• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 45 KABUPATEN KUNINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 45 KABUPATEN KUNINGAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA 35-50 TAHUN DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 45 KABUPATEN KUNINGAN Rinto Martono Hadi 1)

Kiki Korneliani dan Siti Novianti 2)

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik Universitas Siliwangi 1)

Dosen Pembimbing Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2)

Abstrak

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah sebuah kondisi medis saat seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal. Akibatnya, volume darah meningkat dan saluran darah menyempit. Seseorang dinyatakan menderita hipertensi bila memiliki nilai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastol ≥ 90 mmHg. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kebiasaan merokok ( jumlah rokok, lama merokok, cara menghisap rokok), dan kebiasaan olahraga (frekuensi olahraga dan lama olahraga) dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini menggunakan metode survei dan pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah pasien perokok di poliklinik penyakit dalam RSUD Kuningan usia 35-50 tahun yang berjumlah sampel sebanyak 51 orang. Data dianalisis dengan uji chi Square pada α = 0,05, hasil penelitian bahwa jumlah rokok berhubungan dengan kejadian hipertensi (p < 0,001, dan OR = 19,375), ada hubungan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi (p = 0,001 dan OR = 8,050), ada hubungan cara menghisap rokok dengan kejadian hipertensi (p < 0,001 dan OR = 11,500), ada hubungan frekuensi olahraga dengan kejadian hipertensi (p < 0,001), dan ada hubungan lama ber-olahraga dengan kejadian hipertensi (p = < 0,001). Disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada pasien yang merupakan perokok agar berhenti merokok serta meningkatkan aktivitas olahraga secara teratur.

(2)

Abstract

Hypertension or high blood pressure is a medical condition when a person experiences an increasing of blood pressure over normally. Consequently, blood volume increases and blood vessels constricts. Someone is diagnosed hypertension when the systolic blood pressure is value ≥ 140 mmHg and diastolic blood is ≥ 90mmHg. The purpose of this research is to analysis of the relationship between smoking habit (amount of cigarettes, duration of smoking, how to smoking cigarettes), and sport habit (frequency of sport and duration of sport) with hypertension. This research uses survey method and cross sectional approach. Population is an outpatient clinic of diseases at RSUD Kuningan district, age of 35-50 years that amounting 51 people of sample, data was analysis by chi square test with α = 0,05, results show that the amount of cigarettes is associated with hypertension accidence ( p < 0,001, and OR = 19,375), there is a relationship between duration of smoking with hypertension accidence ( p = 0,001, and OR = 8, 050), there is a relationship between how to smoke cigarettes with hypertension accidence (p< 0,001, and OR= 11,500), there is relationship between frequency of sport with the hypertension accidence (p< 0,001), there is relationship between duration of sport with hypertension accidence (p= 0,000). Recommended for health care provides to providing information to patients who are heavy smokes to stop smoking and increasing sport duration regularly.

(3)

Pendahuluan

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung), ginjal dan hipertropi ventrikel kanan/ left ventrice hypertrophy (untuk otot jantung). (bustam. 2000: 60). Dari WHO menunjukan bahwa terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa amerika menderita hipertensi. Penderita juga menyerang Thailand sebesar 17% dari total penduduk, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%.(yekti. 2010: 3). Indonesia memiliki angka yang cukup tinggi, yaitu 15% dari 230 juta penduduk Indonesia terkena hipertensi jumlah yang luar biasa banyak. Untuk kasus hipertensi di Indonesia, penyebaran penderita hipertensi sangat tidak merata. Hasil survey kesehatan menunjukan bahwa jumlah penderita hipertensi yang sangat rendah terdapat di daerah lembah Baliem, pegunungan Jaya Wijaya, Papua. Di daerah Lembah Balieum ini yang terkena hanya 0,6%. Sedangkan daerah yang memiliki jumlah penderita hipertensi paling tinggi terdapat di Sukabumi (suku Sunda), Jabar (28,6%).(Bustam, 2000 : 63).

Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah : kebiasan merokok dan kebiasaan olahraga. Kebiasaan Merokok dengan jumlah rokok 10-20 perhari dapat mempengaruhi tekanan darah dan peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.hal ini memaksa jantung bekerja lebih keras sehingga mendorong naiknya tekanan darah (Bustam, 2000; 31). Salah satu bahan kimia dalam rokok adalah nikotin, nikotin dalam tembakau menjadi penyebab meningkatnya tekanan darah setelah isapan pertama. Nikotin diserap oleh pembuluh–pembuluh darah kecil di dalam paru–paru dan di edarkan ke aliran darah. Dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak, Otak berkreasi terhadap nikotin dengan memberisinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg.

Rokok yang dihisap sampai dalam dapat mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Dengan menghisap sebatang rokok maka mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena gas CO yang dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah “kram” sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah menjadi robek (Suparto,2000:74).

Olahraga yang telatur dapat membuat tekanan darah lebih rendah dari pada yang tidak melakukan olahraga, olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengolaan hipertensi karena olahraga isotonic dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.(Arjatmo,2001). Ambang minimum respons terkait dosis olahraga pada tekanan darah biasanya sekitar 30 menit setiap hari, waktu 30 – 60 menit ini di anggap sebagai durasi terbaik untuk mempengaruhi tekanan darah secara positif, yakni tekanan darah akan lebih rendah di bandingkan sebelum olahraga.(Dvine.2006 : 57).

Menurut data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan pada tahun 2010 yang tercatat sebanyak 2.698 jiwa dan meningkat pada tahun 2011 sebanyak 3.543 jiwa mempunyai masalah penyakit hipertensi dengan demikian diperlukan suatu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan penyakit hipertensi pada masyrakat kuningan. Berdasarkan data dari catatan rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kabupaten Kuningan penderita hipertensi lebih banyak pada kunjungan rawat jalan di poliklinik dalam yaitu pada tahun 2010 sebanyak (24,7%) mengalami peningkatan

(4)

pada tahun 2011 menjadi (25,6%). Akan tetapi pada pasien laki-laki mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 sebanyak (38,24%) sedangkan pada tahun 2011 terjadi peningkatan pada penderita hipertensi laki-laki sebanyak (42,47%) pada usia 35-50 tahun

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan peneliian tentang hubungan kebiasaan merokok dan olahraga dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 35-50 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasan merokok (jumlah rokok, lama merokok, cara menghisap rokok) kebiasaan olahraga (frekuensi olahraga dan lama olahraga). variabel terikatnya yaitu kejadian hipertensi. Pelaksanaan penelitian ini membutuhkan lembar kuesioner. Populasi yang ada di Klinik Penyakit Dalam RSUD Kab.Kuningan sebanyak 205 orang dan sampel yang diambil 51 orang dengan kriteria laki-laki perokok usia 35-50 tahun.

Instrumen dalam penelitian ini berupa kuisioner, dimana pengisian kuesioner akan dilaksanakan dengan wawancara langsung kepada responden yang berobat jalan di bagian Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan. Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dan pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Notoatmojo: 2000). Yang dianalisis secara univariat adalah gambaran distribusi frekuensi dari berbagai variabel yang diteliti.Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji statistik yang akan digunakan adalah chi-square, karena bentuk datanya kategori semua dengan skala nominal dan nominal.

Hasil

Dari hasil penelitian diketahui terdapat 33 responden (64,7%) yang mengalami hipertensi dan sisanya 18 orang (35,5%) dengan tekanan darah normal atau tidak mengalami kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil kuesioner sebanyak 39 responden (76,5%) mempunyai kebiasaan perokok berat dengan mengkonsumsi > 10 batang perhari, sedangkan responden dengan kategori perokok ringan atau mengkonsumsi rokok ≤ 10 batang perhari ada 12 responden (23,5%). Sebanyak 24 responden (47,1%) termasuk dalam kategori lama merokok ≤ 10 tahun, sedangkan sisanya yang sudah merokok > 10 tahun terdapat 27 responden (52,9%). Dari cara menghisap rokok terdapat 26 responden (51%) mempunyai kebiasaan merokok dengan menghisapnya sampai dalam, sedangkan sisanya dengan merokok dihisap kemudian asapnya dihembuskan keluar ada 25 responden (49,0%). Dari hasil penelitian diketahui bahwa 36 responden (70,6%) mempunyai kebiasaan olahraga yang tidak teratur frekuensinya, sedangkan sisanya dengan olahraga yang teratur ada 15 responden (29,4%). Untuk kebiasaan olahraga terdapat 32 responden (62,7%) ber- olahraga kurang dari 30 menit, sedangkan sisanya dengan olahraga lebih dari 30 menit ada 19 responden (37,3%).

(5)

Tabel 1 : Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Variabel Bebas Hipertensi Jumlah Nilai p OR 95% CI Ya Tidak f % f % f % Jumlah Rokok > 10 Batang per hari 31 60,8 8 15,7 39 76,5 < 0,001 <19,375 3,520 – 106,650 ≤ 10 Batang per hari 2 3,9 10 19,6 12 23,5 Lama Merokok > 10 tahun 23 45,1 4 7,8 27 52,9 0,001 8,050 2,115-30,632  10 tahun 10 19,6 14 27,5 24 47,1 Cara Menghisap Dihisap dalam-dalam 23 45,1 3 5,9 26 51 < 0,001 2,711-48,777 11,500 2,711-48,777 Dihembuskan 10 19,6 15 29,4 25 49 Frekuensi OR Teratur 2 3,9 13 25,5 15 29,6 < 0,001 0,025 Tidak Teratur 31 608 5 9,8 36 70,6 Lama OR > 30 Menit 2 3,9 17 33,3 19 37,2 < 0,001 0,004 < 30 Menit 31 60,8 1 2,0 32 62,8

Proporsi hipertensi lebih banyak ditemukan pada responden yang mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 10 batang perhari, (60,8%), dibandingkan dengan responden dengan kebiasaan merokok ≤ 10 batang perhari (3,9%) yang mengalami kejadian hipertensi. Hasil analisis dengan uji chi square didapat nilai p = 0,001, ini berarti nilai p < α (0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah rokok yang dikonsumsi responden berhubungan dengan kejadian hipertensi. Dengan nilai OR = 19,375. Hal ini berarti responden yang mengkonsumsi rokok > 10 batang mempunyai resiko mengalami kejadian hipertensi 19,375 kali lebih besar dibandingkan dengan perokok yang mengkonsumsi < 10 batang perhari.

Proporsi hipertensi lebih banyak ditemukan pada responden yang mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 10 tahun, (45,1%), dibandingkan dengan responden dengan kebiasaan merokok ≤ 10 batang perhari (19,6%) yang mengalami kejadian hipertensi. Dengan nilai p = 0,001, maka p < α (0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa lamanya merokok berhubungan dengan kejadian hipertensi. Dengan nilai OR = 8,050. Hal ini berarti responden yang merokok sudah > 10 tahun mempunyai resiko terkena hipertensi 8,050 kali lebih besar dibandingkan dengan perokok yang < 10 tahun.

Proporsi hipertensi lebih banyak ditemukan pada responden yang mempunyai kebiasaan merokok dengan menghisap dalam (45,1%), dibandingkan dengan responden dengan kebiasaan merokok secara dihembuskan (19,6%) yang mengalami kejadian hipertensi. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,000, ini berarti nilai p < α (0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa cara menghisap rokok responden berhubungan dengan kejadian hipertensi, Dengan nilai OR = 11,500. Hal ini berarti responden yang yang menghisap asap rokoknya lebih dalam mempunyai resiko terkena hipertensi 11,500 kali lebih besar dibandingkan dengan perokok yang asapnya dihembuskan. Proporsi hipertensi lebih banyak ditemukan pada responden yang mempunyai kebiasaan olahraga tidak teratur (60,8%), dibandingkan dengan responden dengan kebiasaan olahraga secara teratur (3,9%) yang mengalami kejadian hipertensi. Dengan nilai p = 0,000, ini berarti nilai p < α (0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa frekuensi olahraga berhubungan dengan kejadian hipertensi.

(6)

Proporsi hipertensi lebih banyak ditemukan pada responden yang mempunyai kebiasaan olahraga < 30 menit (60,8%), dibandingkan dengan responden dengan kebiasaan olahraga > 30 menit (3,9%) yang mengalami kejadian hipertensi.

Analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,000, ini berarti nilai p < α (0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa frekuensi olahraga berhubungan dengan kejadian hipertensi

Pembahasan

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fajar Haninda Nurcahyani, mahasiswa pada program studi kedokteran UPNV Jakarta tahun 2011 yang melakukan penelitian pada 77 responden di Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat Ciputat Jakarta Selatan, secara signifikan terbukti bahwa terdapat hubungan antara jumlah rokok yang dikonsumsi dengan kejadian hipertensi (p = 0,034).

Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit (Mangku Sitepoe, 1997:29).

Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Suheni, mahasiswa pada Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat UNNES Semarang tahun 2007 yang melakukan penelitian pada 60 responden laki-laki perokok di RSUD Cepu Jawa Tengah pada tahun 2006, dengan nilai p = 0,000 membuktikan bahwa terdapat hubungan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi dan dengan nilai p = 0,005 membuktikan bahwa teradapat hubungan antara cara menghisap rokok dengan kejadian hipertensi

Dampak rokok akan terasa setelah 10–20 tahun pasca digunakan. Dampak asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif (Active smoker), tetapi juga bagi perokok pasif (Pasive smoker). Orang yang tidak merokok atau perokok pasif, tetapi terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat racun yang dihembuskan oleh perokok aktif (Ruli A. Mustafa, 2005: 3).

Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali lapisan hisapan asap rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang satu bungkus perhari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif ditimbun suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksik sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan. (Mangku. 12.7).

Penelitian American College of Sport Medicine (ACSM) tahun 1993 tentang aktivitas fisik dan olahraga pada penderita hipertensi membuktikan bahwa terjadi penurunan tekanan darah yang signifikan sebesar 7,4/5,8 mmHg, sedangkan untuk orang normal terjadi penurunan secara signifikan dengan rata – rata sebesar 2,6/1,8 mmHg. ACSM menganjurkan olahraga yang dilakukan oleh penderita hipertensi adalah olahraga yang bersifat endurance (daya tahan), seperti: jalan kaki, berenang, bersepeda, dan aerobik. Intensitas latihan yang dianjurkan adalah 65-75% dari proporsi orang normal, dan untuk hipertensi berat atau dengan penyakit jantung, untuk intensitasnya disarankan sekitar 60-70% (Linny, 2004).

Seseorang yang rajin berolahraga memiliki risiko lebih rendah untuk menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi. Oleh karena itu, latihan fisik selama 30-45 menit sebanyak lebih dari tiga kali per minggu penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.

(7)

Kesimpulan dan Saran

Ada hubungan antara jumlah rokok yang dikonsumsi dengan kejadian hipertensi pada pasien di RSUD 45 Kabupaten Kuningan (p < 0,001, dan OR = 19,375). Ada hubungan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi pada pasien di RSUD 45 Kabupaten Kuningan (p = 0,001, dan OR = 8,050). Ada hubungan antara cara menghisap rokok dengan kejadian hipertensi pada pasien di RSUD 45 Kabupaten Kuningan (p < 0,001, dan OR = 11,500). Ada hubungan antara frekuensi olahraga dengan kejadian hipertensi pada pasien di RSUD 45 Kabupaten Kuningan (p < 0,001). Ada hubungan antara lama ber-olahraga dengan kejadian hipertensi pada pasien di RSUD 45 Kabupaten Kuningan (p = 0,000).

Kepada pasien yang merupakan perokok berat sebaiknya petugas kesehatan menyarankan agar berhenti merokok serta meningkatkan aktivitas olahraga secara teratur. Peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti variabel lain seperti obesitas, alkohol dengan menambahkan yang dapat mengakibatkan kejadian hipertensi, pada objek penelitian yang berbeda, sampel yang lebih besar untuk mengoptimalkan estimasi secara lebih tepat serta menggunakan metode penelitian yang menggunakan kontrol

(8)

Daftar Pustaka

Arjatmo T, Hendra U.2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI Aula, Lisa Ellizabet. Stop Merokok. Gara Ilmu. Jogjakarta, 2010

Bustan, MN. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta, 2007. Corwin, E. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta, 2000.

Divine, Jon G. Program Olahraga Tekanan Darah Tinggi. Human Kinetics. Klaten, 2012

G.Sianturi, 2003. Merokok Dan Kesehatan. . http.//kompas.com

Gunawan. Lanny. 2001, Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Penerbit Kanisius http://www.smallcrab.com/kesehatan/637-cara-melakukan-olahraga-yang-baik,

tanggal 9 mei 2012

http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0306/30/105012.htm

Lanny Sustrani, dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama 86

Mangku, Sitepoe. 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta:Gramedia

Murti, B. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta, 1997.

Notoatmojo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta, 2002.

Puspitorini, Myra. Hipertensi: Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Image Prees. Yogykarta, 2008.

Ridwan, M. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silen Kiler, “Hipertensi”. Pustaka Widyamara, Jawa Tengah, 2002.

Rohendi, (2008) Hipertensi http:// rohaendi. Blogsport. Com / 2008 / 06 / hipertensi. Html diakses 07.06.2012

Ruli A, Mustafa. 2005. Waspadai Bahaya Merokok. www.Combat 2005.Glogdrive.com Rusdi. Awas Anda Bisa Mati Akibat Hipertensi dan diabetes. Power book. Jogjakarta,

2009.

Sani, Aulia. Hypertension Cureent Prespective. Madya. Jakarta, 2008.

Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Suparto, 2000. Sehat Menjelang Usia Senja. Bandung: Remaja Rosdakarya Effset Susilo, Yekti. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Andi Offset. Yogyakarta, 2011. Wollf, Peter H. Hipertensi. Bhuana ilmu popular. Jakarta, 2006.

Gambar

Tabel 1  :  Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat  Variabel Bebas  Hipertensi  Jumlah  Nilai p  OR 95% CI  Ya Tidak  f  %  f  %  f  %  Jumlah  Rokok  &gt; 10 Batang per hari  31  60,8  8  15,7  39  76,5  &lt; 0,001  &lt;19,375  3,520 – 106,65

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi yang nyata antara isolat mikroba pelarut fosfat dengan dosis pupuk P terhadap P tersedia,

Judul Tesis : Hubungan Nilai Red Cell Distribution Width dengan Mortalitas pada Pasien Sepsis di Unit Perawatan Intensif Anak.. Nama Mahasiswa : Trina Devina Nomor

Berdasarkan Rencana Struktur Ruang di RTRW Kota Padang Tahun 2010 – 2030 Koridor Ampang termasuk kedalam Pusat Kota bagian tengah yaitu Pusat Kota Lama

Dari hasil wawancara mendalam mengenai frekuensi hubungan LSL baik dengan istri ataupun pasangan sesama jenis menunjukkan bahwa dua orang subyek hanya melakukan 3

Jika mengutip dari website atau media elektronik, yang perlu dicantumkan adalah nama pengarang, tahun penerbitan, nomor halaman (untuk kutipan langsung) atau jika tidak ada

Persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru agama akan berhubungan erat dengan intensitas belajar mereka pada mata pelajaran pendidikan agama Islam, maka dari

7 Sebuah acara pesta dimulai pukul 08.00 dan selesai pukul 14.15. Berapa jam dan berapa menit lama pesta

tentang musik gereja jemaat dapat bernyanyi dengan tempo dan not yang benar. Pemusik juga harus memperhatikan lagu dan dapat diaransement dengan baik,.. sehingga