mandiri oleh peserta

Dengan menentukan nilai rata-rata pada tiap kriteria dan bobot yang bergantung pada kepentingan maka hasil penilaian kualitas perangkat lunak yang diperoleh dari 48

Komponen margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang keuntungan (profit) lembaga

Bahwa Ketua Pengadilan Negeri Tasikmalaya dalam menentukan limit telah menggunakan jasa penilai yang independen yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor :