• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan Terhadap Program Peningkatan Pendapatan ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan Terhadap Program Peningkatan Pendapatan ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN DAN PERSEPSI NELAYAN TERHADAP

PROGRAM PENINGKATAN PENDAPATAN

(Studi Kasus: Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

OLEH : R. GOSYEN C. H

100304084 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN DAN PERSEPSI NELAYAN TERHADAP

PROGRAM PENINGKATAN PENDAPATAN

(Studi Kasus: Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

OLEH : R. GOSYEN C. H

100304084 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melakukan Penelitian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

JUDUL SKRIPSI :ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI

PENDAPATAN DAN PERSEPSI

NELAYAN TERHADAP

PROGRAM PENINGKATAN

PENDAPTAN

(Studi Kasus: Desa Jaring Halus Kec. Secanggang Kab. Langkat)

NAMA MAHASISWA : R. GOSYEN C. H NOMOR POKOK : 100304084

PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr.Ir. Tavi Supriana, MS) (Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) NIP. 19641102 198903 2 001 NIP:195411111981031001

Mengetahui : Program Studi Agribisnis

Ketua

(4)

ABSTRAK

R. GOSYEN C. H (100304084) dengan judul skripsi “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN PERSEPSI NELAYAN TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN PENDAPATAN ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang,

Kabupaten Langkat)” yang dilakukan pada Bulan November s.d. Desember 2014 dan dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si.

Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dan binatang air lainnya. Pada umumnya nelayan memiliki pendapatan rendah. Untuk meningkatkan pendapatan nelayan, pemerintah membuat beberapa program. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal kerja, pengalaman, jam kerja dan teknologi terhadap pendapatan nelayan, mengetahui progam-program peningkatan pendapatan yang dilakukan pemerintah di daerah penelitian, menganalisis persepsi nelayan terhadap program peningkatan yang dilakukan pemerintah. Daerah penelitian ditentukan secara purposive random sampling yaitu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Penarikan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling, yaitu sampel diambil sebanyak 50 sampel, yang terdiri atas 40 sampel yang tidak dapat program dan 10 sampel yang dapat program. Metode analisis yag digunakan adalah analisis deskriptif, analisis skala likert, dan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel modal dan pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan, sedangkan variabel tenaga kerja dan harga jual tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Program peningkatan pendapatan yang ada di Desa Jaring Halus adalah Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Tangkap. Dari total persepsi nelayan sampel terhadap program bantuan dari pemerintah bisa diambil kesimpulan bahwa persepsi nelayan terhadap program PUMP adalah negatif.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 29 September 1992 dari Ayahanda Yasmawit Haloho dan Ibunda Tiomsi Siagian. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut.

1. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Haranggaol dan tamat tahun 2004.

2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta GKPS 6 Haranggaol dan tamat tahun 2007.

3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Raya dan tamat tahun 2010.

4. Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Sumatera Utara, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

5. Bulan Agustus 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bengabing, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai ketua komisi pembimbing. 2. Ibu Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

3. Ibu Dr.Ir. Salmiah,MS selaku ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis,M.Ec selaku sekretaris Program studi Agribisnis FP USU

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Khususnya dan di Fakultas Pertanian USU secara umumnya

5. Rekan-rekan seperjuangan di Program Studi agribisnis atas bantuan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini

6. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moril, materi dan doa kepada penulis

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2015

(7)

DAFTAR ISI

2.3Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan ... 12

2.4Program Bantuan Pemerintah ... 16

2.5Penelitian Terdahulu... 18

2.6Kerangka Pemikiran ... 19

2.7Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian... 23

3.2Metode Pengambilan Sampel ... 23

3.3Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4Metode Analisis Data ... 24

3.5Defenisi dan Batasan Operasional ... 28

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1Luas dan Letak Geografis Desa Jaring Halus ... 31

4.2Keadaan Penduduk ... 33

(8)

5.1 Deskripsi Variabel Penelitian... 39 5.2 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal Kerja, Tenaga

Kerja, Harga Jual, dan Pengalaman Terhadap Pendapatan Nelayan ... 40 5.3 Program Pemerintah yang ada di Desa Jaring Halus... 46 5.3 Persepsi Nelayan Terhadap Program... 47 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

(9)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Hal

1.1 Jumlah Miskin di Kabupaten Langkat, 204-2012 4 1.2 Perkembangan Produksi Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Langkat Tahun 2005-2006

4.3 Luas dan jenis Penggunaan lahan di desa Jaring Halus 39 4.4 Sarana dan prasarana di Desa Jaring Halus 2013 40 4.5 Kondisi Lantai Rumah Nelayan di Desa Jaring Halus 43 4.6 Kondisi dinding Rumah Nelayan di Desa Jaring Halus 44 4.7 Kondisi atap Rumah Nelayan di Desa Jaring Halus 44 4.8 Kondisi tempat membuang kotoran/tinja Nelayan di Desa

Jaring Halus

45

4.9 Karakteristik Nelayan yang Tidak Mendapat Program BLM PUMP

44

4.10 Persepsi Nelayan yang Mendapat Program PUMP 45

5.1 Deskripsi Variabel Penelitian 49

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

1 Karakteristik Nelayan yang Tidak Mendapat Program PUMP 2 Karakteristk nelayan yang Mendapat Program PUMP

3 Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel yang Tidak Mendapatkan Program PUMP

4 Skor Sikap Nelayan yang Tidak Mendapat Program PUMP. 5 Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel yang Mendapat

Program PUMP

6 Skor Sikap Nelayan yang Mendapatkan Program Pump 7 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal, Pengalaman,

(11)

DAFTAR GAMBAR No.

Gambar

Judul Halaman

1 Kerangka Pemikiran 25

(12)

ABSTRAK

R. GOSYEN C. H (100304084) dengan judul skripsi “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN PERSEPSI NELAYAN TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN PENDAPATAN ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang,

Kabupaten Langkat)” yang dilakukan pada Bulan November s.d. Desember 2014 dan dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si.

Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dan binatang air lainnya. Pada umumnya nelayan memiliki pendapatan rendah. Untuk meningkatkan pendapatan nelayan, pemerintah membuat beberapa program. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal kerja, pengalaman, jam kerja dan teknologi terhadap pendapatan nelayan, mengetahui progam-program peningkatan pendapatan yang dilakukan pemerintah di daerah penelitian, menganalisis persepsi nelayan terhadap program peningkatan yang dilakukan pemerintah. Daerah penelitian ditentukan secara purposive random sampling yaitu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Penarikan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling, yaitu sampel diambil sebanyak 50 sampel, yang terdiri atas 40 sampel yang tidak dapat program dan 10 sampel yang dapat program. Metode analisis yag digunakan adalah analisis deskriptif, analisis skala likert, dan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel modal dan pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan, sedangkan variabel tenaga kerja dan harga jual tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Program peningkatan pendapatan yang ada di Desa Jaring Halus adalah Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Tangkap. Dari total persepsi nelayan sampel terhadap program bantuan dari pemerintah bisa diambil kesimpulan bahwa persepsi nelayan terhadap program PUMP adalah negatif.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara geografis Indonesia membentang dari 60° LU sampai 110° LS dan 920° sampai 1420° BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya sekitar 17.504 pulau. Luas wilayah laut 5,4 juta km², mendominasi total luas territorial Indonesia sebesar 7,1 juta km², dengan panjang garis pantai 95.161 km, terpanjang keempat di dunia setelah Amerika, Kanada, dan Rusia. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar (KKP, 2014).

Dengan jumlah pulau sekitar 17.504 dan garis pantai sepanjang 95.161 km, Indonesia memiliki kawasan pesisir yang sangat potensial untuk berbagai opsi pembangunan. Pembangunan kawasan pesisir kebanyakan diperuntukan bagi desa-desa untuk para nelayan dikawasan pesisir atau lebih dikenal dengan desa nelayan.

(14)

merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Kecamatan Secanggang merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai jumlah nelayan terbesar di Kabupaten Langkat. Kondisi tersebut dikarenakan Kecamatan Secanggang berada di daerah pesisir pantai.

Tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Banyaknya tangkapan tercermin pula besar pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga. Dengan demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga atau kebutuhan fisik minimum sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterima (Sujarno, 2008).

Menurut data Badan Pusat Statistik jumlah nelayan miskin di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari total penduduk miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang. Jumlah 7,87 juta orang tersebut berasal dari sekitar 10.600 desa nelayan miskin yang terdapat di kawasan pesisir di berbagai daerah di tanah air. Kemiskinan dan ketergantungan terhadap sumberdaya pesisir dan laut, seringkali mengakibatkan masyarakat melakukan kegiatan yang menurunkan kualitas sumberdaya, seperti: penebangan mangrove (untuk kayu bakar dan dijual), penangkapan ikan dengan merusak ekosistem (BPS, 2011).

(15)

bahkan masih ada yang tidak layak huni. Kalaupun ada beberapa rumah yang menonjolkan tanda-tanda kemakmuran (misalnya rumah yang megah dan berantena parabola), rumah-rumah tersebut umumnya dipunyai pemilik kapal, pemodal, atau rentenir yang jumlahnya tidak signifikan dan sumbangannya kepada kesejahteraan komunitas sangat tergantung pada individu yang bersangkutan (Basri, 2007).

Pemerintah seharusnya juga berperan penting dalam menanggulangi permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan pesisir Dampak dari ketidakseriusan pemerintah dalam mengembangkan perikanan Indonesia juga berakibat terhadap nelayan Kabupaten Langkat khususnya Desa Jaring Halus. Nelayan Desa Jaring Halus masih banyak yang mengalami kesulitan dalam peralatan dan perlengkapan melaut, hal ini berdampak terhadap nelayan dalam memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Jika pemerintah dapat lebih peduli terhadap kekurangan yang dialami oleh para nelayan di daerah tersebut maka jumlah penduduk miskin yang ada dikawasan pesisir dapat menurun seperti yang tercantum dalam data dari BPS Kabupaten Langkat pertumbuhan jumlah dan persentase penduduk miskin di kabupaten langkat 2004-2012 dapat dilihat pada Tabel 1.1

(16)

Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten

Langkat,2004-Sumber : BPS Kabupaten Langkat 2013

Berdasarkan Tabel 1.1 persentase kemiskinan tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 20,98% dengan jumlah 207.100 jiwa,dan paling rendah terjadi pada tahun 2012 yaitu 10,01% dengan jumlah 97.800 jiwa. Meskipun tingkat kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Langkat terus menurun tiap tahunnya akan tetapi masih banyak masyarakat Kabupaten Langkat yang berada dibawah garis kemiskinan. Dengan masyarakat desa Jaring Halus yang basis pekerjaannya sebagai nelayan, tentunya banyak dari keluarga nelayan yang masih berada di bawah garis kemiskinan.

(17)

sumberdaya kelautan dan perikanan yang tidak ramah lingkungan. Untuk itulah dibutuhkan program pemberdayaan bagi masyarakat pesisir, dengan tujuan sebagai berikut :

a. Tersedia dan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu: sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan

b. Tersedia sarana dan prasarana produksi secara lokal, sehingga masyarakat dapat memperolehnya dengan harga yang murah dan berkualitas

c. Meningkatnya peran kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi kolektif d. Terciptanya kegiatan ekonomi produktif di daerah yang berbasis sumberdaya

lokal (resources based) dan dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan kapasitas sumberdaya (environmental based).

Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila pendapatan penduduk mengalami peningkatan yang cukup hingga mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupannya. Hal ini dapat diartikan bahwa kebutuhan-kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kesehatan, keamanan, dan sebagainya tersedia dan mudah dijangkau setiap penduduk sehingga pada gilirannya penduduk yang miskin semakin sedikit jumlahnya.

(18)

Berdasarkan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat, Produksi sebanyak 8 perahu, 20-30 GT sebanyak 2 perahu, Sedangkan alat penangkap ikan yang digunakan adalah payang, pukat rantai, pukat cincin, dogol, dan lain lain (KKP, 2009).

Dengan memperhatikan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa produksi perikanan tangkap (penangkapan ikan laut + penangkapan perairan umum) tahun 2005 sebesar 20.307,7 ton dan naik menjadi 20.764,0 ton pada tahun 2006 atau dengan kata lain mengalami peningkatan sebesar 2,2%. Secara total produksi perikanan tangkap di Kabupaten Langkat masih tetap dominan dibandingkan dengan produksi perikanan budi daya. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 1.2, sebagai berikut :

Tabel 1.2 Perkembangan Produksi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat Tahun 2005-2006

(19)

Berdasarkan Tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa produksi perikanan tangkap di Kabupaten Langkat dari tahun 2005-2006 mengalami peningkatan yang berarti tingkat pendapatan nelayan tentu lebih baik yang tercermin dari kehidupan nelayan itu sendiri, karena produksi berhubungan dengan pendapatan, apabila produksi meningkat tentunya pendapatan juga akan meningkat, namun pada kenyataan yang dilihat dari struktur sosial kehidupan masyarakat nelayan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat belum mencerminkan tingkat pendapatan nelayan itu lebih baik.

Rendahnya penghasilan nelayan tradisional merupakan masalah yang sudah lama, namun masalah ini masih belum dapat diselesaikan hingga sekarang, kerana terlalu kompleks. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan sosial-ekonomi, namun berkait pula dengan lingkungan dan teknologi. Beberapa kendala dalam usaha meningkatkan penghasilan nelayan tradisional yaitu faktor biologi, teknologi dan sosial-ekonomi. Kendala biologi berhubungan dengan terbatasnya stok sumber daya ikan akibat pencemaran lingkungan laut, dan hasil tangkapan berlebih (overfishing). Kendala teknologi berhubungan dengan alat tangkap, mesin, motor atau infrastruktur pendorong lainnya seperti panjang kapal, besar dan fasilitas cold storage, atau peralatan pemprosesan yang dapat meningkatkan kualitas ikan. Kendala sosial-ekonomi lebih kepada nelayan sendiri dan lembaga-lembaga formal dan informal, swasta dan pemerintah yang memperlancar produksi dan distribusi.

(20)

mengeluarkan Keputusan Presiden No.10/2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan dan Perluasan Program Pro-Rakyat. Peningkatan kehidupan nelayan sebagian dari Program Pro-Rakyat memiliki 8 (delapan) strategi, yaitu: pembuatan rumah sangat murah, diversifikasi usaha, pengembangan skema UKM-KUR, pengembangan SPBN, pembangunan cold storage, angkutan umum murah, fasilitas sekolah dan puskesmas, dan fasilitas bank rakyat. Program ini dilaksanakan di kantong-kantong kemiskinan nelayan yang berbasis di 816 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) (KKP, 2011).

Dalam merealisasikan target ini, KKP telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 127,823 miliar pada tahun 2011, disamping terus mengupayakan pemanfaatan dana penghematan tahun ini sebesar Rp 817 miliar. Sedangkan untuk tahun 2012, KKP telah mengalokasikan anggaran senilai Rp1,17 triliun untuk peningkatan kehidupan nelayan. Program itu ditargetkan dapat menanggulangi kemiskinan masyarakat pesisir yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan tersebar di 10.640 desa. Jumlah warga miskin yang terdapat di masyarakat pesisir juga dilaporkan adalah sebanyak 7,87 juta atau 25,14 persen dari seluruh penduduk miskin di tanah air (KKP, 2011).

(21)

Hal ini berarti, dengan adanya modal kerja maka nelayan dapat melaut untuk menangkap ikan dan kemudian mendapatkan ikan. Makin besar modal kerja maka makin besar hasil tangkapan ikan yang diperoleh (produksi).

Faktor tenaga kerja masuk kedalam penelitian ini karena pendapatan sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori faktor produksi jumlah output produksi yang nantinya berhubungan dengan pendapatan bergantung pada jumlah tenaga kerja.

Faktor Lamanya Melaut (Pengalaman), faktor ini secara teoritis dalam buku tentang ekonomi tidak ada yang membahas lamanya Melaut merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan. Namun, dalam kegiatan menangkap ikan (produksi) dalam hal ini nelayan dengan semakin berpengalaman akan meningkatkan pendapatan.

Faktor harga jual masuk ke dalam penelitian ini, harga jual yang semakin tinggi akan meningkatkan pendapatan nelayan jika harga jual rendah maka pendapatan nelayan akan rendah.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah berpengaruh nyata modal kerja (Rp), tenaga kerja (HKP), lamanya Melaut/pengalaman (Rp), dan harga jual (Rp) terhadap pendapatan nelayan di daerah penelitian.

(22)

3. Bagaimana persepsi nelayan terhadap program peningkatan pendapatan yang dilaksanakan oleh pemerintah.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja (Rp), tenaga kerja (HKP), lamanya Melaut/pengalaman (Rp), dan harga jual (Rp) terhadap pendapatan nelayan di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui program peningkatan pendapatan nelayan apa saja yang pernah dilaksanakan pemerintah di daerah penelitian

3. Untuk mengetahui persepsi nelayan terhadap program peningkatan pendapatan yang dilaksanakan oleh pemerintah

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi bagi nelayan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, kabupaten Langkat.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah setempat untuk meningkatkan pendapatan nelayan.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nelayan

Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir. Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:

a) Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut atau pesisir, atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.

b) Dari cara segi hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga kerja yang banyak.

c) Dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional (Sastrawidjaya, 2002).

(24)

penggunaan motor untuk menggerakkan perahu, melainkan juga besar kecilnya motor yang digunakan serta tingkat eksploitasi dari alat tangkap yang digunakan. Perbedaan modernitas teknologi alat tangkap juga akan berpengaruh pada kemampuan jelajah operasional mereka (Imron, 2003).

Pada umumnya dalam pengusahaan perikanan laut terdapat tiga jenis nelayan, yaitu; nelayan pengusaha, nelayan campuran, dan nelayan penuh. Nelayan pengusaha yaitu pemilik modal yang memusatkan penanaman modalnya dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan campuran yaitu seseorang nelayan yang juga melakukan pekerjaan yang lain di samping pekerjaan pokoknya sebagai nelayan. Sedangkan nelayan penuh ialah golongan nelayan yang hidup sebagai penangkap ikan di laut dan dengan memakai peralatan lama atau tradisional. Namun demikian apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal dari perikanan (darat dan laut) ia disebut sebagai nelayan (Mubyarto, 2002).

(25)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Pendapatan

Pendapatan nelayan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan nelayan (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002).

2.2.2. Teori Produksi

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (Sukirno, 2004).

(26)

produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum (Joesron dan Fathorrosi, 2003).

2.2.3. Fungsi Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi tertentu (Joesron dan Fathorrosi, 2003)

Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor yaitu tanah, modal dan manajemen saja, tentu proses produksi tidak akan jalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja, apa yang dapat dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal. Hubungan antara jumlah output (Q) dengan jumlah input yang digunakan dalam

proses produksi (X1, X2, X3, …, Xn) secara matematika dapat dituliskan sebagai

berikut :

Q = f(X1, X2, X3, … , Xn)

(27)

Input produksi sangat banyak dan yang perlu dicatat disini bahwa input produksi hanyalah input yang tidak mengalami proses nilai tambah. Jadi didalam fungsi produksi diatas tidak bisa dimasukkan material sebab dalam fungsi produksi ada substitusi antara faktor produksi. Hubungan antara input dan output ini dalam dunia nyata sangat sering kita jumpai. Hubungan antara input dan output dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, sekalipun ada disekitar kita, belum banyak yang memahami berbagai model yang dapat diterapkan untuk mempelajari pola hubungan antara input dan output (Joesron dan Fathorrosi, 2003)

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

(28)

Ada tiga faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan nelayan dan diuraikan sebagai berikut:

1. Teknologi

Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jaring dan pancing. Peralatan atau Biaya nelayan adalah nilai dari peralatan yang digunakan seperti harga perahu, harga peralatan penangkapan ikan, dan bahan makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan dirumah. Ini merupakan input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga kerja.

2. Sosial Ekonomi

a. Umur. Seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas baru disebut sebagai nelayan, dibawah umur tersebut walaupun ia melaut tidak disebut sebagai nelayan. Umur juga mempunyai pengaruh terhadap pendapatan walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar.

b. Lamanya Melaut/Pengalaman. Apabila seseorang dianggap nelayan yang telah berumur 15-30 tahun, diatas 30 tahun dianggap sebagai nelayan yang berpengalaman. Hal ini merupakan kategori atau klasifikasi untuk menentukan banyak jumlah tangkapan ikan dilaut.

(29)

sedikit dan harga ikan akan tinggi. Pada musim barat biasanya dari September sampai Februari keadaan pasang tidak terlalu tinggi, arus tidak terlampau deras, gelombang tidak terlampau besar. Pada musim inilah nelayan banyak mendapat ikan. Disamping kedua musim tersebut dalam setahun, ada lagi pengaruh musim bulanan yaitu pada bulan purnama. Pada bulan purnama atau terang arus akan deras dan pasang akan tinggi. Sebaliknya pada bulan gelap, gelombang akan kecil, arus tidak bergerak yang disebut dengan istilah pasang mati. Pada kedua keadaan ini nelayan akan kurang mendapatkan ikan dan harga ikan akan tinggi apalagi pada musim timur keadaan ini umumnya nelayan tidak akan turun melaut, kalaupun turun melaut hanya dipinggir saja.

Kegiatan spekulatif dalam penangkapan ikan semakin meningkat ketika kondisi tangkap melanda. Dalam keadaan yang demikian, sulit membedakan antara masa musim ikan dan masa paceklik (kusnadi, 2003).

2.3.1. Modal dan Biaya Produksi

Modal (Capital) adalah barang yang diproduksi oleh sistem ekonomi yang di gunakan sebagai input untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Definisi modal tersebut terdiri dari dua jenis modal. Modal terbagi menjadi dua jenis yaitu modal berwujud dan modal tak berwujud. Modal tersebut merupakan modal yang digunakan dalam perusahaan. Modal berwujud adalah modal yang dapat dirasakan langsung dan modal tak berwujud di tentukan oleh setiap individu (Case & Fair, 2007).

(30)

kekayaan dengan lima kategori, yaitu uang, kas obligasi, saham, kekayaan yang berbentuk fisik, dan kekayaan yang berbentuk manusia atau keahlian (skill).

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan stock modal secara fisik (yakni nilai riil atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan output di masa mendatang (Sukirno,2000).

Setiap produksi sub sektor perikanan dipengaruhi oleh faktor produksi modal kerja. Makin tinggi modal kerja per unit usaha yang digunakan maka diharapkan produksi ikan akan lebih baik, usaha tersebut dinamakan padat modal atau makin intensif. Sebagian dari modal yang dimiliki oleh nelayan digunakan sebagai biaya produksi atau biaya operasi yaitu penyediaan input produksi (sarana produksi), biaya operasi dan biaya-biaya lainnya dalam suatu usaha kegiatan nelayan. Biaya produksi atau biaya operasi nelayan biasanya diperoleh dari kelompok nelayan kaya ataupun pemiliki modal (toke), karena adanya hubungan pinjam meminjam uang sebagai modal kerja dimana pada musim panen, hasil tangkapan (produksi) ikan nelayan digunakan untuk membayar seluruh pinjaman utang, dan tingkat harga ikan biasanya ditentukan oleh pemilik modal (Sukirno,2000).

(31)

berkelanjutan haruslah dibangun diatas pemahaman terhadap aset-aset yang telah dimiliki dan sejauh mana mereka dalam menggunakan dan mengembangkan aset tersebut. Adapun modal tersebut adalah modal sumber daya alam, modal ekonomi, modal fisik dan modal sosial (Mukherjee, 2001)

Modal ada dua macam, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap diterjemahkan menjadi biaya produksi melalui deprecition cost dan bunga modal. Modal bergerak langsung menjadi biaya produksi dengan besarnya biaya itu sama dengan nilai modal yang bergerak.

Total biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun hasil tangkapan ikan (produksi) diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil tangkapan ikan (produksi) yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Manurung, 2006).

2.3.2. Faktor Tenaga Kerja

Teori Keynes mengatakan cara mengurangi pengangguran yaitu dengan memperbanyak investasi, misalnya mesin karena mesin butuh operator otomatis akan menyerap tenaga kerja. Selain itu konsumsi harus sama dengan pendapatan, karena banyaknya tingkat konsumsi akan memerlukan juga banyak output sehingga otomatis harus menambah pekerja, apabila outpunya banyak otomatis gaji para pekerja akan naik sehingga daya beli mereka meningkat.

(32)

berasal dari keluarganya sendiri (tenaga inti) atau tenaga kerja yang mendapat upah secara tetap pada periode tertentu, misalnya bulanan. Sementara tenaga kerja tidak tetap (sambilan) atau dapat juga disebut tenaga kerja harian lepas, umumnya bersifat buruh.

Berbicara masalah tenaga kerja di Indonesia dan juga sebagian besar negara-negara berkembang termasuk negara maju pada umumnya merupakan tenaga kerja yang dicurahkan untuk nelayan atau usaha keluarga. Keadaan ini berkembang dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia dan semakin majunya suatu kegiatan nelayan karena semakin maju teknologi yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga.

Setiap usaha kegiatan nelayan yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus sesuai dengan kapasitas kapal motor yang dioperasikan sehingga akan mengurangi biaya melaut (lebih efisien) yang diharapkan pendapatan tenaga kerja akan lebih meningkat, karena tambahan tenaga tersebut profesional. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan nelayan, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai dalam besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai (Masyhuri, 1999).

2.3.3. Faktor Lamanya Melaut (Pengalaman)

(33)

keuntungan. Namun, dalam aktivitas nelayan dengan semakin berpengalaman dalam menangkap ikan bisa meningkatkan pendapatan atau keuntungan (Trijoko, 1980).

2.3.3.1. Pengukuran Pengalaman Kerja

Ada beberapa hal juga untuk menentukan berpengalaman tidaknya seorang karyawan yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja yaitu :

a. Lama waktu/ masa kerja.

Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas – tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.

b. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan.

c. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan.

Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek – aspek tehnik peralatan dan tehnik pekerjaan.

(34)

tenang serta dipengaruhi faktor lain yaitu : lama waktu/masa kerja seseorang, tingkat pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki dan tingkat penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Oleh karena itu seorang karyawan yang mempunyai pengalaman kerja adalah seseorang yang mempunyai kemampuan jasmani, memiliki pengetahuan, dan keterampilan untuk bekerja serta tidak akan membahayakan bagi dirinya dalam bekerja (Foster, 2001).

2.4. Teori Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang ekonomi, politik dan lain-lain. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. (Kartasasmita, 1996)

2.5. Teori Persepsi

Menurut Stanton persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui panca indera. Menurut Horovitz persepsi dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni :

(35)

Faktor psikologis akan membuat perubahan dalam persepsi nelayan. Perubahan yang dimaksudkan termasuk memori, pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai yang dianggap nelayan penting dan berguna.

2. Faktor Fisik

Faktor ini akan mengubah persepsi nelayan melalui apa yang nelayan tersebut lihat dan rasakan. Faktor fisik dapat memperkuat atau malah menghancurkan persepsi nelayan terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh pemerintah.

3. Image yang terbentuk

Image yang terbentuk disini adalah image nelayan terhadap pemerintah ataupun program bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Menurut Lovelock harapan dan persepsi pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan nelayan terhadap bantuan pemerintah. Setelah menikmati bantuan yang diberikan, nelayan akan membandingkan antara harapan dan persepsi mereka tentang bantuan tersebut. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi :

a. Jika persepsi (perception) lebih kecil dari harapan (expectation), (P<H) nelayan akan memberikan suatu anggapan negatif terhadap bantuan pemerintah yang telah diterimanya tersebut. Hal ini akan menimbulkan ketidakpuasan dan kekecewaan nelayan.

b. Jika persepsi (perception) sama dengan harapan (expectation), (P=H), nelayan akan memberikan suatu tanggapan yang netral, sesuai dengan bantuan yang telah diterimanya tersebut.Hal ini akan membuat nelayan cukup puas dengan bantuan pemerintah tersebut.

(36)

pemerintah yang telah diterimanya. Hal ini akan membuat nelayan merasa sangat puas dengan bantuan pemerintah tersebut.

Untuk mengukur persepsi digunakan Model Likert, yaitu metode penskalaan pernyataan persepsi yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam

lima macam kategori jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju”

(TS), “tidak dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “Setuju”(S) dan “sangat

setuju” (SS). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model

Likert adalah skor T, yaitu :

T= 50 + [ X− Xrataan

� ]

Keterangan : T = skor standar

X = skor responden pada skala persepsi yang hendak diubah menjadi skor T Xrataan = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok Kriteria Uji

 Jika T ≥ 50, maka persepsi positif

(37)

2.6. Program Bantuan Pemerintah dalam Peningkatan Pendapatan Nelayan 2.6.1. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dimulai sejak tahun 2001 yang dirancang untuk mengatasi persoalan kemiskinan pada masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), penggalangan partisipasi masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan berkelanjutan. Program PEMP 2001-2003 dilancarkan dengan pemberian dana hibah langsung kepada Koperasi Nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro yang dibentuk untuk mengelola kebutuhan permodalan nelayan. Kebijakan tahun 2006 mengalami perubahan yaitu berupa pemberian dana hibah tidak langsung lagi kepada koperasi nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro nelayan, tetapi dana hibah tersebut dijadikan agunan kredit koperasi pada lembaga perbankan untuk memperoleh fasilitas kredit yang diberi nama Dana Ekonomi Produktif ( DEP ). Dan pada tahun 2008 koperasi nelayan sudah diarahkan agar berhubungan sendiri dengan lembaga perbankan untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (disingkat KUR) dengan suku bunga kredit umum dari lembaga perbankan dan harus disertai dengan jaminan kebendaan (KKP).

2.6.2. Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP) Sesuai dengan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun

2010-2014, yaitu “Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan”, maka salah

(38)

pengembangan usaha nelayan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan.

PUMP fokus pada kelompok sasaran. Berdasarkan hal tersebut, mulai tahun 2011 pembinaan nelayan skala kecil adalah memadukan pembinaan nelayan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB), Kelompok Penerima Program PNPM Mandiri Perikanan Tangkap dan Kelompok Nelayan.

Pelaksanaan PUMP diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. Oleh karena itu mulai tahun 2011 kegiatan pemberdayaan nelayan dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap sebagai kelanjutan pembinaan nelayan penerima BLM pada kegiatan PNPM Mandiri Kelautan Perikanan tahun 2009-2010 yang dalam hal ini dilaksanakan Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan.

Pelaksanaan PUMP Perikanan Tangkap kedepan menjadi kerangka kebijakan dan acuan pelaksanaan berbagai kegiatan penanggulangan kemiskinan khususnya pemberdayaan usaha nelayan skala kecil berbasis desa nelayan.

a. Tujuan PUMP

PUMP Perikanan Tangkap bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan nelayan melalui pengembangan kegiatan usaha nelayan skala kecil di perdesaan sesuai dengan potensi sumberdaya ikan.

(39)

3. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi nelayan menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

b. Sasaran PUMP

Sasaran PUMP Perikanan Tangkap sebagai berikut: 1.Berkembangnya usaha 1.000 KUB Perikanan Tangkap.

2.Meningkatnya pendapatan nelayan anggota KUB penerima BLM.

2.6.3 Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan(PUMP P2HP )

Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan(PUMP P2HP ) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dimana salah satunya melalui fasilitasi bantuan pengembangan usaha bagi pengolah dan pemasar hasil perikanan dalam wadah Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar). Program PUMP P2HP dilaksanakan atas dasar amanat Menteri Kelautan dan Perikanan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 21/MEN/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan. (KKP)

2.6.4. Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)

(40)

adalah berbasis pangkalan pendaratan ikan (PPI) dengan target Rumah Tangga Sasaran (RTS) Nelayan miskin (sangat miskin, miskin, dan hampir miskin). Penetapan lokasi dilakukan berdasarkan overlay data nelayan miskin di pesisir dan lokasi 816 Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan pelaksanaan program dilaksanakan secara bertahap dengan rincian 100 PPI pada tahun 2011, 400 PPI untuk tahun 2012, 200 PPI untuk tahun 2013 dan 116 PPI untuk tahun 2014. Pelaksanaan kegiatan PKN dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok kegiatan, yaitu individu nelayan, kelompok nelayan dan sarana dan prasarana di PPI dengan kegiatan dengan kegiatan antara lain : Pembuatan Rumah Sangat Murah, Pekerjaan Alternatif dan Tambahan Bagi Keluarga Nelayan, Skema UMK dan KUR, Pembangunan SPBU Solar, Pembangunan Cold Storage, Angkutan Umum Murah, Fasilitas Sekolah dan Puskesmas, Fasilitas Bank “Rakyat”.(KKP)

2.7. Tinjauan Empiris (Penelitian Terdahulu)

Sasmita (2006), dalam penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nelayan di Kabupaten Asahan, menyatakan bahwa variabel independent modal, jumlah tenaga kerja, jumlah perahu, dan waktu melaut secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan.

(41)

terhadap pendapatan nelayan. Modal kerja mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan.

2.8. Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan pada uraian sebelumnya maka kerangka pemikiran peneliti dalam penelitian ini adalah pendapatan nelayan (sebagai variabel terikat) yang dipengaruhi oleh modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja dan teknologi (sebagai variabel bebas). Variabel terikat (dependen variabel) adalah pendapatan nelayan yang telah berjalan lebih dari 10 tahun. Variabel bebas (independent variabel) adalah modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, dan harga jual.

Faktor modal kerja secara toritis modal kerja mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan mempengaruhi peningkatan jumlah tangkapan ikan/ produksi sehingga akan meningkatkan pendapatan. Modal kerja adalah modal yang digunakan nelayan untuk melaut, misalnya : bahan bakar (solar), pengawet ikan (es balok).

Faktor tenaga kerja secara teoritis tenaga kerja akan mempengaruhi pendapatan usaha. Tenaga kerja yang dimaksudkan disini adalah banyaknya orang yang pergi melaut dalam satu perahu atau kapal nelayan.

(42)

meningkatkan pendapatannya, dikarenakan orang yang berpengalaman dapat mengetahui lokasi dimana saja ikan-ikan bergerombolan disaat tertentu.

Faktor harga, secara teori harga merupakan faktor yang mempengaruhi pedapatan seseorang, harga juga dapat mengukur nilai dari suatu barang yang akan di perjual belikan. Harga juga dinilai sebagai indikator berapa besar pengorbanan (sacrifice) yang diperlukan untuk membeli suatu produk sekaligus dijadikan sebagai indikator tingkat kualitas (level of quality).

Dengan demikian kerangka pemikiran penelitian hubungan antara modal kerja, tenaga kerja, dan pengalaman kerja terhadap pendapatan nelayan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat dapat digambarkan sebagai berikut:

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

(43)

2.9. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan pokok dan tinjauan pustaka diatas, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh positif antara modal kerja, lamanya melaut (pengalaman), harga jual, dan tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, ceteris paribus.

(44)

Tabel 3.1 Jumlah Nelayan/Petani Ikan Menurut Jenis Usaha Per Kecamatan, 2010-

Penentuan daerah penelitian menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Berikut Tabel 3.1 jumlah nelayan/petani ikan menurut jenis usaha per

(45)

Berdasarkan Tabel 3.1 diatas terdapat 3.175 nelayan laut di Kecamatan Secanggang. Lokasi yang akan diambil yaitu Desa Jaring Halus yang penduduknya sebagian besar bekerja sebagai nelayan laut. Penentuan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat yang berprofesi sebagai nelayan sebanyak 1078 orang (86,17%). Di Desa Jaring Halus ada 1 kelompok yang mendapat program pemerintah yaitu Program Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP).

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat yaitu sebanyak 1718 orang. Penarikan sampel dilakukan dilakukan dengan cara simple random sampling,

artinya keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Ukuran sampel ditentukan secara purposive atau ditentukan dengan sengaja. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 50 nelayan sampel dengan pertimbangan bahwa populasi nelayan bersifat homogen yaitu hanya

menggunakan kapal ≤ 1 GT. Roescoe dalam buku Research Methods For

Business memberikan saran tentang penelitian salah satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam peneltian antara 30 sampai dengan 500 (Sugiyono,2010)

Dari 50 sampel, diambil nelayan yang mendapat program BLM PUMP yaitu sebanyak 10 nelayan dan 40 nelayan yang tidak mendapat program program BLM PUMP

3.3. Metode Pengambilan Data

(46)

diteliti dengan melakukan wawancara kepada nelayan responden dengan mempergunakan daftar pertanyaan/kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Langkat, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat, dan literatur yang mendukung penelitian.

3.4. Metode Analisis Data

Hipotesis 1 dianalisis dengan Regresi Linier Berganda, dengan tujuan untuk menjelaskan pengaruh antara modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, jarak tempuh dan harga jual terhadap pendapatan usaha nelayan di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat yang dirumuskan dalam fungsi :

Y = F (X1, X2, X3, X4, X5)

Dimana:

Y = Pendapatan nelayan X1 = Modal kerja

X2 = Jumlah tenaga kerja

X3 = Pengalaman kerja

X4 = Teknologi

X5 = Harga jual

Dari fungsi pendapatan diatas, maka dibuat persamaan regresi linier berganda yaitu:

(47)

Dimana:

Y = Pendapatan usaha nelayan

b0 = Konstanta

b1, b2,... b6= Koefisien

X1 = Modal kerja

X2 = Jumlah tenaga kerja

X3 = Pengalaman kerja

X4 = Teknologi

X5 = Harga jual

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi uji statistik dan uji asumsi klasik.

3.4.1. Uji Statistik

3.4.1.1. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar varian dan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Nilai R2 paling besar 1 dan paling kecil 0 (0 < R2< 1). Bila R2 sama dengan 0 maka garis regresi tidak dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi tidak mempunyai pengaruh varian variabel dependen adalah 0.

(48)

yang diperoleh dari banyak responden pada waktu yang sama, maka nilai R2 = 0,75 sudah cukup baik.

3.4.1.2. Pengujian Signifikan Simultan (Uji f-test statistik)

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika fhitung< ftabel, maka H0 diterima

atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%. Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen (modal kerja, tenaga kerja, dan pengalaman kerja) terhadap variabel dependen (pendapatan nelayan).

3.4.1.3. Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji t-test statistik) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.

Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H1 : β1 = 0 → tidak berpengaruh, H1 : β1 > 0 → berpengaruh positif, H1 : β1 < 0 → berpengaruh negative. Dimana β1 adalah

koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai

β dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. bila thitung<

(49)

keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.

3.4.2. Uji Asumsi Klasik 3.4.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram dari residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Priyatno, 2011).

3.4.2.2. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual jawaban responden satu ke responden yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Adapun cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan cara melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel tersebut dengan residualnya, dengan dasar analisis:

a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang menyebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.

(50)

3.4.2.3. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Semakin kecil korelasi diantara variabel bebasnya, maka semakin baik model regresi yang akan diperoleh (Priyatno, 2011).

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai

Tolerance ˃ 0,1 atau nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas

(Sumodiningrat, 2001).

3.4.2.4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel yang pada periode lain, dengan kata lain variabel gangguan tidak random. Akibat dari adanya autokorelasi adalah parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya minimum, sehingga tidak efisien, (Gujarati, 2003). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi salah satunya dilihat dalam pengujian terhadap nilai Durbin Watson (Uji DW) yang dibandingkan dengan nilai dtabel.

Pengujian Hipotesis 2 3.4.2 Skala Likert

(51)

pernyataan negatif. Adapun skor untuk pernyataan positif adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, dan STS = 1, sedangkan untuk pernyataan negatif adalah SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4, dan STS = 5 Pengelompokan variabel dapat dilhat pada berikut ini.

Tabel 3.4 Pengelompokan Variabel Pernyataan Positif dan Negatif

No.

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 1 Saya mengetahui dengan baik

program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan.

Saya merasa program bantuan yang diberikan pemerintah tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan

Tidak semua nelayan menyukai adanya program bantuan yang diberikan pemerintah.

4 Program pemerintah dapat menjadi alternatif bagi saudara untuk menyelesaikan permasalahan untuk melaut.

Program Dinas Perikanan dan Kelautan yang berjalan tidak sesuai dengan harapan nelayan pemerintah bersifat merata bagi setiap nelayan yang dinyatakan tepat mendapatkan program bantuan

Untuk menjamin kepastian mendapat program bantuan dari pemerintah, saya harus memberikan

“pelancar” bagi oknum terkait di

lembaga pemerintahan terkait 7 Pemerintah transparan dengan

berapa besar jumlah hak yang seharusnya diterima nelayan dari program bantuan yang dicanangkan

(52)

Menurut Azwar (2007), dalam analisis ini responden akan diminta untuk memilih salah satu dari sejumlah kategori yang tersedia dari variabel yang bersangkutan yaitu, Saangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS), kemudian diukur dengan skala pengukuran persepsi skala Likert dengan rumus :

T = 50 + Keterangan : T = skor standar

X = skor responden pada skala persepsi yang hendak diubah menjadi skor T Xrataan = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok Kriteria Uji

 Jika T ≥ 50, maka persepsi positif

 Jika T ≤ 50, maka persepsi negatif

Metode Deskriptif

(53)

1.1Definisi dan Batasan Operasional. 3.5.1 Definisi Operasioanal

Definisi operasional dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahpahaman atas penafsiaran dan pengertian dari beberapa istilah dalam penelitian ini.

1. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya menangkap ikan di laut dengan menggunakan sampan dayung atau biasa nelayan tradisional, perahu motor dan kapal motor.

2. Jam kerja adalah lama waktu nelayan berada di laut (dalam satuan jam). 3. Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang dibawa pulang oleh

nelayan yang diperoleh dari hasil penjualan tangkapan/produksi ikan setelah dikurangi modal kerja selama sebulan (satuan Rp.)

4. Harga jual adalah nilai yang diberikan kepada komoditas yang diproduksi oleh nelayan. Nilai yang dimaksudkan adalah dalam satuan rupiah.

5. Modal kerja adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam proses produksi. Biaya-biaya itu terdiri dari : makan, rokok, minyak solar, minyak bensin, peralatan menangkap ikan (umpan) selama sekali proses produksi atau per trip (satuan Rp.).

6. Tenaga kerja adalah banyaknya orang yang ikut melaut dalam 1 perahu atau kapal motor (satuan jiwa).

7. Pengalaman adalah orang yang sudah menjalani profesi hidupnya sebagai nelayan dalam jangka waktu tertentu (satuan tahun).

(54)

perahu layar / dayung, kail sederhana dan alat tangkap yang masih sangat sederhana. Teknologi dibagi 2 jenis ditinjau dari kapasitas kapalnya yaitu kapasitas 4 GT dan 0 GT. Perbedaan kapasitas kapal ini secara keseluruhan membedakan jenis alat tangkap, jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi.

9. Persepsi adalah pengalaman tentang objek (dalam hal ini program bantuan pemerintah), atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

10. Program bantuan pemerintah difokuskan kepada Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaaan (PUMP).

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran, maka dibuatlah beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1. Defenisi

11. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya menangkap ikan di laut dengan menggunakan sampan dayung atau biasa nelayan tradisional, perahu motor dan kapal motor.

12. Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang dibawa pulang oleh nelayan yang diperoleh dari hasil penjualan tangkapan/produksi ikan setelah dikurangi modal kerja sekali melaut (satuan Rp.)

13. Harga jual adalah nilai yang diberikan kepada komoditas yang diproduksi oleh nelayan. Nilai yang dimaksudkan adalah dalam satuan rupiah.

(55)

bensin, upah tenaga kerja, peralatan menangkap ikan (umpan) sekali melaut (satuan Rp.).

15. Tenaga kerja adalah banyaknya orang yang ikut melaut dalam 1 perahu atau kapal motor (satuan jiwa).

16. Lamanya Melaut (Pengalaman) adalah orang yang sudah menjalani profesi hidupnya sebagai nelayan dalam jangka waktu tertentu (satuan tahun).

17. Persepsi adalah pengalaman tentang objek (program bantuan pemerintah), atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

(56)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Luas dan Letak Geografis Desa Jaring Halus

Desa Jaring Halus merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten

Langkat. Secara geografis Desa Jaring Halus berada pada 3°51ʹ30” – 3°59’45”

Lintang Utara dan 98°30’ – 98°42’ Bujur Timur dengan ketinggian 4 – 105 m

diatas permukaan laut. Desa Jaring Halus mempunyai area seluas ±2.554 ha. Desa Jaring Halus merupakan desa pesisir dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Timur : Selotang – Kecamatan Secanggang Sebelah Selatan : Secanggang

Sebelah Barat : Tapal Kuda – Kecamatan Tanjung Pura.

Desa Jaring Halus memiliki hutan lindung 33 ha, hutan mangrove 11.255 m². berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa hutan mangrove yang ada di Desa Jaring Halus termasuk masih terlindungi. Formasi lingkungan yang terlindungi ini menciptakan kondisi air tenang yang cocok untuk kehidupan hutan mangrove dan kondisi seperti ini terdapat pada lingkungan hutan mangrove berupa delta dataran lumpur dan dataran pulau. (Kantor Desa Jaring Halus, 2013).

(57)

hari hujan dan volume curah hujan. (Dinas Pertanian Kabupaten Langkat yang berada di 14 daerah pengamatan).

Gambar 4.1 Lokasi Kabupaten Langkat

Sumber: Kantor Desa Jaring Halus,2013

4.2. Kependudukan dan Jumlah Nelayan

(58)

digunakan adalah pukat, jarring, ambai, keramba, dan sebagainya dan jenis hasil tangkapan yang dihasilkan diantaranya adalah ikan gembung, koli, kerapuh, jenahar, udang, kerang, kepiting, dan sebagainya. Hampir semua kebutuhan masyarakat di desa ini diperoleh dengan cara membeli untuk kebutuhan dasar seperti air dan beras. Distribusi penduduk menurut kelompok umur di Desa Jaring Halus tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Jaring paling sedkit jumlahya adalah kelompok umur 0 – 6 tahun yaitu 361 orang.

(59)

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Desa Jaring Halus Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian tahun 2014

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang)

7 Karyawan Perusahaan Swasta 41 3,27

8 Pengusaha Kecil dan menengah 21 1,67

9 Jasa Pengobatan Alternatif 12 0,95

Total 1252 100

Sumber:Kantor Desa Jaring Halus,2014

Komposisi penduduk berdasarkan agama dan kepercayaan yang dianut penduduk Desa Jaring Halus, yaitu penduduk Desa Jaring Halus secara keseluruhan menganut agama Islam.

4.3. Penggunaan lahan

Luas Desa Jaring Halus 2.554 ha, yang terbagi fungsinya menjadi areal pemukiman, kolam/perikanan, perkantoran/sarana sosial dan lain-lain.

Tabel 4.3 Luas dan jenis penggunaan lahan Desa Jaring Halus

No. Peruntukan Lahan Luas

(m²)

(60)

m² (3,36%), perkantoran 60 m² (0,01%), pekuburan 400 m² (0,08%) sedangkan sisanya adalah Hutan.

4.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Jaring Halus akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan pembangunan di desa tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka dapat mempercepat laju perkembangan desa tersebut.

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Desa Jaring Halus tahun 2014

No. Uraian Jumlah

1 Kantor/ balai Desa 1

2 Sekolah TK/Play Group 3

3 Sekolah Dasar(SD) 2

4 Sekolah menengah Pertama(SMP) 1

5 Mesjid 1

6 Musholla 5

7 Lapangan Olahraga 1

8 Pustu (Puskesmas Pembantu) 1

Sumber:Kantor Desa Jaring Halus 2014

Berdasarkan Tabel 4.4 ketersediaan sarana dan prasarana di Desa Jaring Halus maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi dibidang pendidikan khususnya TK/Play Group, SD dan SMP, keagamaan, kesehatan, transportasi, perekonomian dan sosial budaya.

4.5. Ketenagakerjaan

(61)

orang atau 16,89%, SMP 158 orang 11,55%, SMA sederajat 90 orang atau 6,58%, dan sisanya tamat Perguruan Tinggi 22 orang atau 1,60%. Jumlah tenaga kerja yang berprofesi sebagai nelayan berjumlah 1078 orang atau 78,85% dari keseluruhan tenaga kerja yang ada dan sisanya bekerja di sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga sebanyak 37 orang, karyawan perusahaan 41 orang , sektor jasa sebanyak 36 orang.

4.6. Perikanan

Hasil tangkapan ikan di desa ini cukup beragam diantaranya yang paling banyak ditangkap adalah ikan cecah rebung (cerbung) dan jenis lainnya adalah udang, tongkol, gembung, kepiting, pare, ketam, dan lain-lain.

Dalam sistem bagi hasil, nelayan kecil di Jaring Halus mengenal “patron

-klien” yaitu sistem majikan dan bawahan. Dikarenakan nelayan kecil memakai

pekarangan milik tauke, maka penjualan dan pembelian hasil tangkapan diberikan kepada tauke. Sistem penjualan dan pembelian tersebut merupakan tradisi lisan/keharusan yang tidak tertulis yang harus dituruti oleh nelayan.

Pembagian hasil pun tidak sebanding yaitu 1 : 3. Pembagian hasil ditentukan berdasarkan beban tanggungan seperti kebutuhan bahan bakar, peralatan, serta makan nelayan di laut. Dan hasil penjualan tersebut dibebankan tauke pada harga pembelian.

4.7. Market

(62)

Bagi nelayan kecil, hasil tangkapan wajib diberikan kepada tauke karena pekarangan (berupa sampan, jaring, peralatan, dan lain-lain) tersebut adalah milik tauke. Dan melalui tauke inilah ikan-ikan tersebut dipasarkan ke darat/kota atau juga diekspor keluar negeri seperti Malaysia, Thailand dan Singapura.

Penjualan hasil tangkapan dilakukan di pelantaran. Sedangkan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) tidak terdapat di Jaring Halus karena letak desa tersebut jauh dari darat/kota; selain itu untuk dapat ke Desa Jaring Halus hanya bisa ditempuh dengan transportasi laut dengan menaiki kapal boat.

4.8. Karakteristik Nelayan Pada Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah nelayan yang memiliki perahu motor di Desa Jaring Halus. Karakteristik responden yang di bahas dalam penelitian ini meliputi karakter sosial ekonomi masyarakat nelayan di 5 dusun di Desa Jaring Halus yang dijadikan sebagai sampel penelitian berjumlah 50 orang.

4.8.1. Usia Nelayan

Bagian pertama wawancara digunakan untuk mengumpulkan data sosial ekonomi nelayan di Desa Jaring Halus adalah usia/umur. Berdasar data yang ada di kantor Desa Jaring Halus sebanyak 5,0% nelayan yang berusia dibawah 24 tahun dan 3,0% berusia diatas 60 tahun. Rendahnya nelayan yang berusia tua menunjukkan semakin besarnya usia produktif yang bekerja sebagai nelayan. Usia produktif antara 25 – 59 tahun sebesar 92,0%.

4.8.2. Jumlah Anggota Keluarga

Gambar

Tabel Hasil regresi
Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Langkat,2004-2012
Tabel 1.2 Perkembangan Produksi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat   Tahun 2005-2006
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

blhr.a berhubung mesatabaEn pembimbing Unil KctnLm Mrhr.is\ a (UK\4) Univcrsitas Ncgeri Yogyrkana trhun 2004 lelih lrrbrs diprndrng

Pada hari ini Senin tanggal Dua puluh sembilan bulan Oktober tahun Dua ribu dua belas, Kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Barang/Jasa

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 116 ayat (2) Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pasal 29 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 43

At the end of this stage, the whole points in dataset have a label; either ground or object points. In each scan line points with same label considered as independent

JARIZAL HATMI, SE Pejabat Pengelola Keuangan

Then positioning is done by counting the steps, having the length of each step, and acquiring the direction by the gyroscope of the smart phone using

JARIZAL HATMI, SE Pejabat Pengelola Keuangan

In this study, concentrations of PM10, PM2.5 and PM1.0 are found in urban areas of Tehran in warm and cold seasons and the data applied in the related modelling, using Arc-GIS..